Professional Documents
Culture Documents
Surah an-Nahl terdiri dari 128 ayat. Mayoritas ulama menilainya Makkiyyah,
y a k n i t u r u n sebelum Nabi M u h a m m a d saw. berhijrah ke M a d i n a h . Ada
juga y a n g mengecualikan beberapa ayat. Misalnya, ayat 126 dan dua ayat
berikutnya, y a n g memerintahkan Nabi saw. agar jangan membalas kejahatan
kecuali setimpal dengannya. M e r e k a menilai ayat-ayat itu turun setelah Nabi
saw. berhijrah, cepatnya setelah terbunuhnya p a m a n beliau, Hamzah ra.,
dengan sangat kejam dan memilukan pada tahun III Hijrah. Ketika itu, Nabi
saw. bermaksud membalasnya dengan menewaskan 70 orang musyrik. M a k a ,
beliau ditegur. A d a lagi y a n g berpendapat, h a n y a awal ayat-ayat surah ini
sampai ayat 4 l yang M a k k i y y a h , selebihnya sampai akhir surah adalah
Madaniyyah.
N a m a an-Nahl terambil dari kara itu yang disebut pada ayat 68 surah
ini. H a n y a sekali itulah a l - Q u r ' a n m e n y e b u t n y a . Ada j u g a ulama yang
m e n a m a i n y a surah an-Ni'am karena banyak nikmat Allah y a n g diuraikan di
sini.
Sayyid Q u t h u b menilai, uraian surah ini sangat tenang dan halus, namun
sangat padat. Tema-tema pokoknya bermacam-macam, tapi tidak keluar dari
tema surah-surah y a n g turun sebelum hijrah Nabi saw., y a k n i tentang
Ketuhanan, Wahyu, dan Kebangkitan, disertai dengan beberapa persoalan
samping yang berkaitan dengan tema-tema pokok itu, seperti uraian tentang
517
518 S u r a h a n - N a h l [16]
keesaan Allah yang menghubungkan antara agama Nabi Ibrahim as. dan agama
Nabi M u h a m m a d saw., juga tentang kehendak Allah dan kehendak manusia
dalam konteks iman dan kufur, hidayah dan kesesatan. Fungsi rasul, dan
sunnatullah dalam menghadapi para pembangkang; d e m i k i a n juga soal
penghalalan dan pengharaman, soa! hijrah dan ujian y a n g dihadapi k a u m
musyrikin dan m u s l i m i n , dan tidak ketinggalan soal interaksi sosial seperti
keadilan, ihsan, infaq, menepati janji, dan lain-lain. Persoalan-persoalan itu
dipaparkan sambil mengaitkannya dengan alam raya serta fenomenanya y a n g
bermacam-macam.
Thabathaba i menyimpulkan tujuan utama surah ini adalah penyampaian
tentang dekatnya kehadiran ketetapan Allah yaitu kemenangan a g a m a yang
haq. I n i — m e n u r u t n y a — d i j e l a s k a n dengan menguraikan bahwa Allah swt.
adalah Tuhan Yang M a h a Esa yang wajib disembah karena Dia yang mengatur
a l a m raya. Penciptaan a d a l a h hasil p e r b u a t a n - N y a d a n semua n i k m a t
bersumber dari-Nya, tidak satu p u n dari hal-hal tersebut y a n g bersumber
dari selain-Nya. Karena itu, hanya AJlah y a n g wajib disembah tidak satu pun
selain-Nya. Di samping itu, surah ini j u g a menjelaskan b a h w a menetapkan
agama adalah w e w e n a n g Allah swt. dan, dengan demikian, a g a m a harus
bersumber d a r i - N y a , tidak dari selain-Nya. D a n ini berarti penolakan
kepercayaan k a u m musyrikin serta dalih-dalih mereka mengingkari kehadiran
para rasul. Demikian lebih k u r a n g T h a b a t h a b a T
[
Apa y a n g d i k e m u k a k a n al-Biqa i m e n y a n g k u t lebah adalah sekelumit
dari b a n y a k keistimewaan binatang itu. Keajaibannya j u g a terlihat pada
jenisnya. Ia tidak h a n y a terdiri dari jantan dan betina, tetapi juga yang tidak
jantan dan tidak betina. Sarang-sarangnya tersusun dalam bentuk lubang-
lubang y a n g sama bersegi enam diselubungi oleh selaput y a n g sangat halus
menghalangi udara dan bakteri menyusup ke dalam. Keajaibannya mencakup
pula sistem k e h i d u p a n n y a y a n g p e n u h disiplin dan dedikasi di b a w a h
pimpinan seekor "ratu". Sang ratu pun memiliki keajaiban dan keistimewaan.
"Rasa malu" y a n g dimiliki dan dipeliharanya menjadikan sang ratu lebah
enggan berhubungan seks dengan salah satu anggota masyarakatnya y a n g
j u m l a h n y a dapat mencapai sekitar tiga p u l u h ribu ekor lebah. Di samping
itu, keajaiban lebah tampak pula pada bahasa dan cara mereka berkomunikasi
y a n g d a l a m hal ini telah diamati oleh sekian banyak ilmuwan antara lain
i l m u w a n Austria, Kari Van hriteh.
Selanjurnya, jika kita mendukung pendapat as-Suyiithi yang menyatakan
bahwa "surah yang terdahulu merupakan pengantar bagi surah sesudahnya",
berarti surah an-Nahl ini adalah pengantar bagi surah al-Isra'. Lebah dipilih
Allah untuk melukiskan keajaiban ciptaan-Nya agar menjadi pengantar
keajaiban perbuatan-Nya dalam peristiwa Isra' MiTaj Nabi M u h a m m a d saw.
y a n g dijelaskan oleh surah berikut. Nabi M u h a m m a d saw. adalah manusia
seutuhnya. Lebah dipilih untuk menjadi pengantar uraian yang berkaitan
d e n g a n m a n u s i a seutuhnya karena seorang m u k m i n — a t a u k a t a k a n l a h
m a n u s i a y a n g utuh—-diibaratkan oleh Rasul saw. bagaikan "lebah": tidak
m a k a n kecuali y a n g baik dan i n d a h seperti k e m b a n g - k e m b a n g tidak
menghasilkan kecuali yang baik dan bermanfaat seperri madu yang merupakan
m i n u m a n dan obat bagi aneka penyakit, tidak hinggap di tempat yang kotor,
tidak m e n g g a n g g u kecuali y a n g m e n g g a n g g u n y a d a n j i k a m e n y e n g a t
sengatannya pun menjadi obat.
Kini, baiklah kita memasuki perincian pesan dan kesan serta keserasian
yang m e n g a g u m k a n dari ayat-ayat surah an-Nahl ini.
KELOMPOK 1
AYAT 1-21
521
522 S u r a h a n - N a h l [16]
AYAT 1
Kata ( J\) atdftelah datang pada firman-Nya: ( iji y\ J\) atd amru
Allah b e r b e n t u k k a t a kerja masa l a m p a u . Secara redaksional, ayat ini
menyatakan bahwa ketetapan itu telah datang dan terlaksana. Tetapi larangan
untuk meminta disegerakan datangnya menunjukkan bahwa ia belum datang.
Sedang, kata ( y ! ) amr, y a n g diartikan di atas dengan ketetapan, biasa
diterjemahkan perintah. Kata tersebut dari segi bahasa adalah mashdar, yakni
kata j a d i a n / i n f i n i t i v e noun y a n g di sini berarti objek sehingga ia b e r m a k n a
apa y a n g diperintahkan Allah swt. M a k s u d n y a adalah ketetapan Allah y a n g
selama ini Dia janjikan dan belum terlaksana, seperti datangnya Kiamat atau
siksa dan kekalahan k a u m musyrikin. Karena itu, maksud kata telah datang
adalah pasti akan datang. Penggunaan bentuk kata kerja masa lampau itu di
sini u n t u k mengisyaratkan bahwa Allah swt. tidak terikat oleh w a k t u g u n a
Kelompok I Ayat 1 S u r a h a n - N a h l [16] 525
Ayat ini, tulis al-Biqa'i, pada akhirnya seakan-akan berkata: Allah tidak
tergesa-gesa menjatuhkan ketetapan-Nya karena Dia Mahasuci dari segala
kekurangan; ketetapan-Nya pasti akan terlaksana karena Dia M a h a t i n g g i ,
tidak tertandingi. Bisa j u g a — l a n j u t u l a m a dan pakar hubungan antar ayat
itu-—penggalan akhir ayat ini seakan-akan berkata: "Jangan m e m i n t a agar
disegerakan j a t u h n y a ketetapan Allah karena Dia M a h a s u c i , sehingga Dia
tidak tergesa-gesa, dan Dia M a h a t i n g g i , tidak ada y a n g dapat m e n a n d i n g i -
Nya, atau dapat m e n o l a k apa yang d i k e h e n d a k i - N y a . Karena itu, pasti
kehendak-Nya akan terlaksana." Dengan demikian, penggalan akhir ayat ini
menjadi alasan bagi pesan y a n g d i k a n d u n g oleh penggalan awalnya, sedang
penggalan a w a l n y a merupakan alasan u n t u k kandungan akhir surah al-Hijr
vang berpesan agar m e n y u c i k a n Allah, shaiat, serta beribadah kepada-Nya
sampai dengan datangnya keyakinan/kematian atau apa yang dijanjikan-Nya.
Kelompok 1 Ayat 2 5 u r a h a n - N a h l [16] 527
AYAT 2
"Dia menurunkan para malaikat dengan ruh atas perintah-Nya kepada siapa
yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: 'Peringatkanlah
bahwa tidak ada tuhan melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa
kepada-Ku."'
diri kamu dari jatuhnya siksa-Ku dengan mengesakan Aku serta melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan-Ku. Selanjutnya, karena tidak ada tuhan
selain A k u , y a k n i A k u adalah Penguasa tunggal, dan kehendak-Ku yang
berlaku, ketahui pulalah bahwa tidak ada y a n g dapat menghalangi Aku
menjatuhkan siksa bagi y a n g d u r h a k a , t i d a k ada j u g a y a n g dapat
membatalkan ketetapan-Ku menganugetahkan w a h y u kepada siapa yang Aku
nilai wajar menerimanya.
Kata ( ASO^U ) mala 'ikahlmalaikat adalah b e n t u k j a m a k dari kata ( d l l * )
malak. Dari segi redaksional, ini berarti bahwa y a n g m e n y a m p a i k a n w a h y u
Ilahi bukan hanya satu malaikat tertentu. Para ulama memahami kata tersebut
dalam arti seorang malaikat y a i t u m a l a i k a t Jibril as. y a n g bertugas pokok
menyampaikan wahyu. Bahwa ayat ini menggunakan redaksi yang berbentuk
jamak adalah untuk mengisyaratkan betapa a g u n g malaikat itu.
Bisa juga bentuk j a m a k itu tetap dalam pengertian j a m a k n y a , dan ini
berarti bahwa w a h y u Ilahi dapat saja disampaikan oleh beberapa malaikat
selain malaikat Jibril as. N a m u n demildan, perlu dicatat bahwa para malaikat,
selain Jibril as., tidaklah bertugas m e n y a m p a i k a n w a h y u al-Qur'an tetapi
w a h y u selain aI-Qur'an karena secara tegas Q S . a s y - S y u ' a r a ' [ 2 6 ] : 193
m e n y a t a k a n b a h w a a l - Q u r ' a n d i t u r u n k a n oleh ar-Ruh al-Amin, yakni
malaikat Jibril as. M e m a n g , w a h y u Allah b e r m a c a m - m a c a m dan ditujukan
kepada banyak manusia, bahkan ada w a h y u - N y a y a n g berarti ilham antara
lain yang d i w a h y u k a n kepada ibu Nabi M u s a as. (QS. al-Qashash [ 2 8 ] : 7 )
dan j u g a kepada lebah seperti terbaca pada ayat 68 surah ini.
1
Kata ( ^ j j J ) ar-ruh oleh ayat di atas dipahami oleh banyak ulama dalam
arti wahyu. Tuntunan-tuntunan AJlah dinamai ar-ruh karena dengannya jiwa
manusia h i d u p , sebagaimana j a s m a n i n y a hidup dengan nvawa. Ini serupa
dengan penamaan kebodohan dengan kematian, atau i l m u dengan cahaya.
Tanpa melaksanakan bimbingan w a h y u , manusia tidak dapat hidup sebagai
makhluk terhormat bahkan jiwanya mati, sehingga dia terkubur walau masih
menarik dan mengembuskan napas.
A y a t di atas m e n y i m p u l k a n semua ajaran Ilahi pada kalimat: tidak ada
tuhan melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku. Memang,
Ketuhanan Yang M a h a Esa diibaratkan sebagai matahari hidup manusia.
Kelompok I Ayat 2 S u r a h a n - N a h l [16] 529
Apabila dalam kehidupan dunia ini ada matahari yang dijadikan Allah swt.
sebagai sumber k e h i d u p a n m a k h l u k , t a u h i d adalah sumber kehidupan
m a k h l u k berakal. A p a b i l a tanpa pancaran cahaya matahari kehidupan
m a k h l u k di permukaan b u m i ini akan binasa, tanpa Ketuhanan Yang M a h a
Esa kehidupan jiwa manusia pun akan binasa. J i k a di sekeliling matahari
terdapat planet-planet tata surya seperti Bulan, M a t s , Yupiter, dan lain-lain
y a n g tidak dapat melepaskan diri dari daya tarik matahari—-dan jika terlepas
planet itu akan j a t u h — m a k a pada tauhid pun beredar kesatuan-kesatuan
y a n g tidak boleh dilepaskan dari daya tarik tauhid itu karena jika dilepaskan
manusia p u n jatuh meluncur menuju kebinasaan. Kesatuan-kesatuan itu
antara lain: 1) Kesatuan h i d u p d u n i a w i d a n u k h r a w i d a l a m arti y a n g
menentukan keadaan h i d u p seseorang di akhirat adalah a m a l - a m a l n y a di
dunia. 2) Kesatuan alam raya, dalam arti alam raya dan segala isinya diciptakan
oleh Allah Tuhan Yang M a h a Esa tanpa bantuan siapa pun dan kesemuanya
t u n d u k kepada pengaturan Yang M a h a Esa itu. 3) Kesatuan kemanusiaan
dalam arti tidak ada perbedaan akibat ras. Semua manusia memiliki hak-hak
asasi yang sama karena semua manusia diciptakan Allah dari seorang ayah
(Adam) dan seorang ibu ( H a w w a ) . 4 ) Kesatuan sumber agama, yakni agama
hanya bersumber dari Allah swt., tidak dari selain-Nya, dan bahwa agama-
agama y a n g disampaikan oleh para nabi kesemuanya sama dalam prinsip-
prinsip akidah, syariah, dan akhlaknya. 5) Kesatuan i l m u — y a k n i semua ilmu,
baik y a n g dinamai ilmu a g a m a m a u p u n selainnya—-adalah bersumber dari
Allah swt. 6) Kesatuan masyarakat sehingga tidak dikenal adanya kelas-kelas
dan kasta-kasta karena semua adalah h a m b a - h a m b a Allah swt. 7) Dan lain-
lain, seperti kesatuan natural dan supranatural, kesatuan rasa dan rasio, akal
dan kalbu, kesatuan h u k u m dan kasih sayang, dan lain-lain sebagainya.
AYAT 3-4
"Dia telah menciptakan langit dan bumi dengan haq. Mahatinggi Allah dari
apa yang mereka persekutukan. Dia telah menciptakan manusia dari mani,
tiba-tiba dia menjadi pembantah yang nyata. "
AYAT 5-6
"Dan binatang ternak telah Dia ciptakan untuk kamu; padanya ada yang
menghangatkan dan berbagai manfaat dan sebagiannya kamu makan. Dan
kamu memeroleh padanya keindahan ketika kamu membawanya kembali ke
kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. "
AYAT 7
"Dan ia memikul beban-beban kamu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup
mencapainya melainkan dengan susah payah. Sesungguhnya Tuhan kamu
benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. "
pembicaraannya, yang caat dan durhaka. Seperti firman-Nya di aras atau pada
Q S . a l - B a q a r a h [ 2 ] : 143.
AYAT 8
"Dan kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan sebagai
perhiasan. Dan Dia menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. "
Penggunaan bentuk mudhari'i\z3X3. kerja masa kini dan akan datang pada
kata ( , il£ ) yakhliuju/menciptakan mengisyaratkan akan berkembangnya
aneka alat transportasi y a n g belum tergambar dalam benak mitra bicara
(manusia) ketika t u r u n n y a ayat ini. Alat-alat itu pastilah lebih baik dari apa
y a n g selama i n i mereka ketahui.
Ayat ini dinilai oleh T h a h i r Ibn 'Asviir sebagai salah satu ayat yang
m e n g a n d u n g mukjizat dari aspek pemberitaan gaib. Ayat ini, m e n u r u t n y a ,
mengisyaratan akan adanva ilham Allah kepada manusia guna menciptakan
alat-alat transportasi y a n g lebih baik dan berguna daripada ketiga binatang
yang disebut di atas, dimulai dengan lahirnya sepeda, berlanjut dengan kereta
api, mobil, pesawat udara, dan lain-lain yang kesemuanya tidak dikenal oleh
generasi-generasi masa lalu sebelum terciptanya alat-alat tersebut.
Sayyid Q u t h u b menggarisbawahi penggalan ayal ini ( j J * J J U U Jjl&j )
tv a yakhluqu via la ta'lamun/dan Dia menciptakan apa yang kamu tidak
Kelompok I Ayat 9 S u r a h a n - N a h l [16] 539
AYAT 9
"Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus; dan di antaranya ada
yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu
semua. "
Akan tetapi, itu tidak dikehendaki-Nya dan sebagai gantinya, Dia telah
menciptakan bagi k a m u semua potensi akal y a n g m a m p u menalar dan
menganugerahkan kehendak y a n g dapat mengarahkan. Selanjutnya Dia
memberikan kebebasan kepada semua manusia u n t u k m e m i l i h . Itu semua
dalam rangka menguji manusia.
"Kami tidak akan menyiksa sampai Kami mengutus seorang rasul'' 1QS. al-
Isra' 117]: 15).
Ayat di atas m e n e g a s k a n secara tersurat b a h w a A l l a h swt. y a n g
menjelaskan jalan yang lurus, tetapi redaksi ayat ini tidak menyatakan bahwa
542 S u r a h a n - N a h ! [16J K e l o m p o k I A y a t 1C
Dia menjelaskan jalan yang bengkok. Ini karena yang menciptakan jalan yang
bengkok adalah manusia durhaka sendiri. Jalan itu sangat jelas keburukannya
bagi siapa pun yang menggunakan akal sehat. Demikian Ibn 'Asyur. Adapun
jalan kebaikan—sebagian di antaranya—yakni yang berkaitan dengan rincian
ibadah murni, maka ridak dapat terjangkau oleh nalar manusia, dan karena
itu ia harus bersumber dari Allah swt. Atas dasar itu, dikenal r u m u s yang
menyatakan: " D a l a m ibadah murni s e m u a n y a tidak boleh kecuali jika ada
penjelasannya dari Allah atau Rasul-Nya."
AYAT 10
"Dia-lah yang telah menurunkan dari langit air untuk kamu, sebagiannya
menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang
padanya kamu menggembalakan ternak kamu. "
Ayat ini dan avat-ayat berikut adalah perincian argumentasi keesaan Allah
swt. sekaligus uraian tentang aneka nikmat-Nya. Kalau ayat yang lalu berbicara
tentang manusia dan binatang, di sini diuraikan tentang t u m b u h - t u m b u h a n
y a n g merupakan bahan pangan dan kebutuhan manusia dan binatang.
A y a t di atas m e n g i n g a t k a n m a n u s i a — d e n g a n tujuan agar mereka
mensyukuri Allah dan memanfaatkan dengan baik a n u g e r a h - N y a — b a h w a
Dia Yang Mahakuasa itulah, yang telah menurunkan dan arah langit, yakni
awan air hujan untuk kamu manfaatkan. Sebagiannya menjadi minuman
y a n g segar dan sebagian lainnya m e n y u b u r k a n tumbuh-tumbuhan, yang
padanya, yakni di tempat t u m b u h n y a , kamu menggembalakan ternak kamu
sehingga binatang itu dapat makan dan pada gilirannya dapat menghasilkan
untuk k a m u susu, daging, dan bulu.
