You are on page 1of 261

Surah an-Nah

Surah ini terdiri dari J 28 ayat.


Surah ini dinamakan AN-NAHL
yang berarti'7ebar)"diambil dari ayat 68.
Surah an-Nah

Surah an-Nahl terdiri dari 128 ayat. Mayoritas ulama menilainya Makkiyyah,
y a k n i t u r u n sebelum Nabi M u h a m m a d saw. berhijrah ke M a d i n a h . Ada
juga y a n g mengecualikan beberapa ayat. Misalnya, ayat 126 dan dua ayat
berikutnya, y a n g memerintahkan Nabi saw. agar jangan membalas kejahatan
kecuali setimpal dengannya. M e r e k a menilai ayat-ayat itu turun setelah Nabi
saw. berhijrah, cepatnya setelah terbunuhnya p a m a n beliau, Hamzah ra.,
dengan sangat kejam dan memilukan pada tahun III Hijrah. Ketika itu, Nabi
saw. bermaksud membalasnya dengan menewaskan 70 orang musyrik. M a k a ,
beliau ditegur. A d a lagi y a n g berpendapat, h a n y a awal ayat-ayat surah ini
sampai ayat 4 l yang M a k k i y y a h , selebihnya sampai akhir surah adalah
Madaniyyah.

N a m a an-Nahl terambil dari kara itu yang disebut pada ayat 68 surah
ini. H a n y a sekali itulah a l - Q u r ' a n m e n y e b u t n y a . Ada j u g a ulama yang
m e n a m a i n y a surah an-Ni'am karena banyak nikmat Allah y a n g diuraikan di
sini.
Sayyid Q u t h u b menilai, uraian surah ini sangat tenang dan halus, namun
sangat padat. Tema-tema pokoknya bermacam-macam, tapi tidak keluar dari
tema surah-surah y a n g turun sebelum hijrah Nabi saw., y a k n i tentang
Ketuhanan, Wahyu, dan Kebangkitan, disertai dengan beberapa persoalan
samping yang berkaitan dengan tema-tema pokok itu, seperti uraian tentang

517
518 S u r a h a n - N a h l [16]

keesaan Allah yang menghubungkan antara agama Nabi Ibrahim as. dan agama
Nabi M u h a m m a d saw., juga tentang kehendak Allah dan kehendak manusia
dalam konteks iman dan kufur, hidayah dan kesesatan. Fungsi rasul, dan
sunnatullah dalam menghadapi para pembangkang; d e m i k i a n juga soal
penghalalan dan pengharaman, soa! hijrah dan ujian y a n g dihadapi k a u m
musyrikin dan m u s l i m i n , dan tidak ketinggalan soal interaksi sosial seperti
keadilan, ihsan, infaq, menepati janji, dan lain-lain. Persoalan-persoalan itu
dipaparkan sambil mengaitkannya dengan alam raya serta fenomenanya y a n g
bermacam-macam.
Thabathaba i menyimpulkan tujuan utama surah ini adalah penyampaian
tentang dekatnya kehadiran ketetapan Allah yaitu kemenangan a g a m a yang
haq. I n i — m e n u r u t n y a — d i j e l a s k a n dengan menguraikan bahwa Allah swt.
adalah Tuhan Yang M a h a Esa yang wajib disembah karena Dia yang mengatur
a l a m raya. Penciptaan a d a l a h hasil p e r b u a t a n - N y a d a n semua n i k m a t
bersumber dari-Nya, tidak satu p u n dari hal-hal tersebut y a n g bersumber
dari selain-Nya. Karena itu, hanya AJlah y a n g wajib disembah tidak satu pun
selain-Nya. Di samping itu, surah ini j u g a menjelaskan b a h w a menetapkan
agama adalah w e w e n a n g Allah swt. dan, dengan demikian, a g a m a harus
bersumber d a r i - N y a , tidak dari selain-Nya. D a n ini berarti penolakan
kepercayaan k a u m musyrikin serta dalih-dalih mereka mengingkari kehadiran
para rasul. Demikian lebih k u r a n g T h a b a t h a b a T

Al-Biqa'l—sebagaimana kebiasaannya—menjadikan nama surah sebagai


p e t u n j u k t e n t a n g tema u t a m a n y a . Dari sini, u l a m a abad VIII H. itu
berpendapat bahwa tujuan pokok dan tema utama surah an-Nahl adalah
membuktikan kesempurnaan kuasa Allah dan keluasan ilmu-Nya, dan bahwa
Dia bebas bertindak sesuai k e h e n d a k - N y a lagi tidak disentuh oleh sedikit
kekurangan pun. Yang paling dapat m e n u n j u k k a n m a k n a ini adalah sifat
dan keadaan an-Nahl, yakni "lebah" yang sungguh menunjukkan pemahaman
yang dalam serta keserasian y a n g m e n g a g u m k a n antara lain dalam membuat
sarangnya. D e m i k i a n juga dengan p e m e l i h a r a a n n y a dan b a n y a k lagi y a n g
lain seperti keanekaragaman w a r n a m a d u yang dihasilkannya serta khasiat
madu itu sebagai obat padahal sumber makanan lebah adalah k e m b a n g dan
buah-buahan yang bermanfaat dan juga yang berbahaya.
S u r a h a n - N a h l [16] 519

[
Apa y a n g d i k e m u k a k a n al-Biqa i m e n y a n g k u t lebah adalah sekelumit
dari b a n y a k keistimewaan binatang itu. Keajaibannya j u g a terlihat pada
jenisnya. Ia tidak h a n y a terdiri dari jantan dan betina, tetapi juga yang tidak
jantan dan tidak betina. Sarang-sarangnya tersusun dalam bentuk lubang-
lubang y a n g sama bersegi enam diselubungi oleh selaput y a n g sangat halus
menghalangi udara dan bakteri menyusup ke dalam. Keajaibannya mencakup
pula sistem k e h i d u p a n n y a y a n g p e n u h disiplin dan dedikasi di b a w a h
pimpinan seekor "ratu". Sang ratu pun memiliki keajaiban dan keistimewaan.
"Rasa malu" y a n g dimiliki dan dipeliharanya menjadikan sang ratu lebah
enggan berhubungan seks dengan salah satu anggota masyarakatnya y a n g
j u m l a h n y a dapat mencapai sekitar tiga p u l u h ribu ekor lebah. Di samping
itu, keajaiban lebah tampak pula pada bahasa dan cara mereka berkomunikasi
y a n g d a l a m hal ini telah diamati oleh sekian banyak ilmuwan antara lain
i l m u w a n Austria, Kari Van hriteh.
Selanjurnya, jika kita mendukung pendapat as-Suyiithi yang menyatakan
bahwa "surah yang terdahulu merupakan pengantar bagi surah sesudahnya",
berarti surah an-Nahl ini adalah pengantar bagi surah al-Isra'. Lebah dipilih
Allah untuk melukiskan keajaiban ciptaan-Nya agar menjadi pengantar
keajaiban perbuatan-Nya dalam peristiwa Isra' MiTaj Nabi M u h a m m a d saw.
y a n g dijelaskan oleh surah berikut. Nabi M u h a m m a d saw. adalah manusia
seutuhnya. Lebah dipilih untuk menjadi pengantar uraian yang berkaitan
d e n g a n m a n u s i a seutuhnya karena seorang m u k m i n — a t a u k a t a k a n l a h
m a n u s i a y a n g utuh—-diibaratkan oleh Rasul saw. bagaikan "lebah": tidak
m a k a n kecuali y a n g baik dan i n d a h seperti k e m b a n g - k e m b a n g tidak
menghasilkan kecuali yang baik dan bermanfaat seperri madu yang merupakan
m i n u m a n dan obat bagi aneka penyakit, tidak hinggap di tempat yang kotor,
tidak m e n g g a n g g u kecuali y a n g m e n g g a n g g u n y a d a n j i k a m e n y e n g a t
sengatannya pun menjadi obat.

Kini, baiklah kita memasuki perincian pesan dan kesan serta keserasian
yang m e n g a g u m k a n dari ayat-ayat surah an-Nahl ini.
KELOMPOK 1

AYAT 1-21

521
522 S u r a h a n - N a h l [16]

- > ^ •**>> ^ > ^4 ^ Ctrl.


524 S u r a h a n - N a h l [16] Kelompok I Ayat 1

AYAT 1

"Telah datang ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar


disegerakan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka
persekutukan."

Akhir surah al-Hijr berbicara tentang al-yaqin (keyakinan) y a n g antara


lain berarti kematian. Kematian pasti m e n g u n j u n g i semua y a n g h i d u p . Di
sana juga pasti akan ditemui apa yang telah dijanjikan Allah, termasuk ancaman
siksa-Nya kepada k a u m musyrikin y a n g sering mereka perolok-olokkan
sehingga meminta untuk dipercepat kehadirannya. Nah, awal surah an-Nahl
ini m e n y a t a k a n bahwa: Telah pasti datangnya, ketetapan Allah, y a k n i Hari
Kiamat, atau siksaan terhadap yang durhaka, atau kekalahan kaum musyrikin,
maka karena itu janganlah kamu, wahai y a n g durhaka, dan dengan tujuan
mengejek, dan jangan j u g a w a h a i y a n g percaya g u n a m e m u a s k a n d e n d a m
meminta agar disegerakan d a t a n g n y a ketetapan y a n g dijanjikan Allah itu,
atau janganlah meminta Allah mempercepatnya. Mahasuci Allah, Dia bebas
dari segala aib dan kekurangan dan Mahatinggi dari apa, y a k n i berhala, dan
apa pun yang mereka persekutukan d e n g a n - N y a sehingga karena tingginya
itu m a k a tidak ada y a n g dapat menghalangi kehendak-Nya.

Kata ( J\) atdftelah datang pada firman-Nya: ( iji y\ J\) atd amru
Allah b e r b e n t u k k a t a kerja masa l a m p a u . Secara redaksional, ayat ini
menyatakan bahwa ketetapan itu telah datang dan terlaksana. Tetapi larangan
untuk meminta disegerakan datangnya menunjukkan bahwa ia belum datang.
Sedang, kata ( y ! ) amr, y a n g diartikan di atas dengan ketetapan, biasa
diterjemahkan perintah. Kata tersebut dari segi bahasa adalah mashdar, yakni
kata j a d i a n / i n f i n i t i v e noun y a n g di sini berarti objek sehingga ia b e r m a k n a
apa y a n g diperintahkan Allah swt. M a k s u d n y a adalah ketetapan Allah y a n g
selama ini Dia janjikan dan belum terlaksana, seperti datangnya Kiamat atau
siksa dan kekalahan k a u m musyrikin. Karena itu, maksud kata telah datang
adalah pasti akan datang. Penggunaan bentuk kata kerja masa lampau itu di
sini u n t u k mengisyaratkan bahwa Allah swt. tidak terikat oleh w a k t u g u n a
Kelompok I Ayat 1 S u r a h a n - N a h l [16] 525

m e w u j u d k a n sesuatu. Hari ini, esok, dan kemarin adalah perhitungan


m a n u s i a / m a k h l u k y a n g tidak dapat melepaskan diri dari waktu. Allah tidak
d e m i k i a n . Dia Yang menguasai dan m e n u n d u k k a n waktu. B u k a n k a h Allah
berfirman bahwa:

"Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami


menghendakinya, Kami hanya, mengatakan kepadanya: "Kun (jadilah)", maka
jadilah ia"{QS. an-Nahl [ 1 6 ] : 4 0 ) .
Penggunaan kata ( y\) ^ m r y a n g dapat m e n g a n d u n g banyak m a k n a —
karena kendati ayat ini berbentuk ma'rifahl definitive tapi tidak jelas apa yang
d i m a k s u d dengannya. Ini bertujuan u n t u k lebih menanamkan rasa takut
dan u n t u k melukiskan betapa besar dan dahsyat apa yang akan terjadi. Hal
itu d e m i k i a n karena ketidakjelasan suatu berita, apalagi ancaman, dapat
menimbulkan perasaan khawatir melebihi kekhawatiran bila ancaman tersebut
telah diketahui.
Larangan meminta dipercepat itu dipahami oleh Thahir Ibn ' Asyur dalam
arti ' T i d a k ada g u n a n y a k a m u m e m i n t a karena baik k a m u minta m a u p u n
tidak, sama saja k e a d a a n n y a , ketetapan itu tidak akan datang sebelum
waktunya."
Ayat di atas menunjuk Tuhan Yang M a h a Esa dengan nama-Nya, yakni
"Allah", sedang pada akhir ayat yang lalu Yang Mahakuasa itu ditunjuk dengan
kata Rabbaka. Hal tersebut agaknya disebabkan ayat yang lalu ditujukan kepada
Nabi M u h a m m a d saw., sedang ayat ini ditujukan kepada k a u m musyrikin.
Mereka m e m a n g wajar diancam, dan kata "Allah" y a n g mencakup semua
sifat-Nya termasuk sifat M a h a c e p a t siksa-Nya lebih sesuai daripada kata
Rabbaka y a n g mengesankan pemeliharaan dan limpahan anugerah. Di sisi
lain, Allah diakui w u j u d - N y a oleh kaum musyrikin, walau Allah dalam
kepercayaan mereka tidak sama sifat-sifat-Nya dengan Tuhan yang disembah
oleh Nabi M u h a m m a d saw. Agaknya, karena pengakuan itu pulalah sehingga
kata "Allah"\ehi\\ wajar dan tepat ditujukan kepada mereka. Dengan harapan
k i r a n y a hal tersebut dapat m e n g g u g a h hati dan pikiran mereka u n t u k
bertaubat dan beriman dengan iman yang benar.
526 S u r a h a n - N a h l [16] Kelompok I Ayat 1

Sesuatu y a n g ditangguhkan boleh jadi karena yang m e n a n g g u h k a n n y a


terhalangi oleh sesuatu yang berada di luar kemampuannya. Hal ini disanggah
oleh lanjutan ayat ini, y a k n i " M a h a s u c i A l l a h ' dari segala sifat kekurangan
termasuk Mahasuci dari k e t i d a k m a m p u a n atau kegagalan melaksanakan
kehendak-Nya.

Firman-Nya: ( j j T j J ^ lU- ) 'ammd yusyrikunlapa yang mereka


persekutukan ada j u g a y a n g m e m b a c a n y a dengan ( j j T y ^ j Lip ) 'ammd
tusyrikunlapa jangkamu persekutukan. Bacaan kedua ini ditujukan kepada
mitra bicara, yakni kaum musyrikin dan bentuk orang kedua itu sejalan dengan
b e n t u k k a t a s e b e l u m n y a y a i t u f djl*u«-*3) tasta'jiluh/ka/nu minta agar
disegerakan. Penggunaan bentuk orang ketiga ( b^jJ»» ) yusyrikun
mengesankan pengabaian orang-orang musyrik, y a k n i bahwa mereka tidak
wajar diajak berdialog langsung oleh Allah swt. sejalan dengan akhir surah
yang lalu yang memerintahkan Nabi saw. agar berpaling dari kaum musyrikin
(QS. al-Hijr [15]: 94) dan sejalan juga dengan fi rman-Nya:
( jr\t. Uj h d jiJS\) alladztnayaj'aluna ma 'a Allah ihihan dkhar/orang-
orangyang menganggap ada tuhan yang lain di samping Allah pada Q S . al-
Hijr [ 1 5 ] : 9 6 .

Ayat ini, tulis al-Biqa'i, pada akhirnya seakan-akan berkata: Allah tidak
tergesa-gesa menjatuhkan ketetapan-Nya karena Dia Mahasuci dari segala
kekurangan; ketetapan-Nya pasti akan terlaksana karena Dia M a h a t i n g g i ,
tidak tertandingi. Bisa j u g a — l a n j u t u l a m a dan pakar hubungan antar ayat
itu-—penggalan akhir ayat ini seakan-akan berkata: "Jangan m e m i n t a agar
disegerakan j a t u h n y a ketetapan Allah karena Dia M a h a s u c i , sehingga Dia
tidak tergesa-gesa, dan Dia M a h a t i n g g i , tidak ada y a n g dapat m e n a n d i n g i -
Nya, atau dapat m e n o l a k apa yang d i k e h e n d a k i - N y a . Karena itu, pasti
kehendak-Nya akan terlaksana." Dengan demikian, penggalan akhir ayat ini
menjadi alasan bagi pesan y a n g d i k a n d u n g oleh penggalan awalnya, sedang
penggalan a w a l n y a merupakan alasan u n t u k kandungan akhir surah al-Hijr
vang berpesan agar m e n y u c i k a n Allah, shaiat, serta beribadah kepada-Nya
sampai dengan datangnya keyakinan/kematian atau apa yang dijanjikan-Nya.
Kelompok 1 Ayat 2 5 u r a h a n - N a h l [16] 527

AYAT 2

"Dia menurunkan para malaikat dengan ruh atas perintah-Nya kepada siapa
yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: 'Peringatkanlah
bahwa tidak ada tuhan melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa
kepada-Ku."'

Permintaan kaum musyrikin agar Kiamat dan siksa disegerakan Allah,


tidak lain tujuannya kecuali memperolok-olokkan Rasul dan
mendustakannya. Hal itu lahir dari kepercayaan syirik/mempersekutukan
Allah y a n g mereka anut serta keyakinan bahwa Allah swt. tidak m u n g k i n
mengurus manusia untuk m e n y a m p a i k a n tuntunan-Nya. Nah, karena itu,
setelah penggalan akhir ayat yang lalu menyucikan Allah dari segala kekurangan
dan syirik, di sini ditegaskan kebenaran para rasul, termasuk Nabi M u h a m m a d
saw., y a n g m e m a n g sungguh-sungguh m e n e r i m a w a h y u melalui malaikat
atas perintah .Allah swr.
AKBiqa i menulis tentang hubungan avat ini dengan ayat yang lalu bahwa
selelah dinyatakan pada ayat yang lalu kesucian Allah dari segala kekurangan
dan sekutu, kini melalui ayat ini, Yang Vlahasuci menyatakan kesempurnaan-
N y a dalam ketetapan dan penciptaan dan, karena keretapan mendahului
penciptaan, hal itulah vang disebut terdahulu, y a k n i dengan menyebut
ketetapan-Nya m e n u r u n k a n malaikat, bukan seperti y a n g diusulkan dan
dikehendaki oleh kaum musyrikin.
Apa pun hubungannya, yang jelas ayat ini menegaskan bahwa: Dia, yakni
Allah swt., menurunkan para malaikat dalam hal ini adalah malaikat Jibril
as. dengan m e m b a w a ruh, y a k n i w a h y u , atas perintah-Nya kepada siapa yang
Dia kehendaki u n t u k diberi w a h y u di antara hamba-hamba-iVya yang taat
dan suci jiwanya, yaitu inti w a h y u itu adalah: "Peringatkan/ah oleh k a m u
sekalian, wahai h a m b a - h a m b a - K u y a n g Ku-anugerahi w a h y u , bahwa tidak
ada tuhan Penguasa a l a m raya y a n g berhak disembah melainkan Aku, A k u
sendiri. Karena itu, ketetapan-Ku pasti terlaksana dan siksa-Ku amat pedih,
maka karena itu pula hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku, yakni melindungi
528 S u r a h a n - N a h l [16] Kelompok I Ayat 2

diri kamu dari jatuhnya siksa-Ku dengan mengesakan Aku serta melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan-Ku. Selanjutnya, karena tidak ada tuhan
selain A k u , y a k n i A k u adalah Penguasa tunggal, dan kehendak-Ku yang
berlaku, ketahui pulalah bahwa tidak ada y a n g dapat menghalangi Aku
menjatuhkan siksa bagi y a n g d u r h a k a , t i d a k ada j u g a y a n g dapat
membatalkan ketetapan-Ku menganugetahkan w a h y u kepada siapa yang Aku
nilai wajar menerimanya.
Kata ( ASO^U ) mala 'ikahlmalaikat adalah b e n t u k j a m a k dari kata ( d l l * )
malak. Dari segi redaksional, ini berarti bahwa y a n g m e n y a m p a i k a n w a h y u
Ilahi bukan hanya satu malaikat tertentu. Para ulama memahami kata tersebut
dalam arti seorang malaikat y a i t u m a l a i k a t Jibril as. y a n g bertugas pokok
menyampaikan wahyu. Bahwa ayat ini menggunakan redaksi yang berbentuk
jamak adalah untuk mengisyaratkan betapa a g u n g malaikat itu.
Bisa juga bentuk j a m a k itu tetap dalam pengertian j a m a k n y a , dan ini
berarti bahwa w a h y u Ilahi dapat saja disampaikan oleh beberapa malaikat
selain malaikat Jibril as. N a m u n demildan, perlu dicatat bahwa para malaikat,
selain Jibril as., tidaklah bertugas m e n y a m p a i k a n w a h y u al-Qur'an tetapi
w a h y u selain aI-Qur'an karena secara tegas Q S . a s y - S y u ' a r a ' [ 2 6 ] : 193
m e n y a t a k a n b a h w a a l - Q u r ' a n d i t u r u n k a n oleh ar-Ruh al-Amin, yakni
malaikat Jibril as. M e m a n g , w a h y u Allah b e r m a c a m - m a c a m dan ditujukan
kepada banyak manusia, bahkan ada w a h y u - N y a y a n g berarti ilham antara
lain yang d i w a h y u k a n kepada ibu Nabi M u s a as. (QS. al-Qashash [ 2 8 ] : 7 )
dan j u g a kepada lebah seperti terbaca pada ayat 68 surah ini.
1
Kata ( ^ j j J ) ar-ruh oleh ayat di atas dipahami oleh banyak ulama dalam
arti wahyu. Tuntunan-tuntunan AJlah dinamai ar-ruh karena dengannya jiwa
manusia h i d u p , sebagaimana j a s m a n i n y a hidup dengan nvawa. Ini serupa
dengan penamaan kebodohan dengan kematian, atau i l m u dengan cahaya.
Tanpa melaksanakan bimbingan w a h y u , manusia tidak dapat hidup sebagai
makhluk terhormat bahkan jiwanya mati, sehingga dia terkubur walau masih
menarik dan mengembuskan napas.
A y a t di atas m e n y i m p u l k a n semua ajaran Ilahi pada kalimat: tidak ada
tuhan melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku. Memang,
Ketuhanan Yang M a h a Esa diibaratkan sebagai matahari hidup manusia.
Kelompok I Ayat 2 S u r a h a n - N a h l [16] 529

Apabila dalam kehidupan dunia ini ada matahari yang dijadikan Allah swt.
sebagai sumber k e h i d u p a n m a k h l u k , t a u h i d adalah sumber kehidupan
m a k h l u k berakal. A p a b i l a tanpa pancaran cahaya matahari kehidupan
m a k h l u k di permukaan b u m i ini akan binasa, tanpa Ketuhanan Yang M a h a
Esa kehidupan jiwa manusia pun akan binasa. J i k a di sekeliling matahari
terdapat planet-planet tata surya seperti Bulan, M a t s , Yupiter, dan lain-lain
y a n g tidak dapat melepaskan diri dari daya tarik matahari—-dan jika terlepas
planet itu akan j a t u h — m a k a pada tauhid pun beredar kesatuan-kesatuan
y a n g tidak boleh dilepaskan dari daya tarik tauhid itu karena jika dilepaskan
manusia p u n jatuh meluncur menuju kebinasaan. Kesatuan-kesatuan itu
antara lain: 1) Kesatuan h i d u p d u n i a w i d a n u k h r a w i d a l a m arti y a n g
menentukan keadaan h i d u p seseorang di akhirat adalah a m a l - a m a l n y a di
dunia. 2) Kesatuan alam raya, dalam arti alam raya dan segala isinya diciptakan
oleh Allah Tuhan Yang M a h a Esa tanpa bantuan siapa pun dan kesemuanya
t u n d u k kepada pengaturan Yang M a h a Esa itu. 3) Kesatuan kemanusiaan
dalam arti tidak ada perbedaan akibat ras. Semua manusia memiliki hak-hak
asasi yang sama karena semua manusia diciptakan Allah dari seorang ayah
(Adam) dan seorang ibu ( H a w w a ) . 4 ) Kesatuan sumber agama, yakni agama
hanya bersumber dari Allah swt., tidak dari selain-Nya, dan bahwa agama-
agama y a n g disampaikan oleh para nabi kesemuanya sama dalam prinsip-
prinsip akidah, syariah, dan akhlaknya. 5) Kesatuan i l m u — y a k n i semua ilmu,
baik y a n g dinamai ilmu a g a m a m a u p u n selainnya—-adalah bersumber dari
Allah swt. 6) Kesatuan masyarakat sehingga tidak dikenal adanya kelas-kelas
dan kasta-kasta karena semua adalah h a m b a - h a m b a Allah swt. 7) Dan lain-
lain, seperti kesatuan natural dan supranatural, kesatuan rasa dan rasio, akal
dan kalbu, kesatuan h u k u m dan kasih sayang, dan lain-lain sebagainya.

Keyakinan akan keesaan Allah itulah y a n g m e m b u a h k a n takwa. Dalam


konteks ini, ditemukan riwayat y a n g menyatakan bahwa: iman telanjang
dan p a k a i a n n y a adalah takwa. Rasul saw. bersabda, '"Iman adalah apa yang
mantap di dalam hati dan dibenarkan oleh amal perbuatan." Apa yang didalam
hati itu p u n c a k n y a adalah a k i d a h k e t u h a n a n dan a m a l - a m a l tersebut
disimpulkan dengan kata tatjwa.
530 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k I A y a t 3-4

AYAT 3-4

"Dia telah menciptakan langit dan bumi dengan haq. Mahatinggi Allah dari
apa yang mereka persekutukan. Dia telah menciptakan manusia dari mani,
tiba-tiba dia menjadi pembantah yang nyata. "

Setelah ayat y a n g lalu m e n e g a s k a n t e n t a n g k e e s a a n - N y a , ayat ini


memaparkan salah satu bukti tentang keesaan itu, sekaligus merupakan
pelurusan kepercayaan kaum musyrikin y a n g mempersekutukan-Nya.
Allah berfirman m e n g i n g a t k a n seluruh m a n u s i a b a h w a Dia telah
menciptakan langit tempat k a m u bertcduh dengan segala benda-benda yang
k a m u lihat atau rasakan kehadirannya, demikian juga yang k a m u tidak lihat
atau rasakan, dan bumi tempat kamu berpijak serta segala apa yang terhampar
di permukaan dan di dalam perut bumi. S e m u a itu diciptakan-Nya dengan
haq, yakni dengan cara dan dengan tujuan y a n g hak. Mahatinggi Allah dan
apa yang mereka persekutukan, baik dalam ibadah maupun dalam sifat, Zat
dan perbuatan-Nya.

Karena t i d a k seorang p u n m e n y a k s i k a n p e n c i p t a a n l a n g i t , Allah


melanjutkan pesan-Nya dengan menyebut penciptaan manusia, y a n g dapat
mereka saksikan, bahkan selaku ayah dan ibu mereka memiliki keterlibatan
dalam penciptaannya dan mereka semua merasakan kehadiran m a k h l u k
sesamanya itu di pentas b u m i ini. Allah berfirman bahwa Dia j u g a yang
telah menciptakan manusia dari setetes mani y a n g sangat remeh dan tidak
berarti bila melihat keadaan lahiriahnya tiba-tiba dia lahir dan menjadi
manusia seria berubah menjadi seorang pembantah yang nyata, yakni yang
sangat gemar membantah tentang hakikat dirinya sendiri dan tentangTuhan,
lagi dia sangat tangguh dan keras kepala menghadapi siapa pun.
Di sini pernyataan serupa dengan akhir ayat yang lalu dikemukakan lagi
yaitu " M a h a t i n g g i Allah dari apa y a n g mereka persekutukan", tetapi di sana
setelah kata "Mahasuci". Pengulangan ini bertujuan menegaskan hasil dari
bukti yang disebut sebelumnya karena pembuktian kesesatan dalam hal
keesaan Allah merupakan dasar bagi runtuhnya seluruh kepercayaan sesat
K e l o m p o k I A y a t 3-4 S u r a h a n - N a h l [16] 531

mereka, antara lain pengingkaran kerasulan atau hari Kemudian.


Pembuktian keesaan Allah melalui penciptaan langit dan bumi merupakan
dalil y a n g amat kuat jika enggan berkata y a n g terkuat karena sekian banyak
m a k h l u k y a n g dicakup atau berada lagi m e m b u t u h k a n langit dan bumi,
belum lagi keserasian sistem kerja keduanya.
Setelah menyebut tentang langit dan bumi, diperincinya m a k h l u k -
m a k h l u k yang hidup dan berada serta terlihat oleh pandangan mata. Itu
dimulai dengan manusia y a n g merupakan m a k h l u k y a n g amat sempurna
dan yang untuknya ditundukkan langit dan bumi, walau bahan
p e n c i p t a a n n y a — y a k n i sperma—sangat remeh dan hina, dan kendati pada
awal dan akhir usianya sangat lemah. Selanjutnya, w a l a u pada pertengahan
u s i a n y a m a n u s i a m e m i l i k i sedikit k e m a m p u a n lagi berpotensi u n t u k
m e n g g u n a k a n akalnya, sungguh amat aneh m a k h l u k ini. M e r e k a sering kali
membangkang dalam hal kebenaran sehingga mengingkari keesaan Allah swt.
dan utusan-utusan-Nya.

F i r m a n - N y a : ( l i l i ) fa idza yang mengandung makna tiba-tiba


menunjukkan bahwa apa yang terjadi itu, yakni bantahan dan pembangkangan
manusia, sama sekali tidak dapat diterima dan terbayangkan atau diduga
oleh siapa pun y a n g m e n g g u n a k a n akalnya. Tentu saja bagi Allah swt. hal
tersebut bukanlah sesuatu yang tidak terduga, karena Dia M a h a Mengetahui
segala sesuatu, sebelum, saat, serta setelah terjadinya segala sesuatu. Di sini
yang tidak menduganya adalah mereka yang menyadari betapa banyak bukti
yang terhampar di alam raya dan dalam diri manusia sendiri y a n g mestinya
dapat mengantar kepada akidah tauhid, tetapi yang terjadi justru sebaliknya.

Kata ( pr&r ) khashi'm adalah b e n t u k mubdlaghahlhiperbola yang


menunjuk arti banyak sehingga kata tersebut berarti banyak sekali membantah,
sedang kata ( j y ) mubin y a n g terambil dari kata ( j b ) bana y a n g berarti
tampak atau jelas m e n g a n d u n g m a k n a b a h w a y a n g bersangkutan m e m i l i k i
k e m a m p u a n u n t u k menjelaskan isi hatinya, baik dengan cara y a n g haq
maupun dengan cara yang batil atau "pokrol bambu" tanpa dasar sama sekali.
M a k n a terakhir inilah yang dimaksud oleh kata itu di sini. Perbantahan y a n g
dimaksud antara lain tentang keniscayaan Kiamat yang diisyaratkan oleh Q S .
Yasin [ 3 6 1 : 7 7 - 7 8 .
532 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k I A y a t 5-6

Selanjutnya rujuklah ke ayat 85 surah al-Hijr u n t u k m e m a h a m i lebih


m
dalam m a k n a ( J^-b ) bi al-haqq!

AYAT 5-6

"Dan binatang ternak telah Dia ciptakan untuk kamu; padanya ada yang
menghangatkan dan berbagai manfaat dan sebagiannya kamu makan. Dan
kamu memeroleh padanya keindahan ketika kamu membawanya kembali ke
kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. "

Setelah menguraikan tentang manusia, ayat ini berbicara tentang binatang


y a n g penciptaan dan k e a n e k a r a g a m a n n y a tidak kurang menakjubkan dari
manusia. Di sisi lain, binatang mempunyai persamaan dengan manusia dalam
jenisnya. B u k a n k a h manusia adalah binatang y a n g berpikir? B u k a n k a h ada
di antara mereka yang memiliki kemiripan, bahkan persamaan dari segi fisik
dengan manusia? D a l a m ayat di atas, Allah berfirman: Dan, sebagaimana
halnya penciptaan m a n u s i a dari s p e r m a / m a n i , binatang ternak pun telah
diciptakan-Nya demikian. Binarang itu Dia ciptakan untuk kamu guna k a m u
manfaatkan, padanya ada bulu dan kulit yang dapat k a m u buat pakaian
yang menghangatkan dan j u g a berbagai manfaat lain dan sebagiannya kamu
dapat makan. Dan, di samping bermanfaat sebagai pakaian dan m a k a n a n ,
kamu j u g a secara khusus memeroleh padanya, y a k n i ketika m e m a n d a n g n y a
keindahan y a i t u ketika kamu membawanya kembali ke kandang sore hari
pada saat matahari akan terbenam dan d a l a m keadaan kenyang dan penuh
dengan susu dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan, di
pagi hari ketika kalian pergi ke kebun dan tempat penggembalaan.

Firman-Nya: ( ^ l^ai>- abu^l) al-an'am khalaqaha lakum/dan binatang


ternak telah Dia ciptakan untuk kamu dapat d i p a h a m i sebagai berhubungan
dengan uraian tentang penciptaan manusia dari sperma, sebagaimana dijelaskan

Lihat kembali halaman 502.


K e l o m p o k I A y a t 5-6 S u r a h a n - N a h l [16] 533

di atas, karena binatang ternak p u n berkembang biak melalui p e m b u a h a n


sperma jantan oleh o v u m betinanya dan dapat juga d i h u b u n g k a n dengan
keseluruhan kalimat sebelumnya dan, dengan d e m i k i a n , ayat ini bagaikan
m e n y a t a k a n : Allah telah m e n c i p t a k a n b i n a t a n g ternak, Dia telah
menciptakannya memiliki keistimewaan antara lain memiliki bulu yang dapat
menghangatkan k a m u . Dengan demikian, penggalan ayat ini merupakan
uraian m e n y a n g k u t sebagian n i k m a t Allah kepada manusia, yakni nikmat-
Nya melalui binatang ternak y a n g diciptakan-Nya.
Yang dimaksud dengan al-an 'om adalah unta, sapi, domba, dan kambing.
Rujuklah ke surah al-An'am.
Kata ( ) difun adalah n a m a bagi sesuatu y a n g m e n g h a n g a t k a n . Ia
adalah pakaian atau k e m a h y a n g terbuar dari bulu atau rambut binatang.
D i d a h u l u k a n n y a kata sebagian atas kalimat kamu makan bertujuan
m e m b e r i p e n e k a n a n k h u s u s t e r h a d a p n i k m a t m a k a n a n itu, s e d a n g
penggunaan bentuk kata mudharilkax&. kerja masa kini dan akan datang
mengisyaratkan bahwa kegiatan tersebut bersinambung atau berulang-ulang,
dan di sana tersirat pula pengulangan dan kesinambungan nikmat Allah swt.
dan ini, pada gilirannya, menuntut kesinambungan mensyukuri-Nya. M a k n a
serupa dipahami j u g a pada penggunaan bentuk kata kerja y a n g sama pada
kata-kata ( 0y=y ) turihunalmembawanya kembali ke kandang dan ( o y - j — J )
tasrahiinfmelepaskannya ke tempat penggembalaan.
D i d a h u l u k a n n y a membawanya kembali atas melepaskannya b u k a n saja
karena perasaan yang membawanya ketika kembali lebih nyaman karena telah
menyelesaikan tugas seharian dan segera akan beristirahat, tetapi j u g a karena
indahnya pemandangan yang terlihat ketika matahari akan tenggelam dengan
mega merah y a n g menutupinya. Di samping itu, binatang gembalaan itu
juga "merasa" senang karena k e n y a n g setelah m a k a n r u m p u t dan boleh jadi
susunya pun semakin bertambah.
Ayat ini menggarisbawahi n i k m a t keindahan. Ia melepaskan kendali
kepada manusia untuk memandang keindahan, menikmati dan
melukiskannya sesuai dengan subjektivitas perasaannya. Demikian kesan yang
muncul ketika m e m b a c a ayat yang redaksinya berbicara tentang keindahan
secara lepas ini. Ini mengantar kita berkata bahwa al-Qur'an m e n g a k u i
534 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k I A y a t 5-6

subjektivitas seniman dan bahwa seni dapat diekspresikan oleh siapa p u n —


perorangan atau kelompok masyarakat—sesuai budaya dan kecenderungan
masing-masing. Tidak ada yang membatasinya kecuali apa yang digarisbawahi
oleh awal surah ini vaitu: Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang
mereka persekutukan.
Firman-Nya: ( ) wa lakumfibdjamdl/dan kamu memeroleh
padanya keindahan menunjukkan betapa a l - Q u r a n merestui seni. Bukankah
seni adalah ekspresi dari keindahan?
A g a m a Islam memperkenalkan dirinya anrara lain sebagai a g a m a y a n g
sejalan dengan fitrah, yakni naluri dan kecenderungan bawaan manusia sesuai
firman-Nya:

"Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama {Allah), (tetaplah


atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrdh itu. Iidak
ada perubahan pada ciptaan Allah, (indah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui"(QS. ar-Rttm [ 3 0 ] : 3 0 ) .
Jika demikian ku halnya, tidak mungkin ada satu ajaran Islam pun y a n g
bertentangan dengan fitrah. Tidak m u n g k i n juga ada fitrah manusia yang
dibendung dan dilarang olehnva. Salah satu fitrah itu adalah kecenderungan
manusia kepada keindahan, baik berupa p e m a n d a n g a n alam, keindahan
wajah, aroma yang harum, ataupun suara merdu. Tuhan tidak m u n g k i n
menciptakan itu dalam diri manusia k e m u d i a n Dia m e n g h a r a m k a n n y a .
Sayyid Quthub berkomentar bahwa ayat ini menggambarkan pandangan
al-Qur'an dan pandangan Islam tentang kehidupan. Keindahan unsur asasi
dalam p a n d a n g a n Islam itu dan bahwa n i k m a t bukan sekadar p e m e n u h a n
kebutuhan primer dalam bentuk makan, m i n u m , dan mengendarai
kendaraan, tetapi juga pemenuhan kerinduan y a n g m e l a m p a u i kebutuhan
pokok, yakni pemenuhan naluri keindahan serta perasaan gembira dan rasa
k e m a n u s i a a n y a n g mengatasi kecenderungan dan k e b u t u h a n binatang.
D e m i k i a n lebih kurang Sayyid Q u t h u b .
Kelompok I Ayat 7 S u r a h a n - N a h l [16] 535

AYAT 7

"Dan ia memikul beban-beban kamu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup
mencapainya melainkan dengan susah payah. Sesungguhnya Tuhan kamu
benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. "

N i k m a t lain y a n g k a m u peroleh dari penciptaan binatang ternak, di


samping y a n g telah disinggung oleh ayat y a n g lalu, adalah Dan ia, y a k n i
binatang ternak itu, memikul beban-beban kamu ke suatu negeri y a n g k a m u
akan k u n j u n g i yang j a r a k n y a begitu j a u h sehingga kamu tidak sanggup
mencapainya dengan m e m i k u l beban itu atau bahkan walau tanpa beban
melainkan dengan susah payah y a n g m e n y u l i t k a n diri. Sesungguhnya Tuhan
kamu y a n g telah m e n y e d i a k a n d a n m e m p e r m u d a h s e m u a itu u n t u k
k e n y a m a n a n kamu benar-benar adalah Tuhan Yang Maha Pengasih bagi yang
mendekatkan diri kepada-Nya dan m e l a k u k a n kegiatan yang direstuhNya
lagi Maha Penyayang kepada semua m a k h l u k - N y a apa dan siapa pun.

Kata ( j-dii^i j - i o ) bi syiqq al-anfuslsusah payah terambil dari kata ( JLi )


syiqq y a n g berarti sebelah sesuatu atau setengahnya. Kata ini dapat j u g a
dipahami dalam arti keletihan yang demikian besar sehingga menghabiskan
setengah kekuatan, atau katakanlah setengah mati.
Para ulama memahami bahwa arah yang dimaksud di sini adalah sangat
jauh sehingga tidak dapat dicapai kecuali dengan m e n g g u n a k a n unta.
Pemahaman ini ditolak Ibn Asyiir. M e n u r u t n y a , arah itu sedemikian jauh
sehingga tidak dapat dicapai, baik dengan mengendarai unta maupun tidak.
Hemat penulis, pemahaman Ibn 'Asyur ini dapat diterima j i k a penggalan
ayat ini dikaitkan dengan keadaan sekarang, di mana sekian banyak wilayah
yang tidak terjangkau oleh unta. Tetapi, jika ayat ini dikaitkan dengan konteks
nikmat alat transportasi y a n g dikenal saat turunnya ayat ini serta konteks
uraian tentang n i k m a t unta y a n g d i t u n d u k k a n Allah swt. kepada manusia,
agaknya tidak atia halangan u n t u k m e m a h a m i n y a dalam arti bahwa arah
vang d i m a k s u d sangat j a u h dan tidak dapat terjangkau kecuali dengan
menggunakan unta, yang telah dijinakkan Allah dan diciptakan untuk m a m p u
536 S u r a h a n - N a h l [16] Kelompok I Ayat 7

menjadi alat transportasi darat, tidak ubahnya dengan perahu/kapal sebagai


alat transportasi laut. Unta sangat cepat dan m a m p u m e n g a r u n g i padang
pasir berhari-hari tanpa harus menyiapkan u n t u k n y a m i n u m a n karena unta
itu sendiri telah memiliki dalam tubuhnya persediaan m i n u m a n untuk waktu
y a n g relatif lama.
Sifat ( j j j j l i ) ar-Rii'Jifdan ( ) ar-Ridjim serta perbedaan keduanya
menjadi bahasan para ulama. Mufasir al-Biqa'i, kerika menafsirkan Q S . al-
Baqarah [ 2 ] : 1 4 3 , m e n j e l a s k a n b a h w a rafah-Nyu a d a l a h rahmat yang
dianugerahkan Allah kepada yang menghubungkan diri dengan Allah melalui
amal saleh karena menurutnya—mengutip pendapat al-Haral i—ra'fah adalah
kasih sayang Pengasih kepada siapa yang memiliki hubungan dengan-Nya.
Terjalinnya hubungan terhadap yang dikasihi itu, dalam penggunaan kata
ra'fah, membedakan kata ini dengan rahmah karena rahmah digunakan untuk
m e n g g a m b a r k a n tercurahnya kasih, baik terhadap siapa yang memiliki
hubungan dengan pengasih maupun yang tidak memiliki hubungan dengannya.
Di sisi lain, ra'fah m e n g g a m b a r k a n sekaligus menekankan melimpah
r u a h n y a anugerah karena y a n g ditekankan pada sifat ar-Ra'///adalahpelaku
yang amat kasih sehingga m e l i m p a h ruah kasihnya, sedang y a n g ditekankan
pada ar-Rabim adalah penerima. Karena itu, ra'fah selalu melimpah ruah,
bahkan melebihi kebutuhan, sedang rahmah, sesuai dengan kebutuhan si
penerima.
Ulama lain m e n a m b a h k a n bahwa ra'fah hampir tidak dicurahkan kepada
objek yang tidak disenangi, berbeda dengan rahmah y a n g dicurahkan kepada
yang disenangi dan bisa j u g a kepada y a n g tidak disenangi karena adanya
hikmah dan kemaslahatan. Rahmah Allah tertuju kepada yang kafir dan yang
m u k m i n , y a n g durhaka dan tidak durhaka, sedang rafah-Nya hanya kepada
yang taat.
A l - Q u r t h u b i m e n g e m u k a k a n b a h w a ra'fah digunakan untuk
m e n g g a m b a r k a n anugerah yang sepenuhnya menyenangkan, sedang rahmah
boleh jadi pada awalnya dirasa pahit dan menyakitkan oleh penerimanya,
tetapi beberapa w a k t u k e m u d i a n akan m e n y e n a n g k a n n y a . Dari sini dapat
dimengerti penggabungan sifat ar-Rduf dan ar-Rahim. pada ayat-ayat tertentu,
yang tertuju kepada kelompok manusia di mana tergabung di dalam konteks
Kelompok I Ayat 8 S u r a h a n - N a h l [16] 537

pembicaraannya, yang caat dan durhaka. Seperti firman-Nya di aras atau pada
Q S . a l - B a q a r a h [ 2 ] : 143.

AYAT 8

"Dan kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan sebagai
perhiasan. Dan Dia menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. "

Setelah ayat yang lalu menyebut binatang-binatang yang paling b a n y a k


dimiliki manusia sekaligus paling banyak manfaatnya, kini disebut lagi
beberapa binatang lain dengan firman-Nya: danAWah juga telah menciptakan
u n t u k k a m u manfaatkan kuda, bagal, y a k n i binatang yang lahir dari seekor
k u d a dan keledai, dan keledai, itu semua diciptakan A l l a h agar kamu
menunggafiginya dan Allah m e n j a d i k a n n y a juga sebagai perhiasan di m u k a
bumi ini. Siapa y a n g m e m a n d a n g k u d a - k u d a y a n g tangguh dan kuat, atau
binatang lain, hatinya akan berdecak kagum karena keindahannya.
Dan bukan hanya itu sebagal alat transportasi dan hiasan, tetapi Dia,
yakni Allah swt., secara terus-menerus menciptakan aneka ciptaan, baik alat
transportasi maupun perhiasan, apa yangkamu tidak mengetahuinya sekarang
tetapi kelak akan kamu ketahui dan gunakan jika kamu mau berpikir dan
mengarahkan segala potensi yang ada, dan Allah menciptakan juga apa yang
k a m u tidak akan mengetahuinya sama sekali hingga ciptaan itu k a m u lihat
dan ketahui.
Ayat ini h a n y a menyebut fungsi ketiga binatang yang disebut di atas
dalam tunggangan dan hiasan tanpa m e n y e b u t n y a sebagai alat pengangkut
sebagaimana halnya binatang ternak. Ini bukan berarti bahwa ketiga binatang
y a n g disebut di sini tidak dapat d i g u n a k a n sebagai alat angkut. Ayat ini
berdialog dengan masyarakat Arab vang ketika itu tidak terbiasa menjadikan
kuda, bagal, dan keledai kecuali sebagai tunggangan dan hiasan. Kuda dan
bagal mereka gunakan untuk berperang atau berburu, sedang keledai mereka
tunggangi sebagai alat transportasi dalam kota. Karena avat ini bertujuan
menguraikan n i k m a t - n i k m a t Allah swt., tentu saja yang digarisbawahinya
538 S u r a h a n - N a h l [16] Kelompok I Ayat 8

adalah hal-hal y a n g mereka rasakan langsung, walaupun yang tidak disebut


itu merupakan juga aspek n i k m a t Ilahi.
Atas dasar itu, bukanlah pada tempatnya menjadikan ayat ini sebagai
argumentasi larangan memakan daging kuda, bagal, atau keledai dengan dalih
bahwa ayat ini tidak menyebut ketiga binatang itu sebagai bahan pangan.
Sekian banyak nikmat Allah yang terhampar di b u m i ini yang tidak disebut
secara khusus manfaatnya namun dapat digunakan dan dimanfaatkan secara
halal. Katakanlah jenis-jenis t u m b u h a n y a n g berfungsi sebagai obat bagi
penyakit-penyakit tertentu.
M e m a n g , para u l a m a berbeda pendapat tentang boleh t i d a k n y a ketiga
binatang itu dimakan berdasarkan berbagai argumentasi di luar ayat ini. Imam
M a l i k dan Abu Hanifah mengharamkan daging kuda. Ada juga riwayat yang
menyatakan bahwa I m a m Malik hanva menilainya makruh. Demikian pakar
tafsir dan h u k u m al-Qurthubi. A d a p u n keledai, ia terdiri dari keledai j i n a k
dan liar. Banyak u l a m a membolehkan m e m a k a n keledai liar dan melarang
vang jinak. Pendapat ini antara lain dianut oleh I m a m - i m a m M a l i k , Abu
Hanifah, dan Syah i. A d a p u n bagal, mayoritas u l a m a m e n g h a r a m k a n n y a ,
paling tidak dengan alasan ia lahir dari percampuran dua b i n a t a n g — k u d a
dan keledai—sedang keledai (yang jinak) tidak boleh d i m a k a n .

Penggunaan bentuk mudhari'i\z3X3. kerja masa kini dan akan datang pada
kata ( , il£ ) yakhliuju/menciptakan mengisyaratkan akan berkembangnya
aneka alat transportasi y a n g belum tergambar dalam benak mitra bicara
(manusia) ketika t u r u n n y a ayat ini. Alat-alat itu pastilah lebih baik dari apa
y a n g selama i n i mereka ketahui.
Ayat ini dinilai oleh T h a h i r Ibn 'Asviir sebagai salah satu ayat yang
m e n g a n d u n g mukjizat dari aspek pemberitaan gaib. Ayat ini, m e n u r u t n y a ,
mengisyaratan akan adanva ilham Allah kepada manusia guna menciptakan
alat-alat transportasi y a n g lebih baik dan berguna daripada ketiga binatang
yang disebut di atas, dimulai dengan lahirnya sepeda, berlanjut dengan kereta
api, mobil, pesawat udara, dan lain-lain yang kesemuanya tidak dikenal oleh
generasi-generasi masa lalu sebelum terciptanya alat-alat tersebut.
Sayyid Q u t h u b menggarisbawahi penggalan ayal ini ( j J * J J U U Jjl&j )
tv a yakhluqu via la ta'lamun/dan Dia menciptakan apa yang kamu tidak
Kelompok I Ayat 9 S u r a h a n - N a h l [16] 539

mengetahuinya antara lain bahwa ini m e m b u k a lapangan yang luas d a l a m


pandangan manusia untuk m e n e r i m a bentuk-bentuk baru dari alat-alat
pengangkutan dan transportasi serta keindahan. Dengan demikian, ayat ini
tidak m e n u t u p pandangan mereka m e n y a n g k u t hal-hal y a n g berada di luar
y
batas lingkungan atau batas w aktu di mana mereka hidup karena di balik apa
yang terdapat pada lingkungan dan zaman mereka masih ada hal-hal lain.
Memang, Islam adalah agama yang terbuka, lentur dapat menerima segala
sesuatu yang lahir dari k e m a m p u a n , ilmu dan apa yang dilahirkan oleh masa
depan selama hal-hal tersebut tidak bertentangan dengan fitrah manusia dan
nilat-nilai Ketuhanan \ a n g M a h a Ksa.

AYAT 9

"Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus; dan di antaranya ada
yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu
semua. "

M a n u s i a selalu mencari jalan vang dekat dan mudah d i t e m p u h dalam


perjalanan mereka, termasuk ketika mengendarai binatang-binatang y a n g
disebut oleh ayat-ayat y a n g lalu. M a n u s i a juga mencari cara yang terbaik dan
termudah dalam memanfaatkan anugerah-anugerah tersebut. Siapa y a n g
m e n o l a k hakikat ini dengan mencari jalan jauh dan berliku-liku, dia dinilai
sangat m e n y i m p a n g , bahkan bodoh dan picik. M e l a l u i ayat di atas, Allah
swt. m e n g i n g a t k a n k e m b a l i b a h w a n i k m a t - N y a t i d a k terbatas p a d a
m e n c i p t a k a n dan m e n g i l h a m i m a n u s i a jalan dan kendaraan y a n g
m e m u d a h k a n manusia m e n e m p u h jalan material vang m u d a h dan cepat
untuk mencapai arah yang dituju, tetapi Allah swt. juga telah menjelaskan
jalan yang m u d a h dan dekat guna mencapai keridhaan-Nya, y a i t u dengan
mengesakan-Nya, bukan dengan mempersekutukan-Nya. Dia adalah M a h a
Pencipta, M a h a t i n g g i , M a h a k u a s a lagi M a h a Mengetahui seria Pclimpah
aneka kebajikan. Jika demikian, hanva Dia yang wajar diesakan dan disembah
dan m e m a n g penjelasan-penjelasan itu harus d e m i k i a n karena adalah hak
540 S u r a h a n - N a h l [16] Kelompok I Ayat 9

bagi Allah Yang M a h a Mengetahui lagi M a h a Pengasih itu menerangkan clan


menetapkan jalan yang lurus, dan j u g a menerangkan tentang jalan y a n g
bengkok dan sesat agar menjadi jelas bagi seluruh manusia mana y a n g benar
dan wajar ditempuh. M e m a n g , jalan yang ditempuh oleh ruhani serupa
dengan jalan yang ditempuh jasmani, ada di antaranya yang lurus dan dekat,
siapa yang menelusurinya akan sampai ke tujuan, dan di antaranya, yakni di
antara jalan-jalan yang terhampar di bumi, ada juga j-sdznyang bengkok berliku-
liku, siapa y a n g m e n e m p u h n y a akan sesat sehingga tidak akan sampai ke
tujuan.

M e m a n g , banyak manusia yang mengikuti jalan yang sesat. Jangan duga


mereka itu di luar kekuasaan Aliah. Tidak! Allah memberi mereka kebebasan
m e m i l i h jalan, lalu memberi masing-masing kemudahan u n t u k m e n e m p u h
p i l i h a n n y a . Dan jikalau Dia menghendaki untuk menjadikan mereka
m e n e m p u h jalan yang lurus, Allah kuasa m e l a k u k a n n y a dan ketika itu
tentulah Dia memimpin kaynu semua, yakni menunjuki dan mengantar k a m u
semua, wahai seluruh manusia, mencapai jalan y a n g lurus dan benar. Nah,
jikalau Dia kehendaki, ketika itu Dia mencabut kebebasan m e m i l i h y a n g
dianugerahkan-Nya kepada manusia dengan menjadikan k a m u semua sama
dengan para malaikat.

Akan tetapi, itu tidak dikehendaki-Nya dan sebagai gantinya, Dia telah
menciptakan bagi k a m u semua potensi akal y a n g m a m p u menalar dan
menganugerahkan kehendak y a n g dapat mengarahkan. Selanjutnya Dia
memberikan kebebasan kepada semua manusia u n t u k m e m i l i h . Itu semua
dalam rangka menguji manusia.

Kata ( ) qashd m e n g a n d u n g m a k n a rnoderasi, juga konsistensi, dan


ini m e n g a n d u n g m a k n a tekad dan arah, baik tekad itu m e n y a n g k u t sesuatu
yang baik m a u p u n buruk. Kata tersebut juga d i p a h a m i dalam arti lurus.
Penggunaan bentuk mashdari'infinitive noun mengisyaratkan betapa sempurna
jalan dan penjelasan itu.
Kata ( J_-_CJt) as-sabil telah penulis jelaskan m a k n a n y a secara panjang
lebar dalam penafsiran ayat keenam surah al-Fatihah. Di sana, antara lain
penulis k e m u k a k a n bahwa semua sabilyang m e n g a n d u n g kedamaian, yakni
Kelompok 1 Ayat 9 S u r a h a n - N a h l [16] 541

suhu! as-saldm (jalan-jalan k e d a m a i a n ) , b e r m u a r a pada ash-Shirath al-


Mustaqim. Perhatikan firman-Nya dalam Q S . al-iVla'idah [ 5 ] : 16:

"Dengannya (kitab) itu Allah mengantar orang-orang yang mengikuti


kendhaan-Nya ke jalan-jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan mereka itu dari aneka kegelapan kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka menuju ke ash-Shirath
al-Mustaqimljalan luas yang lurus. "
J i k a d e m i k i a n , ayat vang sedang ditafsirkan ini mengisyaratkan bahwa
jangankan jalan yang lebar, jalan-jalan kecil yang dapat mengantar seseorang
masuk ke ash-Shirath al-Mustaqim telah d i jelaskan Allah swt. dalam al-Qur'an
atau melalui sunnah Rasul-Nya. Bukankah, seperti y a n g penulis uraikan
sebelum ini, shalat adalah sabil, zakat, haji, sedekah, m e n u n t u t ilmu semua
adalah sabil yang muaranva adalah ash-Shirath al-Mustaqim<
Pirman-Nya: ( J _ - J i j - a i AJJ! JS-J ) wa 'a k? Allah qashd as-sabi l yans, secara
harfiah berarti atas Allah jalan yang lurus dipahami dalam arti menjadi janji
y a n g pasti atau "keharusan" bagi Allah menetapkan dan menjelaskan jalan
yang lurus itu. M e m a n g , kata ala sering kali digunakan dalam arti janji yang
pasti atau kewajiban.
Karena telah berjanji u n t u k menetapkan dan menjelaskan jalan yang
lurus. Dia mengutus para nabi dan para rasul serta m e n u r u n k a n kitab suci
untuk tujuan itu. Atas dasar itu pula sehingga manusia tidak d i t u n t u t
tanggung j a w a b n y a sebelum datang kepadanya rasul atau penjelasan Tuhan
ini. Allah berfirman:

"Kami tidak akan menyiksa sampai Kami mengutus seorang rasul'' 1QS. al-
Isra' 117]: 15).
Ayat di atas m e n e g a s k a n secara tersurat b a h w a A l l a h swt. y a n g
menjelaskan jalan yang lurus, tetapi redaksi ayat ini tidak menyatakan bahwa
542 S u r a h a n - N a h ! [16J K e l o m p o k I A y a t 1C

Dia menjelaskan jalan yang bengkok. Ini karena yang menciptakan jalan yang
bengkok adalah manusia durhaka sendiri. Jalan itu sangat jelas keburukannya
bagi siapa pun yang menggunakan akal sehat. Demikian Ibn 'Asyur. Adapun
jalan kebaikan—sebagian di antaranya—yakni yang berkaitan dengan rincian
ibadah murni, maka ridak dapat terjangkau oleh nalar manusia, dan karena
itu ia harus bersumber dari Allah swt. Atas dasar itu, dikenal r u m u s yang
menyatakan: " D a l a m ibadah murni s e m u a n y a tidak boleh kecuali jika ada
penjelasannya dari Allah atau Rasul-Nya."

AYAT 10

"Dia-lah yang telah menurunkan dari langit air untuk kamu, sebagiannya
menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang
padanya kamu menggembalakan ternak kamu. "

Ayat ini dan avat-ayat berikut adalah perincian argumentasi keesaan Allah
swt. sekaligus uraian tentang aneka nikmat-Nya. Kalau ayat yang lalu berbicara
tentang manusia dan binatang, di sini diuraikan tentang t u m b u h - t u m b u h a n
y a n g merupakan bahan pangan dan kebutuhan manusia dan binatang.
A y a t di atas m e n g i n g a t k a n m a n u s i a — d e n g a n tujuan agar mereka
mensyukuri Allah dan memanfaatkan dengan baik a n u g e r a h - N y a — b a h w a
Dia Yang Mahakuasa itulah, yang telah menurunkan dan arah langit, yakni
awan air hujan untuk kamu manfaatkan. Sebagiannya menjadi minuman
y a n g segar dan sebagian lainnya m e n y u b u r k a n tumbuh-tumbuhan, yang
padanya, yakni di tempat t u m b u h n y a , kamu menggembalakan ternak kamu
sehingga binatang itu dapat makan dan pada gilirannya dapat menghasilkan
untuk k a m u susu, daging, dan bulu.
Kata ( ) svajar biasa digunakan dalam arti pohon vang kokoh bukan
y a n g merambat. Bahwa ayat ini menyatakan di tempat t u m b u h n y a kamu
menggembalakan ternak karena m e m a n g di Jazirah Arab, apalagi di sekitar
M e k k a h hampir tidak ditemukan padang r u m p u t . Ternak mereka makan
apa saja y a n g terdapat di sekitar pepohonan y a n g t u m b u h . Dari sini, tulis
K e l o m p o k I A y a t 11 S u r a h a n - N a h l [16] 543

Ibn 'Asyur, menjadi sangat tepat dan teliti pemilihan kata ( j ) fi/padanya
yang menunjuk tempat k e t i k a a y a t ini b e r b i c a r a t e n t a n g tempat
penggembalaan dan makanan binatang ternak itu, yakni binatang-binatang
m e m a k a n apa y a n g terdapat "'di bawah dan di sekitar'" tempat itu dari aneka
makanan yang sesuai.

AYAT 11

"Dia menumbuhkan bagi kamu dengannya tanaman-tanaman; zaitun, kurma,


anggur, dan dari segala buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian benar-
benar ada tanda bagi kaum yang memikirkan."

Setelah ayat y a n g lalu menyebut t u m b u h a n secara u m u m . ayat ini


menyebut beberapa yang paling bermanfaat atau populer dalam masyarakat
Arab tempat di mana turunnya aI-Qur'an dengan menyatakan bahwa Dia,
yakni Allah swt., menumbuhkan bagi kamu dengannya, yakni dengan air
hujan itu, tanaman-tanaman; dari y a n g paling cepat layu sampai dengan
vang paling panjang usianya dan paling banyak m a n f a a t n y a . Dia
m e n u m b u h k a n zaitun, salah satu pohon vang paling panjang usianya,
demikian juga kurma, yang dapat d i m a k a n mentah atau matang, m u d a h
dipetik, dan sangat bergizi lagi berkalori tinggi, juga angguryang dapat kamu
jadikan m a k a n a n yang halal atau m i n u m a n yang haram, dan dari segala
macam atau sebagian buah-buahan, selain yang disebut itu. Sesungguhnya
pada yang demikian, yakni pada curahan hujan dan akibat-akibatnya itu,
benar-benar ada tanda vang sangat jelas bahwa yang mengaturnya seperti ini
adalah M a h a hsa lagi M a h a k u a s a . Tanda itu berguna bagi kaum yang
memikirkan. Betapa tidak, sumber airnya sama, tanah tempat t u m b u h n y a
berdempet, tetapi ragam dan rasanya berbeda-beda. I ihatlah penaksiran Q S .
: ;
ar-Rad [13]:4.

J 1
Silakan baca k e m b a l i h a l a m a n 2 1 2 .
544 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k I A y a t 12

A y a t di atas m e n u n j u k buah k u r m a dengan n a m a ( J - « 2 i ) an-nakhil


yang d i g u n a k a n u n t u k m e n u n j u k pohon dan b u a h n y a secara keseluruhan,
berbeda dengan ( ^ J L P ^ I ) al-anab yati^ m e n u n j u k kepada buah anggur saja.
Hal ini, m e n u r u t al-Biqa'i, u n t u k mengisyaratkan bahwa terdapat b a n y a k
sekali manfaat pada pohon kurma, b u k a n h a n y a pada buahnya, berbeda
dengan anggur, yang manfaatnya—selain buahnya—sangat sedikit.
Kata ( j * ) min pada ftrman-Nya: ( o ' J f JA ) min kulli ats-tsamarat/
dari segala buah-buahan dipahami oleh al-Biqa'i sebagai bermakna sebagian.
Ini, menurutnya, karena apa y a n g berada di d u n i a ini h a n y a sebagian dari
buah-buahan y a n g diciptakan Allah. Seluruh buah-buahan y a n g diciptakan
Allah baru akan terhidang di surga nanti. D e m i k i a n tulisnya. Ibn 'Asyur juga
memahaminya dalam arti sebagian dalam arti buah-buahan yang dikenal pada
satu daerah. M e m a n g , setiap k a u m / w i l a y a h ada buah-buahan khas baginya
yang tidak terdapat di lain tempat sehingga setiap wilayah hanya m e n e m u k a n
sebagian dari buah-buahan y a n g ada di d u n i a ini. Dapat j u g a d i k a t a k a n —
j i k a kata ( ) min d i p a h a m i dalam arti sebagian—bahwa itu a g a k n y a
mengisyaratkan bahwa ada buah-buahan yang tidak memerlukan curah hujan.
A t a u dapat juga dikatakan b a h w a kata min berfungsi sebagai penjelas yang
jika d e m i k i a n ia diterjemahkan dengan yakni.

AYAT 12

"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan dan bintang-
bintang ditundukkan pula dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berakal. "

Al-Biqa'i m e n g h u b u n g k a n avat ini dengan ayat y a n g lalu dengan cara


m e n i m b u l k a n satu sanggahan yang boleh jadi datang dari seorang ateis y a n g
boleh jadi berkata: "Perbedaan dan k e r a g a m a n t u m b u h a n dan buah itu
disebabkan oleh faktor alam dan peredaran planet-planet." Pandangan itu
dibantah oleh ayat ini yang intinya adalah b a h w a planet-planet itu tidak
m u n g k i n d a p a t m e l a k u k a n n y a karena ia pun m e n g a l a m i p e r u b a h a n -
K e l o m p o k I A y a t 12 S u r a h a n - N a h l [16] 545

perubahan dan semuanya tunduk kepada kekuasaan AJI ah swt.-—sebagaimana


yang dijelaskan oleh ayat 12 ini.
Dapat juga dikatakan bahwa setelah menyebut nikmat-nikmat Ilahi yang
terhampar di bumi, ayat ini beralih menguraikan nikmat-Nya yang bersumber
dari langit. Untuk itu, ayat ini menyatakan: Dan di samping aneka anugerah-
N y a yang telah diuraikan sebelum ini, masih banyak anugerah-Nya yang
l a i n . A n t a r a l a i n Dia juga—demi kemaslahatan semua makhluk—
menundukkan malam s e h i n g g a d i j a d i k a n n y a gelap agar k a m u dapat
beristirahat dan menundukkan juga siang sehingga menjadi terang-benderang
agar k a m u dapat giat bekerja. Bahkan, Dia juga m e n u n d u k k a n matahari
vang dapat kamu manfaatkan kehangatan dan sinarnya dan bulan agar k a m u
mengetahui jumlah tahun dan perhitungan, dan selanjutnya semua bintang-
bintang ditundukkan pula denganperintah-Nya untuk kemaslahatan k a m u ,
antara lain dengan melihat posisi b i n t a n g - b i n t a n g itu k a m u mendapat
petunjuk arah dalam kegelapan. Sesungguh/ya pada yang demikian itu, yakni
p e n u n d u k a n dan pengaturan itu, benar-benar terdapat banyak tanda-tanda
kekuasaan dan kasih s a y a n g - N y a bagi kaum yang berakal, yakni yang m a u
memanfaatkan akal y a n g dikaruniakan Allah kepada mereka.

Ar-Razi dalam b u k u n y a , Durrat at-Tanzil, menjelaskan m e n g a p a ayat


12 ini m e n g g u n a k a n b e n t u k j a m a k untuk kata ( o b j ) ayat I tanda-tanda
sedang pada ayat 11 sebelumnya dan ayat berikut (ayat 13) m e n g g u n a k a n
b e n t u k tunggal. M e n u r u t n y a , ini a g a k n y a disebabkan hal-hal yang disebut
oleh ayat 11 dan 13 s e m u a n y a bersumber dan b u m i dan, dengan demikian,
Kesemuanya dapat dinilai hanya satu, y a k n i semuanya dari satu ciptaan saja.
Ayat 11 berbicara tentang p e n u m b u h a n aneka buah y a n g t u m b u h di bumi
c^an avat 13 tentang penciptaan melalui pengembangbiakan binatang y a n g
j£a di bumi; karena itu, kata ( \[\ ) ayah berbentuk tunggal. Berbeda dengan
A - a r 12 ini. Yang diuraikan di sini adalah peredaran matahari, bulan dan
r_r.:ang, vang masing-masing memiliki sistem y a n g berbeda dengan y a n g
- i ! n . iika demikian, ayat ini berbicara tentang banyak randa dan karena itu
L. gunakan bentuk jamak.
546 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k I A y a t 13

AYAT 13

"Dan apa yang Dia kembangbiakkan untuk kamu di bumi dengan berlain-
lainan warnanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda bagi kaum yang mengambil pelajaran. "

Dan, selain aneka anugerah vang disebut, sebelum ini, Allah swt. j u g a
m e n u n d u k k a n apa yang Dia kembang biakkan untuk kamu di bumi seperti
aneka binatang, dengan berlain-lainan warna jenis, bentuk, dan cirinya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda y a n g jelas
lagi agung yang m e n u n j u k k a n kekuasaan Allah bagi kaum yang merenung
dan ingin -mengambilpelajaran walau perenungan y a n g d i l a k u k a n n y a tidak
terlalu mendalam, sebagaimana dipahami dari kata ( JTJU ) y a d z d z a k k a r u n
y a n g a s a l n y a a d a l a h ( Oj^SU» ) yatadzakkarun tetapi h u r u f ( _> ) ta'
d i i d g h a m k a n / d i g a b u n g dengan huruf ( i ) dzal.

Kata ( i j i ) dzara'a d i p a h a m i d a l a m arti p e n c i p t a a n d a l a m bentuk


pengembangbiakan dengan cara apa pun. Dengan demikian, tidak termasuk
dalam pengertian kata ini p e n u m b u h a n t u m b u h a n , tetapi, ada j u g a ulama
vang memperluas m a k n a kata ini sehingga mencakup banyak hal seperti
tumbuh-tumbuhan, gunung, baru-baruan, dan barang tambang yang beraneka
ragam warna, bentuk, dan cirinva.
Fakhruddin ar-Ra/.i m e n g e m u k a k a n perbedaan fashilah/penutup ketiga
ayat di atas yang, menurutnya, diakibatkan oleh kebutuhan akan sulit atau
mudahnva, serius dan santainya, objek pengamatan. Pengamatan menyangkut
m a k h l u k y a n g b e r s u m b e r dari b u m i m e m e r l u k a n p e m i k i r a n , y a i t u
penggunaan nalar y a n g menghasilkan ilmu, sedang pengamatan terhadap
objek-objek vang bersumber dari p e n g e m b a n g b i a k a n dan yang beraneka
m a c a m w a r n a dan jenisnya itu memerlukan pengamatan lebih serius dari
objek y a n g lalu karena ia berkaitan dengan k e a n e k a r a g a m a n k e a d a a n ,
p e n g e m b a n g b i a k a n , dan m a n f a a t - m a n f a a t n y a s e h i n g g a di sini y a n g
diperlukan adalah tadzakkur, yakni pemikiran y a n g disertai ingatan tentang
jenis, perbedaan, dan ciri-ciri masing-masing. Adapun y a n g m e n y a n g k u t
K e l o m p o k I A y a t 14 S u r a h a n - N a h l [16] 547

pergantian m a l a m dan siang serta benda-benda langit, ini lebih sulit dari
kedua objek yang lalu sehingga vang melakukannya dinamai ( o )ya'qilun
dan ini adalah puncak tertinggi dari upaya pembuktian. Demikian lebih
kurang ar-Razi.

AYAT 14

"Dan Dia yang }'nenundukkan lautan agar kamu dapat memakan darinya
daging yang segar dan kamu mengeluarkan darinya perhiasan yang kamu pakai;
dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan agar kamu (bersungguh-
sungguh) mencari dari karuma-Nya, dan agar kamu bersyukur. "

Ayat-ayat y a n g lalu. menurut al-Biqa i, disusun materi uraiannya dengan


sangat serasi. Dimulai dengan m a k h l u k secara u m u m , kemudian binatang,
kemudian t u m b u h - t u m b u h a n , disusul dengan vang terhampar seperti air
dan semacamnya, lalu yang berwarna-warni. Itu semua untuk membuktikan
keesaan dan keniscayaan hari Kemudian. Nah, kini, melalui avat 14 di atas,
diuraikan apa vang terdapat "di d a l a m air" lagi tertutup olehnya. Ayat ini
menyatakan bahwa: Dan Dia, vakni Allah swt., yang menundukkan lautan
dan sungai serta menjadikannya arena hidup bi natang dan tempatnya tumbuh
berkembang serta pembentukan aneka perhiasan. Itu dijadikan demikian agar
kamu dapat menangkap hidup-hidup atau vang mengapung dari ikan-ikan
dan sebangsanva vang berdiam di sana sehingga kamu dapat memakan darinya
daging yang segar, y a k n i b i n a t a n g - b i n a t a n g laut itu, dan kamu dapat
mengeluarkan, yakni mengupayakan dengan cara bersungguh-sungguh untuk
mendapatkan darinya, yakni dari laut dan sungai itu perhiasan yang kaum
pakai; seperti permata, mutiara, merjan, dan semacamnya.

Dan di samping itu, kamu melihat, w a h a i vang dapat melihat, menalar


dan merenung, betapa kuasa Allah swt. sehingga bahtera dapat berlayar
padanya, membawa barang-barang dan bahan makanan, kemudian betapapun
beratnya bahtera itu, ia tidak tenggelam, sedang air yang dilaluinya sedemikian
lunak. Allah m e n u n d u k k a n itu agar kamu memanfaatkannya dan agar kamu
548 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k I A y a t 14

bersungguh-sungguh mencari rezeki, sebagian dari karunia-Nya itu dan agar


kamu terus-menerus bersyukur, yakni menggunakan anugerah itu sesuai dengan
tujuan penciptaannya untuk kepentingan kamu dan generasi-generasi sesudah
k a m u dan j u g a untuk m a k h l u k - m a k h l u k selain k a m u .
Kata ( J j?- J^L^J ) tastakhrijun terambil dari (;r y - ' ) akbraja yang berarti
mengeluarkan. Penambahan huruf sin dan ta' pada kata itu mengisyaratkan
u p a y a s u n g g u h - s u n g g u h . Ini berarti u n t u k m e m e t o l e h perhiasan itu
d i b u t u h k a n upaya melebihi upaya m e n a n g k a p ikan, apalagi ikan-ikan yang
mati dan telah m e n g a p u n g di lautan atau terdampar di darat. Pendapat ini
lebih baik dari pendapat Ibn 'Asyur yang m e m a h a m i penambahan tersebut
dalam arti banyak, y a k n i memeroleh dari lautan perhiasan y a n g banyak.
A l - B i q a ' i m e m a h a m i k a l i m a t ( U j — J J S J L ? - ) hilyatan talbasunahd/
perhiasan yang kamu pakai, y a n g m e n g g u n a k a n bentuk redaksi maskulin
(ditujukan kepada pria) padahal menurutnya perhiasan itu dipakai oleh para
wanita, sebagai isyarat tentang kesatuan pria dan w a n i t a dan bahwa mereka
adalah bagian dari pria (sebagaimana pria bagian dari w a n i t a ) . Dari sini,
kalaupun wanita yang memakainya, itu karena makna kesatuan tersebut adalah
bagaikan pria yang m e m a k a i n y a . Ibn 'Asyur m e m a h a m i n y a sebagai taghlib,
yakni penilaian banyak, walaupun kebanyakan perhiasan dipakai oleh wanita
kecuali cincin dan hiasan pedang. D e m i k i a n tulisnya. Bahkan, cincin pun
lebih b a n y a k d i p a k a i oleh w a n i t a , w a l a u m e m a n g b a n y a k lelaki y a n g
m e m a k a i n y a . A g a k n y a , pendapat al-Biqa'i di atas lebih tepat dari pendapat
Ibn 'Asyur itu. Atau, dapat juga dikatakan bahwa karena pada u m u m n y a
lelaki yang mengusahakan perolehan perhiasan itu, baik dengan mencari bahan
mentahnya m a u p u n dengan mengolah atau m e m b e l i n y a , redaksi ayat ini
ditujukan kepada lelaki. D e m i k i a n kesan penulis.