Kata ( ) svajar biasa digunakan dalam arti pohon vang kokoh bukan
y a n g merambat. Bahwa ayat ini menyatakan di tempat t u m b u h n y a kamu
menggembalakan ternak karena m e m a n g di Jazirah Arab, apalagi di sekitar
M e k k a h hampir tidak ditemukan padang r u m p u t . Ternak mereka makan
apa saja y a n g terdapat di sekitar pepohonan y a n g t u m b u h . Dari sini, tulis
K e l o m p o k I A y a t 11 S u r a h a n - N a h l [16] 543
Ibn 'Asyur, menjadi sangat tepat dan teliti pemilihan kata ( j ) fi/padanya
yang menunjuk tempat k e t i k a a y a t ini b e r b i c a r a t e n t a n g tempat
penggembalaan dan makanan binatang ternak itu, yakni binatang-binatang
m e m a k a n apa y a n g terdapat "'di bawah dan di sekitar'" tempat itu dari aneka
makanan yang sesuai.
AYAT 11
J 1
Silakan baca k e m b a l i h a l a m a n 2 1 2 .
544 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k I A y a t 12
AYAT 12
"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan dan bintang-
bintang ditundukkan pula dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berakal. "
AYAT 13
"Dan apa yang Dia kembangbiakkan untuk kamu di bumi dengan berlain-
lainan warnanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda bagi kaum yang mengambil pelajaran. "
Dan, selain aneka anugerah vang disebut, sebelum ini, Allah swt. j u g a
m e n u n d u k k a n apa yang Dia kembang biakkan untuk kamu di bumi seperti
aneka binatang, dengan berlain-lainan warna jenis, bentuk, dan cirinya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda y a n g jelas
lagi agung yang m e n u n j u k k a n kekuasaan Allah bagi kaum yang merenung
dan ingin -mengambilpelajaran walau perenungan y a n g d i l a k u k a n n y a tidak
terlalu mendalam, sebagaimana dipahami dari kata ( JTJU ) y a d z d z a k k a r u n
y a n g a s a l n y a a d a l a h ( Oj^SU» ) yatadzakkarun tetapi h u r u f ( _> ) ta'
d i i d g h a m k a n / d i g a b u n g dengan huruf ( i ) dzal.
pergantian m a l a m dan siang serta benda-benda langit, ini lebih sulit dari
kedua objek yang lalu sehingga vang melakukannya dinamai ( o )ya'qilun
dan ini adalah puncak tertinggi dari upaya pembuktian. Demikian lebih
kurang ar-Razi.
AYAT 14
"Dan Dia yang }'nenundukkan lautan agar kamu dapat memakan darinya
daging yang segar dan kamu mengeluarkan darinya perhiasan yang kamu pakai;
dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan agar kamu (bersungguh-
sungguh) mencari dari karuma-Nya, dan agar kamu bersyukur. "
"Tidak ada dosa atas kamu mencari anugerah (karunia) dari Tuhan kamu, "
y a k n i pada musim haji dalam Q S . al~Baqarah [ 2 ] : 198. N a m u n demikian,
pembatasan ini tanpa satu alasan. M e m a h a m i n y a secara u m u m dalam berbagai
aktivitas, dagang atau jasa, atau apa pun y a n g halal, baik pada musim h a j i —
sebagaimana konteks oleh ayat ahBaqarah di a t a s — m a u p u n di luar musim
itu, sebagaimana y a n g d i m a k s u d oleh ayat 14 ini, justru lebih baik karena
sejalan dengan bunyi redaksinya yang bersifat u m u m .
AYAT 15
AYAT 1 6 - 1 7
Dan di bumi vang Allah ciptakan itu, Dia jadikan juga alamat-alamat,
y a k n i t a n d a - t a n d a p e n u n j u k jalan. Dan dengan bintang-bintang yang
g e m e r l a p a n di langit, mereka, vaknl penghuni bumi, termasuk kaum
m u s y r i k i n y a n g e n g g a n m e n g e s a k a n A l l a h i t u , mendapat petunjuk
menyangkut arah di mana mereka berada serta ke mana mereka dapat menuju.
Setelah avat ini dan avat-ayat sebelumnya menguraikan secara gamblang
dan jelas bukti-bukti keesaan Allah swt. dan kekuasaan-Nya dalam mencipta,
mengatur, dan mengendalikan alam raya, serta menguraikan pula l i m p a h a n
karunia-Nya, maka wahai seluruh makhluk, khususnya mereka y a n g ingkar
dan durhaka, apakah m e n u r u t ukuran akal y a n g sehat sama antara y a n g
K e l o m p o k I Ayat 16-17 S u r a h a n - N a h l [16] 551
AYAT 18
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menghinggakannya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang."
Sebenarnya, bukan hanya apa yang disebut sebelum ini yang merupakan
anugerah A l l a h swt. kepada k a m u semua. M a s i h sangat b a n y a k selainnya.
Dan jika kamu semua, w a l a u dengan membagi-bagi tugas, berusaha
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghinggakannya
yakni mengetahui berapa j u m l a h n y a . Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang sehingga itulah sebabnya nikmat-Nya tidak
pernah Dia putus w a l a u k a m u durhaka.
Ketika menafsirkan Q S . Ibrahim [14]: 34 yang redaksinya serupa dengan
ayat di atas, kecuali penutupnya, penulis antara lain m e n g e m u k a k a n bahwa
ayat surah Ibrahim itu ditutup dengan m e n g e m u k a k a n dua sifat b u r u k
manusia: sangat zalim dan sangat kafir, sedang pada ayat surah an-Nahl ia
ditutup dengan: Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Perbedaan fash ilahi penutup k e d u a a y a t t e r s e b u t — d i sana
( jlir ^ ) zhaliimun kaffar dan di sini ( ) Ghafurun Rahim—
agaknya disebabkan konteks ayat dalam surah Ibrahim adalah uraian tentang
sikap m a n u s i a y a n g durhaka terhadap aneka anugerah Allah. M e r e k a tidak
mensyukurinya karena itu mereka dikecam. Sedangkan, dalam surah an-Nahl
konteks uraiannya adalah tentang aneka anugerah Allah dan kemurahan-Nya
serta b a g a i m a n a Allah m e n g h a d a p i m a n u s i a y a k n i , betapapun mereka
durhaka, Allah masih juga membuka pintu pemaafan buat mereka serta tetap
mencurahkan rahmat-Nya.
T h a h i r Ibn 'Asyur m e n a m b a h k a n bahwa penutup ayat surah Ibrahim
m e n y a t a k a n bahwa manusia sangat aniaya lagi kufur, sedang di sini Allah
M a h a Pengampun lagi M a h a Penyayang mengisyaratkan bahwa aneka nikmat
Ilahi y a n g mereka tidak syukuri itulah y a n g menjadikan manusia menjadi
a n i a y a d a n kufut, dan karena itu A l l a h m e n g h a d a p i m a n u s i a d e n g a n
K e l o m p o k I A y a t 18 S u r a h a n - N a h l [16] 553
AYAT 19
'Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu kikirkan. "
Jika bantuan itu masih tetap diberikan—dalam keadaan yang dibantu seperti
diluluskan di atas—besar kemungkinan yang membantu itu tidak mengetahui
sikap y a n g dibantu itu terhadapnya. J i k a demikian itu halnya, boleh jadi
timbul kesan bahwa kesinambungan anugerah Allah terhadap yang durhaka
itu disebabkan Dia tidak mengetahui keadaan vang sebenarnva atau Dia tidak
menyadari besarnya kedurhakaan vang bersangkutan sehingga mestinya dia
tidak termasuk yang d i a m p u n i . Nah. untttk m e n a m p i k kesan yang dapat
menjadi dugaan itu, Allah s w t . m e n g a n c a m dengan m e n y e b u t nama-Nva
y a n g teragung dan mencakup semua sifat-Nya, yakni "Allah'. Dan Allah
senantiasa mengetahui apa yang kamu rahasiakan, s e m u a n y a tanpa kecuali
dan juga selalu mengetahui apa yangkamu lahirkan, baik vang kamu lahirkan
itu tulus bersumber dari lubuk hati k a m u m a u p u n berpura-pura.
Dapat juga dikatakan bahwa avat ini merupakan argumentasi tentang
kewajaran Allah swt. untuk dipertuhan, setelah sebelum ini ditegaskan bahwa
Dia adalah Pencipta. (angan duga bahwa Allah setelah mencipta tidak lagi
mengetahui ciptaan-Nva. Dia bukan seperti pemilik pabrik arloji yang setelah
m e m b u a t n y a tidak lagi mengetahui apakah jam itu berjalan baik atau tidak,
atau tidak lagi mengetahui siapa vang m e m a k a i m a . Tidak! Allah tidak
demikian. Dia terus-menerus awas dan mengetahui gerak setiap jarum dan
mengetahui pula bila terhenti oleh satu dan lain hal. Allah M a h a Mengetahui
karena, jika Dia tidak mengetahui, tidak ada arti dari perintah-Nya untuk
tulus beribadah kcpada-Nva. Dan, seandainya Dia tidak mengetahui apa yang
tersembunyi, Dia tidak dapat m e m b e d a k a n siapa yang tulus beribadah dan
siapa pula yang culas dan pamrih.
Ayat ini tidak menyebut argumentasi pernyataannya. Agaknya ini tidak
diperlukan lagi setelah ditegaskan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu
termasuk manusia. Siapa yang menciptakan sesuatu, pastilah dia menguasainya
serta mengetahui secara terperinci segala sesuatu yang berkaitan dengannya,
termasuk apa vang dilakukan atau dapat d i l a k u k a n n y a , baik vang nyata
maupun yang tersembunyi. Agaknya, karena itu pula redaksi ayat y a n g
menunjuk ilmu Allah itu m e n g g u n a k a n bentuk mudhdri', yakni kata kerja
masa kini dan akan datang yang m e n g a n d u n g m a k n a k e s i n a m b u n g a n
pengetahuan-Nya, sekarang, akan datang, bahkan bersinambung secara terus-
menerus.
556 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k I A y a t 20-21
AYAT 2 0 - 2 1
"Dan apa-apa yang mereka seru selain Allah, Tidak dapat membuat sesuatu
apa pun, sedang mereka sendiri dibuat. Mereka adalah benda mati tidak hidup,
dan mereka tidak sadar bilakah mereka (para penyembahnya) akan
dibangkitkan. "
AYAT 22-40
557
558 S u r a h a n - N a h l [16]
S u r a h a n - N a h l [16] 559
AYAT 2 2 - 2 3
"Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak
beriman kepada akhirat, hati mereka ingkar, sedangkan mereka adalah orang-
orang yang sombong. Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.
Kalau kelompok ayat y a n g lalu berbicara tentang keesaan Allah swr. dan
bukti-bukti kekuasaan-Nya setelah sebelumnya mengancam tentang kepastian
kedatangan Kiamat atau janji-janji-Nya m e m e n a n g k a n kaum m u s l i m i n ,
kelompok ayat berikut m e n g u r a i k a n kebejatan sifat-sifat k a u m m u s y r i k i n ,
k e b u r u k a n sikap, ucapan, dan perbuatan mereka sambil m e m b u k t i k a n
kesalahan-kesalahan mereka. Demikian lebih kurang T h a b a t h a b a i .
M e m a n g , bukti-bukti tentang keesaan Allah dan kewajaran-Nya u n t u k
dipertuhan dan disembah telah dipaparkan sedemikian jelas, demikian juga
bukti-bukti tentang kelemahan selain-Nya. Jika d e m i k i a n , tentulah Tuhan
kamu, wahai semua makhluk, adalah Tuhan Yang Maha Esa dalam Zat,
sifat, dan perbuatan-Nya dan wajib juga diesakan dalam beribadah kepada-
Nya. Dan jika demikian, jelas sudah bukti-bukti itu, maka sebenarnya orang-
orangyang tidak beriman kepada keesaan Allah dan hari Akhirat, hati mereka
ingkar, yakni sangat mantap dalam mengingkari hakikat-hakikat kebenaran
atas dasar keras kepala semata-mata, sedangkan ?nereka adalah ora?ig-orang
yang sangat sombong.
AJI ah menilai mereka sombong dan keras kepala. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai, yakni tidak m e l i m p a h k a n anugerah dan ganjaran y a n g bersifat
khusus bagi orang-orang yang sombong, yakni yang jiwa mereka telah dipenuhi
oleh k e a n g k u h a n dan telah terbukti keangkuhan itu dalam tingkah laku
mereka.
Kata ( ^j*r ^ ) la jararna, w a l a u d i p e r s e l i s i h k a n asal k a t a n y a dan
penggunaannya, pakar-pakar bahasa sepakat memahaminya dalam arti '"pasti".
Penggalan ayat ini m e n g a n d u n g ancaman, y a k n i Allah pasti mengetahui
perbuatan dan isi hati mereka sehingga Allah akan memberi balasan y a n g
setimpal atas pengingkaran mereka terhadap kebenaran dan atas kesombongan
mereka kendati mereka m e n y e m b u n y i k a n n y a .
AYAT 2 4 - 2 5
Kata ( j'-jji ) awzar adalah bentuk j a m a k dari kata f \\j ) ivizrvung asal
katanya berarti berat. Gununtr memberi kesan sesuatu yantr berat dan besar—
bahkan demikian itulah hakikat keadaannya—-karena itu ia dinamai wizr.
:
Demikian juga "menteri" dinamai u azir karena jabatan ini mengandung satu
tanggung jawab besar dan berai, baik kepada raja/presiden m a u p u n kepada
Tuhan. Dosa dinamai wizr karena seseorang yang berdosa merasakan di dalam
jiwanya sesuatu yang berat, berbeda halnya dengan kebajikan. Di samping
itu, "dosa" akan menjadi sesuatu yang sangat berat dipikul oleh pelakunya di
hari Kemudian.
K e l o m p o k II A y a t 2 4 - 2 5 S u r a h a n - N a h l [161 563
"Jika Dia menghendaki Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-
kapal itu terhenti di permukaannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bagi setiap orang yang banyak bersabar
dan banyak bersyukur; atau kapal-kapal itu dibinasakan-Nya karena perbuatan
mereka atau Dia memaafkan sebagian besar (dari mereka)" (QS. asy-Syura
142]: 3 3 - 3 4 ) .
564 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k II A y a t 2 4 - 2 5
Bahwa ayat di atas hanya berkata sebagian karena yang mengikuti mereka
itu m e m i k u l juga dosa-dosa y a n g lam y a n g bukan bersumber dari ajakan
orang-orang kafir penyesat itu.
Bahwa orang y a n g mereka sesatkan m e m i k u l d o s a — w a l a u p u n mereka
ridak mengetahui atau dalam istilah ayat di atas ( J ^ J ) bighairi 'iim-—
karena pada h a k i k a t n y a mereka telah dianugerahi potensi oleh Allah swt.
untuk mengetahui, penjelasan-penjelasan pun sudah sedemikian banyak dan
gamblang. N a m u n , mereka tidak m e n g g u n a k a n potensi itu, tidak juga
menghiraukan penjelasan y a n g berulang-ulang itu. Benar, bahwa seseorang
u d a k d i t u n t u t m e m p e r t a n g g u n g j a w a b k a n hal-hal y a n g berada di luar
pengetahuannya, tetapi dia tetap dituntut menyangkut hal-hal yang dia tidak
ketahui jika seandainya k e t i d a k t a h u a n n y a itu akibat kecerobohan atau
keengganan menggunakan potensinya.
Ibn 'Asyur memahami kata bighairi 'ilm (tanpa pengetahuan) sebagai
berfungsi m e n g g a m b a r k a n betapa buruk penyesatan para pendurhaka itu.
Kata ini m e n u r u t n y a bukanlah syarat, yakni pembatasan, karena tidak ada
penyesatan kecuali bila yang disesatkan tidak mengetahui secara keseluruhan
atau paling tidak sebagian dari bahan penyesatan itu.
K e l o m p o k II A y a t 2 6 S u r a h a n - N a h l [16] 565
AYAT 2 6
dalam bentuk nasihat yang tulus, padahal tujuan mereka adalah menghambat
tersebarnya ajaran al-Qur'an dan menghalangi berpancarnya cahaya Ilahi.
Karena itu, upaya tersebut dinamai makar.
Firman-Nya: ( ^ J y> J£-^\ H^-LP y* -u-W^ j * ^ L u &\ ) fa ata
AUM) bunyanahum min al-qawa 'idifakharra 'alaihim as-saqfu minfawqihiml
maka Allah mendatangi bangunan-bangunan mereka dari fondasi-fondasinya,
lalu atap jatuh menimpa mereka dari atas d i p a h a m i oleh beberapa ulama,
semacam Ibn Jarir ath-Thabari dan M u h a m m a d S a y y i d T h a n t h a w i , dalam
arti yang sebenarnya, yakni benar-benar mereka ditimpa oleh atap bangunan/
r u m a h mereka. Tetapi, a g a k n y a pendapat y a n g lebih kuat adalah y a n g
m e m a h a m i redaksi tersebut dalam arti m ^ z i / k i a s a n . Yakni, orang-orang
kafir itu mengatur rencana buruk untuk para nabi. Rencana mereka sungguh
matang, segala langkah telah mereka ambil dan telah siap untuk dilaksanakan,
tetapi tiba-tiba gagak Hal itu diibaratkan seperti keadaan seseorang y a n g
membangun bangunan. Mereka menggali fondasi untuk tegaknya tiang-tiang
dan menyelesaikan bangunan itu hingga rampung atapnya dan siap dihuni,
tetapi tiba-tiba terjadi bencana, y a k n i bangunan runtuh akibat g e m p a yang
menghancurkan fondasi bangunan.
AYAT 2 7
menyiksa dengan siksaan y a n g pedih, lahir dan batin, dam ketika itu Allah
akan berfirman mengecam mereka, "Di manakah sembahan-sembahan yang
k a m u jadikan sekutu-sekutu-Ku itu,yangWarena. membelanya dan mengakui
k e t u h a n a n n y a kamu selalu memusuhi mereka, y a k n i m e m u s u h i para nabi
dan orang-orang m u k m i n ? " Telah berkata, yakni pasti akan menjawab secara
spontan, orang-orang yang telah diberi ilmu dan memanfaatkan ilmunya secara
benar bahwa: "Sesungguhnya kehinaan pada hari ini, yakni Hari Kiamat,
dan azab ditimpakan atas orang-orang kafir y a n g telah mendarah daging
kekufuran dalam diri mereka.
Kata ( j y U j ) tusyaqqiin terambil dari kata ( J i ) syaqqa, yakni membelah
sesuatu dan memisahkan dari bagiannya. Dari sini, ia digunakan dalam arti
perselisihan, perbedaan, dan permusuhan menyangkut hal-hal yang semestinya
tidak diperselisihkan. Kemusyrikan para pendurhaka mestinya tidak terjadi.
M e r e k a seharusnya m e n y a t u dan b e r h u b u n g a n harmonis d e n g a n para
penganut tauhid karena tauhid adalah fitrah yang menghiasi jiwa semua
manusia. E)engan kemusyrikan itu. mereka membelah persatuan kemanusiaan
dan memisahkan diri. Keterbelahan dan keterpisahan itu menjadikan kedua
pihak bagaikan tidak dapat m e n y a t u lagi.
Yang dimaksud dengan ( ^UJl \y>^ ) ulu al-'ilmlorang-orang yang telah
diberi ilmu a d a l a h para nabi dan rasul serta o r a n g - o r a n g mukmin.
Thabathaba'i m e m a h a m i istilah ini dalam arti orang-orang yang memiliki
pengetahuan mendalam tentang hakikat tauhid. Apalagi ayat ini menjelaskan
bahwa mereka itu menyampaikan hal tersebut di hari Kemudian, padahal di
hari Kemudian nanti tidak semua orang dapat berbicara. Ketika itu. tidak
ada y a n g berbicara, kecuali yang diizinkan Allah, dan apa yang mereka
T
sampaikan adalah kebenaran (baca Q S . \ a b a ' [781: 3 8 ) . Suatu ucapan tidak
dapar disifati dengan kebenaran dalam makna yang sebenarnya kecuali yang
pengucapnya terpelihara dari kesalahan, ketidakwajaran, dan kebatilan. Dan
seseorang tidak terpelihara dalam ucapannya kecuali apabila terpelihara pula
dalam perbuatan dan dalam p e n g e t a h u a n n y a . D e n g a n d e m i k i a n , y a n g
d i m a k s u d dengan (itu al-'ilm-—-tulis Thabathaba i menyimpulkan—adalah
orang-orang yang tidak melihat kecuali /W/, tidak melakukan kecuali yang
/ w / d a n tidak berucap kecuali vang/W/.
568 S u r a h a n - N a h l [161 K e l o m p o k II A y a t 2 8 - 2 9
AYAT 2 8 - 2 9
1 1
Baca kembali halaman 468.
570 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k II A y a t 30-31
Dengan bala, terhapus negasi itu lalu dibenarkan olehnya. Sehingga, jawaban
i t u m e n y a t a k a n : K a l i a n b u k a n n y a t i d a k m e l a k u k a n dosa! K a l i a n
melakukannya!
Penutup ayat 2 9 di atas m e n g g u n a k a n kata ( j,y£A\) al-mutakabbirhu
berbeda dengan ayat 2 3 yang menggunakan kata ( j , ) al-mustakbirin.