Penggalan ayat ini j u g a m e n u n j u k k a n betapa kuasa Allah swt. Dia


menciptakan batu-batu dan mutiara y a n g demikian kuat serta sangat jernih,
di satu areal y a n g sangat lunak y a n g bercampur dengan aneka sampah dan
kotoran.
Kata { mawdkhir t e r a m b i l dari k a t a ( ) al-makhr yaitu
pelayaran bahtera m e m b e l a h laut ke kiri dan ke kanan m e n g h a d a p i angin
sehingga memperdengarkan suara yang menakjubkan.
K e l o m p o k I A y a t 15 S u r a h a n - N a h l [16] 549

Kata ( ^y ) tara/kamu lihat ditujukan kepada siapa pun y a n g dapat


melihat dengan pandangan mata dan atau dengan nalar. Penggunaan kata ini
dimaksudkan sebagai anjuran untuk melihat dan m e r e n u n g betapa indah
serta m e n g a g u m k a n objek tersebut. Redaksi melihat, apalagi dalam bentuk
p e r t a n y a a n , seting kali d i g u n a k a n a h Q u r ' a n u n t u k m a k s u d d o r o n g a n
merenung dan memerhatikan sesuatu yang aneh atau menakjubkan.
Kalimat (-u ^ \ ) Htabtagbu min fadhlihilagar kamu bersungguh-
sungguh mencari (sebagian) dari karunia-Nya d i p a h a m i oleh sementara
u l a m a — s e p e r t i Ibn ' A s y u r — d a l a m arti t e r b a t a s , y a k n i h a n y a p a d a
perdagangan, sambil merujuk kepada firman-Nva:

"Tidak ada dosa atas kamu mencari anugerah (karunia) dari Tuhan kamu, "
y a k n i pada musim haji dalam Q S . al~Baqarah [ 2 ] : 198. N a m u n demikian,
pembatasan ini tanpa satu alasan. M e m a h a m i n y a secara u m u m dalam berbagai
aktivitas, dagang atau jasa, atau apa pun y a n g halal, baik pada musim h a j i —
sebagaimana konteks oleh ayat ahBaqarah di a t a s — m a u p u n di luar musim
itu, sebagaimana y a n g d i m a k s u d oleh ayat 14 ini, justru lebih baik karena
sejalan dengan bunyi redaksinya yang bersifat u m u m .

AYAT 15

"Dan Dia mencampakkan di bumi gunung-gunung supaya ia tidak guncang


bersama kamu; dan sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat
petunjuk. "

Setelah menguraikan ciptaan dan anugerah-Nya y a n g terpendam, kini


diuraikan ciptaan dan n i k m a t - N y a yang menonjol dan menjulang ke atas,
dengan menyatakan: Dan Dia )tiencampakkan di permukaan bumigunung-
gunung yang sangat k u k u h sehingga tertancap kuat supaya ia, yakni b u m i
tempat h u n i a n k a m u itu, tidak guncang bersama kamu, kendati ia lonjong
dan terus berputar; dan Dia menciptakan j u g a sungai-sungai yang dialiri air
550 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k I Ayat 16-17

y a n g dapat d i g u n a k a n u n t u k m i n u m , dan selanjutnya di bumi itu Allah


menjadikan juga jalan-jalan y a n g terhampar agar kamu mendapat petunjuk
lahirlah menuju arah y a n g k a m u kehendaki dan petunjuk batiniah menuju
pengakuan keesaan dan kekuasaan Allah swt.
Kata ( ) alqatmencampakkan di bumi, y a k n i melempar ke arahnya,
memberi kesan bahwa kehadiran gunung, sungai, dan jalan-jalan terjadi
sesudah penciptaan bumi, dan karena itu ayat ini tidak m e n g g u n a k a n kata
menciptakan gunung-gunung Boleh jadi pencampakan yang dimaksud adalah
terjadinya benturan yang besar, atau gempa yang dahsyat, yang mengakibatkan
lahirnya g u n u n g - g u n u n g dan sungai-sungai. Ayat ini tidak menjelaskan
bagaimana hal tersebut terjadi.
Kata ( ) rawasi terambil dari kata ( ) ar-rasw atau ar-rusuiuwu,
y a k n i kemantapan pada satu tempat. Dari sini, g u n u n g -gunung, karena ia
kekar tidak bergerak dari tempatnya, ditunjuk dengan kata rawasi yang
merupakan bentuk j a m a k dari kata ( ^ ' j ) r asin.

AYAT 1 6 - 1 7

"Dan alamat-alamat. Dan dengan bintang-bintang mereka mendapat


petunjuk. Maka apakah Yang menciptakan sama dengan yang tidak dapat
mencipta? Maka, mengapa kamu tidak ?ncngambilpelapiraji:"

Dan di bumi vang Allah ciptakan itu, Dia jadikan juga alamat-alamat,
y a k n i t a n d a - t a n d a p e n u n j u k jalan. Dan dengan bintang-bintang yang
g e m e r l a p a n di langit, mereka, vaknl penghuni bumi, termasuk kaum
m u s y r i k i n y a n g e n g g a n m e n g e s a k a n A l l a h i t u , mendapat petunjuk
menyangkut arah di mana mereka berada serta ke mana mereka dapat menuju.
Setelah avat ini dan avat-ayat sebelumnya menguraikan secara gamblang
dan jelas bukti-bukti keesaan Allah swt. dan kekuasaan-Nya dalam mencipta,
mengatur, dan mengendalikan alam raya, serta menguraikan pula l i m p a h a n
karunia-Nya, maka wahai seluruh makhluk, khususnya mereka y a n g ingkar
dan durhaka, apakah m e n u r u t ukuran akal y a n g sehat sama antara y a n g
K e l o m p o k I Ayat 16-17 S u r a h a n - N a h l [16] 551

m a m p u dan tidak m a m p u ? Apakah antara Allah Yang menciptakan semua


itu sama kedudukan dan keadaannya, dengan yang tidak dapat mencipta sesuatu
apa pun? Maka, apakah k a m u buta, wahai k a u m musyrikin? Mengapa dan
apa y a n g terjadi pada diri k a m u sehingga kamu tidak mengambil pelajaran
walau sedikit dari apa yang k a m u lihat dan terhampar itu? S e s u n g g u h n y a
Allah menciptakan segala sesuatu dan terus-menerus mencipta. D e n g a n
demikian, Allah sedikit pun tidak dapat dipetsamakan dengan apa pun karena,
dengan mencipta segala sesuatu dan terus mencipta, Dia menguasai segala
sesuatu termasuk siapa pun yang dipertuhan.

Kata ( o t ^ U - ) alamat adalah bentuk jamak dari ( *u*AP ) 'alamak, yakni


tanda yang dengannya sesuatu diketahui dengan jelas. Yang dimaksud adalah
ciri-ciri yang terdapat pada sesuatu yang demikian jelas, baik ciri tersebut
berada tanpa keterlibatan manusia m e n g a d a k a n n y a m a u p u n dibuat oleh
manusia setelah diilhamkan kepada mereka oleh Allah sehingga disepakati
bersama dan menjadi tanda-tanda yang jelas bagi sesuatu.

D i d a h u l u k a n n y a kata ( - » ^ J b ) bi an-najmldengan bintang-bintang atas


kalimat ( Oj-l^, ) hum yahtadunlmercka mendapat petunjuk bertujuan
menekankan dan m e n g u n d a n g perhatian tentang besarnya nikmat Allah
melalui bintang-bintang itu, yang antara lain membantu mereka mengetahui
a r a h — k h u s u s n y a yang berada di tengah lautan atau padang pasir.

Ketika menafsirkan Q S . ai-Arfam [61; 9 7 . penulis antara lain menyatakan


bahwa: Sejak awal peradaban umat manusia sampai sekarang, benda-benda
langit merupakan tanda dan petunjuk perjalanan manusia, baik di darat
m a u p u n di laut. Dengan meneropong matahari, bulan, dan b i n t a n g —
terutama bintang-bintang tak bergerak—seseorang yang akan bepergian dapat
menentukan arah yang hendak dituju. Balikan, para antariksawan belakangan
ini berpedoman pada matahari dan bintang dalam menentukan arah perjalanan
pada suatu masa tertentu. M e r e k a j u g a m e n g g u n a k a n gugus bintang d a l a m
menentukan waktu, seperti gugus Bintang Biduk. Dengan demikian, manusia
dapat mengenal tempat dan w a k t u melalui bantuan bintang, persis seperti
yang diisyaratkan ayat ini.
552 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k I A y a t 18

AYAT 18

"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menghinggakannya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang."

Sebenarnya, bukan hanya apa yang disebut sebelum ini yang merupakan
anugerah A l l a h swt. kepada k a m u semua. M a s i h sangat b a n y a k selainnya.
Dan jika kamu semua, w a l a u dengan membagi-bagi tugas, berusaha
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghinggakannya
yakni mengetahui berapa j u m l a h n y a . Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang sehingga itulah sebabnya nikmat-Nya tidak
pernah Dia putus w a l a u k a m u durhaka.
Ketika menafsirkan Q S . Ibrahim [14]: 34 yang redaksinya serupa dengan
ayat di atas, kecuali penutupnya, penulis antara lain m e n g e m u k a k a n bahwa
ayat surah Ibrahim itu ditutup dengan m e n g e m u k a k a n dua sifat b u r u k
manusia: sangat zalim dan sangat kafir, sedang pada ayat surah an-Nahl ia
ditutup dengan: Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Perbedaan fash ilahi penutup k e d u a a y a t t e r s e b u t — d i sana
( jlir ^ ) zhaliimun kaffar dan di sini ( ) Ghafurun Rahim—
agaknya disebabkan konteks ayat dalam surah Ibrahim adalah uraian tentang
sikap m a n u s i a y a n g durhaka terhadap aneka anugerah Allah. M e r e k a tidak
mensyukurinya karena itu mereka dikecam. Sedangkan, dalam surah an-Nahl
konteks uraiannya adalah tentang aneka anugerah Allah dan kemurahan-Nya
serta b a g a i m a n a Allah m e n g h a d a p i m a n u s i a y a k n i , betapapun mereka
durhaka, Allah masih juga membuka pintu pemaafan buat mereka serta tetap
mencurahkan rahmat-Nya.
T h a h i r Ibn 'Asyur m e n a m b a h k a n bahwa penutup ayat surah Ibrahim
m e n y a t a k a n bahwa manusia sangat aniaya lagi kufur, sedang di sini Allah
M a h a Pengampun lagi M a h a Penyayang mengisyaratkan bahwa aneka nikmat
Ilahi y a n g mereka tidak syukuri itulah y a n g menjadikan manusia menjadi
a n i a y a d a n kufut, dan karena itu A l l a h m e n g h a d a p i m a n u s i a d e n g a n
K e l o m p o k I A y a t 18 S u r a h a n - N a h l [16] 553

p e n g a m p u n a n dan rahmat;, dan ini kembali kepada upaya manusia untuk


memeroleh nya.
Thabathaba'i m e n g a i t k a n silat maghfirah dan rahmat Allah swt. yang
dijadikan penutup ayat ini sebagai isyarat bahwa b a n y a k n y a nikmat Allah
sehingga tidak dapat dihinggakan dan dihitung itu tidak lain kecuali d a m p a k
dari keberkaitan kedua sifat-Nya yang disebut di sini: maghfirah dan rahmah.
Dengan maghfirah yang berarti menutup, Allah swt. m e n u t u p kekurangan
dan k e b u r u k a n y a n g ada pada sesuatu, dan dengan rahmab-Nya yang
merupakan penyempurnaan apa yang kutang, setta pemenuhan kebutuhan,
menjadi tampak kebajikan dan kesempurnaan dan terhiasi dengan keindahan.
Lebih lanjut, T h a b a t h a b a ' i menulis: "Dengan melapangkan maghfirah dan
rahmah atas sesuatu, menjadilah ia baik dan bermanfaat u n t u k selainnya
setta selalu diminati dan, dengan demikian, ia menjadi nikmat. Demikianlah
sekian banyak hal menjadi nikmat untuk hal-hal y a n g lain dan demikianlah
nikmat Ilahi sedemikian luas sejalan dengan maghfirah dan rabmah-Nyz dan,
dengan demikian, jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu
tak dapat menghinggakannya" Demikian Thabathaba'i yang menutup
penjelasannya ini dengan m e n y a t a k a n b a h w a kata maghfirah (sifat Ghafur)
pada ayat ini d i g u n a k a n bukan dalam konteks dosa dan pelanggaran.

Penjelasan tentang arti maghfirah yang d i k e m u k a k a n T h a b a t h a b a ' i ini


sejalan dengan makna kebahasaan yang menegaskan bahwa kata ( Jti-) ghofara
bermakna menutup. Ada j u g a y a n g berpendapat bahwa ia terambil dari kata-
kata f y * J l ) al-ghafar, yakni sejenis tumbuhan yang digunakan mengobati luka.
Jika pendapat pertama y a n g dipilih, Allah Ghaffar berarti antara lain Dia
m e n u t u p i dosa h a m b a - h a m b a - N y a karena k e m u r a h a n dan anugerah-Nya.
Sedang, bila y a n g kedua, ini bermakna Allah menganugerahi h a m b a - N y a
penyesalan atas dosa-dosa sehingga penyesalan ini berakibat kesembuhan,
dalam hal ini adalah terhapusnya dosa. Kalimat ( J ys-\ ) Alldhummaghfir
li j u g a d i p a h a m i dalam arti Ya Allah, perbaikilah keadaanku. Demikian
pendapat Ibn abArabL

Sebelum Thabathaba'i, I m a m Ghazali juga merupakan salah seorang


yang memperluas m a k n a sifat ( JJ& ) Ghafiir Allah swt. Dalam b u k u n y a al-
Asmd' ahHusna, Hujjatul Islam ini menjelaskan b a h w a sifat A l l a h itu
554 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k I A y a t 19

mengandung makna bahwa Dia Yang menampakkan keindahan dan menutupi


keburukan. Dosa-dosa, tulisnya, adalah bagian dari sejumlah keburukan yang
diiutupi-Nya dengan jalan tidak menampakkannya di dunia serta
mengesampingkan siksanya di akhirat. M e m a n g , dalam pandangan Imam
Ghazali ini, banyak hal yang ditutupi Allah swt. dati manusia.
Pertama, yang ditutupi oleh Allah swt. adalah sisi dalam jasmani manusia
y a n g tidak sedap d i p a n d a n g mata. Ini ditutupi-Nya dengan keindahan
lahiriah. A l a n g k a h jauh perbedaan antara sisi d a l a m dan sisi lahir manusia
dari segi kebersihan dan kekotoran, keburukan dan keindahan. Perhatikanlah
apa yang t a m p a k dan apa pula y a n g tertutupi. Kedua, yang ditutupi-Nya
adalah bisikan hati serta kehendak-kehendak manusia vang buruk. Tidak
seorang pun mengetahui isi had manusia kecuali dirinya sendiri. Seandainya
terungkap apa yang terlintas dalam pikiran atau terkuak apa yang terbetik
dalam hati menyangkut kejahatan atau penipuan, sangka buruk, dengki, dan
sebagainya, sungguh manusia akan mengalami kesulitan dalam h i d u p n y a .
Demikian al-Ghazall. Penulis dapat m e n a m b a h k a n bahwa Allah swt. tidak
h a n y a menutupi apa vang dirahasiakan manusia terhadap orang lain, tetapi
juga m e n u t u p i sekian banyak pengalaman masa lalunya, kesedihan atau
keinginannya yang dipendam dan ditutupi oleh Allah di bawah sadar manusia
sendiri, y a n g kalau d i t a m p a k k a n kepada orang lain atau d i m u n c u l k a n ke
permukaan hati y a n g bersangkutan sendiri, pasti akan m e n g a k i b a t k a n
gangguan yang tidak kecil. Ketiga, yang ditutupi Allah swt,, adalah dosa dan
pelanggaran-pelanggaran manusia, yang seharusnya dapat diketahui u m u m .
Demikian, dengan sifat Ghafurvang terambil dari kata gh a fam yang berarti
menutup, Allah swt. menutupi banyak hal dalam diri manusia.

AYAT 19

'Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu kikirkan. "

M a n u s i a sering kali langsung m e m u t u s b a n t u a n n y a jika mengetahui


bahwa yang dibantu melakukan kejahatan atau bermaksud buruk kepadanya.
K e l o m p o k I A y a t 19 S u r a h a n - N a h l [16] 555

Jika bantuan itu masih tetap diberikan—dalam keadaan yang dibantu seperti
diluluskan di atas—besar kemungkinan yang membantu itu tidak mengetahui
sikap y a n g dibantu itu terhadapnya. J i k a demikian itu halnya, boleh jadi
timbul kesan bahwa kesinambungan anugerah Allah terhadap yang durhaka
itu disebabkan Dia tidak mengetahui keadaan vang sebenarnva atau Dia tidak
menyadari besarnya kedurhakaan vang bersangkutan sehingga mestinya dia
tidak termasuk yang d i a m p u n i . Nah. untttk m e n a m p i k kesan yang dapat
menjadi dugaan itu, Allah s w t . m e n g a n c a m dengan m e n y e b u t nama-Nva
y a n g teragung dan mencakup semua sifat-Nya, yakni "Allah'. Dan Allah
senantiasa mengetahui apa yang kamu rahasiakan, s e m u a n y a tanpa kecuali
dan juga selalu mengetahui apa yangkamu lahirkan, baik vang kamu lahirkan
itu tulus bersumber dari lubuk hati k a m u m a u p u n berpura-pura.
Dapat juga dikatakan bahwa avat ini merupakan argumentasi tentang
kewajaran Allah swt. untuk dipertuhan, setelah sebelum ini ditegaskan bahwa
Dia adalah Pencipta. (angan duga bahwa Allah setelah mencipta tidak lagi
mengetahui ciptaan-Nva. Dia bukan seperti pemilik pabrik arloji yang setelah
m e m b u a t n y a tidak lagi mengetahui apakah jam itu berjalan baik atau tidak,
atau tidak lagi mengetahui siapa vang m e m a k a i m a . Tidak! Allah tidak
demikian. Dia terus-menerus awas dan mengetahui gerak setiap jarum dan
mengetahui pula bila terhenti oleh satu dan lain hal. Allah M a h a Mengetahui
karena, jika Dia tidak mengetahui, tidak ada arti dari perintah-Nya untuk
tulus beribadah kcpada-Nva. Dan, seandainya Dia tidak mengetahui apa yang
tersembunyi, Dia tidak dapat m e m b e d a k a n siapa yang tulus beribadah dan
siapa pula yang culas dan pamrih.
Ayat ini tidak menyebut argumentasi pernyataannya. Agaknya ini tidak
diperlukan lagi setelah ditegaskan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu
termasuk manusia. Siapa yang menciptakan sesuatu, pastilah dia menguasainya
serta mengetahui secara terperinci segala sesuatu yang berkaitan dengannya,
termasuk apa vang dilakukan atau dapat d i l a k u k a n n y a , baik vang nyata
maupun yang tersembunyi. Agaknya, karena itu pula redaksi ayat y a n g
menunjuk ilmu Allah itu m e n g g u n a k a n bentuk mudhdri', yakni kata kerja
masa kini dan akan datang yang m e n g a n d u n g m a k n a k e s i n a m b u n g a n
pengetahuan-Nya, sekarang, akan datang, bahkan bersinambung secara terus-
menerus.
556 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k I A y a t 20-21

AYAT 2 0 - 2 1

"Dan apa-apa yang mereka seru selain Allah, Tidak dapat membuat sesuatu
apa pun, sedang mereka sendiri dibuat. Mereka adalah benda mati tidak hidup,
dan mereka tidak sadar bilakah mereka (para penyembahnya) akan
dibangkitkan. "

Setelah a y a t - a y a t y a n g lalu m e m b u k t i k a n b e t a p a kesempurnaan


kekuasaan Allah swt. dan betapa hebat penciptaan-Nya, limpahan anugerah
dan i l m u - N y a , sehingga Dia benar-benar wajar dipertuhan dan disembah,
kini ditegaskan betapa berhala-berhala y a n g disembah oleh kaum musyrikin
sama sekali tidak berdaya sehingga tidak wajar disembah. T i d a k ada satu
dalih pun y a n g m e n d u k u n g penyembahan mereka, dan apa-apa, yakni
herhah-hzrha]'Ayang mereka seru, yakni beribadah dan memohon bantuannya
selain Allah, Tuhan y a n g m e n y a n d a n g segala sifat kesempurnaan, berhala-
berhala itu tidak dapat membuat apalagi mencipta sesuatu apa pun, sedang
mereka, yakni berhala-berhala itu sendiri dibuat orang, bahkan dibuai oleh
siapa yang menyembah dan meminta pertolongannya itu. Dengan demikian,
mereka tidak memberi sedikit nikmat pun. Berhala-berhala itu bukan hanya
t i d a k wajar d i p e r t u h a n d a n d i s e m b a h k a r e n a m e r e k a t i d a k m e m i l i k i
k e m a m p u a n dan pengetahuan, bahkan mereka, yakni berhala-berhala itu,
adalah benda mati b u k a n mati dalam arti tidak bermanfaat tetapi benar-
benar mati dalam arti bukan m a k h l u k - m a k h l u k hidup, y a k n i y a n g dapat
mengetahui, merasa, t u m b u h , atau bergerak sendiri, dan mereka, yakni
berhala-berhala yang disembah itu tidak sadar bilakah mereka, yakni para
p e n y e m b a h n v a akan dibangkitkan. Dan kalau mereka tidak tahu dan tidak
sadar kapan akan dibangkitkan, tentu mereka juga tidak dapat memberi balasan
dan ganjaran kepada y a n g menyembah atau tidak m e n y e m b a h n y a .
KELOMPOK 2

AYAT 22-40

557
558 S u r a h a n - N a h l [16]
S u r a h a n - N a h l [16] 559

^ l ^ ^ o j j ^ b o ^ ^ C ^ I i S #-L^_3i r^3-^^ Jiij


560 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k II A y a t 2 2 - 2 3

AYAT 2 2 - 2 3

"Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak
beriman kepada akhirat, hati mereka ingkar, sedangkan mereka adalah orang-
orang yang sombong. Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.

Kalau kelompok ayat y a n g lalu berbicara tentang keesaan Allah swr. dan
bukti-bukti kekuasaan-Nya setelah sebelumnya mengancam tentang kepastian
kedatangan Kiamat atau janji-janji-Nya m e m e n a n g k a n kaum m u s l i m i n ,
kelompok ayat berikut m e n g u r a i k a n kebejatan sifat-sifat k a u m m u s y r i k i n ,
k e b u r u k a n sikap, ucapan, dan perbuatan mereka sambil m e m b u k t i k a n
kesalahan-kesalahan mereka. Demikian lebih kurang T h a b a t h a b a i .
M e m a n g , bukti-bukti tentang keesaan Allah dan kewajaran-Nya u n t u k
dipertuhan dan disembah telah dipaparkan sedemikian jelas, demikian juga
bukti-bukti tentang kelemahan selain-Nya. Jika d e m i k i a n , tentulah Tuhan
kamu, wahai semua makhluk, adalah Tuhan Yang Maha Esa dalam Zat,
sifat, dan perbuatan-Nya dan wajib juga diesakan dalam beribadah kepada-
Nya. Dan jika demikian, jelas sudah bukti-bukti itu, maka sebenarnya orang-
orangyang tidak beriman kepada keesaan Allah dan hari Akhirat, hati mereka
ingkar, yakni sangat mantap dalam mengingkari hakikat-hakikat kebenaran
atas dasar keras kepala semata-mata, sedangkan ?nereka adalah ora?ig-orang
yang sangat sombong.

Boleh jadi ada di antara k a u m musyrikin itu y a n g menolak dinamai


sombong dan berkata bahwa mereka menolak apa y a n g disampaikan oleh
Nabi saw. semata-mata karena apa y a n g disampaikan itu keliru. Nah, u n t u k
itu, ayat ini menegaskan bahwa tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya
Allah y a n g pengetahuan-Nya m e n c a k u p segala sesuatu mengetahui apa yang
mereka rahasiakan, y a k n i b a h w a mereka berbohong dalam ucapan mereka
itu dan bahwa mereka menolak kebenaran tidak lain kecuali karena keras
kepala dan Allah mengetahui juga apa yang mereka lahirkan. Karena itu,
K e l o m p o k II A y a t 2 4 - 2 5 S u r a h a n - N a h l [16] 561

AJI ah menilai mereka sombong dan keras kepala. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai, yakni tidak m e l i m p a h k a n anugerah dan ganjaran y a n g bersifat
khusus bagi orang-orang yang sombong, yakni yang jiwa mereka telah dipenuhi
oleh k e a n g k u h a n dan telah terbukti keangkuhan itu dalam tingkah laku
mereka.
Kata ( ^j*r ^ ) la jararna, w a l a u d i p e r s e l i s i h k a n asal k a t a n y a dan
penggunaannya, pakar-pakar bahasa sepakat memahaminya dalam arti '"pasti".
Penggalan ayat ini m e n g a n d u n g ancaman, y a k n i Allah pasti mengetahui
perbuatan dan isi hati mereka sehingga Allah akan memberi balasan y a n g
setimpal atas pengingkaran mereka terhadap kebenaran dan atas kesombongan
mereka kendati mereka m e n y e m b u n y i k a n n y a .

AYAT 2 4 - 2 5

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Apakah yang telah diturunkan


Tuhan kamu?" mereka menjawab, "Dongeng-dongejig orang-orang dahulu."
Sehingga mereka memikul dosa-dosa mereka secara sempurna pada Hari
Kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang-orang yang mereka sesatkan tanpa
pengetahuan. Ingatlah, amat buruk apa yang mereka pikul itu. "

Saiah satu bukti kesombongan mereka adalah penolakan terhadap al-


Q u r ' a n . W a h y u - w a h y u Ilahi ini sedemikian indah dan memesona kalimat-
kalimat dan k a n d u n g a n n y a . Seluruh manusia, termasuk mereka, ditantang
untuk membuat s e m a c a m n y a — j i k a mereka meragukan k e b e n a r a n n y a —
namun d e m i k i a n mereka tetap berkeras menolak percaya. Dan apabila
dikatakan kepada mereka oleh siapa pun, Apakah yang telah diturunkan
Tuhan y a n g selama ini selalu berbuat baik dan memelihara kamu?" mereka
menjawab, "Tidak ada y a n g d i t u r u n k a n oleh Allah. Yang disampaikan Nabi
M u h a m m a d saw. itu adalah dongeng-dongeng orang-orang dahulu. "Mereka
m e n y a t a k a n d e m i k i a n , p a d a h a l m e r e k a t a h u persis b a h w a apa y a n g
disampaikan Nabi M u h a m m a d saw. itu adalah firman-firman Allah vang
tidak seorang pun—bahkan walau dengan bekerja s a m a — m a m p u menyusun
562 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k II A y a t 2 4 - 2 5

y a n g serupa d e n g a n n y a . Sehingga ucapan dan sikap keras kepala serta


kesombongan mereka itu mengakibatkan mereka sesar dan harus memikul
dosa-dosa mereka secara sempurna pada Hari Kiamat tanpa sedikit pun
diampuni atau diringankan Allah, dan ucapan serta sikap mereka itu juga
menyesatkan orang lain sehingga mereka pun harus m e m i k u l sebagian dosa-
dosa orang-orang yang mereka sesatkan tanpa pengetahuan, yakni tanpa yang
disesatkan itu mengetahui sedikit pun bahwa mereka disesatkan dan dosa
y a n g disesatkan itu tidak juga berkurang walau telah dipikul oleh yang
menyesatkannya. Ingatlah, amat buruk apa, yakni dosa, yang mereka pikul
itu.

Firman-Nya: ( ^ JJ lii ) idza qila lahumlapabila dikatakan kepada


mereka, di samping mengisyaratkan bahwa siapa pun. yang berkata demikian
jawaban mereka selalu sama, juga mengisyaratkan bahwa ucapan itu selalu
mereka sampaikan kepada siapa pun. Dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa
ketika kaum musyrikin Mekkah menyadari betapa besar pengaruh al-Qur'an
terhadap masyarakat dan pemeluk Islam, dari hari ke hari semaian bertambah,
serta masyarakat Arab y a n g melaksanakan haji j u g a banyak yang bertanya-
tanya tentang Nabi M u h a m m a d saw. dan apa yang beliau s a m p a i k a n —
menghadapi kenyataan itu—•mereka berupava menampilkan sesuatu y a n g
buruk m e n y a n g k u t a k Q u r an. Belasan orang telah mereka tugaskan untuk
memutarbalikkan fakta tentang wahyu Ilahi dan Nabi M u h a m m a d saw. Sekali
mereka menyatakan bahwa beliau penyihir, di kali lain penyair, di kali ketiga
gila. D e m i k i a n j u g a dengan al-Qur'an; sekali mereka nyatakan ia syair, di
kali lain dongeng masa lampau, dan lain-lain.

Kata ( j'-jji ) awzar adalah bentuk j a m a k dari kata f \\j ) ivizrvung asal
katanya berarti berat. Gununtr memberi kesan sesuatu yantr berat dan besar—
bahkan demikian itulah hakikat keadaannya—-karena itu ia dinamai wizr.
:
Demikian juga "menteri" dinamai u azir karena jabatan ini mengandung satu
tanggung jawab besar dan berai, baik kepada raja/presiden m a u p u n kepada
Tuhan. Dosa dinamai wizr karena seseorang yang berdosa merasakan di dalam
jiwanya sesuatu yang berat, berbeda halnya dengan kebajikan. Di samping
itu, "dosa" akan menjadi sesuatu yang sangat berat dipikul oleh pelakunya di
hari Kemudian.
K e l o m p o k II A y a t 2 4 - 2 5 S u r a h a n - N a h l [161 563

K a t a ( u^tf ) kamilah'/sempurna, m e n u r u t p a k a r tafsir, a r - R a z i ,


mengisyaratkan terbukanya kemungkinan yang cukup besar bagi orang-orang
m u k m i n untuk diampuni dosa-dosa mereka karena seandainya kemungkinan
itu tidak ada maka tentu tidak ada pula artinya menegaskan di sini bahwa
dosa-dosa orang kafir itu akan mereka pikul secara sempurna. Thabathaba'i
berpendapat lain. M e n u r u t n y a , kata kamilah/sempurna berfungsi menolak
dugaan yang boleh jadi timbul dari pemahaman avat ini bahwa mereka yang
mengajak kepada kedurhakaan itu hanya akan memikul sebagian dosa mereka
dan sebagian dari dosa yang mengikutinya. Padahal, tidak demikian halnya.
Mereka akan memikul semua dosa mereka. N a m u n , itu bukan berarti bahwa
tidak ada dosa mereka y a n g ditoleransi oleh Allah swt. atau dikurangi melalui
bencana yang jatuh atas mereka, atau akibat adanya semacam kebaikan yang
mereka lakukan dan ini menjadi penyebab terhapus atau berkurangnya dosa-
dosa mereka. D e m i k i a n lebih kurang I'habathaba'i.

Apa yang dikemukakan Thabathaba'i ini agaknya cukup beralasan. Dalam


buku penulis, Menyingkap Tabir Ilahi, ketika menjelaskan makna sifat Allah
al-'Afuww antara lain penulis k e m u k a k a n bahwa jangan menduga Allah swt.
hanya memaafkan pelaku dosa y a n g terpaksa atau tak tahu. Dan jangan duga
bahwa Dia selalu m e n u n g g u y a n g bersalah untuk m e m i n t a maaf. Tidak!
Sebelum manusia meminta maaf, Allah telah memaafkan banyak hal. Bukan
h a n y a Rasul saw. y a n g dimaafkan sebelum beliau m e m i n t a maaf ( Q S . at-
l a ubah [9]: 4 3 ) , tetapi orang-orang durhaka pun. Dengarkanlah firman Yang
M a h a Pemaaf itu.

"Jika Dia menghendaki Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-
kapal itu terhenti di permukaannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bagi setiap orang yang banyak bersabar
dan banyak bersyukur; atau kapal-kapal itu dibinasakan-Nya karena perbuatan
mereka atau Dia memaafkan sebagian besar (dari mereka)" (QS. asy-Syura
142]: 3 3 - 3 4 ) .
564 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k II A y a t 2 4 - 2 5

Bahwa mereka m e m i k u l juga sebagian dosa-dosa orang-orang vang


mengikuti mereka karena siapa yang mengajak kepada kebaikan, ganjarannya
s a m a d e n g a n y a n g m e n g e r j a k a n n y a . Nabi saw. bersabda, " S i a p a y a n g
m e m u l a i / m e r i n t i s d a l a m Islam satu k e b a i k a n , d i a a k a n memeroleh
ganjarannya dan ganjaran orang-orang yang mengerjakan sesudahnya tanpa
sedikit pun berkurang ganjaran mereka (yang mengerjakan sesudah perintis
itu), dan siapa vang memulai dalam Islam satu dosa maka dia akan memeroleh
dosanya dan dosa orang-orang yang mengerjakan sesudahnya tanpa sedikit
pun berkurang dosa mereka (yang mengerjakan sesudah perintis i t u ) " (HR.
M u s l i m ) . Hadits lain menyatakan bahwa: Tidak seorang pun yang terbunuh
secara aniaya, kecuali atas putra A d a m yang pertama (Qabil yang m e m b u n u h
saudaranya Habil) tanggung j a w a b dari dosa p e m b u n u h a n itu karena dia
adalah y a n g pertama melakukan p e m b u n u h a n secara aniaya. (HR. Bukhari
dan M u s l i m melalui Ibn Ylas'ud).

Bahwa ayat di atas hanya berkata sebagian karena yang mengikuti mereka
itu m e m i k u l juga dosa-dosa y a n g lam y a n g bukan bersumber dari ajakan
orang-orang kafir penyesat itu.
Bahwa orang y a n g mereka sesatkan m e m i k u l d o s a — w a l a u p u n mereka
ridak mengetahui atau dalam istilah ayat di atas ( J ^ J ) bighairi 'iim-—
karena pada h a k i k a t n y a mereka telah dianugerahi potensi oleh Allah swt.
untuk mengetahui, penjelasan-penjelasan pun sudah sedemikian banyak dan
gamblang. N a m u n , mereka tidak m e n g g u n a k a n potensi itu, tidak juga
menghiraukan penjelasan y a n g berulang-ulang itu. Benar, bahwa seseorang
u d a k d i t u n t u t m e m p e r t a n g g u n g j a w a b k a n hal-hal y a n g berada di luar
pengetahuannya, tetapi dia tetap dituntut menyangkut hal-hal yang dia tidak
ketahui jika seandainya k e t i d a k t a h u a n n y a itu akibat kecerobohan atau
keengganan menggunakan potensinya.
Ibn 'Asyur memahami kata bighairi 'ilm (tanpa pengetahuan) sebagai
berfungsi m e n g g a m b a r k a n betapa buruk penyesatan para pendurhaka itu.
Kata ini m e n u r u t n y a bukanlah syarat, yakni pembatasan, karena tidak ada
penyesatan kecuali bila yang disesatkan tidak mengetahui secara keseluruhan
atau paling tidak sebagian dari bahan penyesatan itu.
K e l o m p o k II A y a t 2 6 S u r a h a n - N a h l [16] 565

AYAT 2 6

"Sungguh orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan makar,


Allah mendatangi bangunan-bangunan mereka dari fondasi-fondasinya, lalu
atap jatuh menimpa mereka dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka
dari tempat yang tidak mereka sadai
iri.

Setelah ayat-ayat y a n g lalu berbicara tentang kesesatan dan penyesatan


yang dilakukan k a u m musyrikin itu, kini mereka diancam dengan siksa y a n g
pernah dialami oleh u m a t - u m a t durhaka sebelum mereka. M e m a n g , apa
yang dilakukan k a u m musyrikin terhadap al-Qur'an dan Rasul saw. itu adalah
makar, tidak j a u h berbeda dengan sikap para pendurhaka masa-masa lalu.
Sungguh orang-orang kafir u m a t para nabi yang sebelum mereka, antara lain
yang mereka lihat bekas-bekas peninggalannya, telah mengadakan pula makar,
y a k n i tipu daya u n t u k m e m a d a m k a n ajaran Aliah, maka Allah mendatangi,
yakni m e n g h a n c u r k a n bangunan-bangunan mereka dari fondasi-fondasinya,
lalu atap b a n g u n a n - b a n g u n a n itu jatuh menimpa mereka dari atas sehingga
mereka tertimbun, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang
tidak mereka sadari. Ini karena mereka m e n d u g a makar dan bangunan yang
mereka bangun dapat m e l i n d u n g i mereka, tetapi ternyata justru itu y a n g
membinasakan mereka, apalagi kehancuran bangunan itu datang dari fondasi
y a n g tidak dilihat. B u k a n k a h fondasi tertanam di bawah tanah?

Kata ( ) rnakr/makar dalam bahasa al-Qur'an berarti "Sesuatu yang


mengalihkan pihak lain dari apa yang dikehendaki dengan cara tersembunyi
(tipu daya)." Kata ini pada m u l a n y a digunakan untuk menggambarkan
k e a d a a n sekian b a n y a k d a u n dari suatu pohon y a n g lebat y a n g saling
berhubungan satu sama lain sehingga tidak diketahui pada dahan mana daun-
daun itu bergantung. Dari sini, kata makar d i g u n a k a n u n t u k sesuatu y a n g
tidak jelas. Seseorang yang m e l a k u k a n makar terhadap orang lain berarti dia
relah m e l a k u k a n suatu kegiatan yang tidak jelas hakikatnya bagi orang y a n g
menjadi sasaran perlakuan pelaksana makarnya itu. A g a k n y a , apa y a n g
dilakukan k a u m musyrikin dalam penyesatan mereka itu, mereka tampakkan
566 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k 11 A y a t 2 7

dalam bentuk nasihat yang tulus, padahal tujuan mereka adalah menghambat
tersebarnya ajaran al-Qur'an dan menghalangi berpancarnya cahaya Ilahi.
Karena itu, upaya tersebut dinamai makar.
Firman-Nya: ( ^ J y> J£-^\ H^-LP y* -u-W^ j * ^ L u &\ ) fa ata
AUM) bunyanahum min al-qawa 'idifakharra 'alaihim as-saqfu minfawqihiml
maka Allah mendatangi bangunan-bangunan mereka dari fondasi-fondasinya,
lalu atap jatuh menimpa mereka dari atas d i p a h a m i oleh beberapa ulama,
semacam Ibn Jarir ath-Thabari dan M u h a m m a d S a y y i d T h a n t h a w i , dalam
arti yang sebenarnya, yakni benar-benar mereka ditimpa oleh atap bangunan/
r u m a h mereka. Tetapi, a g a k n y a pendapat y a n g lebih kuat adalah y a n g
m e m a h a m i redaksi tersebut dalam arti m ^ z i / k i a s a n . Yakni, orang-orang
kafir itu mengatur rencana buruk untuk para nabi. Rencana mereka sungguh
matang, segala langkah telah mereka ambil dan telah siap untuk dilaksanakan,
tetapi tiba-tiba gagak Hal itu diibaratkan seperti keadaan seseorang y a n g
membangun bangunan. Mereka menggali fondasi untuk tegaknya tiang-tiang
dan menyelesaikan bangunan itu hingga rampung atapnya dan siap dihuni,
tetapi tiba-tiba terjadi bencana, y a k n i bangunan runtuh akibat g e m p a yang
menghancurkan fondasi bangunan.

Kata al-qawaid dapat d i p a h a m i dalam arti fondasi dan dapar


juga berarti tiang-tiang penyanggah bangunan y a n g menopang atap.

AYAT 2 7

Kemudian Allah menghina mereka di Hari Kiamat, dan berfirman, "Di


manakah sekutu-sekutu-Ku yang kamu selalu memusuhi mereka?" Telah
berkata orang-orang yang telah diberi ilmu, "Sesungguhnya kehinaan pada
hari ini dan azab ditimpakan atas orang-orang kafir itu. "

j a n g a n duga siksa yang akan m e n i m p a mereka hanya terbatas di d u n i a


ini. Tidak!
Kemudian, setelah siksa d u n i a w i itu, ada siksa y a n g lebih keras—walau
belum segera—yaitu Allah akan menghina mereka di Hari Kiamat, yakni
K e l o m p o k II A y a t 27 S u r a h a n - N a h l [16] 567

menyiksa dengan siksaan y a n g pedih, lahir dan batin, dam ketika itu Allah
akan berfirman mengecam mereka, "Di manakah sembahan-sembahan yang
k a m u jadikan sekutu-sekutu-Ku itu,yangWarena. membelanya dan mengakui
k e t u h a n a n n y a kamu selalu memusuhi mereka, y a k n i m e m u s u h i para nabi
dan orang-orang m u k m i n ? " Telah berkata, yakni pasti akan menjawab secara
spontan, orang-orang yang telah diberi ilmu dan memanfaatkan ilmunya secara
benar bahwa: "Sesungguhnya kehinaan pada hari ini, yakni Hari Kiamat,
dan azab ditimpakan atas orang-orang kafir y a n g telah mendarah daging
kekufuran dalam diri mereka.
Kata ( j y U j ) tusyaqqiin terambil dari kata ( J i ) syaqqa, yakni membelah
sesuatu dan memisahkan dari bagiannya. Dari sini, ia digunakan dalam arti
perselisihan, perbedaan, dan permusuhan menyangkut hal-hal yang semestinya
tidak diperselisihkan. Kemusyrikan para pendurhaka mestinya tidak terjadi.
M e r e k a seharusnya m e n y a t u dan b e r h u b u n g a n harmonis d e n g a n para
penganut tauhid karena tauhid adalah fitrah yang menghiasi jiwa semua
manusia. E)engan kemusyrikan itu. mereka membelah persatuan kemanusiaan
dan memisahkan diri. Keterbelahan dan keterpisahan itu menjadikan kedua
pihak bagaikan tidak dapat m e n y a t u lagi.
Yang dimaksud dengan ( ^UJl \y>^ ) ulu al-'ilmlorang-orang yang telah
diberi ilmu a d a l a h para nabi dan rasul serta o r a n g - o r a n g mukmin.
Thabathaba'i m e m a h a m i istilah ini dalam arti orang-orang yang memiliki
pengetahuan mendalam tentang hakikat tauhid. Apalagi ayat ini menjelaskan
bahwa mereka itu menyampaikan hal tersebut di hari Kemudian, padahal di
hari Kemudian nanti tidak semua orang dapat berbicara. Ketika itu. tidak
ada y a n g berbicara, kecuali yang diizinkan Allah, dan apa yang mereka
T
sampaikan adalah kebenaran (baca Q S . \ a b a ' [781: 3 8 ) . Suatu ucapan tidak
dapar disifati dengan kebenaran dalam makna yang sebenarnya kecuali yang
pengucapnya terpelihara dari kesalahan, ketidakwajaran, dan kebatilan. Dan
seseorang tidak terpelihara dalam ucapannya kecuali apabila terpelihara pula
dalam perbuatan dan dalam p e n g e t a h u a n n y a . D e n g a n d e m i k i a n , y a n g
d i m a k s u d dengan (itu al-'ilm-—-tulis Thabathaba i menyimpulkan—adalah
orang-orang yang tidak melihat kecuali /W/, tidak melakukan kecuali yang
/ w / d a n tidak berucap kecuali vang/W/.
568 S u r a h a n - N a h l [161 K e l o m p o k II A y a t 2 8 - 2 9

T i d a k dapat disangkal bahwa siapa y a n g disebut oleh Thabathaba'i di


atas termasuk orang-orang yang telah diberi ilmu, n a m u n d e m i k i a n — h e m a t
penulis—itu bukan berarti hanya mereka yang dimaksud oleh ayat ini. Tidak
ada petunjuk y a n g m e n y a t a k a n bahwa hanya mereka. Di sisi lain, ada juga
orang-orang selain mereka yang diizinkan berbicara di hari Kemudian.
B u k a n k a h sekian b a n y a k ayat y a n g menginformasikan bahwa orang-orang
kafir berbicara paling tidak sebelum atau pada saat-saat pertama mereka disiksa
di neraka?
Ayat di atas tidak m e n g g u n a k a n kata ( j ) wafdan sebelum kata ( Jl3 J
qalaltehth berkata untuk mengisyaratkan spontanitas mereka menjawab, yakni
p a d a saat k a u m m u s y r i k i n t e r d i a m b u n g k a m k a r e n a telah t e r b u k t i
kedurhakaan mereka. Di sisi lain, kata qalaltelah berkata menggunakan bentuk
kata kerja masa lampau, w a l a u p u n jawaban tersebut baru akan disampaikan
di hari Kemudian. Ini u n t u k m e n u n j u k k a n kepastian jawaban itu seakan-
akan karena pastinya maka ia telah diucapkan.

AYAT 2 8 - 2 9

"Orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan zalim


terhadap diri mereka, lalu mereka menyerahkan diri, 'Kami sekali-kali tidak
mengerjakan suatu kejahatan pun. 'Tidak! Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan. Maka, masukilah pintu-pintu
(neraka) Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka, amat buruk tempat orang-
orangsombong. "

Ayat ini bukan lanjutan ucapan orang-orang y a n g diberi pengetahuan


yang disinggung oleh ayat y a n g lalu, tetapi ia penjelasan lebih jauh tentang
k a u m musyrikin vang enggan mengesakan Allah swt. Ayat ini menjelaskan
lebih jauh siksa y a n g akan mereka alami. Kalau ayat 2 6 menjelaskan siksa
duniawi, dan ayat 27 menjelaskan siksa ukhrawi, ayat ini menjelaskan keadaan
mereka antara dunia dan akhirat, atau tepatnya pada saat kematian mereka,
sebelum masuk ke neraka.
K e l o m p o k II A y a t 2 8 - 2 9 S u r a h a n - N a h l [16] 569

Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang yang dimatikan oleh para


malaikat dalam keadaan zalim terhadap diri mereka sendiri, lalu mereka
menyerahkan diri kepada Allah, t u n d u k dan patuh, tetapi pada saat y a n g
sudah tidak berguna lagi kepatuhan, atau menyerah kepada malaikat y a n g
mencabut nyawa mereka dalam keadaan tidak berdaya sama sekali sambil
berkata, "Kami sekali-kali tidak mengerjakan suatu kejahatan pun. " M a l a i k a t
menjawab, " 7 / ^ ^ / Y a k n i tidak seperti apa yang kamu katakan! Sesungguhnya
kamu benar-benar telah melakukan banyak kejahatan dan dosa, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang telah dan terus-menerus kamu kerjakan. "
Maka, masukilah, wahai para pendurhaka, pmtu-pintu neraka Jahanam atau
tingkat-tingkatnya masing-masing sesuai dengan kedurhakaan k a m u , lalu
tinggallah di neraka itu d a l a m keadaan kamu kekal di dalamnya. Maka,
sungguh amat buruklah, tempat orang-orangsombongitu.
Kata ( ) alladzina, yang diterjemahkan dengan orang-orang dan yang
merupakan kata pertama pada ayat di atas, diperselisihkan oleh para ulama.
Ada u l a m a y a n g menunjuk kepada ayat 22 y a n g lalu y a n g menyatakan:
(a jL* jil oyr^iii o_pjj *i ) fa alladzina Id yuminima bi al-akhirati
(pdiibuhum munkiratunlmaka orang-orangyang tidak beriman kepada akhirat,
hati mereka ingkar, yakni orang-orang itulah yang akan mengalami nasib
seperti bunyi ayat y a n g ditafsirkan ini. A d a juga yang menunjuk kepada
(j i ) al-mutakabbirin, dan ada lagi y a n g menyisipkan kata ( ) huml
mereka dalam arti para pendurhakayang diuraikan keburukan-keburukannya
adalah mereka orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan
zalim... dan seterusnya.
Rujuklah ke ayat 4 3 dan 4 4 surah al-Hijr u n t u k mengetahui lebih jauh
12
makna pintu-pintu neraka.
Kata ( ^ ) bala yang diterjemahkan "tidak''di atas serupa dengan kata
( ) naam, h a n y a saja kata bala digunakan untuk m e m b e n a r k a n satu
pertanyaan atau pernyataan setelah terlebih dahulu menghapus bentuk negasi
jika negasi terdapat dalam pertanyaan atau pernyataan itu. Di sini, kaum
musvrikin menyatakan bahwa mereka tidak melakukan satu dosa pun.

1 1
Baca kembali halaman 468.
570 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k II A y a t 30-31

Dengan bala, terhapus negasi itu lalu dibenarkan olehnya. Sehingga, jawaban
i t u m e n y a t a k a n : K a l i a n b u k a n n y a t i d a k m e l a k u k a n dosa! K a l i a n
melakukannya!
Penutup ayat 2 9 di atas m e n g g u n a k a n kata ( j,y£A\) al-mutakabbirhu
berbeda dengan ayat 2 3 yang menggunakan kata ( j , ) al-mustakbirin.
Kedua m a k n a kata itu sejalan walau dari segi bahasa kata al-mustakbirin
mengisyaratkan bahwa y a n g bersangkutan merasa besar dan a n g k u h serta
m e n a m p a k k a n k e a n g k u h a n n y a kepada pihak lain, sedang al~mutakabbirin
adalah yang a n g k u h walau tidak m e n a m p a k k a n k e a n g k u h a n itu dalam
kenyataan. Kaum musyrikin y a n g dibicarakan oleh ayat 2 3 adalah y a n g
menampakkan keangkuhannya, sedang ayat 29 menyatakan bahwa jangankan
y a n g m e n a m p a k k a n keangkuhan, vang angkuh pun tidak wajar m e n g h u n i
surga. Dalam konteks mi, Nabi saw. bersabda, " T i d a k akan masuk surga
siapa yang terdapat dalam hatinya walau sebesar dzarrah dari keangkuhan.'"

AYAT 30-31

"Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa, 'Apakah yang telah


diturunkan Tuhan kamuT Mereka menjawab, 'Kebajikan. Bagi orang-orang
yang berbuat baik di dunia ini kebaikan. Dan sesungguhnya negeri akhirat
lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang-orang bertakwa. Surga-
surga Adn mereka akan masuki, mengalir di bawahnya sungai-sungai. Bagi
mereka apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah membalas orang-
orang bertakwa. "

S e t e l a h m e n j e l a s k a n sikap o r a n g - o r a n g kafir t e r h a d a p apa y a n g


diturunkan Allah, yakni a h Q u r ' a n serta kesudahan mereka kelak di hari
Kemudian, kini dan sebagaimana kebiasaan a k Q u r ' a n menggandengkan
sesuatu dengan lawannya, melalui ayat-ayat ini dijelaskan sikap kaum beriman.
Di sini dinyatakan: Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa yang
selalu berupaya melaksanakan perintah .Allah sesuai kemampuan mereka dan
menjauhi semua larangau-Nya, Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhan
K e l o m p o k II A y a t 3 0 - 3 1 S u r a h a n - N a h l [16] 571

kamu?"Mereka menjawab, "AJIah telah menurunkan kebajikan. "Selanjutnya,


mereka memerinci sedikit dari m a k n a kebajikan itu, yakni: bagi orang-orang
beriman yang berbuat baik di dunia ini, yakni semasa hidup mereka di dunia,
pasti mendapat kebaikan, yakni pembalasan yang baik. Dan sesungguhnya,
di samping balasan d u n i a w i itu, ada lagi ganjaran ukhrawi dan y a n g akan
mereka peroleh di negeri akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik
tempat kediaman bagi orang-orang bertakwa. Balasan baik itu antara lain adalah
surga-surga Adn, yang mereka akan masuki, mengalir di bawahnya sungai-
sungai. Ba^i mereka secara khusus apa yang mereka, kehendaki. Demikianlah
Allah membalas orang-orang bertakwa, yakni y a n g mantap k e t a k w a a n n y a .

Ayat di atas sedikit berbeda dalam redaksinya dengan redaksi yang


digunakan oleh ayat 24 y a n g melukiskan keadaan para pendurhaka. Di sana,
a w a l n y a m e n g g u n a k a n kara ( iji ) idzd, yakni apabila, sedang pada ayat ini
tanpa kata tersebut. Hal ini, menurut al-I3iqa'i, untuk mengisyaratkan bahwa
orang-orang bertakwa itu sungguh merasa ridhadan puas walau dengan sedikit
kebajikan vang mereka peroleh dan walaupun tidak berulang-ulang. Di sisi
lain, ada persesuaian antara pertanyaan y a n g diajukan dan jawaban y a n g
disampaikan oleh orang-orang bertakwa itu. Karena itu, mereka c u k u p
berkata ( \ ) khairan/keba/ikan y a n g dari segi tata bahasa berkedudukan
sebagai objek dari satu kalimat y a n g tidak disebut, y a k n i Allah menurunkan
kebajikan. Adapun para pendurhaka, mereka tidak menyesuaikan pertanyaan
dengan jawaban. Karena itu, jawaban mereka t j J j ^ i j>^LJ ) asath'iru al-
awwalin tidak berkedudukan sebagai objek. Seakan-akan mereka berkata,
' A p a y a n g k a m u kira d i t u r u n k a n oleh Allah sebenarnya bukanlah sesuatu
y a n g diturunkan, tetapi ia adalah dongeng-dongeng masa lalu."

Thabathaba'i m e m a h a m i p e n g u l a n g a n kata taqwa pada ayat 30 ini—-


yakni yang pertama f i j , j j i ) alladzina ittaqau dan yang kedua ( ) al-
muttaqin—sebagai isyarat tentang siapa yang ditanya itu. Yakni mereka adalah
y a n g menghiasi secara terus-menerus diri mereka dengan ketakwaan, yakni
orang-orang yang sempurna intannya. Demikian juga halnya kaum musyrikin
yang dibicarakan oleh ayat 24. Mereka adalah orang-orang yang sangat mantap
kekufuran mereka. M e r e k a adalah al-mustakbirin.
572 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k II A y a t 32

AYAT 32

Orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka
mengatakan : "Salamun 'Alaikum, masuklah ke surga sebagai imbalan apa
yang telah kamu kerjakan. "

Selanjutnya, k e a d a a n m e t e k a d i l u k i s k a n sebagai orang-orang y a n g


mempertahankan ketakwaan mereka hingga akhir umurnya sehingga, dengan
demikian, mereka, yakni orang-orang yang bertakwa itu, dimatikan oleh para
malaikat dalam keadaan baik, mereka, y a k n i para m a l a i k a t , senantiasa
mengatakan kepada mereka: "Salamun 'Alaikum, masuklah ke surga sebagai
imbalan apa, yakni amal-amal baik, yang telah kamu kerjakan ketika k a m u
hidup di d u n i a . "
Kata ( ) thayyibin adalah b e n t u k j a m a k dari kata ( ) thayyib.
Kata ini d i p a h a m i j u g a d a l a m arti b e b a s n y a sesuatu dari segala y a n g
mengeruhkannya. J i k a v \ n d a menyifati kehidupan dengan sifat ini, itu berarti
bahwa kehidupan itu n y a m a n dan sejahtera, tidak disentuh oleh rasa takut
atau sedih, j i k a ia menyifati ucapan seperti u n g k a p a n al-qawl ath-thayyib
(ucapan yang baik), itu berarti kata-kata y a n g halus, enak didengar, tidak
m e n g a n d u n g kebohongan, serta baik susunan kalimatnya.
Bahwa orang-orang bertakwa dimatikan dalam keadaan thayyibin berarti
b a h w a mereka mati dalam keadaan y a n g sangat baik. K e m a t i a n n y a tidak
disettai oleh sesuatu y a n g mengeruhkannya. M e r e k a akan terhindar dari su'
al-khdtimah dan kesulitan sakratulmaut. Berbeda dengan orang-orang yang
meninggal dalam keadaan menganiaya diri mereka, mereka akan mati dalam
keadaan sangat sulit. M a l a i k a t akan mencabut ruh mereka dengan paksa dan
ruhnya akan berpisah dengan badannya dalam keadaan m u s y r i k atau penuh
dosa.
Rujuklah ke Q S . Yunus [ 1 0 ] : 1 0 u n t u k m e m a h a m i lebih jauh m a k n a
23
ucapan para malaikat i t u .

Rujuk volume 5 halaman 340.


K e l o m p o k II A y a t 3 3 - 3 5 S u r a h a n - N a h l [16] 573

AYAT 3 3 - 3 4

"Tidak ada yang mereka tunggu selain kedatangan para malaikat kepada
mereka atau datangnya perintah Tuhanmu. Begitulah yang telah diperbuat
oleh orang-orang sebelum mereka, padahal Allah tidak menganiaya mereka,
akan tetapi, merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Maka mereka
ditimpa oleh kejahatan perbuatan mereka dan mereka diliputi oleh apa yang
selalu merekaperolok-olokkan. "

Setelah m e m b a n d i n g k a n keadaan orang-orang kafir dan orang-orang


bertakwa, ayat ini kembali m e n g u r a i k a n tentang orang-orang kafir, dengan
m e n y a t a k a n bahwa: Tidak ada yang mereka tunggu, y a k n i orang-orang kafir
yang enggan percaya itu, selain kedatangan para. malaikat m e m b a w a siksa
kepada mereka atau datangnya perintah, y a k n i ketentuan, Tuhanmu tanpa
melibatkan malaikat. Sebenarnya apa yang mereka lakukan itu bukanlah hal
baru karena juga kedurhakaan yang telah diperbuat oleh orang-orang
kafir sebelum mereka, k a u m musyrikin M e k a h itu, padahal Allah tidak
menganiaya mereka. Allah telah menjelaskan kepada mereka jalan yang baik
dan b u r u k dan telah m e n g a n u g e r a h k a n mereka akal dan potensi untuk
memilah dan memilih, akan tetapi mereka enggan dan keras kepala sehingga
pada h a k i k a t n y a merekalah yang selalu menganiaya diri mereka sendiri dan,
dengan d e m i k i a n , mereka wajar disiksa dan pada akhirnya maka mereka
ditimpa oleh akibat kejahatan perbuatan mereka dan mereka diliputi, oleh
apa, y a k n i tidak dapat menghindari dari siksa yang selalu mereka perolok-
olokkan dan m e m i n t a agar dipercepat kedatangannya.

AYAT 35

"Dan orang-orang musyrik berkata: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami


tidak menyembah sesuatu apa pun selain Dia—baik kami maupun bapak-
bapak kami—dan tidak puhi kami mengharamkan sesuatu pun tanpa (izin)-
574 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k II A y a t 3 5

Nya. " Begitulah yang diperbuat orang-orang sebelum mereka; makatidak ada
kewajiban atas para rasuk selain penyampaian yang terang. "

Ayat ini melanjutkan ucapan-ucapan btiruk k a u m musyrikin setelah ayat


y a n g lalu menyebut ucapan buruk terhadap apa y a n g diturunkan Allah swt.
Ayat ini menyatakan bahwa: Dan orang-orang musyrik berkata: "Jika Allah
menghendaki k a m i tidak m e n y e m b a h selain-Nya niscaya kami tidak akan
menyembah sesuatu apa pun selain Dia—baik kami maupun bapak-bapak
kami-—vakni leluhur kami yang k a m i ikuti tradisinya m e n y e m b a h berhala-
berhala. Tetapi, karena k a m i m e n y e m b a h berhala-berhala itu, tentu Tuhan
merestuinya, dan juga mereka berkata: " j i k a T u h a n menghendaki tidakpula
kami mengharamkan atas diri k a m i sesuatu pun tanpa izin dan kehendak-
Nya. "Begitulah juga perbuatan dan logika yang sungguh jauh dari kebenaran
yang diperbuat dan diucapkan oleh orang-orang kafir sebelum mereka; yang
mereka jadikan dalih untuk menolak tuntunan Allah yang disampaikan oleh
para rasul. Maka, jika d e m i k i a n itu halnya, tidak ada kewajiban atas para
rasul selain penyampaian t u n t u n a n - t u n t u n a n Allah yang terang dan nanti
Allah sendiri yang akan menetapkan sanksi atas para pendurhaka itu.

Ketika menafsirkan Q S . al-An'am [ 6 ] : 148 y a n g k a n d u n g a n n y a serupa


dengan ayat ini, penulis antara lain menulis bahwa alasan y a n g d i k e m u k a k a n
k a u m musyrikin di atas adalah alasan klise dan rapuh, dan telah berulang-
ulang dibantah dan dipatahkan. Inti dalih mereka adalah, "Allah tidak
menghalangi kami melakukan penghalalan dan kemusyrikan. Ini pertanda
restu-Nya karena, tanpa restu-Nya, kami tidak mungkin dapat melakukannya.
Tanpa restu-Nya, pasti Dia menghalangi kami melakukan kemusyrikan dan
mencegah kami menghalalkan apa yang diharamkan-Nya. Tetapi, kenyataan
menunjukkan bahwa kami menjadikan berhala-berhala sebagai sekutu dan
kami juga mengharamkan binatang-binatang tertentu atas nama-Nya sehingga
semua itu merupakan bukti bahwa apa y a n g kami lakukan di restu i-Nya."
Dalih ini berpijak pada pijakan yang keliru. Mereka tidak membedakan
antara restu serta ridha-Nya kepada manusia dengan izin dan kehendak-Nya
d a l a m mengatur sistem kerja alam raya dan manusia. Pahamilah ilustrasi
berikut. Ketika seorang ayah memberi kebebasan kepada putranya u n t u k
K e l o m p o k II A y a t 3 5 S u r a h a n - N a h l [16] 575

melakukan sesuatu atau tidak m e l a k u k a n n y a , ketika Itu sang ayah telah


m e m b e r i p i l i h a n dan telah m e n y e r a h k a n k e p a d a p u t r a n y a apa y a n g
dianggapnya baik bagi dirinya. Walau sang ayah mempunyai pandangan yang
berbeda, bahkan telah menyampaikan kepada putranya apa y a n g disukainya,
demi kebebasan yang dianugerahkannya, sang ayah tidak akan menghalangi
sang anak membatalkan pilihannya. Paling tinggi dia berkata: "Itu pilihanmu
dan engkau y a n g akan menerima akibat baik atau buruknya." Ketika sang
anak memilih sesuatu y a n g bertentangan dengan apa y a n g dikehendaki sang
ayah, tentu saja pilihan itu tidak dapat dinamai restu atau menjadi bukti
ridha atau rasa senang ayah terhadap pilihan anak. M e m a n g , itu atas izinnya,
tetapi bukan cerminan ridhanya. D e m i k i a n juga di sini. Allah swt. telah
memberi kebebasan m e m i l i h kepada manusia, Dia telah m e n y a m p a i k a n
melalui para rasuI-Nya apa y a n g Dia suka dan ridhai dan apa pula y a n g Dia
benci dan murkai. Dia telah menyatakan bahwa ini yang haram dan itu yang
halal. Dia telah melarang ini dan itu, terapi pada saat yang sama Dia memberi
manusia kebebasan u n t u k m e m i l i h ini atau itu, yang halal atau y a n g haram.
J i k a mereka memilih sesuai y a n g disukai Allah, Dia ridha dan sayang dan,
jika tidak sesuai, Dia marah dan benci, tetapi tidak akan menghalangi karena
Dia telah memberi kebebasan kepada setiap orang. Seandainya semua diridhai
atau semua dibenci, mengapa Dia menyiapkan surga dan neraka untuk
manusia? Ini berarti ada di antara manusia y a n g Dia ridhai sehingga masuk
ke surga dan ada pula sebaliknya sehingga tempatnya adalah neraka.

Selanjutnya, seandainya logika kaum musyrikin yang berkata bahwa tidak


dihalanginya mereka melakukan kedurhakaan itu adalah bukti restu Allah
swt.—seandainya logika ini d i g u n a k a n Rasul s a w . — m a k a beliau pun dapat
berkata: "Bukti tidak direstuinya perbuatan kalian adalah aku
memperatasnamakan Tuhan bahwa yang kalian lakukan itu adalah
kedurhakaan yang tidak direstui-Nya. Buktinya bahwa Yang M a h a k u a s a itu
memberi kepadaku kemampuan u n t u k m e n y a t a k a n n y a serta tidak
menghalangi aku m e m p e r a t a s n a m a k a m N y a . "
Seandainya Rasul saw. berucap demikian, apakah logika itu dapat
digunakan? Jika mereka berkata: "dapat", yang manakah di anrara kedua hal
y a n g bertentangan itu y a n g dinilai benar? Tentu saja diperlukan bukti.
576 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k II A y a t 3 6

Selanjutnya, jika mereka berkata: "Logika itu keliru", itulah yang dicari karena
Rasul saw. tidak akan berucap demikian, dan mereka pun seharusnya tidak
berucap demikian sehingga gugurlah dalih tersebut.

AYAT 3 6

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat: 'Sembahlah
Allah, dan jauhilah Thdghut,' maka di antara mereka ada yang diberi petunjuk
oleh Allah dan ada pula di antara mereka yang telah pasti atasnya kesesatan.
Maka berjalanlah di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan para
pendusta."

S e l a n j u t n y a , a y a t ini m e n g h i b u r N a b i M u h a m m a d saw. d a l a m
m e n g h a d a p i para p e m b a n g k a n g dari k a u m beliau. Seakan-akan ayat ini
menyatakan: Allah p u n telah m e n g u t u s m u . M a k a , ada di antara u m a t m u
yang menerima baik ajakan m u dan ada juga yang membangkang. Dan keadaan
y a n g e n g k a u alami itu sama j u g a dengan y a n g d i a l a m i oleh para rasul
sebelummu karena sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat
sebelum Kami m e n g u t u s m u , lalu mereka m e n y a m p a i k a n kepada kaum
mereka masing-masing bahwa: "Sembahlah Allah, yakni t u n d u k dan patuhlah
dengan p e n u h pengagungan kepada Tuhan Yang M a h a Esa saja, jangan
m e n y e m b a h selain-Nya, apa dan siapa pun, dan jauhilah Thdghut, yakni
segala macam yang melampaui batas, seperti penyembahan berhala dan
kepatuhan kepada tirani. "Ajakan para rasul itu telah diketahui oleh u m a t
masing-masing rasul maka di antara mereka, y a k n i umat para rasul itu ada
orang-orang yang hatinya terbuka dan pikirannya jernih sehingga AJlah
m e n y a m b u t n y a dan dia diberi petunjuk oleh Allah, dan ada pida di antara
mereka yangkerzs kepala lagi bejat hatinya sehingga mereka menolak ajakan
rasul mereka dan, dengan d e m i k i a n , menjadi telah pasti atasnya sanksi
kesesatan yang mereka pilih sendiri itu. W a h a i u m a t M u h a m m a d , jika k a m u
ragu m e n y a n g k u t apa y a n g disampaikan Rasul, termasuk kebinasaan para
K e l o m p o k II A y a t 3 6 S u r a h a n - N a h l [16] 577

pembangkang maka berjalanlah k a m u s e m u a di m u k a bumi dan


perhatikanlah bagaimana kesudahan para pendusta para rasul.
Kata ( O j P l k ) thdghut terambil dari kata ( ^*t>) thaghd y a n g pada
m u l a n y a berarti melampaui batas. Ia biasa j u g a dipahami dalam arti berhala-
berhala karena p e n y e m b a h a n berhala adalah sesuatu y a n g sangat buruk dan
m e l a m p a u i batas. D a l a m atti y a n g lebih u m u m , kata tersebut m e n c a k u p
segala sikap dan perbuatan y a n g melampaui batas, seperti kekuf uran kepada
Tuhan, pelanggaran, dan kesewenang-wenangan terhadap manusia.
Hidayah (petunjuk) y a n g d i m a k s u d ayat di atas adalah hidayah khusus
dalam bidang a g a m a yang dianugerahkan Allah kepada mereka yang hatinya
cenderung u n t u k beriman dan berupaya u n t u k m e n d e k a t k a n diri kepada-
N y a . Secara panjang lebar, m a c a m - m a c a m hidayah A l l a h telah penulis
k e m u k a k a n ketika menafsirkan surah al-Fatihah. Di sana, antara lain penulis
kemukakan bahwa dalam bidang petunjuk keagamaan, Allah
m e n g a n u g e r a h k a n d u a m a c a m hidayah. Pertama, hidayah menuju
kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. C u k u p banvak ayat y a n g m e n g g u n a k a n
akar kata hidayah y a n g m e n g a n d u n g m a k n a ini, misalnya:

"Dan sesungguhnya engkau (V/ahai Nabi Muhammad) memberi hidayah ke


jalan yang lurus" {Q$. asy-Syura [ 4 2 ] : 5 2 ) , atau:

"Adapun kaum Tsamud maka Kami telah memberi mereka hidayah, tetapi
mereka lebih senang kebutaan (kesesatan) daripada hidayah" ( Q S . Fushshilat
[41 J: 17). Kedua, hidayah (petunjuk) serta kemampuan untuk melaksanakan
isi hidayah itu sendiri. Ini tidak dapat d i l a k u k a n kecuali oleh Allah swt,
karena itu ditegaskannya bahwa:

"Sesungguhnya engkau (Wahai Nabi Muhammad) tidak dapat memberi


petunjuk (walaupun) orang yang engkau cintai, tetapi Allah yang memberi
petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya" ( Q S . al-Qashash [ 2 8 ] : 5 6 ) . Allah
578 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k II A y a t 3 7

menganugerahkan hidayah kedua ini kepada mereka yang benar-benar ingin


memerolehnya dan melangkahkan kaki guna mendapatkannya.
Ketika berbicara tentang hidayah, secara tegas ayat di atas m e n y a t a k a n
bahwa Allah yang menganugerahkannya, berbeda ketika menguraikan tentang
kesesatan. Redaksi y a n g d i g u n a k a n ayat ini adalah telah pasti atasnya sanksi
kesesatan, tanpa menyebut siapa y a n g menyesatkan. Hal ini mengisyaratkan
b a h w a kesesatan tetsebut pada dasarnya bukan bersumber pertama kali dari
Allah swt., tetapi dari mereka sendiri. Memang, ada ayat-ayat yang menyatakan
bahwa: "Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki", tetapi kehendak-Nya
itu terlaksana setelah yang betsangkutan sendiri sesat.

"Maka ketika mereka berpaling dari kebenaran, Allah memalingkan hati


mereka dan Allah tidak memberi hidayah orang-orang fasik. " ( Q S . ash-Shaf
[611:5).

AYAT 3 7

"Jika engkau sangat mengharapkan agar mereka mendapat petunjuk, maka


sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-
Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai sedikitpenolong-penolongpun. "

Bukti-bukti, penjelasan, dan ajakan-ajakan rasul diabaikan oleh para


pendurhaka. Kendati demikian. Nabi M u h a m m a d saw. masih terus j u g a
mengharap kiranya mereka beriman. Harapan itu sedemikian besar sehingga
sering kali menyulitkan beliau sendiri. M a k a , untuk itu, Allah menegur beliau
dengan m e n y a t a k a n bahwa jika engkau, w a h a i Nabi M u h a m m a d , terus-
menerus sangat mengharapkan sambil berusaha sekuat k e m a m p u a n m u agar
mereka mendapat petunjuk yang menjadikan mereka benar-benar
melaksanakan ajaran agama, maka sesungguhnya usahamu tidak akan berhasil
karena Allah tiada memberi petunjuk, yakni tidak memberi kemampuan
u n t u k melaksanakan ajaran agama kepada orangyang ingin m e n e m p u h jalan
K e l o m p o k II A y a t 3 8 S u r a h a n - N a h l [16] 579

kesesatan sehingga kesudahannya dia disesatkan-Nya. Jangan d u g a mereka


akan dapat m e n y e l a m a t k a n diri dari siksa Allah. Sekali-kali mereka tidak
dapat dan sekali-kali mereka tiada mempunyai sedikitpenolong-penolongpun
yang dapat menyelamatkan mereka.
Yang dimaksud dengan kata petunjuk (hidayah) dalam ayat ini adalah
petunjuk khusus, bukan sekadar memberi informasi tentang ajaran a g a m a .
Rujuklah kembali ke ayat 3 6 di atas.
Ayat ini membuktikan dengan sangat jelas betapa Rasulullah M u h a m m a d
saw. sangat merindukan keimanan k a u m n y a . Ini dipahami dari kata ( y£ )
tahrish y a n g terambil dari kata { j?_f) hirsh y a i t u keinginan y a n g m e l u a p -
luap u n t u k m e r a i h sesuatu disertai d e n g a n u p a y a s u n g g u h - s u n g g u h .
Penggunaan b e n t u k kata kerja masa kini dan datang (mudhdri) pada kata
tersebut m e n u n j u k k a n kesinambungan keinginan dan upaya itu. Ayat ini
serupa dengan kandungan firman-Nya:

"Sesungguhnya engkau (Wahai Nabi Muhammad) tidak dapat memberi


petunjuk (walaupun) orang yang engkau cintai, tetapi Allah yang memberi
petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya" (QS. al-Qashash [ 2 8 ] : 5 6 ) .

AYAT 38

"Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpah mereka yang sungguh-
sungguh: Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati'. Ya (tidak
demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitkannya), sebagai suatu janji
yang benar atas-Nya, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui, "
Ayat-ayat y a n g lalu telah menjelaskan secata gamblang keesaan Allah
swt. d a n k e k u a s a a n - N y a d a l a m m e n c i p t a d a n m e n g a t u r . Sungguh
mengherankan jika mereka enggan percaya setelah penjelasan dan bukti-bukti
i t u . A d a hai l a i n d a r i s i k a p k a u m m u s y r i k i n itu y a n g j u g a s a n g a t
mengherankan. Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpah mereka
yang sungguh-sungguh: "Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati".
580 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k II A y a t 3 9

Ya, yakni tidak demikian, bahkan pasti Aliah akan membangkitkannya katena
tidak ada sedikit atau sesuatu y a n g dapat m e n g h a l a n g i - N y a , apa lagi hal itu
telah Dia janjikan sebagai suatu janji yang benar atas-Nya, y a k n i y a n g Dia
wajibkan atas d i r i - N y a u n t u k menepatinya, sedang j a n j i - N y a tidak pernah
Dia langgar, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
Kata ( \J^JI\ ) aqsamu terambil dari ( i ) qasam y a n g d i g u n a k a n al-
Q u r ' a n u n t u k m a k n a s u m p a h y a n g benar-benar tulus. Ini berbeda dengan
kata ( ) hilfyan.g j u g a b e r m a k n a sumpah, tetapi ia digunakan u n t u k
sumpah yang dibuat-buat atau sumpah yang dapat dibatalkan oleh pelakunya.
Dengan demikian, ayat ini mengisyaratkan bahwa memang k a u m musyrikin
yang dimaksud oleh ayat-ayat ini benar-benar yakin sepenuh hati bahwa orang-
orang mati tidak akan dibangkitkan Allah swt. Ini karena akal mereka tidak
dapat menerima sesuatu yang telah hancur atau menjadi tulang belulang dapat
hidup kembali. Mereka selalu berkata: "Apakah jika kita mati d a n telah
menjadi tanah dan tulang belulang masih dapat juga kita dibangkitkan?"

Ayat ini tidak membantah dalih penolakan mereka karena memang tidak
terdapat di sini dalih penolakan. Tetapi, di tempat lain d i t e m u k a n aneka
argumentasi tentang keniscayaan Kebangkitan setelah kematian. Lihatlah
misalnya Q S . al-Isra [ 1 7 ] : 4 9 - 5 1 .

AYAT 39

"Agar Dia menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan dan
agar orang-orang yang kafir mengetahui bahwa mereka adalah para
pembohong. "

Setelah ayat yang lalu menegaskan keniscayaan datangnya Hari Kiamat,


ayat ini menjelaskan h i k m a h n y a . Tidaklah tepat, m e n u r u t pandangan akal
yang sehat, bagi seseorang y a n g bijaksana membiarkan sekian orang y a n g
ditugaskannya melaksanakan sesuatu lalu mereka berselisih dan bertikai tanpa
pemberi tugas itu menjelaskan siapa y a n g benar dan siapa yang salah di antara
mereka. J i k a seperti itu y a n g semestinya dilakukan oleh seseorang y a n g
K e l o m p o k II A y a t 4 0 S u r a h a n - N a h l [16] 581

bijaksana, lebih-lebih Allah Yang Mahabijaksana. Dia telah menugaskan


seluruh manusia dengan tugas-tugas tertentu melalui pata nabi y a n g diutus-
Nya, lalu manusia berselisih, perselisihan y a n g mengantar kepada pertikaian
bahkan peperangan. Tidak m u n g k i n Yang Mahabijaksana itu tidak melerai
dan memutuskan perselisihan mereka. Di dunia ini perselisihan itu tidak
akan berakhir. Karena itu, Dia menyiapkan hati penyelesaian dan peleraian
sengketa yaitu hari Kiamat. Hari itu pasti datang antara lain agar Dia, yakni
Allah swt., menjelaskan kepada mereka, yakni manusia, apa yang mereka
perselisihkan, seperti perselisihan m e r e k a t e n t a n g keesaan A l l a h swt.,
keniscayaan hari Kemudian, a g a m a y a n g benar, dan lain-lain, lalu memberi
balasan dan ganjaran bagi masing-masing dan agar orang-orang yang kafir
yang m e n u t u p i kebenaran mengetahui bahwa mereka adalah benar-benar
para pembohong ketika mengingkari tuntunan agama dan petunj uk para rasul.

Di tempat lain, Allah swt. menjelaskan bahwa kehadiran Hari Kiamat


antara lain untuk memberi balasan baik kepada y a n g berbuat kebaikan dan
sebaliknya terhadap yang berbuat keburukan. Ini karena keadilan tidak dapat
terpenuhi dalam kehidupan duniawi ini. Sekian banyak orang di dunia ini
yang melakukan pelanggaran tanpa memeroleh sanksi, bahkan sekian banyak
y a n g tidak bersalah y a n g teraniaya. Sekian b a n y a k pula y a n g berbuat baik
yang belum memetik buah kebaikannya. Karena itu Hari Kiamat pasti datang
agar masing-masing menerima akibat perbuatannya. Demikian lebih kurang
maksud firman-Nya dalam Q S . Saba' [ 3 4 ] : 3 - 5 .

AYAT 4 0

"Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami


menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "Kun (jadilah)", maka
jadilah ia."

Setelah menjelaskan h i k m a h dan keniscayaan Kebangkitan setelah


kematian, kini melalui ayat di atas, dijelaskan kuasa Allah dan betapa
mudahnya hal tersebut dan lain-lain yang dikehendaki-Nya terlaksana. Betapa
582 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k II A y a t 4 0

tidak, padahal sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami


menghendakinya. Kami hanya mengatakan kepadanya: "Kun (jadilah)", maka
jadilah ia.
Kata ( j S " ) kun dalam ayat ini digunakan untuk menggambarkan betapa
m u d a h Allah swt. menciptakan dan m e w u j u d k a n sesuatu dan betapa cepat
terciptanya sesuatu bila Dia kehendaki. Cepat dan m u d a h n y a itu diibaratkan
dengan m e n g u c a p k a n kata kun. W a l a u p u n , sebenarnya, Allah tidak perlu
m e n g u c a p k a n n y a karena Dia tidak m e m e r l u k a n suatu apa pun u n t u k
m e w u j u d k a n apa y a n g d i k e h e n d a k i - N y a . Sekali lagi, kata kun hanya
melukiskan kepada manusia betapa Allah tidak m e m b u t u h k a n sesuatu untuk
mewujudkan kehendak-Nya dan betapa cepat sesuatu dapat Dia w u j u d k a n ,
sama bahkan lebih cepat—jika Dia menghendaki—dari masa yang digunakan
manusia mengucapkan kata kun.
KELOMPOK 3

AYAT 41-50

583
584 S u r a h a n - N a h l [16]
K e l o m p o k 111 A y a t 4 1 - 4 2 S u r a h a n - N a h l [16] 585

AYAT 4 1 - 4 2

"Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti
Kami akan menempatkan mereka di dunia pada tempat yang bagus. Dan
pasti ganjaran akhirat lebih besar; jika mereka mengetahui. (Mereka adalah)
orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakal. "

A y a t ini oleh al-Biqa'i d i h u b u n g k a n dengan ayat y a n g lalu dengan


m e n y a t a k a n bahwa orang-orang kafir y a n g teperdaya dengan k e h i d u p a n
d u n i a w i yang fana ini pasti dipermalukan dan disiksa Allah di dunia dan di
akhirat, dan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal.
T h a h i r Ibn 'Asyur melihat bahwa setelah pada ayat-ayat y a n g lalu
d i n y a t a k a n bahwa Kebangkitan setelah kematian m e r u p a k a n keniscayaan
karena ia merupakan jalan untuk menetapkan siapa y a n g benar dan siapa
yang salah dan ketika itu diketahui secara pasti dan nyata bahwa orang-orang
kafir adalah para pembohong dan tentu saja lawan mereka, y a k n i orang-
orang beriman adalah orang-orang yang benar yang akan memeroleh ganjaran.
Nah, ayat-ayat ini menjelaskan ganjaran tersebut.
Sayyid Q u t h u b — y a n g menjadikan ayat-ayat ini sampai dengan ayat 50
d a l a m satu k e l o m p o k — m e n y a t a k a n s e c a r a s i n g k a t b a h w a a y a t ini
m e m a p a r k a n sisi yang bertolak belakang dengan pata p e m b a n g k a n g dan
penolak keniscayaan hari Kemudian itu. Di sini—tulisnya—diuraikan sekilas
tentang orang-orang m u k m i n sejati y a n g keyakinan mereka terhadap Allah
dan hari Kemudian mendorong mereka berhijrah, m e n i n g g a l k a n k a m p u n g
halaman dan harta benda demi karena Allah dan jalan Allah.
Apa pun hubungan yang Anda pilih, yang jelas ayat ini menyatakan bahwa:
Dan adapun orang-orang yang berhijrah m e n i n g g a l k a n k a m p u n g halaman
mereka u n t u k menghindari kezaliman dan kedurhakaan demi karena Allah,
sesudah mereka dianiaya oleh orang-orang kafir atau zalim, m a k a pasti Kami
akan menempatkan mereka di dunia pada tempat dan situasi yang bagus
sebagai ganjaran dari Kami bagi mereka dan pasti'juga ganjaran akhirat lebih
besar daripada apa yang mereka peroleh d a l a m k e h i d u p a n d u n i a ini; Jika
586 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k III A y a t 4 1 - -

mereka, y a k n i o r a n g - o r a n g kafir, m e n g g u n a k a n a k a l n y a pasti mereka


mengetahui anugerah Kami kepada k a u m muslimin yang berhijrah atau, jika
mereka mengetahui betapa besar ganjaran itu, niscaya mereka pun memeluk
Islam. Ganjaran tersebut dinikmati oleh yang berhijrah karena mereka adalah
orang-orang yang sabar menghadapi berbagai cobaan serta sabar melaksanakan
perintah dan menjauhi segala larangan Allah dan j u g a hanya kepada Tuh a K
saja tidak kepada selain-Nya mereka senantiasa bertawakal, yakni berserah
diri setelah berupaya sekuat k e m a m p u a n .

Kata ( ) haj ani terambil dari kata ( ) hajara. J i k a A n d a berkata


hajara, ini mengandung makna tidak senang bertempat tinggal di suatu tempat
sehingga pindah ke tempat lain yang dinilai lebih baik. Tetapi, tempat pertama
y a n g ditinggalkan itu tidak memaksanya pindah dalam arti ia pindah secara
sukarela. A d a p u n kata ( j^-U ) hajara seperti y a n g d i g u n a k a n ayat ini.
patronnya menunjukkan adanya dua pihak yang saling melakukan
ketidaksenangan. Pelaku hijrah di sini bukannya tidak senang kepada tempat,
tetapi hijrahnya lahir karena tidak senang menghadapi perlakuan buruk yang
diterimanya dari penghuni tempat yang tidak senang melihat mereka, dalam
hal ini beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan perlakuan itulah yang
mengakibatkan hijrah. Demikian lebih kurang asy-Sya'rawi. Nah, ini berarti
bahwa kota Vlekkah yang merupakan kota haram yang disucikan Allah serta
t u m p a h darah mereka tidaklah mereka benci, tetapi perlakuan penduduknya
yang musyrik dan menganiaya mereka, sebagaimana ditegaskan oleh lanjutan
ayat di atas, y a k n i sesudah mereka dianiaya.

Ayat di atas menyatakan ( &\ J \ j y ^ l a ) hajaru fillah bukan ( &\ J l \JJT\A .

hajaru Hallah. A d a perbedaan makna antara keduanya. Kata hajaru Hallah


m e n g a n d u n g kesan m e n i n g g a l k a n tempat menuju tempat lain y a n g lebih
baik dan sesuai daripada y a n g ditinggalkan. Ia mengesankan bahwa tadinya
mereka belum berada dalam lingkungan Ilahi, lalu mereka meninggalkannya
menuju Allah, sedang kata hajaru /illah mengesankan bahwa tempat yang
mereka tinggalkan sebenarnya j u g a telah berada dalam lingkungan Allah dan
keberadaan mereka di sana j u g a demi karena Allah. M e r e k a m e m i k u l aneka
penderitaan dan siksaan di M e k k a h , s e m u a n y a demi karena Allah. Nah,
K e l o m p o k III A y a t 4 1 - 4 2 S u r a h a n - N a h l [16] 587

seandainya ayat ini menyatakan hajaru liatlah, itu dapat mengandung m a k n a


b a h w a keberadaan mereka di tempat pertama, dalam hal ini di M e k k a h ,
bukanlah demi karena Allah swt. serta berada di luar lingkungan Ilahi, tetapi
dengan m e n g g u n a k a n kata ( J ) fibukan ( J , ! ) Ha, ayat ini mengisyaratkan
bahwa para sahabat Nabi saw. itu, sebelum berhijrah, m e n a n g g u n g beban
berat demi karena Allah dan hijrah mereka pun adalah demi karena Allah. Di
tempat y a n g lama dan y a n g baru kesemuanya di dalam jalan Allah.

Dapat juga dikatakan b a h w a kata fi yang m e n g a n d u n g m a k n a di dalam


mengesankan b a h w a para sahabat Nabi saw. yang berhijrah itu berada di
dalam satu wadah sehingga mereka diliputi oleh wadah itu. Seluruh totalitas
mereka berada di dalamnya. W a d a h tersebut adalah nilai-nilai Ilahi sehingga
seluruh kegiatan mereka semata-mata hanya karena Allah, diliputi oleh nilai-
nilai-Nya, dan u n t u k mempertahankannya, bukan untuk sesuatu selainnya.
Bukankah totalitas w u j u d mereka telah diliputi dan telah berada di d a l a m
w a d a h nilai-nilai itu?

Beberapa ulama berpendapat bahwa hijrah yang dimaksud oleh ayat ini
adalah hijrah sebagian sahabatNabi saw. menuju Habasyah (Ethiopia). Hijrah
pertama ini terjadi pada tahun ke V setelah kenabian dan diikuti oleh dua
belas orang pria dan empat orang wanita. Kemudian disusul dengan beberapa
kelompok lagi y a n g j u m l a h n y a 83 orang pria dan delapan atau sembilan
belas orang wanita.

Ada juga y a n g berpendapat bahwa hijrah tersebut adalah hijrah ke


M a d i n a h . Redaksi ayat yang bersifat u m u m dan tanpa menentukan ciri atau
tempat, mendorong kita u n t u k m e n g u k u h k a n pendapat y a n g m e n y a t a k a n
bahwa kedua hijrah itu dapat dicakup oleh ayat ini. Siapa pun yang berhijrah
demi karena Allah, janji ayat ini tidak akan luput darinya.
Kata ( iu™?-) hasanah pada ayat di atas menyifati sesuatu y a n g tidak
disebut, yakni tempat atau situasi. Berbeda-beda pendapat ulama menyangkut
m a k s u d n y a . A d a y a n g berpetidapat bahwa y a n g d i m a k s u d adalah kota
M a d i n a h , ada j u g a y a n g m e m a h a m i n y a dalam arti rezeki, atau kemenangan,
atau nama harum, dan lain-lain. M a k n a - m a k n a yang disebut itu pun dapat
digabung. Kenyataan sejarah m e m b u k t i k a n b a h w a tidak lama setelah Nabi
588 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k III A y a t 4 1 - 4 1

saw. dan sahabat-sahabat beliau berhijrah ke M a d i n a h , tercipta di sana suatu


masyarakat Islami y a n g a m a n sejahtera d a n dapat meraih kemenangan
menghadapi lawan-lawan mereka. Dengan berhijrah ke M a d i n a h , lahir
masyarakat M a d a n i dan peradaban baru yang mengubah wajah kemanusiaan.
T a n p a k e h a d i r a n N a b i M u h a m m a d saw. d a n h i j r a h itu, t i d a k d a p a i
d i b a y a n g k a n b a g a i m a n a k e l a n j u t a n m a s y a r a k a t m a n u s i a d a n wajah
kemanusiaan.
Banyak ulama memahami kata mereka pada firman-Nya: (dyJju \ JJITJJ
law kdnuya'lamun/jika mereka mengetahui tertuju kepada k a u m musyrikin.
Ada kemungkinan lain, yaitu kata mereka y a n g dimaksud adalah orang-orang
y a n g berhijrah itu. M e r e k a merasakan kesedihan ketika meninggalkan kota
t u m p a h darah serta harta benda d a n t e m a n - t e m a n mereka. Ini adalah
manusiawi. Nabi M u h a m m a d saw., sebelum berhijrah meninggalkan Mekkah
berucap kepada kota M e k a h , t u m p a h darah beliau: "Demi Allah, engkau
adalah tempat yang paling kucintai. Seandainya pendudukmu tidak
mengusirku, aku tidak akan m e n i n g g a l k a n m u . " Perasaan sahabat-sahaba:
beliau tentu melebihi perasaan Nabi saw. itu. Nah, Allah menghibur mereka
dengan m e n y a t a k a n bahwa seandainya mereka mengetahui d a m p a k positif
y a n g akan mereka peroleh di dunia dan akhirat akibat hijrah mereka, niscaya
mereka akan merasakan ketenangan dan kesedihan itu berubah menjadi
k e g e m b i r a a n . Kata ( OJ^JJW ) ya'lamun/mengetahui di sini b u k a n berarti
mengetahui sepintas atau percaya tetapi p e n g e t a h u a n y a n g terperinci
m e n y a n g k u t masa depan mereka.

Para u l a m a memeroleh kesan dari penggunaan b e n t u k kata kerja masa


l a m p a u p a d a k a t a ( 'jjw= ) shabaril/mereka telah bersabar sebaga:
mengisyaratkan bahwa kesabaran mereka telah hampir selesai karena faktor-
faktor y a n g m e n g u n d a n g kesabaran itu sebentar lagi akan sirna. Ini karena
Allah swt. telah mengizinkan mereka berhijrah dan di sana mereka akan
terhindar dari penganiayaan. Ini berbeda dengan kata ( j ^ 4=J ) yatawakkalw:
y a n g m e n g g u n a k a n bentuk kata kerja masa kini dan akan datang karena ia
mengisyaratkan bahwa penyerahan diri mereka kepada Allah berlanjut terus-
menerus, baik dalam keadaan senang m a u p u n susah.
K e l o m p o k IH A y a t 4 3 S u r a h a n - N a h l [16] 589

AYAT 4 3

"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada ahl adz-Dzikr
jika kamu tidak mengetahui, "

Ayat-ayat yang lalu menguraikan keburukan ucapan dan perbuatan k a u m


musyrikin serta pengingkaran mereka terhadap keesaan Allah swt., keniscayaan
hari K e m u d i a n , dan kerasulan N a b i M u h a m m a d saw. D e m i k i a n juga
penolakan mereka terhadap apa y a n g diturunkan Allah swt. Itu semua telah
dibantah. Kini, ayat ini dan ayat-ayat berikut kembali menguraikan kesesatan
pandangan mereka m e n y a n g k u t kerasulan Nabi M u h a m m a d saw. Dalam
penolakan itu mereka selalu berkata bahwa manusia tidak wajar menjadi
utusan Allah atau paling tidak dia harus disertai oleh malaikat. Nah, ayat ini
menegaskan bahwa: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kepada u m a t
m a n u s i a kapan dan di mana pun, kecuali orang-orang lelaki, yakni jenis
manusia pilihan bukan malaikat, yangKami beri wahyu kepada mereka antara
lain melalui malaikat Jibril; maka, wahai orang-orang yang ragu atau tidak
t a h u , bertanyalah kepada ahl. adz-Dzikr, yakni orang-orang yang
berpengetahuan, jika kamu tidak mengetahui.

Thabathaba'i, walaupun sependapat dengan banyak ulama yang menilai


ayat ini berbicara k e m b a l i t e n t a n g kerasulan y a n g d i t o l a k oleh k a u m
musyrikin, u l a m a beraliran Syi ah itu tidak m e n g h u b u n g k a n n y a dengan
penolakan k a u m m u s y r i k i n atas kehadiran manusia sebagai utusan Allah,
tidak j u g a m e n g a i t k a n n y a dengan usul-usul mereka agar malaikat turun
menyampaikan atau membantu para rasul dalam risalah mereka. Thabathaba i
beralasan, antara lain b a h w a k e d u a hal di atas tidak disinggung sebelumnya
dalam konteks ayat-ay^at ini. Ia m e n g h u b u n g k a n ayat ini dengan ayat 35
yang merekam ucapan k a u m musyrikin: ( ^ ^ &jJ J* U J - P U isUli_jS) law
sya'alldh md 'abadnd min dunihi min syai ini jika Allah menghendaki, niscaya
kami tidak menyembah sesuatu apa pun selain Dia. Ucapan mereka ini,
m e n u r u t n y a , bertujuan m e m b u k t i k a n kemustahilan adanya utusan Allah,
590 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k III A y a t 4 3

bukan bertujuan menetapkan kemustahilan m a n u s i a menjadi utusan-Nya.


Atas dasar icu, Thabathaba'i berpendapat bahwa ayat ini menginformasikan
bahwa d a k w a h k e a g a m a a n dan risalah k e n a b i a n a d a l a h d a k w a h y a n g
disampaikan oleh manusia biasa yang mendapat wahyu dan bertugas mengajak
manusia menuju kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Tidak seorang rasul pun,
tidak juga satu kitab suci y a n g menyatakan bahwa risalah keagamaan berarti
t a m p a k n y a kekuasaan Allah y a n g gaib lagi m u t l a k atas segala sesuatu, atau
lahirnva kehendak Allah y a n g m u t l a k y a n g memporakporandakan sistem
y a n g berlaku atau m e m b a t a l k a n s u n n a t u l l a h / h u k u m - h u k u m alam y a n g
ditetapkan-Nya. T i d a k pernah ada pernyataan semacam itu sehingga kalian,
wahai k a u m musyrikin, tidak wajar berkata: Jika Allah menghendaki, niscaya
kami tidak menyembah sesuatu apa pun selain Dia. Ayat i n i — l a n j u r n y a —
hampir serupa dengan f i r m a n - N y a d i tempat lain :

"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, dan tidaklah Kami
jadikan mereka jasad-jasad yang tidak memakan makanan dan tidak pula
mereka itu orang-orang yang kekal'(QS. al-Anbiya' [ 2 1 ] : 7 - 8 ) .
Para ulama menjadikan kata ( Jbr^ ) rijdl pada ayat ini sebagai alasan
u n t u k menyatakan bahwa semua manusia y a n g diangkat Allah sebagai rasul
adalah pria, dan tidak satu pun yang wanita! M e m a n g , dari segi bahasa, kata
rijalyang, merupakan bentuk jamak dari kata ( J * - j ) rajulsering kali dipahami
d a l a m arti lelaki. N a m u n d e m i k i a n , terdapat ayat-ayat a h Q u r ' a n y a n g
mengesankan bahwa kata tersebut tidak selalu dalam arti jenis kelamin lelaki.
Ia d i g u n a k a n juga u n t u k menunjuk manusia yang memiliki keistimewaan
atau ketokohan atau ciri tertentu yang m e m b e d a k a n mereka dari y a n g lain.
Bacalah misalnya firman-Nva:
K e l o m p o k III A y a t 4 3 S u r a h a n - N a h l [16] 591

'"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta


perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu
menambah bagi mereka dosa dan kesalahan" ( Q S . al-Jinn [ 7 2 ] : 6 ) . A t a u
firman-Nya d a l a m Q S . al-A'raf [ 7 ] : 4 8 yang berbicara tentang lelaki y a n g
berada di abA'raf. Tentu saja y a n g d i m a k s u d di sini bukan h a n y a laki-laki,
tetapi juga perempuan.
Kata ( J j s i ) ahladz-Dzikr pada ayat ini dipahami oleh banyak ulama
dalam arti para pemuka agama Yahudi dan Nasrani. M e r e k a adalah orang-
orang y a n g dapat memberi informasi tentang kemanusiaan para rasul y a n g
diutus Allah. M e r e k a wajar ditanyai karena mereka tidak dapat d i t u d u h
berpihak pada informasi a l - Q u r ' a n sebab mereka j u g a termasuk yang tidak
memercayainya. Kendati demikian, persoalan kemanusiaan para rasul, mereka
akui. Ada juga yang memahami istilah ini dalam arti sejarah wan, baik muslim
ataupun non-muslim.

Kata ( O ' ) inljika pada ayar di atas, yang biasanya digunakan menyangkut
sesuatu yang tidak pasti atau diragukan, mengisyaratkan bahwa persoalan
y a n g dipaparkan oleh Nabi saw. d a n a l - Q u r ' a n sudah demikian jelas sehingga
diragukan adanya ketidaktahuan dan, dengan demikian, penolakan yang
d i l a k u k a n k a u m m u s y r i k i n itu bukan lahir dari ketidaktahuan, tetapi dari
sikap keras kepala.
W a l a u p u n penggalan ayat ini turun dalam konteks tertentu, yakni objek
pertanyaan, serta siapa vang ditanya tertentu pula, karena redaksinya yang
bersifat u m u m , ia dapat d i p a h a m i pula sebagai perintah bertanya apa saja
y a n g tidak diketahui atau diragukan kebenarannya kepada siapa pun y a n g
tahu dan tidak tertuduh objektivitasnya.
Di sisi lain, perintah untuk bertanya kepada ahl al-Kitdb—yang dalam
ayat ini mereka digelari ahl adz-Dzikr—menyangkut apa yang tidak diketahui,
selama mereka dinilai berpengetahuan dan objektif, m e n u n j u k k a n betapa
Islam sangat terbuka dalam perolehan pengetahuan. M e m a n g , seperti sabda
Nabi saw.: " H i k m a h adalah sesuatu y a n g d i d a m b a k a n seorang m u k m i n , di
m a n a pun dia m e n e m u k a n n y a , dia y a n g lebih wajar m e n g a m b i l n y a . "
D e m i k i a n juga dengan ungkapan y a n g populer dinilai sebagai sabda Nabi
saw. w a l a u p u n bukan, yaitu: "Tuntutlah i l m u walaupun di negeri C i n a . " Itu
592 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k lii A y a t 4±

semua merupakan landasan untuk menyatakan bahwa ilmu dalam pandangan


Islam bersifat u n i v e r s a l , t e r b u k a , serta m a n u s i a w i d a l a m arti harus
dimanfaatkan oleh dan u n t u k kemaslahatan seluruh manusia.
Ayat di atas mengubah redaksinya dari persona ketiga menjadi persona
k e d u a y a n g ditujukan langsung kepada mitra bicara, dalam hal ini adalah
Nabi M u h a m m a d saw. Agaknya, hal ini mengisyaratkan penghormatan
kepada beliau dan bahwa beliau termasuk d a l a m kelompok para rasul yang
diutus Allah, bahkan k e d u d u k a n beliau tidak k u r a n g — j i k a enggan berkata
lebih tinggi dari m e r e k a — s e b a g a i m a n a dikesankan oleh ayat berikut.

AYAT 4 4

"Keterangan-keterangan dan zubur. Dan Kami turunkan kepadamu adz-


Dzikr, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka dan supaya mereka berpikir. "

Para rasul y a n g Kami utus sebelummu itu semua m e m b a w a keterangan-


keterangan, y a k n i mukjizat-mukjizat nyata y a n g m e m b u k t i k a n kebenaran
mereka sebagai rasul, dan sebagian m e m b a w a pula zubur, y a k n i kitab-kitab
y a n g m e n g a n d u n g ketetapan-ketetapan h u k u m dan nasihat-nasihat yang
seharusnya menyentuh hati, dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr, yakni
al-Qur'an, agar engkau menerangkan kepada seluruh manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka, y a k n i al-Qur'an itu, m u d a h - m u d a h a n dengan
penjelasanmu mereka mengetahui dan sadar dan supaya mereka senantiasa
berpikir lalu menarik pelajaran u n t u k kemaslahatan h i d u p d u n i a w i dan
uhkrawi mereka.
Kata ( ) az-zubur adalah j a m a k dari kata ( j j») ) zubur, yakni tulisan.
Yang d i m a k s u d di sini adalah kitab-kitab y a n g ditulis, seperti Taurat, Injil.
Zabur, dan Shuhuf Ibrahim as. Para ulama berpendapat bahwa zubur adalah
kitab-kitab singkat yang tidak m e n g a n d u n g syariat, tetapi sekadar nasihat-
nasihat.
K e l o m p o k III A y a t 4 4 S u r a h a n - N a h l [16] 593

Salah satu nama al-Qur'an adalah ( ^ J S \ ) adz-Dzikr ysiig dari segi bahasa
adalah antonim kata lupa. Al-Qur'an dinamai demikian karena ayat-avatnya
berfungsi mengingatkan manusia apa yang dia berpotensi melupakannya dari
kewajiban, t u n t u n a n dan peringatan y a n g seharusnya dia selalu ingat,
laksanakan, dan indahkan. Di sisi lain, tuntunan dan petunjuk-petunjuknya
harus pula selalu diingat dan d i c a m k a n .
Penyebutan anugerah Allah kepada Nabi M u h a m m a d saw. secara khusus
dan bahwa yang d i a n u g e r a h k a n - N v a itu adalah adz-Dzikr mengesankan
perbedaan k e d u d u k a n beliau dengan para nabi dan para rasul sebelumnya.
D a l a m konteks ini, Nabi M u h a m m a d saw. bersabda: "Tidak seorang nabi
pun kecuali telah d i a n u g e r a h i A l l a h apa ( b u k t i - b u k t i i n d r i a w i ) y a n g
menjadikan manusia percaya padanya. Dan sesungguhnya aku dianugerahi
w a h y u (al-Qur'an yang bersifat immaterial dan kekal sepanjang masa), m a k a
aku mengharap menjadi yang paling banyak pengikutnya di hari Kemudian"
(HR. B u k h a r i ) .
Pengulangan kata turun dua kali, yakni ( ^JLJi biji?) anzalnd ilaikalKami
turunkan kepadamu dan ( p^-Jj J j j 1«) md nuzzila ilailnmlapa yang telah
diturunkan kepada mereka m e n g i s y a r a t k a n perbedaan penurunan yang
d i m a k s u d . Yang p e r t a m a a d a l a h p e n u r u n a n a l - Q u r ' a n k e p a d a N a b i
M u h a m m a d saw. yang bersifat langsung dari Allah swt. dan dengan redaksi
pililian-Nya sendiri, sedang yang kedua adalah yang ditujukan kepada manusia
seluruhnya. Ini adalah penjelasan-penjelasan Nabi M u h a m m a d saw. tentang
a l - Q u r ' a n . Penjelasan y a n g d i m a k s u d adalah berdasar w e w e n a n g y a n g
diberikan Allah kepada Nabi M u h a m m a d saw., dan wahyu atau ilham-Nya
yang beliau sampaikan dengan bahasa dan redaksi beliau.

Thabathaba i menegaskan bahwa diturunkannya al-Qur'an kepada umat


manusia dan turunnya kepada Nabi M u h a m m a d saw. adalah sama, dalam
arti d i t u r u n k a n n y a kepada m a n u s i a dan t u r u n n y a kepada Nabi saw. adalah
agar mereka s e m u a — N a b i dan seluruh m a n u s i a — m e n g a m b i l dan
menerapkannya. Ayat ini menurutnya bermaksud menegaskan bahwa tujuan
turunnya a l - Q u r ' a n adalah u n t u k semua manusia dan k e a d a a n m u , wahai
N a b i M u h a m m a d serta seluruh m a n u s i a , d a l a m hal ini sama. K a m i
mengarahkan pembicaraan k e p a d a m u dan m e n u r u n k a n w a h y u ini bukan
594 5 u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k il! A y a t 4 4

untuk memberikan kepadamu kuasa mutlak yang gaib atau kehendak Ilahiah
yang menjadikanmu m a m p u melakukan dan menguasai segala sesuatu, tetapi
w a h y u itu Kami t u r u n k a n k e p a d a m u u n t u k dua hal. Pertama, untuk
menjelaskan apa yang d i t u r u n k a n secara bertahap kepada m a n u s i a karena
ma'rifah Ildhiyah tidak dapat diperoleh m a n u s i a tanpa perantara karena itu
diutus seorang dari mereka (manusia) untuk menjelaskan dan mengajar.
Kedua, adalah harapan kiranya mereka berpikir m e n y a n g k u t d i r i m u —
w a h a i Nabi a g u n g — a g a r m e r e k a m e n g e t a h u i b a h w a apa y a n g e n g k a u
sampaikan itu adalah kebenaran y a n g bersumber dari Allah swt. Keadaan
dan situasi yang menyelubungi dirimu, peristiwa-peristiwa yang menimpamu
sepanjang hidup, seperti keyatiman, k e t i d a k m a m p u a n belajar dan menulis,
ketiadaan pendidik yang baik, kemiskinan, keterbelengguan dalam lingkungan
orang-orang bodoh y a n g tidak disentuh oleh keistimewaan peradaban, dan
lain-lain, semua itu merupakan faktor-faktor yang menghalangimu mengecup
setetes kesempurnaan. Tetapi, Allah menurunkan kepadamu adz-Dzikr'y'ang
menantang siapa pun yang ragu, dari jenis manusia dan jin, dan yang mengatasi
kitab suci y a n g lain serta menjadi penjelas bagi segala sesuatu serta petunjuk,
rahmat, bukti, serta cahaya benderang. Demikian lebih kurang Thabathaba'i.

Pendapat u l a m a beraliran Syi'ah itu y a n g m e n j a d i k a n objek kata


yalafakkarun adalah pribadi Nabi M u h a m m a d saw., berbeda dengan pendapat
b a n y a k ulama yang menjadikan objeknya adalah adz-Dzikr, yakni berpikir
tentang al-Qur'an. M e n j a d i k a n objeknya seperti i t u — t u l i s T h a b a t h a b a ' i —
menjadikannya mengandung makna yang sama dengan kandungan penggalan
s e b e l u m n y a . Pendapat T h a b a t h a b a ' i ini sejalan d e n g a n p e n d a p a t asy-
S y a ' r a w i — u l a m a M e s i r dan al-Azhar kontemporer i t u — y a n g menegaskan
bahwa objek berpikir yang dimaksud adalah keadaan Nabi M u h a m m a d saw.
sebelum diutus oleh Allah y a n g ketika itu beliau tidak dikenal sebagai
sastrawan, penyair, atau penulis.
Ayat di atas m e n g g u n a k a n d u a patron y a n g berbeda m e n y a n g k u t
turunnya al-Qur'an. "berhadap Nabi saw. digunakan kata ( LJJJI ) anzalndyzng
m e n u r u t beberapa ulama m e n g a n d u n g m a k n a turun sekaligus, sedang kata
turun yang digunakan untuk manusia adalah ( J J j ) nuzzila yang mengandung
makna turun berangsur-angsur. Hal ini agaknya untuk mengisyaratkan bahwa
K e l o m p o k III A y a t 4 4 S u r a h a n - N a h l [16] 595

m a n u s i a secara u m u m mempelajari dan melaksanakan tuntunan al-Qur'an


secara bertahap sedikit demi sedikit dan dari saat ke saat. Adapun Nabi
M u h a m m a d saw., kata diturunkan yang d i m a k s u d di sini bukan melihat
pada turunnya ayat-ayat k u sedikit demi sedikit, tetapi melihat kepada pribadi
Nabi saw. y a n g menghafal dan m e m a h a m i n y a secara langsung karena diajar
langsung oleh Allah swt. melalui malaikat Jibril as. (baca Q S . a l - Q i y a m a h
6) dan juga melaksanakannya secara langsung begitu ayat turtin, berbeda
dengan manusia y a n g lain.
Ayat ini menugaskan Nabi saw. untuk menjelaskan al-Qur'an. Bayan
atati penjelasan Nabi M u h a m m a d saw. itu bermacam-macam dan bertingkat-
tingkat. M e m a n g , as-Sunnah mempunyai fungsi yang berhubungan dengan
al-Qur'an dan fungsi sehubungan dengan pembinaan h u k u m syara'. Ada dua
fungsi penjelasan Nabi M u h a m m a d saw. dalam kaitannya dengan al-Qui'an,
yaitu Bayan Ta'kiddan Bayitn Tafsir. Yang pertama sekadar menguatkan atau
menggarisbawahi kembali apa y a n g terdapat dalam al-Qur'an, sedang y a n g
kedua memperjelas, memerinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-
avac al-Qur'an.

Para ulama mendefinisikan fungsi as-Sunnah terhadap al-Qur'an sebagai


Bayan MurddAllah (Penjelasan tentang maksud Allah) sehingga apakah ia
merupakan penjelasan penguat atau pemerinci, pembatas dan balikan maupun
tambahan, kesemuanya bersumber dari Allah swt. Ketika Rasul saw. melarang
seorang suami m e m a d u istrinya dengan bibi dari pihak ibu atau bapak sang
istri y a n g pada lahirnya berbeda dengan bunyi Q S . an-Nisa [41: 24, pada
hakikatnya penambahan tersebut adalah penjelasan dari apa yang dimaksud
Allah swt. dalam firman tersebut.
Persoalan ini dibahas secara panjang lebar dalam disiplin i l m u Ushul
Fiqh. Rujuklah ke sana bila ingin mendalaminya. N a m u n , y a n g pasti adalah
Rasul saw. mendapat wewenang dari Allah untuk menjelaskan maksud firman-
N y a . S e b a g i a n dari f i r m a n - f i r m a n itu t i d a k j e l a s m a k s u d atau cara
pelaksanaannya dan ketika itu penjelasan Rasul saw. sangat dibutuhkan, dan
karena itu pula as-Sunnah mutlak diperlukan u n t u k melaksanakan tuntunan
ai-Qur'an.
596 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IH A y a t 4 5 - 4 7

AYAT 4 5 - 4 7

"Maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu merasa aman
dari ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datang azab
kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari, atau Allah mengazab
mereka dalam perjalanan mereka, maka sekali-kali mereka tidak dapat
mengelak atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur. Maka,
sungguh, Tuhan kamu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. "

Al-Qur'an dan penjelasan Nabi M u h a m m a d saw. y a n g beraneka ragam


itu tidak dihiraukan oleh k a u m m u s y r i k i n . S u n g g u h satu hal y a n g sangat
mengherankan. A p a gerangan y a n g menjadikan mereka bersikap demikian?
Allah M a h a M e n g e t a h u i . N a m u n demikian, dengan gaya bertanya, mereka
diperingatkan bahwa maka apakah orang-orang yang membuat makar yang
jahat itu, yakni y a n g tidak percaya kepada Nabi M u h a m m a d saw. dan al-
Qur'an, bodoh dan tidak tahu sehingga merasa aman dari j a t u h n y a bencana
y a n g setimpal dengan kedurhakaan mereka, y a i t u ditenggelamkannya bumi
oleh Allah bersama mereka sehingga mereka tertimbun hidup-hidup di perut
b u m i lalu mati sebagaimana y a n g pernah dialami oleh Qarun, atau datang
azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari antara lain ketika
mereka bersenang-senang dan berpesta pora di tempat-tempat k e d i a m a n
mereka, atau Allah mengazab mereka dalam perjalanan mereka ketika keluar
kota m e n i n g g a l k a n tempat tinggal mereka; jika itu terjadi, maka ketika itu
sekali-kali mereka tidak dapat mengelak. Atau bisa j u g a bukan dengan cara
itu siksa-Nya Dia jatuhkan, tetapi dengan cara lain, y a i t u Allah mengazab
mereka dengan berangsur-angsur sampai binasa. Maka, Allah tidak segera
menjatuhkan ancaman-ancaman-Nya ini untuk memberi mereka kesempatan
sadar dan bertaubat karena sungguh Tuhan kamu Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
Kata ( I j j S ^ a ) makaru y a n g berasal dari k a t a ( ) makara telah
24
dijelaskan antara lain pada ayat 2 6 surah ini. Rujuklah ke sana!

2-1
Lihat kembali halaman 565.
K e l o m p o k III A y a t 4 5 - 4 7 S u r a h a n - N a h l [16] 597

Kata ( p^lis ) taqallubihim terambil dari kata ( YJJJ ) qalabaya.ng berarti


membalik. Dari sini, hati dinamai qalbu karena ia sering berbolak-balik. Kata
taqallub mengandung makna berbolak-balik dan mondar-mandir melakukan
aneka kegiatan h i d u p , seperti berdagang, berpiknik, m e l a k u k a n aneka
percakapan, dan senda gurau yang mengalihkan pikiran mereka dari datangnya
siksa sehingga mereka tidak d i d a d a k dengan kedatangannya. Kata itu j u g a
mengesankan adanya semacam kemampuan karena yang tidak m a m p u akan
terpaku di suatu tempat. Dalam konteks ini, Allah mengingatkan Rasul saw.
dan k a u m muslimin:

oA* J j ^ 4 ^ S?? g* ^ 1
4 U^-J» cjj*\ 4 * ^ ^

"Janganlah sekali-kali engkau teperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir


bergerak di negeri-negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian
tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah ayunan yang
seburuk-buruknya"(QS. Ah 'Imran [ 3 ] : 1 9 6 - 1 9 7 ) .
Kata ( ) takhawwuf terambil dari kata ( j y - ) khauf yang biasa
diterjemahkan takut. Kata yang digunakan ayat ini dapat berarti dalam
keadaan takut, yakni Allah menyiksa mereka dalam keadaan mereka diliputi
oleh rasa takut sebelum turunnya siksa itu. Seseorang y a n g mengetahui akan
disiksa, dia akan diliputi oleh kecemasan y a n g meresahkan dan menyiksanya
sebelum jatuhnya siksa. Ketika itu, dia boleh jadi segera mengharap jatuhnya
siksa agar persoalan segera selesai. Penundaan jatuhnya siksa y a n g diketahui
akan datang adalah siksaan tersendiri.
A d a juga ulama y a n g m e m a h a m i kata ( ) takhawwuf d-iizm arti
keadaan berkekurangan dan penyiksaan sedikit demi sedikit. M i s a l n y a ,
pertama dengan kemarau panjang, disusul dengan masa paceklik, w-abah
penyakit, bencana alam, lalu sakit, disusul dengan hilangnya rasa a m a n .
Demikian silih berganti, terus-menerus, dan sedikit demi sedikit, tapi tanpa
henti, hingga akhirnya yang bersangkutan binasa. Kata ini termasuk salah
satu kata yang didiskusikan m a k n a n y a oleh Sayyidina ' U m a r ra. Beliau puas
dengan jawaban y a n g disampaikan oleh seorang tokoh dari kabilah Hudzail
598 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k III A y a t 4 8

y a n g merujuk kepada syair y a n g m e n g g u n a k a n kata takbawwufdalam arti


kedua ini.
Rujuklah ke ayat 7 sutah ini u n t u k m e m a h a m i m a k n a sifat Rduf'dan
Rahim y a n g disandang oleh Allah swt. ^

AYAT 4 8

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan
Allah yang bayangan-bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam
keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri?"

Setelah mengancam, kini Allah swt. membuktikan kekuasaan-Nya. Ayat


ini m e n g e c a m mereka d a l a m bentuk pertanyaan. S e a k a n - a k a n ayat ini
menyatakan apakah mereka tidak memerhatikan keadaan sekeliling mereka?
Apakah mereka tidak menyadari kelemahan mereka di hadapan Allah? Dan
apakah mereka buta sehingga tidak memerhatikan dengan mata kepala dan
hati segala sesuatu yang telah diciptakan Allah, baik benda mati m a u p u n
hidup, yang bayangan-bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri semua
dalam keadaan sujud kepada Allah, y a k n i m e m a t u h i h u k u m - h u k u m alam
yang diciptakan-Nya dan y a n g berlaku atas masing-masing, sedang mereka
berendah diri m e n e r i m a ketetapan Allah itu tanpa sedikit keberatan pun.
Apakah mereka buta sehingga tidak memerhatikan hal-hal tersebut?

Kata ( j^*S\) al-yamin/kanan d a n ( J J u i J i ) asy-syamd 'il/kiri yang


dimaksud ayat ini adalah arahnya. N a m u n , itu bukan berarti bahwa bayangan
h a n y a mengarah ke kiri dan ke kanan karena bayangan bisa juga berada di
hadapan atau belakang seseorang. Penyebutan kanan dan kiri sekadar sebagai
contoh bagi pergerakan bayangan. Ini serupa dengan ungkapan " T i m u r dan
Barat" dengan maksud seluruh penjuru, tanpa menyebut arah-arah yang lain.
Ayat di atas m e n g g u n a k a n bentuk tunggal u n t u k kata (<js ) yaminl
kanan, tetapi bentuk j a m a k u n t u k kata kiri, yakni ( J i k ^ ) syamd'il yang

2
'' Rujuk halaman 536.
K e l o m p o k III A y a t 4 9 - 5 0 S u r a h a n - N a h l [16] 599

1
tunggalnya adalah ( J u f ) syimal. Ini agaknya sekadar u n t u k m e m p e r m u d a h
p e n g u c a p a n karena y a n g d i m a k s u d oleh k e d u a kata k u adalah j a m a k .
Demikian pendapat beberapa ulama. Asy-SyaTawi berpendapat lain.
M e n u r u t n y a , awal penggalan ayat ini yang menyatakan apakah mereka tidak
memerhatikan segala sesuatu menunjukkan bahwa tidak satu pun y a n g luput.
J i k a d e m i k i a n , ia m e n g g a m b a r k a n sesuatu y a n g paling sedikit y a n g dapat
terlintas dalam benak, yaitu bilangan "satu" karena kalimat ayat ini menyatakan
tidak satu pun, w a l a u p u n dalam saat y a n g sama ia menginformasikan hal
yang u m u m mencakup semua hal karena dinyatakannya tidak satu pun, yakni
semuanya. Setelah itu, datang kata bayangan-bayangan y angbcrbtntuk jamak
dan menunjuk kepada segala sesuatu ku. Dari sini dipahami bahwa penggalan
ayat ini berbicara tentang satu (tunggal) dan banyak (jamak), dan karena itu,
ketika berbicara tentang arahnya, ayat ini p u n m e n g g u n a k a n dua bentuk.
Sekali tunggal yaitu kanan yang d i m a k s u d k a n agar bersanding dengan y a n g
t u n g g a l i t u , d a n s e k a l i j a m a k , v a k n i kiri y a n g d i m a k s u d k a n u n t u k
m e n u n j u k k a n b a n y a k n y a bayangan-bayangan sebagaimana ditegaskan oleh
ayat ini dan diisyaratkan oleh kalimat segala sesuatu. D e m i k i a n asy-Sya'rawi.

AYAT 4 9 - 5 0

"Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan apa
yang berada di bumi, yakni semua makhluk yang melata dan para malaikat,
sedang mereka tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka
yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan. "

Dan bukan hanya benda-benda yang berpotensi memiliki bayangan yang


t u n d u k patuh kepada Allah, tetapi juga kepada Allah sajalah terus-menerus
T
bersujud dan patuh kepada ketetapan dan takdir-Ny a, tanpa sekali atau sesaat
pun m e m b a n g k a n g , segala apa yang berada di langit dan di bumi, yakni
semua makhluk yang melata y a n g berada di b u m i atau y a n g berada di m a n a
pun dan demikian juga halnya para malaikat hamba-hamba Allah yang dekat
k e p a d a - N y a , sedang mereka, y a k n i para m a l a i k a t itu, tidak sesaat pun
600 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k III A y a t 4 9 - 5 0

menyombongkan diri kendati mereka terus-menerus patuh dan tidak pernah


sesaat pun m e m b a n g k a n g , mereka tetap dan teius-menerus takut kepada
Tuhan mereka yang kekuasaan-Nya di atas mereka dan para m a l a i k a t itu,
terus-menerus melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah kepada
mereka.
Asy-Sya'rawi menyatakan tentang ayat ini bahwa jenis benda yang dikenal
oleh m a n u s i a b e r m a c a m - m a c a m ; benda mati dan benda y a n g berpotensi
t u m b u h , yakni tumbuh-tumbuhan. Selanjutnya, bila yang t u m b u h itu dapat
bergerak dan merasa, ia binatang, dan jika y a n g ini dapat berpikir m a k a ia
adalah manusia. Selanjutnya, jika sesuatu dapat m e m i l i k i ciri pengetahuan
dari dirinya sendiri yang bersifat nurani, ia adalah malaikat. Allah swt. melalui
ayat ini membawa kita dari bayangan-bayangan yang sujud kendati bendanya
sendiri tidak bergerak, menuju ke benda-benda yang bergerak dan bayangan-
b a y a n g a n n y a pun, y a k n i dengan menyatakan: kepada Allah sajalah bersujud
segala apa yang berada di langit dan apa yang berada di bumi lalu diperincinya
dengan menyatakan, yakni semua makhluk yang melata, yakni bergerak atau
merangkak, dan para malaikat. D e m i k i a n ayat i n i — t u l i s a s y - S y a ' r a w i —
m e n y e b u t y a n g paling rendah tingkatnya dari benda-benda y a n g bergerak,
yaitu ddbbah, sampai ke paling tinggi, yakni malaikat.

Allah swt. melalui ayat ini menjelaskan bahwa seluruh w u j u d t u n d u k


kepada-Nya. M e m a n g , bagi manusia, Allah swt. telah memberinya kebebasan
untuk percaya atau tidak percaya, taat atau durhaka. Seandainya Allah tidak
menganugerahkan kepada manusia kebebasan memilih, tidak secara mutlak
dia sujud dan patuh. Kendati d e m i k i a n , masih sangat b a n y a k kegiatan
tubuhnya yang bergerak di luar kontrol, keinginan, dan k e m a m p u a n n y a . Di
sisi lain, alangkah b a n y a k n y a pula y a n g dia inginkan tidak terpenuhi dan
y a n g tidak dia inginkan terpaksa diterimanya, j i k a demikian, semua t u n d u k
kepada-Nya, suka atau tak suka.
Para ulama ada y a n g menjadikan ayat ini sebagai isyarat tentang adanya
m a k h l u k - m a k h l u k hidup di angkasa. D a l a m tafsir ahMuntakhab yang
disusun oleh sejumlah pakar Mesir d i n y a t a k a n bahwa: "Ayat ini telah
m e n d a h u l u i p e n e m u a n i l m u pengetahuan m o d e r n tentang keberadaan
m a k h l u k hidup di beberapa planet yang berada di d a l a m dan di luar tata
K e l o m p o k III A y a t 4 9 - 5 0 S u r a h a n - N a h l [16] 601

surya kita ini. Dan inilah y a n g sedang dan akan terus diupayakan u n t u k
diketahui oleh i l m u pengetahuan modern."
Penulis e n g g a n berspekulasi atau tetlalu j a u h m e m a h a m i ayat i n i .
Memang, jika kita m e m b u k a ayat-ayat al-Qur'an yang berbicara tentang "apa
yang ada di langit dan bumi", ditemukan bahwa al-Qur'an m e n g g u n a k a n
dua kata yang menunjuk kepadanya. Pertama, kata ( U ) md seperti ayat y a n g
ditafsirkan ini y a n g oleh bahasa Arab d i g u n a k a n untuk b e n d a / m a k h l u k tak
berakal. Kedua, adalah kata ( ^ ) rnan yang biasa digunakan untuk makhluk
berakal. Bacalah misalnyaQS. Ali 'Imran [31:83: ( J ^ J ^ J Oij^-Jl j ^
wa lahu aslama manfi as-samdwdti wa ahardhlkepada-Nyalah berserah diri.
siapa yang ada di semua langit dan bumi. Kata "siapa" di sini dan ayat-ayat
s e m a c a m n y a dijadikan dasar oleh beberapa ulama u n t u k m e n u n j u k adanya
m a k h l u k " b e r a k a f di langit. Tetapi, di langit m a n a dan siapa yang dimaksud
dengan y a n g berakal itu, ayat ini tidak menjelaskannya. Paling tidak kita
dapat berkata bahwa y a n g dimaksud dengan m a k h l u k berakal itu adalah
malaikat atau jin.

Ayat y a n g ditafsirkan di atas menggunakan kata ( •«•«4 dabbah. bahkan


dalam Q S . asy-Syura [ 4 2 ] : 2 9 secara tegas dinyatakan bahwa:

"Di antara tanda-tanda keesaan/kekuasaan-Nya adalahpenciptaan langit dan


bumi dan ddbhahyang Dia sebarkan pada keduanya (langit dan bumi) Dan
Dia Mahakuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. "
Anda lihat bahwa ayat ini menjelaskan bahwa pada keduanya, yakni langit
dan b u m i , Allah m e n y e b a r k a n dabbah y a n g d i t e r j e m a h k a n oleh T i m
Departemen A g a m a dengan makhluk-makhluk melata.
Dari segi bahasa, kata dabbah, terambil dari akar kata vang berarti berjalan
dengan sangat halus. Beberapa u l a m a menegaskan b a h w a kata ini tidak
digunakan dalam arti malaikat karena gerak malaikat dengan sayap. Para
malaikat "memiliki sayap dua-dua, tiga-tiga, dan empat-empat''(QS. Fathir
[ 3 5 ] : 1). M e n u r u t pakar bahasa a l - Q u r \ m , ar-Raghib al-Ashfahani, kata
tersebut biasa digunakan untuk jalannya hewan, tetapi lebih banyak digunakan
untuk serangga dan semacamnya vang tidak terjangkau geraknya oleh indra.
602 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k III A y a t 4 9 - 5 0

Selanjutnya ar-Raghib menulis bahwa: "Jika y a n g d i m a k s u d dengannya


hewan, biasanya bahasa membatasi pengertiannya pada kuda." U l a m a lain
menggarisbawahi bahwa kata (Sjto ) dabbah khusus menunjuk binatang yang
melata di bumi. A d a j u g a y a n g m e m a h a m i kata dabbah sebagai semua
m a k h l u k y a n g m e m i l i k i getak jasmaniah, baik di darat m a u p u n di udara,
dari sini sekian banyak pakar tafsir memahami ayat ini sebagai mengisyaratkan
adanya dabbah, y a k n i m a k h l u k y a n g hidup di langit.
Ada j u g a u l a m a tafsir y a n g m e m a h a m i kata as-samdwat y a n g berarti
langit pada ayat di atas dengan awan dan dabbah dalam atti burung. Tetapi,
hemat penulis, pendapat ini tidak d i d u k u n g oleh ayat-ayat al-Qur'an y a n g
lain. Ayat ini menggunakan bentuk plural/jamak bagi langit, jadi bukan hanya
langit yang kita lihat dengan pandangan mata. Di samping itu, Q S . al-An'am
[ 6 ] : 38 m e m b e d a k a n antara dabbah dan burung. Di sana dinyatakan bahwa:

"Dan tiadalah satu dabbah pun di bumi tidak pula burungyang terbang dengan
kedua sayapnya melainkan umat-umat seperti kamu juga. "
7
J i k a d e m i k i a n , apa y a n g d i m a k s u d d e n g a n dabbah . Amat sulit
m e n e n t u k a n n y a karena bahasa tidak secara tegas menetapkan arti tententu
b a g i n y a . Di sisi l a i n , p e r l u d i t a m b a h k a n b a h w a b a h a s a A r a b biasa
menggunakan bentuk mutsannd (dual) tetapi y a n g dimaksudnya hanya salah
satunya. Boleh jadi ayat surah a s y - S y u r a y a n g d i s i n g g u n g di atas y a n g
menyatakan dabbah (makhluk-makhluk melata) yang Dia sebarkan pada
keduanya (langit dan bumi), tetapi y a n g d i m a k s u d n y a hanya satu yaitu di
bumi. Betapapun, y a n g pasti adalah kata dabbah dapat mencakup manusia,
jin, dan binatang. Kita tidak dapat mengingkari bahwa jin dapat menembus
angkasa luar dan di antara mereka ada y a n g taat dan ada pula y a n g durhaka
(baca Q S . al-Jinn [72]: 8 - 1 1 ) . Kalaupun di angkasa luar tidak ada m a k h l u k
yang bergerak selain jin, ayat ini sama sekali tidak meleset dalam informasinya.

Kata ( Oj^iU—i ^ ) layastakbiriln/tidak menyombongkan diri dinilai oleh


Thabathaba'i sebagai argumentasi y a n g menunjukkan bahwa malaikat sama
sekali tidak m e n y o m b o n g k a n diri d a l a m hal apa pun sehingga itu berarti
bahwa mereka tidak lengah atau luput ingatan dari keagungan Ilahi dan
K e l o m p o k III A y a t 4 9 - 5 0 S u r a h a n - N a h l [16] 603

musyahadahlpandangan hatikepada-Nya. M e r e k a tidak enggan beribadah,


tidak juga melanggar satu pun perintah-Nya. Nah, u n t u k lebih menjelaskan
makna itu, ayat tersebut dilanjutkan dengan pernyataan ayat 50 di atas: Mereka
takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang
diperintahkan.
Orang boleh bertanya mengapa para malaikat takut kepada Allah padahal
tidak ada sesuatu yang wajar ditakuti dari Allah oleh para malaikat. Bukankah
mereka hanya dapat mengerjakan apa y a n g diperintahkan Allah? B u k a n k a h
tidak ada sesuatu yang buruk dari Allah, bahkan semuanya baik? Kalaupun
ada y a n g dinilai buruk, itu semata-mata adalah akibat perbuatan hamba-
N y a sendiri. Nah, jika d e m i k i a n , sekali lagi, mengapa para malaikat takut?
Asy-Sya'rawi, demikian juga Thabathaba'i, menjawab bahwa takutnya
malaikat itu adalah takut yang lahir dari pengetahuan dan kesadaran mereka
tentang kekuasaan-Nya yang demikian menonjol, bukan karena merasa ada
sesuatu yang m e n g u n d a n g siksa-Nya kepada mereka. Itu a g a k n y a y a n g
menjadi sebab sehingga ayat di atas menjadikan objek takut mereka adalah
( ) Rahhahum, y a k n i Tuhan mereka y a n g selalu berbuat baik dan
memelihara mereka bukan takut pada siksa Allah.
M e m a n g , jiwa m a k h l u k yang dha'ifakan terpengaruh dan hatinya akan
berdebar saat berhadapan dengan Kekuatan y a n g dahsyat, walau y a n g
bersangkutan tidak melakukan pelanggaran dan walau Yang "ditakuti" itu
tidak akan menjatuhkan sanksi. Dari sini pula sehingga ayat yang menjelaskan
ketakutan para malaikat itu menyatakan lebih lanjut ( f ^ j i j * ) minfawqihim
yakni yang di atas mereka dalam arti bahwa kedudukan Allah y a n g di atas
mereka, yang menguasai mereka dan seluruh makhluk, atau dengan kata lain
kesaksian mereka akan niaq<Hm Ilahi y a n g demikian tinggi itulah sebab
ketakutan mereka.
KELOMPOK 4

AYAT 51-64

605
606 S u r a h a n - N a h l [16]

f""\ ^ 9 J - *> '"l * * ^ > X-"V >^^- » C

09 v ^ ^ ^ S ^ ^ i ^ ^
K e l o m p o k IV A y a t 51 S u r a h a n - N a h l [16] 607

AYAT 51

Dia berfirman: "Janganlah kamu mengambil dua tuhan; sesungguhnya Dia


adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut. "

Kekuasaan Allah y a n g diuraikan dalam ayat-ayat yang lalu, sujudnya


seluruh m a k h l u k , t e r m a s u k para m a l a i k a t , h a n y a k e p a d a - N y a s e m a t a
membuktikan bahwa Allah M a h a Esa. Karena itu, kesimpulan itu ditegaskan
di sini b a h w a Dia Yang M a h a k u a s a itu berfirman: "Janganlah kamu
memaksakan diri menentang fitrah kesucian vang mengakui keesaan Allah
dengan mengambil, y a k n i m e n y e m b a h , dua tuhan; sesungguhnya Dia, y a k n i
Ketuhanan yang haq, adalah satu Tuhan Yang Maha Esa Zat, sifat, dan
perbuatan-Nya. Dia itu adalah A k u y a n g menyatakan pernyataan ini dan
m e n u r u n k a n kitab suci a l - Q u r a n maka hendaklah kepada-Ku saja kamu
takut, jangan takut kepada selain A k u , baik kepada m a k h l u k hidup apalagi
kepada berhala-berhala atau benda-benda mati walau dikeramatkan. "
Kata (^J,\) ildhain adalah bentuk yang menunjuk dua. Tunggalnya adalah
ilah. l a berasal dari kata ( l x T p ) al-ildhah, ( X* fa) al-uluhah, dan ( 'LA fa )
al-uluhiyah vang kesemuanya, m e n u r u t pata ulama, b e r m a k n a ibadah!
penyembahan sehingga kata ilah secara harfiah berm-akmyang disembah. Ada
juga y a n g berpendapat bahwa kata tersebut berakar dari kata ( $ ) alah a
dalam arti mengherankan atau menakjubkan karena segala perbuatan/ciptaan-
N y a menakjubkan atau karena bila dibahas hakikat-Nya akan mengherankan
akibat ketidaktahuan m a k h l u k tentang hakikat Zat Yang M a h a a g u n g Itu.
Apa pun yang terlintas di dalam benak menyangkut hakikat Zat Aliah, Allah
tidak demikian. A d a juga y a n g berpendapat bahwa ia terambil dari akar kata
( J L _ « J l ) aliha-ydlahu vang berarti tenang karena hati menjadi tenang
bersama-Nya, atau dalam arti menuju dan bermohon karena harapan seluruh
m a k h l u k tertuju kepada-Nya dan kepada-.Nya jua m a k h l u k bermohon.
M e m a n g , setiap y a n g dipertuhan pasti disembah dan kepadanya tertuju
harapan dan permohonan lagi menakjubkan ciptaan-Nya.
608 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 51

Kembali kepada kata ilah y a n g beraneka ragam m a k n a n y a , seperti


d i k e m u k a k a n di atas, dapat dipertanyakan apakah bahasa atau al-Qur'an
m e n g g u n a k a n n y a u n t u k makna yang disembah}
Para ulama yang mengartikan ilah dengan "yang disembah" menegaskan
bahwa ilah adalah segala sesuatu yang disembah, baik penyembahan itu tidak
dibenarkan oleh akidah Islam, seperti matahari, bintang, bulan, manusia,
atau berhala, m a u p u n yang dibenarkan dan diperintahkan oleh Islam, yakni
Zat yang wajib wnjud-Nya, yakni Allah swt. Karena itu. jika seorang m u s l i m
mengucapkan "la ilaha illa Allah", dia telah menafikan segala tuhan, kecuali
Tuhan yang nama-Nya "Allah".
Alasan yang digunakan para ulama untuk memperkuat m a k n a ini adalah
alasan kebahasaan y a n g d i k e m u k a k a n di atas, ditunjang pula dengan ayat
dari satu cjird'ah (bacaan) syddziyang tidak populer), yakni Q S . al-A'raf [7]:
127 y a n g d i b a c a : ( i b A j j ^j*kj J ^ J ^ J ij-i—<U ) Hyufiidu
1
fi al-ardhi wa
yadzaraka wa ilahataka.
Kata (iibM ) ilahataka dalam bacaan syddz ini adalah ganti dari kata
( dlaiT ) alihataka yang berarti sesembahan dan y a n g merupakan bacaan vang
sah dan populer. Kata ilahataka di sini berarti "ibadah". Jika d e m i k i a n ,
m e n u r u t mereka, ilah berarti y a n g disembah atau vang kepadanya ibadah
tertuju. J i k a d e m i k i a n , la ilaha illa Allah berarti tidak ada yang disembah
kecuali Allah. Penyataan ini tidak lurus, m e n u r u t beberapa ulama, karena
dalam kenyataan terlihat dan diketahui sekian banyak zat selain Allah y a n g
disembah. Bukankah ada yang m e n y e m b a h matahari, bulan, bintang dan
lain-lain? Keberatan mereka ini dijawab dengan m e n y a t a k a n bahwa pada
kalimat syahadat itu terdapat sisipan antara kata ilaha dan illd y a n g harus
tersirat ketika m e n g u c a p k a n n y a yaitu ( j £ ) bi haqq!yang haq sehingga
m a k n a n y a : tidak ada tuhan yang hak dan berhak disembah kecuali Allah.
j i k a m a k n a ini diterima, ayat di atas bagaikan melarang menyembah kecuali
Allah semata karena tidak ada y a n g wajar disembah kecuali Dia.

Yang menolak m e m a h a m i kata ilah dalam arti yang disembah menilai


bahwa sisipan ini tidak wajar dan tidak perlu. M e m a n g , ada semacam kaidah
y a n g dirumuskan pakar-pakar bahasa yang menyatakan bahwa: Penyisipan
satu kata tidak dipetlukan apabila redaksi k a l i m a t n y a dapat dipahami secara
K e l o m p o k IV A y a t 51 S u r a h a n - N a h l [16] 609

lurus tanpa penyisipan itu. Ulama y a n g menolak memahami kata ildh dalam
arti yang disembah berpendapat bahwa pada m u l a n y a kata tersebut diletakkan
oleh bahasa dalam arti Pencipta, Pengatur, Penguasa alam raya, yang di dalam
genggaman-Nya segala sesuatu. Sekian b a n y a k ayat al-Qur'an y a n g mereka
paparkan u n t u k m e n d u k u n g pandangan ini, misalnya,

"Seandainya di langit dan di bumi ada ildh-ildh kecuali Allah, niscaya


keduanyaakan binasa"(QS. al-Anbiya' [ 2 1 ] : 2 2 ) .
Kata mereka, pembuktian kebenaran pernyataan ayat di atas baru dapat
dipahami secara benar apabila kata ildh diartikan Pengatur serta Penguasa
alam raya, yang di dalam genggaman-Nya segala sesuatu. Kalau kita
mengartikan ildh dengan yang disembah, w a l a u p u n dengan penyisipan kata
yang haq, p e m b u k t i a n kebenaran pernyataan itu menjadi terlalu panjang,
bahkan boleh jadi tidak sejalan sama sekali.
D e m i k i a n j u g a dengan firman-Nya:

"Allah tidak mempunyai anak, dan tiada ilah bersama-Nya karena seandainya
demikian (yakni ada ilah bersama-Nya) niscaya setiap ilah membawa makhluk
yang diciptakannya dan sebagian dari mereka (ildh-ildh itu) akan mengalahkan
sebagian (ilah) yang lain. Mahasuci Allah dari yang mereka sifatkan itu"(QS.
al-Mu'minun [23]: 9 1 ) .
Cobalah p a h a m i kata ilah pada ayat di atas dengan "yang disembah",
niscaya uraian y a n g dikehendaki oleh ayat itu akan sangat berbelit-belit,
berbeda jika Anda mengartikannya sebagai Penguasa dan Pengatur alam raya,
dan yang di dalam genggaman-Nya segala kekuasaan. Perhatikan juga firman-
N y a dalam Q S . al-Isra [ 1 7 ] : 4 3 dan lain-lain.
Kata ilahain, sebagaimana dikemukakan di atas, adalah bentuk dual yang
m e n u n j u k kepada dua sehingga sepintas kata ( J ^ J ) ) itsnain y a n g juga berarti
dua dan y a n g datang sesudah kata ilahain tidak diperlukan lagi. Al-Biqa'i
610 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 51

m e m a h a m i kehadiran kata istanain/dua itu u n t u k m e n a m p i k t i m b u l n y a


dugaan bahwa larangan ini berkaitan dengan larangan memperbanyak nama
u n t u k - N y a . Di sisi lain, ayat ini h a n y a m e n y e b u t dua tuhan karena apabila
mengakui dan m e n y e m b a h dua tuhan saja telah terlarang m a k a apalagi jika
banyak. Juga—sekali lagi menurut al-Biqa i—karena apa yang dinamai dlihah
tidak keluar dari dua k e m u n g k i n a n saja. Pertama adalah Khdliq (Pencipta)
dan kedua adalah makhluq (yang diciptakan). Semua yang berakal mengetahui
b a h w a m a k h l u k t i d a k wajar d i j a d i k a n ilah (dipertuhan) dan, dengan
demikian, y a n g dipertuhan hanya al-Khdliq. Selanjutnya, jika sesuatu adalah
m a k h l u k , dia pasti terbagi, sedang pembagian yang terkecil adalah dua.
Demikian ahBiqa'i.

T h a b a t h a b a ' i , di s a m p i n g m e n y i n g g u n g p e n d a p a t s e r u p a , j u g a
m e n a m b a h k a n bahwa penyebutan dua di sini berkaitan dengan pandangan
mereka y a n g pada prinsipnya memercayai adanya dua tuhan. Pertama, tuhan
pencipta dan sekadar pencipta, dan tuhan kedua adalah t u h a n pengatur dan
pengendali y a n g kepadanya mereka beribadah. Tuhan pertama y a n g mereka
percayai sekadar sebagai tuhan pencipta mereka nilai juga sebagai tuhan dari
tuhan-tuhan yang lain. Dan, dengan demikian, ayat ini, tulis Thabathaba'i,
bermaksud menyatakan: "Janganlah memercayai a d a n y a d u a tuhan, tuhan
pencipta dan tuhan pengatur. Tuhan hanya satu lagi M a h a Esa, Dia Pencipta
dan Dia juga Pengatur dan Pengendali."

Kata ( d j » ) ildh y a n g kedua pada ayat ini berbentuk tunggal dan sesudah
itu d i h a d i r k a n lagi kata ( ) wdhid y a n g b e r m a k n a satu. Ini dapat
m e n i m b u l k a n kesan sebagaimana y a n g d i t i m b u l k a n oleh kata dua pada
p e n g g a l a n y a n g l a l u . A g a k n y a , k e h a d i r a n k a t a satu di s i n i u n t u k
mengisyaratkan bahwa Tuhan adalah Esa d a l a m Zat, sifat, dan perbuatan.
Satu j a m tangan, kendati ia satu, pada hakikatnya ia terdiri dari bagian-bagian
kecil yang menyatu pada j a m tangan tersebut. J a m tangan itu memiliki jarum
penunjuk waktu, mesin penggerak j a r u m , kaca penutup, tali pengikat, dan
lain-lain y a n g kesemuanya dibutuhkan dan tidak dapat berpisah dengannya
agar ia dapat menjadi j a m tangan. Kendati demikian, kita menyatakan bahwa
j a m tangan itu h a n y a satu. Allah swt. tidak d e m i k i a n . Dengan kata Wahid
p a d a ayat ini d i p a h a m i bahwa Allah swt. adalah M a h a Esa, Z a t - N y a tidak
K e l o m p o k IV A y a t 5 2 S u r a h a n - N a h l [16] 611

terdiri dari bagian-bagian karena, j i k a demikian, pastilah bagian-bagian itu


dibutuhkan oleh-Nya sedang Tuhan adalah Zat y a n g tidak m e m b u t u h k a n
sesuatu apa pun, tetapi Dia y a n g dibutuhkan oleh segala sesuatu.
Kata ( 0 j-ftjis )farhabun terambil dari kata (t—J»J ) rahiba yang bermakna
takut disertai dengan kehati-hatian. Al-Biqa'i m e m a h a m i n y a dalam arti takut
yang lahir karena melanggar sesuatu yang telah diketahui sebelumnya bahwa
ia terlarang.
Takut y a n g d i m a k s u d itulah y a n g akan dapat mendorong seseorang
mengakui keesaan-Nya, beribadah dan berserah diri kepada-Nya.
Pengalihan redaksi ayat dari bentuk persona ketiga pada penggalan awalnya
menuju persona pertama pada a k h i r n y a y a n g berbicara tentang keharusan
takut kepada Allah d i m a k s u d k a n u n t u k lebih m e n e k a n k a n kewajiban itu.
Ini karena, bila satu pernyataan disampaikan langsung oleh yang berwenang,
itu mengesankan pentingnya pernyataan tersebut.

AYAT 52

"Dan bagi-Nya segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-
lab ketaatan selama-lamanya. Maka, mengapakah kepada selain Allah kamu
bertakwa?"

Setelah penutup ayat y a n g lalu memperingatkan dengan keras yaitu


dengan menunjuk diri-Nya secara langsung, kini kembali Allah mengingatkan
bahwa dan bagi-Nya, sang Pencipta dan Pengatur alam raya itu, segala apa
yang ada di langit dan di bumi, b a i k y a n g k a m u sembah, w a h a i p a r a
pendurhaka, m a u p u n yang berada dalam genggaman tangan kamu, bahkan
yang lepas, tidak bermilik dan untuk-Nya-lah semata-mata ketaatan, yakni
kepatuhan dipersembahkan selama-lamanya, dan secara terus-menerus, baik
kamu m a u p u n mereka dan baik suka m a u p u n tidak. Maka, j i k a kini k a m u
mengetahui bahwa Allah demikian itu sifat dan kekuasaan-Nya serta demikian
pula yang seharusnya terjadi, mengapakah kepada selain Allah kamu bertakwa,
yakni berupaya menghindar dari amarahnya, padahal y a n g selain Allah tidak
612 S u r a h a n - N a h ! [16] K e l o m p o k IV A y a t 5 2

m e m i l i k i kekuasaan, bahkan seluruhnya t u n d u k kepada-Nya? Ini s u n g g u h


aneh dan tidak masuk akal!
Kata ( ji3S\) ad-din, bahkan semua kata y a n g terdiri dari huruf-huruf
y a n g sama w a l a u p u n dengan b u n y i / h a r a k a t yang berbeda seperti ( j j i ) din,
yakni agama atau kepatuhan, atau ( j j i ) daynlutang, atau ( J J - U _ d)li ) dana-
yadinu/rnenghukum atau patuh, kesemuanya menggambarkan hubungan dua
pihak di m a n a p i h a k pertama m e m p u n y a i k e d u d u k a n y a n g lebih tinggi
dibanding dengan pihak kedua. Perhatikanlah h u b u n g a n antara si peminjam
dan si pemberi pinjaman, antara yang dihukum dan yang menghukum, antara
y a n g patuh dan dipatuhi, dan antara Tuhan y a n g m e n u r u n k a n a g a m a dan
m a n u s i a yang beragama. Kata "ad-din" d a l a m ayat ini diartikan sebagai
ketaatan dan kepatuhan. Ada juga yang m e m a h a m i n y a dalam arti pembalasan
atau kekuasaan. M a k n a - m a k n a itu s e m u a n y a benar, tetapi agaknya pilihan
pertama, yakni ketaatan lebih sesuai dengan konteks uraian ayat.

Kata { ) wdshib t e r a m b i l d a r i k a t a ( s—"J ) washaba yaitu


kesinambungan. M a k s u d n y a adalah ketaatan dan k e p a t u h a n harus
dipersembahkan kepada Allah swt. secara terus-menerus dalam keadaan apa
pun, senang atau susah, tidak ubahnya seperti para malaikat yang tidak pernah
lesu beribadah dan serupa dengan benda-benda tak bernyawa y a n g patuh
kepada h u k u m - h u k u m Allah yang berlaku di alam raya, tidak pernah menolak
atau membangkang.
Kata taqwd dari segi bahasa terambil dari kata ( ) waqa yang
bermakna menghindar. Yang bertakwa adalah yang menghindar dari bencana
dan atau j a t u h n y a siksa. Bertakwa kepada sesuatu adalah patuh kepadanya
sehingga melaksanakan apa yang dia perintahkan atau kehendaki dan menjauhi
apa y a n g dilarang dan tidak disukai. Ketakwaan d a l a m arti kebahasaan ini
lahir dari rasa takut, y a n g d a l a m konteks ayat ini adalah y a n g ditegaskan
sebelum ini dengan kata ( dj-ftjli ) farhabiln.
Takwa dalam pengertian al-Qur'an dan as-Sunnah sudah lebih luas
m a k n a n y a dari kata menghindar itu sehingga m e n c a k u p pengamalan ajaran
agama, baik didorong oleh rasa takut kepada siksa Allah m a u p u n mengharap
surga-Nya, bahkan termasuk j u g a bukan karena takut dan harap tetapi semata-
mata katena cinta dan syukur atas aneka anugerah-Nya.
K e l o m p o k IV A y a t 5 3 - 5 5 S u r a h a n - N a h l [16] 613

Ayat ini j u g a merupakan argumentasi dari pernyataan yang lalu tentang


keesaan Allah swt. karena selama segala sesuatu adalah m i l i k - N y a m a k a
pastilah Dia y a n g menguasainya. Dia dapat berbuat apa saja terhadap apa
y a n g d i m i l i k i - N y a karena tidak ada arti kepemilikan jika si pemilik tidak
menguasai, mengendalikan, atau melakukan apa yang dikehendaki terhadap
apa yang dimiliki. Kalau segala sesuatu hanya milik Allah—tidak ada pemilik
s e l a i n - N y a — m a k a itu berarti Dia M a h a Esa lagi M a h a k u a s a .