Kedua m a k n a kata itu sejalan walau dari segi bahasa kata al-mustakbirin
mengisyaratkan bahwa y a n g bersangkutan merasa besar dan a n g k u h serta
m e n a m p a k k a n k e a n g k u h a n n y a kepada pihak lain, sedang al~mutakabbirin
adalah yang a n g k u h walau tidak m e n a m p a k k a n k e a n g k u h a n itu dalam
kenyataan. Kaum musyrikin y a n g dibicarakan oleh ayat 2 3 adalah y a n g
menampakkan keangkuhannya, sedang ayat 29 menyatakan bahwa jangankan
y a n g m e n a m p a k k a n keangkuhan, vang angkuh pun tidak wajar m e n g h u n i
surga. Dalam konteks mi, Nabi saw. bersabda, " T i d a k akan masuk surga
siapa yang terdapat dalam hatinya walau sebesar dzarrah dari keangkuhan.'"
AYAT 30-31
AYAT 32
Orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka
mengatakan : "Salamun 'Alaikum, masuklah ke surga sebagai imbalan apa
yang telah kamu kerjakan. "
AYAT 3 3 - 3 4
"Tidak ada yang mereka tunggu selain kedatangan para malaikat kepada
mereka atau datangnya perintah Tuhanmu. Begitulah yang telah diperbuat
oleh orang-orang sebelum mereka, padahal Allah tidak menganiaya mereka,
akan tetapi, merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Maka mereka
ditimpa oleh kejahatan perbuatan mereka dan mereka diliputi oleh apa yang
selalu merekaperolok-olokkan. "
AYAT 35
Nya. " Begitulah yang diperbuat orang-orang sebelum mereka; makatidak ada
kewajiban atas para rasuk selain penyampaian yang terang. "
Selanjutnya, jika mereka berkata: "Logika itu keliru", itulah yang dicari karena
Rasul saw. tidak akan berucap demikian, dan mereka pun seharusnya tidak
berucap demikian sehingga gugurlah dalih tersebut.
AYAT 3 6
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat: 'Sembahlah
Allah, dan jauhilah Thdghut,' maka di antara mereka ada yang diberi petunjuk
oleh Allah dan ada pula di antara mereka yang telah pasti atasnya kesesatan.
Maka berjalanlah di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan para
pendusta."
S e l a n j u t n y a , a y a t ini m e n g h i b u r N a b i M u h a m m a d saw. d a l a m
m e n g h a d a p i para p e m b a n g k a n g dari k a u m beliau. Seakan-akan ayat ini
menyatakan: Allah p u n telah m e n g u t u s m u . M a k a , ada di antara u m a t m u
yang menerima baik ajakan m u dan ada juga yang membangkang. Dan keadaan
y a n g e n g k a u alami itu sama j u g a dengan y a n g d i a l a m i oleh para rasul
sebelummu karena sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat
sebelum Kami m e n g u t u s m u , lalu mereka m e n y a m p a i k a n kepada kaum
mereka masing-masing bahwa: "Sembahlah Allah, yakni t u n d u k dan patuhlah
dengan p e n u h pengagungan kepada Tuhan Yang M a h a Esa saja, jangan
m e n y e m b a h selain-Nya, apa dan siapa pun, dan jauhilah Thdghut, yakni
segala macam yang melampaui batas, seperti penyembahan berhala dan
kepatuhan kepada tirani. "Ajakan para rasul itu telah diketahui oleh u m a t
masing-masing rasul maka di antara mereka, y a k n i umat para rasul itu ada
orang-orang yang hatinya terbuka dan pikirannya jernih sehingga AJlah
m e n y a m b u t n y a dan dia diberi petunjuk oleh Allah, dan ada pida di antara
mereka yangkerzs kepala lagi bejat hatinya sehingga mereka menolak ajakan
rasul mereka dan, dengan d e m i k i a n , menjadi telah pasti atasnya sanksi
kesesatan yang mereka pilih sendiri itu. W a h a i u m a t M u h a m m a d , jika k a m u
ragu m e n y a n g k u t apa y a n g disampaikan Rasul, termasuk kebinasaan para
K e l o m p o k II A y a t 3 6 S u r a h a n - N a h l [16] 577
"Adapun kaum Tsamud maka Kami telah memberi mereka hidayah, tetapi
mereka lebih senang kebutaan (kesesatan) daripada hidayah" ( Q S . Fushshilat
[41 J: 17). Kedua, hidayah (petunjuk) serta kemampuan untuk melaksanakan
isi hidayah itu sendiri. Ini tidak dapat d i l a k u k a n kecuali oleh Allah swt,
karena itu ditegaskannya bahwa:
AYAT 3 7
AYAT 38
"Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpah mereka yang sungguh-
sungguh: Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati'. Ya (tidak
demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitkannya), sebagai suatu janji
yang benar atas-Nya, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui, "
Ayat-ayat y a n g lalu telah menjelaskan secata gamblang keesaan Allah
swt. d a n k e k u a s a a n - N y a d a l a m m e n c i p t a d a n m e n g a t u r . Sungguh
mengherankan jika mereka enggan percaya setelah penjelasan dan bukti-bukti
i t u . A d a hai l a i n d a r i s i k a p k a u m m u s y r i k i n itu y a n g j u g a s a n g a t
mengherankan. Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpah mereka
yang sungguh-sungguh: "Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati".
580 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k II A y a t 3 9
Ya, yakni tidak demikian, bahkan pasti Aliah akan membangkitkannya katena
tidak ada sedikit atau sesuatu y a n g dapat m e n g h a l a n g i - N y a , apa lagi hal itu
telah Dia janjikan sebagai suatu janji yang benar atas-Nya, y a k n i y a n g Dia
wajibkan atas d i r i - N y a u n t u k menepatinya, sedang j a n j i - N y a tidak pernah
Dia langgar, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
Kata ( \J^JI\ ) aqsamu terambil dari ( i ) qasam y a n g d i g u n a k a n al-
Q u r ' a n u n t u k m a k n a s u m p a h y a n g benar-benar tulus. Ini berbeda dengan
kata ( ) hilfyan.g j u g a b e r m a k n a sumpah, tetapi ia digunakan u n t u k
sumpah yang dibuat-buat atau sumpah yang dapat dibatalkan oleh pelakunya.
Dengan demikian, ayat ini mengisyaratkan bahwa memang k a u m musyrikin
yang dimaksud oleh ayat-ayat ini benar-benar yakin sepenuh hati bahwa orang-
orang mati tidak akan dibangkitkan Allah swt. Ini karena akal mereka tidak
dapat menerima sesuatu yang telah hancur atau menjadi tulang belulang dapat
hidup kembali. Mereka selalu berkata: "Apakah jika kita mati d a n telah
menjadi tanah dan tulang belulang masih dapat juga kita dibangkitkan?"
Ayat ini tidak membantah dalih penolakan mereka karena memang tidak
terdapat di sini dalih penolakan. Tetapi, di tempat lain d i t e m u k a n aneka
argumentasi tentang keniscayaan Kebangkitan setelah kematian. Lihatlah
misalnya Q S . al-Isra [ 1 7 ] : 4 9 - 5 1 .
AYAT 39
"Agar Dia menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan dan
agar orang-orang yang kafir mengetahui bahwa mereka adalah para
pembohong. "
AYAT 4 0
AYAT 41-50
583
584 S u r a h a n - N a h l [16]
K e l o m p o k 111 A y a t 4 1 - 4 2 S u r a h a n - N a h l [16] 585
AYAT 4 1 - 4 2
"Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti
Kami akan menempatkan mereka di dunia pada tempat yang bagus. Dan
pasti ganjaran akhirat lebih besar; jika mereka mengetahui. (Mereka adalah)
orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakal. "
Beberapa ulama berpendapat bahwa hijrah yang dimaksud oleh ayat ini
adalah hijrah sebagian sahabatNabi saw. menuju Habasyah (Ethiopia). Hijrah
pertama ini terjadi pada tahun ke V setelah kenabian dan diikuti oleh dua
belas orang pria dan empat orang wanita. Kemudian disusul dengan beberapa
kelompok lagi y a n g j u m l a h n y a 83 orang pria dan delapan atau sembilan
belas orang wanita.
AYAT 4 3
"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada ahl adz-Dzikr
jika kamu tidak mengetahui, "
"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, dan tidaklah Kami
jadikan mereka jasad-jasad yang tidak memakan makanan dan tidak pula
mereka itu orang-orang yang kekal'(QS. al-Anbiya' [ 2 1 ] : 7 - 8 ) .
Para ulama menjadikan kata ( Jbr^ ) rijdl pada ayat ini sebagai alasan
u n t u k menyatakan bahwa semua manusia y a n g diangkat Allah sebagai rasul
adalah pria, dan tidak satu pun yang wanita! M e m a n g , dari segi bahasa, kata
rijalyang, merupakan bentuk jamak dari kata ( J * - j ) rajulsering kali dipahami
d a l a m arti lelaki. N a m u n d e m i k i a n , terdapat ayat-ayat a h Q u r ' a n y a n g
mengesankan bahwa kata tersebut tidak selalu dalam arti jenis kelamin lelaki.
Ia d i g u n a k a n juga u n t u k menunjuk manusia yang memiliki keistimewaan
atau ketokohan atau ciri tertentu yang m e m b e d a k a n mereka dari y a n g lain.
Bacalah misalnya firman-Nva:
K e l o m p o k III A y a t 4 3 S u r a h a n - N a h l [16] 591
Kata ( O ' ) inljika pada ayar di atas, yang biasanya digunakan menyangkut
sesuatu yang tidak pasti atau diragukan, mengisyaratkan bahwa persoalan
y a n g dipaparkan oleh Nabi saw. d a n a l - Q u r ' a n sudah demikian jelas sehingga
diragukan adanya ketidaktahuan dan, dengan demikian, penolakan yang
d i l a k u k a n k a u m m u s y r i k i n itu bukan lahir dari ketidaktahuan, tetapi dari
sikap keras kepala.
W a l a u p u n penggalan ayat ini turun dalam konteks tertentu, yakni objek
pertanyaan, serta siapa vang ditanya tertentu pula, karena redaksinya yang
bersifat u m u m , ia dapat d i p a h a m i pula sebagai perintah bertanya apa saja
y a n g tidak diketahui atau diragukan kebenarannya kepada siapa pun y a n g
tahu dan tidak tertuduh objektivitasnya.
Di sisi lain, perintah untuk bertanya kepada ahl al-Kitdb—yang dalam
ayat ini mereka digelari ahl adz-Dzikr—menyangkut apa yang tidak diketahui,
selama mereka dinilai berpengetahuan dan objektif, m e n u n j u k k a n betapa
Islam sangat terbuka dalam perolehan pengetahuan. M e m a n g , seperti sabda
Nabi saw.: " H i k m a h adalah sesuatu y a n g d i d a m b a k a n seorang m u k m i n , di
m a n a pun dia m e n e m u k a n n y a , dia y a n g lebih wajar m e n g a m b i l n y a . "
D e m i k i a n juga dengan ungkapan y a n g populer dinilai sebagai sabda Nabi
saw. w a l a u p u n bukan, yaitu: "Tuntutlah i l m u walaupun di negeri C i n a . " Itu
592 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k lii A y a t 4±
AYAT 4 4
Salah satu nama al-Qur'an adalah ( ^ J S \ ) adz-Dzikr ysiig dari segi bahasa
adalah antonim kata lupa. Al-Qur'an dinamai demikian karena ayat-avatnya
berfungsi mengingatkan manusia apa yang dia berpotensi melupakannya dari
kewajiban, t u n t u n a n dan peringatan y a n g seharusnya dia selalu ingat,
laksanakan, dan indahkan. Di sisi lain, tuntunan dan petunjuk-petunjuknya
harus pula selalu diingat dan d i c a m k a n .
Penyebutan anugerah Allah kepada Nabi M u h a m m a d saw. secara khusus
dan bahwa yang d i a n u g e r a h k a n - N v a itu adalah adz-Dzikr mengesankan
perbedaan k e d u d u k a n beliau dengan para nabi dan para rasul sebelumnya.
D a l a m konteks ini, Nabi M u h a m m a d saw. bersabda: "Tidak seorang nabi
pun kecuali telah d i a n u g e r a h i A l l a h apa ( b u k t i - b u k t i i n d r i a w i ) y a n g
menjadikan manusia percaya padanya. Dan sesungguhnya aku dianugerahi
w a h y u (al-Qur'an yang bersifat immaterial dan kekal sepanjang masa), m a k a
aku mengharap menjadi yang paling banyak pengikutnya di hari Kemudian"
(HR. B u k h a r i ) .
Pengulangan kata turun dua kali, yakni ( ^JLJi biji?) anzalnd ilaikalKami
turunkan kepadamu dan ( p^-Jj J j j 1«) md nuzzila ilailnmlapa yang telah
diturunkan kepada mereka m e n g i s y a r a t k a n perbedaan penurunan yang
d i m a k s u d . Yang p e r t a m a a d a l a h p e n u r u n a n a l - Q u r ' a n k e p a d a N a b i
M u h a m m a d saw. yang bersifat langsung dari Allah swt. dan dengan redaksi
pililian-Nya sendiri, sedang yang kedua adalah yang ditujukan kepada manusia
seluruhnya. Ini adalah penjelasan-penjelasan Nabi M u h a m m a d saw. tentang
a l - Q u r ' a n . Penjelasan y a n g d i m a k s u d adalah berdasar w e w e n a n g y a n g
diberikan Allah kepada Nabi M u h a m m a d saw., dan wahyu atau ilham-Nya
yang beliau sampaikan dengan bahasa dan redaksi beliau.
untuk memberikan kepadamu kuasa mutlak yang gaib atau kehendak Ilahiah
yang menjadikanmu m a m p u melakukan dan menguasai segala sesuatu, tetapi
w a h y u itu Kami t u r u n k a n k e p a d a m u u n t u k dua hal. Pertama, untuk
menjelaskan apa yang d i t u r u n k a n secara bertahap kepada m a n u s i a karena
ma'rifah Ildhiyah tidak dapat diperoleh m a n u s i a tanpa perantara karena itu
diutus seorang dari mereka (manusia) untuk menjelaskan dan mengajar.
Kedua, adalah harapan kiranya mereka berpikir m e n y a n g k u t d i r i m u —
w a h a i Nabi a g u n g — a g a r m e r e k a m e n g e t a h u i b a h w a apa y a n g e n g k a u
sampaikan itu adalah kebenaran y a n g bersumber dari Allah swt. Keadaan
dan situasi yang menyelubungi dirimu, peristiwa-peristiwa yang menimpamu
sepanjang hidup, seperti keyatiman, k e t i d a k m a m p u a n belajar dan menulis,
ketiadaan pendidik yang baik, kemiskinan, keterbelengguan dalam lingkungan
orang-orang bodoh y a n g tidak disentuh oleh keistimewaan peradaban, dan
lain-lain, semua itu merupakan faktor-faktor yang menghalangimu mengecup
setetes kesempurnaan. Tetapi, Allah menurunkan kepadamu adz-Dzikr'y'ang
menantang siapa pun yang ragu, dari jenis manusia dan jin, dan yang mengatasi
kitab suci y a n g lain serta menjadi penjelas bagi segala sesuatu serta petunjuk,
rahmat, bukti, serta cahaya benderang. Demikian lebih kurang Thabathaba'i.
AYAT 4 5 - 4 7
"Maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu merasa aman
dari ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datang azab
kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari, atau Allah mengazab
mereka dalam perjalanan mereka, maka sekali-kali mereka tidak dapat
mengelak atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur. Maka,
sungguh, Tuhan kamu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. "
2-1
Lihat kembali halaman 565.
K e l o m p o k III A y a t 4 5 - 4 7 S u r a h a n - N a h l [16] 597
oA* J j ^ 4 ^ S?? g* ^ 1
4 U^-J» cjj*\ 4 * ^ ^
AYAT 4 8
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan
Allah yang bayangan-bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam
keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri?"
2
'' Rujuk halaman 536.
K e l o m p o k III A y a t 4 9 - 5 0 S u r a h a n - N a h l [16] 599
1
tunggalnya adalah ( J u f ) syimal. Ini agaknya sekadar u n t u k m e m p e r m u d a h
p e n g u c a p a n karena y a n g d i m a k s u d oleh k e d u a kata k u adalah j a m a k .
Demikian pendapat beberapa ulama. Asy-SyaTawi berpendapat lain.
M e n u r u t n y a , awal penggalan ayat ini yang menyatakan apakah mereka tidak
memerhatikan segala sesuatu menunjukkan bahwa tidak satu pun y a n g luput.
J i k a d e m i k i a n , ia m e n g g a m b a r k a n sesuatu y a n g paling sedikit y a n g dapat
terlintas dalam benak, yaitu bilangan "satu" karena kalimat ayat ini menyatakan
tidak satu pun, w a l a u p u n dalam saat y a n g sama ia menginformasikan hal
yang u m u m mencakup semua hal karena dinyatakannya tidak satu pun, yakni
semuanya. Setelah itu, datang kata bayangan-bayangan y angbcrbtntuk jamak
dan menunjuk kepada segala sesuatu ku. Dari sini dipahami bahwa penggalan
ayat ini berbicara tentang satu (tunggal) dan banyak (jamak), dan karena itu,
ketika berbicara tentang arahnya, ayat ini p u n m e n g g u n a k a n dua bentuk.
Sekali tunggal yaitu kanan yang d i m a k s u d k a n agar bersanding dengan y a n g
t u n g g a l i t u , d a n s e k a l i j a m a k , v a k n i kiri y a n g d i m a k s u d k a n u n t u k
m e n u n j u k k a n b a n y a k n y a bayangan-bayangan sebagaimana ditegaskan oleh
ayat ini dan diisyaratkan oleh kalimat segala sesuatu. D e m i k i a n asy-Sya'rawi.
AYAT 4 9 - 5 0
"Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan apa
yang berada di bumi, yakni semua makhluk yang melata dan para malaikat,
sedang mereka tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka
yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan. "
surya kita ini. Dan inilah y a n g sedang dan akan terus diupayakan u n t u k
diketahui oleh i l m u pengetahuan modern."
Penulis e n g g a n berspekulasi atau tetlalu j a u h m e m a h a m i ayat i n i .
Memang, jika kita m e m b u k a ayat-ayat al-Qur'an yang berbicara tentang "apa
yang ada di langit dan bumi", ditemukan bahwa al-Qur'an m e n g g u n a k a n
dua kata yang menunjuk kepadanya. Pertama, kata ( U ) md seperti ayat y a n g
ditafsirkan ini y a n g oleh bahasa Arab d i g u n a k a n untuk b e n d a / m a k h l u k tak
berakal. Kedua, adalah kata ( ^ ) rnan yang biasa digunakan untuk makhluk
berakal. Bacalah misalnyaQS. Ali 'Imran [31:83: ( J ^ J ^ J Oij^-Jl j ^
wa lahu aslama manfi as-samdwdti wa ahardhlkepada-Nyalah berserah diri.
siapa yang ada di semua langit dan bumi. Kata "siapa" di sini dan ayat-ayat
s e m a c a m n y a dijadikan dasar oleh beberapa ulama u n t u k m e n u n j u k adanya
m a k h l u k " b e r a k a f di langit. Tetapi, di langit m a n a dan siapa yang dimaksud
dengan y a n g berakal itu, ayat ini tidak menjelaskannya. Paling tidak kita
dapat berkata bahwa y a n g dimaksud dengan m a k h l u k berakal itu adalah
malaikat atau jin.
"Dan tiadalah satu dabbah pun di bumi tidak pula burungyang terbang dengan
kedua sayapnya melainkan umat-umat seperti kamu juga. "
7
J i k a d e m i k i a n , apa y a n g d i m a k s u d d e n g a n dabbah . Amat sulit
m e n e n t u k a n n y a karena bahasa tidak secara tegas menetapkan arti tententu
b a g i n y a . Di sisi l a i n , p e r l u d i t a m b a h k a n b a h w a b a h a s a A r a b biasa
menggunakan bentuk mutsannd (dual) tetapi y a n g dimaksudnya hanya salah
satunya. Boleh jadi ayat surah a s y - S y u r a y a n g d i s i n g g u n g di atas y a n g
menyatakan dabbah (makhluk-makhluk melata) yang Dia sebarkan pada
keduanya (langit dan bumi), tetapi y a n g d i m a k s u d n y a hanya satu yaitu di
bumi. Betapapun, y a n g pasti adalah kata dabbah dapat mencakup manusia,
jin, dan binatang. Kita tidak dapat mengingkari bahwa jin dapat menembus
angkasa luar dan di antara mereka ada y a n g taat dan ada pula y a n g durhaka
(baca Q S . al-Jinn [72]: 8 - 1 1 ) . Kalaupun di angkasa luar tidak ada m a k h l u k
yang bergerak selain jin, ayat ini sama sekali tidak meleset dalam informasinya.
AYAT 51-64
605
606 S u r a h a n - N a h l [16]
09 v ^ ^ ^ S ^ ^ i ^ ^
K e l o m p o k IV A y a t 51 S u r a h a n - N a h l [16] 607
AYAT 51
lurus tanpa penyisipan itu. Ulama y a n g menolak memahami kata ildh dalam
arti yang disembah berpendapat bahwa pada m u l a n y a kata tersebut diletakkan
oleh bahasa dalam arti Pencipta, Pengatur, Penguasa alam raya, yang di dalam
genggaman-Nya segala sesuatu. Sekian b a n y a k ayat al-Qur'an y a n g mereka
paparkan u n t u k m e n d u k u n g pandangan ini, misalnya,
"Allah tidak mempunyai anak, dan tiada ilah bersama-Nya karena seandainya
demikian (yakni ada ilah bersama-Nya) niscaya setiap ilah membawa makhluk
yang diciptakannya dan sebagian dari mereka (ildh-ildh itu) akan mengalahkan
sebagian (ilah) yang lain. Mahasuci Allah dari yang mereka sifatkan itu"(QS.
al-Mu'minun [23]: 9 1 ) .
Cobalah p a h a m i kata ilah pada ayat di atas dengan "yang disembah",
niscaya uraian y a n g dikehendaki oleh ayat itu akan sangat berbelit-belit,
berbeda jika Anda mengartikannya sebagai Penguasa dan Pengatur alam raya,
dan yang di dalam genggaman-Nya segala kekuasaan. Perhatikan juga firman-
N y a dalam Q S . al-Isra [ 1 7 ] : 4 3 dan lain-lain.
Kata ilahain, sebagaimana dikemukakan di atas, adalah bentuk dual yang
m e n u n j u k kepada dua sehingga sepintas kata ( J ^ J ) ) itsnain y a n g juga berarti
dua dan y a n g datang sesudah kata ilahain tidak diperlukan lagi. Al-Biqa'i
610 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 51
T h a b a t h a b a ' i , di s a m p i n g m e n y i n g g u n g p e n d a p a t s e r u p a , j u g a
m e n a m b a h k a n bahwa penyebutan dua di sini berkaitan dengan pandangan
mereka y a n g pada prinsipnya memercayai adanya dua tuhan. Pertama, tuhan
pencipta dan sekadar pencipta, dan tuhan kedua adalah t u h a n pengatur dan
pengendali y a n g kepadanya mereka beribadah. Tuhan pertama y a n g mereka
percayai sekadar sebagai tuhan pencipta mereka nilai juga sebagai tuhan dari
tuhan-tuhan yang lain. Dan, dengan demikian, ayat ini, tulis Thabathaba'i,
bermaksud menyatakan: "Janganlah memercayai a d a n y a d u a tuhan, tuhan
pencipta dan tuhan pengatur. Tuhan hanya satu lagi M a h a Esa, Dia Pencipta
dan Dia juga Pengatur dan Pengendali."
Kata ( d j » ) ildh y a n g kedua pada ayat ini berbentuk tunggal dan sesudah
itu d i h a d i r k a n lagi kata ( ) wdhid y a n g b e r m a k n a satu. Ini dapat
m e n i m b u l k a n kesan sebagaimana y a n g d i t i m b u l k a n oleh kata dua pada
p e n g g a l a n y a n g l a l u . A g a k n y a , k e h a d i r a n k a t a satu di s i n i u n t u k
mengisyaratkan bahwa Tuhan adalah Esa d a l a m Zat, sifat, dan perbuatan.
Satu j a m tangan, kendati ia satu, pada hakikatnya ia terdiri dari bagian-bagian
kecil yang menyatu pada j a m tangan tersebut. J a m tangan itu memiliki jarum
penunjuk waktu, mesin penggerak j a r u m , kaca penutup, tali pengikat, dan
lain-lain y a n g kesemuanya dibutuhkan dan tidak dapat berpisah dengannya
agar ia dapat menjadi j a m tangan. Kendati demikian, kita menyatakan bahwa
j a m tangan itu h a n y a satu. Allah swt. tidak d e m i k i a n . Dengan kata Wahid
p a d a ayat ini d i p a h a m i bahwa Allah swt. adalah M a h a Esa, Z a t - N y a tidak
K e l o m p o k IV A y a t 5 2 S u r a h a n - N a h l [16] 611
AYAT 52
"Dan bagi-Nya segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-
lab ketaatan selama-lamanya. Maka, mengapakah kepada selain Allah kamu
bertakwa?"
AYAT S 3 - 5 5
"Dan apa saja yang ada pada kamu dari nikmat, maka dari Allah-lah.
Kemudian bila kamu disentuh oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-
lah saja kamu meminta pertolongan. Kemudian, apabila Dia telah
menghilangkan kemudharatan itu dan kamu, tiba-tiba sebagian dari kamu
terhadap Tuhan mereka, mereka persekutukan. Biarlah mereka mengingkari
apa yang telah Kami berikan kepada mereka; maka bersenang-senanghih. Kelak
kamu akan mengetahui. "
Sekali lagi, sungguh aneh sikap kamu k u , kamu tidak takut kepada Allah
tetapi takut kepada selain-Nya, padahal Dia demikian berkuasa. Dan sungguh
aneh juga k a m u patuh kepada selain-Nya padahal apa saja walau sekecil apa
pun yangadapada kamu, wahai seluruh makhluk, baik kamu patuh m a u p u n
tidak, apa saja dari nikmat y a n g k a m u n i k m a t i atau terhampar, maka dari
Allah-lah sumbernya. Kemudian, bila kamu disentuh, walau hanya sentuhan
yang tidak betarti, oleh kemudharatan dengan tercabutnya sedikit dari nikmat
Allah itu, maka hanya kepada-Nya-lah saja kamu meminta pertolongan
kiranya kemudharatan itu segera dihilangkan. Ini karena m e m a n g dalam diri
setiap insan ada fitrah kesucian y a n g merasakan kehadiran Allah, dan y a n g
akan segera muncul pada saat kesulitan. Kemudian apabila Dia Yang M a h a
Esa dan Kuasa itu telah menghilangkan kemudharatan y a n g menyentuh itu
dari kamu, tiba-tiba dengan cepat dan serta merta sebagian dari kamu, wahai
manusia, y a k n i y a n g d u r h a k a terhadap Tuhan Pemelihara dan Pembimbing
614 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 5 3 - 5 5
AYAT 5 6
"Dan mereka menjadikan untuk apa yang mereka tidak ketahui satu bagian
dari rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka. Demi Allah, sungguh
pasti kamu akan ditanyai menyangkut apa yang telah kamu ada-adakan. "
sedang di sini adalah uraian yang lebih khusus, yaitu tentang ketiadaan syukur
mereka.
Dalam tafsir surah al-An'am itu, penulis m e n g e m u k a k a n bahwa banyak
riwayat tentang tata cara mereka membagi binatang dan t a n a m a n yang
disinggung ayat ini. Biasanya, jika bi natang yang diperuntukkan bagi berhala-
berhala mereka binasa atau terjadi sesuatu—-katakanlah hama atau banjir atas
sawah dan ladang m e r e k a — y a n g mengakibatkan kurangnya hasil dari apa
y a n g mereka peruntukkan bagi berhala-berhala itu, apa y a n g m e r e k a duga
diperuntukkan bagi Allah mereka ambil untuk berhala-berhala mereka agar
perolehan berhala tidak berkurang, sedang bila hal serupa terjadi pada bagian
y a n g mereka tetapkan u n t u k Tuhan, mereka tidak m e n g g a n t i n y a dengan
alasan: "Kalau Allah menghendaki tentu tidak akan terjadi kebinasaan milik-
Nya."
AYAT 5 7
AYAT 5 8 - 5 9
"Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar tentang anak perempuan,
hitamlah mukanya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan dirinya dari
orang banyak disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya.
Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan
menyembunyikannya di dalam tanah? Ketahuilah, alangkah buruk apa yang
mereka tetapkan itu. "
"Dia (suami) marah jika kami tidak melahirkan anak lelaki, padahal kami
memberi apa yang diberikan (nya) kepada kami. "
Kata ( ) busysyira yang biasanya digunakan untuk penyampaian berita
gembira disebut d u a kali berturut-turut, masing-masing pada ayat 58 dan
59. Penggunaan kata itu dan pengulangannya dalam konteks berita kelahiran
anak perempuan memberi kesan tentang sikap al-Qur'an terhadap kelahiran
anak dan wanita secara khusus. Betapa ia tidak menjadi berita gembira,
b u k a n k a h anak dapat melanjutkan keturunan dan dapat m e m b a n t u serta
m e m p e r k u a t keluarga? D a l a m literatur agama, d i t e m u k a n u n g k a p a n y a n g
menyatakan bahwa: Jika seoiang anak lelaki lahit, Allah berfirman: "Keluar/
1
lahirlah dan tolonglah ayahmu' , sedang j i k a y a n g lahir seorang perempuan,
Allah berfirman: "Keluar/lahirlah dan A k u y a n g akan menolong a y a h m u " .
M e m a n g , dalam saat y a n g sama, p e n g g u n a a n kata tersebut dapat juga
merupakan cemoohan terhadap mereka yang menilai sesuatu yang
menggembirakan sebagai suatu petaka.
Riwayat ini juga tertolak karena putri beliau, Hafshah ra., yang kemudian
menjadi istri Nabi M u h a m m a d saw., lahir sebelum masa kenabian. Jika
memang Sayyidin3 'Umar ra. mengubur anak-anak perempuannya, mengapa
Hafshah ra. y a n g juga anaknya itu tidak dikuburkan pula h i d u p - h i d u p dan
mengapa a d i k n y a y a n g lebih k e c i l — m e n u r u t riwayat itu—yang
d i k u b u r k a n n y a hidup-hidup? S u n g g u h satu hal yang tidak masuk di akal.
622 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 5 8 - 5 9
"Kami yang akan memberi rezeki untuk kamu (haipara orangtua) dan memberi
juga mereka (anak-anakmu) rezeki" [Q$. al-An'am [ 6 ] : 1 5 1 ) .
Kedua, khawatit j a t u h n y a anak pada lembah kemiskinan j i k a mereka
dewasa kelak. U n t u k mereka, al-Qur'an m e n g i n g a t k a n bahwa:
AYAT 6 0
"Bagi yang tidak percaya dengan akhirat, sifat yang buruk; dan bagi Allah sifat
yang Mahatinggi; dan Dia-lah YangMahaperkasa lagi Mahabijaksana. "
Ayat ini berhubungan dengan ayat y a n g lalu dan dapat dinilai sebagai
komentar atas sikap mereka y a n g marah bila diberitakan tentang kelahiran
a n a k perempuan serta ucapan mereka b a h w a Allah m e m i l i k i anak-anak
perempuan. A y a t ini sejalan m a k n a n y a dengan kata suhhanahu y a n g disebut
pada ayat 5 7 . H a n y a saja, kata ini di sana bertujuan m e n y u c i k a n Allah swt.
dari apa yang mereka nyatakan terhadap-Nya, sedang ayat ini adalah kecaman
atas ucapan mereka yang mengandung penghinaan dengan menisbahkan anak
perempuan kepada Allah padahal mereka sendiri enggan m e n d a p a t k a n n y a .
D e m i k i a n T h a h i r Ibn 'Asyur m e n g h u b u n g k a n ayat ini dengan ayat y a n g
lalu.
AYAT 61
Ayat yang lalu diakhiri dengan menyebut dua sifat Allah Yang Mahatinggi,
yaitu al-Aziz (Mahaperkasa) dan al-Hakim (Mahabijaksana).
Salah satu bukti hikmah kebijaksanaan-Nya adalah Dia menangguhkan
hukuman atas k a u m m u s y r i k i n y a n g dengan k e m u s y r i k a n n y a itu telah
mencapai p u n c a k k e z a l i m a n padahal jika sekiranya Allah menghukum
manusia siapa pun karena kezaliman mereka, y a k n i k e m u s y r i k a n atau
kedurhakaan mereka, niscaya Dia Yang al- Aztz, Mahaperkasa itu, tidak akan
meninggalkan di atasnya, y a k n i di p e r m u k a a n b u m i , satu pun makhluk
melata, tetapi Dia tidak m e l a k u k a n hal tetsebut karena Dia m e m i l i k i sifat-
sifat terpuji, antara lain Dia adalah al-Hakim, Yang Mahabijaksana, sehingga
Dia menangguhkan mereka semua sampai kepada waktu yang ditentukan
oleh-Nya sendiri. Maka, apabila telah tiba waktu y a n g ditentukan bagi
masing-masing mereka, perorangan dengan kematiannya, masyarakat dengan
k e p u n a h a n n y a , dan seluruh m a k h l u k dengan d a t a n g n y a Kiamat, m a k a
tidaklah mereka dapat mengundurkan kehadiran apa y a n g ditentukan-Nya
K e l o m p o k IV A y a t 61 S u r a h a n - N a h l [16] 629
itu sesaat pun dan tidak pula mereka dapat mendahulukannya dari w a k t u
yang Dia tetapkan.
Kata { ) zhulm pada ayat ini dipahami oleh Ibn A s y u r dalam arti
puncak kezaliman, yaitu syirik. Bahkan, menurutnya, setiap kata ( ^ ) zhulm
dalam al-Qur"an y a n g tidak disertai dengan objeknya, m a k n a n y a adalah
puncak kezaliman, y a k n i syirik, sedang kata an-nds, menurutnya, adalah
seluruh manusia, bukan hanya k a u m musyrikin Mekkah. Manusia diciptakan
Allah u n t u k mengakui keesaan-Nya dan mengabdi kepada-Nya. Pengakuan
akan keesaan itu melekat pada diri setiap insan melalui fitrah yang diciptakan
Allah pada diri manusia. Nah, jika mereka mengotori fitrah itu dengan syirik
atau pengingkaran atas woijud dan keesaan Allah, apalagi g u n a n y a eksistensi
mereka dipertahankan. D e m i k i a n Ibn 'Asyur m e n g e m u k a k a n alasannya.
r
Hemat penulis, tidak semua kata zhulm y ang tanpa objek harus dipahami
dalam arti syirik. Bacalah misalnya firman-Nya dalam Q S . Ghafir [ 4 0 ] : 17:
"Hari ini (Kiamat) setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang telah
dikerjakannya. Tidak ada zhulm pada hari ini. ''Tentu saja, zhulm yang
dinafikan pada ayat ini bukan hanya syirik, tetapi segala macam penganiayaan,
kecil m a u p u n besar. Atas dasar itu, kita tidak harus berkata bahwa zhulm
yang d i m a k s u d oleh ayat ini h a n y a syirik, w a l a u p u n kita harus mengakui
bahwa p u n c a k tertinggi dari kezaliman adalah mempersekutukan Allah:
disebut sebelum nva selama ada indikator vang menunjuk apa yang digantikan
itu. Indikator d i m a k s u d pada ayat ini adalah tanah atau manusia.
Al-Biqa'i menilai bahwa karena ayat ini tidak berkata fihd/padanya tetapi
alaihalatasnya m a k a y a n g dimaksud bukan sekadar permukaan bumi, tetapi
juga apa yang terdapat dalam perut bumi sehingga, menurutnya, pembinasaan
y a n g diandaikan Allah di sini m e n y a n g k u t segala sesuatu y a n g berada di
permukaan dan perut bumi.
Ayat ini menyatakan bahwa Allah akan membinasakan semua manusia,
bahkan tidak m e m b i a r k a n hidup w a l a u satu dabbah pun. Ini oleh b a n y a k
u l a m a d i p a h a m i sebagai berarti y a n g akan d i b i n a s a k a n - N y a bukan hanya
manusia yang mempersekutukan Allah atau yang melakukan kezaliman, tetapi
semua yang ada di bumi. Agaknya, hal tersebut untuk mengisyaratkan bahwa
manusia semuanya terjerumus dalam kezaliman besar atau kecil. Karena itu,
s e m u a d i b i n a s a k a n - N y a . B a h w a dabbah atau makhluk melata pun
dibinasakan-Nva, antara lain binatang-binatang y a n g tidak berdosa karena
binatang-binatang itu, bahkan segala yang terdapat di bumi, diciptakan untuk
manusia sehingga, bila manusia semua telah dibinasakan, kehadiran selain
mereka di permukaan bumi ini tidak diperlukan lagi.
2 6
Lihat kembali halaman 602.
K e l o m p o k IV A y a t 6 2 S u r a h a n - N a h l [16] 631
AYAT 62
"Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka tidak sukai, dan lidah
mereka mengucapkan kedustaan, bahwa sesungguhnya bagi merekalah kebaikan.
Tiadalah diragukan bahwa nerakalah bagi mereka, dan sesungguhnya mereka
segera dimasukkan."
AYAT 6 3
ucapan mereka serta keniscayaan ancaman Allah. Ayat ini menegaskan bahwa:
Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus para rasul Kami kepada umat-
umat sebelummu, seperti k a u m 'Ad, Tsamud, dan j u g a kepada k a u m M u s a
dan ' I s a , sebagaimana Kami m e n g u t u s m u kepada u m a t m u tetapi setan
memperindah bagi mereka, y a k n i u m a t - u m a t terdahulu itu, perbuatan-
perbuatan mereka yang buruk sebagaimana yang ia lakukan j u g a kepada para
pendurhaka u m a t m u , maka ia, yakni setan itu sendiri, adalah, yakni menjadi
pemimpin mereka ketika itu, sebagaimana ia pun menjadi p e m i m p i n k a u m
d u r h a k a dari k a u m m u di hari ini dan bagi mereka semua—-setan dan para
pendurhaka yang dahulu, kini, dan masa datang—semuanya mendapat azab
yang sangat pedih kelak di hari Kemudian.
:
Rujuklah ke ayat 56 surah ini untuk m e m a h a m i makna sumpah di atas!
Kata ( ) al-yaum pada ayal di atas tidak disertai dengan kata yang
menunjuk hari apa yang dimaksud. Kata "ini "yang menyertai terjemahan di
atas tidak terdapat d a l a m teks ayat. Ia penulis c a n t u m k a n atas dasar
pemahaman penulis. Ada ulama yang memahami kata al-yaum tersebut dalam
arti Hari Kiamat nanti, yakni bahwa setan menjadi p e m i m p i n mereka pada
Hari Kiamat di dalam neraka, walaupun ketika itu ia tidak m a m p u membantu
otang-orang yang durhaka. Ada lagi yang berpendapat bahwa yang dimaksud
a d a l a h sepanjang k e h i d u p a n d u n i a ini setan menjadi p e m i m p i n para
pendurhaka karena setan akan terus-menerus berperanan selama dunia belum
Kiamat. Penulis memahaminya dalam arti sekarang, yakni pada saat pembicara
mengucapkannya. Dalam konteks ayat ini adalah sejak hari diterimanya wah)T_i
ini oleh Rasul saw. karena, apabila pembicara bermaksud m e n g g u n a k a n kata
"hari "untuk hari yang telah lalu atau akan datang, biasanya dia menunjuknya
dengan kata "hari />w"atau menyifatinya dengan sifat tertentu.
AYAT 6 4
r
Lihat halaman 616.
634 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 6 4
AYAT 65-76
635
636 S u r a h a n - N a h i [16]
„ , , * > f *"VM"' i, . * -
S u r a h a n - N a h l [16] 637
638 Surah an-Nahl [16] Kelompok V Ayat 65
AYAT 65
"Dan Allah menurunkan dari langit air maka dengannya Dia menghidupkan
bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda bagi orang-orang yang mendengar. "
Sebelum ini telah disebut juga nikmat air (hujan) yang turun dari langit
(ayat 1 0 ) . Di sini, hal tersebut diulangi sekali lagi. N a m u n , konteksnya
berbeda. Di sana untuk mengingatkan aneka nikmat-Nya dan di sini untuk
m e m b u k t i k a n kekuasaan dan qudrah-Nya. y a n g besar, antara lain dalam
m e n g h i d u p k a n y a n g telah mati. Agaknya, karena pengulangan itu pula
sehingga penutup ayat ini menggunakan ka.t3. yang mendengar sedang di sana.
setelah menyebut aneka nikmat, ditutup dengan bagi kaum yang memikirkan.
Di sisi lain, dapat juga dikatakan bahwa hujan yang diturunkan Allah untuk
m e n g h i d u p k a n b u m i setelah k e m a t i a n n y a a d a l a h b u k t i k u a s a Allah
m e n g h i d u p k a n kembali y a n g telah mati dan mengadakan kebangkitan. Ini
tidak ubahnya dengan menghidupkan tanah yang mati itu. Selanjutnya, karena
Kelompok V Ayat 66 S u r a h a n - N a h l [16] 639
AYAT 6 6
Setelah menyebut air y a n g turun dari langit, kini diuraikan sebagian yang
di bumi. Ayat ini m e m u l a i dengan sesuatu y a n g paling b a n y a k dan dekat
dalam benak masyarakat Arab ketika itu, y a k n i binatang ternak. Dan u n t u k
itu disebut susu y a n g dihasilkannya dan, dengan d e m i k i a n , bertemu d u a
m i n u m a n y a n g keduanya dibutuhkan manusia dalam rangka makanan y a n g
sehat dan sempurna, yakni susu.