AYAT S 3 - 5 5

"Dan apa saja yang ada pada kamu dari nikmat, maka dari Allah-lah.
Kemudian bila kamu disentuh oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-
lah saja kamu meminta pertolongan. Kemudian, apabila Dia telah
menghilangkan kemudharatan itu dan kamu, tiba-tiba sebagian dari kamu
terhadap Tuhan mereka, mereka persekutukan. Biarlah mereka mengingkari
apa yang telah Kami berikan kepada mereka; maka bersenang-senanghih. Kelak
kamu akan mengetahui. "

Sekali lagi, sungguh aneh sikap kamu k u , kamu tidak takut kepada Allah
tetapi takut kepada selain-Nya, padahal Dia demikian berkuasa. Dan sungguh
aneh juga k a m u patuh kepada selain-Nya padahal apa saja walau sekecil apa
pun yangadapada kamu, wahai seluruh makhluk, baik kamu patuh m a u p u n
tidak, apa saja dari nikmat y a n g k a m u n i k m a t i atau terhampar, maka dari
Allah-lah sumbernya. Kemudian, bila kamu disentuh, walau hanya sentuhan
yang tidak betarti, oleh kemudharatan dengan tercabutnya sedikit dari nikmat
Allah itu, maka hanya kepada-Nya-lah saja kamu meminta pertolongan
kiranya kemudharatan itu segera dihilangkan. Ini karena m e m a n g dalam diri
setiap insan ada fitrah kesucian y a n g merasakan kehadiran Allah, dan y a n g
akan segera muncul pada saat kesulitan. Kemudian apabila Dia Yang M a h a
Esa dan Kuasa itu telah menghilangkan kemudharatan y a n g menyentuh itu
dari kamu, tiba-tiba dengan cepat dan serta merta sebagian dari kamu, wahai
manusia, y a k n i y a n g d u r h a k a terhadap Tuhan Pemelihara dan Pembimbing
614 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 5 3 - 5 5

mereka, mereka persekutukan dengan y a n g lain, padahal ketika m e n g a l a m i


m u d h a r a t itu mereka tulus h a n y a m e n g h a r a p - N y a semata-mata. Biarlah
mereka mengingkari apa, yakni nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka;
maka karena itu sungguh wajar disampaikan kepada mereka bahwa:
"Bersenang-senanglah! Kelak kamu akan mengetahui akibat b u r u k perbuatan
k a m u itu. "
Kata ( OjjWi} tafarun terambil dari kata ( jlj£-i) al-juar y a i t u suara
binatang buas. Kemudian, kata tersebut digunakan u n t u k suara keras d a l a m
bermohon dan m e m i n t a pertolongan. Binatang berteriak m e n g a u m dengan
suara keras, tanpa takut atau m a l u didengar orang, bahkan ia
m e m p e r d e n g a r k a n a u m n y a ke seluruh penjuru. Nah, d e m i k i a n kata y a n g
dipilih oleh ayat ini menggambarkan sikap manusia yang kafir ketika ditimpa
musibah.
Penggalan ayat ini m e n g g a m b a r k a n dengan sangat teliti sifat m a n u s i a
serta k e b u t u h a n n y a kepada Allah swt. j i k a seseorang—kendati dia kafir dan
d u r h a k a — m e n g a l a m i kecemasan dan dia m e n d u g a b a h w a tidak ada lagi
tempat m e m i n t a bantuan, ketika itu j i w a n y a segera m e n u j u kepada Yang
M a h a k u a s a m e m o h o n pertolongan-Nya. Itu sebabnya, tulis para pakar,
" M a n u s i a tidak akan melepaskan diri sama sekali dari Tuhan dan akan tetap
berhubungan d e n g a n - N y a selama kecemasan dan harapan masih menjadi
sifat bawaan manusia." Mereka yang tidak mengakui wujud Tuhan pun pada
saat-saat cemasnya akan m e n c a r i - N y a karena kehadiran Allah ada pada diri
setiap insan dalam bentuk fitrah kesucian. M e m a n g , boleh jadi hal tersebut
diingkari secara lisan, tetapi pada saat-saat cemas pasti suara nurani manusia
akan memanggil n a m a - N y a , bahkan berteriak m e m o h o n bantuan-Nya.

H u r u f lam y a n g d i b a c a li p a d a k a t a ( \ j j & J ) liyakfuru ada yang


m e m a h a m i n y a berfungsi sebagai perintah y a n g bertujuan m e n g e c a m karena
itu di atas ia diterjemahkan dengan "Biarlah mereka mengingkari". Ada juga
u l a m a y a n g m e m a h a m i n y a sebagai m e n u n j u k pada k e s u d a h a n / a k i b a t ,
sehingga penggalan ayat itu dipahami dalam arti kesudahan dari permohonan
dan sifat b u r u k mereka itu adalah kekufuran kepada Allah swt. Pendapat
serupa m e m a h a m i huruf tetsebut d a l a m arti agar/supaya. Jika dipahami
d e m i k i a n , ayat ini m e n g g a m b a r k a n betapa bejatnya mereka. M e s t i n y a
K e l o m p o k IV A y a t 5 6 S u r a h a n - N a h l [16] 615

ke terhindar an dari mudharat k u mereka hadapi dengan syukur kepada Allah,


tetapi ternyata tidak demikian. Seakan-akan ketika mereka bermohon meraih
keselamatan tujuannya b u k a n agar mereka bersyukur, tetapi sebaliknya agar
mereka mengkufuri Allah. Ini merupakan kebejatan dan kedurhakaan y a n g
tiada taranya.

AYAT 5 6

"Dan mereka menjadikan untuk apa yang mereka tidak ketahui satu bagian
dari rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka. Demi Allah, sungguh
pasti kamu akan ditanyai menyangkut apa yang telah kamu ada-adakan. "

Ayat ini masih lanjutan uraian keburukan k a u m musyrikin, yakni dan


mereka, y a k n i k a u m musyrikin itu, juga menjadikan, yakni sediakan dan
khususkan untuk apa, y a k n i berhala-berhala yang mereka, yakni k a u m
m u s y r i k i n itu, tidak ketahui kekuasaannya. Mereka, k a u m musyrikin itu,
menjadikan satu bagian yang cukup banyak dari rezeki yang telah Kami berikan
kepada mereka, seperti binatang ternak atau hasil pertanian, u n t u k berhala-
berhala mereka, dengan dalih mendekatkan diri mereka kepada Allah.
Apa y a n g mereka lakukan itu stingguh m e l a m p a u i batas. M a k a , avat
i n i — s a m b i l m e n g a r a h k a n p e m b i c a r a a n secara l a n g s u n g k e p a d a para
pendurhakaitu—melanjutkan bahwa Demi Allah yang M a h a Esa dan Kuasa,
sungguh pasti kamu akan ditanyai, yakni akan dikecam dan disiksa menyangkut
apa yang telah kamu ada-adakan, yakni kebohongan y a n g k a m u lakukan
dengan memperatasnamakan Allah.

Ayat ini m e n u n j u k kepada kebiasaan buruk kaum musyrikin M e k k a h


yang telah diuraikan secara luas dalam surah al-An'am [6J: 138. M e m a n g , di
sini tidak dijelaskan oleh ayat ini bahwa mereka membagi rezeki yang mereka
peroleh, sebagian u n t u k Allah dan sebagian u n t u k berhala-berhala mereka
s e b a g a i m a n a h a l n y a d a l a m surah a l - A n ' a m itu. A g a k n y a , hal tersebut
disebabkan konteks ayat al-An'am adalah uraian tentang kejahilan mereka,
616 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 5 6

sedang di sini adalah uraian yang lebih khusus, yaitu tentang ketiadaan syukur
mereka.
Dalam tafsir surah al-An'am itu, penulis m e n g e m u k a k a n bahwa banyak
riwayat tentang tata cara mereka membagi binatang dan t a n a m a n yang
disinggung ayat ini. Biasanya, jika bi natang yang diperuntukkan bagi berhala-
berhala mereka binasa atau terjadi sesuatu—-katakanlah hama atau banjir atas
sawah dan ladang m e r e k a — y a n g mengakibatkan kurangnya hasil dari apa
y a n g mereka peruntukkan bagi berhala-berhala itu, apa y a n g m e r e k a duga
diperuntukkan bagi Allah mereka ambil untuk berhala-berhala mereka agar
perolehan berhala tidak berkurang, sedang bila hal serupa terjadi pada bagian
y a n g mereka tetapkan u n t u k Tuhan, mereka tidak m e n g g a n t i n y a dengan
alasan: "Kalau Allah menghendaki tentu tidak akan terjadi kebinasaan milik-
Nya."

Orang-orang musyrik itu menyalurkan harta yang mereka peruntukkan


sebagai bagian Allah u n t u k fakir m i s k i n dan t a m u , d a n y a n g m e r e k a
peruntukkan bagi berhala, mereka berikan kepada p e m u k a agama dan y a n g
bertugas dalam hal-hal yang berkaitan dengan berhala-berhala itu.
Thabathaba'i, di samping mengemukakan makna ayat ini serupa dengan
apa yang dikemukakan di atas, mengemukakan lagi makna lain, yaitu dengan
menghubungkannya terlebih dahulu dengan akhir ayat 54. Menurutnya, ayat
ini dapat j u g a menyatakan tiba-tiba sebagian dari kamu terhadap Tuhan
mereka, mereka persekutukan (ayat 54) dan menjadikan untuk apa yang
mereka tidak ketahui satu bagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada
mereka. Yang d i m a k s u d dengan apa yang mereka tidak ketahui, menurut
Thabathaba'i, adalah faktor-faktor luar yang secara lahiriah merupakan sebab
perolehan rezeki, yang mereka duga bahwa faktor-faktor itu berdiri sendiri,
tidak tunduk di bawah kuasa Allah. Mereka tidak mengetahui hakikat faktor-
faktor tersebut bahwa sebenarnya ia tidak berdiri sendiri. M e r e k a tidak
mengetahui hakikat itu, padahal terkadang mereka menyaksikan sendiri bahwa
dampak yang biasa dihasilkannya tidak muncul walaupun semua faktor yang
biasanya menghasilkan telah terpenuhi.

H u r u f frt'yang m e n d a h u l u i kzraAlldh adalah salah satu dari tiga huruf


yang d i g u n a k a n untuk bersumpah. H a n y a saja huruf 'selalu d i g u n a k a n
K e l o m p o k IV A y a t 5 7 S u r a h a n - N a h l [16] 617

bergandengan dengan kata Allah dan biasanya kandungan sumpahnya adalah


hal-hal y a n g aneh dan mengherankan.

AYAT 5 7

"Dan mereka menjadikan bagi Allah anak-anak perempuan. Mahasuci Allah,


sedang untuk mereka apa yang mereka sukai. "

Setelah ayat vang lalu menjelaskan keburukan mereka m e n y a n g k u t


sesuatu yang tidak bernyawa serta terhadap binatang dan hasil pertanian, kini
diuraikan y a n g lebih b u r u k lagi, yaitu sikap mereka kepada manusia, d a l a m
hal ini adalah anak-anak perempuan. Ayat ini menyatakan: Dan keburukan
mereka yan2, lain adalah mereka menjadikan, yakni menetapkan, menyatakan,
dan memercayai adanya bagi Allah anak-anak perempuan dengan menyatakan
bahwa para malaikat berjenis kelamin wanita dan mereka merupakan anak-
anak Allah—seperti keyakinan suku Kliuza'ah dan Kinanah pada masa Jahiliah.
Mahasuci Allah Yang Malta Esa itu dari kepemilikan anak, baik lelaki m a u p u n
perempuan. M e r e k a menetapkan itu sedang untuk mereka sendiri mereka
tetapkan apa yang mereka sukai yairu anak-anak lelaki. Ini sungguh satu
pembagian y a n g tidak adil. W a l a u p u n tidak benar, apabila mereka berlaku
adil, paling tidak mereka seharusnya tidak menetapkan untuk Allah apa yang
mereka tidak sukai dan tidak juga mengkhususkan bagi diri mereka apa yang
mereka anggap baik.

Firman-Nya—-melukiskan sikap k a u m m u s y r i k i n — m e r e k a menjadikan


bagi Allah anak-anak perempuan dipahami oleh para ulama dalam arti 'mereka
menamainya anak-anakperempuan"Uarena tuhan-tuhan yang mereka sembah
itu tidak terlihat oleh pandangan mata, sebagaimana halnya w a n i t a - w a n i t a /
gadis-gadis pada masa lalu tinggal dan dipingit di rumah tidak menampakkan
diri dalam masyarakat. Pendapat ini tidak d i d u k u n g oleh b a n y a k ulama.
Apalagi masyarakat u m a t manusia di T i m u r dan di Barat y a n g m e n y e m b a h
berhala ketika turunnya al-Qur'an mengenal tuhan-tuhan yang kawin m a w i n
dan menghasilkan anak-anak, baik lelaki m a u p u n perempuan. Dari sinilah
618 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 5 8 - 5 9

masyarakat Jahiliah meniru sehingga menyatakan bahwa Tuhan berhubungan


dengan jin ( Q S . ash-Shaffat [ 3 7 ] : 1 5 8 ) dan para malaikat adalah anak-anak
perempuan Tuhan.
Kata( ) subhdnahulMahasuci Dia, yakni Allah swt., agaknya sengaja
diletakkan sebelum kalimat sedang untuk mereka apayang mereka sukai untuk
menegaskan bahwa penyucian itu berkaitan dengan ucapan dan kepercayaan
mereka b a h w a Allah m e m i l i k i anak bukan karena mereka menjadikan bagi
Allah anak perempuan sedang bagi mereka anak lelaki, y a n g justru hal ini
lebih buruk lagi jika m e n g g u n a k a n logika mereka y a n g enggan dianugerahi
anak perempuan.

AYAT 5 8 - 5 9

"Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar tentang anak perempuan,
hitamlah mukanya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan dirinya dari
orang banyak disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya.
Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan
menyembunyikannya di dalam tanah? Ketahuilah, alangkah buruk apa yang
mereka tetapkan itu. "

M e r e k a percaya dan m e n y a t a k a n bahwa Allah swt. m e m p u n y a i anak-


anak perempuan padahal mereka tidak m e n y u k a i anak-anak perempuan,
buktinya adalah apabila seseorang dari mereka diberi kabar tentang kelahiran
anak perempuan, mereka menerima berita itu dengan kesal dan wajah kusut
sehingga hitamlah, yakni merah padamlah- mukanya dan dia sangat marah.
D i a tidak h a n y a kesal atau marah, tetapi j u g a sangat m a l u sehingga dia
menyembunyikan dirinya dari orang banyak disebabkan anggapan mereka
tentang buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Ketika itu, dia sungguh
bingung m e n y a n g k u t apa y a n g dia lakukan tethadap anak perempuan y a n g
lahir itu apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaayi
ataukah akan menyembunyikannya di dalam tanah hidup-hidup? Ketahuilah,
alangkah buruk apa yang mereka tetapkan itu.
K e l o m p o k IV A y a t 5 8 - 5 9 S u r a h a n - N a h l [16] 619

Kata ( j t J a S " ) kazhim terambil dari kata ( ^ ) kazhama yang berarti


menahan. M a k s u d n y a dia menahan kemarahan atas penyampaian berita y a n g
dinilainya b u r u k itu, dan k e m a r a h a n terhadap istrinya y a n g melahirkan
untuknya anak perempuan. Ketika itu, sebagian mereka belum mengetahui—
atau boleh jadi tahu tapi enggan m e n e r i m a — b a h w a benih/sperma s u a m i /
lelakilah y a n g m e n e n t u k a n jenis k e l a m i n anak, b u k a n sperma w a n i t a .
M e m a n g , hakikat ini secara i l m i a h baru d i t e m u k a n j a u h sesudah t u r u n n y a
al-Qur'an, tetapi agaknya hal tersebut diketahui secara analogi oleh sekian
b a n y a k orang sebelum p e n e m u a n i l m i a h itu. D a l a m konteks ini, penyait al-
A s h m a ' i ( 7 4 0 - 8 2 4 M ) pernah m e n g u b a h syair bagaikan seorang w a n i t a
mendendangkan kata bersayap menyatakan:

"Dia (suami) marah jika kami tidak melahirkan anak lelaki, padahal kami
memberi apa yang diberikan (nya) kepada kami. "
Kata ( ) busysyira yang biasanya digunakan untuk penyampaian berita
gembira disebut d u a kali berturut-turut, masing-masing pada ayat 58 dan
59. Penggunaan kata itu dan pengulangannya dalam konteks berita kelahiran
anak perempuan memberi kesan tentang sikap al-Qur'an terhadap kelahiran
anak dan wanita secara khusus. Betapa ia tidak menjadi berita gembira,
b u k a n k a h anak dapat melanjutkan keturunan dan dapat m e m b a n t u serta
m e m p e r k u a t keluarga? D a l a m literatur agama, d i t e m u k a n u n g k a p a n y a n g
menyatakan bahwa: Jika seoiang anak lelaki lahit, Allah berfirman: "Keluar/
1
lahirlah dan tolonglah ayahmu' , sedang j i k a y a n g lahir seorang perempuan,
Allah berfirman: "Keluar/lahirlah dan A k u y a n g akan menolong a y a h m u " .
M e m a n g , dalam saat y a n g sama, p e n g g u n a a n kata tersebut dapat juga
merupakan cemoohan terhadap mereka yang menilai sesuatu yang
menggembirakan sebagai suatu petaka.

Kata ( .cju ) yadussuhu terambil dari kata ( ) dassa, yakni


menyembunyikan sesuatu pada bagian sesuatu yang lain. Yang d i m a k s u d
adalah m e n y e m b u n y i k a n anak di d a l a m atau celah perut b u m i . Penggunaan
kata ini bertujuan mengisyaratkan b a h w a apa y a n g mereka lakukan itu
b u k a n l a h penguburan, sebagaimana y a n g d i l a k u k a n terhadap orang-orang
620 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 5 8 - 5 9

mati, tidak juga penanaman itu setelah sebelumnya mereka m e m b u n u h n y a ,


tetapi ia adalah penanaman hidup-hidup.
Kata ( 0JA ^Js-) ald hun dapat menjadi sifat pelaku y a n g disampaikan
kepadanya berita kelahiran itu dan, dengan demikian, ia berarti membiarkan
anak perempuan "itu hidup kendati metasa terhina dan malu, dan dapat juga
kata tersebut menjadi sifat dari anak y a n g lahir itu dan, dengan demikian, ia
berarti m e m e l i h a r a anak perempuan itu dan m e m b i a r k a n n y a hidup dalam
keadaan h i n a dina. Kedua m a k n a ini benar d a l a m k e n y a t a a n sebagian
masyarakat j a h i l i a h .
Konon, tradisi masyatakat Jahiliah ini bermula ketika Bani T a m i m
menyerang Persia tetapi terkalahkan sehingga istri dan anak-anak perempuan
mereka ditawan dan diperbudak. Setelah berlalu beberapa lama, kedua pihak
y a n g berperang berdamai dan para istri dan anak perempuan itu dipersilakan
kembali ke k a m p u n g halaman mereka, tetapi sebagian enggan kembali. Hal
ini membuat geram sebagian tokoh Bani Tamim sehingga memutuskan untuk
m e n a n a m hidup-hidup setiap anak perempuan y a n g lahir.
Ketetapan y a n g dimaksud oleh firman-Nva: ( by&£ U s.L.1 *}\) aldsaa
mayahkumunlalangkah buruk apa yang mereka tetapkan itu adalah ketetapan
m e n a n a m h i d u p - h i d u p anak perempuan mereka, atau ketetapan mereka
menjadikan untuk Allah anak perempuan, padahal mereka tidak menyukainya
dan m e m i l i h u n t u k diri mereka anak-anak lelaki, atau bisa j u g a dalam arti
kedua pilihan y a n g timbul dalam benaknya menghadapi anak perempuan
itu, dibiarkan hidup daiam keadaan h i n a atau ditanam hidup-hidup. Kedua
pilihan ini adalah butuk. Seharusnya dia bukan saja dibiarkan h i d u p , tetapi
disyukuri kehadirannya, d i l i m p a h k a n p a d a n y a kasih sayang, sama dengan
kasih sayang kepada anak lelaki, dididik dan dibanggakan.
Salah satu tujuan pemaparan keburukan k a u m musyrikin ini adalah
untuk mengikis habis pandangan masyarakat Jahiliah tentang perbedaan
derajat perempuan dan lelaki. Sisa-sisa pandangan itu boleh jadi masih terasa
hingga kini. Dalam konteks ini, a l m a r h u m M a h m u d Syaltut, mantan Syaikh
(Pemimpin tertinggi) lembaga-lembaga al-Azhar di Mesir, menulis: "Tabiat
k e m a n u s i a a n antara lelaki dan perempuan h a m p i r dapat (dikatakan) sama;
Allah telah m e n g a n u g e r a h k a n kepada perempuan sebagaimana
K e l o m p o k IV A y a t 5 8 - S 9 S u r a h a n - N a h l [16] 621

menganugerahkan kepada lelaki; kepada mereka berdua dianugerahkan Tuhan


potensi dan k e m a m p u a n y a n g cukup u n t u k m e m i k u l tanggung j a w a b dan
y a n g menjadikan kedua jenis kelamin ini dapat melaksanakan aktivitas-
aktivitas yang bersifat u m u m m a u p u n khusus. Karena itu, h u k u m - h u k u m
syariat pun meletakkan k e d u a n y a dalam satu kerangka, y a n g ini (lelaki)
menjual dan membeli, menikahkan dan menikah, melanggar dan d i h u k u m ,
menuntut dan menjadi saksi, dan yang itu (petempuan) juga demikian, dapat
menjual dan membeli, menikahkan dan menikah, melanggar dan d i h u k u m ,
serta m e n u n t u t dan menjadi saksi."

D a l a m buku Secercah Cahaya Ilahi, penulis antara lain m e n g e m u k a k a n


bahwa p e m b u n u h a n bayi perempuan atau anak-anak pada masa J a h i l i a h
dilakukan oleh beberapa kabilah saja. Konon, y a n g pertama m e l a k u k a n
pembunuhan/penanaman hidup anak perempuan adalah Bani Rabf ah, diikuti
oleh Bani Kindah dan sebagian anggota suku Bani Tamim. S u k u Qtiraisy
dengan berbagai cabang-cabang k e t u r u n a n n y a tidak mengenal kebiasaan
buruk ini. Karena itu, riwayat yang mengatakan bahwa 'Umar Ibn Khattab
ra. pernah m e n a n a m hidup-hidup anak perempuannya tidak dinilai sebagai
riwayat y a n g sahih oleh p a k a r - p a k a r sejarah. Apalagi k i s a h n y a dijalin
sedemikian m e m u k a u . D a l a m riwayat itu dinyatakan bahwa suatu ketika
'Umar ra. duduk bersama beberapa sahabatnya, tiba-tiba beliau tertawa, tidak
lama kemudian menangis. Ketika ditanya mengapa beliau tertawa, jawabnya:
"Kami pada masa Jahiliah menyembah berhala y a n g terbuat dari kurma dan
bila kami lapar kami m e m a k a n n y a , sedang tangisku karena aku m e m p u n y a i
anak perempuan, aku menggali kuburnya, dan ketika itu dia membersihkan
pasir y a n g mengenai jenggotku, lalu kukuburkan dia hidup-hidup. Itulah
sebab tangisku."

Riwayat ini juga tertolak karena putri beliau, Hafshah ra., yang kemudian
menjadi istri Nabi M u h a m m a d saw., lahir sebelum masa kenabian. Jika
memang Sayyidin3 'Umar ra. mengubur anak-anak perempuannya, mengapa
Hafshah ra. y a n g juga anaknya itu tidak dikuburkan pula h i d u p - h i d u p dan
mengapa a d i k n y a y a n g lebih k e c i l — m e n u r u t riwayat itu—yang
d i k u b u r k a n n y a hidup-hidup? S u n g g u h satu hal yang tidak masuk di akal.
622 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 5 8 - 5 9

Perlu dicatat bahwa penguburan anak perempuan hidup-hidup bukanlah


adat kebiasaan yang direstui oleh masyarakat Jahiliah. Karena itu, sebagian
suku bahkan menebus orangtua y a n g bermaksud m e n a n a m hidup-hidup
anak-anak perempuannya. Sha'sha'ah Ibn Najiah, kakek penyair aI-Farazdaq,
menebus dengan dua ekor unta hamil sepuluh b u l a n — y a n g merupakan harta
y a n g paling berharga bagi masyarakat J a h i l i a h ketika itu-—setiap orangtua
yang bermaksud menanam hidup-hidup anaknya. Konon, ia sempat menebus
tiga ratus, atau d a l a m riwayat lain empat ratus, anak p e r e m p u a n y a n g
direncanakan oleh orangtuanya u n t u k dikubur hidup-hidup.

Ada persamaan antara aborsi dan p e m b u n u h a n tersebut pada d a m p a k


menghilangkan n y a w a y a n g telah siap atau berpotensi u n t u k berpartisipasi
dalam tugas kekhalifahan. N a m u n ironisnya, dalih atau alasan pelaku aborsi
dewasa ini j a u h lebih b u r u k d a r i p a d a alasan m e r e k a y a n g m e l a k u k a n
p e m b u n u h a n anak perempuan pada masa lampau itu, padahal masyarakat
abad dua puluh sudah mendendangkan Hak-Hak Asasi Manusia dengan suara
y a n g jauh lebih nyaring daripada sebelumnya.
Paling tidak, ada tiga alasan yang diisyaratkan al-Qur'an dan sunnah bagi
pembunuhan bayi pada masa Jahiliah y a n g lampau.
Pertama, khawatir j a t u h n y a orangtua pada lembah kemiskinan dengan
menanggung biaya hidup anak-anak perempuan yang lahir, apalagi, menurut
mereka, anak perempuan tidak produktif. "Nashruhd buka wa blrruhd
sariqah ' (pembelaannya hanya tangis dan pengabdiannya adalah mencuri),
yakni mencuri harta suami untuk diberikan kepada orangtua. U n t u k dalih
ini, al-Qur'an mengingatkan bahwa:

"Kami yang akan memberi rezeki untuk kamu (haipara orangtua) dan memberi
juga mereka (anak-anakmu) rezeki" [Q$. al-An'am [ 6 ] : 1 5 1 ) .
Kedua, khawatit j a t u h n y a anak pada lembah kemiskinan j i k a mereka
dewasa kelak. U n t u k mereka, al-Qur'an m e n g i n g a t k a n bahwa:

"Kamiyang akan memberi mereka {anak-anak itu) rezeki, dan memberikan


K e l o m p o k IV A y a t 5 8 - 5 9 S u r a h a n - N a h l [16] 623

pula untukmu" {QS. al-Isra' [ 1 7 ] : 3 1 ) . Perhatikan bagaimana ayat pada surah


al-An'am ayat 151 di atas m e n d a h u l u k a n janji pemberian rezeki kepada
orangtua yang takut terjerumus dalam kemiskinan, baru kemudian menyebut
anak, sedang pada ayat al-Isra' [ 1 7 ] : 3 1 , y a n g d i d a h u l u k a n adalah anak y a n g
dikhawatirkan oleh orangtuanya, baru k e m u d i a n orangtua yang khawatir
itu.
Ketiga, khawatir m e n a n g g u n g aib akibat ditawan dalam peperangan
sehingga diperkosa atau karena terjadi perzinaan. Itu sebab-sebabnya sehingga
"Apabila seseorang dari mereka diberi kabar tentang (kelahiran) anak perempuan,
hitam (merah padam)lah mukanya dan dia sangat marah, " seperti bunyi
ayat y a n g ditafsirkan ini.
P e l a k u aborsi p a d a m a s a J a h i l i a h m o d e r n i n i , s e b a g i a n m e r e k a
melakukannya bukan karena takut miskin, baik sekarang menyangkut dirinya
m a u p u n kelak m e n y a n g k u t a n a k n y a . Tetapi, perbuatan keji itu mereka
lakukan pada u m u m n y a untuk menutup malu yang menimpa mereka setel ah
terjadi "kecelakaan" akibat dosa ibu mereka, bukan karena khawatir m a l u
akibat perlakuan b u r u k orang lain terhadap anak-anak mereka. Pada zaman
Jahiliah yang lalu, mereka m e m b u n u h antara lain karena khawatir anak
diperkosa atau berzina, sedang pada pada masa Jahiliah modern anak dibunuh
karena ibunya sendiri diperkosa atau telah betzina.

Pada Jahiliah masa l a m p a u , a n a k d i b u n u h oleh m e r e k a y a n g tidak


berpengetahuan, belum juga mengenal apa y a n g dinamai H A M , tetapi masa
Jahiliah modern, a n a k d i b u n u h oleh ibu dan dokter yang berpengetahuan
serta hidup dalam situasi m a r a k n y a tuntutan H A M .
Pada masa Jahiliah d a h u l u , anak dibunuh atau ditanam h i d u p - h i d u p
oleh a y a h n y a seorang diri, kini pada masa J a h i l i a h modern a n a k d i b u n u h
oleh ibu bersama dokter ahli dan b i d a n n y a . Kalaulah yang seorang diri
dipengaruhi oleh setan dan tidak ada yang mengingatkannya, tidakkah seorang
dari y a n g tiga di atas sadar sehingga mengingatkan tekannya?
Pada masa Jahiliah d a h u l u , y a n g d i b u n u h atau yang d i t a n a m h i d u p -
h i d u p h a n y a a n a k p e r e m p u a n , kini y a n g d i b u n u h adalah a n a k — b a i k
perempuan m a u p u n lelaki. Pada zaman jahiliah dahulu, anak perempuan
vang akan ditanam hidup-hidup dihiasi terlebih dahulu dan dibawa ke tempat
624 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 6 0

y a n g j a u h bersama a y a h n y a saja, tetapi p e m b u n u h a n a n a k dewasa ini tanpa


basa-basi, dibuang begitu saja tanpa diketahui oieh orangtuanya sendiri di
m a n a bayinya dibuang. S u n g g u h ironis dan kejam.

AYAT 6 0

"Bagi yang tidak percaya dengan akhirat, sifat yang buruk; dan bagi Allah sifat
yang Mahatinggi; dan Dia-lah YangMahaperkasa lagi Mahabijaksana. "

Ayat ini berhubungan dengan ayat y a n g lalu dan dapat dinilai sebagai
komentar atas sikap mereka y a n g marah bila diberitakan tentang kelahiran
a n a k perempuan serta ucapan mereka b a h w a Allah m e m i l i k i anak-anak
perempuan. A y a t ini sejalan m a k n a n y a dengan kata suhhanahu y a n g disebut
pada ayat 5 7 . H a n y a saja, kata ini di sana bertujuan m e n y u c i k a n Allah swt.
dari apa yang mereka nyatakan terhadap-Nya, sedang ayat ini adalah kecaman
atas ucapan mereka yang mengandung penghinaan dengan menisbahkan anak
perempuan kepada Allah padahal mereka sendiri enggan m e n d a p a t k a n n y a .
D e m i k i a n T h a h i r Ibn 'Asyur m e n g h u b u n g k a n ayat ini dengan ayat y a n g
lalu.

Al-Biqa'i menghubungkannya dengan menyatakan bahwa setelah terbukti


dari ayat-ayat yang lalu bahwa k a u m musyrikin telah mengucapkan kebatilan,
baik terhadap Allah swt. m a u p u n terhadap diri mereka sendiri, ayat ini
menjelaskan y a n g benar dan hak m e n y a n g k u t apa y a n g mereka bicarakan
itu. Di sini—tulis al-Biqa i—seakan-akan ada yang bertanya: "Kalau m e m a n g
mereka itu b e r k e y a k i n a n dan m e n g u c a p k a n k a l i m a t - k a l i m a t batil, apa
sebenarnya y a n g benar?" N a h , ayat ini menjawab p e r t a n y a a n tersebut.
D e m i k i a n al-Biqa'i.
Dapat j u g a dikatakan bahwa telah terbaca dari ayat-ayat y a n g lalu betapa
buruk sifat-sifat k a u m musyrikin dan betapa mulia dan indah sifat-sifat Allah.
Nah, ayat ini melanjutkan dengan m e n y a t a k a n bahwa m e m a n g bagi yang
tidak percaya dengan keniscayaan k e h i d u p a n akhirat, sifat perbuatan dan
ucapan y a n g aneh, y a k n i yang buruk; dan bagi Allah Yang M a h a Esa sifat
K e l o m p o k IV A y a t 6 0 S u r a h a n - N a h l [161 625

yang Mahatinggi y a n g tidak dapat d i j a n g k a u betapa indah, luhur, dan


tingginya oleh makhluk, betapapun m u l i a n y a m a k h l u k itu; dan tidak heran
jika d e m i k i a n karena Dia-lah Yang Mahaperkasa sehingga tidak dapat
dijangkau oleh siapa pun lagiMahabijaksana sehingga Dia tidak menempatkan
sesuatu kecuali pada tempat yang semestinya.
Kata ( J i a ) matsal d i g u n a k a n d a l a m arti sifat dan keadaan yang aneh
tanpa m e m b e d a k a n apakah sifat itu baik atau buruk. Ayat ini k e m u d i a n
menjelaskan bahwa ada matsalyang buruk dan ada j u g a y a n g sangat baik lagi
Mahatinggi.
Kata ( t j ^ J l ) as-sait 'yang berarti buruk dapat mencakup keburukan y a n g
tidak dapat dihindari manusia, seperti k e b u r u k a n wajah, dan ada juga y a n g
dapat dihindarinya, seperti keburukan perilaku. Yang dimaksud oleh ayat ini
adalah keburukan k e d u a ini.
Keburukan kelakuan pada dasarnya tidak dapat d i b e n d u n g kecuali j i k a
ada keyakinan tentang a d a n y a pembalasan. Dari sini a g a k n y a sehingga ayat
ini mengaitkan antara ketiadaan i m a n dan perilaku buruk k a u m musyrikin
itu. Dengan demikian, penyifatan k a u m musyrikin itu oleh ayat ini dengan
orang-orang yang tidak percaya dengan akhirat bukan saja seperti pendapat
Thahir I b n ' Asyur bahwa hal itu disebabkan k a u m musyrikin populer dengan
nama tersebut di kalangan k a u m muslimin, tetapi j u g a , bahkan y a n g lebih
penting, adalah karena ketiadaan i m a n pada hari Kemudian menjadikan
seseorang berpotensi besar u n t u k berperilaku buruk. D a l a m Q S . a l - M a un
[ 1 0 7 ] : 1-3, Allah m e n y a t a k a n bahwa orang vang menghardik anak y a t i m
dan tidak menganjurkan memberi pangan adalah mereka yang mendustakan
hari Kemudian. Ayat ini turun berkaitan dengan sikap mereka y a n g enggan
membantu anak yatim atau orang miskin karena menduga bahwa bantuannya
kepada mereka tidak menghasilkan apa-apa. Ini berarti bahwa pada hakikatnya
sikap mereka itu adalah sikap orang-orang vang tidak percaya akan a d a n y a
i h a r i ) P e m b a l a s a n . D i s e b a b k a n m e r e k a m e r a s a t i d a k a k a n ada y a n g
menjatuhkan s a n k s i — w a l a u di a k h i r a t — m a k a y a n g b e r s a n g k u t a n
menghardik anak y a t i m . Karena tidak percaya bahwa ada ganjaran ukhrawi,
dia tidak m e m b a n t u y a n g butuh. Seandainya dia percaya, dia tetap akan
menghindari keburukan dan memberi bantuan karena, kalaulah bantuan yang
626 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 6 0

diberikannya tidak menghasilkan sesuatu di dunia, pasti ganjaran/balasan


perbuatannya itu akan diperolehnya di akhirat kelak. Bukankah yang percaya
tentang keniscayaan hari Kemudian meyakini bahwa Allah swt. tidak menyia-
nyiakan amal baik seseorang, betapapun kecilnya amal baik itu?
Seseorang yang kehidupannya dikuasai oleh kekinian dan kedisinian tidak
akan m e m a n d a n g ke hari Kemudian y a n g berada di depan sana. Sikap
demikian merupakan pengingkaran/pendustaan terhadap ad-dm, baik dalam
arti "agama", lebih-lebih lagi dalam arci hari Kemudian. Rujuklah lebih jauh
penafsiran surah a l - M a un d a l a m b u k u Tafsir penulis, Tafsir al-Qur'an al-
Karim, Tafsir atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu.
(Pustaka H i d a y a h , 1 9 9 7 ) .
Firman-Nya: (^JsH^ J^U ) walillah al-matsal al-a'ld/dan bagi Allah
sifat yang Mahatinggi menegaskan bahwa sifat-sifat Allah bukan saja sekadar
baik dan tinggi, tetapi Mahatinggi. Allah bukan saja Mahasuci dari sifat-sifat
buruk y a n g dinilai buruk oleh akal, tetapi j u g a M a h a s u c i dari sifat-sifat
sempurna y a n g tidak sesuai dengan hakikat Zat-Nya. "Saya tidak sekadar
b e r k a t a — t u l i s a l - G h a z a l i — b a h w a Dia M a h a s u c i dari segala m a c a m
kekurangan, katena ucapan semacam ini hampir mendekati ketidaksopanan.
Bukanlah kesopanan bila seseorang berkata bahwa Raja/Penguasa suatu negeri
bukan penjahit atau p e m b e k a m karena menafikan sesuatu h a m p i r dapat
m e n i m b u l k a n w a h a m / d u g a a n k e m u n g k i n a n k e b e r a d a a n n y a , dan y a n g
d e m i k i a n m e n i m b u l k a n w a h a m kekurangan baginya."

Dia M a h a s u c i — m e n u r u t a l - G h a z a l i — d a l a m arti Dia M a h a s u c i dari


segala sifat kesempurnaan yang diduga oleh banyak makhluk karena, pertama,
mereka m e m a n d a n g kepada diri mereka dan mengetahui sifat-sifat mereka
serta menyadari adanya sifat sempurna pada diri mereka, seperti pengetahuan,
kekuasaan, pendengaran, penglihatan, kehendak, dan kebebasan. M a n u s i a
meletakkan sifat-sifat tersebut untuk makna-makna tertentu dan menyatakan
bahwa itu adalah sifat-sifat sempurna, selanjutnya manusia juga menempatkan
sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat-sifat di atas sebagai sifat kekurangan.
Perlu disadari bahwa manusia paling tinggi hanya dapat memberikan kepada
.Allah sifat-sifat kesempurnaan seperti yang mereka nilai sebagai kesempurnaan
serta m e n y u c i k a n Allah dari sifat kekurangan seperti lawan dari sifat-sifat
K e l o m p o k IV A y a t 6 0 S u r a h a n - N a h l [16] 627

kesempurnaan di atas, padahal sebenarnya Allah Mahasuci dari sifat-sifat


kesempurnaan y a n g diduga oleh manusia, sebagaimana Dia Mahasuci dari
sifat-sifat kekurangan y a n g dinafikan manusia, karena kedua silat tersebut
lahir dari pemahaman manusia, padahal Dia Mahasuci dari sifat yang terlintas
dalam benak dan khayalan manusia atau yang serupa dengan apa yang terlintas
itu. Seandainya tidak ada izin dari-Nya untuk m e n a m a i - N y a dengan n a m a /
sifat-sifat tersebut—-karena h a n v a dengan d e m i k i a n m a n u s i a mampu
mendekatkan pemahaman terhadap-Nya—seandainya tidak ada izin tersebut,
sifat-sifat kesempurnaan y a n g demikian itu pun tidak wajar disandangkan
kepada-Nya.
Karena itu, agaknya ayat di atas tidak sekadar m e n y a t a k a n ( J,V*Jt Jiii J
al-matsal al-aly tetapi (^JsH\) tf/-^'/^/Mahatinggi dan Yang Tertinggi.
Penyifatan sifat Allah dengan kata yang berbentuk superlatif ini menunjukkan
bahwa sifat-sifat tersebut bukan saja baik, tetapi juga y a n g terbaik bila
dibandingkan dengan y a n g baik lainnya, apakah yang baik lainnya itu dapat
disandang-Nya atau ia baik hanya untuk selain-Nya saja, tapi tidak baik untuk-
Nya.

D i d a h u l u k a n n y a kata ( ^ ) Bilah pada penggalan ayat ( JsH\ Jsli i i j )


wa lilldh al-matsal al-a "la menunjukkan bahwa sifat-sifat y a n g M a h a t i n g g i
itu hanya milik Allah swt. semata. Memang, nama/sifat-sifat yang disandang-
N y a itu terambil dari bahasa manusia, n a m u n kata y a n g d i g u n a k a n saat
d i s a n d a n g m a n u s i a , pasti selalu m e n g a n d u n g m a k n a k e b u t u h a n serta
kekurangan, w a l a u p u n ada di antaranya y a n g tidak dapat dipisahkan dari
kekurangan tersebut dan ada pula yang dapat dipisahkan. Keberadaan dan
kebutuhan akan satu tempat atau arah tidak m u n g k i n dapat dipisahkan dari
m a n u s i a / m a k h l u k . Ini m e r u p a k a n k e n i s c a y a a n s e k a l i g u s m e r u p a k a n
kebutuhan dan, dengan demikian, ia tidak disandangkan kepada .Allah swt.
karena kemustahilan pemisahannya itu. Ini berbeda dengan kata kuat. Buat
r
manusia, kekuatan diperoleh melalui sesuatu y a n g bersifat materi, y akni
adanya otot-otot y a n g berfungsi baik, dalam arti kita m e m b u t u h k a n otot-
otot y a n g kuat u n t u k m e m i l i k i kekuatan fisik. Kebutuhan tersebut tentunya
tidak sesuai dengan kebesaran Allah swt. sehingga sifat kuat bagi Allah hanya
dapat dipahami dengan menyingkirkan dari nama/sifat tersebut hal-hal yang
628 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 61

m e n g a n d u n g makna kekurangan dan atau kebutuhan itu. Demikianlah bagi


Allah sifat yang Mahatinggi.
K a u m musyrikin menyifati Allah dengan sifat-sifat buruk, menyatakan
bahwa Dia m e m i l i k i anak, bahkan anak perempuan. S u n g g u h hal tersebut
merupakan perilaku y a n g sangat buruk, tetapi tidak heran j i k a sikap dan
perilaku buruk itu datang dari mereka karena m e m a n g mereka tidak percaya
a d a n y a hari Pembalasan sehingga tidak ada j u g a y a n g menghalangi mereka
melakukan keburukan.

AYAT 61

"Padahaljika sekiranya Allah menghukum manusia karena kezaliman mereka,


niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atasnya satu pun makhluk melata,
tetapi Dia menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan.
Maka, apabila telah tiba waktu mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkan
sesaat pun dan tidak (pula) mendahidukannya. "

Ayat yang lalu diakhiri dengan menyebut dua sifat Allah Yang Mahatinggi,
yaitu al-Aziz (Mahaperkasa) dan al-Hakim (Mahabijaksana).
Salah satu bukti hikmah kebijaksanaan-Nya adalah Dia menangguhkan
hukuman atas k a u m m u s y r i k i n y a n g dengan k e m u s y r i k a n n y a itu telah
mencapai p u n c a k k e z a l i m a n padahal jika sekiranya Allah menghukum
manusia siapa pun karena kezaliman mereka, y a k n i k e m u s y r i k a n atau
kedurhakaan mereka, niscaya Dia Yang al- Aztz, Mahaperkasa itu, tidak akan
meninggalkan di atasnya, y a k n i di p e r m u k a a n b u m i , satu pun makhluk
melata, tetapi Dia tidak m e l a k u k a n hal tetsebut karena Dia m e m i l i k i sifat-
sifat terpuji, antara lain Dia adalah al-Hakim, Yang Mahabijaksana, sehingga
Dia menangguhkan mereka semua sampai kepada waktu yang ditentukan
oleh-Nya sendiri. Maka, apabila telah tiba waktu y a n g ditentukan bagi
masing-masing mereka, perorangan dengan kematiannya, masyarakat dengan
k e p u n a h a n n y a , dan seluruh m a k h l u k dengan d a t a n g n y a Kiamat, m a k a
tidaklah mereka dapat mengundurkan kehadiran apa y a n g ditentukan-Nya
K e l o m p o k IV A y a t 61 S u r a h a n - N a h l [16] 629

itu sesaat pun dan tidak pula mereka dapat mendahulukannya dari w a k t u
yang Dia tetapkan.
Kata { ) zhulm pada ayat ini dipahami oleh Ibn A s y u r dalam arti
puncak kezaliman, yaitu syirik. Bahkan, menurutnya, setiap kata ( ^ ) zhulm
dalam al-Qur"an y a n g tidak disertai dengan objeknya, m a k n a n y a adalah
puncak kezaliman, y a k n i syirik, sedang kata an-nds, menurutnya, adalah
seluruh manusia, bukan hanya k a u m musyrikin Mekkah. Manusia diciptakan
Allah u n t u k mengakui keesaan-Nya dan mengabdi kepada-Nya. Pengakuan
akan keesaan itu melekat pada diri setiap insan melalui fitrah yang diciptakan
Allah pada diri manusia. Nah, jika mereka mengotori fitrah itu dengan syirik
atau pengingkaran atas woijud dan keesaan Allah, apalagi g u n a n y a eksistensi
mereka dipertahankan. D e m i k i a n Ibn 'Asyur m e n g e m u k a k a n alasannya.
r
Hemat penulis, tidak semua kata zhulm y ang tanpa objek harus dipahami
dalam arti syirik. Bacalah misalnya firman-Nya dalam Q S . Ghafir [ 4 0 ] : 17:

"Hari ini (Kiamat) setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang telah
dikerjakannya. Tidak ada zhulm pada hari ini. ''Tentu saja, zhulm yang
dinafikan pada ayat ini bukan hanya syirik, tetapi segala macam penganiayaan,
kecil m a u p u n besar. Atas dasar itu, kita tidak harus berkata bahwa zhulm
yang d i m a k s u d oleh ayat ini h a n y a syirik, w a l a u p u n kita harus mengakui
bahwa p u n c a k tertinggi dari kezaliman adalah mempersekutukan Allah:

"Sesungguhnya syirik!mempersekutukan Allah adalah zhulm yang besar " (QS.


Luqman [31]: 13).
Kata ( l ^ J * ) 'alalhd I atasnya menunjuk ke tanah, di mana pada ayat yang
lalu telah disinggung sebagai tempat m e n a n a m anak-anak perempuan dan,
karena tanah adalah bagian dari b u m i , kata ganti "nya" tersebut dipahami
sebagai m e n u n j u k kepada bumi, atau karena ayat ini menyebut manusia dan
yang d i m a k s u d d e n g a n n y a adalah seluruh m a n u s i a sedang tempat tinggal
mereka adalah bumi, kata ganti tersebut menunjuk ke bumi. M e m a n g , al-
Q u r ' a n tidak jarang m e n g g u n a k a n kata ganti walau y a n g digantikan tidak
630 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 61

disebut sebelum nva selama ada indikator vang menunjuk apa yang digantikan
itu. Indikator d i m a k s u d pada ayat ini adalah tanah atau manusia.
Al-Biqa'i menilai bahwa karena ayat ini tidak berkata fihd/padanya tetapi
alaihalatasnya m a k a y a n g dimaksud bukan sekadar permukaan bumi, tetapi
juga apa yang terdapat dalam perut bumi sehingga, menurutnya, pembinasaan
y a n g diandaikan Allah di sini m e n y a n g k u t segala sesuatu y a n g berada di
permukaan dan perut bumi.
Ayat ini menyatakan bahwa Allah akan membinasakan semua manusia,
bahkan tidak m e m b i a r k a n hidup w a l a u satu dabbah pun. Ini oleh b a n y a k
u l a m a d i p a h a m i sebagai berarti y a n g akan d i b i n a s a k a n - N y a bukan hanya
manusia yang mempersekutukan Allah atau yang melakukan kezaliman, tetapi
semua yang ada di bumi. Agaknya, hal tersebut untuk mengisyaratkan bahwa
manusia semuanya terjerumus dalam kezaliman besar atau kecil. Karena itu,
s e m u a d i b i n a s a k a n - N y a . B a h w a dabbah atau makhluk melata pun
dibinasakan-Nva, antara lain binatang-binatang y a n g tidak berdosa karena
binatang-binatang itu, bahkan segala yang terdapat di bumi, diciptakan untuk
manusia sehingga, bila manusia semua telah dibinasakan, kehadiran selain
mereka di permukaan bumi ini tidak diperlukan lagi.

Thabathaba'i tidak menutup kemungkinan memahami kata dabbah pada


ayat ini hanva dalam arti manusia, sedang Ibn 'Asyur secara tegas menyatakan
bahwa kata dabbah tidak d i g u n a k a n u n t u k m e n u n j u k manusia. Rujuklah
lh
kembali ke ayat 4 9 surah ini untuk m e m a h a m i kata dabbah.
Banyak pertanyaan ulama tentang perandaian ayat ini. Misalnya, apakah
para nabi pun dibinasakannya atau apakah ayat ini m e m b u k t i k a n bahwa
para nabi tidak ma'shum, y a k n i tidak terpelihara dari dosa dan kesalahan,
dan masih banyak lainnya. Hemat penulis, bahasan-bahasan itu sangat bertele-
tele dan bukan pada tempatnya diuraikan secara panjang lebar karena ayat ini
h a n y a berandai dengan perandaian yang mengandung m a k n a kemustahilan.
Kemustahilan ini d i p a h a m i dari kata ( ^) lauw y a n g digunakan u n t u k
menunjukkan kemustahilan terjadinya apa y a n g diberitakan bersyarat akibat
kemustahilan terjadinya syarat. Jika misalnya seseorang yang telah meninggal

2 6
Lihat kembali halaman 602.
K e l o m p o k IV A y a t 6 2 S u r a h a n - N a h l [16] 631

orangtuanya berkata: "Jika sekiranya a y a h k u hidup, niscaya e n g k a u kuberi


hadiah," pemberian itu tidak akan m u n g k i n terjadi karena syaratnya y a i t u
"ayahnya h i d u p " tidak m u n g k i n lagi terjadi sebab beliau telah meninggal
dunia. Pada ayat ini, apa y a n g diberitakan, y a i t u kebinasaan apa y a n g berada
di bumi, tidak mungkin terjadi karena kenyataan menunjukkan bahwa wujud
bumi dan isinya masih tetap ada. Nah, jika demikian, m e n g h u k u m manusia
secata langsung karena kezaliman mereka tidak mungkin juga terjadi. Mereka
akan ditangguhkan sampai w a k t u yang ditentukan Allah. Selanjutnya, karena
itu tidak m u n g k i n terjadi, pembahasan y a n g m e n g a n d u n g perandaian-
perandaian dalam konteks ayat ini sebaiknya pula tidak perlu dibicarakan.

AYAT 62

"Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka tidak sukai, dan lidah
mereka mengucapkan kedustaan, bahwa sesungguhnya bagi merekalah kebaikan.
Tiadalah diragukan bahwa nerakalah bagi mereka, dan sesungguhnya mereka
segera dimasukkan."

Ayat-ayat y a n g lalu mengisyaratkan bahwa apa y a n g mereka tidak sukai


mereka tetapkan u n t u k Allah dan y a n g mereka sukai u n t u k diri mereka (ayat
5 7 - 5 9 ) . Nah, di sini apa y a n g diisyaratkan itu ditegaskan, bahkan diperluas
dengan m e n y a t a k a n bahwa Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang
mereka sendiri tidak sukai, y a k n i anak perempuan. J u g a persekutuan dalam
kekuasaan, pemberian harta y a n g b u r u k dan di samping itu lidah mereka
mengucapkan kedustaan walau boleh jadi hati mereka tidak m e m b e n a r k a n
ucapan lidah itu. Apa y a n g diucapkan lidah mereka itu antara lain adalah
bahwa sesungguhnya bagi merekalah saja kebaikan, y a k n i mereka saja y a n g
akan mendapat kebaikan dalam kehidupan d u n i a ini atau y a n g akan m a s u k
surga jika memang surga itu ada. Ucapan-ucapan mereka itu dibantah dengan
tegas bahwa tiadalah diragukan bahwa nerakalah tempat y a n g layak bagi
mereka, dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan ke dalam neraka itu.
632 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 6 3

Firman-Nya: ( O J A J S U U £t ) yaj'aluna lilldh md yakrahuni


menetapkan bagi Allah apa yang mereka tidak sukai dijelaskan m a k n a n y a
antara lain oleh Q S . al-An'am [6]: 136 yang melukiskan keburukan berganda
k a u m m u s y r i k i n . Pertama, ketika mereka membagi harta mereka, yakni
sebagian mereka anggap menjadi m i l i k Allah dan u n t u k - N y a dan sebagian
untuk berhala-berhala, padahal semua adalah milik Allah. Kedua, memberikan
sesuatu y a n g b u r u k u n t u k A l l a h dengan d a l i h — w a l a u p u n benar tetapi
diucapkan u n t u k tujuan y a n g s a l a h — b a h w a Allah tidak butuh sesuatu dan,
dengan demikian, tidak mengapa memberi-Nya yang buruk, bahkan
m e n g a m b i l n y a kembali apa yang sebelumnya d i p e r u n t u k k a n bagi Allah
kemudian memberikan kepada berhala-berhala. Yakni untuk para pengurus
dan pengelola berhala-berhala itu.
Kata ( 0jt>Ju>) mufrathun (huruf a sebelum h u r u f thd) terambil dari
kata (Itjd ) farathan yaitu seorang yang ditugaskan bergegas m e n d a h u l u i
kafilah menuju s u m u r u n t u k m e n y i a p k a n air dan k e b u t u h a n rombongan.
Dengan demikian, kata itu dipahami dalam arti orang-orang yang mendahului
orang lain dan yang segera dimasukkan ke neraka. Ada juga yang membacanya
mufrithun (huruf i sebelum huruf thd) yang terambil dari kata ( Jai\) afratha
y a n g berarti melampaui batas. M a k s u d n y a adalah orang-orang y a n g sangat
banyak, bahkan m e l a m p a u i batas, dalam perolehan siksa neraka akibat
kedurhakaan dan kebohongan ucapan mereka telah melampaui batas pula.

AYAT 6 3

"Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus kepada umat-umat


sebelummu, tetapi setan memperindah bagi mereka perbuatan-perbuatan
mereka maka ia adalah pemimpin mereka hari ini dan bagi mereka azab yang
sangat pedih. "

Sikap dan ucapan k a u m m u s y r i k i n itu sungguh menyakitkan hati Nabi


M u h a m m a d saw. M a k a , kembali ayat ini menenangkan dan menghibur beliau
dengan bersumpah menggunakan huruffez'yang dirangkaikan dengan nama
Allah u n t u k lebih meyakinkan k a u m musyrikin tentang keanehan sikap dan
K e l o m p o k IV A y a t 6 4 S u r a h a n - N a h l [16] 633

ucapan mereka serta keniscayaan ancaman Allah. Ayat ini menegaskan bahwa:
Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus para rasul Kami kepada umat-
umat sebelummu, seperti k a u m 'Ad, Tsamud, dan j u g a kepada k a u m M u s a
dan ' I s a , sebagaimana Kami m e n g u t u s m u kepada u m a t m u tetapi setan
memperindah bagi mereka, y a k n i u m a t - u m a t terdahulu itu, perbuatan-
perbuatan mereka yang buruk sebagaimana yang ia lakukan j u g a kepada para
pendurhaka u m a t m u , maka ia, yakni setan itu sendiri, adalah, yakni menjadi
pemimpin mereka ketika itu, sebagaimana ia pun menjadi p e m i m p i n k a u m
d u r h a k a dari k a u m m u di hari ini dan bagi mereka semua—-setan dan para
pendurhaka yang dahulu, kini, dan masa datang—semuanya mendapat azab
yang sangat pedih kelak di hari Kemudian.
:
Rujuklah ke ayat 56 surah ini untuk m e m a h a m i makna sumpah di atas!
Kata ( ) al-yaum pada ayal di atas tidak disertai dengan kata yang
menunjuk hari apa yang dimaksud. Kata "ini "yang menyertai terjemahan di
atas tidak terdapat d a l a m teks ayat. Ia penulis c a n t u m k a n atas dasar
pemahaman penulis. Ada ulama yang memahami kata al-yaum tersebut dalam
arti Hari Kiamat nanti, yakni bahwa setan menjadi p e m i m p i n mereka pada
Hari Kiamat di dalam neraka, walaupun ketika itu ia tidak m a m p u membantu
otang-orang yang durhaka. Ada lagi yang berpendapat bahwa yang dimaksud
a d a l a h sepanjang k e h i d u p a n d u n i a ini setan menjadi p e m i m p i n para
pendurhaka karena setan akan terus-menerus berperanan selama dunia belum
Kiamat. Penulis memahaminya dalam arti sekarang, yakni pada saat pembicara
mengucapkannya. Dalam konteks ayat ini adalah sejak hari diterimanya wah)T_i
ini oleh Rasul saw. karena, apabila pembicara bermaksud m e n g g u n a k a n kata
"hari "untuk hari yang telah lalu atau akan datang, biasanya dia menunjuknya
dengan kata "hari />w"atau menyifatinya dengan sifat tertentu.

AYAT 6 4

"Dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitdb melainkan agar engkau


dapat menjelaskan kepada mereka apa yang merekaperselisihkan dan menjadi
petunjuk serta rahmat bagi kaum yang beriman. "

r
Lihat halaman 616.
634 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IV A y a t 6 4

Kehadiran setan memperindah keburukan m e n i m b u l k a n kebingungan


dan kesimpangsiuran di kalangan umat manusia. Sejak semula, ketika Adam
masih di surga, dia telah berupaya menjerumuskan manusia. Allah mengutus
para rasul u n t u k menjelaskan permusuhan setan, m e n a n a m k a n ketenangan
batin, dan menyelesaikan perselisihan manusia. Nabi M u h a m m a d saw. sebagai
utusan Allah d e m i k i a n j u g a keadaannya. Karena itu, ayat ini menegaskan
b a h w a dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab, y a k n i al-Qur'an,
y a n g engkau sampaikan ini melainkan agar engkau dapat menjelaskan kepada
mereka semua, yakni semua manusia, apa yang mereka perselisihkan khususnya
dalam persoalan a g a m a dan menjadi petunjuk serta rahmat bagi kaum yang
beriman d e m i k i a n j u g a bagi y a n g benar-benar bermaksud dan siap hati dan
pikirannya u n t u k beriman.

Rujuklah ke ayat 4 4 surah ini untuk m e m a h a m i m a k s u d kata ( ^ )


litubayyina lahumlagar engkau dapat menjelaskan kepada mereka.
Ayat ini membatasi fungsi Nabi saw. dalam menjelaskan apa yang mereka
perselisihkan. Hal ini bukan berarti fungsi beliau dan fungsi al-Qur'an terbatas
di sana. Pembatasan y a n g d i m a k s u d di sini bertujuan menekankan hal y a n g
terpenting dari fungsi beliau dan fungsi al-Qur'an, apalagi konteks ayat ini
adalah m e m b a n t a h k a u m musyrikin y a n g m e n g a n g g a p al-Qur'an sebagai
dongeng dan cerita atau mitos y a n g fungsinya m e n g h i b u r pendengarnya.
J a n g a n duga fungsi tersebut ringan atau remeh. Kesesatan dan kecemasan,
bahkan peperangan y a n g d i a l a m i m a n u s i a di d u n i a ini dan siksa y a n g akan
dialami di akhirat, tidak lain kecuali karena tidak jelasnya bagi mereka hakikat
kebenaran. Nah, jika al-Qur'an y a n g m e n g a n d u n g kebenaran m u t l a k itu
telah dijelaskan oleh Nabi M u h a m m a d saw., sirnalah segala faktor yang
melahirkan kecemasan, pertikaian, peperangan, bahkan kesengsaraan hidup
duniawi dan ukhrawi. Bukankah itu merupakan fungsi yang terpenting dari
kehadiran al-Qur'an dan Nabi M u h a m m a d saw.? Karena itu, ayat ini ditutup
dengan menyebut ( ) hudan wa rahmah/petunjuk serta rahmat bagi

kaum yanv beriman.


KELOMPOK 5

AYAT 65-76

635
636 S u r a h a n - N a h i [16]

„ , , * > f *"VM"' i, . * -
S u r a h a n - N a h l [16] 637
638 Surah an-Nahl [16] Kelompok V Ayat 65

AYAT 65

"Dan Allah menurunkan dari langit air maka dengannya Dia menghidupkan
bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda bagi orang-orang yang mendengar. "

Kelompok ayat ini kembali menguraikan bukti-bukti keesaan Allah swt.


serta aneka nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada manusia. Hubungannya
dengan ayat vang lalu dapat terlihat dari sisi bahwa ahQur'an yang diturunkan
Allah itu m e n g h i d u p k a n jiwa manusia dan air y a n g d i t u r u n k a n - N v a juga
m e n g h i d u p k a n jasmani, bahkan t u m b u h - t u m b u h a n . Ayat ini m e n y a t a k a n
bahwa: Dan Allah menurunkan dari langit pada saat y a n g Dia kehendaki
sesuai dengan h u k u m - h u k u m alam vang ditetapkan-Nya dan dengan kadar
y a n g Dia tentukan, air hujan, atau salju, atau butir-butir es maka dengannya,
y a k n i d e n g a n air y a n g beraneka r a g a m itu, Dia menghidupkan, yakni
m e n u m b u h s u b u r k a n , bumi dan m e n g h i d u p k a n t a n a m a n - t a n a m a n sesudah
matinya, yakni sebehim turunnva hujan itu, bumi kering kerontang bagaikan
sesuatu y a n g mati. Sesungguhnya pada yang demikian itu, y a k n i pada proses
t u r u n n y a hujan dan d a m p a k - d a m p a k y a n g d i h a s i l k a n n y a , benar-benar
terdapat tanda kebesaran dan k e k u a s a a n A l l a h bagi orang-orang yang
mendengar, y a k n i merenungkan dengan penuh perhatian.

Sebelum ini telah disebut juga nikmat air (hujan) yang turun dari langit
(ayat 1 0 ) . Di sini, hal tersebut diulangi sekali lagi. N a m u n , konteksnya
berbeda. Di sana untuk mengingatkan aneka nikmat-Nya dan di sini untuk
m e m b u k t i k a n kekuasaan dan qudrah-Nya. y a n g besar, antara lain dalam
m e n g h i d u p k a n y a n g telah mati. Agaknya, karena pengulangan itu pula
sehingga penutup ayat ini menggunakan ka.t3. yang mendengar sedang di sana.
setelah menyebut aneka nikmat, ditutup dengan bagi kaum yang memikirkan.
Di sisi lain, dapat juga dikatakan bahwa hujan yang diturunkan Allah untuk
m e n g h i d u p k a n b u m i setelah k e m a t i a n n y a a d a l a h b u k t i k u a s a Allah
m e n g h i d u p k a n kembali y a n g telah mati dan mengadakan kebangkitan. Ini
tidak ubahnya dengan menghidupkan tanah yang mati itu. Selanjutnya, karena
Kelompok V Ayat 66 S u r a h a n - N a h l [16] 639

persoalan kematian dan kebangkitan adalah persoalan metafisika y a n g tidak


dapat dilihat atau diketahui perinciannya oleh pikiran manusia, tetapi hanya
didengar informasinya, ayat ini ditutup dengan kalimat bagi orang-orang yang
mendengar, yakni mendengar ayat-ayat al-Qur'an dan keterangan-keterangan
Rasul saw.
Para ilmuwan menegaskan bahwa air meresap ke dalam bumi, melarutkan
unsur-unsur kimia di d a l a m tanah yang diisap oleh t u m b u h - t u m b u h a n .
Unsur-unsur itu k e m u d i a n berubah menjadi sel-sel h i d u p d a n seluler.
Begitulah proses yang dimaksud oleh ayat ini dengan kalimat menghidupkan
bumi.

AYAT 6 6

"Dan sesungguhnya bagi kamu pada binatang ternak benar-benar terdapat


pelajaran. Kami menyuguhi kamu minum sebagian dari apa yang berada dalam
perutnya, antara sisa-sisa makanan dan darah, yaitu susu murni yang mudah
ditelan bagi para yang meminumnya. "

Setelah menyebut air y a n g turun dari langit, kini diuraikan sebagian yang
di bumi. Ayat ini m e m u l a i dengan sesuatu y a n g paling b a n y a k dan dekat
dalam benak masyarakat Arab ketika itu, y a k n i binatang ternak. Dan u n t u k
itu disebut susu y a n g dihasilkannya dan, dengan d e m i k i a n , bertemu d u a
m i n u m a n y a n g keduanya dibutuhkan manusia dalam rangka makanan y a n g
sehat dan sempurna, yakni susu.
A p a p u n h u b u n g a n ayac ini d e n g a n ayat y a n g lalu, y a n g jelas ia
m e n g i n g a t k a n bahwa: Dan sesungguhnya bagi kamu pada binatang ternak,
yakni unta, sapi, kambing, dan domba, benar-benar terdapat pelajaran yang
sangat berharga y a n g dapat mengantar k a m u menyadari kebesaran dan
kekuasaan AJlah. Kami menyuguhi kamu minum sebagian dari apa yang berada
dalam perutnya, yakni perut betina-betina binatang itu, yaitu antara sisa-sisa
makanan dan darah, yaitu susu murni tidak bercampur dengan darah w a l a u
640 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V A y a : :•

w a r n a n y a tidak j u g a dengan sisa m a k a n a n w a l a u b a u n y a lagi yang mua.i--


ditelan bagi para yang meminumnya..
Kata ( £jjiils) al-farts terambil dari akar kata yang bermakna meremukk.v.
y a n g d i m a k s u d di sini adalah sisa m a k a n a n y a n g tidak dicerna lagi Oizr.

pencernaan sebelum keluar menjadi kotoran (tahi). Apabila telah keluar, '.i
tidak d i n a m a i lagi ( o_J3 ) farts tetapi ( ) rawts.
Firman-Nya: ( ^ij j cy. ,v» ) min bayni fartsin wa daminlantara s::.:-
sisa makanan dan darah d i p a h a m i oleh para u l a m a d a l a m arti susu beracu
antara k e d u a n y a karena binatang m e n y u s u i , apabila telah mencernakir.
m a k a n a n n y a , apa y a n g menjadi susu berada pada pertengahan antara s i i i
m a k a n a n dan darah itu. Yang menjadi darah berada di bagian atas dan s:>^
m a k a n a n berada di bagian bawah. Allah dengan kuasa-Nya m e m i s a h k a -
ketiga hal itu. Darah d i p o m p a oleh hati dan mengalir melalui pembuluh
darah ke seluruh tubuh berseberangan dengan organ tubuh yang mengalirkar
urine dan mengeluarkan sisa makanan.

T h i h i r Ibn 'Asyur menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kata ( j±


bay nal antara di sini bukan tempat, tetapi m a k s u d n y a adalah bahwa susu

bukanlah darah karena susu tidak terus-menerus mengalir pada salurannv^


sebagaimana darah pada p e m b u l u h darah. Susu mirip dengan sisa makanan
tetapi dia juga bukan sisa m a k a n a n karena susu adalah sesuatu y a n g suci.

bergizi, dan bermanfaat, tidak seperti h a l n y a kotoran dan urine.


Para penyusun kitab Tafsir al-Muntakhab yang terdiri dari sekian p a k a :
Mesir mengomentari proses terjadinya susu dengan menyatakan bahwa: "Pad;
buah dada binatang menyusui terdapat kelenjar yang bertugas memproduks
air susu. Melalui urat-urat nadi arteri, kelenjar-kelenjar itu mendapatkan supla.
berupa zat yang terbentuk dari darah dan chyle (zat-zat dari sari m a k a n a r
y a n g telah dicerna) y a n g k e d u a n y a tidak dapat dikonsumsi secara langsung
Selanjutnya, kelenjar-kelenjar susu itu m e n y a r i n g dari kedua zat itu unsur-
unsur penting dalam pembuatan air susu dan mengeluarkan enzim-enziir
y a n g m e n g u b a h n y a menjadi susu y a n g berwarna dan a r o m a n y a sama seka.
berbeda dengan zat a s l i n y a / '
Kata ( tiwL>) sa'ighan pada m u l a n y a berarti sesuatu y a n g m u d a h m a s a -
ke d a l a m kerongkongan. Kemudahan y a n g d i m a k s u d di sini bukan saji
K e l o m p o k V Ayat 67 S u r a h a n - N a h l [16] 641

karena susu adalah cairan, tetapi j u g a karena ia lezat, bergizi, dan bebas dari
aneka bakteri.
Adalah m e r u p a k a n salah satu keistimewaan redaksi al-Qur'an bahwa
kalimat a y a t - a y a t n y a d e m i k i a n m u d a h sehingga dapat dicerna oleh orang
awam dan dalam saat y a n g sama diakui ketelitian dan k e d a l a m a n n y a oleh
para i l m u w a n . S a y y i d Q u t h u b berkomentar bahwa hakikat ilmiah vang
d i u n g k a p oleh ayat ini, y a k n i keluarnya susu antara sisa-sisa m a k a n a n dan
darah, tidaklah diketahui oleh u m a t manusia. Tidak seorang pun pada masa
turunnya al-Qur'an yang dapat membayangkannya, apalagi menetapkannya
dalam b e n t u k ketelitian ilmiah y a n g d e m i k i a n sempurna. T i d a k l a h wajar
bagj seorang m a n u s i a y a n g menghormati akalnya untuk m e m b a n t a h atau
menentang hal tersebut. C u k u p sudah satu dari jenis hakikat ilmiah semacam
ini u n t u k m e m b u k t i k a n aI-Qur'an sebagai w a h y u Ilahi karena seluruh
manusia, ketika turunnya al-Qur'an, tidak mengetahui hakikat yang
diungkapkannya ini.

AYAT 6 7

''Dan dari buah kurma dan anggur, kamu membuat darinya minuman yang
memabukkan dan rezeki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda bagi orang-orang yang berakal. "

Setelah m e n g u r a i k a n tentang susu, kini disebut lagi buah-buahan y a n g


dapat d i m a k a n , sekaligus d a p a t m e n g h a s i l k a n m i n u m a n . H a n y a saja,
m i n u m a n tersebut dapat beralih menjadi sesuatu y a n g b u r u k k a r e n a
m e m a b u k k a n . Dari sisi lain, karena u n t u k w u j u d n y a m i n u m a n tersebut
diperlukan upaya manusia, ayat ini menegaskan upaya manusia membuatnya
dengan menyatakan bahwa: Dan, di samping susu yang merupakan minuman
lezat, dari buah kurma dan anggur, kamu j u g a dapat membuat sesuatu y a n g
darinya, y a k n i dari hasil perasannya, sejenis minuman yang memabukkan
dan rezeki yang baik yang tidak m e m a b u k k a n , seperti perasan anggur atau
kurma y a n g segar atau cuka dan selai. Sesungguhnya pada yang demikian itu
642 S u r a h a n - N a h l [16] Kelompok V Ayst i

benar-benar terdapat ta??^ kebesaran dan kekuasaan Allah bagi orang-o>\:>;r


yang berakal.
Kata ( l j S L i ) sakaran terambil dari kata ( ^ S L - J - ^ S w ) sakira-yaskan*, vakr.:
menutup. M i n u m a n keras menutup akal sehingga y a n g m e m i n u m n y a tid^-:
dapat berpikir secara normal, lagi tidak menyadari apa y a n g dia ucapkan d i ­
lakukan. Dari sini, kata (\ ) sakaran d i p a h a m i d a l a m arti memabukhaK
Ada juga y a n g berpendapat bahwa kata tersebut merupakan salah satu narr.^
m i n u m a n keras y a n g m e m a b u k k a n . A d a lagi yang m e m a h a m i kata tersebu:
dalam arti cuka atau perasan anggur sebelum sampai pada tahap memabukkan.
Para ulama bermazhab Hanafi m e m a h a m i kata ini dalam arti apa vanz
tidak m e m a b u k k a n dari perasan anggur. B u k t i n y a a d a l a h — k a t a m e r e k i
sebagaimana dikutip oleh pakar tafsir dan h u k u m , a l - Q u r t h u b i — a y a t in.
d i k e m u k a k a n d a l a m k o n t e k s m e n y e b u t n i k m a t - n i k m a t A l l a h dar.
penyebutannya dalam konteks itu menandai kehalalannya karena, jika tida_-;
halal, t e n t u l a h t i d a k w a j a r ia d i k e m u k a k a n d a l a m k o n t e k s tersebut.
Pemahaman d e m i k i a n merupakan salah satu alasan para ulama bermazha"
Hanafi untuk menetapkan halalnya m e m i n u m perasan anggur selama belurr.
memabukkan.

Pendapat di atas tidak d i d u k u n g oleh b a n y a k ulama. M e m a n g , seperti


penulis k e m u k a k a n di atas, ayat ini b e l u m lagi menetapkan keharaman
m i n u m a n keras, tetapi telah mengisyaratkannya melalui pemisahan dengar,
kata ( j ) wa/dan antara ( i £ ^ ) sakaran dan ( U—^- l i j j ) rizqan hasananlrezek:
yang baik. Kata dan berfungsi menggabung dua hal y a n g berbeda. Ini berani
antara sakaran dan rezeki yang baik terdapat perbedaan dan, kalau salah satunvi
telah d i n y a t a k a n baik, tentu y a n g dipisahkan oleh kata dan adalah sesuatu
yang tidak baik.
Ayat ini menegaskan bahwa k u r m a dan anggur dapat menghasilkan dua
hal y a n g berbeda, y a i t u m i n u m a n m e m a b u k k a n dan rezeki y a n g baik. Jika
d e m i k i a n , m i n u m a n keras ( m e m a b u k k a n ) , baik yang terbuat dari anggur
m a u p u n kurma, bukanlah rezeki y a n g baik. A y a t ini adalah isyarat pertama
lagi sepintas tentang keburukan m i n u m a n keras yang kemudian mengundang
sebagian u m a t Islam ketika itu menjauhi m i n u m a n keras, w a l a u p u n oleh
ayat ini belum secara tegas d i h a r a m k a n . D a l a m Q S . al-Baqarah [ 2 ] : 219-
Kelompok V Ayat 67 S u r a h a n - N a h l [16] 643

d i k e m u k a k a n isyarat kuat tentang keharamannya, walau belum j u g a tegas.