A p a p u n h u b u n g a n ayac ini d e n g a n ayat y a n g lalu, y a n g jelas ia
m e n g i n g a t k a n bahwa: Dan sesungguhnya bagi kamu pada binatang ternak,
yakni unta, sapi, kambing, dan domba, benar-benar terdapat pelajaran yang
sangat berharga y a n g dapat mengantar k a m u menyadari kebesaran dan
kekuasaan AJlah. Kami menyuguhi kamu minum sebagian dari apa yang berada
dalam perutnya, yakni perut betina-betina binatang itu, yaitu antara sisa-sisa
makanan dan darah, yaitu susu murni tidak bercampur dengan darah w a l a u
640 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V A y a : :•
pencernaan sebelum keluar menjadi kotoran (tahi). Apabila telah keluar, '.i
tidak d i n a m a i lagi ( o_J3 ) farts tetapi ( ) rawts.
Firman-Nya: ( ^ij j cy. ,v» ) min bayni fartsin wa daminlantara s::.:-
sisa makanan dan darah d i p a h a m i oleh para u l a m a d a l a m arti susu beracu
antara k e d u a n y a karena binatang m e n y u s u i , apabila telah mencernakir.
m a k a n a n n y a , apa y a n g menjadi susu berada pada pertengahan antara s i i i
m a k a n a n dan darah itu. Yang menjadi darah berada di bagian atas dan s:>^
m a k a n a n berada di bagian bawah. Allah dengan kuasa-Nya m e m i s a h k a -
ketiga hal itu. Darah d i p o m p a oleh hati dan mengalir melalui pembuluh
darah ke seluruh tubuh berseberangan dengan organ tubuh yang mengalirkar
urine dan mengeluarkan sisa makanan.
karena susu adalah cairan, tetapi j u g a karena ia lezat, bergizi, dan bebas dari
aneka bakteri.
Adalah m e r u p a k a n salah satu keistimewaan redaksi al-Qur'an bahwa
kalimat a y a t - a y a t n y a d e m i k i a n m u d a h sehingga dapat dicerna oleh orang
awam dan dalam saat y a n g sama diakui ketelitian dan k e d a l a m a n n y a oleh
para i l m u w a n . S a y y i d Q u t h u b berkomentar bahwa hakikat ilmiah vang
d i u n g k a p oleh ayat ini, y a k n i keluarnya susu antara sisa-sisa m a k a n a n dan
darah, tidaklah diketahui oleh u m a t manusia. Tidak seorang pun pada masa
turunnya al-Qur'an yang dapat membayangkannya, apalagi menetapkannya
dalam b e n t u k ketelitian ilmiah y a n g d e m i k i a n sempurna. T i d a k l a h wajar
bagj seorang m a n u s i a y a n g menghormati akalnya untuk m e m b a n t a h atau
menentang hal tersebut. C u k u p sudah satu dari jenis hakikat ilmiah semacam
ini u n t u k m e m b u k t i k a n aI-Qur'an sebagai w a h y u Ilahi karena seluruh
manusia, ketika turunnya al-Qur'an, tidak mengetahui hakikat yang
diungkapkannya ini.
AYAT 6 7
''Dan dari buah kurma dan anggur, kamu membuat darinya minuman yang
memabukkan dan rezeki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda bagi orang-orang yang berakal. "
AYAT 6 8 - 6 9
ke sarangnya dan mengeluarkan yang tidak dibutuhkannya lagi dari apa yang
telah diisapnya dan telah m e n g e n d a p di perutnya itu k e sarang-sarangnya,
dan itulah m a d u lebah. Saat lebah m e n e m p a t k a n m a d u itu di sarang-
sarangnya, ia masih berbentuk cairan yang sangat halus, tetapi lama kelamaan
mengering karena kehangatan lilin vang merupakan bahan sarang-sarangnya
serta kehangatan madu itu sendiri. Pergantian m u s i m dan aneka kembang
y a n g diisapnya mewarnai m a d u itu. Di m u s i m bunga, w a r n a m a d u biasanya
keputih-putihan dan di m u s i m panas kecokelat-cokelatan.
Firman-Nya: ( UjL> y ) yakhruju min buthunihdlkeluar dari
perutnya dan seterusnya adalah uraian baru. Seakan-akan ada y a n g bertanya
setelah mendengar keajaiban lebah bahwa: "Apa gerangan manfaat yang dapat
diraih dari binatang aneh ini?" Kalimat keluar dan seterusnya menjawab
pertanyaan tadi sambil mengingatkan betapa besar n i k m a t Allah.
Firman-Nya: ( ^ L l U tULi AJ ) fihi syifa dinndsldi dalamnya terdapat obat
penyembuhan bagi manusia d i j a d i k a n alasan oleh para u l a m a u n t u k
m e n y a t a k a n b a h w a m a d u adalah obat bagi segala m a c a m penyakit. M e r e k a
juga m e n u n j u k kepada hadits y a n g diriwayatkan oleh I m a m Bukhari bahwa
salah seorang sahabat Rasul saw. mengadu bahwa saudaranya sedang sakit
perut. Rasul saw. menyarankan agar memberinya m i n u m m a d u . Saran Rasul
saw. dia laksanakan, tetapi sakit perut saudaranya belum juga sembuh. Sekali
lagi, sang sahabat m e n g a d u dan sekali lagi j u g a Rasul saw. menyarankan hal
y a n g sama. Hal serupa berulang untuk ketiga kalinya, Rasul saw. kali ini
bersabda: 'Allah Mahabenar, perut saudaramu berbohong. Beri m i n u m l a h
ia m a d u . " Sang sahabat kembali m e m b e r i saudaranya m a d u dan kali ini ia
sembuh. (HR. Bukhari d a n M u s l i m melalui Abu Sa'id al-Khudri).
AYAT 7 0
AYAT 7 1
"Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal
rezeki, lalu tidaklah orang-orang yang dilebihkan mau memberikan rezeki
mereka kepada para hamba sahaya yang mereka miliki agar mereka sama.
Maka apakah terhadap nikmat-nikmat Allah mereka terus-menerus ingkar?"
orang ya 11% dilebihkan rezekinya itu mau memberikan separuh dari rezeki yang
mereka peroleh dari Allah itu kepada para hamba sahaya yang mereka miliki
agar mereka sama merasakan rezeki itu. Nah, jika mereka, orang-orang kafir,
itu tidak rela bila para budak mereka sama-sama m e m i l i k i rezeki y a n g Allah
berikan padahal mereka adalah sama-sama manusia, maka apakah hati mereka
buta dan pikiran mereka kacau sehingga terhadap nikmat-nikmat Allah mereka
terus-menerus ingkar? Antara lain dengan cara m e m p e r t u h a n selain-Nya?
Ada juga ulama yang memahami ayat ini dalam arti anjuran kepada para
pemilik harta agar menyerahkan sebagian dari kelebihan rezeki y a n g mereka
peroleh kepada k a u m lemah, y a k n i para budak dan fakir miskin. Seakan-
akan ayat ini menyatakan bahwa Allah telah menganugerahkan kepada kamu
kelebihan d i b a n d i n g dengan y a n g lain. M a k a , adalah sewajarnya k a m u
menyalurkan kelebihan itu kepada orang-orang y a n g b u t u h sehingga k a m u
s a m a dengan mereka d a l a m p e m e n u h a n k e b u t u h a n h i d u p . B u k a n k a h
kelebihan y a n g terdapat d a l a m g e n g g a m a n tangan k a m u itu adalah n i k m a t
Allah dan seharusnya n i k m a t itu k a m u sebar luaskan? Apakah kamu enggan
menyebarluaskannya karena k a m u mengingkari nikmat-Nya?
Pendapat y a n g penulis k e m u k a k a n sebelum ini a g a k n y a lebih sejalan
dengan konteks ayat serta ciri ayat-ayat y a n g turun sebelum Nabi saw.
berhijrah, yakni penekanan uraian dalam hal keesaan Allah dan keniscayaan
hari Kemudian, bukan pada anjuran bersedekah dan m e m b a n t u fakir miskin.
AYAT 72
"Dan Allah menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari diri kamu dan
menjadikan bagi kamu dari pasangan-pasangan kamu itu, anak-anak dan
cucu-cucu, dan memberi kamu rezeki dari yang baik-baik. Maka, apakah
terhadap yang batil mereka beriman dan terhadap nikmat Allah mereka terus-
menerus kufur?"
Ayat ini masih merupakan lanjutan dari uraian tentang rezeki Allah kepada
manusia, d a l a m hal ini pasangan hidup dan buah dari keberpasangan itu.
654 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V A y a t 72
"Tidak ada dosa bagimu (wahai para wali) membiarkan mereka berbuat
terhadap diri mereka menurutyangma'ruflpatut''(QS. al-Baqarah [2J: 2 3 4 ) .
M a k s u d n y a mereka boleh berhias, bepergian, dan menerima p i n a n g a n .
M e n g a p a tidak ada dosa? Karena keinginan u n t u k menyatu/berpasangan itu
dapat merisaukan bila tidak dipenuhi.
Kemudian, m e n g a p a a d a s y a r a t "maV«/7patut"? Karena bila
p e m e n u h a n n y a secara keliru dan tidak terarah, ia akan membinasakan.
Dari sini, adalah merupakan n i k m a t y a n g tidak terhingga ketika Allah
m e n s y a r i a t k a n "keberpasangan" pria dan w a n i t a dan diarahkannya
keberpasangan itu sedemikian rupa sehingga terlaksana apa y a n g d i n a m a i
K e l o m p o k V Ayat 73-74 S u r a h a n - N a h l [16] 657
AYAT 7 3 - 7 4
"Dan mereka menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberikan
kepada mereka rezeki sedikit pun dari langit dan bumi, dan mereka tidak
J i k a telah terbukti bahwa Allah M a h a Esa dan Dia adalah sumber segala
anugerah, maka janganlah kamu menjadikan bagi Allah perumpamaan-
perumpamaan buruk, yakni jangan mengadakan sekutu-sekutu bagi-Nya atau
j a n g a n m e n y i f a t i - N y a d e n g a n sifat-sifat y a n g m e n g a n d u n g makna
k e k u r a n g a n , seperti b a h w a Dia m e m i l i k i a n a k , atau D i a t i d a k k u a s a
m e n g h i d u p k a n kembali y a n g telah mati dan m e m b a n g k i t k a n dari kubur.
Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui, karena itu
t e r i m a l a h d e n g a n b a i k i n f o r m a s i - N y a d a n l a k s a n a k a n l a h apa y a n g
diperintahkan-N ya.
Objek kata ( j j * J * i - - i H ) la yastathiunltidak kuasa tidak disebut pada
ayat ini. Ada ulama yang berpendapat bahwa di sini kata tersebut diperlakukan
K e l o m p o k V A y a t 75 S u r a h a n - N a h l [16] 659
s a m a d e n g a n k a t a - k a t a y a n g t i d a k m e m e r l u k a n objek a t a u apa y a n g
diistilahkan dalam tata bahasa Arab Lizim dan, dengan demikian, m a k n a n y a
adalah mereka sejak semula tidak berkuasa, yakni tidak memiliki kemampuan.
A d a juga y a n g berpendapat b a h w a objeknya sengaja tidak disebut agar
mencakup segala sesuatu sehingga ayat ini bagaikan menyatakan mereka tidak
kuasa, yakni tidak memiliki kemampuan atau kesanggupan untuk melakukan
apa saja. Kedua pendapat ini bertemu dalam m a k n a y a n g d i m a k s u d n y a .
Memang, kalau sesembahan itu adalah berhala-berhala, jelas ia tidak memiliki
sedikit k e m a m p u a n pun. B u k a n k a h ia adalah benda-benda mati? Kalau
sesembahan itu m a k h l u k hidup, kendati ia terlihat bagaikan m e m i l i k i
"kemampuan", kemampuan itu bukan bersumber dari dirinya sendiri, tetapi
anugerah Allah swt.
Ayat ini kembali berbicara tentang tujuan aneka anugerah Allah swt.,
yakni mengesakan Allah, mengakui kenabian dan ketetapan-ketetapan yang
mereka sampaikan, serta keniscayaan hari Kemudian, sebagaimana akan lebih
jelas terbaca pada lanjutan ayat ini.
Kata ( J \ i a ^ i ) al-amtsaladalah bentukjamakdari kata ( J i ° ) matsaldalam
arti p e r u m p a m a a n yang aneh atau menakjubkan. M e m p e r s e k u t u k a n Allah
dengan sesuatu adalah menetapkan sifat-sifat yang aneh bagi sekutu-Nya,
antara lain bahwa sekutu-sekutu itu m e m i l i k i kekuasaan dan persamaan
dengan Tuhan, padahal mereka adalah m a k h l u k y a n g sangat lemah, tidak
memiliki kekuasaan dan, dalam saat yang sama, persekutuan itu menyifati
Tuhan Yang M a h a Esa dengan sifat-sifat y a n g aneh, misalnya bahwa Dia
m e m i l i k i anak, padahal y a n g m e m i l i k i anak tentulah y a n g b u t u h sedang
Allah Mahakuasa, tidak m e m b u t u h k a n sesuatu.
AYAT 7 5
"Allah membuat satu perumpamaan; seorang hamba yang dimiliki yang tidak
dapat mampu terhadap sesuatu pun dan seorang yang Kami beri dari Kami
rezeki yang baik, lalu dia menafkahkan sebagian darinya secara rahasia dan
660 S u r a h a n - N a h l [16] Kelompok V Ayat .5
secara terang-terangan, adakah mereka sama? Segala puji hanya bagi Allah,
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. "
Setelah ayat yang lalu melarang menetapkan bagi Allah sifat-sifat yang
aneh, yakni y a n g tidak sesuai dengan kebesaran dan k e a g u n g a n - N y a atau
melarang menjadikan untuk-Nya sekutu-sekutu, kini Allah swt. menjelaskan
kebatilan keyakinan mereka dengan memberi p e r u m p a m a a n . Allah Yang
M a h a M e n g e t a h u i itu membuat satu perumpamaan t e n t a n g kesesatan
keyakinan k a u m musyrikin yaitu keadaan seorang hamba Allah yang dimiliki,
yakni seorang budak belian yang tidak dapat mampu, yakni yang tidak dapat
bertindak terhadap sesuatu pun dan keadaan seorangyung merdeka yang Kami
beri secara khusus dari Kami rezeki yang baik, halal, luas, melebihi kebutuhan
dan sangat memuaskan, lalu dia y a n g Kami beri rezeki itu dengan terus-
menerus bebas mengatur rezeki itu dan menafkahkan sebagian darinya, yakni
dari rezeki itu, secara rahasia dan secara terang-terangan; adakah mereka y a n g
keadaannya bertolak belakang itu sama, y a k n i h a m b a sahaya y a n g tidak
m e m i l i k i apa-apa dapat disederajatkan dan dipersamakan dengan y a n g
merdeka ini? Jelas sekali tidak sama. Yang jika demikian segala puji hanya
bagi Allah semata-mata. Ya, kamu, wahai kaum muslimin, mengetahui bahwa
segala puji hanya tertuju pada-Nya, tetapi kebanyakan mereka yang musyrik
dan durhaka itu tidak mengetahui.
AYAT 7 6
"Dan Allah membuat perumpamaan: dua arang lelaki, salah seorang di antara
keduanya bisu, tidak dapat berbuat sesuatu pun dan dia menjadi beban atas
penanggungnya. Ke mana saja dia disuruh, dia tidak mendatangkan suatu
kebajikan pun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat
keadilan, dan dia berada di atas jalan yang lurus?"
dapat berbuat sesuatu pun karena dia tidak dapat memberi dan menerima
informasi atau p e m a h a m a n dan, dengan d e m i k i a n , dia menjadi beban atas
penanggungnya. Ke mana saja dia disuruh oleh p e n a n g g u n g n y a itu atau apa
saja yang d i m i n t a darinya, dia tidak mendatangkan suatu kebajikan pun,
yakni tidak memenuhi, bahkan tidak melakukan apa yang diharapkan darinya.
Samakah orang itu dengan orang yang bijaksana dalam ucapan dan
tindakannya; tidak menjadi beban bagi seseorang pun, bahkan mampu
menyuruh berbuat keadilan dan menempatkan sesuatu pada tempat y a n g
semestinya, dan dalam saat yang sama yang bersangkutan tidak hanya pandai
m e n y u r u h tetapi dia juga berada di atas jalan yang lurus sehingga m a m p u
melaksanakan segala yang baik dan bermanfaat dan meninggalkan yang buruk
serta berbahaya. S a m a k a h kedua orang itu? Pasti tidak!
Seperti tergambar pada uraian tentang hubungan ayat ini, ulama-ulama
berbeda pendapat tentang perumpamaan ini. Al-Biqa'i dan S a y y i d Q u t h u b ,
misalnya, m e n i l a i n y a sebagai masih berbicara rentang berhala-berhala dan
Tuhan k a u m m u s l i m i n . Ibn 'Asyur juga berpendapat demikian.
"Perumpamaan y a n g pertama-—tulisnya-—adalah p e r u m p a m a a n tentang
berhala-berhala yang merupakan benda-benda mati yang tidak paham sesuatu
serta perlu dijaga dan dibersihkan dari kotoran dan debu y a n g h i n g g a p
padanya, sedang yang kedua adalah perumpamaan tentang
Kemahasempurnaan Allah Yang M a h a t i n g g i dalam Zat dan sifat-Nya serta
limpahan kebajikan-Nya.
A l - J a m a l d a l a m b u k u n y a y a n g m e n g o m e n t a r i Tafsir al-Jaldlain
menegaskan bahwa p e r u m p a m a a n ini adalah u n t u k m e m b u k t i k a n betapa
j a u h j a r a k a n t a r a d e r a j a t s e o r a n g m u k m i n d a n kafir. A s y - S y a ' r a w i
mengemukakan kedua pendapat di atas sambil mengingatkan bahwa redaksi
ayat ini bukannya menyebut seorangutau seorang hamba sahaya, sebagaimana
perumpamaan y a n g lalu, tetapi perumpamaan yang diberikannya adalah dua
orang lelaki sehingga ini, menurutnya, dapat berarti b a h w a y a n g bisu itu
adalah sang kafir, sedang y a n g m e m e r i n t a h k a n berbuat adil adalah sang
m u k m i n . T h a b a t h a b a i j uga mengemukakan kedua pendapat di atas, namun
ulama ini lebih cenderung memahami ayat tersebut sebagai berbicara tentang
keesaan Allah swt. dan kewajaran-Nya u n t u k disembah karena Allah swt.
664 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V Ayat 76
"berada" di jalan lebar yang lurus serta memberi petunjuk melalui pengutusan
para rasul dan penetapan syariat keagamaan.
Selanjutnya, yang m e m a h a m i n y a sebagai berbicara tentang m u k m i n dan
kafir, terbagi pula dalam dua kelompok. Yang pertama m e m a h a m i n y a dalam
arti m u k m i n dan kafir secara u m u m , di m a n a dan kapan dan siapa pun dia,
sedang yang kedua memahaminya sebagai m u k m i n tertentu, yakni Rasulullah
saw., dan y a n g kafir y a n g dipersamakan dengan bisu itu adalah A b u Jahl.
M e m a h a m i n y a secara u m u m jelas lebih baik daripada m e m a h a m i n y a secara
khusus karena redaksi ayat ini bersifat u m u m .
Kata { p £ J ) abkam berbeda dengan kata (j>jA ) akhras walau keduanya
sering kali diterjemahkan dengan bisu. Seorang y a n g akhras kebisuannya
m u n c u l setelah kelahirannya, di sisi lain boleh jadi dia dapat m e m a h a m i
orang lain serta dapat pula menjelaskan m a k s u d n y a dengan bahasa isyarat.
Ini berbeda dengan abkam y a n g sejak lahir telah bisu lagi tidak p a h a m dan
tidak juga dapat memberi pemahaman. Ada juga yang memahami kata abkam
bukan sekadar bisu, tetapi j u g a buta dan tuli. Asy-Sya'rawi mengingatkan
bahwa siapa y a n g bisu sejak lahir, itu berarti dia tuli karena bahasa lahir dari
pendengaran. Bahasa adalah anak sah dari l i n g k u n g a n . Apa y a n g didengar
oleh telinga itulah y a n g diucapkan oleh lidah, karena itu, anak seorang Arab
y a n g tinggal di l i n g k u n g a n y a n g berbahasa Inggris akan mahir berbahasa
Inggris, demikian pula sebaliknya, karena masing-masing mengucapkan apa
yang didengarnya. Dengan d e m i k i a n , y a n g tidak mendengar pastilah bisu,
y a k n i tidak dapat berbicara.