Di sana dikemukakan jawaban atas pertanyaan para sahabat Nabi saw. tentang
khamr dan perjudian yang dijawab dengan menyatakan bahwa: "Dosa keduanya
lebih besar dan manfaatnya. "Allah berfirman:

"Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: Pada


keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya. "Ini mengandung isyarat bahwa kedua
hal yang ditanyakan itu seharusnya dihindari karena sesuani yang kebumkannya
lebih besar daripada kebaikannya adalah sesuatu y a n g tercela, bahkan haram.
Berikutnya dalam Q S . an-Nisa [ 4 ] : 4 3 , secara tegas Aliah melarang mabuk,
tetapi itu pun belum tuntas karena larangannya terbatas pada w a k t u - w a k t u
menjelang shalat. Allah berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalat sedang


kamu dalam keadaan mabuk sehingga kamu mengetahui apa yang kamu
ucapkan. "Lalu, dalam QS. a l - M a idah [ 5 ] : 90 turun secara tegas dan terakhir
larangan m e m i n u m m i n u m a n kerasi khamr untuk sepanjang w a k t u . Allah
berfirman:

aj^s-li g i k ^ l <p- at Si-J i U V l ^ j ^ J l j JX\141y-U CJJ\ V>„

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, judi, berhala-berhala,


panah-panah (yang digunakan mengundi nasib) adalah kekejian yang termasuk
perbuatan setan maka jauhilah ia agar kamu mendapat keberuntungan. "
Demikianlah tahapan yang ditempuh al-Qur'an dalam mengharamkan
m i n u m a n keras. Al-Qur'an memang menempuh pentahapan dalam
menetapkan hukum-hukumnya yang berkaitan dengan tuntunan dan larangan
644 S u r a h a n - N a h l [16] Kelompok V Ayat 68-69

mengerjakan sesuatu, berbeda dengan tuntunan dan larangan yang berkaitan


dengan akidah/kepercayaan. Dalam hal akidah dan prinsip-prinsip moral, al-
Qur'an tidak mengenal pentahapan. Sejak dini, al-Qur'an telah mengajarkan
Tauhid dan mengecam syirik, dan sejak awal pula telah m e m e r i n t a h k a n
kebenaran, hormat kepada orangtua dan melarang kebohongan,
pengkhianatan, dan lain-lain.

AYAT 6 8 - 6 9

"Dan Tuhanmu telah mewahyukan kepada lebah: 'Buatlah sarang-sarang pada


sebagian pegunungan dan sebagian pepohonan, dan pada sebagian tempat-
tempat tinggi yang mereka buat. Kemudian, makanlah dari setiap buah-
buahan, lalu tempuhlah jalan-jalan Tuhanmu dalam keadaan mudah. 'Keluar
dari perutnya minuman yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat penyembuhan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda bagi orang-orang yang berpikir. "

Setelah menyebut m i n u m a n susu dan anggur, kini disebutkan m a d u .


lbn A s y u r menilai bahwa penempatan uraian tentang susu dan perasan buah-
buahan secara bergandengan karena k e d u a n y a melibatkan tangan guna
memerolehnya; susu diperah dan buah-buahan diperas, berbeda dengan madu
yang diperoleh tanpa perasan. A l - B i q a i berpendapat bahwa karena
pembuktian t e n t a n g k e k u a s a a n A l l a h swt. m e l a l u i lebah j a u h l e b i h
m e n g a g u m k a n daripada kedua sumber m i n u m a n y a n g disebut sebelum ini,
dan karena m a d u tidak sebanyak k e d u a m i n u m a n sebelumnya, uraiannya
ditempatkan setelah keduanya, sambil mengubah gaya redaksinya.
Ayat ini dalam mengarahkan redaksinya kepada Nabi M u h a m m a d saw.
dengan m e n y a t a k a n : Dan ketahuilah, w a h a i Nabi agung, bahwa Tuhanmu
y a n g m e m b i m b i n g dan selalu b e r b u a t b a i k telah mewahyukan, yakni
m e n g i l h a m k a n , kepada lebah sehingga menjadi naluri b a g i n y a bahwa;
"Buatlah, sebagaimana keadaan seorang y a n g m e m b u a t secara sungguh-
sungguh, sarang-sarang pada sebagian g u a - g u a pegunungan dan di sebagian
Kelompok V Ayat 68-69 S u r a h a n - N a h l [16] 645

bukit-bukit dan pada sebagian celah-celah pepohonan dan pada sebagian


tempat-tempat tinggi yang mereka, y a k n i m a n u s i a buat. " Kemudian,
makanlah, y a k n i isaplah dari setiap macam k e m b a n g buah-buahan, lalu
tempuhlah jalan-jalan y a n g telah diciptakan oleh Tuhanmu Pemeliharamu
dalam keadaan mudah bagimu.
Dengan perintah Allah swt. kepada lebah yang mengantarnya memiliki
naluri y a n g demikian mengagumkan, lebah dapat melakukan aneka kegiatan
yang bermanfaat dengan sangat m u d a h , bahkan bermanfaat u n t u k manusia.
Manfaat itu antara lain adalah senantiasa keluar dari dalam perutnya setelah
mengisap sari kembang-kembang, sejenis minuman yang sungguh lezat yaitu
madu yang bermacam-macam warnanya sesuai dengan w a k t u dan jenis sari
k e m b a n g y a n g diisapnya. Di dalamnya, y a k n i pada m a d u itu, terdapat obat
penyembuhan bagi manusia w a l a u p u n k e m b a n g yang d i m a k a n n y a ada y a n g
bermanfaat dan ada y a n g berbahaya bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda kekuasaan dan kebesaran Allah bagi
orang-orang yang berpikir.
Kata ( j auwhd terambil dari kata ( J>~) ) wahylwahyu yang dari
segi bahasa berarti isyarat yang cepat. Ia juga dipahami dalam arti ilham. Yang
d i m a k s u d di sini adalab potensi y a n g bersifat naluriah y a n g dianugerahkan
Allah kepada lebah sehingga secara sangat rapi dan m u d a h m e l a k u k a n
kegiatan-kegiatan serta memproduksi hal-hal y a n g m e n g a g u m k a n . Apa y a n g
dilakukannya tidak ubahnya seperti sesuatu y a n g diajarkan dan disampaikan
k e p a d a n y a secara tersembunyi. Dari sini, nurani y a n g dianugerahkan Allah
itu d i n a m a i wahyu.
Kata ( J ^ u J l ) adalah b e n t u k j a m a k dari kata ( ) an-nahlah
y a k n i lebah. Kata ini terambil dari akar kata y a n g bermakna
menganugerahkan. A g a k n y a ini mengisyaratkan bahwa binatang tersebut
memeroleh anugerah khusus dari Allah swt.
Lebah adalah serangga berbulu dan bersayap empat dan hidup dari madu
kembang. Besarnya lebih kurang dua kali besar lalat y a n g u m u m terlihat,
warna perutnya cokelat kemerah-merahan. Di bagian hidung/belalainya ada
semacam jarum y a n g sangat kecil lagi tersembunyi y a n g ia g u n a k a n untuk
menyedot sari k e m b a n g dan di bagian belakang ada juga y a n g dia g u n a k a n
menyengat siapa yang mengganggunya. Binatang ini terdiri dari jantan, betina,
646 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V Ayat 68-69

dan banci (bukan j a n t a n dan bukan betina). J a n t a n n y a berfungsi menjaga


sarang dengan mengelilinginya sambil mengeluarkan suara berdengung. Betina
y a n g dibuahi j a n t a n melahirkan lebah betina pula. Lebah betina lebih besar
badannya dari yang jantan. Biasanya yang melahirkan di sarang hanya seekor
betina. Bisa jadi lebah betina melahirkan tanpa dibuahi oleh lebah jantan,
dan ketika itu y a n g d i l a h i r k a n n y a adalah lebah jantan. Lebah banci lebih
kecil b a d a n n y a dari lebah jantan. Inilah vang m e m p r o d u k s i m a d u dan jenis
ini pula yang terbanyak berada di sarang-sarang lebah.
Firman-Nva y a n g memerintahkan lebah untuk membuat sarang-sarang
merupakan perintah melakukan pekerjaan yang sangat m e n g a g u m k a n dalam
proses dan hasilnya. Sarang lebah terdiri dari l u b a n g - l u b a n g y a n g sama dan
bersegi enam. Bukan segi tiga atau empat atau lainnya yang m e m u n g k i n k a n
a d a n y a celah. Pemilihan segi itu, di samping u n t u k memanfaatkan semua
ruangan, j u g a bertujuan menghindari adanva celah bagi m a s u k n y a serangga
dan s e m a c a m n y a . Pada p e r m u k a a n lubang-lubang bersegi enam itu, lebah-
lebah tersebut menutupnya dengan suatu caitan yang hampir membeku yang
merupakan selaput y a n g sangat halus. C a i r a n y a n g serupa dengan lilin itu
dan tetdapat di perut lebah d i a n g k a t n y a dengan k a k i - k a k i n y a ke mulutnya,
lalu dikunyah dan diletakkan sebagian darinya untuk merakit lubang-lubang
segi enam tersebut sehingga madu tidak tertumpah. S u n g g u h mengagumkan.
Itulah naluri lebah y a n g d i i l h a m k a n Allah kepadanya.

<S% i & jfc 1$

"(Mahasuci Allah) yang mencipta lalu menyempurnakan (penciptaan-Nya)


dan yang menentukan kadar (masing-masing) lalu memberi petunjuk" (QS.
al-A'la [ 8 7 ] : 2 - 3 ) .
Sarang tersebut, seperti bunyi ayat di atas, diperintahkan agar dibuat di
tempat y a n g bersih, j a u h dari polusi, yakni di p e g u n u n g a n , pohon-pohon,
dan di tempat-tempat y a n g tinggi. S u n g g u h jauh berbeda dengan laba-laba
y a n g sarangnya terdapat di tempat-tempat kotor dan dinilai Allah sebagai
sarang yang paling rapuh (QS. al-Ankabut [29]: 4 1 ) .
Kata ( 0j-sjo ) ya'risyun t e r a m b i l d a r i k a t a ( J>j* ) 'arasya, yakni
membangun dan meninggikan. Kata ini pada m u l a n y a berarti sesuatu yang
Kelompok V Ayat 68-69 S u r a h a n - N a h l [16] 647

beratap. Tempat d u d u k penguasa d i n a m a i 'Arsy karena tingginya tempat itu,


dibandingkan dengan tempat yang lain di sekelilingnya.
Kata ( j * ) min/dari pada firman-Nya: ( JLJT* y ) min al-jibal dan
( 9 j * ) min asy-syajar serta ( dy*yu & ) min ma ya'risyun berarti sebagian.
Ini karena lebah tidak membuat sarang-sarangnya di semua gunung atau bukit,
tidak juga di setiap pohon k a y u atau tempat y a n g tinggi. Beberapa ulama
m e n u l i s bahwa sungguh menarik ayat ini. l a membatasi tempat-tempat
tinggal lebah, tetapi tidak membatasi jenis k e m b a n g yang d i m a k a n n y a .
M a k a n a n diserahkan kepada seleranya. Bukankah seperti terbaca di atas ayat
ini menyatakan makanlah dari setiap buah-buahan?Y)2x\ sini, tulis para ulama
itu, fungsi kata ( f ) tsummalkemudian pada firman-Nya: (^ "f ) tsumrna
kuli/kemudian makanlah y a n g m e n y u s u l perintah m e m b u a t sarang-sarang
itu adalah u n t u k m e n g g a m b a r k a n jarak antara apa y a n g dibatasi dan apa
y a n g dilepas secara bebas. T h a h i r Ibn 'Asyur berpandangan lain. U l a m a ini
terlebih dahulu menegaskan bahwa kata min pada minaljibdldan min asy-
syajar serta, min mdya'risyun berarti pada bukan dari. M e n u r u t n y a , sengaja
ayat ini tidak m e n g g u n a k a n kata ( J ) fi/di dalam karena lebah tidak
menjadikan g u n u n g - g u n u n g , pepohonan, atau b a n g u n a n - b a n g u n a n y a n g
t i n g g i s e b a g a i s a r a n g n y a , t e t a p i ia m e m b u a t sarang tersendiri dan
meletakkannya pada tempat-tempat tersebut. Selanjutnya, Thahir Ibn 'Asyiir
berkata bahwa kara ( f ) tsumrna/kemudian pada firman-Nya di atas, y a n g
m e n g a n d u n g m a k n a jarak, berfungsi mengisyaratkan betapa jauh jarak yang
m e n g a g u m k a n a n t a r a apa y a n g d i m a k a n oleh l e b a h serta hasil y a n g
d i k e l u a r k a n n y a d a n p e m b u a t a n sarang-sarang itu. M a k s u d n y a , kalau
pembuatan sarang-sarang itu mengagumkan—-dan memang demikian—yang
lebih m e n g a g u m k a n lagi adalah m a k a n a n dan apa y a n g dihasilkannya itu.

Yang d i m a k a n n y a adalah ( o ' ) ats-tsamardtya.ng metupakan bentuk


jamak: dari kata ( i ) ats-tsamarah y a n g berarti buah. Sebenarnya lebah
tidak memakan buah. Yang dimakannya atau lebih tepat yang diisapnya adalah
k e m b a n g - k e m b a n g sebelum menjadi buah. D a l a m kaidah bahasa Arab, ini
d i n a m a i majdz mursal, seperti bila A n d a berkata: "Dia m e n a n a k nasi",
sebenarnya y a n g ditanaknya adalah beras, tetapi karena beras itu nantinya
menjadi nasi m a k a itulah y a n g A n d a ucapkan.
648 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V Ayat 68-69

Kata (*>Ui ) dzululan adalah bentuk j a m a k dari kata ( J j J i ) dzalul, yakni


sesuatu y a n g m u d a h ditelusuri. Kata ini dapat menyifati { J—->) subuh'jalan-
jalan dan, dengan demikian, jalan-jalan y a n g ditempuh lebah dari sarangnya
m e n u j u tempat ia mengisap sari bunga sangat m u d a h u n t u k d i t e m p u h n y a .
Para u l a m a menjelaskan k e m u d a h a n tersebut dengan m e n y a t a k a n b a h w a
boleh jadi lebah m e n e m p u h jarak y a n g demikian jauh guna mencari pangan,
tetapi kendati d e m i k i a n ia dapat m e n e m u k a n lagi sarangnya dengan sangat
m u d a h . Bisa juga kata itu menyifati lebah, dalam arti tempuhlah jalan-jalan
y a n g diciptakan Tuhan u n t u k m u dan k a m u dalam m e n e m p u h n y a akan
merasakan k e m u d a h a n w a l a u p u n jalan tersebut berbelit-belit dan sukar.
1
H u r u f ( _s) fa/lalu y a n g mendahului kata ( dJJj J-~> & - > )
LS uslukisubula
Rabbikiltempuhlah jalan-jalan Tuhanmu b u k a n dan, sebagaimana
diterjemahkan dalam beberapa terjemahan, mengisyaratkan bahwa Allah swt.
menciptakan naluri pada lebah, y a i t u berpindah dari kembang ke k e m b a n g
dan t a m a n ke taman. Kalau ia tidak m e n e m u k a n kembang, ia terus terbang
sampai j a u h mencarinya, k e m u d i a n jika m e n e m u k a n n y a dan telah k e n y a n g
langsung ia terbang kembali ke sarang-sarangnya lalu m e n u m p a h k a n dari
p e r u t n y a m a d u y a n g berlebih dari k e b u t u h a n n y a . Cara dan jalan y a n g
d i t e m p u h n y a ini merupakan bagian dari sifatnya secara naluriah setelah ia
m a k a n . H u r u f ( J ) fa/lalu pada penggalan ayat di atas m e n g a n d u n g m a k n a
perurutan s e g e r a . B e r b e d a d e n g a n k a t a ( j ) waldan yang sekadar
menginformasikan dua hal yang berbeda tanpa mengandung makna perurutan
yang relatif singkat, bahkan tanpa mengandung makna perurutan sama sekali,
sehingga bisa saja y a n g disebut setelah dan m e n d a h u l u i apa y a n g disebut
sebelumnya. J i k a A n d a berkata, "Si A dan si B datang", bisa saja B lebih
d a h u l u datang dari A. Tetapi, j i k a Anda mengganti kata dan dengan lalu, itu
berarti si B datang setelah si A dan selisih w a k t u kedatangannya relatif singkat.
Nah, ayat di atas m e n g g u n a k a n huruf y a n g berarti lalu bukan dan u n t u k
mengisyaratkan perurutan tersebut yang merupakan naluri lebah.

Sari kembang-kembang yang diisap oleh lebah mengandung unsur cairan


zat semacam zat gula y a n g setelah masuk ke perut lebah menjadi bertambah
manis akibat p e r c a m p u r a n n y a dengan zat-zat k i m i a w i y a n g melekat pada
lebah. Nah, setelah terbang mengisap sari kembang, lebah langsung kembali
Kelompok V Ayat 68-69 S u r a h a n - N a h l [16] 649

ke sarangnya dan mengeluarkan yang tidak dibutuhkannya lagi dari apa yang
telah diisapnya dan telah m e n g e n d a p di perutnya itu k e sarang-sarangnya,
dan itulah m a d u lebah. Saat lebah m e n e m p a t k a n m a d u itu di sarang-
sarangnya, ia masih berbentuk cairan yang sangat halus, tetapi lama kelamaan
mengering karena kehangatan lilin vang merupakan bahan sarang-sarangnya
serta kehangatan madu itu sendiri. Pergantian m u s i m dan aneka kembang
y a n g diisapnya mewarnai m a d u itu. Di m u s i m bunga, w a r n a m a d u biasanya
keputih-putihan dan di m u s i m panas kecokelat-cokelatan.
Firman-Nya: ( UjL> y ) yakhruju min buthunihdlkeluar dari
perutnya dan seterusnya adalah uraian baru. Seakan-akan ada y a n g bertanya
setelah mendengar keajaiban lebah bahwa: "Apa gerangan manfaat yang dapat
diraih dari binatang aneh ini?" Kalimat keluar dan seterusnya menjawab
pertanyaan tadi sambil mengingatkan betapa besar n i k m a t Allah.
Firman-Nya: ( ^ L l U tULi AJ ) fihi syifa dinndsldi dalamnya terdapat obat
penyembuhan bagi manusia d i j a d i k a n alasan oleh para u l a m a u n t u k
m e n y a t a k a n b a h w a m a d u adalah obat bagi segala m a c a m penyakit. M e r e k a
juga m e n u n j u k kepada hadits y a n g diriwayatkan oleh I m a m Bukhari bahwa
salah seorang sahabat Rasul saw. mengadu bahwa saudaranya sedang sakit
perut. Rasul saw. menyarankan agar memberinya m i n u m m a d u . Saran Rasul
saw. dia laksanakan, tetapi sakit perut saudaranya belum juga sembuh. Sekali
lagi, sang sahabat m e n g a d u dan sekali lagi j u g a Rasul saw. menyarankan hal
y a n g sama. Hal serupa berulang untuk ketiga kalinya, Rasul saw. kali ini
bersabda: 'Allah Mahabenar, perut saudaramu berbohong. Beri m i n u m l a h
ia m a d u . " Sang sahabat kembali m e m b e r i saudaranya m a d u dan kali ini ia
sembuh. (HR. Bukhari d a n M u s l i m melalui Abu Sa'id al-Khudri).

Dewasa ini b a n y a k dokter menasihati pengidap penyakit d i a b e t e s —


misalnya—untuk tidak mengonsumsi madu. Ini menunjukkan bahwa m a d u
tidak menjadi obat penyembuh u n t u k semua penyakit. M e m a n g , boleh saja
y a n g dimaksud dengan kata ( ) an-ndslmanusia pada ayat di atas adalah
sebagian manusia, bukan semuanya.
Agaknya, m e m a n g benar pendapat y a n g m e n y a t a k a n m a d u b u k a n l a h
obat u n t u k s e m u a p e n y a k i t . B a h w a s a u d a r a sahabat Rasul saw. y a n g
diinformasikan oleh hadits di atas dapat sembuh karena ketika itu tidak ada
650 S u r a h a n - N a h l [16] Kelompok V Ayat 68-69

faktor dalam dirinya y a n g m e n a m p i k kehadiran m a d u sebagai obat, tetapi


seandainya ada faktor tetsebut maka m a d u tidak menjadi obat, balikan boleh
jadi menambah parah penyakitnya.
Redaksi ayat ini, menurut Ibn 'Asyur, telah mengisyaratkan bahwa madu
bukanlah obat semua penyakit. Kalimat ayat ini di dalamnya, yakni di dalam
madu, terdapat obat penyembuhan m e n u n j u k k a n bahwa obat itu berada di
dalam madu. Seakan-akan m a d u adalah wadah dan obat berada dalam wadah
itu. Wadah biasanya selalu lebih luas dari apa y a n g ditampungnya. Ini berarti
tidak semua obat ada dalam madu. Dengan demikian, tidak semua penyakit
dapat diobati dengan madu karena tidak semua obat ada di dalamnya. Bahwa
" t i d a k s e m u a obat", d i p a h a m i dari b e n t u k nakirah {indifmite) yang
dikemukakan bukan dalam redaksi negasi sehingga ia tidak bermakna semua.
Men\an%, b o l e k \adi a d a faktor-faktor tertentu p a d a orang-orang tertentu
y a n g menjadikan fisiknya tidak sesuai dengan zat-zat y a n g terdapat pada
madu.
P a k a r - p a k a r p e n y u s u n tafsir al~Muntakhab menulis bahwa madu
m e n g a n d u n g dalam porsi y a n g besar unsur fruktosa dan perfentous. yaitu
semacam zat gula yang sangat m u d a h dicerna. Ilmu kedokteran modern
m e n y i m p u l k a n bahwa glukosa sangat berguna bagi proses p e n y e m b u h a n
berbagai jenis penyakit melalui injeksi atau dengan perantaraan mulut yang
berfungsi sebagai penguat. Di samping itu, m a d u juga m e m i l i k i k a n d u n g a n
vitamin y a n g cukup tinggi, terutama vitamin B kompleks.
Ayat 6 9 ini ditutup dengan kalimat bagi orang-orang yang berpikir, sedang
ayat 67 ditutup dengan bagi orang-orang yang berakal. S e b e l u m n y a telah
d i k e m u k a k a n kesan tentang ditutupnya ayat 65 dengan kalimat bagi orang-
orangyang mendengar. Ayat 67 yang uraiannya berkaitan dengan buah-buahan,
manfaatnya bagi manusia, kaitan sistem kerjanya yangjuz'iy dengan y a n g
kulliy adalah uraian yang memerlukan penalaran akal, agaknya karena itulah
ia ditutup dengan kalimat bagi orang-orang yang berakal, sedang di sini
uraiannya berkaitan dengan kehidupan dan sistem kerja lebah serta keajaiban-
keajaibannya. Hal-hal tersebut memerlukan perenungan y a n g lebih dalam
dari sebelumnya, karena itu ditutup dengan bagi orang-orang yang berpikir.
Demikian T h a b a t h a b a u
Kelompok V Ayat 70 S u r a h a n - N a h l [16] 651

AYAT 7 0

"Allah menciptakan kamu, kemudian mematikan kamu; dan di antara kamu


ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah hingga dia tidak
mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. "

Setelah ayat-ayat yang lalu mengantar manusia menyadari


Kemahakuasaan Allah swt., kini p a n d a n g a n mereka diarahkan kepada diri
mereka dengan m e n y e b u t tahap-tahap perjalanan usianya. Yakni masa bayi
dan masa remaja, masa kedewasaan, masa tua, dan masa pikun.
Ayat ini menyatakan bahwa hanya Allah sendiri yang menciptakan kamu
dari tiada, k e m u d i a n melalui pertemuan sperma dan ovum k a m u lahir dan
berpotensi t u m b u h b e r k e m b a n g , kemudian mematikan kamu dengan
bermacam-macam cara dan dalam bilangan usia yang berbeda-beda. Ada yang
d i m a t i k a n saat kanak-kanak, remaja, dewasa, dan d a l a m keadaan tua; atau
ada y a n g diberi kekuatan lahir dan batin sehingga terpelihara jasmani dan
a k a l n y a dan di antara kamu adajuga yang dikembalikan oleh Allah dengan
sangat mudah kepada umur yang paling lemah, yakni secara berangsur-angsur
kembal i seperti bayi tak berdaya fisik dan psikis karena otot dan urat nadinya
mengendor dan daya kerja sel-selnya m e n u r u n hingga akhirnya dia menjadi
pikun tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. Lalu,
sesudah itu, dia pun akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu, termasuk rahasia ciptaan-Nya, lagi Mahakuasa u n t u k mewujudkan
apa y a n g dikehendaki-Nya.
Kata ( J i j i ) ardzal adalah bentuk superlatif dari kata ( A j l i ^ i ) ar-radzalah,
yakni k e b u r u k a n y a n g menvitati sesuatu. Dengan d e m i k i a n , istilah ardzal
alAimr berarti mencapai usia yang m e n j a d i k a n hidup tidak berkualitas lagi
sehingga menjadikan y a n g bersangkutan tidak merasakan lagi kenikmatan
h i d u p , bahkan boleh jadi bosan h i d u p , dan orang sekitarnya p u n merasa
bahwa k e m a t i a n bagi y a n g bersangkutan adalah baik. Rasul saw. sering kali
652 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V A y a t 71

berdoa k i r a n y a dihindarkan dari mencapai arzdalal-'umr. Seorang penyair


pernah mendendangkan kata bersayap antara lain menyatakan:

<^~~J -b*^ V y- Oyb^ 'H tj~"*^ L/^J LJ^CXj c—

"Aku telah bosan menghadapi tuntutan hidup,


dan siapa yang hidup delapan puluh, pastilah ia bosan."
Sementara u l a m a m e n y e b u t angka tertentu u n t u k pencapaian tahap
arzdal al-'umr. Ar-Razi, misalnya, berpendapat bahwa tahap dewasa dimulai
dari usia 3 3 tahun sampai dengan 4 0 tahun, dan tahap tua yang merupakan
awal penurunan kekuatan bermula d e n g a n 4 0 tahun h i n g g a 6 0 tahun,
selanjutnya adalah tahap sangat tua dan penurunan kekuatan yang besar, yakni
dari usia 60 h i n g g a mati.
Agaknya, tidaklah tepat menentukan usia tertentu bagi pencapaian tahap
dimaksud. Ini banyak tergantung pada kesehatan pribadi demi pribadi. Karena,
ada manusia yang baru saja mencapai usia 60-an telah pikun dan sangat lemah,
dan tidak sedikit pula y a n g mencapai usia 80-an, tetapi pikirannya masih
jernih dan masih dapat melaksanakan aneka tugas penting.

AYAT 7 1

"Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal
rezeki, lalu tidaklah orang-orang yang dilebihkan mau memberikan rezeki
mereka kepada para hamba sahaya yang mereka miliki agar mereka sama.
Maka apakah terhadap nikmat-nikmat Allah mereka terus-menerus ingkar?"

Setelah ayat y a n g lalu menguraikan kuasa Allah swt. dalam menetapkan


perbedaan usia, kini diuraikan perbedaan rezeki. Ayat ini menyatakan: Dan
Allah Yang M a h a k u a s a lagi Bijaksana itu melebihkan sebagian kamu, wahai
manusia, atas sebagian yang lain dalam halrezeki, w a l a u p u n boleh jadi yang
m e m i l i k i k e l e b i h a n itu lemah fisik atau berusia muda lagi tidak
berpengetahuan, lalu kendati Allah y a n g m e n g a n u g e r a h k a n rezeki itu dan
membagi-bagi k a n - N y a sesuai h i k m a h kebijaksanaan-Nya, tidaklah orang-
K e l o m p o k V A y a t 72 S u r a h a n - N a h ! [16] 653

orang ya 11% dilebihkan rezekinya itu mau memberikan separuh dari rezeki yang
mereka peroleh dari Allah itu kepada para hamba sahaya yang mereka miliki
agar mereka sama merasakan rezeki itu. Nah, jika mereka, orang-orang kafir,
itu tidak rela bila para budak mereka sama-sama m e m i l i k i rezeki y a n g Allah
berikan padahal mereka adalah sama-sama manusia, maka apakah hati mereka
buta dan pikiran mereka kacau sehingga terhadap nikmat-nikmat Allah mereka
terus-menerus ingkar? Antara lain dengan cara m e m p e r t u h a n selain-Nya?
Ada juga ulama yang memahami ayat ini dalam arti anjuran kepada para
pemilik harta agar menyerahkan sebagian dari kelebihan rezeki y a n g mereka
peroleh kepada k a u m lemah, y a k n i para budak dan fakir miskin. Seakan-
akan ayat ini menyatakan bahwa Allah telah menganugerahkan kepada kamu
kelebihan d i b a n d i n g dengan y a n g lain. M a k a , adalah sewajarnya k a m u
menyalurkan kelebihan itu kepada orang-orang y a n g b u t u h sehingga k a m u
s a m a dengan mereka d a l a m p e m e n u h a n k e b u t u h a n h i d u p . B u k a n k a h
kelebihan y a n g terdapat d a l a m g e n g g a m a n tangan k a m u itu adalah n i k m a t
Allah dan seharusnya n i k m a t itu k a m u sebar luaskan? Apakah kamu enggan
menyebarluaskannya karena k a m u mengingkari nikmat-Nya?
Pendapat y a n g penulis k e m u k a k a n sebelum ini a g a k n y a lebih sejalan
dengan konteks ayat serta ciri ayat-ayat y a n g turun sebelum Nabi saw.
berhijrah, yakni penekanan uraian dalam hal keesaan Allah dan keniscayaan
hari Kemudian, bukan pada anjuran bersedekah dan m e m b a n t u fakir miskin.

AYAT 72

"Dan Allah menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari diri kamu dan
menjadikan bagi kamu dari pasangan-pasangan kamu itu, anak-anak dan
cucu-cucu, dan memberi kamu rezeki dari yang baik-baik. Maka, apakah
terhadap yang batil mereka beriman dan terhadap nikmat Allah mereka terus-
menerus kufur?"

Ayat ini masih merupakan lanjutan dari uraian tentang rezeki Allah kepada
manusia, d a l a m hal ini pasangan hidup dan buah dari keberpasangan itu.
654 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V A y a t 72

Allah berfirman: dan di samping anugerah y a n g disebut di atas Allah juga


menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari diri, yakni jenis kamu sendiri,
agar kamu dapat merasakan ketenangan hidup dan menjadikan bagi kamu
dari hasil h u b u n g a n k a m u dengan pasangan-pasangan kamu itu, anak anak
k a n d u n g dan menjadikan dari anak-anak k a n d u n g itu cucu-cucu, baik lelaki
m a u p u n perempuan.
Dan bukan hanya itu anugerah Allah, Dia juga memberi kamu rezeki
dari aneka anugerah dan rezeki yang baik-baik, yakni y a n g sesuai dengan
kebutuhan k a m u dan tidak m e m b a w a d a m p a k negatif terhadap k a m u , baik
berupa harta benda, pangan, dan lain-lain, y a n g memelihara kelanjutan dan
k e n y a m a n a n hidup k a m u . Maka apakah sesudah itu ada di antara k a m u
y a n g terhadap yang batil, yakni berhala-berhala, keyakinan buruk, seperti
m e y a k i n i a d a n y a a n a k bagi Tuhan, serta ketetapan h u k u m y a n g t i d a k
b e r s u m b e r d a r i n i l a i - n i l a i a g a m a mereka t e r u s - m e n e r u s beriman dan
sebaliknya terhadap nikmat dan karun ia Allah vang tidak dapat dihitung itu
mereka terus-menerus kufur, y a k n i tidak mensyukuri n i k m a t - n i k m a t - N y a
dan m e n e m p a t k a n n y a pada tempat y a n g semestinya?
Kata ( ^yf<) azw&j adalah bentuk j a m a k dari kata ( ) zawj, y a i t u
sesuatu yang menjadi dua bila bergabung dengan yang lain atau dengan kata
lain pasangan, baik dia lelaki (suami) m a u p u n perempuan (istri). Penamaan
istri dan suami sebagai zawj mengesankan b a h w a k e d u a n y a tidak wajar
dipisahkan karena kalau berpisah dia tidak lagi dinamai zawj. Pasangan,
s e b e l u m b e r p a s a n g a n , m a s i n g - m a s i n g b e r d i r i s e n d i r i serta m e m i l i k i
perbedaan, namun perbedaan itu, setelah berpasangan, walaupun tidak lebur,
menjadikan mereka saling melengkapi. Persis seperti kunci dan a n a k kunci,
atau sepasang alas kaki, satu kiri dan satu kanan, masing-masing berbeda,
tetapi jika salah satunya tidak m e n d a m p i n g i y a n g lain, fungsi kunci dan alas
kaki itu tidak akan terpenuhi.
Kata (j^-jjjf) anfusikum memberi kesan bahwa suami hendaknya merasa
bahwa istrinya adalah dirinya sendiri, d e m i k i a n pula istri, sehingga sebagai
pasangan, w a l a u p u n berbeda, mereka berdua pada hakikatnya menjadi diri
y a n g satu, y a k n i m e n y a t u dalam perasaan dan pikirannya, dalam cita dan
harapannya, dalam gerak dan l a n g k a h n y a , b a h k a n d a l a m m e n a r i k dan
mengembuskan napasnya.
K e l o m p o k V Ayat 72 S u r a h a n - N a h l [16] 655

Diriku dirimu, jiwaku jiwamu,


Jika engkau bercakap, kata hatiku yang engkau ucapkan,
dan jika engkau berkeinginan, keinginanku yang engkau cetuskan.

Demikian ucap seorang pencinta.


Kata (jjjb-) hafadab adalah bentuk j a m a k dari kata ( j L i ? - ) bafid dari
kata ( j i s - ) hafada y a n g b e r m a k n a bergegas m e l a y a n i d a n mematuhi.
M a y o r i t a s ulama m e m a h a m i n y a dalam arti cucu, lelaki atau perempuan.
M e m a n g , cucu diharapkan, bahkan seharusnya, tampil bergegas melayani
dan m e m a t u h i kakek dan neneknya. Ada juga y a n g m e m a h a m i n y a dalam
arti pembantu-pembantu atau keluarga istri dan ipar-ipar. S e m u a m a k n a ini
dapat d i t a m p u n g oleh kata tersebut w a l a u p u n m a k n a pertama lebih sesuai.
Apabila kata hafadah dikembalikan kepada asal makna kebahasaannya
dan m e m a h a m i n y a dalam arti pembantu-pembantu, ayat ini dapat dipahami
juga sebagai menjelaskan dengan sangat indah fungsi suami dan istri terhadap
masing-masing. Ayat ini bagaikan berkata: ' A l l a h menjadikan bagi k a m u
(wahai suami dan istri) dari keberpasangan k a m u anak-anak k a n d u n g dan
menjadikan pula bagi k a m u , w a h a i suami, pembantu, y a i t u istrimu, dan
bagi k a m u , wahai istri, p e m b a n t u , y a i t u suamimu". M e m a n g , demikianlah
seharusnya kehidupan suami istri, saling m e m b a n t u . Suami tidak harus
angkuh atau m a l u m e m b a n t u istrinya dalam pekerjaan y a n g diduga orang
pekerjaan perempuan, demikian pula sebaliknya. Rasul saw. m e m b a n t u
istrinya mengatur r u m a h tangga, bahkan menjahit sendiri baju beliau y a n g
koyak dan memperbaiki sendiri alas k a k i n y a .
Ayat ini menggarisbawahi n i k m a t pernikahan dan anugerah keturunan.
Betapa tidak, setiap manusia memiliki dorongan seksual y a n g sejak kecil
menjadi naluri m a n u s i a dan ketika dewasa menjadi dorongan y a n g sangat
sulit dibendung. Karena itu, m a n u s i a m e n d a m b a k a n pasangan, dan karena
itu pula keberpasangan merupakan fitrah manusia, bahkan fitrah m a k h l u k
hidup, atau bahkan semua m a k h l u k .
656 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V Ayat 72

"Mahasuci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya dari


apa yang ditumbuhkan bumi, dan dari diri mereka, serta dari apa yang mereka
tidak ketahui" (QS. Yasin [ 3 6 ] : 3 6 ) .
Ketersendirian—dan lebih hebat lagi k e t e r a s i n g a n — s u n g g u h dapat
menghantui manusia karena manusia pada dasarnya adalah m a k h l u k sosial,
yakni m a k h l u k yang m e m b a w a sifat dasar "ketergantungan dan keterikatan".
Yakni m e m i l i k i kebutuhan terikat kepada pasangan dan kelompok, kecil
dan besar. M e m a n g , sewaktu-waktu m a n u s i a bisa merasa senang dalam
kesendiriannya, tetapi tidak untuk selamanya. Manusia telah menyadari bahwa
hubungan y a n g dalam dan dekar dengan p i h a k lain akan m e m b a n t u n y a
m e n d a p a t k a n k e k u a t a n d a n m e m b u a t n y a lebih m a m p u menghadapi
tantangan, khususnya jika pasangan y a n g menyertainya dari jenisnya sendiri
lagi sejiwa dengannya. Karena alasan-alasan inilah m a k a m a n u s i a menikah,
berkeluarga, bahkan bermasyarakat dan berbangsa. Allah menganugerahkan
kepada manusia n i k m a t y a n g tidak terhingga dengan menciptakan pada diri
setiap m a k h l u k kecenderungan u n t u k berpasangan dan keterikatan pada
kelompok karena, sekali lagi, kalau tidak d e m i k i a n , manusia akan gelisah.

Allah M a h a Mengetahui bahwa kegelisahan itu dapat dialami oleh semua


manusia, p e m u d a atau pemudi, d u d a atau janda, karena itu juga al-Qur'an
ketika berbicara tentang j a n d a y a n g b e l u m selesai 'iddah (masa berkabung/
tunggu)-nya menyatakan bahwa:

"Tidak ada dosa bagimu (wahai para wali) membiarkan mereka berbuat
terhadap diri mereka menurutyangma'ruflpatut''(QS. al-Baqarah [2J: 2 3 4 ) .
M a k s u d n y a mereka boleh berhias, bepergian, dan menerima p i n a n g a n .
M e n g a p a tidak ada dosa? Karena keinginan u n t u k menyatu/berpasangan itu
dapat merisaukan bila tidak dipenuhi.
Kemudian, m e n g a p a a d a s y a r a t "maV«/7patut"? Karena bila
p e m e n u h a n n y a secara keliru dan tidak terarah, ia akan membinasakan.
Dari sini, adalah merupakan n i k m a t y a n g tidak terhingga ketika Allah
m e n s y a r i a t k a n "keberpasangan" pria dan w a n i t a dan diarahkannya
keberpasangan itu sedemikian rupa sehingga terlaksana apa y a n g d i n a m a i
K e l o m p o k V Ayat 73-74 S u r a h a n - N a h l [16] 657

"pernikahan" guna mengusir hanru keterasingan dan guna beralihnya kerisauan


menjadi ketenteraman.
Di sisi (ain, manusia mempunyai kecenderungan untuk hidup selamanya.
Menyadari bahwa tidak mungki n masing-masing secara pribadi dapat bertahan
hidup selamanya, jalan satu-satunya u n t u k mempertahankan kelangsungan
hidupnya itu adalah melalui anak keturunan y a n g merupakan perpanjangan
dari k e h i d u p a n pribadi. Allah swt. m e n g a n u g e r a h k a n kepada m a n u s i a
kecenderungan itu pada semua manusia—lebih-lebih perempuan—sehingga
panggilan keibuan selalu berseru dalam hatinya. Para pakar menyatakan bahwa
wanita menghasilkan dalam dirinya apa yang dinamai estrogen, yakni hormon
cinta, dan progesteron atau hormon keibuan. Dengan hormon pertama, ia
akan terus m e m e l i h a r a k e c a n t i k a n n y a dan, d e n g a n hormon kedua, ia
terdorong dan bersedia mengorbankan kecantikannya demi anak-anaknya.
Seandainya terputus h u b u n g a n anak dan ayah, atau sistem pernikahan
tidak lagi diakui oleh masyarakat, atau terhenti keturunan manusia, niscaya
sendi kehidupan bermasyarakat menjadi goyah yang pada akhirnya mengantar
kepada kepunahan manusia.
Kata ( o u & i ) ath-tbayyibdt adalAr bentuk jamak dari kata ( ^J?) thayyib
. Kata ini di sini berfungsi sebagai adjektive (sifat) dari sesuatu yang tidak
disebut yaitu kata y a n g diisyaratkan oleh memberi kamu rezeki. Dengan
demikian, kata tersebut adalah sifat dari aneka rezeki yang dianugerahkan
Allah. Selanjutnya, rujuklah ke ayat 32 surah ini u n t u k lebih m e m a h a m i
2
m a k s u d kata thayyib. * B e n t u k j a m a k y a n g d i g u n a k a n penggalan ayat
menjadikan penulis enggan membatasi m a k n a n y a hanya pada harta benda,
atau makanan yang lezat, tetapi ia mencakup aneka anugerah Ilahi yang dapat
dimanfaatkan, baik berupa kebutuhan pokok, pelengkap, maupun
kesempurnaan.

AYAT 7 3 - 7 4

"Dan mereka menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberikan
kepada mereka rezeki sedikit pun dari langit dan bumi, dan mereka tidak

Lihat halaman 572.


658 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V Ayat 73-74

kuasa. Maka janganlah kamu menjadikan bagi Allah perumpamaan-


perumpamaan (buruk). Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui. "

Ayat ini adalah lanjutan kecaman terhadap orang-orang kafir y a n g tidak


m e m p e r s e m b a h k a n rasa syukur atas n i k m a t - n i k m a t yang mereka peroleh.
Ibadah adalah salah satu perwujudan syukur kepada Allah swt. Ia seharusnya
hanya dipersembahkan kepada Allah swt. Dalam Q S . Quraisy [106]: 3, Allah
memerintahkan untuk beribadah kepada-Nya karena Dia telah
m e n g a n u g e r a h k a n n i k m a t pangan y a n g mengantar mereka tidak lapar dan
memikat keamanan yang menjadikan mereka terhindar dari kecemasan. Ayat-
ayat sebelum ini telah menguraikan sedikit dari limpahan nikmat-Nya. Dan
ini seharusnya mereka syukuri dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya
saja, tetapi itu tidak terjadi, justru mereka d u r h a k a dan terus-menerus
menyembah serta m e n s y u k u r i selain Allah, y a k n i berhala-berhala atau
matahari, bulan, bintang dan lain-lain, y a n g masing-masing adalah sesuatu
yang tidak dapat memberikan kepada mereka rezeki sedikit pun, baik y a n g
bersumber dari semua langit y a n g bertingkat-tingkat itu seperti rezeki hujan,
kehangatan cahaya matahari, sinar bulan, dan lain-lain dan m a u p u n y a n g
bersumber dari bumi semacam tanah tempat mereka berpijak, laut dan sungai,
pepohonan, buah-buahan, dan lain-lain, dan mereka sembahan-sembahan
itu tidak j u g a kuasa sedikit pun.

J i k a telah terbukti bahwa Allah M a h a Esa dan Dia adalah sumber segala
anugerah, maka janganlah kamu menjadikan bagi Allah perumpamaan-
perumpamaan buruk, yakni jangan mengadakan sekutu-sekutu bagi-Nya atau
j a n g a n m e n y i f a t i - N y a d e n g a n sifat-sifat y a n g m e n g a n d u n g makna
k e k u r a n g a n , seperti b a h w a Dia m e m i l i k i a n a k , atau D i a t i d a k k u a s a
m e n g h i d u p k a n kembali y a n g telah mati dan m e m b a n g k i t k a n dari kubur.
Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui, karena itu
t e r i m a l a h d e n g a n b a i k i n f o r m a s i - N y a d a n l a k s a n a k a n l a h apa y a n g
diperintahkan-N ya.
Objek kata ( j j * J * i - - i H ) la yastathiunltidak kuasa tidak disebut pada
ayat ini. Ada ulama yang berpendapat bahwa di sini kata tersebut diperlakukan
K e l o m p o k V A y a t 75 S u r a h a n - N a h l [16] 659

s a m a d e n g a n k a t a - k a t a y a n g t i d a k m e m e r l u k a n objek a t a u apa y a n g
diistilahkan dalam tata bahasa Arab Lizim dan, dengan demikian, m a k n a n y a
adalah mereka sejak semula tidak berkuasa, yakni tidak memiliki kemampuan.
A d a juga y a n g berpendapat b a h w a objeknya sengaja tidak disebut agar
mencakup segala sesuatu sehingga ayat ini bagaikan menyatakan mereka tidak
kuasa, yakni tidak memiliki kemampuan atau kesanggupan untuk melakukan
apa saja. Kedua pendapat ini bertemu dalam m a k n a y a n g d i m a k s u d n y a .
Memang, kalau sesembahan itu adalah berhala-berhala, jelas ia tidak memiliki
sedikit k e m a m p u a n pun. B u k a n k a h ia adalah benda-benda mati? Kalau
sesembahan itu m a k h l u k hidup, kendati ia terlihat bagaikan m e m i l i k i
"kemampuan", kemampuan itu bukan bersumber dari dirinya sendiri, tetapi
anugerah Allah swt.
Ayat ini kembali berbicara tentang tujuan aneka anugerah Allah swt.,
yakni mengesakan Allah, mengakui kenabian dan ketetapan-ketetapan yang
mereka sampaikan, serta keniscayaan hari Kemudian, sebagaimana akan lebih
jelas terbaca pada lanjutan ayat ini.
Kata ( J \ i a ^ i ) al-amtsaladalah bentukjamakdari kata ( J i ° ) matsaldalam
arti p e r u m p a m a a n yang aneh atau menakjubkan. M e m p e r s e k u t u k a n Allah
dengan sesuatu adalah menetapkan sifat-sifat yang aneh bagi sekutu-Nya,
antara lain bahwa sekutu-sekutu itu m e m i l i k i kekuasaan dan persamaan
dengan Tuhan, padahal mereka adalah m a k h l u k y a n g sangat lemah, tidak
memiliki kekuasaan dan, dalam saat yang sama, persekutuan itu menyifati
Tuhan Yang M a h a Esa dengan sifat-sifat y a n g aneh, misalnya bahwa Dia
m e m i l i k i anak, padahal y a n g m e m i l i k i anak tentulah y a n g b u t u h sedang
Allah Mahakuasa, tidak m e m b u t u h k a n sesuatu.

AYAT 7 5

"Allah membuat satu perumpamaan; seorang hamba yang dimiliki yang tidak
dapat mampu terhadap sesuatu pun dan seorang yang Kami beri dari Kami
rezeki yang baik, lalu dia menafkahkan sebagian darinya secara rahasia dan
660 S u r a h a n - N a h l [16] Kelompok V Ayat .5

secara terang-terangan, adakah mereka sama? Segala puji hanya bagi Allah,
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. "

Setelah ayat yang lalu melarang menetapkan bagi Allah sifat-sifat yang
aneh, yakni y a n g tidak sesuai dengan kebesaran dan k e a g u n g a n - N y a atau
melarang menjadikan untuk-Nya sekutu-sekutu, kini Allah swt. menjelaskan
kebatilan keyakinan mereka dengan memberi p e r u m p a m a a n . Allah Yang
M a h a M e n g e t a h u i itu membuat satu perumpamaan t e n t a n g kesesatan
keyakinan k a u m musyrikin yaitu keadaan seorang hamba Allah yang dimiliki,
yakni seorang budak belian yang tidak dapat mampu, yakni yang tidak dapat
bertindak terhadap sesuatu pun dan keadaan seorangyung merdeka yang Kami
beri secara khusus dari Kami rezeki yang baik, halal, luas, melebihi kebutuhan
dan sangat memuaskan, lalu dia y a n g Kami beri rezeki itu dengan terus-
menerus bebas mengatur rezeki itu dan menafkahkan sebagian darinya, yakni
dari rezeki itu, secara rahasia dan secara terang-terangan; adakah mereka y a n g
keadaannya bertolak belakang itu sama, y a k n i h a m b a sahaya y a n g tidak
m e m i l i k i apa-apa dapat disederajatkan dan dipersamakan dengan y a n g
merdeka ini? Jelas sekali tidak sama. Yang jika demikian segala puji hanya
bagi Allah semata-mata. Ya, kamu, wahai kaum muslimin, mengetahui bahwa
segala puji hanya tertuju pada-Nya, tetapi kebanyakan mereka yang musyrik
dan durhaka itu tidak mengetahui.

Ayat ini bagaikan mempersamakan keadaan berhala dan sesembahan


kaum musyrikin dengan b u d a k belian y a n g tidak m e m i l i k i k e m a m p u a n
sedikit pun, dan keadaan Allah dalam limpahan karunia-Nya dengan seorang
merdeka, lagi kaya raya dan bebas menetapkan dan mengatur kehendaknya.
Jelas kedtia orang itu tidak sama. Allah swt. adalah Pemilik segala y a n g ada.
Allah swt. berbuat dan mengatur kerajaan a l a m semesta sesuai dengan
kehendak-Nya. Sebaliknya, sembalian-sembahan selain Allah tidak memiliki
apa-apa sehingga mereka tidak berhak untuk dipertuhan.
Kata ( J-J. ) dbddzlam kamus-kamus bahasa m e m p u n y a i sekian banyak
a r t i . Kata t e r s e b u t d a p a t m e n g g a m b a r k a n ' ' k e k u k u h a n " t a p i j u g a
"kelemahlembutan". Kata k u d a p a t berati "hamba sahaya atau anak panah
yang pendek dan lebar'' (makna ini m e n g g a m b a r k a n k e k u k u h a n ) , dan j u g a
K e l o m p o k V A y a t 75 S u r a h a n - N a h l [16] 661

berarti "tumbuhan yang memiliki aroma yang harum" (ini menggambarkan


kelemahlembutan).
Seorang hamba sahaya tidak memiliki sesuatu. A p a y a n g d i m i l i k i n y a
adalah milik tuannya, termasuk dirinya sendiri. Nah, jika demikian itu makna
kata ( j_p ) 'abd, mengapa ayat ini menambahkan lagi kata (iS^Lf) mamliikan
y a n g berarti yang dimiliki* B u k a n k a h kata 'abd telah cukup? Al-Biqa'i
menjawab bahwa kata abd digunakan juga oleh al-Qur'an untuk menunjuk
orang-orang yang bebas dan merdeka, yang menjadikan dirinya hamba AJIah,
karena itu diperlukan kata mamlukan agar tidak timbul kesan y a n g keliru
b a h w a y a n g d i m a k s u d a d a l a h h a m b a A l l a h secara u m u m . Apa y a n g
d i k e m u k a k a n pakar tersebut sungguh tepat. Bukankah Nabi M u h a m m a d
saw. dinamai Allah sebagai abdihi/hamba-Nya, sebagaimana tercantum antara
lain pada awal Q S . al-Isra'? Memang, penghambaan diri kepada Allah semata-
mata adalah puncak kemerdekaan manusia.
F i r m a n - N y a : ( j_jjs*.o V ) l& yastawunhnereka tidak sama berbentuk
jamak, walaupun kalimat sebelumnya menunjuk kepada dua pihak, sehingga
sepintas dapat dikatakan bahwa seharusnya ayat ini menyatakan ( Ob ^-o *^ )
la yastawlyanlkeduanya tidak sama. Agaknya, pemilihan bentuk j a m a k itu
u n t u k mengisyaratkan b a h w a p e r u m p a m a a n ini tidak h a n y a tertuju pada
saru pihak terhadap pihak yang lain, tetapi semua yang dicakup oleh pihak
itu. Pihak pertama, yakni berhala y a n g disembah k a u m musyrikin, cukup
banyak. Pihak ini menunjuk kepada mereka sehingga yang mana pun di
antara sesembahan m e r e k a y a n g m e r e k a t a m p i l k a n atau bandingkan,
kesemuanya tidak dapat dipersamakan dengan Allah. S e m u a n y a adalah
hamba-hamba yang dimiliki-Nya dan Dia adalah Pemilik Tunggal.
Kata ( & X(J~\) ahhamdulillah pada ayat ini merupakan kelanjutan dari
keterangan tentang perbandingan dan pembuktian persoalan yang dipaparkan
pada penggalan yang lalu. M a k s u d n y a , berhala-berhala itu tidak dapat
dipersamakan dengan Allah swt. Allah swt. yang melimpahkan aneka nikmat
dan bertindak bebas sesuai kehendak dan hikmah kebijaksanaan-Nya sangat
wajar dipuja dan disyukuri karena Dia adalah satu-satunya sumber n i k m a t
sedang selai n-Nya tidak m e m i l i k i apa-apa.
662 S u r a h a n - N a h l [161 K e l o m p o k V A y a t 76

A d a j u g a y a n g berpendapat bahwa hamdalah itu b u k a n lagi kelanjutan


keterangan, tetapi ucapan kesyukuran atas telah sempurnanya pembuktian.
Seakan-akan, setelah m e n g e m u k a k a n perbandingan yang merupakan dalil
yang sangat kuat dan m e m b u n g k a m lawan itu, lahirlah ucapan ahhamdulillAh
atas keterangan dan dalil y a n g sangat kuat itu. Pendapat lain menjadikannya
sebagai pengajaran kepada manusia, seakan-akan ayat ini setelah
menyampaikan argumentasinya berkata: "Hai kaum muslimin/manusia, puja
dan pujilah Allah y a n g telah menganugerahkan aneka nikmat kepada kamu
dan memberi k a m u petunjuk sehingga mengesakan dan mengakui nikmat-
Nya."
:
Selanjutnya, rujuklah ke awal surah al-Fatihah! '' Di sana Anda dapat
m e n e m u k a n uraian panjang lebar rentang makna al-hamdulilldh.

AYAT 7 6

"Dan Allah membuat perumpamaan: dua arang lelaki, salah seorang di antara
keduanya bisu, tidak dapat berbuat sesuatu pun dan dia menjadi beban atas
penanggungnya. Ke mana saja dia disuruh, dia tidak mendatangkan suatu
kebajikan pun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat
keadilan, dan dia berada di atas jalan yang lurus?"

Ayat ini memberi p e r u m p a m a a n lain. Ini, m e n u r u t al-Biqa'i, karena


boleh jadi ada di antara k a u m musyrikin itu yang keras kepala sambil berkata:
"Sembahan-sembahan k a m i bukan milik Allah." Dari sini, p e r u m p a m a a n
ayat di atas tampil untuk lebih m e m b u n g k a m mereka.
Dapat j u g a dikatakan bahwa, setelah ayat y a n g lalu m e m b a n d i n g k a n
sesembahan k a u m kaflrin dan k a u m m u s l i m i n , ayat ini m e m b a n d i n g k a n
antara kafir dan muslim dengan menyatakan dan di samping perumpamaan
vang lalu Allah juga membuat pula perwnpamaan y a n g lain. tentang dua
orang lelaki, salah seorang di antara keduanya bisu sejak kelahirannya, tidak

Rujuk penafsiran Q S al-Fatihah [1]: 2 pada volume 1 halaman 32.


K e l o m p o k V A y a t 76 S u r a h a n - N a h l [16] 663

dapat berbuat sesuatu pun karena dia tidak dapat memberi dan menerima
informasi atau p e m a h a m a n dan, dengan d e m i k i a n , dia menjadi beban atas
penanggungnya. Ke mana saja dia disuruh oleh p e n a n g g u n g n y a itu atau apa
saja yang d i m i n t a darinya, dia tidak mendatangkan suatu kebajikan pun,
yakni tidak memenuhi, bahkan tidak melakukan apa yang diharapkan darinya.
Samakah orang itu dengan orang yang bijaksana dalam ucapan dan
tindakannya; tidak menjadi beban bagi seseorang pun, bahkan mampu
menyuruh berbuat keadilan dan menempatkan sesuatu pada tempat y a n g
semestinya, dan dalam saat yang sama yang bersangkutan tidak hanya pandai
m e n y u r u h tetapi dia juga berada di atas jalan yang lurus sehingga m a m p u
melaksanakan segala yang baik dan bermanfaat dan meninggalkan yang buruk
serta berbahaya. S a m a k a h kedua orang itu? Pasti tidak!
Seperti tergambar pada uraian tentang hubungan ayat ini, ulama-ulama
berbeda pendapat tentang perumpamaan ini. Al-Biqa'i dan S a y y i d Q u t h u b ,
misalnya, m e n i l a i n y a sebagai masih berbicara rentang berhala-berhala dan
Tuhan k a u m m u s l i m i n . Ibn 'Asyur juga berpendapat demikian.
"Perumpamaan y a n g pertama-—tulisnya-—adalah p e r u m p a m a a n tentang
berhala-berhala yang merupakan benda-benda mati yang tidak paham sesuatu
serta perlu dijaga dan dibersihkan dari kotoran dan debu y a n g h i n g g a p
padanya, sedang yang kedua adalah perumpamaan tentang
Kemahasempurnaan Allah Yang M a h a t i n g g i dalam Zat dan sifat-Nya serta
limpahan kebajikan-Nya.
A l - J a m a l d a l a m b u k u n y a y a n g m e n g o m e n t a r i Tafsir al-Jaldlain
menegaskan bahwa p e r u m p a m a a n ini adalah u n t u k m e m b u k t i k a n betapa
j a u h j a r a k a n t a r a d e r a j a t s e o r a n g m u k m i n d a n kafir. A s y - S y a ' r a w i
mengemukakan kedua pendapat di atas sambil mengingatkan bahwa redaksi
ayat ini bukannya menyebut seorangutau seorang hamba sahaya, sebagaimana
perumpamaan y a n g lalu, tetapi perumpamaan yang diberikannya adalah dua
orang lelaki sehingga ini, menurutnya, dapat berarti b a h w a y a n g bisu itu
adalah sang kafir, sedang y a n g m e m e r i n t a h k a n berbuat adil adalah sang
m u k m i n . T h a b a t h a b a i j uga mengemukakan kedua pendapat di atas, namun
ulama ini lebih cenderung memahami ayat tersebut sebagai berbicara tentang
keesaan Allah swt. dan kewajaran-Nya u n t u k disembah karena Allah swt.
664 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V Ayat 76

"berada" di jalan lebar yang lurus serta memberi petunjuk melalui pengutusan
para rasul dan penetapan syariat keagamaan.
Selanjutnya, yang m e m a h a m i n y a sebagai berbicara tentang m u k m i n dan
kafir, terbagi pula dalam dua kelompok. Yang pertama m e m a h a m i n y a dalam
arti m u k m i n dan kafir secara u m u m , di m a n a dan kapan dan siapa pun dia,
sedang yang kedua memahaminya sebagai m u k m i n tertentu, yakni Rasulullah
saw., dan y a n g kafir y a n g dipersamakan dengan bisu itu adalah A b u Jahl.
M e m a h a m i n y a secara u m u m jelas lebih baik daripada m e m a h a m i n y a secara
khusus karena redaksi ayat ini bersifat u m u m .
Kata { p £ J ) abkam berbeda dengan kata (j>jA ) akhras walau keduanya
sering kali diterjemahkan dengan bisu. Seorang y a n g akhras kebisuannya
m u n c u l setelah kelahirannya, di sisi lain boleh jadi dia dapat m e m a h a m i
orang lain serta dapat pula menjelaskan m a k s u d n y a dengan bahasa isyarat.
Ini berbeda dengan abkam y a n g sejak lahir telah bisu lagi tidak p a h a m dan
tidak juga dapat memberi pemahaman. Ada juga yang memahami kata abkam
bukan sekadar bisu, tetapi j u g a buta dan tuli. Asy-Sya'rawi mengingatkan
bahwa siapa y a n g bisu sejak lahir, itu berarti dia tuli karena bahasa lahir dari
pendengaran. Bahasa adalah anak sah dari l i n g k u n g a n . Apa y a n g didengar
oleh telinga itulah y a n g diucapkan oleh lidah, karena itu, anak seorang Arab
y a n g tinggal di l i n g k u n g a n y a n g berbahasa Inggris akan mahir berbahasa
Inggris, demikian pula sebaliknya, karena masing-masing mengucapkan apa
yang didengarnya. Dengan d e m i k i a n , y a n g tidak mendengar pastilah bisu,
y a k n i tidak dapat berbicara.
KELOMPOK 6

AYAT 77-89

565
S u r a h a n - N a h l [16]
S u r a h a n - N a h l [16] 667
668 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VI A y a :

AYAT 7 7

"Dan milik Allah-lah gaib langit dan bumi. Bukanlah peristiwa Kiamat itu.
melainkan seperti kerlingan mata, bahkan lebih dekat (lagi). Sesunggidmy,:
Allah Mahakuasa atas segala, sesuatu. "

Kelompok ayat ini lebih banyak m e n e k a n k a n tentang kehadiran Hari


Kiamat serta bukti-bukti kekuasaan Allah yang dapat mengantar siapa pun
y a n g m e m b u k a mata hati dan p i k i r a n n y a kepada k e s i m p u l a n tentang
keniscayaannya. Di sisi lain, dapat dikatakan bahwa kelompok ayat yang lalu
m e m b u k t i k a n kesesatan siapa pun y a n g mengangkat sekutu-sekutu bag:
A l l a h , b a i k dua t u h a n atau l e b i h . K e l o m p o k ayat i n i , w a l a u masih
mengandung pembuktian tentang keesaan-Nya, penekanan uraiannya adalah
y a n g m e n y a n g k u t keniscayaan Hari Kiamat.
Kendati ayat ini merupakan awal uraian kelompok baru, a l - B i q a i tetap
m e n g h u b u n g k a n n y a dengan ayat yang sebelum ini y a n g menyatakan bahwa
"Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (Ayat 7 4 ' ,
M e n u r u t ulama itu, ayat ini menegaskan kesempurnaan ilmu Allah dan
keluasan rjudrab-Nya., dengan m e n y a t a k a n bahwa, "Itulah i l m u Allah
m e n y a n g k u t syahddah (alam nyata) y a n g terbukti kebenarannya melalui
keterangan-keterangan y a n g lalu, dan terbukti pula bahwa itu semua adalah
milik-Nya. Tapi, i l m u dan kuasa-Nya bukan hanya terhadap y a n g nyata.
Allah juga M a h a M e n g e t a h u i segala y a n g gaib."

Para u l a m a — y a n g berpendapat bahwa ayat yang lalu yang berbicara


tentang Allah dan menegaskan bahwa Dia memerintahkan kepada keadilan
dan berada di jalan lebar y a n g l u r u s — m e l a n j u t k a n bahwa uraian tersebut
berlanjut dengan kesimpulan bahwa: "Siapa vang demikian itu halnya, pastilah
M a h a s e m p u r n a pengetahuan dan kuasa-Nya." Nah, ayat ini datang untuk
membuktikan bahwa Dia M a h a Mengetahui, dan hanya Dia yang memiliki
gaib langit dan bumi.

Apapun hubungan yang Anda pilih, yang jelas ayat ini menyatakan bahwa
K e l o m p o k VI Ayat 77 S u r a h a n - N a h l [16] 669

dan di samping m i l i k - N y a sendiri pengetahuan alam yang nyata, juga hanya


milik Allah-Lih sendiri gaib langit dan bumi, yakni pengetahuan tentang segala
apa y a n g tersembunyi di j a g a d raya ini, atau h a n y a m i l i k Allah dan d a l a m
kekuasaan-Nya sendiri segala hal y a n g berkaitan dengan langit dan b u m i .
Antara lain tentang Kiamat dan hari Kebangkitan. Bukanlah peristiwa Kiamat
itu, yakni segala apa yang terjadi sejak kebangkitan manusia, pengadilan Ilahi,
serta pelaksanaan ketetapan-ketetapan-Nya, melainkan seperti kerlingan mata,
bahkan lebih dekat lagi, y a k n i lebih m u d a h atau lebih cepat dari kerlingan
mata. Ini m e n u r u t logika dan perhitungan k a m u , bukan m e n u r u t hakikat
kuasa Allah. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sematu.

Kata ( ^s-) ghayblgaib biasa dipertentangkan dengan (SiU-i ) syahddah,


yakni kenyataan yang disaksikan, baik dengan mata kepala m a u p u n dengan
mata pikiran atau hati. Dari sini, dapat dikatakan bahwa jika sesuatu telah
dapat Anda lihat, taba, atau ketahui hakikatnya, sesuatu itu bukan lagi gaib;
s e b a l i k n y a j i k a A n d a tidak tahu h a k i k a t n y a , tidak dapat melihat atau
merabanya, ia adalah gaib, paling tidak bagi Anda pribadi.

Gaib ada dua macam. P e r t a m a , g a i b mutlak, yang tidak dapat terungkap


sama sekali. Hanya Allah yang mengetahuinya. Kedua, gaib relatif. Yang Anda
tidak ketahui tetapi boleh jadi diketahui orang lain, atau y a n g sekarang Anda
tak tahu, tapi di kali lain A n d a mengetahuinya, itulah gaib relatif. Ia relatif
karena ada orang atau makhluk selain Anda yang mengetahuinya, atau walau
sekarang belum mengetahuinya tetapi pada waktu yang lain akan terungkap
bagi Anda.

Firman-Nya: ( jfifi^j CJ\ M « J i iiij ) u>a lillahi ghaybu as-samawati


wa al-ardhildan milik Allah gaib langit dan bumi dipahami oleh beberapa
ulama dalam arti " H a n y a milik Allah-lah pengetahuan tentang hal-hal dan
barang-barang y a n g tersembunyi di jagad raya ini." Kata ghayb, menurut Ibn
'Asyur, adalah mashdar (kata jadian) y a n g berarti hal-hal (barang-barang)
yang gaib. Ada juga ulama y a n g m e m a h a m i n y a dalam arti y a n g lebih luas
dari sekadar pengetahuan. Mereka memahaminya dalam arti milik Allah yang
gaib, yakni apa vang tidak terjangkau m e n y a n g k u t segala hal dan persoalan
langit dan b u m i . Salah satu yang tidak terjangkau itu adalah soal Kiamat
670 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V I A y a t 7~

yang m e r u p a k a n bagian y a n g tidak keluar dari persoalan langit dan bumi,


Kepemilikan-Nya itu bukan h a n y a pada kepemilikan pengetahuan tentang
apa y a n g gaib y a n g terdapat di sana, tetapi j u g a m e m i l i k i n y a dan berkuasa
untuk m e l a k u k a n apa saja y a n g berkaitan dengan segala y a n g gaib di jagad
rava ini, dan kalau vang gaib dikuasai-Nya, tentu lebih-lebih lagi vang nyata,
Tidak ada masalah Kiamat yang terjangkau oleh nalar dan pemahaman
manusia, kecuali y a n g diinformasikan oleh aI-Qur'an dan as-Sunnah yang
sahih. Allah mengetahui segala sesuatu m e n v a n g k u t Kiamat, bahkan Dia
tidak saja mengetahui—misalnva masa terjadinya—tetapi Allah juga berkuasa
melakukan apa saja y a n g berkaitan dengannva dan dengan segala yang gaib,

Dari sini, terlihat hubungan y a n g jelas antara pernyataan kepemilikan di


atas dengan penggalan ayat berikutnya, y a k n i ( A P U J I y>\) amr as-sdah/
peristiwa dan segala persoalan yang menyangkut Kiamat. Yakni, bagi Allah,
saat Dia berkehendak melakukan sesuatu terhadap yang gaib r e r m a s u k y a n g
berkaitan dengan Kiamat, itu sangat m u d a h bagi-Nya lagi sangat cepat proses
dan kejadiannya. Betapa tidak m u d a h dan cepat, padahal semua itu adalah
milik-Nya, yakni berada dalam wewenang dan kekuasaan-Nya.

Kata ( j - a J ' ^ ) lamb a!-bashar sering kali diterjemahkan dengan kejapan


mata. Sebenarnya, dari segi bahasa, kata ( ^ U J i ) al-lamb berarti pandangan.
Bahasa m e n g g u n a k a n berbagai kata u n t u k m e n u n j u k m a k n a pandangan
tergantung dati lama dan arah pergerakan mata, seperti melihat, memandang,
mengamati, mengerling, dan lain-lain. Kata ( ^ ) larnaha adalah gerak mata
menuju sesuatu untuk melihatnya dan yang biasanya terlaksana dengan mudah
dan cepat karena ketika itu si pemandang "mencuri" pandangan, enggan terlihat
bahwa ia m e m a n d a n g .

Ayat ini dapat dipahami dalam arti bahwa persoalan Kiamat adalah sesuatu
y a n g sangat m u d a h bagi Allah swt. Karena itu, jangan duga Kiamat tidak
dapat terjadi. Atau, bermakna Kiamat datang dengan cepat. Ia terjadi begitu
tiba ketetapan Allah. Kedatangannya mengejutkan semua makhluk. U n t u k
memberi contoh y a n g dapat mendekatkan p e m a h a m a n kepada manusia,
m u d a h atau cepatnya peristiwa Kiamat itu adalah seperti kerlingan mata,
bahkan lebih m u d a h dan cepat daripada kerlingan mata itu.
K e l o m p o k VI Ayat 77 S u r a h a n - N a h l [16] 671

Benar, peristiwa Kiamat bagi Aliah lebih m u d a h dan lebih cepat dari
kerlingan mata manusia karena, betapapun mudah dan cepatnya mengerling
bagi manusia, ia masih m e m e r l u k a n alat, syarat, gerak, dan w a k t u untuk
m e w u j u d k a n kerlingan itu. Berbeda halnya dengan Allah swt. y a n g tidak
terikat dengan svarat, tidak m e m b u t u h k a n alat, tidak j u g a memerlukan
waktu.

"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanya


berfirman kepada-Nya, 'Kun (jadilah)', maka jadilah ia" ( Q S . Yasin [ 3 6 ] :
82).
Peristiwa Kiamat, gaib bagi manusia. Jangankan Kiamat yang merupakan
akhir masa hidup, detik m e n d a t a n g pun tidak berada dalam j a n g k a u a n
kepastian pengetahuan manusia. Gaib adalah bagian dari rahmat Allah
sehingga manusia dapat bekerja, berkreasi, bahkan mengharap. Seandainya
manusia mengetahui kapan datangnya K i a m a t — b a i k y a n g kecil, y a k n i
k e m a t i a n , m a u p u n y a n g besar, y a k n i k e h a n c u r a n a l a m raya-—hidup
sebagaimana dikehendaki Allah akan terhenti. H i d u p yang dimaksud sebagai
ujian dan perlombaan meraih kebajikan akan terhenti atau paling tidak
pincang. Seandainya manusia mengetahui semua yang gaib, akan berubah
warna kehidupan, hubungan antar-manusia pun akan sangar lain.

T i d a k seorang pun mengetahui Isi hati manusia kecuali dirinya sendiri.


Seandainya tetungkap apa yang terlintas dalam pikiran atau terkuak apa yang
terbetik dalam hati m e n y a n g k u t kejahatan atau penipuan, sangka buruk,
dengki, dan sebagainya, sungguh manusia akan mengalami kesulitan dalam
hidupnya. Allah menutupi hal tersebut dan memasukkannya ke dalam wadah
gaib. Allah swt. tidak hanya menutupi dan m e n y e m b u n y i k a n apa y a n g
dirahasiakan manusia terhadap orang lain, tetapi juga menutupi sekian banyak
pengalaman masa kesedihan atau keinginan setiap pribadi, y a n g dipendam
dan ditutupi oleh Allah di bawah sadar seseorang, yang jika d i t a m p a k k a n
kepada orang lain atau d i m u n c u l k a n ke permukaan hati yang bersangkutan
sendiri, pasti akan mengakibatkan gangguan y a n g tidak kecil.
672 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V I A y a t 78

AYAT ^8

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibu kamu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan-penglihatan, dan aneka hati agar kamu bersyukur. "

Sayvid Quthub menjadikan ayat ini sebagai pemaparan contoh sederhana


d a l a m kehidupan manusia y a n g tidak dapat terjangkau o l e h n y a — y a k n i
kelahiran—-padahal itu terjadi setiap saat, siang dan m a l a m . Persoalan ini
adalah gaib yang dekat, tetapi sangat jauh dan dalam untuk menjangkaunya.
M e m a n g , boleh jadi manusia dapat melihat tahap-tahap pertumbuhan janin,
tetapi dia tidak mengetahui bagaimana hal tersebut terjadi karena rahasianya
merupakan rahasia kehidupan. D e m i k i a n Savyid Q u t h u b m e n g h u b u n g k a n
avat ini dengan avat y a n g lalu yang berbicara tentang kepemilikan Allah
terhadap gaib dan tentang kegaiban Hari Kiamat.
Ayat ini dapat juga dihubungkan dengan ayat yang lalu dengan menyatakan
bahwa uraiannya merupakan salah satu bukti kuasa Allah m e n g h i d u p k a n
kembali siapa yang meninggal d u n i a serta kebangkitan pada Hari Kiamat.
Avat ini menyatakan: Dan sebagaimana,Allah mengeluarkan kamu berdasar
kuasa dan i l m u - N v a dari perut ibu-ibu kamu sedang tadinya k a m u tidak
wujud, demikian juga Dia dapat mengeluarkan k a m u dari perut bumi dan
m e n g h i d u p k a n kamu kembali. Ketika Dia mengeluarkan k a m u dari ibu-
ibu k a m u , k a m u semua dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun yang
ada di sekeliling k a m u dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan-penglihatan, dan aneka hati sebagai bekal dan alat-alat u n t u k
meraih pengetahuan agar kamu bersyukur dengan m e n g g u n a k a n alat-alat
tersebut sesuai dengan tujuan Allah menganugerah-kannya kepada k a m u .

Avat di atas menggunakan kata ( j^-Uli) a s-sam'I pendengaran dengan


bentuk tunggal dan m e n e m p a t k a n n y a sebelum kata ( ^Laj^i ) al-abshar/
penglihatan-penglihatan vang berbentuk jamak serta {aj^V' ) al-af idah/aneka
hati yang juga berbentuk jamak.
K e l o m p o k VI Ayat 78 S u r a h a n - N a h l [16] 673

Kata al-afidah adalah bentuk jamak dari kata ( ) jk'dd yang penulis
terjemahkan dengan aneka hati guna m e n u n j u k m a k n a j a m a k itu. Kata ini
d i p a h a m i oleh banyak ulama dalam arti akal M a k n a ini dapat diterima jika
yang dimaksud dengannya adalah gabungan daya pikir dan daya kalbu, y a n g
menjadikan seseorang terikat sehingga tidak terjerumus dalam kesalahan dan
kedurhakaan. Dengan demikian, tercakup dalam pengertiannya potensi meraih
ilham dan percikan cahaya Ilahi.
Didahulukannya kata pendengaran atas penglihatan merupakan perurutan
yang sungguh tepat karena memang ilmu kedokteran modern membuktikan
bahwa indra pendengaran berfungsi mendahului indra penglihatan. Ia mulai
t u m b u h pada diri seorang bayi pada pekan-pekan pertama. Sedangkan, indra
penglihatan baru bermula pada bulan ketiga dan menjadi sempurna menginjak
bulan keenam. A d a p u n k e m a m p u a n akal dan mata hati y a n g berfungsi
membedakan y a n g baik dan buruk, ini berfungsi j a u h sesudah kedua indra
tersebut di atas. D e n g a n d e m i k i a n , dapat d i k a t a k a n b a h w a perurutan
penyebutan indra-indra pada ayat di atas mencerminkan tahap perkembangan
fungsi indra-indra tersebut.

Selanjutnya, dipilihnya bentuk j a m a k untuk penglihatan dan hati karena


yang didengar selai u saja sama, baik oleh seorang m a u p u n banyak orang dan
dari arah m a n a p u n d a t a n g n y a suara. Ini berbeda dengan apa y a n g dilihat.
Posisi tempat berpijak dan arah p a n d a n g melahirkan perbedaan. D e m i k i a n
juga hasil kerja akal dan hari. Hati manusia sekali senang sekali susah, sekali
benci dan sekali rindu, t i n g k a t - t i n g k a t n y a berbeda-beda w a l a u objek y a n g
dibenci dan dirindui sama.
Hasil penalaran akal pun demikian, la dapat berbeda, boleh jadi ada
yang sangar jitu dan tepat, dan boleh jadi juga merupakan kesalahan fatal.
Kepala sama berambut, tetapi pikiran berbeda-beda.
Firman-Nya di atas m e n u n j u k kepada alat-alat pokok yang d i g u n a k a n
guna meraih pengetahuan. Yang alat pokok pada objek vang bersifat material
adalah mata dan telinga, sedang pada objek y a n g bersifat immaterial adalah
akal dan hati.
Dalam pandangan al-Qur'an, ada wujud yang tidak tampak betapapun
tajamnya mata kepala atau pikiran. B a n y a k hal y a n g tidak dapat terjangkau
674 S u r a h a n - N a h l 1161 Kelompok V I Ayat 78

oleh indra, bahkan oleh akal manusia. Yang dapat m e n a n g k a p n y a hanyalah


hati melalui wahyu, ilham, atau intuisi. Dari sini pula sehingga al-Qur'an, di
samping m e n u n t u n dan mengarahkan pendengaran dan penglihatan, juga
memerintahkan agar mengasah akal, y a k n i daya pikir dan mengasuh pula
daya kalbu.
Akal d a l a m arti daya pikir h a n y a m a m p u berfungsi dalam batas-batas
tertentu. Ia tidak m a m p u m e n u n t u n manusia keluar j a n g k a u a n alam fisika
ini. Bidang operasinya adalah bidang a l a m nyata dan dalam bidang ini pun
terkadang manusia teperdaya oleh kesimpulan-kesimpulan akal sehingga hasil
penalaran akal tidak m e r u p a k a n j a m i n a n bagi seluruh kebenaran y a n g
d i d a m b a k a n . "Logika" adalah suatu i l m u y a n g dirumuskan oleh Aristoteles
y a n g bertujuan m e m e l i h a r a seseorang agar t i d a k terjerumus k e d a l a m
kesalahan berpikir. N a m u n , ternyata, i l m u ini tidak m a m p u memelihara
perumusnya sendiri—-jangankan orang l a i n — d a r i kesalahan-kesalahan fatal
d a l a m b e r p i k i r . Akal h a n y a ibarat k e m a m p u a n b e r e n a n g . Memang,
k e m a m p u a n ini dapat m e n y e l a m a t k a n seseorang dari kehanyutan di tengah
kolam renang atau sungai dan laut y a n g tidak deras gelombangnya. Tetapi,
tidak di tengah samudra luas y a n g g e l o m b a n g n y a g u l u n g bergulung. J i k a
gelombang sedemikian deras dan besarnya, akan sama saja keadaan y a n g
m a m p u berenang dan yang tidak mampu; keduanya memerlukan pelampung.
Alat u n t u k meraih p e l a m p u n g itu adalah kalbu.

Bukan hanya agamawan yang berbicara tentang pentingnya kalbu untuk


diasah dan diasuh. I l m u w a n pun berbicara tentang peranan dan daya kalbu
yang demikian besar. Intuisi, indra keenam, itulah sebagian nama yang mereka
perkenalkan. Agamawan m e n a m a i n y a ilham atau hidayah. Allah
m e n g a n u g e t a h k a n n y a kepada mereka y a n g m e m p e r s i a p k a n diri u n t u k
menerimanya dengan mengasah dan mengasuh kalbunya.
Alat-alat y a n g dianugerahkan Allah itu masih belum d i g u n a k a n oleh
u m a t Islam, b a h k a n para p e n u n t u t i l m u secara sempurna. Pelajar dan
mahasiswa kita lebih banyak m e n g g u n a k a n indra pendengar daripada indra
penglihat. Indra pendengar baru digunakannya setengah-setengah. Akal tidak
j a r a n g d i a b a i k a n dan k a l b u h a m p i r selalu terabaikan, termasuk dalam
lembaga-lembaga Pendidikan A g a m a . S u n g g u h ironis.
K e l o m p o k VI A y a t 79 S u r a h a n - N a h l [16] 675

Firman-Nya: ( LJ- jJ^JUJ *} ) la ta'lamuna syaianftidak mengetahui


sesuatu pun dijadikan oleh para pakar sebagai bukti bahwa manusia lahir
tanpa sedikit pengetahuan pun. M a n u s i a , kata mereka, bagaikan kertas putih
yang belum dibubuhi satu huruf pun. Pendapat ini benar jika yang dimaksud
dengan pengetahuan adalah pengetahuan kashiy, yakni yang diperoleh melalui
upaya manusiawi. Tetapi, ia meleset jika menafikan segala macam pengetahuan
karena m a n u s i a lahir m e m b a w a fitrah kesucian y a n g melekat pada d i r i n y a
sejak lahir, yakni fitrah yang menjadikannya "mengetahui" bahwa Allah M a h a
Esa. Di samping itu, ia juga m e n g e t a h u i — w a l a u sekelumit—tentang wujud
dirinya dan apa sedang dialaminya. B u k a n k a h hidup manusia ditandai oleh
gerak, rasa, dan tahu, m i n i m a l mengetahui wujud dirinya?

AYAT 7 9

"Tidakkah mereka melihat burung-burung yang ditundukkan terbang di


angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain Allah. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
beriman."

Uraian ayat ini merupakan salah satu bukti kuasa Allah swt., setelah ayat
yang lalu menyinggung tentang ilmu dan anugerah-Nya, yaitu alat-alat untuk
memeroleh pengetahuan. Karena itulah a g a k n y a sehingga ayat ini tidak
d i m u l a i dengan kata dan katena ayat yang lalu berbicara tentang limpahan
anugerah Ilahi kepada manusia, sedang penekanan ayat ini bukan pada
a n u g e r a h - N y a , tetapi pada p e m b u k t i a n betapa kekuasaan h a n y a dalam
genggaman tangan Allah semata. A l - B i q a ' i menulis bahwa n i k m a t - n i k m a t
y a n g disebut sebelum ini bertujuan mengingatkan manusia bahwa Allah
M a h a k u a s a , dan bukan selain Dia, karena itu ayat ini memberi salah satu
bukti tentang kuasa Allah itu.

Ayat ini menyatakan bahwa: Tidakkah mereka, yakni k a u m m u s y r i k i n


dan para pendurhaka, melihat, yakni memerhatikan bagaimana burung-burung
yang ditundukkan oleh Allah sehingga mudah baginya untuk terbang melayari g
676 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VI Ayat

di angkasa bebas. K e m u d a h a n itu terjadi d e n g a n m e n c i p t a k a n burung


m e m i l i k i potensi sehingga m a m p u menyesuaikan d i r i n y a dengan h u k u m -
h u k u m alam yang ditctapkan-Nya. Tidak ada yang menahannya sehingga
tidak j a t u h ke b a w a h selain Allah Yang Kuasa lagi M a h a M e n g e t a h u i .
Sesungguhnya pada yang demi kian itu, yakni kemudahan yang dianugerahkan
/VilaK kepada burung dan penciptaan h u k u m - h u k u m alam dengan aneka
dampaknya itu. benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-
orangyang beriman dan juga bagi orang-orang yang menyiapkan hatinya untuk
menerima i m a n .
Ilmuwan menguraikan bahwa ada sekian faktor yang menjadikan burung
m a m p u terbang dengan m u d a h , antara lain tipikal bentuk tubuh burung
yang ramping, sayap lebar y a n g dilengkapi dengan bulu-bulu serta tulang-
tulang berongga. Ada juga kantong-kantong udara yang disimpan dalam
perttt, menggantung pada paru-paru. Kantong-kantong udara itu akan terisi
udara secara otomatis pada saat burung mulai terbang sehingga dengan
demikian berat badan burung berkurang. Demikian penulis temukan dalam
tafsir al-Muntakhab.
Itulah faktor-faktor yang menjadikan burung dapat terbang, tetapi jangan
du^a bahwa faktor-faktor itu berdiri sendiri, terlepas dari kuasa dan kehendak
Allah swt. Ketika ayat ini menyatakan bahwa Allah y a n g m e m u d a h k a n
burung terbang dan tidak ada yang m e n a h a n n y a selain Allah, k e m u d a h a n
dan penahan itu bersumber dari-Nya dengan menganugerahkan kepada
burung potensi tersebut serta menciptakan h u k u m - h u k u m y a n g sesuai bagi
burung untuk dapat terbang. Tanpa anugerah itu akan sulit, bahkan mustahil
burung dapar. terbang. Bukankah Abbas Ibn Fernas (W. 2 7 4 H ) , filosof
M u s l i m , sastrawan, dan ahli Ilmu Falak itu, manusia pertama y a n g berusaha
terbang dan m e m b u a t sayap bagi dirinya dan mencoba terbang, justru jatuh
dan r e m u k badannya? Ini karena Allah tidak m e m u d a h k a n bagi manusia
u n t u k terbang dalam arti tidak memberinya potensi dalam dirinya u n t u k
m a m p u terbang tanpa bantuan alat y a n g melekat pada dirinya serta terbawa
sejak lahir.

Ayat di atas m e n g g u n a k a n bentuk jamak ( oUT ) dydt ketika menunjuk


tanda-tanda kuasa Allah m e n y a n g k u t terbangnya burung. Tanda-tanda itu
K e l o m p o k VI A y a t 80 S u r a h a n - N a h l [16] 677

antara lain ketika ia m e n g e m b a n g k a n sayapnya, atau m e n u t u p n y a , ketika


terbang meninggi atau m e n u k i k y a n g masing-masing dapat menjadi tanda
tersendiri. Belum lagi tanda-tanda y a n g dapat dipetik dari h u k u m - h u k u m
Allah yang berlaku di alam raya dan yang berkaitan dengan keadaan burung.
Ayat Q S . al-Mulk [67]: 19 yang juga berbicara tentang terbangnya burung
dan kekuasaan Allah m e n a h a n n y a di udara m e n g g u n a k a n kata dan, berbeda
dengan ayat di atas vang tidak m e n g g u n a k a n kata p e n g h u b u n g itu. Hal ini
agaknya disebabkan uraian tentang burung di sana berkaitan dengan uraian
sebelumnya y a n g berbicara tentang bebetapa contoh kuasa Allah y a n g lain
seperti kuasa-Nya memperindah langit dengan bintang-bintang, kuasa-Nya
menjungkirbalikkan b u m i . Nah, karena masing-masing contoh itu berdiri
sendiri n a m u n m e m p u n y a i keterkaitan uraian, y a k n i tentang kuasa Allah,
kata dan diperlukan a d a n y a di sana.

AYAT 80

"Dan Allah menjadikan bagi kamu rumah-rumah kamu sebagai tempat tinggal
dan Dia menjadikan bagi kamu dari kulit binatang ternak rumah-rumah
yang kamu merasakannya ringan pada hari kamu bepergian dan pada hari
kamu bermukim dan dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-
alat rumah tangga dan kesenangan sampai waktu, tertentu. "
Setelah diuraikan anugerah-Nya menyangkut nikmat untuk memeroleh
hal-hal yang bersifat immaterial, yakni sarana perolehan pengetahuan, kini
disebut anugerah lain yang merupakan nikmat material, yakni salah satu dari
tiga kebutuhan pokok fisik manusia. Di sisi lain, ayat yang lalu berbicara
tentang binatang, dalam hal ini burung yang berada di udara, kini dibicarakan
tentang ternak y a n g berkeliaran di darat. Ayat ini mengingatkan manusia
tentang nikmat y a n g dapat diperolehnya dari binatang ternak itu dengan
m e n y a t a k a n bahwa dan di samping n i k m a t - n i k m a t y a n g lalu, Allah j u g a
menjadikan bagi kamu dalam hal ini rumah-rumah kamu sebagai tempat
tinggalyang dapat memberi ketenangan menghadapi gangguan lahir dan batin
dan Dia menjadikan bagi kamu dari kulit binatang ternak seperti unta, sapi,
678 S u r a h an-Na>i) i i 6 ) kelompok ^ fcyal V.

kambing, dan sebagainya rumah-rumah, yakni kemah-kemah berdampingan


yang kamu merasakannya ringan m e m b a w a n y a pada hari, yakni di waktu.
kamu bepergian dan pada hari, yakni di waktu, kamu bennukim dan dijadikan-
N y a pula u n t u k k a m u dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing aneka,
alat-alat rumah tangga dan kesenangan, yakni perhiasan serta hal-hal lain
yang m e n y e n a n g k a n u n t u k k a m u pakai dan nikmati sampai waktu tertentu
y a n g singkat.
Firman-Nya: ( ry ) wa Allah ja'ala lakum min
buyutikumldan Allah menjadikan bagi kamu rumah-rumah kamu dst.
mengandung arti bahwa Allah menciptakan bagi manusia bahan-bahan untuk
dijadikan r u m a h serta m e n g i l h a m i m e r e k a cara p e m b u a t a n n y a . Ilham
membuat rumah merupakan tangga pertama bagi bangunnya peradaban umat
m a n u s i a sekaligus merupakan upaya paling dini dalam m e m b e n t e n g i diri
manusia guna memelihara kelanjutan hidup pribadi, bahkan jenisnya. Dengan
demikian, ini adalah nikmat y a n g sangat besar.
Kata ( ) bahlrumah pada m u l a n y a berarti tempat berada di waktu
malam, baik tempat itu berupa bangunan tetap m a u p u n sementara seperti
k e m a h - k e m a h . M a k n a tersebut k e m u d i a n berkembang menjadi tempat
tinggal, baik digunakan di w a k t u m a l a m m a u p u n siang. Agaknya, penamaan
itu demikian karena pada dasarnya seseorang bisa saja terus berkeliaran di
siang hari tanpa kembali ke rumah. N a m u n , jika malam tiba, ia merasa sangat
perlu kembali ke tempat tinggalnya u n t u k tidur.
Kata ( ) sakanan terambil dari kata y a n g bermakna tenang setelah
sebelumnya bergejolak. R u m a h berfungsi memberikan ketenangan kepada
penghuninya setelah seharian bergulat dengan aneka problem di luar rumah.
Keberadaan di r u m a h menjadikan seseorang dapat melepaskan lelah dan
merasa tenang tidak terganggu bukan saja oleh binatang buas, tetapi juga
?
oleh pengunjung yang masuk tanpa izin. Itu sebabnya al-Qur an memerintah
siapa pun vang akan m e m a s u k i r u m a h — w a l a u p e m i l i k n y a s e n d i r i — u n t u k
mengucapkan salam sebagai tanda sekaligus doa kedamaian bagi y a n g berada
di d a l a m r u m a h . Di sisi lain, Rasul saw. m e n g i n g a t k a n para t a m u u n t u k
kembali bila salamnya tidak terjawab setelah tiga kali m e n g u c a p k a n n y a . Di
sisi lain, rumah tangga, y a n g m i n i m a l terdiri dari suami istri, j u g a bertugas
K e l o m p o k V ! A y a t 81 S u r a h a n - N a h l [16] 679

menciptakan sakan, y a k n i sakinah, yaitu ketenangan batin bagi seluruh


anggota keluarga.
Firman-Nya: ( ^\*iH\ ij^=r j ) u>a ja'ala lakum min juludi al-
an am/dan menjadikan bagi kamu dari kulit binatang ternak rumah-rumah
dijadikan dasar oleh ulama tentang bolehnya memanfaatkan semua kulit
binatang y a n g h i d u p lalu disembelih maupun y a n g mati tanpa disembelih.
Tetapi, tentu saja kulit tersebut baru menjadi suci bila telah disamak. I m a m
A h m a d Abu Hantfah berpendapat b a h w a kulit binatang y a n g mati tanpa
disembelih secara syara' sama sekali tidak dapat dimanfaatkan w a l a u telah
disamak karena kulit tersebut d i n i l a i n y a s a m a dengan bangkai. N a m u n , al-
Q u r t h u b i , y a n g menukil pendapat di atas, berkomentar, "Riwayat-riwayat
yang membolehkan pemanfaatan kulit d i m a k s u d setelah disamak
menghadang pendapat ini. Kulit babi, demikian juga anjing, tidak termasuk
kulit y a n g d i b o l e h k a n pemanfaatannya." D e m i k i a n dalam mazhab Syafi'i.
Tetapi, beberapa ulama m e m b o l e h k a n pemanfaatan kulit babi y a n g telah
disamak dan menilainya h a n y a makruh. Pendapat terakhir ini sangat lemah.

Firman-Nya: {cjf <li U L * ) mataan ild hin/kesenangan sampai waktu


tertentu merupakan nasihat y a n g berharga agar manusia tidak terpukau oleh
alat-alat rumah tangga dan perhiasan serta aneka kenikmatan duniawi karena
hal-hal tersebut hanya bersifat sementara; j i k a bukan barangnya yang rusak
sehingga meninggalkan pemiliknya, sang pemilik yang mati meninggalkannya.

AYAT 81

"Dan Allah menjadikan bagi kamu dari apa yang telah Dia ciptakan tempat-
tempat bernaung, dan Dia jadikan bagi kamu tempat-tempat tertutup di
gunung-gunung, dan Dia jadikan bagi kamu pakaian yang memelihara kamu
dari panas dan pakaian yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah
Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kamu agar kamu berserah diri. "

Setelah ayat y a n g lalu m e n y e b u t p e r u m a h a n y a n g h a n y a dihuni oleh


manusia, kini disebutnya tempat tinggal y a n g lain di m a n a m a n u s i a dan
680 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VI A y a t 81

binatang dapat m e n g h u n i n y a . Demikian al-Biqa'i m e n g h u b u n g k a n avat ini


dengan ayat sebelumnya. Atau, dapat juga dikatakan bahwa, setelah berbicara
t e n t a n g p e r u m a h a n y a n g berfungsi m e m b e r i n a u n g a n s e m p u r n a dan
permanen, kini diuraikan tentang naungan dalam bentuk lain yaitu dengan
menyatakan bahwa: Dan Allah menjadikan bagi kamu dari apa yang telah
Dia ciptakan seperti pepohonan atau bangunan-bangunan tinggi tempat-tempat
bernaung dari cuaca panas atau dingin, dan Dia jadikan bagi kamu tempat-
tempat tertutup, vakni g u a dan lorong-lorong digunung-guuungyawg dapat
k a m u jadikan tempat tinggal atau bernaung sebagaimana halnya r u m a h -
rumah, dan Dia jadikan bagi kamu pakaian dari berbagai bahan seperti kapas,
katun, dan wol yang dapat memelihara kamu dari sengatan panas dan dingin
dan pakaian berupa baju-baju besi yang memelihara kamu dalam peperangan.
Demikianlah, s e b a g a i m a n a A l l a h m e n c i p t a k a n k a m u dari tiada d a n
menganugerahkan k a m u sarana kehidupan d u n i a w i , Allah juga
menyempurnakan nikmat-Nya atas kamu dengan jalan mengutus para nabi
untuk" m e n y a m p a i k a n petunjuk keagamaan agar kamu berserah diri, yakni
t u n d u k patuh melaksanakan perintah-perintah-Nya.

Kata (OUTi ) akndn adalah bentuk j a m a k dari kata ( ) kinn, y a k n i


sesuatu yang menutupi, dan yang dimaksud di sini adalah dan semacamnya
y a n g seting ditemukan di p e g u n u n g a n , sedang kata ( J^>j-«) sardbiladalah
bentuk j a m a k dari kata ( J o ^ - ) sirbdl yaitu pakaian yang menutupi anggota
tubuh manusia dengan tujuan apa pun, seperti baju atau perisai.
Ayat di atas tidak m e n y e b u t secara tersurat fungsi pakaian sebagai
pemelihara dati sengatan dingin. Ini bukan saja karena masyarakat A r a b —
khususnya di tempat turunnya avat ini di Mekkah—lebih merasakan kesulitan
sengatan panas, tetapi juga karena sebelum ayat ini pada Q S . an-Nahl [ 1 6 ] : 5
yang lalu telah disebut nikmat kehangatan yang dianugerahkan Allah melalui
binatang ternak. Di sisi lain, sifat bahasa a l - Q u r \ i n y a n g cenderung kepada
ijmdl, yakni penyingkatan, sering kali mencukupkan penyebutan satu hal, walau
yang dimaksudnya lebih dari satu, jika dari konteksnya telah dapat dipahami.
Pada ayat ini disebut dua fungsi pakaian, vaitu memelihara dari sengatan
panas (dan dingin) d a n memelihara dari serangan musuh. Pada Q S . al-AYaf
p ] : 2 6 , disebut fungsinya yang lain yaitti sebagai penutup aurat, yakni bagian
K e l o m p o k V! A y a t 8 2 - 8 3 S u r a h a n - N a h l [16] 681

tubuh yang terlarang memperlihatkan kepada orang lain serta segala bagian
t u b u h y a n g malu bila terlihat orang, dan fungsinya sebagai hiasan. Sedang
pada Q S . al-Ahzab [ 3 3 ] : 59, disebut fungsinya sebagai sarana yang dapat
m e m b e d a k a n seseorang dari y a n g lain. Dengan d e m i k i a n , fungsi pakaian,
m e n u r u t a l - Q u r a n , paling sedikit m e n c a k u p lima hal utama.

AYAT 8 2 - 8 3

"Jika mereka tetap berpaling, maka sesmigguhnya kewajibanmu hanyalah


penyampaian dengan terang. Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian
mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir."

Ayat yang lalu ditutup dengan pernyataan bahwa Allah menyempurnakan


n i k m a t - N y a a g a r m a n u s i a berserah d i r i . A y a t ini m e l a n j u t k a n g u n a
mengingatkan semua pihak sambil menghibur Nabi M u h a m m a d saw. yang
menghadapi penolakan kaumnva bahwa jika mereka, yakni kaum musyrikin,
tetap berpaling dan menolak t u n t u n a n - t u n t u n a n y a n g engkau sampaikan,
w a h a i Nabi M u h a m m a d , maka sesungguhnya engkau tidak lagi dituntut
untuk bertanggung jawab akibat penolakan mereka karena kewajibanmu tidak
lain hanyalah penyampaian tuntunan Allah dengan terang, baik dengan lisan
maupun dengan keteladanan.
l a n g a n d u g a p e n y a m p a i a n m u b e l u m jelas atau u s a h a m u b e l u m
maksimal. Tidak. Mereka mengetahuibahwa semua nikmatbetsumber dari
Allah dan mereka mengakuinya dengan lisan mereka, tetapi kemudian mereka
mengingkarinya dengan tingkah laku dan kepercayaan mereka yang sesat dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir yang sempurna kekafiran dan
keingkarannya kepada Allah swt.
P e n g g u n a a n kata ( f ) tsumrnalkemudian p a d a a y a t di atas u n t u k
mengisyaratkan betapa j a u h k e b u r u k a n pengingkaran mereka itu. Betapa
tidak? Mereka telah tahu, tetapi tetap berkeras kepala, menolak.
H u r u f alifdan hhn y a n g menghiasi awal kata kdfirun sehingga berbunyi
al-kdfirun mengandung makna kesempurnaan, vakni mereka yang benar-benar
682 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VI Ayat 84

telah mencapai puncak kekufuran. Karena itu, agaknya, sehingga ayat ini
hanya menyatakan kebanyakan mereka, bukan semua mereka, karena sebagian
yang lain belum mencapai peringkat sempurna itu sehingga diharapkan suatu
ketika mereka dapat sadar.
T h a b a t h a b a ' i m e m a h a m i ayat ini dalam arti " M e r e k a mengetahui
nikmat Allah sebagai nikmat yang bersumber dari-Nya, dan ini berarti mereka
h a t u s percaya p a d a - N v a d a n kepada R a s u l - N y a , hari K e m u d i a n , serta
m e n g a m a l k a n t u n t u n a n - N y a , tetapi ketika sampai kepada pengamalan,
mereka justru melakukan hal-hal vang merupakan buah pengingkaran bukan
buah pengetahuan, bahkan kebanyakan mereka tidak sekadar m e l a k u k a n
pengingkaran dalam bentuk amal, bahkan lebih dari itu, mereka benar-benar
dan secara sempurna melakukan kekufuran dan penolakan kepada kebenaran
akibat keras kepala, pengingkaran, dan tekad y a n g penuh dalam kekufuran.

T h a b a t h a b a ' i j u g a menegaskan bahwa n i k m a t dapat ditinjau dari dua


sisi. Pertama, dari sisi k e s e s u a i a n n y a d e n g a n k e a d a a n m a n u s i a y a n g
memerolehnya sehingga berdampak k e n y a m a n a n jasmani. Kedua, dari sisi
keberadaan m a n u s i a y a n g m e m e r o l e h n y a pada jalan y a n g sesuai dengan
tuntunan a g a m a dan yang mengantar kepada kebahagiaan ruhani. N i k m a t
sisi kedua ini mengantar kepada keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya serta
hari Kemudian sambil m e n g g u n a k a n n y a pada jalan y a n g diridhai Allah.
Seorang m u k m i n memeroleh kedua sisi n i k m a t ini sedang sang kafir h a n y a
meraih sisi yang pertama dan sama sekali tidak memeroleh sisi y a n g kedua.

AYAT 84

"Dan hari Kami bangkitkan dari setiap umat seorang saksi, kemudian tidak
diizinkan kepada orang-orang yang kafir, dan tidak mereka dapat meminta
ampun."

Setelah ayat y a n g lalu menjelaskan sikap dan perilaku k a u m musyrikin


r
y a n g dinilai kebanyakan mereka telah mencapai puncak kekufuran, ay at ini
K e l o m p o k VI A y a t 8 4 S u r a h a n - N a h l [16] 683

m e m p e r i n g a t k a n semua p i h a k tentang apa yang akan dialami oleh semua


o r a n g y a n g kafir. Dalam hal ini, Nabi M u h a m m a d saw. diperintahkan bahwa,
"Wahai Nabi, karena engkau hanya bertugas menyampaikan, lanjutkan usaha
p e n y a m p a i a n itu dan ingatkan setiap orang tentang hari di m a n a ketika itu
Kami bangkitkan dari setiap umat seorang saksi, kemudian tidak diizinkan
kepada orang-orang yang kafir untuk berdalih membela diri dan
s e m a c a m n y a — k a r e n a s e b e n t a r l a g i p a r a saksi a k a n m e n y a m p a i k a n
k e s a k s i a n n y a — d a n tidak pula mereka dapat meminta ampun karena masa
p e r m o h o n a n a m p u n telah berlalu d a l a m k e h i d u p a n d u n i a dan mereka p u n
ketika itu telah berkali-kali diajak bertaubat m e m o h o n a m p u n . "
Kata { - L ^ i ) syahid f saksi yang dimaksud di sini, d i p a h a m i oleh b a n y a k
ulama dalam arti nabi atau rasul yang diutus kepada masing-masing umat.
Ada j u g a k e m u n g k i n a n memperluasnya sehingga mencakup selain nabi atau
rasul. Ini sejalan dengan firman-Nva dalam Q S . az-Zumar [ 3 9 ] : 69 bahwa
ketika itu akan didatangkan para nabi dan para saksi. Ini dapat berarti bahwa
para nabi bersaksi menyangkut umatnya pada saat para nabi itu hidup bersama
k a u m n y a dan para saksi selain nabi dan rasul masing-masing menjadi saksi
setelah para nabi dan para rasul itu tidak lagi hidup di tengah k a u m n y a . Ini
berarti j u g a bahwa para shiddiqin dan syuhadd'di hari Kemudian nanti dapat
j u g a menjadi saksi-saksi atas u m a t y a n g hidup di masa mereka. Dengan
demikian, kesaksian tersebut menjadi sangat kuat karena la berdasar pandangan
mata serta pengalaman hidup di tengah umat. Itu pula agaknya yang menjadi
sebab sehingga N a b i 'Isa as., ketika d i m i n t a kesaksian beliau terhadap umat
Kristiani, antata lain menegaskan bahwa:

£>
J ^ ^ P C*J^J <y^ • D
- ^Y^ C-^CT" ^4 y ^ *
E
9
O»-s U IJU.J-I P-J^c- O O S J

"Aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka.
Maka setelah Engkau wafatkanku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan
Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu" ( Q S . a l - M a idah [ 5 ] :
1 1 7 ) . Nah, Allah mengawasi mereka antara lain melalui h a m b a - h a m b a - N y a
yang taat yang berada di tengah setiap umat.
684 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VI A y a t 85

Kata {'f) tsurnma/kemudian y a n g m e n g a n d u n g m a k n a jarak y a n g jauh,


pada ayat ini berfungsi sebagai isyarat tentang betapa j a u h dan besar siksa
y a n g m e r e k a terima akibat tidak diberi kesempatan m e n g a j u k a n dalih
d i b a n d i n g d e n g a n k e c a m a n dan k e s a k s i a n syahid yang menguraikan
k e d u r h a k a a n m e r e k a . Ini k a r e n a , k e t i k a p a r a saksi m e n y a m p a i k a n
kesaksiannya, boleh jadi masih terbersit harapan k i r a n y a mereka dapat
m e m o h o n a m p u n , tetapi setelah ketetapan y a n g diinformasikan oleh kata
sesudah tsummaikemudian itu, y a k n i tidak dapat memohon a m p u n , pupus
sudah harapan mereka.
Firman-Nya: ( o i j / i ! f ) tsurnma la yiidzanlkemudian tidak diizinkan
dinyatakan oleh ayat di atas tanpa menyebut objeknya. D a l a m penjelasan di
atas, penulis memperkirakan objeknya adalah untuk berdalih membela diri
dan semacamnya. Objek itu sengaja tidak disebut agar mencakup banyak hal
dan agar tertampik segala kemungkinan yang boleh jadi muncul dalam benak
tentang k e m u d a h a n terhadap mereka.
Kata ( ) yusta 'tabun terambil dari kata ( ) 'atb yang antara lain
berarti kecaman/penyampaian ketidaksenangan atau keluhan atas kesalahan
pihak lain. Seseorang y a n g mengecam atau m e n y a m p a i k a n ketidaksenangan
atau keluhannya, bisa saja setelah itu memberi maaf dan menyatakan, "Yang
sudah, sudahlah". Upaya seseorang m e n y a m p a i k a n kesalahan mitranya lalu
menunjukkan kesediaan mengampunkan dinamai (, ilp ) 'dtaba. Selanjutnya,
apabila kecaman itu disusul dengan pemaafan, ini dinamai ( ) a'taba.
Kesediaan yang bersalah mendengar keluhan dan melakukan apa yang diminta
1
oleh yang mengeluhkan tentang kesalahannya dinamai ( ( j ^ ) al-utbd. Ayat
ini menginformasikan bahwa para pendurhaka itu tidak lagi dapat diterima
permohonan mereka, tidak j u g a diterima usaha mereka u n t u k memeroleh
keridhaan Allah memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.

AYAT 85

"Dan apabila orang-orang zalim telah menyaksikan siksaan, maka tidaklah


diringankan azab bagi mereka dan tidak pula mereka diberi tangguh. "
K e l o m p o k VI A y a t 85 S u r a h a n - N a h l [16] 685

Sebenarnya, kesempatan untuk bertaubat dan meminta maaf telah lama


diberikan, peringatan-peringatan pun telah berulang-ulang disampaikan,
namun para pendurhaka itu menyia-nyiakan kesempatan dan mengabaikan
peringatan dan, dengan demikian, mereka sendiri y a n g m e n g a n i a y a diri
mereka. Kalau ayat sebelum ini mengisyaratkan bahwa ketika itu mereka
menyesal dan ingin m e m o h o n a m p u n , kendati permohonan itu tidak akan
diterima, di sini dinyatakan bahwa penyesalan itu juga tidak berguna sedikit
pun. Karena itu, setelah ayat yang lalu menyatakan bahwa mereka tidak diberi
a m p u n , ayat ini menegaskan bahwa mereka tetap akan disiksa.

Secara singkat, kita dapat berkata bahwa ayat ini bagaikan menyatakan:
Kaum musvrikin itu tidak diberi a m p u n . Karena itu, mereka diseret menuju
tempat penyiksaan. Dan apabila orang-orang zalim yang menganiaya diri
mereka dengan kemusyrikan itu telah menyaksikan tempat penyiksaan dan
siksaan y a n g disediakan bagi mereka akibat kekufuran dan kezalimannya,
maka hati mereka sungguh takut dan pikiran mereka sangat kacau sehingga
semakin bertambah penyesalan mereka, tetapi itu semua tidak bermanfaat
karena tidaklah diringankan azab yang telah disiapkan bagi mereka dengan
keringanan apa pun dan tidak pula mereka diberi tangguh.

Dapat juga dikatakan: Apabila mereka telah menyaksikan azab lalu


memohon agar siksa itu diringankan, permohonan itu tidak akan dikabulkan,
maka dengan d e m i k i a n tidaklah diringankan azab bagi mereka dan tidak
pula mereka diberi tangguh.
Thabathaba'i menjadikan ayat yang lalu sebagai uraian tentang perbedaan
antara sanksi di hari Kemudian dan sifat sanksi di dunia. Pada hari Kemudian,
sanksi tidak akan dielakkan atau diubah dengan mengajukan alasan dan
permohonan ampun, sedang di dunia tidak demikian. Nah, setelah ayat yang
lalu menjelaskan perbedaan itu, ayat ini menjelaskan perbedaan siksa ukhrawi
dengan siksa-siksa y a n g dikenal di dunia y a n g berkaitan dengan orang-orang
aniaya. Di dunia, bisa saja ada keringanan atau sedikit penangguhan, tetapi di
akhirat kedua hal itu tidak pernah akan ada. Demikian—menurutnya—
hubungan antara ayat ini dan ayat y a n g lalu.
686 Surah an-Nahl [16] K e l o m p o k VI A y a t 86-87

AYAT

"Dan apabila orang-orang yang mempersekutukan melihat sekutu-sekutu


mereka, mereka berkata, ' Tuhan kami! Mereka inilah sekutu-sekutu kami yang
dahulu kami sembah selain Engkau.' Lalu mereka mencampakkan ucapan
kepada mereka, 'Sesungguhnya kamu benar-benar para pendusta. Dan mereka
menyampaikan kepada Allah ketika itu penyerahan diri dan hilanglah dari
mereka apa yang selalu mereka ada-adakan. "

Selanjutnya, diuraikan apa y a n g terjadi antara para pendurliaka itu dan


sekutu-sekutu mereka yang tadinya—ketika di dunia—mereka sangat kagum i
dan harapkan bantuannya. Ayac ini menyatakan: Dan apabila orang-orang
yang mempersekutukan Allah melihat tuhan-tuhan yang mereka sembah dan
mereka anggap sekutu-sekutu Allah berdasar kehendak dan sangkaan mereka
semata-mata, mereka berkata, "Tuhan kami! Mereka, yakni sembahan-
sembahan kami, inilah yang k a m i j a d i k a n sekutu-sekutu-Nl\i atas kehendak
kami yang dahulu kami selalu sembah selain Engkau secara k e l i r u dan
mengharap kiranya mereka m e n d e k a t k a n kami k e p a d a - M u . Karena itu,
ringankanlah siksa atas kami, dan berilah sebagian siksa itu kepada mereka. "
Lalu, dengan spontan mereka, yakni sesembahan itu, mencampakkan ucapan
dengan m e n y a t a k a n kepada mereka, "Sesungguhnya kamu benar-benar para
pendusta ketika berkata bahwa kami adalah sekutu-sekutu Allah. Sebenarnya
kalian sendiri yang m e m p e r t u h a n dan m e n y e m b a h kami atas perintah dan
1
kehendak hawa nafsu kalian sendiri. Dan kami sekali-kali bukan sekutu Allah.'

Dengan demikian, pupus sudah s e m u a h a r a p a n dan mereka


menyampaikan kepada Allah semata-mata ketika itu penyerahan diri dan
hilanglah dari benak dan hati mereka apa, y a k n i kepercayaan, yang selama
h i d u p mereka di d u n i a selalu mereka ada-adakan, yakni bahwa sembahan-
sembahan mereka dapat memberi pertolongan kepada mereka.
Yang d i m a k s u d dengan ( j - i ) syurakdahum/sekutu-sekutu mereka
adalah berhala-berhala yang mereka jadikan sekutu-sekutu/Allah. Perlakuan
mereka terhadap berhala sebagai sekutu vAIlah dan keyakinan yang mereka
K e l o m p o k VI Ayat 88 S u r a h a n - N a h l [16] 687

buat-buat itu, tidak diakui bukan saja oleh A l i a h dan k a u m beriman, tetapi
bahkan oleh berhala-berhala itu sendiri. Yang m e n g a k u i n y a demikian hanya
mereka sendiri sehingga sangat wajar bila berhala-berhala itu dinamai sekutu-
sekutu mereka.
Kata ( J_**Ji p^Ji i^ilU ) fa alqau ilaihim al-qaulllalu mereka mencam­
pakkan ucapan, menurut Ibn 'A syur, digunakan di sini untuk mengisyaratkan
bahwa ucapan mereka itu bukan sebagaimana ucapan m a k h l u k y a n g dapat
berbicara, tetapi Allah ketika itu menjadikan mereka dapat "berbicara"
w a l a u p u n mereka sebenarnya tidak pernah m e m i l i k i potensi berbicara. Di
sini, seakan-akan apa yang mereka sampaikan itu bagaikan sesuatu yang jatuh
dari mereka.
Dapat juga kata ini di sini mengandung kesan bahwa ucapan itu mereka
sampaikan dengan kasar bagaikan m e n c a m p a k k a n sesuatu. Adapun kata
serupa pada ayat 8 7 , di samping pendapat yang d i k e m u k a k a n Ibn 'Asyur di
atas, u l a m a itu m e n a m b a h k e m u n g k i n a n lain, yaitu bahwa kata tersebut
dapat j u g a d i p a h a m i d a l a m arti menyerah seperti h a l n y a seorang y a n g
meletakkan senjata pertanda penyerahan dan ketidakberdayaan. M e m a n g ,
kata alqd dapat m e n a m p u n g banyak m a k n a antara lain meletakkan,
menyampaikan, dan melempar.
Yang d i m a k s u d dengan ( ^-L^Ji) as-salamlpenyerahan diri bukan sekadar
pengakuan akan keesaan Allah dan penolakan syirik, tetapi ia adalah pengakuan
tersebut disertai dengan kesediaan penuh untuk melaksanakan semua
konsekuensinya, yakni pengakuan yang menghasilkan ketundukan dan
penerimaan sepenuh hati disertai dengan pelaksanaan secara tulus, tanpa
menunda apa yang disampaikan oleh para nabi dan para rasul. Itu semua
tidak lagi dapat wujud di hari Kemudian karena gaib yang tadinya tersembunyi
kini telah nyata, siksa pun telah tampak, masa beramal pun telah berlalu.

AYAT 88

"Orang-orang yang kafir dan menghalangi dari jalan Allah, Kami tambahkan
kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan (karena) mereka selalu
berbuat kerusakan."
688 S u r a h a n - N a h l [16] Kelompok VI Ayat £ r

Orang-orang kafir yang durhaka dan yang diuraikan pada ayat-ayat y a n e


lalu pastilah kekufuran mereka bertingkat-tingkat. B u k a n k a h a d a y a n c
sempurna kekufurannya ada j u g a yang b e l u m / t i d a k sempurna sebagaimana
diisyaratkan oleh ayat 83? B u k a n k a h ada di antara mereka y a n g durhaka
sambil mengajak kepada kedurhakaan, atau menghalangi yang lain menerima
kebenaran, d a n ada juga y a n g durhaka tapi bersikap pasif? N a h , ayat ini
menyatakan bahwa siksaan y a n g akan mereka peroleh akan berbeda-beda
sesuai dengan kedurhakaan masing-masing. Orang-orang yang kafir, yakni
y a n g m e l a k u k a n p e n g a n i a y a a n atas d i r i m e r e k a , dan, y a k n i s a m b i l
menghalangi orang lain dari m e n e m p u h jalan Allah, y a i t u jalan kebaikan
dan kebenaran yang penuh kedamaian, Kami tambahkan kepada mereka siksaan
yang pedih di atas, yakni di samping siksaan yang diakibatkan oleh kekufuran
mereka. Tambahan siksa itu disebabkan karena mereka selalu dan dengan
sengaja berbuat kerusakan, y a k n i menyesatkan orang lain.

Penambahan siksa dimaksud bukannya tidak beralasan. Siksaan pertama


a d a l a h akibat kekufuran m e r e k a , sedang t a m b a h a n n y a adalah karena
merintangi dan menyesatkan orang lain. U n t u k jelasnya rujuklah ke ayat 25
>(l
surah ini.-

AYAT 89

"Dan (ingatlah) pada hari Kami mengutus pada masing-masing umat seorang
saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami telah mendatangkan engkau
menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitdb sebagai
penjelasan bagi segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang muslim. "

Ayat yang lalu menegaskan bahwa mereka akan disiksa. J a n g a n duga


siksaan itu tanpa melalui pengadilan vang jujur. Kendati kesalahan mereka
sudah d e m i k i a n jelas, Allah p u n M a h a k u a s a secara langsung menjatuhkan

R u j u k halam.fn 5 6 1 .
K e l o m p o k VI Ayat 8 9 S u r a h a n - N a h l [16] 689

siksa-Nya, tapi hal tersebut tidak dilakukan-Nya. Ayat ini menjelaskan keadaan
yang akan terjadi dan meminta Nabi M u h a m m a d saw. untuk mengingatkan
hal tersebut, y a k n i : Dan ingatlah pada hari ketika Kami mengutus, yakni
menghadirkan, pada masing-masing umat seorang saksi atas mereka, yakni
nabi y a n g berasal dari kalangan mereka sendiri atau seorang terkemuka y a n g
diakui kesalehan dan ketakwaannya. Setiap saksi akan memberi persaksian
yang jujur dan benar dan Kami telah, yakni pasti akan, mendatangkan engkau,
wahai Nabi M u h a m m a d , menjadi saksi atas mereka semua. Dan Kami
turunkan kepadamu secara berangsur, sedikit demi sedikit, ayat-ayat al-Kitdb,
yakni al-ChiYan, sebagai penjelasan yang amat sempurna bagi segala sesuatu
yang berkaitan dengan urusan agama dan kitab itu m e n g a n d u n g petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang muslim }'ang benar-benar
berserah diri kepada Allah swt.
Kata ( C J L J ) nab'atsu pada ayat ini dipahami oleh beberapa ulama dalam
arti tnembangkitkan dari kubur, sebagaimana disinggung oleh ahjamal dalam
komentarnya terhadap Talsir al-jalalam. Pendapat ini kutang tepat karena
ayat ini berbicara tentang peristiwa yang terjadi setelah Kebangkitan semua
m a n u s i a dari kuburnya. Ketika itu, setiap kelompok umat berkumpul di
padang Mahsyar, lalu Allah menghadirkan saksi u n t u k m e n y a m p a i k a n
kesaksiannya terhadap mereka masing-masing. Kata tersebut di sini sejalan
m a k n a n y a dengan kata (>iLL^>-) ji'ndbika, y a k n i Kami datangkan dan
m e n g u n d a n g m u untuk memberi kesaksian.
Kata ( jfi ) min anfusihim/dari kalangan mereka sendiri memberi
b o b o t y a n g lebih k u k u h terhadap kesaksian itu. Yakni, oahwa y a n g
menyaksikan bukan orang lain dari luar lingkungan mereka, tetapi dari
kalangan mereka sendiri sehingga kecurigaan terhadap para saksi bukanlah
pada tempatnya. Seandainya pun akan ada kecurigaan-—sekali lagi seandainya
akan ada k e c u r i g a a n — m a k a YANG dapat muncul adalah kecurigaan tentang
subjektivitas dan belas kasih para saksi terhadap mereka. Perhatikanlah kembali
pembelaan Nabi 'Isa as. kepada k a u m n y a yang menganut paham Trinitas.
Di sana, walau beliau tidak memohonkan ampun, terkesan adanya semacam
rasa iba terhadap para pendurhaka itu, yakni ketika beliau mengakhiri
kesaksiannya dengan menvampaikan kepadaAllah:
690 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V I A y a t 89

"Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-


hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau
Mahaperkasa lagi Mababijaksana" (Rujuklah kembali ke tafsir pada Q S . al-
31
Ma'idah [5]: 118).
Penggalan awal ayat 89 ini bukan merupakan pengulangan terhadap ayat
8 4 y a n g lalu. Di sana ia d i t a m p i l k a n u n t u k m e n e k a n k a n b a h w a para
p e n d u r h a k a tidak diperkenankan m e n y a m p a i k a n dalihnya, sedang di sini
untuk menjelaskan bahwa Rasul saw. akan diundang menjadi saksi atas semua
y a n g diistilahkan oleh ayat ini dengan ( « . ^ j a ) haulai.
Kata ( C i js>) ha uld 'i dipahami oleh para ulama dalam arti para nabi dan
saksi y a n g m e n y a m p a i k a n kesaksian mereka, y a k n i Nabi M u h a m m a d saw.
menjadi saksi tethadap mereka. A d a juga yang m e m a h a m i n y a d a l a m attl
u m a t manusia sejak masa kenabian Nabi M u h a m m a d saw. hingga Hari
Kiamat. T h a h i r Ibn 'Asyur m e m a h a m i n y a d a l a m arti k a u m m u s y r i k i n
M e k k a h , karena merekalah y a n g menjadi b a h a n p e m b i c a r a a n di sini.
Menurutnya, setelah ia menelusuri kata-kata ( ) hd uld 'i dalam al-Qur'an,
ia m e n e m u k a n bahwa kata tersebut menunjuk kepada k a u m musyrikin
Mekkah.

Thabathaba i berpendapat serupa dengan Ibn 'Asyur, tetapi bukan dengan


alasan y a n g sama. M e n u r u t n y a , seorang syahid, y a k n i saksi tersebut, adalah
yang hadir pada satu masa tertentu di tengah-tengah umat yang disaksikannya
sehingga ini berarti terdapat sekian banyak saksi u n t u k umat y a n g diutus
kepadanya Nabi M u h a m m a d saw. Karena, tentu saja, sekian banyak generasi
yang telah hidup dan masih akan hidup sejak masa kenabian hingga kini dan
masa datang. Demikian lebih kurang alasannya.
Kata ( U L > ) tibydnan mengandung makna yang lebih dalam dan sempurna
daripada kata ( U L J ) bayan karena pada kata tibydn terdapat penambahan
huruf. P a k a r - p a k a r bahasa m e r u m u s k a n b a h w a , " P e n a m b a h a n huruf
mengandung penambahan makna".

'" Lihat volume 3 halaman 305.


K e l o m p o k VI A y a t 8 9 S u r a h a n - N a h l [16] 691

Tibydn y a n g d i m a k s u d dapat m e r u p a k a n penjelasan y a n g d i t e m u k a n


dalam al-Qur'an sendiri karena ayat al-Qur'an saling menjelaskan, atau dari
Nabi saw. dalam uraian, pembenaran, dan pengamalan beliau, atau ijmd'
(kesepakatan para u l a m a ) dan cfiyas, yakni analogi. Dengan m e n g g u n a k a n
keempat pendekatan vang d i k e m u k a k a n oleh a I - Q u r a n ini, jawaban semua
persoalan h u k u m dan keagamaan dapat menjadi jelas.
Firman-Nya: ( J S 3 U L J ) tibydnan li kulli syai'lpenjelasan bagi segala
sesuatu dijadikan oleh para ulama sebagai salah satu alasan untuk menyatakan
bahwa al-Qur'an m e n g a n d u n g segala m a c a m i l m u pengetahuan. Ketika
menafsirkan firman-Nya:

"Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam al-Kitdb"(QS>. al-An'am [ 6 ] :


3 8 ) , penulis antara lain menjelaskan bahwa: Salah seorang ulama yang
memperluas cakupan m a k n a ayat ini adalah I m a m Ghazali (w. 1111 M ) .
Hujjatul Islam ini menulis dalam b u k u n y a , Jawdhir aTQur'an> bahwa:
" S e m u a jenis pengetahuan tidak keluar dari k a n d u n g a n al-Qur'an karena
semuanya bersumber dari samudra ilmu Allah yang tidak terbatas. Pikirkanlah
tentang al-Qur'an, pelajarilah keajaiban-keajaibannya, akhirnya A n d a akan
bertemu dengan keseluruhan ilmu generasi terdahulu dan generasi kemudian."

Imam Ghazali mendasarkan pendapatnya di atas pada hakikat yang tidak


diingkari oleh siapa pun y a n g memercayai Allah, y a i t u bahwa Allah M a h a
M e n g e t a h u i . H a n y a saja, al-Ghazali melanjutkan bahwa karena al-Qur'an
bersumber dari Yang M a h a Mengetahui itu, tentu al-Qur'an mencakup ilmu
Allah swt.
Logika al-Ghazali ini tidak sepenuhnya d i d u k u n g oleh banyak u l a m a
karena, w a l a u p u n al-Qur'an adalah kalam Allah, kaldm tidak otomatis telah
mencakup segala yang diketahui oleh pembicara, lebih-lebih j i k a disadari
bahwa kaldm Allah itu pada dasarnya hanya ditujukan kepada manusia y a n g
hidup sejak masa Nabi M u h a m m a d saw.
M e m a n g , dari segi redaksional, kalimat ( JS3 ) li kulli syai'Ibagi segala
sesuatu dapat dipahami dalam arti "segala-galanya", tetapi salah satu y a n g
menghadang pemahaman yang sangat luas itu adalah kenyataan bahwa sekian
692 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VI Ayat 89

banyak disiplin ilmu, apalagi perinciannya, tidak tercantum dalam al-Qur'an.


Di sisi lain, kata segala sesuatu, bila akan dikaitkan dengan al-Qur'an, haruslah
dikaitkan dengan fungsi atau tujuan kehadiran Kitab Suci itu. Sebagai contoh,
jika A n d a menugaskan si A u n t u k membeli lima jenis barang dan kelimanya
telah dibelinya tanpa membawa barang-barang lain yang ditawarkan di pasar,
tidaklah wajar jika Anda berkata bahwa si A alpa atau m e l u p a k a n sesuatu.
Ketika itu, A n d a berkata benar lagi sesuai dengan kenyataan jika berkata:
"Dia telah membeli segala sesuatu . D e m i k i a n itu juga dengan ayat ini.
,
Kalimat di atas harus dikaitkan dengan fungsi a l - Q u r a n . f u n g s i n y a adalah
menjelaskan keesaan Allah, t u n t u n a i v r u n c u n a n - N y a , serta h u k u m - h u k u m
agama yang mengamar kepada kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat.
Al-Qur'an pada dasarnya tidak berfungsi menjelaskan hakikat ilmiah apalagi
perincian persoalan sains dan teknologi. Rujuklah kembali ke ayat 38 surah
al-An'am itu untuk memeroleh informasi yang lebih lengkap. ''-

Berbeda pendapat ulama menyangkut kaitan antara penggalan pertama


ayat ini yang berbicara tentang kesaksian Rasul saw. dan turunnya a l - Q u f a n .
Ada yang memahami penggalan kedua ayat di atas berhubungan dengan ayat
b4 y a n g lalu: ( AJ i j i b ^ l ^ j J l ^ j ^ J *s!j >_JU>Ji dJs- Uljjf Uj ) wa m a anzalnd
alaika al-kitaba illa litubayyina lakum alladzi ikhtalafu fthildan Kami tidak
menurunkan kepadamu al-Kitdb, melainkan agar engkau dapat menjelaskan
kepada mereka apa yang mereka, perselisihkan.
Thabathaba i' menghubungkan kedua penggalan itu dengan sangat erat.
Menurutnya, ayat ini bagaikan menyatakan: "Kami mendatangkan mu sebagai
saksi terhadap mereka dan, dalam saat y a n g sama, Kami telah m e n u r u n k a n
k e p a d a m u al-Kitab (al-Qur'an) yang merupakan penjelasan m e n y a n g k u t
segala sesuatu dalam persoalan hidayat. Kebenaran dapat diketahui serta
dibedakan dengan yang batil melalui kitab itu dan, dengan demikian, ia
menjadi saksi terhadap amal-amal manusia di hari Kemudian, terhadap orang-
orang zalim atas kezaliman mereka dan terhadap k a u m m u s l i m i n atas
keislaman mereka. Ini karena kitab tersebut adalah petunjuk, rahmat, dan
berita g e m b i r a dan e n g k a u , wahai Nabi M u h a m m a d , adalah pemberi

>:
Rujuk penafsirannya pada vulume 3 halaman 41 0.
K e l o m p o k VI A y a t 8 9 S u r a h a n - N a h l [16] 693

petunjuk, pembawa rahmat dan berita gembira bagi mereka." Demikian lebih
ku ra n t* T h a b a t b ab a' i.
Jauh sebelum pendapat ulama bermazhab Syi'ah di atas, ai-Biqa i j u g a
m e n g h u b u n g k a n penggalan kedua ayat di atas dengan penggalan pertama.
Dengan singkat dan jitu, ulama itu menulis bahwa ayat ini bagaikan berkata:
Karena Kami telah mengutusmu—-wahai Nabi Muhammad—-kepada
mereka dan Kami jadikan engkau orang terpercaya di kalangan mereka, dan
Kami pun telah m e n u r u n k a n k e p a d a m u al-Kitab, m a k a tidak ada lagi dalih
dan alasan vang dapat mereka k e m u k a k a n . "
Di sisi lain al-Biqa i menggarisbawahi perurutan sifat-sifat al-Qur'an yang
disebut di atas, yakni setelah kata tihydn disusul dengan kata hudan yang
berarti petunjuk kepada apa yang diharapkan dari kebaikan. Ini—menurut
pakar sistematika a!-Qur'an itu—dikemukakan karena tibydn atau penjelasan
boleh jadi m e n g a n d u n g kesesatan. Selanjutnya, karena petunjuk boleh jadi
diberikan bukan sebagai anugerah tetapi kewajiban, kata ( 3 > j ) rahmah
menyusul kata ( ) hudan guna m e n a m p i k dugaan ini dan menegaskan
bahwa petunjuk tersebut tercurah atas dasar kasih sayang dari si pemberi
terhadap yang diberi petunjuk. Selanjutnya, karena rahmat dimaksud boleh
jadi tidak mencapai peringkat yang memuaskan, ditegaskan lebih jauh bahwa
ia adalah ( Sj^.) busyrd, y a k n i berita y a n g sangat m e n g g e m b i r a k a n , dan
tentunya itu semua hanya diraih oleh orang-orang muslim, yang benar-benar
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah swt.
KELOMPOK 7

A Y A T 90-97

J-

7 V
696 Surah an-Nahl L16]

1
.v' * ^

(VY O J U ^ > 1 2 U J > ^ A ! ^ j ^ L ^ ^ L >


Kelompok VII Ayat 90 S u r a h a n - N a h l [16] 697

AYAT 90

"Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat ihsan,


pemberian kepada kaum kerabat, dan Dia melarang perbuatan keji,
kemunkaran, dan penganiayaan. Dia memberi pengajaran kepada kamu agar
kamu dapat selalu ingat. "

Secelah ayar yang {alu menjelaskan keutamaan abQur"an dan bahwa kitab
suci itu menjelaskan segala sesuatu, di sini dikemukakan sekelumit perincian
,
yang dapat menggambarkan kesimpulan petunjuk al-Qur an. Ayat ini dinilai
oleh para pakar sebagai ayat yang paling sempurna dalam penjelasan segala
aspek kebaikan dan keburukan. Allah swt. berfirman sambil m e n g u k u h k a n
dan m e n u n j u k l a n g s u n g d i r i - N y a d e n g a n n a m a vang t e r a g u n g g u n a
menekankan pentingnya pesan-pesan-N ya bahwa: Sesungguhnya Allah secara
terus-menerus memerintahkan siapa pun di antara bamba-hamba-Nva untuk
berlaku / / ^ i / d a l a m sikap, ucapan dan tindakan, walau terhadap diri sendiri,
dan menganjurkan berbuat ihsan, yakni yang lebih utama dari keadilan, dan
juga pemberian apa pun yang dibutuhkan dan sepanjang k e m a m p u a n lagi
dengan tulus kepada kaum kerabat, dan Dia, yakni Allah, melarang segala
m a c a m dosa, lebih-lebih perbuatan keji y a n g amat dicela oleh agama dan
akal sehat seperti zina dan homoseksual; demikian juga kemunkaran, vakni
hal-hal vang bertentangan dengan adat istiadat, yang sesuai dengan nilai-nilai
agama dan melarang)ut;a penganiayaan, yakni segala sesuatu vang melampaui
batas kewajaran. Dengan perintah dan larangan ini, Dia memberi pengajar aji
dan bimbingan kepada kamu semua menyangkut segal.i aspek kebajikan agar
kamu dapat selalu ingat *AA\\ mengamoil pelajaran yang berharga.

Banyak sekali pendapat u l a m a tentang makna ( J j j ^ ) ^ / - W / p a c i a ayat


ini. Ada vang menjelaskannya secara singkat dan pada;, misalnya bab w a vang
dimaksud adalah tauhid. Ada juga yang m e m a h a m i n y a dalam arti kewajiban
keagamaan vang bersifat jardu. s^chngai-ihtun adalah tuntunan agama vang
bersifat sunnah, dan ada lagi yang menguraikan secara panjang leuar cakupan
maknanya.
698 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VII A y a t 9 0

Kata ( J j j j i ) ah'adl terambil dari kata ( J j j ^ ) 'adala y a n g terdiri dari


huruf-huruf 'ain, dai, dan lam. Rangkaian huruf ini mengandung dua makna
y a n g bertolak belakang, y a k n i lurus dan sama serta bengkok dan berbeda.
S e s e o r a n g y a n g adil a d a l a h y a n g berjalan l u r u s d a n s i k a p n y a selalu
m e n g g u n a k a n ukuran y a n g sama, b u k a n ukuran ganda. Persamaan itulah
y a n g menjadikan seseorang y a n g adil tidak berpihak kepada salah seorang
y a n g berselisih.
Beberapa pakar mendefinisikan adil dengan penempatan sesuatu pada
tempat yang semestinya. Ini mengantar kepada persamaan, walau dalam ukuran
kuantitas boleh jadi tidak sama. A d a j u g a y a n g menyatakan bahwa ^ ' / a d a l a h
memberikan kepada pemilik hak-haknya melalui jalan yang terdekat. Ini bukan
saja m e n u n t u t seseorang memberi hak kepada pihak lain, tetapi juga hak
tersebut harus diserahkan tanpa m e n u n d a - n u n d a . "Penundaan utang dari
seseorang yang m a m p u membayar utangnya adalah penganiayaan." Demikian
sabda Nabi saw. Ada lagi yang berkata adil adalah moderasi: "tidak mengurangi
tidak j u g a melebihkan," dan masih b a n y a k rumusan y a n g lain.
M a n u s i a dituntut untuk menegakkan keadilan w a l a u terhadap keluarga,
ibu bapak, dan dirinya (QS. an-Nisa' 14]: 1 3 5 ) , bahkan terhadap m u s u h n y a
sekalipun (QS. a h M a ' i d a h [ 5 ] : 8 ) . Keadilan pertama y a n g dituntut adalah
dari diri dan terhadap diri sendiri dengan jalan meletakkan syahwat dan amarah
sebagai tawanan y a n g harus m e n g i k u t i perintah akal dan agama, bukan
menjadikannya tuan yang mengarahkan akal dan tuntunan agamanya. Karena,
j i k a demikian, ia tidak berlaku adil, y a k n i tidak m e n e m p a t k a n sesuatu pada
tempatnya y a n g wajar.

J a n g a n d u g a — t u l i s a l - G h a z a l i — b a h w a p e n g a n i a y a a n ( l a w a n dari
keadilan) adalah gangguan dan keadilan adalah memberi manfaat kepada
m a n u s i a . Tidak! B a h k a n , s e a n d a i n y a seorang p e n g u a s a m e m b u k a dan
m e m b a g i - b a g i k a n isi g u d a n g y a n g p e n u h dengan senjata, buku, d a n harta
benda, kemudian dia membagikan senjata kepada ulama, harta benda kepada
hartawan, dan b u k u - b u k u kepada tentara y a n g siap berperang, w a l a u sang
penguasa memberi manfaat kepada mereka, di sini dia tidak dinilai berlaku
adil, bahkan dia dinilai m e n y i m p a n g dari keadilan karena dia menempatkan
pemberian-pemberiannya itu b u k a n pada t e m p a t n y a . Sebaliknya, kalau
K e l o m p o k VII A y a t 90 S u r a h a n - N a h l [16] 699

seseorang memaksa pasien m e m i n u m obat yang pahit sehingga


m e n g g a n g g u n y a atau m e n j a t u h k a n h u k u m a n mati atau cemeti k e p a d a
terpidana, ini pun, walau menyakitkan, adalah keadilan karena masing-masing
telah ditempatkan pada tempat y a n g semestinya.
Kata ( O L - J - ^ I ) al-ihsan m e n u r u t ar-Raghib al-Ashfahani, d i g u n a k a n
u n t u k d u a hal; pertama, m e m b e r i n i k m a t kepada pihak lain, dan kedua,
perbuatan baik. Karena itu—-lanjutnya—kata ihsan lebih luas dari sekadar
"memberi nikmat atau nafkah". M a k n a n y a bahkan lebih tinggi dan dalam
dari kandungan m a k n a "adil" karena adil adalah "memperlakukan orang lain
s a m a d e n g a n p e r l a k u a n n y a t e r h a d a p A n d a " , s e d a n g ihs&n adalah
"memperlakukannya lebih baik dari perlakuannya terhadap A n d a ' . Adil adalah
mengambil semua hak A n d a dan atau memberi semua hak orang lain, sedang
ihsan adalah m e m b e r i lebih b a n y a k daripada y a n g harus A n d a beri dan
mengambil lebih sedikit dari y a n g seharusnya Anda ambil.
Kata ihsan, m e n u r u t al-Harrali sebagaimana dikutip al-Biqa'i, adalah
puncak kebaikan amal perbuatan. Terhadap hamba, sifat perilaku ini tercapai
saat seseorang memandang dirinya pada diri orang lain sehingga dia memberi
u n t u k n y a apa y a n g seharusnya dia beri u n t u k dirinya; sedang ihsdn antara
hamba dan Allah adalah leburnya dirinya sehingga dia hanya "melihat" Allah
swt. Karena itu pula ihsan antara h a m b a dan sesama manusia adalah b a h w a
dia tidak melihat lagi d i r i n y a dan hanya melihat orang lain itu. Siapa yang
melihat d i r i n y a pada posisi k e b u t u h a n orang lain dan tidak melihat dirinya
pada saat beribadah kepada Allah m a k a dia itulah y a n g dinamai muhsin, dan
ketika itu dia telah mencapai puncak dalam segala amalnya. Hakikat m a k n a
di atas sejalan dengan penjelasan Rasul saw. kepada malaikat Jibril as. ketika
beliau ditanya o l e h n y a — d a l a m rangka mengajar k a u m muslimin. Rasul saw.
menjelaskan bahwa ihsan adalah " M e n y e m b a h Allah seakan-akan engkau
m e l i h a t - N y a dan bila engkau tidak melihatnya m a k a y a k i n l a h bahwa Dia
melihatmu." Dengan demikian, perintah ihsan bermakna perintah melakukan
segala aktivitas positif seakan-akan A n d a melihat Allah atau, paling tidak,
selalu merasa dilihat dan diawasi oleh-Nya. Kesadaran akan pengawasan
melekat itu menjadikan seseorang selalu ingin berbuat sebaik m u n g k i n dan
memperlakukan pihak lain lebih baik dari perlakuannya terhadap Anda, bukan
700 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VII A y a t 90

sekadar memperlakukan orang lain sama dengan perlakuannya terhadap


Anda.
Kata ( «.IJJ } ittd!pemberian m e n g a n d u n g m a k n a - m a k n a y a n g sangat
dalam. M e n u r u t pakar bahasa a l - Q u r ' a u , ar-Raghib ahAshfahani, kata ini
pada m u l a n y a berarti "kedatangan dengan mudah". Al-Fairuzabadi dalam
kamusnya menjelaskan sekian banyak artinya, antara lain istiejamah (bersikap
jujur dan konsisten), cepat, pelaksanaan secara amat sempurna, memudahkan
jalan, mengantar kepada seorang agung lagi bijaksana, dan lain-lain. Dari
makna-makna tersebut, dapat dipahami apa sebenarnya yang dikandung oleh
perintah ini dan apa y a n g seharusnya d i l a k u k a n oleh sang pemberi serta
b a g a i m a n a sevogianva sikap k e j i w a a n n y a ketika m e m b e r i . Dapat juga
d i t a m b a h k a n bahwa az-Zarkasyi dalam b u k u n y a , uhBurhdu, mengutip
p e n d a p a t a l - J u w a i n i y a n g m e n y a t a k a n b a h w a k a t a atu tidak dapat
diungkapkan dampak dan akibatnya dengan menggunakan akar katanya atau,
dengan istilah tata bahasa, ia tidak memiliki muthawaah, berbeda dengan
kata ( Jas-\ ) a'tha yang juga berarti memberi, seperti dalam Q S . an-Najm
[ 5 3 ] : 34. Ini memberi kesan bahwa sesuatu yang diberikan dengan m a k n a -
m a k n a yang d i k a n d u n g oleh kata ( s-b! ) / W i t u hakikatnya adalah sesuatu
vang dampak dan ganjarannya tidak terlukiskan karena ia dinilai Allah sebagai
sesuatu vang agung. M e m a n g , kalau kita m e m b u k a lembaran al-C^urkm,
akan ditemukan pemberian vang diinformasikan dengan menggunakan kata
kerja ( _ jti ) atd-vu'ti yang m a n a kata (s-bj ) ita ' merupakan bentuk
mashdar (kata jadian) dari kata kerja tersebut. Kita akan temukan pemberian
Allah swt. dalam berbagai bentuknya \ ang merupakan hal-hal agung lagi
m u l i a , seperti misalnya pemberian kera/aan ( Q S . Ali ' I m r a n [ 3 ] : 2 0 ) ,
pemberian hikmah ( Q S . al-Bacjarah [2J: 2 6 9 ) , s e n a pemberian surah al-
Fdtihahdun ahQurdn ( Q S . ai-Hijr [ 1 5 ] ; 8 7 ) .

Sebenarnya, pemberian kepada sanak keluarga telah dicakup dalam dua


bal yang disebut sebelumnya, yaitu adil dan ihsan. Tetapi, agaknya hal ini
sengaja ditekankan eti sini karena sementara orang mengabaikan hak keluarga
a t a u lebih s e n a n g m e m b e r i b a n t u a n k e p a d a o r a n g lain y a n g b u k a n
keluarganya. Boleh jadi karena ada maksud tertentu di balik pemberian itu,
seperti popularitas dan pujian. Perlu dicatat bahwa salah satu cara yang
K e l o m p o k VII A y a t 9 0 S u r a h a n - N a h l [16] 701

d i t e m p u h Islam guna memberantas k e m i s k i n a n — d i samping kerja k e r a s —


adalah memberi bantuan, dan karena itu pula ketika sahabat Nabi saw. bertanya
kepada Nabi M u h a m m a d saw. tentang nafkah, al-Qur'an menjelaskan bahwa
sasaran pertamanya adalah kedua orangtua kemudian para kerabat (baca Q S .
al-Baqarah [ 2 ] : 2 1 5 ) . Rasul saw. menekankan agar memberi terlebih d a h u l u
siapa yang termasuk dalam tanggungan seseorang, kemudian yang lebih dekat.
"Para kerabat lebih utama diberi ma'rufdaripada y a n g lain." Apabila setiap
orang yang m a m p u memberi bantuan kepada keluarganya, niscaya tidak ada
keluarga yang menderita karena kemiskinan.

A y a t - a y a t y a n g m e m e r i n t a h k a n b e r b u a t k e b a j i k a n di atas t i d a k
menjelaskan objeknya. Hal ini u n t u k memberi m a k n a k e u m u m a n sehingga
m e n c a k u p segala bidang dan objek y a n g dapat berkaitan dengan keadilan,
ihsan, dan pemberian y a n g dimaksud, baik terhadap manusia, binatang,
t u m b u h - t u m b u h a n , m a u p u n tethadap benda-benda mati, dan baik berupa
materi, perlakuan, m a u p u n jasa. M a s i n g - m a s i n g disesuaikan dengan objek
yang dihadapi

Kata (s-Li^uill) al-fahsya'/keji adalah nama bagi segala perbuatan atau


ucapan, bahkan keyakinan, yang dinilai buruk oleh jiwa dan akal yang sehat
serta mengakibatkan d a m p a k b u r u k b u k a n saja bagi pelakunya tetapi j u g a
bagi lingkungannya.

Kata ( j S ^ i i ) ahrnnnkarlkemunkaran dari segi bahasa berarti sesuatu yang


tidak dikenal sehingga diingkari. Itu sebabnya ia diperhadapkan dengan kata
ahma'ruflyang dikenal. D a l a m bidang budaya, kita dapat m e m b e n a r k a n
ungkapan: "Apabila m a ' r u f sudah jarang dikerjakan, ia bisa beralih menjadi
munkar, sebaliknya bila munkar sudah sering dikerjakan ia menjadi ma'ruf."
IhnTaimiyah mendefinisikan munkar dari segi pandangan syariat sebagai
"Segala sesuatu yang dilarang oleh agama". Dari definisi ini dapat d i s i m a k
bahwa kata munkar lebih luas j a n g k a u a n pengertiannya dari kata ma'shiyat/
kedurhakaan. Binatang y a n g merusak tanaman merupakan k e m u n k a r a n ,
tetapi bukan kemaksiatan, karena binatang tidak dibebani tanggung j a w a b ,
demikian j u g a m e m i n u m arak bagi anak kecil adalah munkar, walau apa
yang d i l a k u k a n n y a i t u — m e l i h a t u s i a n y a — b u k a n l a h maksiat.
702 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VII A y a t 90

Sesuatu y a n g m u b a h p u n , apabila bertentangan dengan budaya, dapat


dinilai munkar, seperti misalnya bergandengan tangan dengan sangat mesra
dengan istri sendiri di depan u m u m apabila dilakukan dalam suatu masyarakat
y a n g b u d a y a n y a tidak membenarkan hal tersebut.
Munkar bermacam-macam dan bertingkat-tingkat. Ada yang berkaitan
dengan pelanggaran terhadap Allah, baik dalam bentuk pelanggaran ibadah,
perintah non-ibadah, dan ada j u g a y a n g berkaitan dengan manusia, serta
lingkungan.
D a l a m pandangan Ibn 'Asyiir, munkar adalah segala sesuatu y a n g tidak
berkenan di hati orang-orang normal serta tidak direstui oleh syariat, baik
ucapan maupun p e r b u a t a n . T e r m a s u k di d a l a m n y a h a l - h a l y a n g
mengakibatkan gangguan yang berkaitan dengan kebutuhan pokok maupun
tersier w a l a u tidak m e n g a k i b a t k a n mudharat. D e n g a n d e m i k i a n , dapat
dikatakan b a h w a al-munkar adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh suatu
masyarakat serta bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi. Ia adalah lawan ma'ruf
y a n g m e r u p a k a n sesuatu yang baik menurut pandangan umum suatu
masyarakat selama sejalan dengan al-khair.

Kata ( ^ L l i ) al-baghylpenganiayaan terambil dari kata baghd yang berarti


meminta/menuntut, kemudian m a k n a n y a menyempit sehingga pada
u m u m n y a ia d i g u n a k a n dalam arti m e n u n t u t hak pihak lain tanpa h a k dan
dengan cara aniaya/tidak wajar. Kata tersebut m e n c a k u p segala pelanggaran
hak dalam bidang interaksi sosial, baik pelanggaran itu lahir tanpa sebab,
seperti perampokan, pencurian, m a u p u n dengan atau dalih y a n g tidak sah,
bahkan walaupun dengan tujuan penegakan h u k u m tetapi dalam
pelaksanaannya melampaui batas. Tidak dibenarkan m e m u k u l seseorang yang
telah diyakini bersalah sekalipun—dalam rangka memeroleh pengakuannya.
M e m b a l a s kejahatan orang p u n tidak boleh melebihi kejahatannya. Dalam
konteks ini, a l - Q u r ' a n m e n g i n g a t k a n pada akhir surah ini bahwa: Apabila
kamu membalas maka balaslah persis sama dengan siksaan yang ditimpakan
kepada kamu (QS. an-Nahl [ 1 6 ] : 1 2 8 ) .

Kejahatan al-baghy pun sebenarnya telah dicakup oleh kedua hal y a n g


dilarang sebelumnya. Tetapi, di sini ditekankan karena kejahatan ini—secara
sadar atau tidak—sering kali dilanggar. Dorongan emosi u n t u k membalas,
K e l o m p o k VII A y a t 9 0 S u r a h a n - N a h l [16] 703

bahkan keinginan menggebu untuk menegakkan hukum serta kebencian yang


meluap kepada kemunkaran, sering kali mengantar seorang yang taat p u n —
tanpa sadar—melakukan ahbaghy.
Firman-Nya: ( OJJSMJ p&jA ) la'allakum tadzakkarunlagar kamu dapat
selalu ingat y a n g menjadi p e n u t u p ayat ini dapat dipahami sebagai isyarat
bahwa t u n t u n a n - t u n t u n a n agama, atau paling tidak nilai-nilai y a n g disebut
di atas, melekat pada nurani setiap orang dan selalu didambakan w u j u d n y a .
Karena itu, nilai-nilai tersebut bersifat universal. Pelanggarannya dapat
mengakibatkan kehancuran kemanusiaan.

D e m i k i a n a y a t - a y a t di atas m e n y i m p u l k a n nilai-nilai y a n g sangat


mengagungkan. Jangankan dewasa ini, kaum musyrikin pun yang mendengar
ayat di atas, tanpa ragu berdecak k a g u m mendengarnya. Diriwayatkan bahwa
' U t s m a n Ibn Mazh'tin m e m b a c a k a n ayat ini kepada tokoh y a n g juga
sastrawan k a u m musyrikin M e k k a h , yakni al-Walid Ibn al-Mughirah, m a k a
sang sastrawan berkata, " S u n g g u h ini adalah kalimat-kalimat y a n g sangat
n i k m a t terdengar. Ia memiliki keindahan tanpa cacat, p u c u k n y a berbuah
dan dasarnya subur digenangi air. Ia sungguh tinggi tidak dapat ditandingi.
Ini sama sekali bukan ucapan manusia." Dalam riwayat lain, diinformasikan
bahwa ketika ayat ini dibacakan kepada p a m a n Nabi saw., Abu T h a l i b , ia
berseru kepada k a u m n y a , "Ikutilah M u h a m m a d , niscaya kalian beruntung.
Dia diutus Tuhan u n t u k mengajak k a m u kepada budi pekerti luhur."