KELOMPOK 6
AYAT 77-89
565
S u r a h a n - N a h l [16]
S u r a h a n - N a h l [16] 667
668 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VI A y a :
AYAT 7 7
"Dan milik Allah-lah gaib langit dan bumi. Bukanlah peristiwa Kiamat itu.
melainkan seperti kerlingan mata, bahkan lebih dekat (lagi). Sesunggidmy,:
Allah Mahakuasa atas segala, sesuatu. "
Apapun hubungan yang Anda pilih, yang jelas ayat ini menyatakan bahwa
K e l o m p o k VI Ayat 77 S u r a h a n - N a h l [16] 669
Ayat ini dapat dipahami dalam arti bahwa persoalan Kiamat adalah sesuatu
y a n g sangat m u d a h bagi Allah swt. Karena itu, jangan duga Kiamat tidak
dapat terjadi. Atau, bermakna Kiamat datang dengan cepat. Ia terjadi begitu
tiba ketetapan Allah. Kedatangannya mengejutkan semua makhluk. U n t u k
memberi contoh y a n g dapat mendekatkan p e m a h a m a n kepada manusia,
m u d a h atau cepatnya peristiwa Kiamat itu adalah seperti kerlingan mata,
bahkan lebih m u d a h dan cepat daripada kerlingan mata itu.
K e l o m p o k VI Ayat 77 S u r a h a n - N a h l [16] 671
Benar, peristiwa Kiamat bagi Aliah lebih m u d a h dan lebih cepat dari
kerlingan mata manusia karena, betapapun mudah dan cepatnya mengerling
bagi manusia, ia masih m e m e r l u k a n alat, syarat, gerak, dan w a k t u untuk
m e w u j u d k a n kerlingan itu. Berbeda halnya dengan Allah swt. y a n g tidak
terikat dengan svarat, tidak m e m b u t u h k a n alat, tidak j u g a memerlukan
waktu.
AYAT ^8
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibu kamu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan-penglihatan, dan aneka hati agar kamu bersyukur. "
Kata al-afidah adalah bentuk jamak dari kata ( ) jk'dd yang penulis
terjemahkan dengan aneka hati guna m e n u n j u k m a k n a j a m a k itu. Kata ini
d i p a h a m i oleh banyak ulama dalam arti akal M a k n a ini dapat diterima jika
yang dimaksud dengannya adalah gabungan daya pikir dan daya kalbu, y a n g
menjadikan seseorang terikat sehingga tidak terjerumus dalam kesalahan dan
kedurhakaan. Dengan demikian, tercakup dalam pengertiannya potensi meraih
ilham dan percikan cahaya Ilahi.
Didahulukannya kata pendengaran atas penglihatan merupakan perurutan
yang sungguh tepat karena memang ilmu kedokteran modern membuktikan
bahwa indra pendengaran berfungsi mendahului indra penglihatan. Ia mulai
t u m b u h pada diri seorang bayi pada pekan-pekan pertama. Sedangkan, indra
penglihatan baru bermula pada bulan ketiga dan menjadi sempurna menginjak
bulan keenam. A d a p u n k e m a m p u a n akal dan mata hati y a n g berfungsi
membedakan y a n g baik dan buruk, ini berfungsi j a u h sesudah kedua indra
tersebut di atas. D e n g a n d e m i k i a n , dapat d i k a t a k a n b a h w a perurutan
penyebutan indra-indra pada ayat di atas mencerminkan tahap perkembangan
fungsi indra-indra tersebut.
AYAT 7 9
Uraian ayat ini merupakan salah satu bukti kuasa Allah swt., setelah ayat
yang lalu menyinggung tentang ilmu dan anugerah-Nya, yaitu alat-alat untuk
memeroleh pengetahuan. Karena itulah a g a k n y a sehingga ayat ini tidak
d i m u l a i dengan kata dan katena ayat yang lalu berbicara tentang limpahan
anugerah Ilahi kepada manusia, sedang penekanan ayat ini bukan pada
a n u g e r a h - N y a , tetapi pada p e m b u k t i a n betapa kekuasaan h a n y a dalam
genggaman tangan Allah semata. A l - B i q a ' i menulis bahwa n i k m a t - n i k m a t
y a n g disebut sebelum ini bertujuan mengingatkan manusia bahwa Allah
M a h a k u a s a , dan bukan selain Dia, karena itu ayat ini memberi salah satu
bukti tentang kuasa Allah itu.
AYAT 80
"Dan Allah menjadikan bagi kamu rumah-rumah kamu sebagai tempat tinggal
dan Dia menjadikan bagi kamu dari kulit binatang ternak rumah-rumah
yang kamu merasakannya ringan pada hari kamu bepergian dan pada hari
kamu bermukim dan dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-
alat rumah tangga dan kesenangan sampai waktu, tertentu. "
Setelah diuraikan anugerah-Nya menyangkut nikmat untuk memeroleh
hal-hal yang bersifat immaterial, yakni sarana perolehan pengetahuan, kini
disebut anugerah lain yang merupakan nikmat material, yakni salah satu dari
tiga kebutuhan pokok fisik manusia. Di sisi lain, ayat yang lalu berbicara
tentang binatang, dalam hal ini burung yang berada di udara, kini dibicarakan
tentang ternak y a n g berkeliaran di darat. Ayat ini mengingatkan manusia
tentang nikmat y a n g dapat diperolehnya dari binatang ternak itu dengan
m e n y a t a k a n bahwa dan di samping n i k m a t - n i k m a t y a n g lalu, Allah j u g a
menjadikan bagi kamu dalam hal ini rumah-rumah kamu sebagai tempat
tinggalyang dapat memberi ketenangan menghadapi gangguan lahir dan batin
dan Dia menjadikan bagi kamu dari kulit binatang ternak seperti unta, sapi,
678 S u r a h an-Na>i) i i 6 ) kelompok ^ fcyal V.
AYAT 81
"Dan Allah menjadikan bagi kamu dari apa yang telah Dia ciptakan tempat-
tempat bernaung, dan Dia jadikan bagi kamu tempat-tempat tertutup di
gunung-gunung, dan Dia jadikan bagi kamu pakaian yang memelihara kamu
dari panas dan pakaian yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah
Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kamu agar kamu berserah diri. "
tubuh yang terlarang memperlihatkan kepada orang lain serta segala bagian
t u b u h y a n g malu bila terlihat orang, dan fungsinya sebagai hiasan. Sedang
pada Q S . al-Ahzab [ 3 3 ] : 59, disebut fungsinya sebagai sarana yang dapat
m e m b e d a k a n seseorang dari y a n g lain. Dengan d e m i k i a n , fungsi pakaian,
m e n u r u t a l - Q u r a n , paling sedikit m e n c a k u p lima hal utama.
AYAT 8 2 - 8 3
telah mencapai puncak kekufuran. Karena itu, agaknya, sehingga ayat ini
hanya menyatakan kebanyakan mereka, bukan semua mereka, karena sebagian
yang lain belum mencapai peringkat sempurna itu sehingga diharapkan suatu
ketika mereka dapat sadar.
T h a b a t h a b a ' i m e m a h a m i ayat ini dalam arti " M e r e k a mengetahui
nikmat Allah sebagai nikmat yang bersumber dari-Nya, dan ini berarti mereka
h a t u s percaya p a d a - N v a d a n kepada R a s u l - N y a , hari K e m u d i a n , serta
m e n g a m a l k a n t u n t u n a n - N y a , tetapi ketika sampai kepada pengamalan,
mereka justru melakukan hal-hal vang merupakan buah pengingkaran bukan
buah pengetahuan, bahkan kebanyakan mereka tidak sekadar m e l a k u k a n
pengingkaran dalam bentuk amal, bahkan lebih dari itu, mereka benar-benar
dan secara sempurna melakukan kekufuran dan penolakan kepada kebenaran
akibat keras kepala, pengingkaran, dan tekad y a n g penuh dalam kekufuran.
AYAT 84
"Dan hari Kami bangkitkan dari setiap umat seorang saksi, kemudian tidak
diizinkan kepada orang-orang yang kafir, dan tidak mereka dapat meminta
ampun."
£>
J ^ ^ P C*J^J <y^ • D
- ^Y^ C-^CT" ^4 y ^ *
E
9
O»-s U IJU.J-I P-J^c- O O S J
"Aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka.
Maka setelah Engkau wafatkanku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan
Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu" ( Q S . a l - M a idah [ 5 ] :
1 1 7 ) . Nah, Allah mengawasi mereka antara lain melalui h a m b a - h a m b a - N y a
yang taat yang berada di tengah setiap umat.
684 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VI A y a t 85
AYAT 85
Secara singkat, kita dapat berkata bahwa ayat ini bagaikan menyatakan:
Kaum musvrikin itu tidak diberi a m p u n . Karena itu, mereka diseret menuju
tempat penyiksaan. Dan apabila orang-orang zalim yang menganiaya diri
mereka dengan kemusyrikan itu telah menyaksikan tempat penyiksaan dan
siksaan y a n g disediakan bagi mereka akibat kekufuran dan kezalimannya,
maka hati mereka sungguh takut dan pikiran mereka sangat kacau sehingga
semakin bertambah penyesalan mereka, tetapi itu semua tidak bermanfaat
karena tidaklah diringankan azab yang telah disiapkan bagi mereka dengan
keringanan apa pun dan tidak pula mereka diberi tangguh.
AYAT
buat-buat itu, tidak diakui bukan saja oleh A l i a h dan k a u m beriman, tetapi
bahkan oleh berhala-berhala itu sendiri. Yang m e n g a k u i n y a demikian hanya
mereka sendiri sehingga sangat wajar bila berhala-berhala itu dinamai sekutu-
sekutu mereka.
Kata ( J_**Ji p^Ji i^ilU ) fa alqau ilaihim al-qaulllalu mereka mencam
pakkan ucapan, menurut Ibn 'A syur, digunakan di sini untuk mengisyaratkan
bahwa ucapan mereka itu bukan sebagaimana ucapan m a k h l u k y a n g dapat
berbicara, tetapi Allah ketika itu menjadikan mereka dapat "berbicara"
w a l a u p u n mereka sebenarnya tidak pernah m e m i l i k i potensi berbicara. Di
sini, seakan-akan apa yang mereka sampaikan itu bagaikan sesuatu yang jatuh
dari mereka.
Dapat juga kata ini di sini mengandung kesan bahwa ucapan itu mereka
sampaikan dengan kasar bagaikan m e n c a m p a k k a n sesuatu. Adapun kata
serupa pada ayat 8 7 , di samping pendapat yang d i k e m u k a k a n Ibn 'Asyur di
atas, u l a m a itu m e n a m b a h k e m u n g k i n a n lain, yaitu bahwa kata tersebut
dapat j u g a d i p a h a m i d a l a m arti menyerah seperti h a l n y a seorang y a n g
meletakkan senjata pertanda penyerahan dan ketidakberdayaan. M e m a n g ,
kata alqd dapat m e n a m p u n g banyak m a k n a antara lain meletakkan,
menyampaikan, dan melempar.
Yang d i m a k s u d dengan ( ^-L^Ji) as-salamlpenyerahan diri bukan sekadar
pengakuan akan keesaan Allah dan penolakan syirik, tetapi ia adalah pengakuan
tersebut disertai dengan kesediaan penuh untuk melaksanakan semua
konsekuensinya, yakni pengakuan yang menghasilkan ketundukan dan
penerimaan sepenuh hati disertai dengan pelaksanaan secara tulus, tanpa
menunda apa yang disampaikan oleh para nabi dan para rasul. Itu semua
tidak lagi dapat wujud di hari Kemudian karena gaib yang tadinya tersembunyi
kini telah nyata, siksa pun telah tampak, masa beramal pun telah berlalu.
AYAT 88
"Orang-orang yang kafir dan menghalangi dari jalan Allah, Kami tambahkan
kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan (karena) mereka selalu
berbuat kerusakan."
688 S u r a h a n - N a h l [16] Kelompok VI Ayat £ r
AYAT 89
"Dan (ingatlah) pada hari Kami mengutus pada masing-masing umat seorang
saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami telah mendatangkan engkau
menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitdb sebagai
penjelasan bagi segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang muslim. "
R u j u k halam.fn 5 6 1 .
K e l o m p o k VI Ayat 8 9 S u r a h a n - N a h l [16] 689
siksa-Nya, tapi hal tersebut tidak dilakukan-Nya. Ayat ini menjelaskan keadaan
yang akan terjadi dan meminta Nabi M u h a m m a d saw. untuk mengingatkan
hal tersebut, y a k n i : Dan ingatlah pada hari ketika Kami mengutus, yakni
menghadirkan, pada masing-masing umat seorang saksi atas mereka, yakni
nabi y a n g berasal dari kalangan mereka sendiri atau seorang terkemuka y a n g
diakui kesalehan dan ketakwaannya. Setiap saksi akan memberi persaksian
yang jujur dan benar dan Kami telah, yakni pasti akan, mendatangkan engkau,
wahai Nabi M u h a m m a d , menjadi saksi atas mereka semua. Dan Kami
turunkan kepadamu secara berangsur, sedikit demi sedikit, ayat-ayat al-Kitdb,
yakni al-ChiYan, sebagai penjelasan yang amat sempurna bagi segala sesuatu
yang berkaitan dengan urusan agama dan kitab itu m e n g a n d u n g petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang muslim }'ang benar-benar
berserah diri kepada Allah swt.
Kata ( C J L J ) nab'atsu pada ayat ini dipahami oleh beberapa ulama dalam
arti tnembangkitkan dari kubur, sebagaimana disinggung oleh ahjamal dalam
komentarnya terhadap Talsir al-jalalam. Pendapat ini kutang tepat karena
ayat ini berbicara tentang peristiwa yang terjadi setelah Kebangkitan semua
m a n u s i a dari kuburnya. Ketika itu, setiap kelompok umat berkumpul di
padang Mahsyar, lalu Allah menghadirkan saksi u n t u k m e n y a m p a i k a n
kesaksiannya terhadap mereka masing-masing. Kata tersebut di sini sejalan
m a k n a n y a dengan kata (>iLL^>-) ji'ndbika, y a k n i Kami datangkan dan
m e n g u n d a n g m u untuk memberi kesaksian.
Kata ( jfi ) min anfusihim/dari kalangan mereka sendiri memberi
b o b o t y a n g lebih k u k u h terhadap kesaksian itu. Yakni, oahwa y a n g
menyaksikan bukan orang lain dari luar lingkungan mereka, tetapi dari
kalangan mereka sendiri sehingga kecurigaan terhadap para saksi bukanlah
pada tempatnya. Seandainya pun akan ada kecurigaan-—sekali lagi seandainya
akan ada k e c u r i g a a n — m a k a YANG dapat muncul adalah kecurigaan tentang
subjektivitas dan belas kasih para saksi terhadap mereka. Perhatikanlah kembali
pembelaan Nabi 'Isa as. kepada k a u m n y a yang menganut paham Trinitas.
Di sana, walau beliau tidak memohonkan ampun, terkesan adanya semacam
rasa iba terhadap para pendurhaka itu, yakni ketika beliau mengakhiri
kesaksiannya dengan menvampaikan kepadaAllah:
690 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V I A y a t 89
>:
Rujuk penafsirannya pada vulume 3 halaman 41 0.
K e l o m p o k VI A y a t 8 9 S u r a h a n - N a h l [16] 693
petunjuk, pembawa rahmat dan berita gembira bagi mereka." Demikian lebih
ku ra n t* T h a b a t b ab a' i.
Jauh sebelum pendapat ulama bermazhab Syi'ah di atas, ai-Biqa i j u g a
m e n g h u b u n g k a n penggalan kedua ayat di atas dengan penggalan pertama.
Dengan singkat dan jitu, ulama itu menulis bahwa ayat ini bagaikan berkata:
Karena Kami telah mengutusmu—-wahai Nabi Muhammad—-kepada
mereka dan Kami jadikan engkau orang terpercaya di kalangan mereka, dan
Kami pun telah m e n u r u n k a n k e p a d a m u al-Kitab, m a k a tidak ada lagi dalih
dan alasan vang dapat mereka k e m u k a k a n . "
Di sisi lain al-Biqa i menggarisbawahi perurutan sifat-sifat al-Qur'an yang
disebut di atas, yakni setelah kata tihydn disusul dengan kata hudan yang
berarti petunjuk kepada apa yang diharapkan dari kebaikan. Ini—menurut
pakar sistematika a!-Qur'an itu—dikemukakan karena tibydn atau penjelasan
boleh jadi m e n g a n d u n g kesesatan. Selanjutnya, karena petunjuk boleh jadi
diberikan bukan sebagai anugerah tetapi kewajiban, kata ( 3 > j ) rahmah
menyusul kata ( ) hudan guna m e n a m p i k dugaan ini dan menegaskan
bahwa petunjuk tersebut tercurah atas dasar kasih sayang dari si pemberi
terhadap yang diberi petunjuk. Selanjutnya, karena rahmat dimaksud boleh
jadi tidak mencapai peringkat yang memuaskan, ditegaskan lebih jauh bahwa
ia adalah ( Sj^.) busyrd, y a k n i berita y a n g sangat m e n g g e m b i r a k a n , dan
tentunya itu semua hanya diraih oleh orang-orang muslim, yang benar-benar
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah swt.
KELOMPOK 7
A Y A T 90-97
J-
7 V
696 Surah an-Nahl L16]
1
.v' * ^
AYAT 90
Secelah ayar yang {alu menjelaskan keutamaan abQur"an dan bahwa kitab
suci itu menjelaskan segala sesuatu, di sini dikemukakan sekelumit perincian
,
yang dapat menggambarkan kesimpulan petunjuk al-Qur an. Ayat ini dinilai
oleh para pakar sebagai ayat yang paling sempurna dalam penjelasan segala
aspek kebaikan dan keburukan. Allah swt. berfirman sambil m e n g u k u h k a n
dan m e n u n j u k l a n g s u n g d i r i - N y a d e n g a n n a m a vang t e r a g u n g g u n a
menekankan pentingnya pesan-pesan-N ya bahwa: Sesungguhnya Allah secara
terus-menerus memerintahkan siapa pun di antara bamba-hamba-Nva untuk
berlaku / / ^ i / d a l a m sikap, ucapan dan tindakan, walau terhadap diri sendiri,
dan menganjurkan berbuat ihsan, yakni yang lebih utama dari keadilan, dan
juga pemberian apa pun yang dibutuhkan dan sepanjang k e m a m p u a n lagi
dengan tulus kepada kaum kerabat, dan Dia, yakni Allah, melarang segala
m a c a m dosa, lebih-lebih perbuatan keji y a n g amat dicela oleh agama dan
akal sehat seperti zina dan homoseksual; demikian juga kemunkaran, vakni
hal-hal vang bertentangan dengan adat istiadat, yang sesuai dengan nilai-nilai
agama dan melarang)ut;a penganiayaan, yakni segala sesuatu vang melampaui
batas kewajaran. Dengan perintah dan larangan ini, Dia memberi pengajar aji
dan bimbingan kepada kamu semua menyangkut segal.i aspek kebajikan agar
kamu dapat selalu ingat *AA\\ mengamoil pelajaran yang berharga.
J a n g a n d u g a — t u l i s a l - G h a z a l i — b a h w a p e n g a n i a y a a n ( l a w a n dari
keadilan) adalah gangguan dan keadilan adalah memberi manfaat kepada
m a n u s i a . Tidak! B a h k a n , s e a n d a i n y a seorang p e n g u a s a m e m b u k a dan
m e m b a g i - b a g i k a n isi g u d a n g y a n g p e n u h dengan senjata, buku, d a n harta
benda, kemudian dia membagikan senjata kepada ulama, harta benda kepada
hartawan, dan b u k u - b u k u kepada tentara y a n g siap berperang, w a l a u sang
penguasa memberi manfaat kepada mereka, di sini dia tidak dinilai berlaku
adil, bahkan dia dinilai m e n y i m p a n g dari keadilan karena dia menempatkan
pemberian-pemberiannya itu b u k a n pada t e m p a t n y a . Sebaliknya, kalau
K e l o m p o k VII A y a t 90 S u r a h a n - N a h l [16] 699
A y a t - a y a t y a n g m e m e r i n t a h k a n b e r b u a t k e b a j i k a n di atas t i d a k
menjelaskan objeknya. Hal ini u n t u k memberi m a k n a k e u m u m a n sehingga
m e n c a k u p segala bidang dan objek y a n g dapat berkaitan dengan keadilan,
ihsan, dan pemberian y a n g dimaksud, baik terhadap manusia, binatang,
t u m b u h - t u m b u h a n , m a u p u n tethadap benda-benda mati, dan baik berupa
materi, perlakuan, m a u p u n jasa. M a s i n g - m a s i n g disesuaikan dengan objek
yang dihadapi
Sahabat Nabi saw., Ibn M a s ' u d , menilai bahwa inilah ayat al-Qur'an
y a n g paling sempurna k a n d u n g a n n y a . Al-'Izz 'Abdussalam y a n g digelari
Sultban ah '(Jlamei ' m e n a m a i n y a asy-syajarah/pohon yang mengandung semua
h u k u m s y a r i a t serta b a b - b a b i l m u f i q h / b u k u m . A l - I m a m a s - S u b k i
m e n a m a i n y a syajar al-ma 'arif/pohonpengetahuan. A g a k n y a itu pula sebabnya
sehingga Khalifah 'Umar Ibn Abdul Aziz ra. (681 - 7 2 0 M ) memerintahkan
membaca ayat ini pada setiap akhir khutbah J u m a t sebagai ganti tradisi y a n g
dilakukan p e n d a h u l u - p e n d a h u l u n y a y a n g m e n g e c a m dan m e m a k i 'Ali Ibn
Abi T h a l i b r a . — m a k i a n tersebut dinilai oleh khalifah yang adil itu sebagai
tidak adil serta m e r u p a k a n salah satu bentuk ahbaghy.
704 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V I I A y a t 91
AYAT 9 1
"Dan tepatilah perjanjian Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpah sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah
menjadikan Allah sebagai saksi atas diri kamu. Sesungguhnya Allah mengetahui
apa yang kamu perbuat. "
Al-Biqa'i menulis tentang hubungan ayat ini dengan ayat yang lalu bahwa,
setelah ayat y a n g lalu yang m e n g h i m p u n semua perintah dan larangan dalam
satu redaksi singkat y a n g tidak dapat d i t a m p u n g oleh kitab-kitab dan dada
manusia serta disaksikan oleh para pendurhaka yang keras kepala bahwa redaksi
semacam itu m e l a m p a u i batas k e m a m p u a n manusia, ayat berikut
melanjutkan sebagaimana d i p a h a m i dari konteksnya bahwa: J i k a d e m i k i a n
itu k a n d u n g a n kitab suci ini, laksanakanlah apa y a n g Allah perintahkan,
jauhilah apa y a n g dilarang-Nya, dan tepatilah perjanjian Allah apabila kamu
berjanji.... Demikian lebih kurang al-Biqa i menghubungkan ayat ini dengan
ayat y a n g lalu.
AYAT 92
AYAT 9 3
"Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat
(saja), tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk
710 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VII A y a t 93
siapa yang Dia kehendaki. Dan sesungguhnya kamu pasti akan ditanya tentang
apa yang telah kamu kerjakan. "
Memang, dalam kehidupan dunia ini, ada banyak kelompok yang berbeda
bahkan bertolak belakang, tetapi itu adalah kehendak Allah juga. Seandainya
Dia m e n g h e n d a k i , D i a akan menjadikan k a m u semua seia sekata, tetapi itu
tidak d i k e h e n d a k i - N y a dan D i a akan m e m u t u s k a n m e n y a n g k u t perbedaan
itu di akhirat kelak, b u k a n di d u n i a ini. J i k a d e m i k i a n , jangan j a d i k a n
perbedaan itu dalih u n t u k tidak menepati perjanjian k a m u w a l a u dengan
kelompok y a n g berbeda akidah dan kepercayaan dengan k a m u . D e m i k i a n
h u b u n g a n ayat ini dengan ayat sebelumnya. D a p a t j u g a d i k a t a k a n b a h w a
m e n g e m b a l i k a n putusan ke Hari Kiamat bukanlah karena kelemahan Allah
memutuskan atau menghindarkan perselisihan dalam hidup dunia ini. S a m a
sekali tidak! Dan jikalau Allah menghendaki—namun ini tidak dikehendaki-
N y a — n i s c a y a Dia menjadikan kamu satu umat saja, y a k n i satu pendapat
tanpa perselisihan, atau Dia mencipta manusia serupa dengan malaikat y a n g
h a n y a melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Tetapi Dia
tidak menghendaki hal tersebut. Karena itu, Dia memberi manusia kebebasan
m e m i l i h jalan y a n g akan ia t e m p u h , jalan sesat atau jalan petunjuk. Atas
dasar pilihan masing-masing, Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki
guna memenuhi pilihan yang memilih kesesatan itu dan memberi kemampuan
u n t u k melaksanakan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki sebagai
anugerah kepadanya dan pemenuhan tekad dan keinginannya melaksanakan
t u n t u n a n petunjuk. Dan sesungguhnya kamu pasti akan ditanya tentang apa
yang telah kamu kerjakan dan menerima balasan dan ganjaran dari Allah swt.
AYAT 94
AYAT 9 5 - 9 6
"Dan janganlah kamu menukar perjanjian kamu dengan Allah dengan harga
yang sedikit. Sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah itulah yang baik bagi
kamu jika kamu mengetahui. Apa yang di sisi kamu akan lenyap, dan apa
yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami pasti akan memberi
balasan kepada orang-orang yang sabar dengan yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan."
AYAT 97
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan,
sedang dia adalah mukmin, maka sesungguhnya pasti akan Karni berikan
kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. "
kehidupan yang baik di dunia ini dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka semua di d u n i a dan di akhirat dengan pahala yang lebih baik
dan berlipat ganda dari apayang telah mereka kerjakan.
Kata ( ) shdlih/saleh dipahami dalam arti baik, serasi, atau bermanfaat
dan tidak rusak. Seseorang dinilai beramal saleh apabila ia dapat memelihara
nilai-nilai sesuatu sehingga kondisinya tetap tidak berubah sebagaimana adanya
dan, dengan demikian, sesuatu itu tetap berfungsi dengan baik dan bermanfaat.
Dicakup j u g a oleh kata beramal saleh u p a y a seseorang m e n e m u k a n sesuatu
y a n g hilang atau b e r k u r a n g n i l a i n y a , t i d a k atau k u r a n g berfungsi dan
bermanfaat, lalu melakukan aktivitas (perbaikan) sehingga yang kurang atau
hilang itu dapat m e n y a t u kembali dengan sesuatu itu. Yang lebih baik dari
itu adalah siapa yang menemukan sesuatu yang telah bermanfaat dan berfungsi
dengan baik, lalu ia melakukan aktivitas y a n g melahirkan nilai tambah bagi
sesuatu itu sehingga kualitas dan manfaatnya lebih tinggi dari semula.
"Dan Kami hadapi segila amal (baik) yang mereka kerjakan lalu Kami jadikan
amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan" (QS. al-Furqan [ 2 5 ] : 2 3 ) .
Kata ( l&) thayyibah telah dijelaskan m a k n a n y a pada penafsiran ayat
32 surah ini. Kehidupan y a n g baik di sini mengisyaratkan bahwa y a n g
bersangkutan memeroleh kehidupan y a n g berbeda dengan kehidupan orang
kebanyakan. Yang perlu digarisbawahi di sini adalah ( i& 2 U»- ) haydtan
720 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VII A y a t 9 7
AYAT 98-105
722 S u r a h a n - N a h l [16]
AYAT 9 8
"Apabila kamu telah bangkit untuk shalat, maka basuhlah wajahmu" (QS.
a l - M a idah [ 5 ] : 6 ) . Ayat y a n g m e m e r i n t a h k a n berwudhu ini m e n g g u n a k a n
juga bentuk kata kerja masa lampau, tetapi tentu saja—sebagaimana disepakati
oleh seluruh u l a m a — b a h w a kewajiban berwudhu b u k a n n y a setelah selesai
shalat, tetapi sebelumnya dan, dengan d e m i k i a n , kata telah bangkit untuk
shalatyzng d i m a k s u d adalah akan melaksanakan shalat.
K e l o m p o k VIII A y a t 9 8 S u r a h a n - N a h l [16] 725
AYAT 9 9 - 1 0 0
Dari ayat ini dapat juga dipahami bahwa permohonan perlindungan yang
diperintahkan sebelum ini m e n g a n d u n g m a k n a p e m a n t a p a n i m a n dan
penyerahan diri kepada-Nya, kalau enggan berkata b a h w a p e r m o h o n a n
tersebut identik dengan i m a n dan tawakal. Di sisi lain, dapat dicatat bahwa
iman dan tawakal, dalam pengertiannya yang sebenarnya, merupakan hakikat
pengabdian kepada/Allah swt. B u k a n k a h Allah berfirman m e n y a m p a i k a n
keputusan-Nya kepada setan bahwa
AYAT 1 0 1 - 1 0 2
Dan apabila Kami mengganti suatu ayat di tempat ayat—padahal Allah lebih
mengetahui apa yang diturunkan-Nya-—mereka berkata: "Sesungguhnya
engkau adalahpengada-ada. "Bahkan kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Katakanlah: "Yang telah menurunkannya adalah Ruhul Qudus dari Tuhanmu
dengan haq untuk meneguhkan orang-orang yang telah beriman dan menjadi
petunjuk serta kabar gembira bagi para muslimin. "
Kata ( AJT ) ayah pada ayat 101 di atas d i p a h a m i oleh beberapa ulama
dalam arti mukjizat sehingga ayat tersebut, menurut mereka, berbicara tentang
pergantian mukjizat atau bukti-bukti kebenaran yang dipaparkan oleh Nabi
M u h a m m a d saw. Pendapat ini mereka k e m u k a k a n dalam rangka menolak
p a n d a n g a n ulama lain y a n g m e n y a t a k a n b a h w a ada ayat al-Qur'an y a n g
dibatalkan ketentuan h u k u m n y a dan digantikan oleh ayat y a n g lain, atau
y a n g diistilahkan dalam i l m u - i l m u a l - Q u r ' a n dengan naskh d a l a m arti
K e l o m p o k VIII A y a t 1 0 1 - 1 0 2 S u r a h a n - N a h l [16] 731
p e m b a t a l a n h u k u m syariat d e n g a n h a d i r n y a h u k u m y a n g baru y a n g
bertentangan dengan h u k u m y a n g turun sebelumnya.
H e m a t penulis, m e m a h a m i kata ( a j ) ayah p a d a penggalan awal ayat di
atas dengan mukjizat dihadang oleh sekian banyak hal yang ditemukan dalam
rangkaian redaksi ayat itu sendiri. Dari segi konteks, jelas bahwa firman-Nya
di atas berkaitan d e n g a n firman A l l a h pada ayat-ayat s e b e l u m y a y a n g
berbicara tentang al-Qur'an sehingga sangat wajar jika kata ayah di sini
dipahami sebagai ayat al-Qur'an. Di sisi lain—menurut ayat ini—pergantian
itu m e n g u n d a n g t u d u h a n k a u m musyrikin bahwa Nabi M u h a m m a d saw.
pembohong. Seandainya y a n g dimaksud dengannya adalah mukjizat, tentu
penilaian itu tidak sejalan dengan tuduhan karena pergantian suatu mukjizat
dengan mukjizat yang lain justru m e n g u k u h k a n kebenaran Nabi saw. Di
samping itu, kata diturunkan dan menurunkannya demikian juga istilah
Ruhul Qudus, y a k n i malaikat Jibril as., kesemuanya mengisyaratkan uraian
ayat berkaitan dengan turunnya al-Quran karena kita tidak m e n e m u k a n
pernyataan al-Qur'an yang menyatakan bahwa malaikat Jibril as. membawa
turun mukjizat. Justru malaikat itulah yang dinyatakan oleh al-Qur'an secara
tegas sebagai yang m e m b a w a turun ayat-ayat a l - Q u f a n . (Baca antara lain
Q S . asy-Syu'ara [ 2 6 ] : 193). Ini belum lagi dengan ayat 103 yang akan datang
y a n g secara tegas m e n u n j u k ke bahasa a l - Q u r ' a n , y a k n i bahasa A r a b .
Seandainya y a n g dimaksud dengan ayah adalah mukjizat, tentu ia tidak wajar
dinamai berbahasa Arab.
masa ke masa, semakin berkurang. Bahkan, kini telah timbul pemikiran dan
penafsiran baru yang m a m p u mengompromikan semua ayat-ayat yang semula
diduga bertentangan oleh ulama terdahulu.
M e m a n g , ada a y a t - a y a t y a n g berbeda satu d e n g a n l a i n n y a , tetapi
perbedaan itu tidak harus dijadikan dasar u n t u k menyatakan bahwa ada ayat
y a n g dibatalkan h u k u m n y a . Kata ( u l i ) baddalna terambil dari kata ( J j j )
baddala yang berarti mengganti. Yang digantikan tidak harus berarti ia dibuang
dan tidak dipakai lagi. Kata tersebut pada ayat ini m e n g a n d u n g m a k n a
pergantian atau pengalihan dan pemindahan dari satu w a d a h ke wadah yang
lain. D a l a m arti: ketetapan hukum atau tuntunan yang tadinya diberlakukan
pada suatu masyarakat diganti dengan hukum yang baru bagi mereka tanpa
membatalkan hukum atau tuntunan yang lalu. B i l a suatu k e t i k a ada
masyarakat lain yang kondisinya serupa dengan masyarakat Islam di M e k k a h
ketika t u r u n n y a ayat y a n g digantikan itu, y a n g digantikan tersebut bisa
diberlakukan kepada mereka. Ini serupa dengan pakaian y a n g dibeli u n t u k
seorang anak berusia 10 tahun. Pakaian itu tidak harus dibuang bila anak
tadi telah besar dan pakaian itu sempit u n t u k n y a . Pakaiannya yang sempit
itu diganti dengan y a n g lain dan y a n g lebih sesuai dengan t u b u h n y a , dan
p a k a i a n n y a itu (yang sempit) disimpan bila a d i k n y a mencapai usia sepuluh
tahun atau diberikan kepada a n a k lain y a n g b a d a n n y a sebesar anak pertama
itu.
"Satu jiwa yang berdosa tidak dapat memikul dosa satu jiwa yang lain" (QS.
al-An'am [6]: 1 6 4 ) dinilai oleh k a u m musyrikin bertentangan dengan firman-
Nya:
tegas bahwa dia sebagai sang raja menganugerahkan anugerahnya kepada orang
itu. D e m i k i a n lebih kurang maksud uraian Ibn 'Asyur. Hal y a n g mirip
dikemukakan oleh Thabathaba i yang menyatakan bahwa pengalihan redaksi
itu bertujuan m e n u n j u k k a n kesempurnaan pemeliharaan dan rahmat-Nya
kepada Rasulullah saw., seakan-akan Yang Mahakuasa itu tidak rela memutus
dialog-Nya sehingga selalu menggunakan kesempatan untuk berfirman kepada
b e l i a u di m a n a p u n d i a l o g i t u m e m u n g k i n k a n . Ini j u g a — l a n j u t
Thabathaba.'!—untuk m e n u n j u k k a n b a h w a y a n g d i m a k s u d dengan ( J i )
qullkatakanlah yang diperintahkan itu adalah p e n y a m p a i a n kepada mereka,
b u k a n sekadar mengucapkan kata-kata tersebut.
AYAT 1 0 3 - 1 0 5
Arab, sedang ini, y a k n i al-Qur'an, adalah dalam bahasa Arab yang terang
dan mencapai puncak tertinggi dari keindahan dan kedalaman m a k n a yang
tidak m a m p u ditandingi oleh siapa pun walau sastrawan-sastrawan Arab
bekerja sama u n t u k menandinginya.
T i d a k ada faktor y a n g menjadikan mereka berkata d e m i k i a n , kecuali
kebejatan hati dan kekeraskepalaan mereka, dan karena itu mereka tidak
m e m e r c a y a i n y a . Ini tidak usah engkau risaukan karena d e m i k i a n itulah
sunnatullah, y a k n i sesungguhnya orang-orang yang tidak mau beriman kepada
ayat-ayat Allah, y a i t u a!-Qur'an dan t a n d a - t a n d a k e b e s a r a n - N y a y a n g
terhampar di alam raya, tidak akan diberi petunjuk bagi mereka oleh Allah,
y a k n i tidak diberi k e m a m p u a n u n t u k m e r a i h iman d a n m e n g a m a l k a n
t u n t u n a n - N y a sesuai dengan k e m a u a n dan pilihan mereka itu, dan katena
Allah telah menjelaskan dengan g a m b l a n g dan m e n g a n u g e r a h k a n mereka
potensi iman serta m e n g u t u s rasul dengan aneka bukti kebenaran tetapi
mereka m e n g a b a i k a n n y a m a k a bagi mereka azab yang pedih jika mereka
enggan bertaubat.
jenazah di bagian terakhir tanah vang telah digali ke bawah tanpa ke samping
itu. M a k n a asal k a t a tersebut b e r k e m b a n g s e h i n g g a berarti batil atau
menyimpang dari kebenaran. Ini karena sesuatu yang di tengah biasanya
memberi kesan benar, hak, dan baik maka yang menyimpang dari arah tengah
dinilai buruk dan batil.
Kata ( ) a'jamiy terambil dari kata ( l ^ s - ) ujmah dalam arti tidak
jelas. Bahasa Arab menunjuk kepada siapa y a n g bahasa ibunya bukan bahasa
Arab sebagai a'jamiy karena orang Arab tidak m e m a h a m i bahasa mereka atau
karena mereka tidak dapat menjelaskan maksud mereka d a l a m bahasa y a n g
dimengerti oleh orang Arab. A d a j u g a y a n g m e m a h a m i kata tersebut dalam
arti y a n g tidak fasih, w a l a u dapat berbahasa Arab.
Kata ( ) humlmereka pada penutup ayat di atas, setelah kata ( ^ U J j l )
uWikal itulah, berfungsi m e n g k h u s u s k a n mereka itu sebagai pembohong-
p e m b o h o n g sejati. S e a k a n - a k a n ayat ini m e n y a t a k a n b a h w a t i d a k ada
pembohong sejati kecuali mereka. M e m a n g , ada pembohong selain mereka,
tetapi kedurhakaan akibat t u d u h a n y a n g sangat b u r u k itu telah mencapai
puncaknya sehingga seakan-akan kedurhakaan pembohong-pembohong yang
lain tidak berarti d i b a n d i n g k a n dengan mereka dan, dengan d e m i k i a n ,
merekalah y a n g secara khusus merupakan pembohong-pembohong sejati.
KELOMPOK 9
AYAT 106-111
1 . " '
739
740 S u r a h a n - N a h l [16]
i j l i l ^ L i J>Li £ £ 4 b t
AYAT 1 0 6 - 1 0 7
sehingga keduanya dibunuh dan tercatat sebagai dua orang syahid yang pertama
dalam sejarah Islam. Sedang, 'Ammar mengucapkan kalimat kufur sehingga
dibebaskan. Beliau k e m u d i a n datang menangis dan m e n g a d u k a n dirinya
kepada Rasul saw. Rasul saw. m e n g h a p u s air m a t a n y a sambil bertanya,
" B a g a i m a n a sikap h a t i m u ? " 'Ammar menjawab, " H a t i k u tenang dalam
k e i m a n a n . " M a k a , Rasul saw. m e n a s i h a t i n y a , "Kalau mereka k e m b a l i
m e m a k s a m u , ucapkan saja lagi apa y a n g telah engkau ucapkan itu."
AYAT 1 0 8 - 1 0 9
"Mereka itulah orang-orang yang Allah telah mengunci mati hati mereka dan
pendengaran mereka serta penglihatan mereka, dan mereka itulah orang-orang
lalai. Pasti mereka di akhirat adalah mereka orang-orang rugi. "
"Mereka itulah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan lenyaplah
dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan'(QS. H u d [11]: 21) sehingga
s a n g a t w a j a r j i k a l a n j u t a n n y a y a n g b e r b i c a r a t e n t a n g siksa u k h r a w i
m e n g g u n a k a n bentuk superlatif:
"Pasti mereka itu di akhirat, merekalah yang paling merugi" (QS. H u d [11]:
2 2 ) . Berbeda dengan ayat ini y a n g tidak didahului oleh pernyataan kerugian
s e b e l u m n y a . T h a b a t h a b a ' i b e r p e n d a p a t b a h w a p e r b e d a a n redaksi i t u
disebabkan pada surah H u d di atas disebut sifat b u r u k yang tidak disebut di
sini, yaitu:
"Mereka menghalangi dari jalan Allah dan menghendaki supaya jalan itu
bengkok"(QS. H u d [11]: 19).
Betapapun, y a n g jelas m e r e k a adalah orang-orang y a n g sangat merugi.