Sahabat Nabi saw., Ibn M a s ' u d , menilai bahwa inilah ayat al-Qur'an
y a n g paling sempurna k a n d u n g a n n y a . Al-'Izz 'Abdussalam y a n g digelari
Sultban ah '(Jlamei ' m e n a m a i n y a asy-syajarah/pohon yang mengandung semua
h u k u m s y a r i a t serta b a b - b a b i l m u f i q h / b u k u m . A l - I m a m a s - S u b k i
m e n a m a i n y a syajar al-ma 'arif/pohonpengetahuan. A g a k n y a itu pula sebabnya
sehingga Khalifah 'Umar Ibn Abdul Aziz ra. (681 - 7 2 0 M ) memerintahkan
membaca ayat ini pada setiap akhir khutbah J u m a t sebagai ganti tradisi y a n g
dilakukan p e n d a h u l u - p e n d a h u l u n y a y a n g m e n g e c a m dan m e m a k i 'Ali Ibn
Abi T h a l i b r a . — m a k i a n tersebut dinilai oleh khalifah yang adil itu sebagai
tidak adil serta m e r u p a k a n salah satu bentuk ahbaghy.
704 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k V I I A y a t 91

AYAT 9 1

"Dan tepatilah perjanjian Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpah sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah
menjadikan Allah sebagai saksi atas diri kamu. Sesungguhnya Allah mengetahui
apa yang kamu perbuat. "

Al-Biqa'i menulis tentang hubungan ayat ini dengan ayat yang lalu bahwa,
setelah ayat y a n g lalu yang m e n g h i m p u n semua perintah dan larangan dalam
satu redaksi singkat y a n g tidak dapat d i t a m p u n g oleh kitab-kitab dan dada
manusia serta disaksikan oleh para pendurhaka yang keras kepala bahwa redaksi
semacam itu m e l a m p a u i batas k e m a m p u a n manusia, ayat berikut
melanjutkan sebagaimana d i p a h a m i dari konteksnya bahwa: J i k a d e m i k i a n
itu k a n d u n g a n kitab suci ini, laksanakanlah apa y a n g Allah perintahkan,
jauhilah apa y a n g dilarang-Nya, dan tepatilah perjanjian Allah apabila kamu
berjanji.... Demikian lebih kurang al-Biqa i menghubungkan ayat ini dengan
ayat y a n g lalu.

Apa pun h u b u n g a n n y a , y a n g jelas ayat ini memerintahkan: tepatilah


perjanjian y a n g telah k a m u ikrarkan dengan Allah apabila kamu berjanji dan
janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah sesudah kamu
meneguhkannya, y a k n i perjanjian-perjanjian y a n g k a m u akui di hadapan
Pesuruh Allah. Demikian juga sumpah-sumpah kamu y a n g menyebut nama-
N y a . Betapa k a m u tidak harus menepatinya sedang kamu telah menjadikan
Allah sebagai saksi dan pengawas atas diri kamu terhadap s u m p a h - s u m p a h
dan janji-janji itu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat,
baik niat, ucapan, m a u p u n tindakan, dan baik janji, s u m p a h , maupun
selainnya, yang nyata m a u p u n yang rahasia.
Yang d i m a k s u d d e n g a n ( i j j a i s ) tanqudhulmembatalkan adalah
melakukan sesuatu y a n g bertentangan dengan kandungan sumpah/janji.
Yang d i m a k s u d dengan ( j ^ u ) bi ahdAllah/'perjanjian Allah dalam
konteks ayat ini antara lain, bahkan terutama adalah baiat y a n g mereka
ikrarkan di hadapan Nabi M u h a m m a d saw. u n t u k tidak mempersekutukan
K e l o m p o k VII A y a t 91 S u r a h a n - N a h l [16] 705

Allah swt. serta tidak melanggar perintah Nabi saw. yang m e n g a k i b a t k a n


mereka durhaka. Janji dan atau sumpah yang menggunakan nama Allah yang
kandungannya demikian sering kali dilaksanakan oleh para sahabat Nabi saw.
sejak mereka masih di M e k k a h sebelum berhijrah. M e m a n g , redaksi ayat ini
mencakup segala m a c a m janji dan sumpah serta ditujukan kepada siapa pun
dan di m a n a p u n mereka berada.
Firman-Nya: f \ A J S u JJU) bada taukidihti ada yang memahaminya dalam
arti sesudah ka?nu meneguhkannya. Atas dasar itu, sementara y a n g menganut
p a h a m ini—-seperti al-Biqa'i dan a l - Q u r t h u b i — m e m a h a m i kata tersebut
sebagai berfungsi mengecualikan apa yang diistilahkan dengan laghivu af-aiman,
yakni kalimat y a n g m e n g a n d u n g redaksi s u m p a h tetapi tidak d i m a k s u d k a n
oleh p e n g u c a p n y a sebagai sumpah ( b a c a Q S . al-Baqarah [ 2 ] : 2 2 5 ) .
A d a j u g a ulama—seperti Ibn Asyur—-yang m e m a h a m i n y a d a l a m arti
sesudah peneguhannya. "Di s i n i — t u l i s n y a — t i d a k terdapat isyarat adanya
s u m p a h y a n g tidak berdosa bila dibatalkan, y a k n i y a n g d i n a m a i laghwu ah
aimcln. M e m a l i a m i n y a d e m i k i a n adalah ketergelinciran dari jalan lebar yang
jelas y a n g merupakan gaya bahasa al-Qur'an."
A p a pun m a k n a y a n g A n d a pilih, y a n g jelas m a k s u d meneguhkan/
peneguhan tersebut adalah menjadikan Allah swt. sebagai saksi dan pengawas
atas sumpah dan janji-janji manusia. Ayat ini menekankan perlunya menepati
janji, m e m e g a n g teguh tali agama, serta m e n u t u p rapat-rapat semua usaha
m u s u h - m u s u h Islam vang berupaya m e m u r t a d k a n k a u m m u s l i m i n , sejak
masa Nabi saw. di M e k k a h hingga masa kini dan mendatang.
T h a b a t h a b a i menggarisbawahi b a h w a kendati membatalkan sumpah
d a n melanggar janji k e d u a n y a terlarang, pembatalan s u m p a h lebih buruk
daripada pelanggaran janji. Ini karena yang bersumpah menyebut nama Allah
dan, dengan m e n y e b u t nama-Nya, pihak y a n g mendengarnya merasa y a k i n
b a h w a u c a p a n n y a itu pasti b e n a r k a r e n a n a m a m u l i a itu merupakan
j a m i n a n n y a . Bila A n d a m e m i n j a m sesuatu dan memberi j a m i n a n , kendati
dalam benak pemberi pinjaman ada semacam keraguan terhadap Anda, ia
tidak segan memberi bila ada j a m i n a n atau ada penjamin y a n g tepercaya.
D e m i k i a n lebih kurang maksud penjelasan Thabathaba'i. Penulis
m e n a m b a h k a n bahwa m a k n a j a m i n a n serupa dapat juga dibaca oleh pihak
706 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VII A y a t 92

lain, w a l a u tanpa sumpah. Kepercayaan seorang muslim akan keesaan Allah


dan k e k u a s a a m N y a seharusnya dapat menjadi j a m i n a n bagi p i h a k lain atas
kebenaran ucapannya. Keyakinannya itu seharusnya melahirkan j a m i n a n
ketepatan janji atau beritanya, karena pengingkaran janji dan kebohongannya
m e n g u n d a n g m u r k a Allah. Dan, seorang m u s l i m mustahil m e l a k u k a n hal-
hal y a n g m e n g u n d a n g murka-Nya. Dengan demikian, kata bada taukidihai
pengukuhan dimaksud tidak harus dibatasi pengertiannya pada pengukuhan
sumpah yang m e n g g u n a k a n n a m a Allah.
Ayat ini tidak bertentangan dengan sabda Rasul saw. y a n g menyatakan
bahwa: S e s u n g g u h n y a aku, insya Allah, tidak bersumpah dengan suatu
s u m p a l i — l a l u melihat ada yang lebih baik darinya—kecuali melakukan vang
lebih baik dan m e m b a t a l k a n s u m p a h k u dengan m e m b a y a r kafarah (HR.
Bukhari dan M u s l i m ) . Ini tidak bertentangan—tulis Ibn Katsir—karena
sumpah y a n g dimaksud oleh ayat ini adalah y a n g masuk dalam perjanjian,
sedang s u m p a h y a n g d i m a k s u d oleh hadits Nabi saw. itu adalah y a n g
merupakan kegiatan perorangan yang berkaitan dengan anjuran atau halangan.
Demikian Ibn Katsir. Di sisi lain, pembatalan oleh hadits tersebut adalah
pembatalan ke arah vang lebih baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
k e u m u m a n l a r a n g a n y a n g d i k a n d u n g oleh a y a t ini d i k e c u a l i k a n dan
dipersempit oleh k a n d u n g a n hadits tersebut.

AYAT 92

"Dan janganlah kamu seperti seorangperemjman yang mengurai tenunannya


yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai; kamu menjadikan
sumpah kamu sebagai penyebab kerusakan di antara kamu disebabkan adanya
suatu golongan yang lebih banyak dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah
hanya menguji kamu dengannya. Dan pasti di Hari Kiamat nanti akan
dijelaskan-Nya kepada kamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. "

Setelah ayat y a n g lalu m e m e r i n t a h k a n menepati janji dan m e m e n u h i


sumpah, ayat ini melarang secara tegas m e m b a t a l k a n n y a sambil
K e l o m p o k VII A y a t 9 2 S u r a h a n - N a h l [16] 707

mengilustrasikan keburukan pembatalan k u . Pengilustrasian ini merupakan


salah satu bentuk penekanan. Memang, penegasan tentang perlunya menepati
janji m e r u p a k a n sendi u t a m a t e g a k n y a m a s y a r a k a t k a r e n a i t u l a h y a n g
m e m e l i h a r a kepercayaan berinteraksi dengan anggota m a s y a r a k a t . Bila
kepercayaan i t u hilang, bahkan m e m u d a r , akan lahir k e c u r i g a a n y a n g
merupakan benih kehancuran masyarakat.
A y a t i n i m e n e g a s k a n b a h w a : Dan janganlah kamu, dalam hal
mengkhianati perjanjian dan membatalkan sumpah, seperti keadaan seorang
perempuan gila yang sedang m e n e n u n dengan tekun hingga ketika telah
r a m p u n g ia mengurai kembali tenunannya yang sudah dipintal dengan kuat
sehingga menjadi cerai berai lagi. Kamu semua sadar b a h w a m e l a k u k a n hal
d e m i k i a n adalah kebodohan dan keburukan, dan itu sama halnya dengan
apabila kamu menjadikan sumpah dan perjanjian kamu sebagai penyebab
kerusakan di antara kamu, yakni alat menipu y a n g mengakibatkan kerusakan
hubungan a n t a r - k a m u disebabkan adanya suatu golongan yang lebih banyak
jumlahnya, atau lebih kuat, lebih kaya dan tinggi kedudukannya dari golongan
yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu, y a k n i m e m p e r l a k u k a n
k a m u seperti perlakuan seseorang yang menguji dengannya, y a k n i dengan
a d a n y a j u m l a h dan harta y a n g banyak itu, u n t u k mengetahui apakah k a m u
setia menepati janji dan m e m e n u h i s u m p a h atau tidak. Dan pasti di Hari
Kiamat nanti akan dijelaskan-Nya kepada kamu apa yang dahulu kamu
perselisihkan itu, kemudian akan memberi balasan sesuai amal perbuatan kamu
masing-masing.

Konon, di M e k k a h ada seorang w a n i t a y a n g terganggu pikirannya. D i a


m e m i l i k i pemintal, y a k n i alat u n t u k memintal benang, g u n a m e m b u a t tali
yang k u k u h atau benang. Bersama b u d a k - b u d a k w a n i t a n y a , mereka d u d u k
m e m i n t a l , dari pagi sampai siang hari, k e m u d i a n m e r o m b a k kembali apa
y a n g mereka lakukan sejak pagi itu sehingga benang-benang hasil pintalan
mereka cerai berai lagi. Konon, n a m a wanita itu adalah Raithah Ibn Sa'd at-
Taimiyah. Apakah kisah ini benar atau sekadar ilustrasi, y a n g jelas itu adalah
kegiatan melemahkan kembali apa yang telah dikukuhkan serta merusak apa
y a n g telah diperbaiki. Ini adalah ibarat seseorang y a n g tadinya berada dalam
kesesalan, k e m u d i a n m e m e l u k Islam dan memperbaiki diri, lalu kembali
708 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VII A y a t 92

kepada kesesatan semula. A y a t ini melarang hal tersebut, yakni janganlah


kembali kepada kesesatan setelah k a m u m e n e m u k a n kebenaran karena, jika
demikian, keadaan k a m u serupa dengan w a n i t a y a n g dilukiskan di atas.
Penggunaan kata seperti seorang perempuan sama sekali b u k a n untuk
melecehkan perempuan karena apa yang dilakukan perempuan dalam bal ini
dapat juga dilakukan oleh lelaki. Penyebutan perempuan di sini boleh jadi
karena m e m a n g kisah ini cukup populer dan y a n g m e l a k u k a n n y a adalah
perempuan yang disebut n a m a n y a di atas atau karena biasanya pekerjaan
m e m i n t a l banyak dilakukan oleh perempuan. Dalam konteks ini, pakar
hadits, Abu N u ' a i m , meriwayarkan melalui sahabat Nabi saw., A b d u l l a h
Ibn Rabi' ahAnshari, bahwa Nabi M u h a m m a d saw. bersabda, "Sebaik-baik
permainan seorang m u s l i m a h di r u m a h n y a adalan m e m i n t a l . "
Kata ( } dakhalan dari segi bahasa berarti kerusakan atau sesuatu
yang buruk. Yang d i m a k s u d di sini adalah alat atau penyebab kerusakan. Ini
karena dengan bersumpah seseorang menanamkan keyakinan dan ketenangan
di hati mitranya, tetapi begitu dia mengingkari sumpahnya, hubungan mereka
menjadi rusak, tidak lain penyebabnya kecuali s u m p a h itu y a n g kini telah
diingkari. Dengan d e m i k i a n , s u m p a h menjadi alat atau sebab kerusakan
hubungan.
Kata ( ^ j j l ) arba terambil dari kata ( yp)\) ar-rubwu y a i t u tinggi atau
berlebih. Dari akar yang sama, lahir kata riba yang berarti kelebihan. Kelebihan
d i m a k s u d bisa saja d a l a m arti kuantitas sehingga bermakna lebih banyak
bilangannya atau dalam arti kualitasnya, yakni lebih tinggi kualitas hidupnya
dengan harta y a n g m e l i m p a h dan k e d u d u k a n y a n g terhormat.
Ayat di atas menyebut kata ( XA\ ) ummahI golongan sebanyak dua kali.
Banyak pakar tafsir memahami ayat ini berbicara tentang kelakuan beberapa
suku pada masa Jahiliah. M e r e k a — n a m a i l a h pihak pertama—mengikat janji
atau sumpah dengan salah satu suku yang lain (pihak kedua), tetapi kemudian
p i h a k pertama itu m e n e m u k a n suku y a n g lain l a g i — p i h a k ketiga—-yang
lebih kuat dan lebih banyak anggota dan hartanya atau lebih tinggi kedudukan
sosialnya daripada pihak kedua. Nah, di sini pihak pertama m e m b a t a l k a n
s u m p a h dan janjinya karena p i h a k ketiga lebih m e n g u n t u n g k a n mereka.
Thabathaba'i m e m a h a m i penggalan ayat ini dalam arti agar supaya suatu
K e l o m p o k VII A y a t 9 3 S u r a h a n - N a h l [16] 709

g o l o n g a n — d a l a m hal ini yang bersumpah itu (pihak pertama)—memeroleh


lebih banyak bagian dari kemegahan duniawi dari golongan yang lain—dalam
hal ini adalah p i h a k k e d u a — y a n g kepadanya ditujukan s u m p a h oleh pihak
pertama.
Pendapat pertama lebih lurus dan sesuai d e n g a n kenyataan u m u m
masyarakat pada masa Jahiliah dan awal masa Islam. N a m u n , a p a p u n m a k n a
yang Anda pilih, yang jelas ayat ini melarang seseorang atau suatu kelompok
masyarakat—besar atau kecil—membatalkan sumpah atau perjanjian dengan
motif memeroleh k e u n t u n g a n material. Dalam konteks sejarah, ayat ini
mengingatkan k a u m m u s l i m i n agar jangan memihak kelompok m u s y r i k
atau m u s u h Islam karena mereka lebih b a n y a k dan lebih k a y a daripada
kelompok muslimin sendiri. A p a y a n g diingatkan di atas sungguh dewasa
ini telah sering kali dilanggar oleh tidak sedikit k a u m m u s l i m i n , baik secara
pribadi, kelompok, bahkan negara.

Sayyid Quthub menggarisbawahi bahwa "Termasuk dalam kecaman ayat


ini pembatalan perjanjian dengan dalih kemaslahatan negara, di mana suatu
negara m e n g i k a t perjanjian dengan negara atau sekelompok negara-negara
tertentu, lalu m e m b a t a l k a n perjanjian itu karena adanya negara lain y a n g
lebih kuat/kaya daripada negara pertama atau kelompok negara y a n g telah
terikat dengan perjanjian, pembatalan yang didasarkan oleh apa yang dinamai
kemaslahatan negara. Islam tidak membenarkan dalih ini dan m e n e k a n k a n
perlunya menepati perjanjian. Ini diperhadapkan dengan penolakan terhadap
perjanjian atau kerja sama yang tidak berdasar kebajikan dan ketakwaan serta
segala m a c a m perjanjian dan kerja sama y a n g berdasar dosa, kefasikan dan
kedurhakaan, pelanggaran hak-hak manusia, serta penindasan terhadap negara
dan bangsa-bangsa."

AYAT 9 3

"Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat
(saja), tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk
710 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VII A y a t 93

siapa yang Dia kehendaki. Dan sesungguhnya kamu pasti akan ditanya tentang
apa yang telah kamu kerjakan. "

Memang, dalam kehidupan dunia ini, ada banyak kelompok yang berbeda
bahkan bertolak belakang, tetapi itu adalah kehendak Allah juga. Seandainya
Dia m e n g h e n d a k i , D i a akan menjadikan k a m u semua seia sekata, tetapi itu
tidak d i k e h e n d a k i - N y a dan D i a akan m e m u t u s k a n m e n y a n g k u t perbedaan
itu di akhirat kelak, b u k a n di d u n i a ini. J i k a d e m i k i a n , jangan j a d i k a n
perbedaan itu dalih u n t u k tidak menepati perjanjian k a m u w a l a u dengan
kelompok y a n g berbeda akidah dan kepercayaan dengan k a m u . D e m i k i a n
h u b u n g a n ayat ini dengan ayat sebelumnya. D a p a t j u g a d i k a t a k a n b a h w a
m e n g e m b a l i k a n putusan ke Hari Kiamat bukanlah karena kelemahan Allah
memutuskan atau menghindarkan perselisihan dalam hidup dunia ini. S a m a
sekali tidak! Dan jikalau Allah menghendaki—namun ini tidak dikehendaki-
N y a — n i s c a y a Dia menjadikan kamu satu umat saja, y a k n i satu pendapat
tanpa perselisihan, atau Dia mencipta manusia serupa dengan malaikat y a n g
h a n y a melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Tetapi Dia
tidak menghendaki hal tersebut. Karena itu, Dia memberi manusia kebebasan
m e m i l i h jalan y a n g akan ia t e m p u h , jalan sesat atau jalan petunjuk. Atas
dasar pilihan masing-masing, Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki
guna memenuhi pilihan yang memilih kesesatan itu dan memberi kemampuan
u n t u k melaksanakan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki sebagai
anugerah kepadanya dan pemenuhan tekad dan keinginannya melaksanakan
t u n t u n a n petunjuk. Dan sesungguhnya kamu pasti akan ditanya tentang apa
yang telah kamu kerjakan dan menerima balasan dan ganjaran dari Allah swt.

Kata ( j ) ) lauljikalau dalam firman-Nya: ( *Li j l ) lau syd'a


Allah laja alakumljikalau Allah menghendaki m e n u n j u k k a n b a h w a hal
tersebut tidak dikehendaki-Nya karena kata lau tidak digunakan kecuali untuk
m e n g a n d a i k a n sesuatu y a n g mustahil dapat terjadi. Ini berarti Allah tidak
menghendaki menjadikan manusia semua sejak dahulu hingga kini satu umat
saja, y a k n i satu pendapat, satu kecenderungan, bahkan satu a g a m a d a l a m
segala prinsip dan perinciannya.
K e l o m p o k VII A y a t 9 4 S u r a h a n - N a h l [16] 711

Kalau Allah swt. berkehendak menjadikan semua m a n u s i a sama, tanpa


perbedaan, Dia menciptakan manusia seperti binatang tidak dapat berkreasi
dan melakukan pengembangan, baik terhadap dirinya apalagi lingkungannya.
T i d a k j u g a m e m b e r i m a n u s i a kebebasan memilah dan m e m i l i h , termasuk
kebebasan m e m i l i h agama dan kepercayaan. Tetapi, yang demikian itu tidak
dikehendaki Allah karena Dia menugaskan manusia menjadi khalifah. Dengan
perbedaan itu, manusia dapat berlomba-lomba dalam kebajikan dan, dengan
d e m i k i a n , akan terjadi kreativitas dan peningkatan kualitas karena hanya
dengan perbedaan dan perlombaan y a n g sehat kedua hal itu akan tercapai.
Aneka potensi dan anugerah serta penugasan y a n g diberikan kepada
manusia secara khusus itu dan tidak dianugerahkan kepada m a k h l u k y a n g
lain menjadikannya sangat terhormat. Tapi, di sisi lain, menjadikannya pula
m a k h l u k bertanggung jawab. Tanggung jawab tersebut lebih meningkatkan
lagi k e d u d u k a n n y a dibanding dengan m a k h l u k lainnya. N a m u n demikian,
karena setiap keistimewaan m e m i l i k i harga dan konsekuensi, konsekuensi
potensi, kebebasan m e m i l i h , dan k e d u d u k a n tinggi itu adalah keharusan
m e m p e r t a n g g u n g j a w a b k a n p e n g g u n a a n potensi serta keistimewaan itu.
Karena itu, ayat di atas ditutup dengan pernyatan bahwa sesungguhnya kamu
pasti akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. Yang berhasil
mempertanggungjawabkan akan memeroleh kebahagiaan abadi dan y a n g
gagal akan m e n e r i m a sanksi sebesar k e g a g a l a n n y a . Itulah konsekuensi
kebebasan m e m i l i h y a n g disertai dengan anugerah aneka potensi. Itu pula
sebabnya y a n g gagal akan berucap di hari Kemudian nanti. Alangkah baik
(bahagia)nya sekiranya aku dahulu (ketika hidup di dunia) adalah tanah
( Q S . an-Naba [78]: 40).

AYAT 94

"Dan janganlah kamu menjadikan sumpah-sumpah kamu sebagai penyebab


kerusakan di antara kamu, yang menyebabkan tergelincirnya kaki sesudah
kukuh tegak, dan kamu merasakan keburukan karena kamu menghalangi
dari jalan Allah; dan bagi kamu azab yang besar. "
712 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VII A y a t 9 4

Ayat ini masih m e r u p a k a n lanjutan dari kecaman ayat 9 2 tetapi dalam


gaya y a n g lebih keras, yakni dengan larangan tegas disertai dengan ancaman
siksa, sambil mengisyaratkan bahwa hal tersebut tidak sejalan dengan fitrah
suci dan nurani manusia. Ayat ini m e n y a t a k a n bahwa: Dan janganlah kamu
m e n e m p u h jalan pengkhianatan dengan memaksakan diri m e l a k u k a n hal
y a n g bertentangan dengan fitrah kesucian k a m u vaitu menjadikan sumpah-
sumpah kamu sebagai penyebab kerusakan di antara kamu, y a k n i alat m e n i p u
y a n g m e n g a k i b a t k a n kerusakan h u b u n g a n antar-kamu, yang menyebabkan
tergelincirnya kaki k a m u sehingga k a m u terjatuh ke jurang yang berbahaya
sesudah kukuh tegak dan m a n t a p n y a posisi k a m u di jalan Allah dan dalam
tuntunan agama dan bersama dengan ketergelinciran itu kamu terus-menerus
akan merasakan keburukan karena dengan melakukan hal tersebut n a m a baik
kamu tercemar dan hilang juga kepercayaan terhadap diri kamu dan itu berarti
kamu menghalangi diri k a m u dan orang lain dari jalan Allah: dan di samping
itu bagi kamu juga di akhirat nanri azab yang besar jika k a m u tidak segera
bertaubat.

Thabathaba i menilai bahwa ayat ini adalah larangan menjadikan sumpah


sebagai alat dan penyebab kerusakan hubungan setelah sebelumnya pada ayat
r
9 1 > ang l a l u a d a l a h l a r a n g a n p e m b a t a l a n s u m p a h semata-mata.
Menjadikannya alat kerusakan hubungan mengandung keburukan tersendiri
y a n g berbeda dengan keburukan pembatalan itu tanpa m e n j a d i k a n n y a alat
k e r u s a k a n h u b u n g a n . F i r m a n - N y a p a d a a y a t 9 1 sedang kamu telah
menjadikan Allah sebagai saksi atas diri kamu mengisyaratkan keburukan
pembatalan sumpah, sedang firman-Nya pada ayat ini: ( U ^ J a * fo3 J ^ s )
fatazilla qadamun ba'da tsubutihalyang menyebabkan tergelincirnya kaki
sesudah kukuh tegak mengisyaratkan keburukan menjadikannya alat perusak
hubungan. Kedua hal ini berbeda walaupun yang satu dapat dinilai pengantar
untuk yang kedua, sebagaimana membatalkan sumpah merupakan
pendahuluan bagi menjadikannya alat perusak hubungan. Seseorang y a n g
m e m b a t a l k a n s u m p a h oleh satu d a n l a i n sebab a k a n t e r b a w a u n t u k
m e m b a t a l k a n sumpah y a n g lain u n t u k k e d u a dan ketiga kalinya. Ini pada
gilirannya akan mengantar dia menjadikan s u m p a h k e m u d i a n pembatalan
sumpah sebagai cara penipuan, khianat yang selanjutnya m e n g a n t a r n y a
K e l o m p o k VII A y a t 9 4 S u r a h a n - N a h l [16] 713

menjadi pelaku makar dan kebohongan, tanpa m e m e d u l i k a n ucapan dan


perbuatannya. Jika ini terjadi, dia akan menjadi semacam k u m a n kebobrokan
masyarakat m a n u s i a di m a n a pun dia berada serta menjerumuskan dia ke
jalan y a n g bertentangan dengan jalan y a n g digariskan oleh fitrah kesucian.
Demikian lebih kurangThabathaba i. Penulis tambahkan bahwa dalam rangka
menghindari keterjerumusan dalam apa y a n g d i n a m a i oleh T h a b a t h a b a i di
atas dengan pengantar atau pendahuluan, a l - Q u r a n mengingatkan agar jangan
bersumpah kecuali bila sangat d i b u t u h k a n . Ketika menafsirkan Q S . al-
Baqarah [ 2 ] : 2 2 4 yang m e n y a t a k a n :

"Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpah kamu sebagai


penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa, dan mengadakan ishldh di
antara manusia", ketika menafsirkan ayat ini penulis antara lain menyatakan
b a h w a a d a juga y a n g m e m a h a m i ayat di atas sebagai l a r a n g a n b a n y a k
bersumpah karena b a n y a k m e n y e b u t n a m a Allah d a l a m sumpah dapat
menghalangi seseorang berbuat kebajikan, bertakwa, dan melakukan ishldh
(perbaikan antara m a n u s i a ) . Ini karena penyebutan nama Allah y a n g b u k a n
pada tempatnya dapat mengantar seseorang terbiasa dengannya sehingga ini
m e n g a n t a r n y a berbuat dosa, b a h k a n m e n j a d i k a n orang t i d a k percaya
kepadanya sehingga langkah-langkahnya untuk melakukan ishldh akan gagal.
Ini karena sumpah adalah alat u n t u k m e n g u k u h k a n ucapan dalam rangka
m e y a k i n k a n orang lain. J i k a seseorang tepercaya, ia tidak perlu menguatkan
u c a p a n n y a dengan sumpah. Tanpa sumpah pun ia dipercaya. Nah, banyak
b e r s u m p a h a d a l a h b u k t i k e k u r a n g p e r c a y a a n , d a n ini p a d a g i l i r a n n y a
menghasilkan halangan m e l a k u k a n kebajikan takwa d a n ishldh.

Sementara beberapa ulama ada yang membandingkan ayat 94 ini dengan


ayat 9 2 dan menilai bahwa ayat 9 4 merupakan pengulangan k a n d u n g a n ayat
9 2 dengan tujuan p e n g u k u h a n . Pendapat ini ditolak oleh b a n y a k ulama.
Pakar tafsir, A b u H a y y a n , berpendapat bahwa ayat 9 2 m e r u p a k a n larangan
y a n g bermotif meraih k e u n t u n g a n karena ada golongan y a n g lebih b a n y a k
dari golongan y a n g lain, sedang ayat 94 ini adalah larangan m u t l a k sehingga
mencakup segala macam penipuan, pelanggaran hak manusia, dan sebagainya.
714 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VII A y a t 9 4

Ayat di atas menggunakan bentuk tunggal dan nakirah (infinitive) untuk


kata ( ) (j a dam Ik aki. I n i - — m e n u r u t p a k a r tafsir d a n s a s t r a a z -
Z a m a k h s y a r i — u n t u k mengisyaratkan bahwa tergelincir satu kaki saja sudah
sedemikian buruk dampak negatifnya, apalagi kalau dua atau sekian banyak
kaki manusia yang tergelincir.
Kata ( IjSjJj ) tadzuqulka?nu rasakan m e m b e r i kesan m e r a s u k n y a
kepedihan sehingga benar-benar terasakan kepahitannva sebagaimana seseorang
vang m e n e g u k m i n u m a n pahit. D e m i k i a n kesan y a n g d i k e m u k a k a n oleh
M u h a m m a d Sayyid T h a n t h a w i . Risa juga ia mengesankan b a h w a siksa
duniawi y a n g disebut di sini barulah siksa p e n d a h u l u a n , seperti halnya
seseorang yang mencicipi sesuatu untuk merasakannya, belum memakannya.
Itu sebabnya ia dilanjutkan dengan menyatakan bahwa dan di samping itu
bagi kamu juga di akhirat nanti azab yang besar.
Firman-Nya: ( *isl J™- ^iJUs>) shadadtum 'an sabiti Allah/menghalangi
dari jalan Allah dipahami oleh Thabathaba i dalam arti berpaling serta enggan
mengikuti sunnah/jalan fitrah yang atas dasarnya Allah menciptakan manusia
d a n y a n g m e r u p a k a n ajakan Rasul saw. yakni m e n e g a k k a n kebenaran,
i s t i q a m a h , m e m e l i h a r a perjanjian d a n s u m p a h , serta m e n g h i n d a r dari
penipuan, khianat, kebohongan, dan lain-lain. Thahir Ibn A s y u r secara singkat
m e n y a t a k a n bahwa y a n g dimaksud d e n g a n - / d ; ; Allah adalah a g a m a Islam.
M a k n a ini pun benar karena a g a m a Islam adalah agama y a n g sejalan dengan
fitrah manusia ( Q S . a r - R u m 130]: 3 0 ) .
Al-Biqa'i jauh, sebelum Thabathaba'i, juga m e m a h a m i sifat-sifat b u r u k
y a n g disebut di atas m e r u p a k a n sifat-sifat y a n g bertentangan dengan fitrah
suci manusia. H a n y a saja, p e m a h a m a n n y a itu tidak dipetiknya dari kata
menghalangi dari jalan Allahtetapi dari kata ( i j j b v ; ) tattakhidzul menjadikan
y a n g asalnya adalah (ijJb^U) ta'khudzu. Patron kata y a n g m e m b u b u h k a n
tambahan h u r u f ' s e p e r t i kata yang digunakan ayat ini mengandung makna
kesungguhan atau semacam pemaksaan atas diri manusia akibat apa yang
d i l a k u k a n n y a itu tidak sejalan dengan pembawaan dasarnya. Pemaksaan itu
di sini lahir karena apa y a n g dilarang ayat ini bertentangan dengan fitrah
(bawaan) manusia. Semua y a n g bertentangan dengan fitrah manusia pastilah
berat dan sulit dilaksanakan—paling tidak sebelum manusia terbiasa dengannya.
K e l o m p o k VII A y a t 9 5 - 9 6 S u r a h a n - N a h l [16] 715

Banyak juga ulama y a n g m e m a h a m i ayat di atas sebagai larangan kepada


k a u m m u s l i m i n u n t u k m e m b a t a l k a n bai'attjanj'i setia y a n g telah mereka
berikan kepada Nabi saw. Dengan d e m i k i a n , menghalangi di jalan Allah
mereka p a h a m i dalam arti menghalangi orang lain m e m e l u k Islam.

AYAT 9 5 - 9 6

"Dan janganlah kamu menukar perjanjian kamu dengan Allah dengan harga
yang sedikit. Sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah itulah yang baik bagi
kamu jika kamu mengetahui. Apa yang di sisi kamu akan lenyap, dan apa
yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami pasti akan memberi
balasan kepada orang-orang yang sabar dengan yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan."

Setelah ayat y a n g lalu berbicara tentang sumpah secara khusus, kini


disusul dengan y a n g bersifat u m u m , y a i t u pengkhianatan dalam berbagai
bentuknya. Ibn 'Asyur m e m a h a m i ayat ini sebagai larangan m e m b a t a l k a n
tekad m e m p e r t a h a n k a n keislaman; apalagi dengan m e m e l u k Islam ketika
itu mereka kehilangan b a n y a k manfaat y a n g dapat mereka raih dari k a u m
m u s y r i k i n . Allah berfirman: Dan janganlah kamu m e m a k s a k a n diri k a m u
menentang fitrah kesucian kamu dengan menukar perjanjian kamu yang telah
k a m u k u k u h k a n dengan n a m a Allah, baik dalam b e n t u k pengakuan k e d u a
kalimat syahadat m a u p u n nilai-nilai ajaran Islam. Yakni menukar nilai-nilai
itu dengan k e n i k m a t a n duniawi y a n g bertentangan dengannya, betapapun
banyak dan mahalnya yang ditawarkan atau yang dapat kamu peroleh dengan
penukaran itu. Apa y a n g k a m u dapat peroleh itu adalah harga yang sedikit
lagi m u r a h dan segera akan p u n a h . Sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah
yakni y a n g d i s e d i a k a n - N y a u n t u k k a m u sebagai i m b a l a n atas keteguhan
memelihara janji dan amanat serta melaksanakan t u n t u n a n - t u n t u n a n - N y a ,
b a i k di d u n i a ini, lebih-lebih di akhirat kelak, itulah yang baik bagi kamu di
dunia ini dan di akhirat nanti. Renungkanlah nasihat ini jika kamu mengetahui,
y a k n i jika k a m u m e m a n g benar-benar orang y a n g m e m i l i k i pengetahuan.
716 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VII A y a t 9 5 - 9 6

Selanjutnya, ayat 9 6 m e n y i n g g u n g sepintas kebaikan apa y a n g berada di


sisi Allah itu. Yakni segala m a c a m k e n i k m a t a n y a n g bersifat d u n i a w i suatu
saat akan lenyap, berakhir, dan apa yang ada di sisi Allah, termasuk ganjaran
kebaikan y a n g k a m u laksanakan demi karena Allah, adalah kekal, yakni kamu
akan menemukan ganjarannya dan tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya
Kami pasti akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dalam
memelihara amanat, melaksanakan t u n t u n a n Allah, dan menjauhi larangan-
N y a dengan pa.hala.yang lebih baik serta berlipat g a n d a dari apa yang telah
mereka kerjakan sambil m e n g a m p u n i dosa-dosa mereka.
Kata ( U J I ) innamdfsesungguhnya apa yang ada ditulis d a l a m mushaf al-
Q u r ' a n dengan m e n y a m b u n g dua kata y a i t u ( 6 t ) inna dan ( U ) md. Kalau
mengikuti kaidah penulisan y a n g baku dewasa ini, dan y a n g sering kali juga
digunakan oleh al-Qur'an, semestinya kedua kata tersebut dipisahkan. Tetapi,
demikianlah y a n g ditemukan di sini. Agaknya, penulisan itu adalah berdasar
pertimbangan pengucapan semata-mata. Perlu dicatat bahwa dalam beberapa
m u s h a f ' U t s m a n i y a n g l a i n ada j u g a y a n g m e n u l i s n y a secara terpisah,
sebagaimana disinggung oleh al-Jamal d a l a m k o m e n t a r n y a terhadap tafsir
al-Jaldlain dengan merujuk kepada pakar qirdat, Ibn al-Jazri.
Kata (Jii\ «UP U ) md 'inda Allah b u k a n d a l a m arti y a n g berada di sisi
Allah di akhirat kelak karena sesungguhnya y a n g berada di sisi A l l a h bukan
h a n y a y a n g di akhirat, tetapi m i l i k - N y a apa y a n g terdapat di d u n i a dan di
akhirat. Atas dasar itu, penggalan ayat ini b e r m a k n a seperti y a n g penulis
k e m u k a k a n di atas.
Firman-Nya: ( dJUM ijilT u ^-^U ) bi ahsani md kdnu ya'malun
diperselisihkan m a k s u d n y a oleh para penafsir. Ibn 'Asyur m e m a h a m i n y a
dalam arti disebabkan amal mereka y a n g mencapai p u n c a k kebaikan y a i t u
berpegang teguh dengan ajaran Islam, kendati harus menderita ujian dan
penyiksaan dari k a u m musyrikin.
A d a j u g a y a n g berpendapat bahwa y a n g dimaksud dengan amal-amal di
sini adalah a m a l - a m a l y a n g bersifat m u b a h y a n g b u k a n wajib d a n bukan
juga sunnah. Mestinya—tulis asy-Sya'rawi yang memilih pendapat ini—amal-
amal yang bersifat mubah tidak mendapat ganjaran, akan tetapi Allah, berdasar
anugerah-Nya, menganugerahkan pula ganjaran atas amal-amal jenis tersebut.
K e l o m p o k VII A y a t 9 7 S u r a h a n - N a h l [16] 717

Banyak ulama y a n g m e m a h a m i n y a dalam arti dengan pahala yang lebih


baik dari amal mereka. Dalam arti, suatu amal bisa ditampilkan dalam bentuk
baik sehingga mendapat pahala y a n g baik, dan bisa j u g a dalam bentuk yang
terbaik sehingga mendapat pahala y a n g terbaik. M e r e k a y a n g dibicarakan
oleh ayat ini memeroleh ganjaran yang terbaik—walaupun amalnya itu sendiri
hanya baik sehingga seharusnya ia hanya mendapat ganjaran baik. Peningkatan
ganjaran dari tingkat baik menjadi lebih baik itu disebabkan ada nilai tambah
pada diri mereka y a i t u kesabaran dalam melakukan amal-amal tersebut.
M e m a n g , seorang kaya akan bersedekah dengan mudah dibandingkan dengan
y a n g miskin. Si miskin m e n g h a d a p i kesulitan dan harus bersabar. Nah, di
sini ia mendapat ganjaran y a n g lebih baik daripada y a n g kaya itu. A g a k n y a ,
pendapat inilah yang paling tepat mengingat adanya sifat sabar yang disebut
di sini sebagai menyertai pelaku-pelaku itu. Tentu saja, melakukan amal-
amal y a n g bersifat m u b a h tidak membutuhkan kesabaran dalam
pelaksanaanya.

AYAT 97

"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan,
sedang dia adalah mukmin, maka sesungguhnya pasti akan Karni berikan
kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. "

Setelah ayat-ayat lalu m e n y a m p a i k a n ancaman bagi yang durhaka dan


janji bagi y a n g taat, ayat ini m e n a m p i l k a n prinsip y a n g menjadi dasar bagi
pelaksanaan janji dan ancaman itu. Prinsip tersebut berdasar keadilan, tanpa
m e m b e d a k a n seseorang dengan y a n g lain kecuali atas dasar pengabdiannya.
Prinsip itu adalah: barang siapa yang mengerjakan arnalsaleh, apa pun jenis
k e l a m i n n y a , baik laki-laki maupun perempuan, sedang dia adalah mukmin,
y a k n i amal y a n g d i l a k u k a n n y a lahir atas dorongan k e i m a n a n y a n g sahih,
maka sesungguhnya pasti akan Kami berikan kepadanya masing-masing
718 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VII A y a t 97

kehidupan yang baik di dunia ini dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka semua di d u n i a dan di akhirat dengan pahala yang lebih baik
dan berlipat ganda dari apayang telah mereka kerjakan.
Kata ( ) shdlih/saleh dipahami dalam arti baik, serasi, atau bermanfaat
dan tidak rusak. Seseorang dinilai beramal saleh apabila ia dapat memelihara
nilai-nilai sesuatu sehingga kondisinya tetap tidak berubah sebagaimana adanya
dan, dengan demikian, sesuatu itu tetap berfungsi dengan baik dan bermanfaat.
Dicakup j u g a oleh kata beramal saleh u p a y a seseorang m e n e m u k a n sesuatu
y a n g hilang atau b e r k u r a n g n i l a i n y a , t i d a k atau k u r a n g berfungsi dan
bermanfaat, lalu melakukan aktivitas (perbaikan) sehingga yang kurang atau
hilang itu dapat m e n y a t u kembali dengan sesuatu itu. Yang lebih baik dari
itu adalah siapa yang menemukan sesuatu yang telah bermanfaat dan berfungsi
dengan baik, lalu ia melakukan aktivitas y a n g melahirkan nilai tambah bagi
sesuatu itu sehingga kualitas dan manfaatnya lebih tinggi dari semula.

A l - Q u r ' a n tidak menjelaskan tolok u k u r pemenuhan nilai-nilai atau


kemanfaatan dan ketidakrusakan itu. Para u l a m a pun berbeda pendapat.
Syaikh M u h a m m a d 'Abduh, misalnya, mendefinisikan amal saleh sebagai,
"Segala perbuatan y a n g berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan
manusia secara keseluruhan."
Az-Zamakhsyari, seorang ahli tafsir yang beraliran rasional sebelum
'Abduh, berpendapat bahwa amal saleh adalah, "Segala perbuatan yang sesuai
dengan dalil akal, al-Qur'an, dan atau sunnah Nabi M u h a m m a d saw."
A l - Q u r ' a n , walau tidak menjelaskan secara tegas apa y a n g d i m a k s u d
dengan amal saleh, apabila ditelusuri contoh-contoh y a n g dikemuka-kannya
tentang alfasdd(kerusakan) yang merupakan antonim dari kesalehan, paling
tidak kita dapat m e n e m u k a n contoh-contoh amal saleh.
Kegiatan yang dinilai al-Qur'an sebagai perusakan antara lain adalah: a)
perusakan tumbuhan, generasi manusia, dan keharmonisan lingkungan, seperti
yang diisyaratkan oleh Q S . ai-Baqarah [ 2 ] : 2 0 5 , b) keengganan m e n e r i m a
kebenaran ( Q S . Ali 'Imran [ 3 ] : 6 3 ) , c) perampokan, p e m b u n u h a n , dan
gangguan k e a m a n a n ( Q S . a l - M a idah [ 5 ] : 3 2 ) , d) pengurangan takaran,
t i m b a n g a n , dan h a k - h a k manusia (QS. ahA'raf [ 7 ] : 8 5 ) , e) memecah belah
kesatuan ( Q S . al-Anfal [ 8 ] : 7 3 ) , f) foya-foya dan bermewah-mewah (QS.
K e l o m p o k VII A y a t 9 7 S u r a h a n - N a h l [16] 719

H u d [1 l j : 1 1 6 ) , g) pemborosan (QS. asy-Syu'ara' [ 2 6 ] : 1 5 2 ) , h) makar dan


penipuan (QS. al-Naml [ 2 7 ] : 4 9 ) , i) pengorbanan nilai-nilai agama (QS.
Ghafir [ 4 0 ] : 2 6 ) , j) kesewenang-wenangan (QS. al-Fajr [ 8 9 ] : 1 1 - 1 2 ) , dan
lain-lain.
Usaha u n t u k menghindari dan mencegah hal-hal di atas merupakan
bagian dari amal saleh. S e m a k i n besar usaha tersebut, semakin tinggi nilai
kualitas hidup manusia. D e m i k i a n pula sebaliknya. Tentu saja, y a n g disebut
di atas adalah sekadar contoh-contoh. S u n g g u h sangat luas lapangan amal
saleh y a n g terbentang di persada b u m i ini.
Firman-Nya: ( j^j-o ) wa huwa muhi ini sedang dia adalah mukmin
menggarisbawahi syarat mutlak bagi penilaian kesalehan amal. Keterkaitan
amal saleh dan iman menjadikan pelaku amal saleh melakukan kegiatannya
tanpa mengandalkan imbalan segera serta m e m b e k a l i n y a dengan semangat
berkorban dan upaya beramal sebaik m u n g k i n .
Setiap amal vang tidak dibarengi dengan iman, d a m p a k n y a hanya
sementara. Dalam kehidupan dunia ini, terdapat hal-hal yang kelihatan sangat
kecil, balikan boleh jadi tidak terlihat oleh pandangan, tetapi justru merupakan
unsur asasi bagi sesuatu. Setetes racun y a n g diletakkan di gelas y a n g penuh
air tidaklah mengubah kadar dan warna cairan di gelas itu, tetapi pengaruhnya
sangat fatal. Kekufuran/ketiadaan iman y a n g bersemai di hati orang-orang
kafir, bahkan yang mengaku muslim sekalipun, merupakan nilai yang merusak
susu sebelanga atau racun yang m e m a t i k a n . Karena itulah sehingga berkali-
kali al-Qur'an memperingatkan pentingnya iman menyertai amal karena tanpa
iman kepada Allah swt. amal-amal ini akan menjadi sia-sia belaka. Allah
menegaskan bahwa:

"Dan Kami hadapi segila amal (baik) yang mereka kerjakan lalu Kami jadikan
amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan" (QS. al-Furqan [ 2 5 ] : 2 3 ) .
Kata ( l&) thayyibah telah dijelaskan m a k n a n y a pada penafsiran ayat
32 surah ini. Kehidupan y a n g baik di sini mengisyaratkan bahwa y a n g
bersangkutan memeroleh kehidupan y a n g berbeda dengan kehidupan orang
kebanyakan. Yang perlu digarisbawahi di sini adalah ( i& 2 U»- ) haydtan
720 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VII A y a t 9 7

thayyibatanlkehidupan yang baik itu b u k a n berarti kehidupan m e w a h y a n g


luput dari ujian, tetapi ia adalah kehidupan y a n g diliputi oleh rasa lega,
kerelaan, serta kesabaran dalam menerima cobaan dan rasa syukur atas nikmat
Allah. Dengan d e m i k i a n , y a n g bersangkutan tidak merasakan takut y a n g
mencekam, atau kesedihan yang melampaui batas, karena dia selalu menyadari
bahwa pilihan Allah swt. adalah y a n g terbaik, dan di balik segala sesuatu ada
ganjaran yang menanti. Seorang y a n g durhaka, walau kaya, dia tidak pernah
merasa puas, selalu ingin menambah sehingga selalu merasa miskin, dan selalu
d i l i p u t i oleh k e g e l i s a h a n , rasa t a k u t t e n t a n g m a s a d e p a n , d a n d a r i
l i n g k u n g a n n y a . Dari sini, dia tidak menikmati kehidupan yang baik. M a s i h
ada sekian pendapat lain tentang m a k n a kehidupan yang baik dimaksud.
M i s a l n y a , kehidupan di surga kelak, atau di alam Barzah, atau kehidupan
yang diwarnai oleh qanaah (rasa puas dengan perolehan), atau rezeki yang
halal. H e m a t p e n u l i s , m a k n a - m a k n a tersebut m e r u p a k a n b a g i a n dari
kehidupan yang baik itu. Siapa yang memeroleh kehidupan yang baik, seperti
pendapat pertama y a n g penulis sadur di atas, nicaya dia akan memeroleh
semua apa y a n g disebut itu.

Ayat ini merupakan salah satu ayat y a n g menekankan persamaan antara


pria dan wanita. Sebenarnya, kata manlsiapa y a n g terdapat pada awal ayat ini
sudah dapat menunjuk kedua jenis k e l a m i n — l e l a k i dan perempuan—tetapi
guna penekanan dimaksud, sengaja ayat ini menyebut secara tegas kalimat
baik laki-laki maupun perempuan. Ayat ini j u g a m e n u n j u k k a n betapa k a u m
perempuan p u n d i t u n t u t agar terlibat d a l a m k e g i a t a n - k e g i a t a n y a n g
bermanfaat, baik u n t u k diri dan keluarganya maupun untuk masyarakat dan
bangsanya, bahkan kemanusiaan seluruhnya.
KELOMPOK 8

AYAT 98-105
722 S u r a h a n - N a h l [16]

tlliJ^-Li %J^\^j>\ ^ ^ y y ^ j^j> \ jju«j O J a J j


K e l o m p o k VIII A y a t 9 8 S u r a h a n - N a h i [16] 723

AYAT 9 8

"Maka apabila engkau membaca al-Quran, maka bertaawwudzlah kepada


Allah dari setan yang terkutuk. "

Ayat-ayat kelompok ini berbicara tentang aI-Qur'an, tuduhan k a u m


musyrikin, dan bantahan terhadap ucapan-ucapan mereka tentang kitab suci
ini. M e m a n g , sepintas tidak terlihat ada h u b u n g a n antara uraian ayat ini dan
ayat y a n g lalu. Beberapa pendapat d i k e m u k a k a n oleh para pakar. Antara lain
a l - B i q a ' i , Ibn 'Asyur, d a n S a y y i d Q u t h u b , y a n g p a d a k e s i m p u l a n n y a
m e n y a t a k a n bahwa ayat-ayat y a n g lalu m e n g u r a i k a n sekian banyak prinsip
dan t u n t u n a n y a n g antara lain m e m b u k t i k a n b a h w a al-Qur'an benar-benar
m e r u p a k a n penjelasan yang sangat sempurna, sebagaimana ditegaskan oleh
ayat 8 9 surah ini. Uraian-uraian itu diakhiri dengan anjuran u n t u k beramal
saleh y a n g dapat ditemukan sekian perinciannya dalam al-Qur'an. M a k a , di
sini diperintahkan u n t u k membaca dan mempelajarinya. Tetapi, karena setan
selalu menghalangi m a n u s i a dari jalan kebajikan, termasuk membaca dan
mempelajari al-Qur'an, ayat ini memerintahkan kepada Nabi M u h a m m a d
s a w . — d a n t e n t u l e b i h - l e b i h lagi u m a t n y a — a g a r m e m b a c a n y a sambil
m e m o h o n perlindungan Allah dari godaan setan.

A y a t ini seakan-akan m e n y a t a k a n d e m i k i a n l a h al-Qur"an memberi


bimbingan menuju kebenaran. M e m a n g , setan selalu berusaha menjauhkan
,
m a n u s i a dari t u n t u n a n a l - Q u r a n , maka j i k a d e m i k i a n apabila engkau
membaca al-Qur'an, maka bertaawwudzlah, yakni memohonlah dengan tulus
perlindungan, kepada Allah dengan berkata: "A udzu billahi min asy-syaithdn
ar~rajim", baik dengan suara n y a r i n g m a u p u n berbisik, kiranya engkau
dihindarkan dari rayuan dan bisikan setan yang terkutuk, yakni yang dijauhkan
dari rahmat Allah.
Kata ( J ^ . i j ) fasta'idz terambil dari kata ( jjjjl) ah'audzyang berarti
menuju ke sesuatu untuk menghindar dari ketakutan atau gangguan, baik
y a n g dituju itu m a k h l u k h i d u p , seperti manusia, atau benda tak bernyawa,
seperti benteng atau g u n u n g , l e b i h - l e b i h k e p a d a aI-Kha.Iiq A l l a h swt.
724 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VIII A y a t 9 8

M a k n a n y a k e m u d i a n berkembang sehingga kata tersebut dipahami dalam


arti permohonan perlindungan. Kata ini, dalam berbagai bentuknya, terulang
di dalam al-Qur'an sebanyak tujuh belas kali. Enam belas di antaranya tertuju
kepada Allah swt., dan sekali—yang dikemukakan dalam konteks kecaman-—
merupakan permohonan sekelompok manusia kepada jin (baca Q S . al-Jinn
[72]: 6).
Kata ( o l j s ) qara'ta berbentuk kata kerja masa l a m p a u , y a k n i telah
membaca. Atas dasar itu, sementara beberapa u l a m a menilai bahwa ayat ini
m e m e r i n t a h k a n m e m o h o n perlindungan Allah dari gangguan setan begitu
selesai m e m b a c a al-Qur'an. Asy-Sya'rawi, y a n g tidak menolak pengertian
i n i — w a l a u m e m i l i h pendapat l a i n — m e n u l i s bahwa perintah berta'awwudz
itu disebabkan, setelah Anda m e m b a c a al-Qur'an, A n d a memeroleh bekal
i m a n dan limpahan cahaya Ilahi serta ada j u g a sopan santun dan h u k u m -
h u k u m yang d i m i n t a dari A n d a u n t u k A n d a laksanakan. Nah, karena itu,
A n d a h e n d a k n y a m e m o h o n perlindungan Allah dari godaan setan, jangan
sampai ia merusak bekal dan limpahan cahaya Ilahi yang A n d a peroleh itu
atau memalingkan Anda dari pelaksanaan tuntunan sopan santun dan hukum-
h u k u m itu. Demikian asy-Sya'rawi. Dapat juga ditambahkan bahwa
p e r m o h o n a n perlindungan setelah membaca itu termasuk j u g a m e m o h o n
agar ibadah m e m b a c a al-Qur'an itu tidak disusupi oleh riya dan keinginan
mendapat pujian orang.

Kebanyakan ulama m e m a h a m i kata ( oi^fl) qardta d a l a m arti sedang


akan membaca. M e m a n g , tidak sedikit kata y a n g berbentuk masa lampau
yang digunakan al-Qur'an dengan m a k n a beberapa saat sebelumnya. Sebagai
contoh firman-Nya:

"Apabila kamu telah bangkit untuk shalat, maka basuhlah wajahmu" (QS.
a l - M a idah [ 5 ] : 6 ) . Ayat y a n g m e m e r i n t a h k a n berwudhu ini m e n g g u n a k a n
juga bentuk kata kerja masa lampau, tetapi tentu saja—sebagaimana disepakati
oleh seluruh u l a m a — b a h w a kewajiban berwudhu b u k a n n y a setelah selesai
shalat, tetapi sebelumnya dan, dengan d e m i k i a n , kata telah bangkit untuk
shalatyzng d i m a k s u d adalah akan melaksanakan shalat.
K e l o m p o k VIII A y a t 9 8 S u r a h a n - N a h l [16] 725

Perintah m e m o h o n perlindungan Allah sebelum m e m b a c a al-Qur'an


karena al-Qur'an adalah bacaan sempurna y a n g jauh berbeda dengan semua
bacaan yang lain. l a adalah firman-firman Allah Yang M a h a s u c i sehingga
firman-Nya pun M a h a s u c i . A n d a d i m i n t a agar m e n y u c i k a n diri lahir d a n
batin ketika akan membacanya. Cara menyucikan diri secara lahiriah adalah
dengan menyingkirkan hadats besar dan kecil, yakni berwudhu. Sedang, cara
menyucikan jiwa adalah dengan menyingldrkan penyebab kekotorannya yaitu
setan. Nah, y a n g ini d i t e m p u h dengan m e m o h o n perlindungan Allah. Di
sisi lain, ketika membaca al-Qur'an, A n d a d i t u n t u t u n t u k menghadirkan
m a k n a kesucian itu dalam benak Anda, sekaligus menghadirkan keagungan
Rasul saw. y a n g m e n e r i m a dan m e n y a m p a i k a n n y a kepada u m a t manusia.
Al-Qur'an juga mengandung tuntunan yang harus dipahami dan dilaksanakan,
dan i t u m e m e r l u k a n ketenangan dan keterhmdaran dari gangguan, sedang
dalam saat y a n g sama setan selalu berusaha memali ngkan manusia dari Allah
dan Rasul-Nya serta pemahaman dan pelaksanaan tuntunan-tuntunan-Nya.
M e n y a d a r i hal itu semua, sangat wajar j i k a sebelum m e m b a c a al-Qur'an
Anda m e m o h o n perlindungan Allah dari godaan dan rayuan setan.
Thabathaba'i m e m a h a m i perintah bertaawwudz di atas adalah selama
membaca a!-Qur'an. Ayat ini, menurutnya, bermaksud menyatakan 'Apabila
engkau membaca al-Qur'an, mohonlah kepada Allah selama engkau
m e m b a c a n y a k i r a n y a Allah m e l i n d u n g i m u dari penyesatan setan y a n g
terkutuk. Dengan d e m i k i a n , p e r m o h o n a n perlindungan itu adalah dalam
diri pembaca selama dia mambaca. Dia diperintah untuk mewujudkan dalam
dirinya permohonan itu selama d i a membaca. Adapun ucapan pembaca:
A'iidzu hitlah min asy-syaithdn ar-rajim atau redaksi y a n g semacamnya, itu
hanya sebab untuk mewujudkan makna permohonan perlindungan itu dalam
jiwa. B u k a n itu yang d i m a k s u d karena Allah di sini berfirman, " M o h o n l a h
perlindungan Allah," b u k a n n y a berfirman, "Katakanlah A'udzu bitldh."
Demikian tulis Thabathaba'i.
Pendapat di atas juga dapat dibenarkan. Firman Allah:
726 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VIII A y a t 9 9 - 1 0 0

"Sempurnakanlah takaran apabila kamu telah menakar ( Q S . al-Isra' [ 1 7 ] :


35) j u g a m e n g g u n a k a n kata kerja masa l a m p a u pada kata telah menakar dan
tentu saja perintah tersebut di samping perintah menyempurnakan alat penakar
juga apa y a n g ditakar, dan p e n y e m p u r n a a n apa y a n g ditakar itu tentu saja
bukan setelah selesainya menakar, tetapi pada saat melakukan takaran.
Kalau asy-Sya'rawi dan sekian u l a m a m e m b e n a r k a n p e m a h a m a n kata
qara'ta d a l a m a r t i akan dan sesudah membaca, tidak ada salahnya
m e m a h a m i n y a pula seperti p e m a h a m a n T h a b a t h a b a ' i ini. Dan, dengan
demikian, kita dapat berkata bahwa pembaca al-Qur'an hendaknya memohon
p e r l i n d u n g a n Allah sebelum m e m b a c a n y a dan terus-menerus berupaya
m e m p e r t a h a n k a n permohonan itu saat m e m b a c a n y a dan ketika selesai pun
permohonan perlindungan dari setan juga masih dilanjutkan. Itu semua dapat
dilaksanakan, sekali dengan m e n g u c a p k a n k a l i m a t - k a l i m a t tertentu dan di
kali lain dengan terus menciptakan kondisi kejiwaan y a n g m e n g h a l a n g i
kehadiran setan.

Perintah berta awwudz di atas, menutut mayoritas ulama, adalah anjuran


dan b u k a n perintah wajib. Ada juga y a n g m e m a h a m i n y a sebagai kewajiban,
paling tidak sekali seumur h i d u p , atau ketika m e m b a c a n y a dalam shalat.
atau kewajiban d i m a k s u d h a n y a tertuju k e p a d a Nabi M u h a m m a d saw.
Pendapat-pendapat tersebut tidak m e m p u n y a i pijakan. Di sisi lain, ucapan
ta awwudz yang diperintahkan di sini tidak mutlak harus seperti yang populer
"A'udzu billahi min asy-syaithdn ar-rajim", tetapi k a l i m a t apa pun vang
mengandung permohonan perlindungan. Kendati demikian, yang sebaiknya
adalah seperu yang populer itu, apalagi redaksinya sejalan dengan bunyi ayat
ini. Dan ada j u g a riwayar y a n g m e n y a t a k a n bahwa d e m i k i a n itulah tedaksi
y a n g diucapkan Nabi saw.

AYAT 9 9 - 1 0 0

"Sesungguhnya ia tidak memiliki kekuasaan atas orang-orang yang beriman


dan bertawakal kepada Tuhan mereka. Kekuasaannya hanyalah atas orang-
K e l o m p o k VIII A y a t 9 9 - 1 0 0 S u r a h a n - N a h l [16] 727

orang yang menjadikannya pemimpin dan orang-orang yang disebabkan olehnya


adalah mereka para musyrikin. "

Ayat ini menjelaskan mengapa harus memohon perlindungan Allah dari


godaan setan. Seakan-akan ayat ini menyatakan j a n g a n khawatirkan godaan
setan selama e n g k a u berlindung dan berserah diri kepada Allah. J i k a k a m u
telah melakukan hal itu dengan penuh keikhlasan, Allah akan menjaga diri mu
dari setan dan godaannya karena sesungguhnya ia tidak memiliki kekuasaan,
yakni pengaruh negatif, atas onmg-orangyang beriman dan bertawakal kepada
Tuhan Pemelihara dan Pembimbing mereka sehingga, betapapun upaya yang
ia l a k u k a n t e r h a d a p m e r e k a , setan t e r k u t u k itu t i d a k akan berhasil.
Kekuasaannya berbisik, m e r a y u , dan berhasil m e m e n g a r u h i hanyalah atas
orang-orang yang menjadikannya pemimpin dengan kesediaan nya mendekat
kepadanya, mendengar, dan m e m p e r t u r u t k a n bisikan setan dan y a n g juga
berhasil dirayu setan adalah orang-orang yang disebabkan olehnya, yakni oleh
setan itu teperdaya, y a k n i adalah mereka para musyrikin.

Kata ( OtfaU) sulihdn terambil dari kata ( JaL^Jl) as-salitb y a n g berarti


minyak yang digunakan untuk menyalakan lampu semprong. M i n y a k itulah
y a n g m e m b a s a h i tali y a n g u j u n g n y a m e n y a l a s e h i n g g a l a m p u mampu
menyala. Keterangan atau bukti yang menjelaskan sesuatu dengan terang dan
m a m p u m e y a k i n k a n pihak lain d i n a m a i sulthan. K e m a m p u a n boleh jadi
atas dasar keterangan y a n g m e y a k i n k a n sehingga diterima dengan hati puas,
baik keterangan itu benar a d a n y a m a u p u n berupa penipuan. K e m a m p u a n
juga dapat diperoleh atas dasar kekuatan dan kekuasaan yang memaksa. Setan
m e m i l i k i k e m a m p u a n u n t u k m e m a p a r k a n aneka cara dan keterangan yang
berpontensi m e m p e r d a y a manusia. N a m u n , k e m a m p u a n n y a h a n y a dapat
berpengaruh kepada orang-orang yang lemah i m a n atau tidak beriman sama
sekali. K e m a m p u a n setan dapat diibaratkan seperti k u m a n penyakit y a n g
h a n y a dapat b e r d a m p a k b u r u k t e r h a d a p m e r e k a y a n g tidak m e m i l i k i
kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh diperoleh melalui pemeliharaan kesehatan
dan imunisasi, sedang kekebalan ruhani diperoleh dengan iman dan berserah
diri kepada Allah swt. Karena itu, k e m a m p u a n setan merayu tidak akan
berdampak buruk bagi yang memiliki iman dan tawakal. Ia hanya berdampak
728 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VIII A y a t 9 9 - 1 0 0

b u r u k atas orang-orang y a n g lemah ruhaninya, y a n g tidak m e m i l i k i atau


rapuh i m a n n y a .
D e n g a n m e n g i n g a t A l l a h swt. d a n m e m o h o n perhndungan-Nya,
m a n u s i a akan terhindar dari gangguan setan. Salah satu sifat setan adalah
khannas seperti terbaca d a l a m Q S . an-Nas [ 1 1 4 ] : 4. Sifat ini dari satu sisi
m e n g a n d u n g m a k n a ketersembunyian sampai ia mendapat kesempatan untuk
membisikkan rayuan dan melancarkan serangannya, dan di sisi lain memberi
kesan kelemahannya di hadapan hamba Allah yang siaga menghadapi tipu
daya serta menutup pintu-pintu masuk setan ke dalam dadanya. Setan akan
m e l e m p e m dan m u n d u r serta m e n g h i l a n g bila dihadapi dengan zikir dan
permohonan perlindungan kepada Allah swt., sebagaimana sabda Rasul saw.:
" S e s u n g g u h n y a setan bercokol di hati putra-putri A d a m . Apabila ia lengah,
setan berbisik; dan apabila ia berzikir, setan m u n d u r menjauh" (HR. Bukhari
melalui Ibn 'Abbas ra.).

Dari ayat ini dapat juga dipahami bahwa permohonan perlindungan yang
diperintahkan sebelum ini m e n g a n d u n g m a k n a p e m a n t a p a n i m a n dan
penyerahan diri kepada-Nya, kalau enggan berkata b a h w a p e r m o h o n a n
tersebut identik dengan i m a n dan tawakal. Di sisi lain, dapat dicatat bahwa
iman dan tawakal, dalam pengertiannya yang sebenarnya, merupakan hakikat
pengabdian kepada/Allah swt. B u k a n k a h Allah berfirman m e n y a m p a i k a n
keputusan-Nya kepada setan bahwa

"Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap


mereka; kecuali orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang sesat"
(QS. al-Hijr [15]: 4 2 ) . H a m b a - h a m b a - N y a dimaksud itu dilukiskan sifatnya
oleh ayat ini dengan orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan
mereka.
Kata ( d j ) bihipada firman-Nya: ( d)jTy^o <u jiJA\j ) wa alladzina hum
bihi musyrikun ada yang m e m a h a m i n y a dalam arti disebabkan olehnya, yakni
oleh setan. Dengan demikian, penggalan ayat ini menyatakan bahwa kekuasaan
setan h a n y a dapat m e n y e n t u h orang-orang y a n g menjadikannya p e m i m p i n
y a n g disebabkan oleh rayuan setan sehingga mereka menjadi orang-orang
K e l o m p o k VIII A y a t 1 0 1 - 1 0 2 S u r a h a n - N a h l [16] 729

musyrik. Ini memberi kesan b a h w a , w a l a u p a d a m u l a n y a setan h a n y a


m e n g g o d a dan m e r a y u n y a m e n y a n g k u t k e d u r h a k a a n kecil, r a y u a n itu
meningkat dan meningkat sehingga pada akhirnya yang digoda menjadi orang-
orang y a n g benar telah menjadi musyrik, y a k n i m e n d a r a h d a g i n g sifat
kemusyrikan dalam jiwa dan kelakuannya
A d a j u g a ulama y a n g m e m a h a m i kata bihi dalam arti terhadap-Nya
sehingga ayat ini melukiskan dua kelompok yang dapat diperdaya oleh setan.
Pertama, orang-orang y a n g m e n j a d i k a n n y a p e m i m p i n , dan kedua, orang-
orang yang terhadap Allah bersikap musyrik. Kelompok yang pertama belum
mencapai tingkat kemusyrikan. Dia bisa saja kaum muslimin yang mengesakan
Allah, tetapi teperdaya oleh setan karena ia tidak memiliki kekebalan ruhani.
Kata ((*-*) humlmercka, setelah sebelumnya telah ada kata alladzina/
orang-orang, berfungsi m e n e k a n k a n k e m a n t a p a n k e m u s y r i k a n m e r e k a
sekaligus mengisyaratkan betapa kuat pengaruh setan dalam kalbu orang-
orang m u s y r i k itu.

AYAT 1 0 1 - 1 0 2

Dan apabila Kami mengganti suatu ayat di tempat ayat—padahal Allah lebih
mengetahui apa yang diturunkan-Nya-—mereka berkata: "Sesungguhnya
engkau adalahpengada-ada. "Bahkan kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Katakanlah: "Yang telah menurunkannya adalah Ruhul Qudus dari Tuhanmu
dengan haq untuk meneguhkan orang-orang yang telah beriman dan menjadi
petunjuk serta kabar gembira bagi para muslimin. "

Uraian tentang siapa y a n g diperdaya setan dan tentang kemantapan


rayuannya terhadap k a u m musyrikin, sekaligus uraian tentang al-Qur'an yang
kesemuanya menjadi pokok uraian ayat-ayat y a n g lalu, m e n g a n d u n g uraian
tentang tanggapan k a u m musyrikin terhadap al-Qur'an. Apalagi terdapat
tuntunan Allah, baik melalui al-Qur'an m a u p u n sunnah, y a n g diubah atau
berbeda dengan tuntunan sebelumnya akibat perkembangan masyarakat dan
demi kemaslahatannya. Ayat ini menguraikan hal itu dengan menyatakan
730 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VIII A y a t 1 0 1 - 1 0 2

b a h w a dan apabila Kami mengganti suatu ayat al-Qur'an di tempat ayat


y a n g l a i n — p a d a h a l Allah yang pengetahuan-Nya Mahaluas lebih mengetahui
dari siapa pun tentang apa yang diturunkan-Nya, antara lain m e n y a n g k u t
kapan dan apa yang diganti dan menggantikan serta apa yang merupakan
kemaslahatan masyarakat. Apabila terjadi y a n g d e m i k i a n , sebagian mereka
y a n g tidak m e n g e t a h u i itu berkata: "Sesungguhnya engkau, w a h a i Nabi
M u h a m m a d , b e r b o h o n g d a l a m p e n g a k u a n m u b a h w a p e r g a n t i a n itu
bersumber dari Allah, bahkan e n g k a u banyak sekali berbohong sehingga
engkau sebenarnya adalahpengada-ada, y a k n i pembohong."

Ucapan k a u m m u s y r i k i n itu disanggah bahwa sama sekali salah dan


kedurhakaan ucapan itu, bahkan kebanyakan mereka y a n g bersinambung
kekufuran dan ucapannya y a n g semacam itu tidak mengetahui. Katakanlah,
wahai Nabi M u h a m m a d , kepada mereka itu bahwa: "Aku bukannya pengada-
ada, bukan juga atas kehendakku ayat ini dan itu digantikan, tetapi itu semua
adalah kehendak Allah dan yang telah menurunkannya, yakni membawa turun
al-Qur'an dan pergantian itu secara berangsur, adalah Ruhul Qudus, yakni
malaikat Jibril as."

Selanjutnya, ayat ini m e n e k a n k a n bahwa al-Qur'an bukan bersumber


dari malaikat suci itu, bukan juga dari manusia, tetapi ia bersumber dari
Tuhan Pemelihara dan Pembimbingmw, w a h a i Nabi M u h a m m a d . Dia
m e n u r u n k a n n y a dengan haq, y a k n i dalam keadaan dan disertai dengan
kebenaran dan berisikan kebenaran serta dengan tujuan yang benar yaitu untuk
meneguhkan hati dan pikiran orang-orang yang telah beriman dan menjadi
petunjuk yang sangat jelas menuju jalan kebahagiaan serta kabar gembira bagi
para muslimin, y a k n i orang-orang y a n g berserah diri kepada Allah.

Kata ( AJT ) ayah pada ayat 101 di atas d i p a h a m i oleh beberapa ulama
dalam arti mukjizat sehingga ayat tersebut, menurut mereka, berbicara tentang
pergantian mukjizat atau bukti-bukti kebenaran yang dipaparkan oleh Nabi
M u h a m m a d saw. Pendapat ini mereka k e m u k a k a n dalam rangka menolak
p a n d a n g a n ulama lain y a n g m e n y a t a k a n b a h w a ada ayat al-Qur'an y a n g
dibatalkan ketentuan h u k u m n y a dan digantikan oleh ayat y a n g lain, atau
y a n g diistilahkan dalam i l m u - i l m u a l - Q u r ' a n dengan naskh d a l a m arti
K e l o m p o k VIII A y a t 1 0 1 - 1 0 2 S u r a h a n - N a h l [16] 731

p e m b a t a l a n h u k u m syariat d e n g a n h a d i r n y a h u k u m y a n g baru y a n g
bertentangan dengan h u k u m y a n g turun sebelumnya.
H e m a t penulis, m e m a h a m i kata ( a j ) ayah p a d a penggalan awal ayat di
atas dengan mukjizat dihadang oleh sekian banyak hal yang ditemukan dalam
rangkaian redaksi ayat itu sendiri. Dari segi konteks, jelas bahwa firman-Nya
di atas berkaitan d e n g a n firman A l l a h pada ayat-ayat s e b e l u m y a y a n g
berbicara tentang al-Qur'an sehingga sangat wajar jika kata ayah di sini
dipahami sebagai ayat al-Qur'an. Di sisi lain—menurut ayat ini—pergantian
itu m e n g u n d a n g t u d u h a n k a u m musyrikin bahwa Nabi M u h a m m a d saw.
pembohong. Seandainya y a n g dimaksud dengannya adalah mukjizat, tentu
penilaian itu tidak sejalan dengan tuduhan karena pergantian suatu mukjizat
dengan mukjizat yang lain justru m e n g u k u h k a n kebenaran Nabi saw. Di
samping itu, kata diturunkan dan menurunkannya demikian juga istilah
Ruhul Qudus, y a k n i malaikat Jibril as., kesemuanya mengisyaratkan uraian
ayat berkaitan dengan turunnya al-Quran karena kita tidak m e n e m u k a n
pernyataan al-Qur'an yang menyatakan bahwa malaikat Jibril as. membawa
turun mukjizat. Justru malaikat itulah yang dinyatakan oleh al-Qur'an secara
tegas sebagai yang m e m b a w a turun ayat-ayat a l - Q u f a n . (Baca antara lain
Q S . asy-Syu'ara [ 2 6 ] : 193). Ini belum lagi dengan ayat 103 yang akan datang
y a n g secara tegas m e n u n j u k ke bahasa a l - Q u r ' a n , y a k n i bahasa A r a b .
Seandainya y a n g dimaksud dengan ayah adalah mukjizat, tentu ia tidak wajar
dinamai berbahasa Arab.