B a g a i m a n a mereka tidak dinilai sangat merugi padahal terdapat e n a m sifat
y a n g mereka sandang, di m a n a satu saja di antaranya sudah c u k u p u n t u k
menjadikan seseorang merugi. Keenam sifat tersebut adalah: 1) M e r e k a
mendapat m u r k a Allah, 2 ) M e r e k a wajar m e n d a p a t siksa melebihi murka
itu, 3) M e m e n t i n g k a n d u n i a d e n g a n m e n g o r b a n k a n akhirat, 4 ) T i d a k
K e l o m p o k IX A y a t 110 S u r a h a n - N a h l [16] 745
AYAT 110
Hari pembalasan itu ialah hari ketika mereka difitnah (dimasukkan ke neraka)
(dikatakan kepada mereka), "Rasakanlah fitnah kamu (siksa yang
diperuntukkan bagi kamu). Inilah yang dahulu kamu minta agar disegerakan. "
Kata fitnah juga d i g u n a k a n — b e r d a s a r pemakaian asal di a t a s — d a l a m
arti "menguji", baik ujian itu berupa n i k m a t / k e b a i k a n m a u p u n kesulitan/
keburukan.
"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah.
Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan"(QS. al-Anbiya [21J: 3 5 ) .
Yang dimaksud oleh ayat an-Nahl ini adalah aneka siksaan yang berulang-
ulang dihadapi oleh k a u m muslimin ketika mereka berada di M e k k a h .
Seperti telah penulis k e m u k a k a n pada awal uraian surah ini, sementara
ulama berpendapat bahwa b u k a n semua ayat-ayatnya turun sebelum Nabi
saw. berhijrah. Ayat ini serta ayat 126 dan seterusnya adalah sebagian ayat-
ayat y a n g dinilai oleh sementara ulama sebagai ayat y a n g turun sesudah Nabi
saw. berhijrah ke M a d i n a h . Atas dasar itu, penafsiran mereka tentang ayat ini
berbeda dengan y a n g penulis k e m u k a k a n di atas. M e r e k a m e m a h a m i ayat
ini t u r u n berbicara t e n t a n g s e k e l o m p o k k a u m m u s l i m i n y a n g disiksa
k e m u d i a n rela memberikan apa y a n g d i t u n t u t oleh k a u m musyrikin dan
akhirnya berhasil berhijrah lalu berperang di jalan Allah. Dengan demikian,
mereka m e m a h a m i kata hijrah di sini dalam arti hijrah ke M a d i n a h dan
berjihad adalah berperang mengangkat senjata bersama Rasul saw.
AYAT 111
"Hari di mana setiap diri datang untuk membela dirinya dan bagi setiap diri
disempurnakan apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka tidak dianiaya. "
748 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IX A y a t 111
AYAT 112-119
751
752 S u r a h a n - N a h l [16]
K e l o m p o k X Ayat 112 S u r a h a n - N a h l [16] 753
AYAT 112
"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan, suatu negeri yang tadinya
aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap
tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu
Allah menjadikannya merasakan pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan
oleh apa yang selalu mereka perbuat. "
bersyukur karena dengan hijrah itu mereka diselamatkan Allah dari bencana
y a n g m e n i m p a penduduk kota M e k k a h . "
Thabathaba.'i, yang m e m a h a m i ayat 101 y a n g lalu sebagai berbicara
tentang «/w^/pembatalan h u k u m - h u k u m dan pergantiannya dengan hukum-
h u k u m y a n g baru, menilai kelompok ayat ini sebagai kelanjutan dari ayat-
ayat yang lalu yang berbicara tentang apa yang halal dan yang haram dimakan
serta larangan menghalalkan dan m e n g h a r a m k a n sesuatu bukan atas dasar
ketentuan Allah, y a n g dilanjutkan dengan ketetapan h u k u m m e n y a n g k u t
orang-orang Yahudi. Karena itu, ulama menilai ayat ini berhubungan dengan
ayat 101 itu.
Apa y a n g d i k e m u k a k a n T h a b a t h a b a i di atas lebih b a n y a k berkaitan
dengan k a n d u n g a n ayat-ayat kelompok ini b u k a n n y a h u b u n g a n ayat ini
dengan ayat-ayat sebelumnya.
Apa pun hubungan yang Anda pilih atau kemukakan, yang jelas ayat ini
l e b i h k u r a n g m e n y a t a k a n b a h w a : Dan Allah telah membuat suatu
perumpamaan agar m u d a h d i p a h a m i dan direnungkan, y a i t u suatu negeri
yang p e n d u d u k n y a tadinya merasa aman dari ancaman m u s u h lagi tenteram
dengan kesenangan hidup dan keharmonisan penduduknya, rezekinya, yakni
rezeki p e n d u d u k negeri itu, datang kepadanya melimpah ruah dari segenap
tempat, darat, laut dan udara, dan dengan berbagai cara, tetapi penduduknya
mengingkari nikmat-nikmat Allah, y a k n i tidak m e n g g u n a k a n n y a sesuai
dengan t u n t u n a n Allah. Karena itu, Allah Yang M a h a k u a s a menjadikannya,
yakni p e n d u d u k negeri itu, merasakan pakaian kelaparan setelah sebelumnya
hidup mereka sejahtera dan juga menjadikan mengenakan pakaian ketakutan
setelah radinya mereka merasakan keamanan disebabkan oleh apa, yakni
kedurhakaan, yang selalu mereka perbuat.
masyarakat Mesir pada masa Nabi Yusuf as. (HR. Bukhari, M u s l i m , dan
lain-lain melalui A b d u l l a h Ibn M a s ' u d ) .
Yang m e m a h a m i ayat ini turun setelah hijrah Nabi saw. menyatakan
bahwa ketika Nabi saw. telah tiba di M a d i n a h beliau sering kali m e n g u t u s
pasukan di sekitar kota M e k k a h y a n g mengakibatkan g a n g g u a n keamanan
bagi p e n d u d u k M e k k a h y a n g tadinya merasa aman.
Telah d i k e m u k a k a n s e b e l u m ini b a h w a a y a t - a y a t surah an-Nahl
kesemuanya turun sebelum Nabi saw. berhijrah ke M a d i n a h . Jika demikian,
ayat ini tidak berbicara tentang kota M e k k a h secara khusus, apalagi kata
{ h_ji ) qaryahlnegeri berbentuk nakirab (indifinitife) vang mengisyaratkan
bahwa ia b u k a n negeri tertentu. M e m a n g , ayat ini merupakan ancaman
terhadap p e n d u d u k kota M e k k a h — d i mana ayat ini turun—serta negeri-
negeri yang lain yang penduduknya mengkufuri nikmat Allah bahwa mereka
akan m e n g a l a m i krisis ekonomi d a n g a n g g u a n k e a m a n a n j i k a mereka
melakukan kedurhakaan-kedurhakaan.
Salah satu negeri/penduduk negeri y a n g secara tegas disebut n a m a n y a
mengalami apa yang dilukiskan di atas adalah negeri/penduduk Saba (Bacalah
Q S . Saba [ 3 4 ] : 1 5 - 1 7 ) . Apa y a n g dialami oleh sekian bangsa dan negara
dewasa ini j u g a merupakan pembuktian kebenaran ancaman ayat di atas.
Kata ( p*A ) an'um adalah bentuk jamak dari kata ( ) ni'mah, yakni
anugerah Aliah swt. Bentuk jamak kata ini diistilahkan dalam ilmu tata bahasa
Arab dengan jama' qillah (jamakyang mengandung makna sedikit). Ini berbeda
dengan kata ( ) m'km yang juga merupakan bentuk jamak dari kata ni'mah.
Penggunaan kata ini di sini mengisyaratkan bahwa anugerah Allah swt. yang
mereka peroleh itu sedikit jika dibandingkan dengan apa y a n g di sisi Allah.
D e m i k i a n al-Biqa i. A t a u lebih tepat dikatakan bahwa anugerah Allah swt.
y a n g mereka peroleh i t u — w a l a u banyak—-hakikatnya sedikit jika dibanding
dengan anugerah y a n g dapat mereka peroleh jika mereka taat kepada-Nya.
Thabathaba'i m e m a h a m i pemilihan bentuk j a m a k yang bukan m e n u n j u k
banyak itu karena ayat ini hanya menyebut tiga m a c a m nikmat, yaitu aman,
AYAT 113
"Dan demi, sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka
sendiri maka mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab
dan mereka adalah orang-orang yang zalim. "
AYAT 114
"Maka makanlah dari apa yang direzekikan oleh Allah kepada kamu dalam
keadaayi halal lagi baik; dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-
Nya saja menyembah, "
J i k a telah nyata dari ayat-ayat y a n g lalu betapa kuasa Allah dan betapa
siksa-Nya dapat menimpa yang mengganti nikmat-Nya dengan kemusyrikan
dan kekufuran, maka hati-hatilah, jangan berlaku seperti otang-orang musyrik
m e n g i n g k a r i n i k m a t - n i k m a t Allah dan m e n g g a n t i n i k m a t itu menjadi
keburukan. Pilihlah, wahai orang-orang yang beriman, jalan kesyukuran dan
makanlah sebagian dari apa yang direzekikan, yakni dianugerahkan, oleh Allah
kepada, kamu antara lain yang telah disebut pada ayat-ayat yang lalu. Makanlah
itu dalam keadaan halal lagi baik, lezat dan bergizi serta b e r d a m p a k positif
bagi kesehatan; dan syukurilah nikmat Allah agar k a m u tidak ditimpa apa
y a n g m e n i m p a negeri-negeri terdahulu jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah.
Yang dimaksud dengan kata makan dalam ayat ini adalah segala aktivitas
manusia. Pemilihan kata makan, di samping karena ia merupakan kebutuhan
pokok manusia, juga karena makanan m e n d u k u n g aktivitas manusia. Tanpa
makan, manusia lemah dan tidak dapat m e l a k u k a n kegiatan.
758 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k X A y a t 115
AYAT 115
"Allah hanya mengharamkan atas kamu bangkai, darah, daging babi, dan
apa yang disembelih dengan menyebut selain Allah. Tetapi, barang siapa yang
terpaksa sedang ia tidak menginginkan dan tidak (pula) melampaui batas,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang "
AYAT 1 1 6 - 1 1 7
AYAT 118
"Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami haramkan apa yang telah Kami
sampaikan kepadamu sebelum ini; dan Kami tiada menganiaya mereka, akan
tetapi merekalah terhadap diri mereka sendiri terus-menerus menganiaya. "
AYAT 119
AYAT 120-128
765
766 S u r a h a n - N a h l [16]
K e l o m p o k XI Ayat 120-122 S u r a h a n - N a h l [16] 767
AYAT 1 2 0 - 1 2 2
"Sesungguhnya Ibrdhim adalah umat lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dati
sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik. Dia mensyukuri nikmat-
nikmat-Nya, Allah telah memilihnya dan ynembimbingnya ke jalan yang lebar
lagi lurus. Dan Kami anugerahkan kepadanya kebaikan di dunia. Dan
sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. "
AYAT 123
Ayat 120 y a n g lalu menafikan kemusyrikan atas Nabi Ibraham as. dengan
1
m e n y a t a k a n ( Cff j - * ^ J * ^ f* ) lam yaku min al-musyrikin yang maknanya
seperti penulis jelaskan di atas sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang
musyrik. Sedang, ayat ini menafikan k e m u s y r i k a n beliau dengan redaksi
(jsTj-iil Uj ) wa md kdna min al-musyrikin. K e d u a redaksi ini
m e n g a n d u n g m a k n a y a n g berbeda n a m u n saling melengkapi. Hal tersebut
demikian karena kata ( ^ ) lam- digunakan untuk menarikan sesuatu dan dalam
saat y a n g sama m e n g u b a h masa y a n g ditunjuk oleh bentuk mudhdri'(kata
kerja masa kini) m e n g u b a h n y a menjadi masa lalu. Sehingga, lam menafikan
terjadinya sesuatu p a d a masa lalu. Di sisi lain, kata kerja masa kini itu
mengandung juga makna kesinambungan. M a k n a ini tidak dipengaruhi oleh
kehadiran lam itu sehingga masih tetap d i k a n d u n g n y a . Dari sini, /km y a n g
m e n d a h u l u i satu kata kerja masa kini m e n g a n d u n g m a k n a tidak pernah
sekaligus bersinambung secara terus-menerus. Yakni sejak dahulu hingga kini.
Dari penjelasan di atas, dapat juga ditarik kesimpulan bahwa ajaran Islam
yang disampaikan oleh Nabi M u h a m m a d saw. y a n g pada dasarnya mengikuti
ajaran Nabi Ibrahim as. adalah ajaran y a n g benar-benar bersih lagi suci dari
segala bentuk kemusyrikan. Ini antara lain karena kejelasan ayat-ayat al-Qur'an
serta keterpeliharaan redaksinya dan keterhindarannya dari segala sesuatu yang
dapat mengantar kepada syirik.
AYAT 124
maka Allah memberi kita petunjuk kepadanya. Maka, mereka adalah pengikut
kita, yakni orang Yahudi besok (menjadikan besok/hari Sabtu hari besar
mereka), sedang orang Nasrani, lusa (hari M i n g g u ) ( H R . Bukhari, M u s l i m , ,
A h m a d , dan lain-lain melalui Abu H u r a i r a h ) .
Kata ( ) sabt pada mulanya berarti memotong, maksudnya memotong
(memutuskan) dan menghentikan kegiatan sehari-hari u n t u k berkonsentrasi
dalam ibadah. Dari sini, kata tersebut k e m u d i a n dipahami juga d a l a m arti
tenang. Hari Sabtu dinamai demikian karena hari itu bagi orang-orang Yahudi
adalah hari tenang tanpa kegiatan.
Firman-Nya: ( - u l ) ikhtalaju fthi dipahami oleh sebagian u l a m a
dalam arti mereka memperselisihkan tentang penerimaannya. A l - B i q a ' i
menulis bahwa mereka diperintahkan untuk membesarkan hari Jumat, tetapi
mereka berselisih, sebagian m e n e r i m a dan sebagian menolak. Lalu, mereka
mengganti hari J u m a t itu dengan hari Sabtu m a k a Allah menjatuhkan sanksi
atas mereka, sebagaimana dikesankan oleh kata ( ^ J s - ) ala, yakni bahwa
ketetapan Allah menyetujui keinginan mereka m e n g a g u n g k a n hari Sabtu,
j u s t t u m e n j a d i b e n c a n a buat m e r e k a , y a k n i bagi y a n g berselisih itu.
Thabathaba i memahami petselisihan itu sebagaimana dijelaskan dalam sekian
a y a t p a d a s u r a h a l - B a q a r a h , an-Nisa", d a n al-A'raf, y a k n i a d a y a n g
menerimanya, ada y a n g menolaknya, dan ada j u g a y a n g m e l a k s a n a k a n n y a
dengan tipu daya. Pendapat ini dihadang oleh hadits Bukhari di atas.
M u h a m m a d Sayyid T h a n t h a w i m e n g u t i p pendapat y a n g m e n y a t a k a n
bahwa yang dimaksud dengan ikhtalaju fthi bukan perselisihan antar-mereka,
tetapi dalam arti membangkang perintah Nabi mereka. Pendapat ini dipilih
juga oleh Ibn 'Asyur. Ayat ini m e n u r u t n y a bertujuan m e m b a n t a h penganut
agama Yahudi yang mengklaim bahwa mereka adalah pengikut Nabi Ibrahim
as. karena penetapan hari Sabtu adalah ketetapan baru y a n g belum dikenal
pada masa Nabi Ibrahim as. Perlu dicatat b a h w a tidak ada petunjuk yang
dapat ditarik dari ayat ini, bahwa hari J u m a t adalah hari besar dalam ajaran
Nabi Ibrahim as.
774 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k XI A y a t 125
AYAT 125
"Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. "
Ayat ini dipahami oleh sementara ulama sebagai menjelaskan tiga macam
metode d a k w a h y a n g harus disesuaikan dengan sasaran dakwah. Terhadap
cendekiawan yang memiliki pengetahuan tinggi diperintahkan menyampaikan
dakwah dengan hikmah, yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan
tingkat kepandaian mereka. Terhadap k a u m a w a m diperintahkan u n t u k
menerapkan mau 'izhah, yakni memberikan nasihat dan perumpamaan yang
m e n y e n t u h j i w a sesuai dengan taraf pengetahuan mereka y a n g sederhana.
S e d a n g , t e r h a d a p Ahl al-Kitdb dan p e n g a n u t a g a m a - a g a m a lain y a n g
K e l o m p o k XI Ayat 125 S u r a h a n - N a h l [16] 775
diperintahkan adalah j idd* l/perdebatan dengan cara yang terbaik, yaitu dengan
logika dan retorika y a n g halus, lepas dari kekerasan dan u m p a t a n .
Kata (la&r ) hikmah antara lain berarti yangpahng utama dari segala
sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah pengetahuan atau
tindakan y a n g bebas dari kesalahan atau kekeliruan. Hikmah juga diartikan
sebagai sesuatu yang bila digunakan f diperhatikan akan mendatangkan
kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar serta menghalangi
terjadinya mudharat atau kesiditan yang besar atau lebih besar. M a k n a ini
ditarik dari kata hakamah, y a n g berarti kendali, karena kendali menghalangi
hewan/kendaraan mengarah ke arah yang tidak diinginkan atau menjadi liar.
M e m i l i h perbuatan y a n g terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah.
M e m i l i h y a n g terbaik dan sesuai dari d u a hal y a n g b u r u k pun dinamai
hikmah, dan p e l a k u n y a d i n a m a i hakim (bijaksana). Siapa y a n g tepat dalam
penilaiannya dan dalam pengaturannya, dialah yang wajar menyandang sifat
ini atau dengan kara lain dia yanghakim. Thahir Ibn 'Asyur menggarisbawahi
bahwa hikmah adalah n a m a h i m p u n a n segala ucapan atau pengetahuan yang
m e n g a r a h kepada perbaikan k e a d a a n dan kepercayaan m a n u s i a secara
bersinambung. Thabathaba'i mengutip ar-Raghib al-Ashfahani yang
m e n y a t a k a n secara singkat b a h w a hikmah adalah sesuatu yang mengena
kebenaran berdasar ilmu dan akal. Dengan demikian, m e n u r u t Thabathaba i,
hikmah adalah argumen yang menghasilkan kebenaran yang tidak diragukan,
tidak m e n g a n d u n g kelemahan tidak juga kekaburan.
menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh
semua orang maupun hanya oleh mitra bicara.
D i t e m u k a n di atas bahwa mau'izhah h e n d a k n y a disampaikan dengan
(«u-**-) basanah/baik, sedang perintah berjidMdisifati dengan kata ( )
ahsan/yang terbaik, b u k a n sekadar yang baik. Keduanya berbeda dengan
hikmah y a n g tidak disifati oleh satu sifat pun. Ini berarti bahwa mau 'izhah
ada y a n g baik dan ada y a n g tidak baik, sedang jiaal ada tiga macam, y a n g
baik, y a n g terbaik, dan y a n g buruk.
Adapun mau 'izhah, ia baru dapat mengena hati sasaran bila ucapan yang
disampaikan itu disertai dengan pengamalan d a n keteladanan dari y a n g
menyampaikannya. Nah, inilah yang bersifat hasanah. Kalau tidak, ia adalah
yang buruk, yang seharusnya dihindari. Di sisi lain, karena mau'izhah biasanya
bertujuan mencegah sasaran dari sesuatu y a n g k u r a n g baik, dan ini dapat
m e n g u n d a n g e m o s i — b a i k dari y a n g m e n y a m p a i k a n , lebih-lebih y a n g
m e n e r i m a n y a — m a u ' i z h a h adalah sangat perlu u n t u k mengingatkan
kebaikannya itu.
Sedang jiddlberdiri dari tiga macam, yang buruk adalah yang disampaikan
dengan kasar, y a n g mengundang kemarahan lawan, serta y a n g menggunakan
dalih-dalih yang tidak benar. Yang baik adalah yang disampaikan dengan sopan
serta menggunakan dalil-dalil atau dalih walau hanya yang diakui oleh lawan,
tetapi yang terbaik adalah yang disampaikan dengan baik dan dengan argumen
y a n g benar lagi m e m b u n g k a m lawan.
Kelompok XI Ayat 126-128 S u r a h a n - N a h l [16] 777
Thahir Ibn 'Asytir yang berpendapat serupa dan menyatakan bahwa jiddl
adalah bagian dari hikmah dan mau'izhah. H a n y a saja, tulisnya, karena tujuan
jiddl adalah meluruskan tingkah laku atau pendapat sehingga sasaran yang
dihadapi menerima kebenaran, kendati ia tidak terlepas dari hikmah atau
mau'izhah, ayat ini m e n y e b u t n y a secara tersendiri berdampingan dengan
keduanya g u n a mengingat tujuan danjiddlitu.
AYAT 1 2 6 - 1 2 8
"Dan apabila kamu membalas, maka balaslah persis sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepada kamu. Akan tetapi, jika kamu bersabar sesungguhnya
itulah yang lebih baik bagi para penyabar. Dan bersabarlah dan tiadalah
778 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k XI Ayat 126-128