N a m u n d e m i k i a n , penulis tidak menilai ayat ini dapat dijadikan dasar


untuk menyatakan bahwa ada ayat-ayat al-Qur'an yang dibatalkan hukumnya
sehingga tidak berlaku lagi. H a l ini karena pernyataan tentang a d a n y a
pembatalan h u k u m baru ditempuh jika terbukti ada ayat-ayat al-Qur'an yang
saling bertentangan, diketahui juga m a n a h u k u m y a n g turun mendahului
yang lain dan terbukti pula tidak dapat d i k o m p r o m i k a n . Di sisi lain, pada
masa t u r u n n y a surah ini dalam periode M e k k a h , belum banyak—-kalau
enggan berkata b e l u m a d a — a y a t - a y a t h u k u m y a n g d i b a t a l k a n k a r e n a
perkembangan masyarakat Islam belum sepesat keadaannya setelah Nabi
berhijrah di M a d i n a h . Dapat juga ditambahkan bahwa pernyataan beberapa
ulama tentang adanya ayat-ayat y a n g bertentangan satu dengan lainnya, dari
732 S u r a h a n - N a h l [16] Kelompok VIII A y a t 101-102

masa ke masa, semakin berkurang. Bahkan, kini telah timbul pemikiran dan
penafsiran baru yang m a m p u mengompromikan semua ayat-ayat yang semula
diduga bertentangan oleh ulama terdahulu.
M e m a n g , ada a y a t - a y a t y a n g berbeda satu d e n g a n l a i n n y a , tetapi
perbedaan itu tidak harus dijadikan dasar u n t u k menyatakan bahwa ada ayat
y a n g dibatalkan h u k u m n y a . Kata ( u l i ) baddalna terambil dari kata ( J j j )
baddala yang berarti mengganti. Yang digantikan tidak harus berarti ia dibuang
dan tidak dipakai lagi. Kata tersebut pada ayat ini m e n g a n d u n g m a k n a
pergantian atau pengalihan dan pemindahan dari satu w a d a h ke wadah yang
lain. D a l a m arti: ketetapan hukum atau tuntunan yang tadinya diberlakukan
pada suatu masyarakat diganti dengan hukum yang baru bagi mereka tanpa
membatalkan hukum atau tuntunan yang lalu. B i l a suatu k e t i k a ada
masyarakat lain yang kondisinya serupa dengan masyarakat Islam di M e k k a h
ketika t u r u n n y a ayat y a n g digantikan itu, y a n g digantikan tersebut bisa
diberlakukan kepada mereka. Ini serupa dengan pakaian y a n g dibeli u n t u k
seorang anak berusia 10 tahun. Pakaian itu tidak harus dibuang bila anak
tadi telah besar dan pakaian itu sempit u n t u k n y a . Pakaiannya yang sempit
itu diganti dengan y a n g lain dan y a n g lebih sesuai dengan t u b u h n y a , dan
p a k a i a n n y a itu (yang sempit) disimpan bila a d i k n y a mencapai usia sepuluh
tahun atau diberikan kepada a n a k lain y a n g b a d a n n y a sebesar anak pertama
itu.

Ini serupa juga dengan seseorang y a n g memeroleh beberapa jenis obat


dari seorang dokter. Ketika k e s e h a t a n n y a berangsur p u l i h , dokter
menghentikan beberapa jenis obat dan menggantinya dengan obat baru. Obat
lama tidak dibuang karena suatu ketika ia dapat d i m i n u m oleh penderita
penyakit serupa. Dokter y a n g mengganti obat itu tidak keliru, baik dalam
pemberian obat pertama m a u p u n obat pengganti, karena penggantian itu
disesuaikan dengan kondisi pasiennya. Tuntunan Allah swt. tidak ubahnya
d e n g a n obat-obat r u h a n i , dan m a s y a r a k a t a d a l a h pasien-pasien y a n g
m e m b u t u h k a n obat-obat.
Selanjutnya, perlu dicatat bahwa y a n g dimaksud dengan ayat pengganti
dan y a n g digantikan di sini tidak m u t l a k dalam arti ayat h u k u m . Bisa saja,
misalnya, ada ayat y a n g k a n d u n g a n t u n t u n a n n y a ringan dilaksanakan lalu
K e l o m p o k VIII A y a t 1 0 1 - 1 0 2 S u r a h a n - N a h l [16] 733

disusul sesudahnya dengan tuntunan dalam bidang lain yang pelaksanaannya


berat. M a k a , k e t i k a i t u , k a u m m u s y r i k i n b e r k a t a b a h w a ayat r i n g a n
menunjukkan k e l e m a h l e m b u t a n dan kasih sayang, dan ayat berat
m e n u n j u k k a n ketegasan dan kekerasan. Pergantian ini d i p a h a m i sebagai
kontradiksi y a n g m e n u n j u k k a n bahwa b u k a n Tuhan yang m e n u r u n k a n n y a .
Boleh jadi j u g a ada ayat yang k a n d u n g a n n y a bersifat u m u m , k e m u d i a n
menyusul ayat yang bersifat khusus, yang mengecualikan sebagian k e u m u m a n
ayat y a n g lalu. Ini pun dapat dinilai sebagai pergantian, seperti ayat yang
menyatakan bahwa:

"Satu jiwa yang berdosa tidak dapat memikul dosa satu jiwa yang lain" (QS.
al-An'am [6]: 1 6 4 ) dinilai oleh k a u m musyrikin bertentangan dengan firman-
Nya:

"Sehingga mereka memikul dosa-dosa mereka secara sempurna pada Hari


Kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang-orang yang mereka sesatkan tanpa
pengetahuan" ( Q S . an-Nahl [ 1 6 ] : 2 5 ) .
F i r m a n - N y a : ( J^-U duj j* ^ J i i i ^ J J ^Jjj J i ) qul nazzalahu Ruh al-
Qudusi min Rabbika bi al-haqqiI katakanlah, "Yang telah menurunkannya
adalah Ruhul Qudus dari Tuhanmu dengan /w<j"sepintas terbaca agak janggal.
Semestinya, ayat ini menyatakan "dari Tuhanku". Pemilihan redaksi tersebut,
y a k n i pengalihannya dari kata "Tuhanku"menjadi "Tuhanmu", u n t u k lebih
menanamkan rasa ketenangan dan kegembiraan dalam diri Nabi M u h a m m a d
saw. yang secara langsung dinyatakan Allah bahwa Dia Yang Mahakuasa yang
Rabbuka/Tuhanmu yang m e m i l i k i rububiyah itu a d a l a h T u h a n Nabi
M u h a m m a d saw. Kata Rabb atau rububiyah yang mengandung makna
b i m b i n g a n p e n d i d i k a n dan p e l i m p a h a n a n e k a k a r u n i a itu m e r u p a k a n
pernyataan langsung dari Allah. Sedang, bila redaksinya menyatakan Tuhanku,
sifat rubiibiyah-Nya. m e r u p a k a n p e n g a k u a n Nabi M u h a m m a d saw. sendiri,
bukannya langsung dari Allah swt. Pengakuan seseorang bahwa dia mendapat
anugerah dari raja, jelas tidak sekuat jika raja sendiri yang menyatakan secara
734 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k VIII A y a t 1 0 3 - 1 0 5

tegas bahwa dia sebagai sang raja menganugerahkan anugerahnya kepada orang
itu. D e m i k i a n lebih kurang maksud uraian Ibn 'Asyur. Hal y a n g mirip
dikemukakan oleh Thabathaba i yang menyatakan bahwa pengalihan redaksi
itu bertujuan m e n u n j u k k a n kesempurnaan pemeliharaan dan rahmat-Nya
kepada Rasulullah saw., seakan-akan Yang Mahakuasa itu tidak rela memutus
dialog-Nya sehingga selalu menggunakan kesempatan untuk berfirman kepada
b e l i a u di m a n a p u n d i a l o g i t u m e m u n g k i n k a n . Ini j u g a — l a n j u t
Thabathaba.'!—untuk m e n u n j u k k a n b a h w a y a n g d i m a k s u d dengan ( J i )
qullkatakanlah yang diperintahkan itu adalah p e n y a m p a i a n kepada mereka,
b u k a n sekadar mengucapkan kata-kata tersebut.

AYAT 1 0 3 - 1 0 5

"Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, 'Sesungguhnya


ia diajarkan kepadanya oleh seorang manusia. Bahasa orang yang mereka
condong kepadanya adalah Ajam, sedang ini adalah bahasa Arab yang terang.
Sesungguhnya orang-orang yang tidak mau beriman kepada ayat-ayat Allah
tidak akan diberi petunjuk bagi mereka oleh Allah dan bagi mereka azab yang
pedih. Sesungguhnya yang mengada-ada kebohongan, hanyalah orang-orang
yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan itulah mereka para
pembohong-pembohong."'

Setelah membantah ucapan kaum musyrikin berkaitan dengan pergantian


tuntunan al-Qur'an dengan bantahan yang jelas, kini disebut lagi dalih mereka
yang lain, yaitu: Dan sesungguhnya Kami mengetahui secara terus-menerus
bahwa mereka, yakni orang-orang yang tidak memercayai al-Qur'an, berkata
t e r u s - m e n e r u s j u g a , "Sesungguhnya ia, y a k n i a l - Q u r ' a n itu, diajarkan
kepadanya, y a k n i kepada Nabi M u h a m m a d , oleh seorang manusia, yakni
s e o r a n g p e m u d a R o m a w i a t a u Persia, b u k a n m a l a i k a t y a n g d a t a n g
menurunkannya." Tuduhan mereka itu sungguh tidak benar. Bagaimana bisa
benar, bahasa orangyang mereka condong, yakni m e n u d u h secara batil, bahwa
Nabi M u h a m m a d belajar kepadanya adalah bahasa Ajam, yakni bukan bahasa
K e l o m p o k VIII A y a t 1 0 3 - 1 0 5 S u r a h a n - N a h l [16] 735

Arab, sedang ini, y a k n i al-Qur'an, adalah dalam bahasa Arab yang terang
dan mencapai puncak tertinggi dari keindahan dan kedalaman m a k n a yang
tidak m a m p u ditandingi oleh siapa pun walau sastrawan-sastrawan Arab
bekerja sama u n t u k menandinginya.
T i d a k ada faktor y a n g menjadikan mereka berkata d e m i k i a n , kecuali
kebejatan hati dan kekeraskepalaan mereka, dan karena itu mereka tidak
m e m e r c a y a i n y a . Ini tidak usah engkau risaukan karena d e m i k i a n itulah
sunnatullah, y a k n i sesungguhnya orang-orang yang tidak mau beriman kepada
ayat-ayat Allah, y a i t u a!-Qur'an dan t a n d a - t a n d a k e b e s a r a n - N y a y a n g
terhampar di alam raya, tidak akan diberi petunjuk bagi mereka oleh Allah,
y a k n i tidak diberi k e m a m p u a n u n t u k m e r a i h iman d a n m e n g a m a l k a n
t u n t u n a n - N y a sesuai dengan k e m a u a n dan pilihan mereka itu, dan katena
Allah telah menjelaskan dengan g a m b l a n g dan m e n g a n u g e r a h k a n mereka
potensi iman serta m e n g u t u s rasul dengan aneka bukti kebenaran tetapi
mereka m e n g a b a i k a n n y a m a k a bagi mereka azab yang pedih jika mereka
enggan bertaubat.

Selanjutnya, ayat ini m e m b u k t i k a n lebih j a u h k e m u s t a h i l a n Nabi


M u h a m m a d saw. berbohong. Betapa beliau berbohong dan mengada-ada,
padahal sesungguhnya yang berani mengada-ada kebohongan hanyalah orang-
orangyang tidak beriman atau tidak terus-menerus memperbaharui i m a n n y a
kepada Allah dan ayat-ayat Allah, dan itulah y a n g sungguh jauh dari rahmat
Allah adalah mereka secara khusus parapembohong-pembohongsejati. Bukan
e n g k a u y a n g berbohong, wahai Nabi M u h a m m a d dan bukan j u g a k a u m
mukminin.
Ayat di atas m e n g g u n a k a n b e n t u k kata kerja masa kini ketika berbicara
tentang pengetahuan Allah ( ^ ) ndlamu(Kami mengetahui. Demikian juga
ucapan k a u m musyrikin m e n u d u h al-Qur'an sebagai pengajaran orang lain
kepada Nabi M u h a m m a d saw. (<wLu ) yu 'allimuhu. Ini mengisyaratkah bahwa
tuduhan seperti itu akan terus berlanjut. Dahulu, k a u m musyrikin menuduh
bahwa Nabi M u h a m m a d saw. diajar oleh seorang hamba sahaya dari Romawi
bernama Jabar. Di kali lain, mereka memfitnah dengan m e n u n j u k Salman
al-Farisi y a n g berasal dari Persia. J a u h sesudah Nabi saw. pun tuduhan serupa
masih terdengar. Sayyid Q u t h u b menulis bahwa k a u m ateis di Rusia dalam
736 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k Vill A y a t 1 0 3 - 1 0 5

pertemuan para orientalis pada 1954 m e n g a k u i bahwa al-Qur'an tidak


m u n g k i n merupakan hasil karya seorang manusia, tetapi merupakan hasil
karya banyak orang, dan bahwa apa yang disampaikan oleh Nabi M u h a m m a d
saw. itu tidak m u n g k i n kesemuanya ditulis di Jazirah Arab. Beberapa bagian
di antaranya ditulis di luar Jazirah Arab. D e m i k i a n , walau mereka secara
sadar mengakui keistimewaan al-Qur'an, mereka enggan berkata bahwa apa
y a n g disampaikan Nabi M u h a m m a d saw. itu adalah firman Allah. Mereka
masih tetap berkata bahwa itu adalah buatan manusia dan bukan hanya buatan
Nabi M u h a m m a d saw. sendiri, tetapi sebagiannya diajarkan oleh orang lain.
Ini serupa dengan ucapan k a u m musyrikin Jahiliah y a n g lalu.
Pengakuan itu tidak lain kecuali karena mereka menemukan kandungan
al-Qur'an sedemikian m e n g a g u m k a n sehingga lahir penilaian demikian.
P e n g g u n a a n kata Kami mengetahui b u k a n Allah atau Aku Tuhan
mengetahui, a g a k n y a mengisyaratkan b a h w a tuduhan semacam itu w a l a u
mereka rahasiakan u n t u k kepentingan menghalangi orang lain memercayai
al-Qur'an, tetapi itu diketahui Allah dan diketahui pula oleh sekelompok
k a u m m u s l i m i n y a n g k e m u d i a n harus tampil m e m b u k t i k a n kebohongan
mereka.
Ayat ini tidak menjelaskan siapa y a n g mereka duga mengajarkan al-
Q u r ' a n kepada Nabi, tetapi sekadar menyatakan bahwa dia adalah seorang
manusia. Tidak disebutnya nama yang bersangkutan bukan saja karena telah
merupakan kebiasaan al-Qur'an tidak m e n y e b u t nama, tetapi j u g a u n t u k
m e n a m p u n g semua manusia y a n g diduga oleh siapa pun telah mengajarkan
al-Qur'an kepada Nabi M u h a m m a d saw. Seandainya nama vang bersangkutan
disebut, boleh jadi akan ada vang berkata, " M e m a n g bukan si A itu y a n g
mengajarnya, tetapi si B atau si C . "
Kata ( 0 ) yulhidun!menyimpang terambil dari kata ( j ^ L _ )
lahada-yaihadu y a n g m e n g a n d u n g m a k n a condong atau menyimpang dari
arah tengah ke samping. Kuburan dinamai ( ) lahdlliang lahatkarena tanah
pengubutan itu setelah digali ke bawah, digali lagi menyimpang dan condong
ke samping lalu jenazah diletakkan di bagian samping itu. Penguburan di
liang lahat bukan seperti penguburan jenazah di banyak wilayah Asia Tenggara
y a n g sekadar menggali lubang beberapa meter ke bawah lalu meletakkan
K e l o m p o k VII! A y a t 103-105 S u r a h a n - N a h l [16] 737

jenazah di bagian terakhir tanah vang telah digali ke bawah tanpa ke samping
itu. M a k n a asal k a t a tersebut b e r k e m b a n g s e h i n g g a berarti batil atau
menyimpang dari kebenaran. Ini karena sesuatu yang di tengah biasanya
memberi kesan benar, hak, dan baik maka yang menyimpang dari arah tengah
dinilai buruk dan batil.
Kata ( ) a'jamiy terambil dari kata ( l ^ s - ) ujmah dalam arti tidak
jelas. Bahasa Arab menunjuk kepada siapa y a n g bahasa ibunya bukan bahasa
Arab sebagai a'jamiy karena orang Arab tidak m e m a h a m i bahasa mereka atau
karena mereka tidak dapat menjelaskan maksud mereka d a l a m bahasa y a n g
dimengerti oleh orang Arab. A d a j u g a y a n g m e m a h a m i kata tersebut dalam
arti y a n g tidak fasih, w a l a u dapat berbahasa Arab.
Kata ( ) humlmereka pada penutup ayat di atas, setelah kata ( ^ U J j l )
uWikal itulah, berfungsi m e n g k h u s u s k a n mereka itu sebagai pembohong-
p e m b o h o n g sejati. S e a k a n - a k a n ayat ini m e n y a t a k a n b a h w a t i d a k ada
pembohong sejati kecuali mereka. M e m a n g , ada pembohong selain mereka,
tetapi kedurhakaan akibat t u d u h a n y a n g sangat b u r u k itu telah mencapai
puncaknya sehingga seakan-akan kedurhakaan pembohong-pembohong yang
lain tidak berarti d i b a n d i n g k a n dengan mereka dan, dengan d e m i k i a n ,
merekalah y a n g secara khusus merupakan pembohong-pembohong sejati.
KELOMPOK 9

AYAT 106-111

1 . " '

739
740 S u r a h a n - N a h l [16]

i j l i l ^ L i J>Li £ £ 4 b t

-$> \'>* s ^ 9 ^ \ 't i Y'


K e l o m p o k IX Ayat 106-107 S u r a h a n - N a h l [16] 741

AYAT 1 0 6 - 1 0 7

"Barang siapa kafir kepada Aliah sesudah keimanannya—kecuali yang dipaksa


padahal hatinya tetap tenang dengan keimanan—akan tetapi orang yang
melapangkan dada dengan kekafiran, maka atas mereka kemurkaan dari Allah
dan bagi mereka azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena mereka
sangat mencintai kehidupan di dunia di atas akhirat, dan Allah tidak memberi
petunjuk bagi kaum yang kafir. "

Ayat ini dan ayat-ayat berikut berbicara tentang kelompok kafir y a n g


lebih b u r u k dari y a n g semula dibicarakan oleh kelompok y a n g lalu serta
lawan-lawan mereka. Ayat ini menegaskan bahwa: Barang siapa kafir kepada
Allah sesudah keimanannya secara potensial karena telah jelasnya bukti-bukti
kebenaran tetapi dia menolaknya akibat keras kepala, atau sesudah keimanan
secara faktual, yakni setelah dia mengucapkan kalimat syahadat—siapa yang
demikian itu sikapnya—dia mendapat kemurkaan Allah, kecuali yang dipaksa
m e n g u c a p k a n kalimat kufur atau m e n g a m a l k a n n y a padahal hatinya tetap
tenang dengan keimanan—maka dia tidak berdosa-—akan tetapi orang yang
m e m b u k a dan melapangkan dada sehingga hatinya lega dengan kekafiran,
y a k n i hatinya membenarkan ucapan dan atau amal kekufurannya itu, maka
atas mereka kemurkaan besar y a n g turun m e n i m p a n y a dari Allah dan bagi
mereka telah disiapkan, di akhirat kelak, azab yang besar. Yang demikian itu,
yakni murka dan siksa atau kemuttadan itu, disebabkan karena mereka sangat
mencintai kehidupan di dunia dan m e n e m p a t k a n n y a di atas kehidupan
akhirat. Itulah yang m e m a l i n g k a n mereka dari i m a n sehingga mereka wajar
mendapat m u r k a dan siksa, dan j u g a disebabkan telah menjadi ketetapan-
N y a bahwa Allah tidak memberi petunjuk, yakni tidak memberi k e m a m p u a n
m e n e r i m a iman dan m e n g a m a l k a n petunjuk, bagi kaum yang kafir sesuai
dengan keinginan mereka menolak iman dan tekad mereka menolak petunjuk.

Sementara ulama menyebutkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan


kasus A m m a r Ibn Yasir dan kedua orangtuanya, y a i t u S u m a y y a h dan Yasir.
M e r e k a dipaksa oleh k a u m musyrikin untuk murtad. Ibu bapaknya menolak
742 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IX A y a t 106-107

sehingga keduanya dibunuh dan tercatat sebagai dua orang syahid yang pertama
dalam sejarah Islam. Sedang, 'Ammar mengucapkan kalimat kufur sehingga
dibebaskan. Beliau k e m u d i a n datang menangis dan m e n g a d u k a n dirinya
kepada Rasul saw. Rasul saw. m e n g h a p u s air m a t a n y a sambil bertanya,
" B a g a i m a n a sikap h a t i m u ? " 'Ammar menjawab, " H a t i k u tenang dalam
k e i m a n a n . " M a k a , Rasul saw. m e n a s i h a t i n y a , "Kalau mereka k e m b a l i
m e m a k s a m u , ucapkan saja lagi apa y a n g telah engkau ucapkan itu."

Kata ( j i i i b * ) muthmdinn terambil dari kata ( 5UJ?I) ithmdanna yang


berarti mantap dan tenang. Hati yang tenang adalah yang rela dan lega terhadap
situasi y a n g dihadapinya. D a l a m konteks ayat ini adalah ketenangan batin
dan kerelaannya menerima keimanan kepada Allah swt.
Kata ( ) syaraha antara lain berarti memperluas, melapangkan, baik
secara material m a u p u n immateriai. Kalau kata tersebut dikaitkan dengan
sesuatu y a n g bersifat material, ia j u g a berarti "memotong (membedah)",
sedangkan bila d i k a i t k a n dengan sesuatu y a n g bersifat non-material, ia
m e n g a n d u n g arti membuka, memberi pemahaman, yakni menjelaskan yang
musykil, menganugerahkan ketenangan dan semaknanya. Yang d i m a k s u d di
sini a d a l a h l u a s n y a hati y a n g b e r s a n g k u t a n m e n e r i m a kekufuran. Ini
m e n g e s a n k a n b a h w a kekufuran tersebut s u n g g u h b a n y a k y a n g telah
menumpuk di h a t i n y a s e h i n g g a w a d a h h a t i d i p e r l e b a r u n t u k d a p a t
m e n a m p u n g lebih banyak kekufuran. D a n ini m e n u n j u k k a n bahwa y a n g
bersangkutan rela dan senang dengan kekufuran itu karena, kalau tidak, tentu
saja hatinya tidak perlu diperlebar u n t u k m e n a m p u n g lebih banyak lagi.

Ayat ini menjadi dalil tentang bolehnya mengucapkan kalimat-kalimat


kufur atau perbuatan y a n g m e n g a n d u n g m a k n a kekufuran-—seperti sujud
kepada berhala—saat seseorang dalam keadaan terpaksa walaupun, menurut
sementara ulama, m e n y a t a k a n dengan tegas keyakinan justru lebih baik,
sebagaimana dilakukan oleh kedua orangtua 'Ammar itu. Termasuk juga
d a l a m izin di atas m e l a k u k a n perbuatan y a n g bersifat kedurhakaan seperti
m e m i n u m khamr dan semacamnya, kecuali m e m b u n u h karena a n c a m a n
akan d i b u n u h bila tidak m e m b u n u h belum tentu terlaksana.
K e l o m p o k IX Ayat 108-109 S u r a h a n - N a h l [16] 743

AYAT 1 0 8 - 1 0 9

"Mereka itulah orang-orang yang Allah telah mengunci mati hati mereka dan
pendengaran mereka serta penglihatan mereka, dan mereka itulah orang-orang
lalai. Pasti mereka di akhirat adalah mereka orang-orang rugi. "

Ayat ini menjelaskan lebih j a u h keadaan mereka y a n g tidak mendapat


petunjuk itu atau menjelaskan d a m p a k dari ketiadaan petunjuk Allah bagi
mereka, y a k n i : Mereka itulah orang-orang yang Allah telah mengunci mati
hati mereka dan pendengaran mereka, yakni Allah m e m b i a r k a n mereka larut
dalam kesesatan sesuai dengan keinginan hati mereka sendiri sehingga akhirnya
hati m e r e k a terkunci mati dan telinga m e r e k a t i d a k dapat mendengar
b i m b i n g a n serta penglihatan mereka p u n d i t u t u p sehingga t a n d a - t a n d a
kebesaran Allah y a n g terhampar di a l a m raya tidak mereka lihat kecuali
fenomenanya saja. Dan mereka itulah orang-orang yang benar-benar lalai
memerhatikan dan merenungkan makna hidup ini. Pasti dan tidak diragukan
lagi bahwa mereka di akhirat nanti adalah mereka y a n g secara khusus orang-
orang rugi, celaka, dan binasa.

Kata {^_fr*i) la jarama diperselisihkan m a k n a n y a oleh pakar-pakar


bahasa. Ada y a n g berpendapat b a h w a kata Id berarti tidak y a n g berfungsi
menafikan dugaan sebelumnya, sedang kata jarama ada y a n g m e m a h a m i n y a
dalam arti sumpah. M e n u r u t penganut pendapat ini, kata la jarama pada
ayat di atas m e n g a n d u n g m a k n a tidak seperti yang mereka duga bahwa kelak
mereka akan selamat dan berbahagia: "Aku bersumpah bahwa ..." dan
seterusnya. Ada j u g a y a n g m e m a h a m i rangkaian kata la dan jarama dalam
arti pasti. M e m a n g , seperti tulis al-Biqa'i, kata jarama berkisar m a k n a n y a
p a d a al-qath\ y a k n i pemutusan d a n kepastian. S e a k a n - a k a n apa y a n g
diucapkan ini akan berlanjut hingga menjadi kenyataan, tidak ada yang dapat
memutus perjalanannya menuju kenyataan.

Kata ( d ) al-khhirun terambil dari kata ( ~&-\) al-khusr


r yang
m e m p u n y a i b a n y a k arti, antara lain rugi, sesat, celaka, lemah, tipuan, dan
sebagainya y a n g kesemuanya m e n g a n d u n g m a k n a - m a k n a y a n g negatif atau
744 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IX A y a t 1 0 8 - 1 0 9

t i d a k d i s e n a n g i oleh siapa p u n . Patron k a t a y a n g d i g u n a k a n a y a t ini


m e n u n j u k k a n bahwa para p e n y a n d a n g kerugian dan kecelakaan itu telah
mencapai p u n c a k kerugian serta telah melekat keadaan tersebut pada diri
mereka. Ini belum lagi dengan kata ( p* ) hum/mereka yang mendahuluinya
setelah sebelumnya sudah ada kata ( ) annahum/bahwa mereka. Rujuklah
kembali ke penjelasan penutup ayat 105 surah ini.
D a l a m Q S . H u d [11]: 2 2 , k a u m kafir dinilai sebagai al-
akhsarun/yangpaling merugi, y a k n i d a l a m b e n t u k superlatif, sedang di sini
( 0 j j ~ a i - l ) al-khasirunlorang-orang rugi. Hal ini disebabkan ayat surah H u d
itu telah didahului dengan firman-Nya:

"Mereka itulah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan lenyaplah
dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan'(QS. H u d [11]: 21) sehingga
s a n g a t w a j a r j i k a l a n j u t a n n y a y a n g b e r b i c a r a t e n t a n g siksa u k h r a w i
m e n g g u n a k a n bentuk superlatif:

"Pasti mereka itu di akhirat, merekalah yang paling merugi" (QS. H u d [11]:
2 2 ) . Berbeda dengan ayat ini y a n g tidak didahului oleh pernyataan kerugian
s e b e l u m n y a . T h a b a t h a b a ' i b e r p e n d a p a t b a h w a p e r b e d a a n redaksi i t u
disebabkan pada surah H u d di atas disebut sifat b u r u k yang tidak disebut di
sini, yaitu:

"Mereka menghalangi dari jalan Allah dan menghendaki supaya jalan itu
bengkok"(QS. H u d [11]: 19).
Betapapun, y a n g jelas m e r e k a adalah orang-orang y a n g sangat merugi.
B a g a i m a n a mereka tidak dinilai sangat merugi padahal terdapat e n a m sifat
y a n g mereka sandang, di m a n a satu saja di antaranya sudah c u k u p u n t u k
menjadikan seseorang merugi. Keenam sifat tersebut adalah: 1) M e r e k a
mendapat m u r k a Allah, 2 ) M e r e k a wajar m e n d a p a t siksa melebihi murka
itu, 3) M e m e n t i n g k a n d u n i a d e n g a n m e n g o r b a n k a n akhirat, 4 ) T i d a k
K e l o m p o k IX A y a t 110 S u r a h a n - N a h l [16] 745

memeroleh h i d a y a h Allah, 5) Dikunci mati hati mereka, dan 6) M e r e k a


adalah orang-orang yang benar-benar lalai.
A y a t ini m e n g a n d u n g m a k n a bahwa m e r e k a y a n g m e n g u t a m a k a n
k e h i d u p a n d u n i a atas akhirat, y a k n i m e n g o r b a n k a n a k h i r a t n y a u n t u k
dunianya, adalah orang-orang rugi dan celaka. Ini karena mereka menjadikan
k e n i k m a t a n semu y a n g sifatnya sementara sebagai tujuan dan mengabaikan
kenikmatan hakiki lagi abadi. M e r e k a membatasi diri dan akal mereka pada
hal-hal lahiriah atau fenomena tanpa m e m a n d a n g kepada apa di balik y a n g
lahir itu. Ini disebabkan mata, hati, dan telinga mereka telah buta dan tuli
sehingga Allah tidak memberi mereka hidayah.

AYAT 110

"Kemudian sesungguhnya Tuhanmu bagi orang-orang yang berhijrah sesudah


mereka dianiaya, kemudian mereka berjihad dan bersabar, sesungguhnya
Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Ayat ini berbicara tentang kelompok lain dari k a u m muslimin y a n g juga


mengalami penganiayaan dan penindasan, tetapi mereka berhijrah, setelah
ayat y a n g lalu m e n g u r a i k a n keadaan mereka y a n g tidak m a m p u berhijrah
dan terpaksa m e n g u c a p k a n kalimat kufur. Kemudian, sesungguhnya Tuhan
Pemelihara dan Pembimbingww, sebagaimana memelihara dan
m e m b i m b i n g m u , Dia juga menganugerahkan bimbingan dan pemeliharaan
bagi orang-orang yang berhijrah demi menyelamatkan agama dan jiwa mereka
dari penindasan yang lebih kejam lagi sesudah mereka sebelum berhijrah itu
telah dianiaya g u n a m e m u r t a d k a n mereka, kemudian mereka berjihad
mempertahankan keyakinan serta nilai-nilai Ilahi y a n g mereka anut dengan
segala daya yang mereka miliki dan juga. dalam saat yang sama mereka bersabar
dalam mengemban tugas-tugas keagamaan lagi tabah menghadapi rintangan
h i n g g a akhir u m u r n y a . Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu, yakni sesudah
hijrah dan amal-amal saleh y a n g mereka lakukan itu, benar-benar Maha
Pengampun atas kesalahan-kesalahan mereka lagi Maha Penyayang sehingga
746 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IX A y a t 1 1 0

tidak m e n g h u k u m mereka atas kesalahan atau pelanggaran y a n g mereka


lakukan atas dasar paksaan dan juga atas kesalahan-kesalahan l a i n n y a y a n g
tertutupi dengan amal-amal saleh serta taubat kepada-Nya.
Ayat ini turun berkenaan dengan sejumlah kaum muslimin yang dianiaya
seperti halnya A m m a r Ibn Yasir sehingga mereka terpaksa mengucapkan kalimat
kufur, lalu setelah itu berhasil mengungsi dengan berhijrah dari M e k k a h .
Kata ( 'f ) tsummal'kemudian p a d a a w a l a y a t di a t a s b e r f u n g s i
m e n g g a m b a r k a n betapa j a u h derajat dan perbedaan antara mereka y a n g
dibicarakan oleh ayat ini dan orang-orang yang tidak mengalami hal serupa.
D e m i k i a n a l - B i q a ' i . S e d a n g , k a t a tsummal kemudian yang kedua
mengisyaratkan betapa j a u h perbedaan keadaan mereka y a n g sebelum ini
ditindas dan terpaksa m e n e r i m a p e n g a n i a y a a n tetapi kini tampil
mempertahankan diri dan keyakinan mereka.
Kata (Ijjjsbr ) jahadw'berjihad'yang dimaksud oleh ayat ini bukan dalam
arti mengangkat senjata karena ayat ini turun di M e k k a h sebelum a d a n y a
izin berperang. Izin berperang baru turun di M a d i n a h melalui firman Allah:

"Telah diizinkan (berperang/mengangkat senjata) bagi orang-orang yang


diperangi karena sesungguhnya mereka telah dianiaya, dan sesungguhnya Allah
benar-benar Mahakuasa menolong mereka" ( Q S . al-Hajj [ 2 2 ] : 3 9 ) . M a k n a
kata jdhadii itu adalah m e n g e r a h k a n s e m u a tenaga d a n p i k i r a n u n t u k
mencegah gangguan k a u m musyrikin serta maksud buruk mereka. Dalam
QS. al-Furqan 125]: 52 dinyatakan bahwa:

"Maka janganlah engkau taat mengikuti orang-orang kafir dan berjihadlah


terhadap mereka dengan al-Qur'an dengan jihad yang besar. "
Kata berhijrah pun, di sini, b u k a n n y a hijrah ke M a d i n a h , tetapi hijrah
ke Habasyah/Etiopia, y a n g terjadi pada tahun kelima dari kenabian, yakni
sekitar delapan tahun sebelum Nabi M u h a m m a d saw. berhijrah ke M a d i n a h .
Kata ( I j ^ s ) futinu terambil dari kata ( j£ ) fatana y a n g pada m u l a n y a
berarti "membakar" seperti " m e m b a k a r emas u n t u k m e n g e t a h u i kadar
K e l o m p o k I X A y a t 111 S u r a h a n - N a h l [16] 747

kualitasnya". Kata tersebut digunakan al-Qur'an dalam arti "memasukkan ke


neraka"atau dalam arti "siksaan" seperu dalam Q S . adz-Dzariyat [51]: 13-14:

OjU**!^ ^ i6 (JJJt ^-CA^ciis Oy^ta J^'cr^CJ*

Hari pembalasan itu ialah hari ketika mereka difitnah (dimasukkan ke neraka)
(dikatakan kepada mereka), "Rasakanlah fitnah kamu (siksa yang
diperuntukkan bagi kamu). Inilah yang dahulu kamu minta agar disegerakan. "
Kata fitnah juga d i g u n a k a n — b e r d a s a r pemakaian asal di a t a s — d a l a m
arti "menguji", baik ujian itu berupa n i k m a t / k e b a i k a n m a u p u n kesulitan/
keburukan.

"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah.
Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan"(QS. al-Anbiya [21J: 3 5 ) .
Yang dimaksud oleh ayat an-Nahl ini adalah aneka siksaan yang berulang-
ulang dihadapi oleh k a u m muslimin ketika mereka berada di M e k k a h .
Seperti telah penulis k e m u k a k a n pada awal uraian surah ini, sementara
ulama berpendapat bahwa b u k a n semua ayat-ayatnya turun sebelum Nabi
saw. berhijrah. Ayat ini serta ayat 126 dan seterusnya adalah sebagian ayat-
ayat y a n g dinilai oleh sementara ulama sebagai ayat y a n g turun sesudah Nabi
saw. berhijrah ke M a d i n a h . Atas dasar itu, penafsiran mereka tentang ayat ini
berbeda dengan y a n g penulis k e m u k a k a n di atas. M e r e k a m e m a h a m i ayat
ini t u r u n berbicara t e n t a n g s e k e l o m p o k k a u m m u s l i m i n y a n g disiksa
k e m u d i a n rela memberikan apa y a n g d i t u n t u t oleh k a u m musyrikin dan
akhirnya berhasil berhijrah lalu berperang di jalan Allah. Dengan demikian,
mereka m e m a h a m i kata hijrah di sini dalam arti hijrah ke M a d i n a h dan
berjihad adalah berperang mengangkat senjata bersama Rasul saw.

AYAT 111

"Hari di mana setiap diri datang untuk membela dirinya dan bagi setiap diri
disempurnakan apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka tidak dianiaya. "
748 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k IX A y a t 111

Banyak sudah ancaman dan peringatan y a n g diuraikan melalui ayat-ayat


yang lalu. Telah dikemukakan j u g a bahwa orang-orang kafir akan mengalami
kerugian dan kecelakaan. Kini, dijelaskan kapan ancaman itu akan terlaksana
dan kapan kerugian dan kesengsaraan itu akan mereka alami, dan bagaimana
sikap manusia ketika itu. A y a t ini m e m e r i n t a h k a n agar Nabi M u h a m m a d
saw. memberitakan kepada seluruh m a n u s i a tentang akan d a t a n g n y a hari di
mana ketika itu setiap diri siapa p u n d i a — w a l a u dosanya sudah sedemikian
jelas—tidak disibukkan kecuali datanguntuk membela dirinya sendiri, tanpa
m e m e d u l i k a n orang lain atau datang m e n y a m p a i k a n uzur, alasan dan
dalihnya, dan ketika itu bagi setiap diri, baik yang taat maupun yang durhaka,
disempurnakan balasan apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka tidak
dianiaya, yakni tidak dirugikan sedikit pun dan oleh siapa pun, bahkan yang
berbuat kebajikan akan memeroleh aneka tambahan y a n g m e n y e n a n g k a n
dari anugerah Allah semata.

Ayat ini dapat j u g a d i h u b u n g k a n dengan akhir ayat y a n g lalu y a n g


m e n y a t a k a n bahwa sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang, y a k n i p e n g a m p u n a n dan rahmat Allah itu
akan mereka peroleh pada hari di mana setiap diri datang untuk membela
dirinya....

Kata ( J i U i ) tujadilu biasanya digunakan u n t u k menggambarkan upaya


seseorang menyampaikan pandangannya dengan bersungguh-sungguh di
hadapan pihak lain yang tidak sependapat dengannya. Penggunaan kata
tersebut di sini u n t u k m e n g g a m b a r k a n kesungguhan setiap jiwa m e m b e l a
diri dan m e n y a m p a i k a n uzur (dalihnya) guna terhindar dari siksa Allah swt.
Kata ( ^JJIJ ) nafs d i g u n a k a n al-Qur'an u n t u k sekian banyak arti, antara
lain nyawa, jenis, diri manusia yang ditunjuknya dengan kata "saya", yakni
totalitas jiwa dan raganya serta sisi dalam manusia y a n g m e r u p a k a n potensi
batiniah u n t u k m e m a h a m i dan menjadi pendorong dan motivator kegiatan-
kegiatannya. Dengan demikian, kata nafs y a n g pertama di sini berarti diri
m a n u s i a , a t a u totalitas j i w a d a n r a g a n y a , d a n kedatangannya berarti
k e h a d i r a n n y a di hadapan Allah swt. u n t u k diadili, sedang m a k n a nafs yang
k e d u a adalah potensi batiniah itu.
K e l o m p o k IX A y a t 111 S u r a h a n - N a h l [16] 749

Kata ( j i y ) tuwaffdldisempurnakan terambil dari kata ( J j ) waffa, yakni


menyempurnakan. Ayat ini menginformasikan bahwa p e n y e m p u r n a a n itu
dikaitkan dengan amal masing-masing, tanpa dilebihkan atau dikurangi. Amal
dimaksud tentu saja berkaitan sangat erat dengan nafi masing-masing manusia,
y a k n i nafi y a n g kedua di atas, karena w u j u d amal seseorang tidak dapat
dipisahkan dari nafiyang kedua itu dan karena itu pula setiap manusia berusaha
m e m a j u k a n alasan dan dalih u n t u k m e m b e n a r k a n dan m e m b e l a nafi itu.
Kata disempurnakan ini m e m b e r i kesan b a h w a s e b e l u m n y a y a n g
bersangkutan telah m e n e r i m a sedikit n a m u n belum sempurna. Nanti pada
hari Pembalasan baru disempurnakan. Penerimaan y a n g sedikit itu adalah
ketika masing-masing berada di alam Barzah.
KELOMPOK 10

AYAT 112-119

751
752 S u r a h a n - N a h l [16]
K e l o m p o k X Ayat 112 S u r a h a n - N a h l [16] 753

AYAT 112

"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan, suatu negeri yang tadinya
aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap
tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu
Allah menjadikannya merasakan pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan
oleh apa yang selalu mereka perbuat. "

Ayat ini kembali berbicara dan berhubungan dengan dua perumpamaan


yang disebut sebelum ini (ayat 7 5 dan 7 6 ) . D e m i k i a n Sayyid Quthub
!
m e n g h u b u n g k a n n y a secara singkat. Demikian j u g a inti uraian al-Biqa i.
T h a h i r Ibn 'Asyur menulis bahwa ini adalah nasihat dan peringatan
m e n y u s u l nasihat dan peringatan s e b e l u m n y a , y a k n i sebelum ini telah
diuraikan aneka anugerah Allah—sebagai n a s i h a t — y a n g d i m u l a i dengan
firman-Nya: Dan apa saja yang ada pada kamu dari nikmat, maka dari Aliah­
lah (ayat 53) berlanjut hingga firman-Nya: Mereka mengetahui nikmat Allah,
kemudian mereka mengingkarinya (ayat 83), lalu berpindah dari nasihat kepada
a n c a m a n dengan m e n y a t a k a n : bagi mereka azab yang pedih (ayat 1 0 4 ) ,
k e m u d i a n atas mereka kemurkaan dari Allah dan bagi mereka azab yang
besar (ayat 106) dilanjutkan dengan pasti mereka di akhirat adalah mereka
orang-orang rugi (ayat 109). Nah, di sini kembali ayat ini mengancam dengan
siksa d u n i a w i dengan m e m b e r i contoh keadaan satu negeri y a n g menjadi
buah bibir karena bencana y a n g m e n i m p a mereka. Dapat j u g a — t u l i s Ibn
'Asyur lebih j a u h — a y a t ini dapat j uga dihubungkan dengan kandungan ayat
sebelumnya y a i t u hari di mana setiap diri datang untuk membela dirinya.
Yakni ayat 112 ini bagaikan berkata: ingatkanlah mereka tentang dahsyatnya
hari di m a n a setiap jiwa datang u n t u k m e m b e l a dirinya. Siksa y a n g akan
mereka peroleh di d u n i a adalah seperti y a n g dialami oleh p e n d u d u k suatu
negeri y a n g t a d i n y a a m a n tenteram dan seterusnya. D e m i k i a n lebih k u t a n g
Ibn 'Asyur yang selanjutnya berkata, "Boleh j adi yang merupakan mitra bicara
pada ayat ini adalah k a u m m u s l i m i n y a n g berhijrah ke Habasyah setelah
sebelumnya mereka dianiaya di M e k k a h . M e r e k a dihibur serta dianjurkan
754 S u r a h a n - N a h l [16] K e i o m p o k X A y a t 112

bersyukur karena dengan hijrah itu mereka diselamatkan Allah dari bencana
y a n g m e n i m p a penduduk kota M e k k a h . "
Thabathaba.'i, yang m e m a h a m i ayat 101 y a n g lalu sebagai berbicara
tentang «/w^/pembatalan h u k u m - h u k u m dan pergantiannya dengan hukum-
h u k u m y a n g baru, menilai kelompok ayat ini sebagai kelanjutan dari ayat-
ayat yang lalu yang berbicara tentang apa yang halal dan yang haram dimakan
serta larangan menghalalkan dan m e n g h a r a m k a n sesuatu bukan atas dasar
ketentuan Allah, y a n g dilanjutkan dengan ketetapan h u k u m m e n y a n g k u t
orang-orang Yahudi. Karena itu, ulama menilai ayat ini berhubungan dengan
ayat 101 itu.
Apa y a n g d i k e m u k a k a n T h a b a t h a b a i di atas lebih b a n y a k berkaitan
dengan k a n d u n g a n ayat-ayat kelompok ini b u k a n n y a h u b u n g a n ayat ini
dengan ayat-ayat sebelumnya.
Apa pun hubungan yang Anda pilih atau kemukakan, yang jelas ayat ini
l e b i h k u r a n g m e n y a t a k a n b a h w a : Dan Allah telah membuat suatu
perumpamaan agar m u d a h d i p a h a m i dan direnungkan, y a i t u suatu negeri
yang p e n d u d u k n y a tadinya merasa aman dari ancaman m u s u h lagi tenteram
dengan kesenangan hidup dan keharmonisan penduduknya, rezekinya, yakni
rezeki p e n d u d u k negeri itu, datang kepadanya melimpah ruah dari segenap
tempat, darat, laut dan udara, dan dengan berbagai cara, tetapi penduduknya
mengingkari nikmat-nikmat Allah, y a k n i tidak m e n g g u n a k a n n y a sesuai
dengan t u n t u n a n Allah. Karena itu, Allah Yang M a h a k u a s a menjadikannya,
yakni p e n d u d u k negeri itu, merasakan pakaian kelaparan setelah sebelumnya
hidup mereka sejahtera dan juga menjadikan mengenakan pakaian ketakutan
setelah radinya mereka merasakan keamanan disebabkan oleh apa, yakni
kedurhakaan, yang selalu mereka perbuat.

U l a m a tafsir berbeda pendapat tentang negeri y a n g d i m a k s u d di sini.


Ada yang m e m a h a m i n y a secara u m u m , di mana suatu negeri—di mana pun
l e t a k n y a — m e n g a l a m i apa y a n g dilukiskan di s i n i — d a n m e m a n g ini dapat
terjadi kapan dan di mana saja. Ada juga ulama vang memahaminya menunjuk
kota M e k k a h y a n g pernah m e n g a l a m i masa paceklik, setelah berlarut
kekejaman dan kedurhakaan mereka, sehingga Rasul saw. berdoa kiranya
m e r e k a m e n g a l a m i t a h u n - t a h u n sulit s e b a g a i m a n a y a n g d i a l a m i oleh
K e l o m p o k X A y a t 112 S u r a h a n - N a h l [16] 755

masyarakat Mesir pada masa Nabi Yusuf as. (HR. Bukhari, M u s l i m , dan
lain-lain melalui A b d u l l a h Ibn M a s ' u d ) .
Yang m e m a h a m i ayat ini turun setelah hijrah Nabi saw. menyatakan
bahwa ketika Nabi saw. telah tiba di M a d i n a h beliau sering kali m e n g u t u s
pasukan di sekitar kota M e k k a h y a n g mengakibatkan g a n g g u a n keamanan
bagi p e n d u d u k M e k k a h y a n g tadinya merasa aman.
Telah d i k e m u k a k a n s e b e l u m ini b a h w a a y a t - a y a t surah an-Nahl
kesemuanya turun sebelum Nabi saw. berhijrah ke M a d i n a h . Jika demikian,
ayat ini tidak berbicara tentang kota M e k k a h secara khusus, apalagi kata
{ h_ji ) qaryahlnegeri berbentuk nakirab (indifinitife) vang mengisyaratkan
bahwa ia b u k a n negeri tertentu. M e m a n g , ayat ini merupakan ancaman
terhadap p e n d u d u k kota M e k k a h — d i mana ayat ini turun—serta negeri-
negeri yang lain yang penduduknya mengkufuri nikmat Allah bahwa mereka
akan m e n g a l a m i krisis ekonomi d a n g a n g g u a n k e a m a n a n j i k a mereka
melakukan kedurhakaan-kedurhakaan.
Salah satu negeri/penduduk negeri y a n g secara tegas disebut n a m a n y a
mengalami apa yang dilukiskan di atas adalah negeri/penduduk Saba (Bacalah
Q S . Saba [ 3 4 ] : 1 5 - 1 7 ) . Apa y a n g dialami oleh sekian bangsa dan negara
dewasa ini j u g a merupakan pembuktian kebenaran ancaman ayat di atas.
Kata ( p*A ) an'um adalah bentuk jamak dari kata ( ) ni'mah, yakni
anugerah Aliah swt. Bentuk jamak kata ini diistilahkan dalam ilmu tata bahasa
Arab dengan jama' qillah (jamakyang mengandung makna sedikit). Ini berbeda
dengan kata ( ) m'km yang juga merupakan bentuk jamak dari kata ni'mah.

Penggunaan kata ini di sini mengisyaratkan bahwa anugerah Allah swt. yang
mereka peroleh itu sedikit jika dibandingkan dengan apa y a n g di sisi Allah.
D e m i k i a n al-Biqa i. A t a u lebih tepat dikatakan bahwa anugerah Allah swt.
y a n g mereka peroleh i t u — w a l a u banyak—-hakikatnya sedikit jika dibanding
dengan anugerah y a n g dapat mereka peroleh jika mereka taat kepada-Nya.
Thabathaba'i m e m a h a m i pemilihan bentuk j a m a k yang bukan m e n u n j u k
banyak itu karena ayat ini hanya menyebut tiga m a c a m nikmat, yaitu aman,

tenteram, dan anugerah rezeki sedang jumla h y a n g tersedikit u n t u k sesuatu


y a n g ditunjuk dengan j a m a k adalah tiga. Dua, dalam bahasa Arab, bukan
jamak.
756 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k X A y a t 113

Penggunaan kata ( ^ L J ) libas/pakaian memberi ilustrasi bahwa rasa lapar


dan takut itu telah meliputi diri mereka, tidak ubahnya sebagai pakaian yang
meliputi jasmani seseorang.

AYAT 113

"Dan demi, sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka
sendiri maka mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab
dan mereka adalah orang-orang yang zalim. "

J a n g a n duga b a h w a siksa y a n g disebut pada ayat y a n g lalu itu datang


tanpa peringatan. Tidak! A n e k a peringatan telah datang, dan demi Allah,
sesungguhnya telah datang juga kepada mereka seorang rasul yang memberi
kabar gembira dan ancaman. Rasul itu adalah orang yang mereka kenal asal
u s u l n y a ; m e r e k a j u g a m e n g e t a h u i k e p r i b a d i a n n y a y a n g l u h u r serta
perhatiannya kepada masyarakat karena rasul itu adalah dari kelompok mereka
sendiri, maka mereka mendustakannya sebagaimana k a m u , w a h a i k a u m
m u s y r i k i n M e k k a h m e n d u s t a k a n M u h a m m a d , karena kedurhakaan itu
mereka dimusnahkan atas perintah Allah oleh azab dan mereka adalah orang-
orang zalim.
Huruffa '/maka pada ftrman-Nya: {o^i^s) fa kadzdzabuhulmaka mereka
mendustakannya m e n g a n d u n g m a k n a tetapi. A g a k n y a , kata maka yang
digunakan di sini untuk mengisyaratkan bahwa pendustaan itu terjadi begitu
rasul datang m e n y a m p a i k a n ajakannya. Yakni mereka tidak m e m i k i r k a n
dengan tenang dan sungguh-sungguh ajakan rasul tersebut, tetapi langsung
1
menolaknya. Sedang, huruf y a n g sama pada firman-Nya: ( v -^' ^i^-li )fa
akhadzahum al- adzab/karena itu mereka dimusnahkan oleh azab ini dinamai
fa''at-ta 'qib y a n g sekadar berfungsi menjelaskan akibat perbuatan y a n g lalu.
Ini karena siksa tersebut terjadi setelah sekian lama, sebagaimana dipahami
dari sunnatullah y a n g tidak menyiksa begitu terjadi pelanggaran, tetapi
menangguhkan dan menangguhkan guna memberi kesempatan kepada para
K e l o m p o k X Ayat 114 S u r a h a n - N a h l [16] 757

p e n d u r h a k a u n t u k bertaubat. Sekian b a n y a k y a n g menjelaskan hakikat


tersebut dan sejalan j u g a dengan sifat-Nya sebagai al-Halim.
Ayat ini dan ayat sebelumnya dapat juga dipahami sebagal mengisyaratkan
k e n i k m a t a n material dan spiritual y a n g harus diraih oleh satu masyarakat
yang mendambakan kesejahteraan. Keamanan, ketenteraman, dan kehadiran
rezeki dari berbagai penjuru adalah nikmat material, sedang nikmat spiritual
adalah kehadiran rasul dan atau nilai-nilai ajaran agama. Dengan demikian,
stabilitas keamanan dan pertumbuhan ekonomi yang pesat sekali pun, tanpa
nilai-nilai spiritual, sama sekali tidak cukup untuk menjadikan satu masyarakat
hidup dalam kebahagiaan.

AYAT 114

"Maka makanlah dari apa yang direzekikan oleh Allah kepada kamu dalam
keadaayi halal lagi baik; dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-
Nya saja menyembah, "

J i k a telah nyata dari ayat-ayat y a n g lalu betapa kuasa Allah dan betapa
siksa-Nya dapat menimpa yang mengganti nikmat-Nya dengan kemusyrikan
dan kekufuran, maka hati-hatilah, jangan berlaku seperti otang-orang musyrik
m e n g i n g k a r i n i k m a t - n i k m a t Allah dan m e n g g a n t i n i k m a t itu menjadi
keburukan. Pilihlah, wahai orang-orang yang beriman, jalan kesyukuran dan
makanlah sebagian dari apa yang direzekikan, yakni dianugerahkan, oleh Allah
kepada, kamu antara lain yang telah disebut pada ayat-ayat yang lalu. Makanlah
itu dalam keadaan halal lagi baik, lezat dan bergizi serta b e r d a m p a k positif
bagi kesehatan; dan syukurilah nikmat Allah agar k a m u tidak ditimpa apa
y a n g m e n i m p a negeri-negeri terdahulu jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah.

Yang dimaksud dengan kata makan dalam ayat ini adalah segala aktivitas
manusia. Pemilihan kata makan, di samping karena ia merupakan kebutuhan
pokok manusia, juga karena makanan m e n d u k u n g aktivitas manusia. Tanpa
makan, manusia lemah dan tidak dapat m e l a k u k a n kegiatan.
758 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k X A y a t 115

Ayat ini m e m e r i n t a h k a n u n t u k m e m a k a n y a n g halal lagi baik. Ketika


menaksirkan Q S . al-Baqarah [ 2 ] : 168, penulis antara lain m e n g e m u k a k a h
bahwa tidak semua makanan yang halal otomatis baik. Karena, yang dinamai
halal terdiri dari empat macam, yaitu wajib, sunnah, mubah, dan makruh.
Aktivitas pun demikian. A d a aktivitas yang, w a l a u p u n halal, ia m a k r u h atau
sangat tidak disukai Allah, y a i t u pemutusan hubungan. Selanjutnya, tidak
semua y a n g halal sesuai dengan kondisi masing-masing pribadi. Ada halal
yang baik buat si A karena memiliki kondisi kesehatan tertentu, dan ada juga
y a n g kurang baik u n t u k n y a , walau baik buat y a n g lain. A d a m a k a n a n y a n g
halal, tetapi tidak bergizi, dan ketika itu ia menjadi kurang baik. Yang
diperintahkan oleh al-Qur'an adalah yang halal lagi b a i k

AYAT 115

"Allah hanya mengharamkan atas kamu bangkai, darah, daging babi, dan
apa yang disembelih dengan menyebut selain Allah. Tetapi, barang siapa yang
terpaksa sedang ia tidak menginginkan dan tidak (pula) melampaui batas,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang "

Apa y a n g direzekikan kepada manusia sungguh banyak, tidak terhitung,


berbeda dengan y a n g d i h a r a m k a n - N y a . Karena itu, ayat ini melanjutkan
bahwa Allah hanya mengharamkan atas kamu m e m a k a n bangkai, yakni
binatang y a n g berembus nyawanya tidak melalui cata yang sah, seperti yang
mati tercekik, dipukul, jatuh, ditanduk, dan diterkam binatang buas, namun
tidak sempat disembelih. D i k e c u a l i k a n dari pengertian bangkai adalah
binatang air seperti ikan dan sebagainya, begitu pula belalang. J u g a y a n g
diharamkan adalah darah, yakni yang mengalir, bukan yang substansi asalnya
m e m b e k u seperti limpah dan hati, d e m i k i a n juga haram m e m a k a n daging
babi, y a k n i seluruh t u b u h babi, termasuk tulang, lemak, dan kulitnya dan
apa, y a k n i binatang, yang disembelih dengan menyebut guna mengagungkan
n a m a selain nama Allah.
K e l o m p o k X A y a t 115 S u r a h a n - N a h l [16] 759

Allah M a h a Mengetahui bahwa keadaan keterpaksaan dapat mengantar


kepada pelanggaran ketentuan ini sehingga ayat ini melanjutkan bahwa: Tetapi,
barang siapa yang terpaksa, y a k n i berada d a l a m kondisi darurat, misalnya
karena rasa lapar y a n g tidak tertahankan lalu ia m e m a k a n n y a sedang ia tidak
menginginkan-nya, yakni tanpa mencari-cari alasan untuk bisa memakannya,
dan tidak pula-—jika ia terpaksa m e m a k a n n y a — m e lampa u i batas yang
diperbolehkan agama, Allah tidak akan menjatuhkan sanksi atasnya karena
sesungguhnya Allah Maha Pengampun m e n g a m p u n i kesalahan h a m b a - N y a
yang ia lakukan bukan karena kehendaknya dan mengampuni juga kesalahan
yang disengajanya bila ia bertaubat. Allah j u g a Maha Penyayang, antata lain
ketika mencegah manusia makan m a k a n a n yang berdampak buruk bagi
kesehatan jasmani dan ruhani mereka.
Islam m e n g h a r a m k a n bangkai karena binatang y a n g mati akibat faktor
ketuaan atau mati karena terjangkit penyakit pada dasatnya mati karena zat
b e r a c u n s e h i n g g a , b i l a d i k o n s u m s i oleh m a n u s i a , s a n g a t mungkin
mengakibatkan keracunan. D e m i k i a n juga binatang karena tercekik dan
dipukul, darahnya mengendap di dalam tubuhnya. Ini mengidap zat beracun
yang membahayakan manusia.
Kata ( jjsf J uhilla terambil dari kata ( SU ) halia yang digunakan sebagai
kata seru u n t u k memberi peringatan. Tentu saja, s e m a n y a n g m e n g a n d u n g
peringatan harus disampaikan dengan suara nyaring. Dari sini lahir kata ( j j * f )
ahalla y a n g berarti mengeraskan suara atau berteriak. Kata ahalla bil hajj
maknanya mengeraskan suara membaca talbiyah sewaktu melaksanakan haji.
Kaum musyrikin biasanya berteriak menyebut nama berhala apabila mereka
menyembelih. Atas dasar hal-hal itu, kata ini kemudian dipahami dalam arti
menyembelih.
Firman-Nya: ( AJ itil j j j j j d Uj ) wa md uhilla lighairi Allah bihilyang
disembelih dengan menyebut selain n a m a Allah mengisyaratkan bahwa
binatang yang dimaksud baru haram dimakan bila disembelih dalam keadaan
menyebut selain nama Allah. Adapun bila tidak disebut nama-Nya, binatang
halal y a n g disembelih d e m i k i a n masih dapat ditoleransi u n t u k dimakan.
Kata{ ) idhthurra asalnya adalah ( j)Ja-&\ 1 idhtharara yang terambil
dari kata ( )~*>) dharar y a n g berarti mudharat. FCata idhthurra dipahami
760 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k X Ayat 116-117

d a l a m arti k e b u t u h a n y a n g sangat mendesak y a n g bila tidak dipenuhi


mengakibatkan m u d h a r a t bagi y a n g bersangkutan atau, dengan kata lain,
keadaan terpaksa, yakni keadaan yang diduga dapat mengakibatkan mudharat
kematiannya.
Kata ( £b ) bdghin terambil dati kata ( ) baghd y a n g berarti
menghendaki/menginginkan. Yang dimaksud tidak menginginkannya adalah
tidak m e m a k a n n y a padahal ada m a k a n a n halal y a n g dapat ia m a k a n , tidak
pula m e m a k a n n y a memenuhi keinginan seleranya.
Kata ( ilp ) adin m a k s u d n y a melampaui batas. Tidak melampaui batas
y a n g dimaksud ayat ini adalah tidak memakan yang terlarang itu dalam kadar
y a n g melebihi kebutuhan m e n u t u p rasa lapar dan m e m e l i h a r a j i w a n y a .
Keadaan terpaksa dengan ketentuan d e m i k i a n ditetapkan Allah karena
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Penjelasan t e n t a n g m a k a n a n - m a k a n a n y a n g d i h a r a m k a n di atas
d i k e m u k a k a n dalam konteks mencela masyarakat Jahiliah, baik di M e k k a h
m a u p u n di M a d i n a h , y a n g m e m a k a n n y a . Mereka, misalnya, membolehkan
m e m a k a n binatang y a n g mati tanpa disembelih dengan alasan bahwa y a n g
disembelih/dicabut nyawanya oleh manusia halal maka mengapa haram y a n g
dicabut sendiri nyawanya oleh Allah? Penjelasan tersebut bukan berarti hanya
hal-hal y a n g disebut di sini y a n g d i h a r a m k a n Allah. U n t u k jelasnya lihat
33
kembali ayat 173 surah a l - B a q a r a h .

AYAT 1 1 6 - 1 1 7

"Dan janganlah kamu mengucapkan kebohongan melalui apa yang dilukiskan


oleh lidah kamu 'Ini halal dan ini haram sehingga kamu mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung Itu adalah kesenangan sedikit;
dan bagi mereka azab yang pedih. "

Baca volume 1 halaman 462.


Kelompok X Ayat 116-117 S u r a h a n - N a h l [16] 761

Setelah jelas apa y a n g d i h a r a m k a n Allah, kini ditegaskan larangan


mengada-ada atas n a m a Allah. Ayat ini m e n y a t a k a n bahwa: Dan janganlah
kamu mengucapkan kebohongan tentang binatang atau selainnya melalui apa
yang dilukiskan oleh lidah kamu, dengan berkata tanpa berpikir m a t a n g dan
tanpa merujuk kepada ketetapan Allah dan Rasul-Nya bahwa: "Ini halal dan
ini haram"sehingga dengan ucapan ini kamu mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah; karena siapa y a n g m e n g u c a p k a n atas nama p i h a k lain tanpa
izin-Nya m a k a ia berbohong d a n mengada-ada. Sesungguhnya orang-orang
yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. Jangan
duga apa yang mereka peroleh dari kebohongan itu merupakan keberuntungan.
T i d a k ! Itu, y a k n i apa y a n g m e r e k a peroleh atau akan peroleh, adalah
kesenangan y a n g sangat cepat berlalu lagi sedikit; dan bagi mereka setelah itu
azab yang pedih.
Ayat ini m e r u p a k a n salah satu peringatan keras kepada setiap orang,
termasuk kaum muslimin, untuk tidak menetapkan hukum atau
m e n y a m p a i k a n j a w a b a n bila ia tidak benar-benar mengetahui. H a n y a ada
tiga k e m u n g k i n a n y a n g dapat dipilih oleh penjawab y a n g tidak jelas baginya
d u d u k soal dan jawaban y a n g tepat. Pertama, b e r b o h o n g — d a n ini d a l a m
bidang a g a m a adalah dosa besar. Kedua, m e n d u g a - d u g a . Dengan menduga,
jawaban m e m a n g boleh jadi—secara kebetulan—mengena, tetapi al-Qur'an
mengingatkan bahwa:
i*, ,

"Sesungguhnyasebagian dugaan adalah dosa"{QS. al-Hujurat [ 4 9 ] : 1 2 ) , dan


pilihan ketiga adalah menjawab dengan: "Saya tidak tahu". Jawaban seperti
inilah y a n g sering kali diucapkan oleh sahabat Nabi saw. dan para ulama
karena mereka berkeyakinan bahwa "yang paling berani berfatwa adalah yang
paling berani menghadapi neraka". Itu sebabnya Imam Malik, misalnya, ketika
diajukan kepadanya satu pertanyaan oleh seseorang y a n g sengaja diutus dari
M a r o k o ke M a d i n a h , y a n g telah m e n e m p u h perjalanan selama enam bulan
lamanya, menjawab utusan itu, " S a m p a i k a n l a h kepada y a n g m e n g u t u s m u
bahwa aku tidak tahu". Di kali lain, beliau berkata, "Tidak ada sesuatu y a n g
lebih berat terhadap aku daripada ditanya satu persoalan tentang halal dan
762 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k X A y a t 118

haram karena ini adalah putusan m e n y a n g k u t h u k u m Allah. Kami telah


mengenal ulama-ulama di negeri ini. Siapa pun di antara mereka yang ditanya
tentang satu persoalan, apakah halal atau haram, ia menghadapi pertanyaan
itu bagaikan telah didekati oleh kematian." D e m i k i a n I m a m M a l i k . Dan
karena itulah, agaknya, sehingga I m a m M a l i k tidak berkata m e n y a n g k u t
pandangan h u k u m yang di kemukakannya berdasar ijtihadnya, "Itu halal atau
haram", tetapi berkata, "Aku tidak suka ini", atau semacamnya. Sikap ulama-
ulama lain tidak j a u h berbeda dengan sikap I m a m M a l i k y a n g dilukiskan di
atas.

AYAT 118

"Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami haramkan apa yang telah Kami
sampaikan kepadamu sebelum ini; dan Kami tiada menganiaya mereka, akan
tetapi merekalah terhadap diri mereka sendiri terus-menerus menganiaya. "

Setelah ayat-ayat y a n g lalu menjelaskan betapa n i k m a t Allah kepada


k a u m m u s l i m i n y a n g memeroleh aneka keringanan, antara lain izin untuk
m e m a k a n m a k a n a n haram bila dalam keadaan terpaksa, di sini dijelaskan
lagi n i k m a t - N y a y a n g lain dengan m e m b a n d i n g k a n n i k m a t Ilahi itu dengan
apa yang dialami oleh orang-orang Yahudi. Allah berfirman: Hai Nabi, ajaklah
u m a t m u memerhatikan dan menyadari b a h w a s u n g g u h tidak b a n y a k dan
tidak m e m b e r a t k a n ketetapan-ketetapan Kami kepada umat Islam, dan,
yakni padahal, terhadap orang-orang Yahudi secara k h u s u s — b u k a n terhadap
umat-umat y a n g l a i n — K a m i haramkan banyak hal antara lain apa yang telah
Kami sampaikan kepadamu sebelum t u r u n n y a ayat ini y a i t u pada Q S . al-
A n ' a m [6]: 146, yakni semua binatang yang berkuku, lemak sapi dan kambing
selain lemak y a n g melekat di p u n g g u n g kedua binatang itu atau y a n g berada
dalam perut besar dan usus, atau y a n g bercampur dengan tulang, dan Kami
tiada menganiaya mereka dengan mengharamkan itu semua atas mereka akan
tetapi merekalah terhadap diri mereka sendiri yang terus-menerus
menganiayanya, dengan melakukan aneka kedurhakaan.
K e l o m p o k X Ayat 119 S u r a h a n - N a h l [16] 763

Thabathaba'i m e n g h u b u n g k a n ayat ini dengan y a n g lalu melalui satu


pertanyaan yang dia munculkan akibat informasi ayat yang lalu, yakni seakan-
akan ada yang bertanya, "Kalau y a n g haram d i m a k a n h a n y a bangkai, darah,
daging babi, dan yang disembelih dengan menyebut n a m a selain Allah,
m e n g a p a ada hal-hal lain y a n g d i h a r a m k a n atas Bani Isra'il?" A y a t ini
menjawab bahwa: Sebenarnya makanan-makanan itu tadinya bukanlah yang
Kami haramkan buat mereka, tetapi disebabkan kedurhakaan mereka m a k a
Kami m e n g h a r a m k a n n y a . Kami tidak m e n g a n i a y a mereka dengan
pengharaman. J i k a mereka bertaubat, ketentuan itu Kami cabut.
D i d a h u l u k a n n y a kalimat terhadap orang-orang Yahudi agaknya sebagai
isyarat bahwa ketetapan h u k u m y a n g disebut itu, khusus diberlakukan
terhadap mereka. T i d a k diberlakukan kepada generasi sebelumnya. U n t u k
V i
jelasnya rujuklah ke Q S . Ali Tmran [ 3 ] : 9 3 .

AYAT 119

"Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu bagi orang-orang yang mengerjakan


kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan
mereka memperbaiki; sesungguhnya Tuhanmu sesudahnya benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. "

Ayat ini masih melanjutkan uraian tentang n i k m a t - n i k m a t Allah, dan


yang kali ini lebih besar dari yang sebelumnya. Karena itu, ayat ini memulainya
d e n g a n k a t a kemudian yang m e n g a n d u n g makna j a u h n y a jarak dan
kedudukan antara nikmat yang lalu (makanan) dengan nikmat pengampunan
dan rahmat y a n g disebut di sini. Di sisi lain, boleh jadi ada di antara k a u m
m u s l i m i n y a n g telah m e m a k a n m a k a n a n - m a k a n a n y a n g dinyatakan sebagai
m a k a n a n h a r a m p a d a ayat 115 y a n g lalu atau telah ikut m e n g a d a - a d a
kebohongan atas n a m a Allah (ayat 1 1 6 - 1 1 7 ) . Hal ini tentu saja merisaukan
mereka. Nah, ayat ini menghapus kerisauan itu dengan m e n y a t a k a n bahwa

Keterangan selengkapnya rujuk volume 2 halaman 181.


764 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k X A y a t 119

Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu y a n g m e m b i m b i n g dan mencurahkan


rahmat-Nya k e p a d a m u selalu m e m b u k a pintu p e n g a m p u n a n bagi orang-
orang yang mengerjakan kesalahan karena kelalaian dan kebodohannya, yakni
kecerobohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah dosa y a n g dilakukannya
itu betapapun besar dosa itu dan j u g a bersamaan dengan taubatnya itu serta
pertanda kebenarannya mereka memperbaiki diri; sesungguhnya Tuhanmu
sesudahnya, y a k n i sesudah taubatnya itu, benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Kata { AJI^?- ) jahalah terambil dari kata ( J ^ r ) jahl, y a k n i kebodohan.
Tetapi, yang dimaksud di sini bukannya kebodohan yang merupakan antonim
dari pengetahuan karena jika ini y a n g d i m a k s u d tentu saja pelakunya tidak
berdosa. B u k a n k a h Allah menoleransi siapa y a n g lupa, keliru/tak tahu, dan
y a n g terpaksa? Yang d i m a k s u d dengan jahalah di sini adalah kecerobohan,
d a l a m arti y a n g bersangkutan mestinya mengetahui bahwa hal tersebut
terlarang, atau m e m i l i k i k e m a m p u a n u n t u k tahu, atau m e m i l i k i sedikit
informasi m e n y a n g k u t k e h a r a m a n n y a , n a m u n d e m i k i a n ia m e l a n g k a h
melakukannya, didorong oleh nafsu. Ada j uga ulama yang berpendapat bahwa
penyebutan Vata jahAlah di sini u n t u k mengisyaratkan bahwa kebanyakan
dosa lahir akibat dorongan nafsu dan kelalaian m e m i k i r k a n akibat-akibat
buruknya.

Kata ( d i j j ) Rabbaka/Tuhanmu pada ayat ini mengisyaratkan bahwa


anugerah Allah swt. itu mereka peroleh berkat kedatangan Nabi M u h a m m a d
saw. m e m b a w a ajaran Islam.
Ayat di atas mengisyaratkan a d a n y a perbaikan diri setelah bertaubat.
Tetapi, y a n g menjadi pertanyaan adalah m e n g a p a kata ganti y a n g disebut
sesudahnya berbentuk tunggal, yakni h a n y a m e n u n j u k kepada taubat saja.
Hal ini a g a k n y a u n t u k mengisyaratkan b a h w a p e n g a m p u n a n dan rahmat
Uahi tersebut adalah hasil dari taubat, sedang perbaikan diri adalah pertanda
kebenaran taubat yang lahir bersama taubat lagi menyatu dengannya. Karena
itu, dalam penjelasan di atas, penulis kemukakan bahwa dan juga bersamaan
dengan taubatnya itu dan pertanda kebenarannya mereka memperbaiki diri.
KELOMPOK 11

AYAT 120-128

< i u r 1-'. ifi t'^u .-v/sV:

765
766 S u r a h a n - N a h l [16]
K e l o m p o k XI Ayat 120-122 S u r a h a n - N a h l [16] 767

AYAT 1 2 0 - 1 2 2

"Sesungguhnya Ibrdhim adalah umat lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dati
sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik. Dia mensyukuri nikmat-
nikmat-Nya, Allah telah memilihnya dan ynembimbingnya ke jalan yang lebar
lagi lurus. Dan Kami anugerahkan kepadanya kebaikan di dunia. Dan
sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. "

A y a t ini dan ayat-ayat berikut d i h i d a n g k a n u n t u k menjelaskan kepada


k a u m muslimin k e u t a m a a n a g a m a Islam y a n g mereka anut setelah ayat
s e b e l u m n y a m e n y a m p a i k a n a n u g e r a h p e n g a m p u n a n Allah swt. kepada
mereka. Seakan-akan ayat ini m e n y a t a k a n : Kini k a m u semua memeroleh
anugerah yang melimpah setelah sebelumnya hidup dalam kegelapan Jahiliah.
D o s a - d o s a y a n g k a m u lakukan ketika itu, kini telah d i a m p u n i Allah, lalu
k a m u dianugerahi a g a m a y a n g bukan seperti a g a m a - a g a m a y a n g lain. Dia
adalah agama Islam y a n g sumber awalnya diterima oleh N a b i Ibrahim, sosok
manusia istimewa, sedang sumber akhirnya k a m u terima dari sosok manusia
a g u n g pula, Rasul terakhir y a i t u Nabi M u h a m m a d . D e m i k i a n a g a m a ini,
pangkalannya tempat bertolak adalah Rasul dan pelabuhannya tempat bersauh
adalah Rasul pula. D e n g a n m e m a h a m i h u b u n g a n itu, ayat ini merupakan
pula pengantar bagi ayat 123 y a n g akan datang. D e m i k i a n lebih kurang Ibn
'y\syur m e n g h u b u n g k a n ayat ini dengan ayat-ayat yang lalu serta mendatang.
1
T h a b a t h a b a ! berpendapat bahwa ayat-ayat ini merupakan perincian
terhadap apa yang diuraikan sebelumnya yang membatasi keharaman makanan
pada empat hal y a n g disebut ayat-ayat y a n g lalu, seakan-akan ayat ini
m e n y a t a k a n : Itulah keadaan a g a m a M u s a . y a n g telah Kami h a r a m k a n atas
Bani tsra'il sebagian dari apa y a n g tadinya dihalalkan buat mereka. A d a p u n
a g a m a y a n g Kami t u r u n k a n k e p a d a m u , wahai Nabi M u h a m m a d , ia adalah
agama yang dianut oleh Ibrahim, yang Allah telah pilih dan bimbing ke jalan
lebar lagi lurus serta m e m b a h a g i a k a n n y a di d u n i a dan di akhirat. Ini adalah
a g a m a y a n g bercirikan moderasi serta sejalan dengan fitrah manusia. A g a m a
yang menghalalkan yang baik-baik dan mengharamkan yang buruk.
768 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k XI Ayat 120-122

M e n g a m a l k a n t u n t u n a n a g a m a ini m e n g u n d a n g kebaikan serupa dengan


kebaikan y a n g diperoleh Ibrahim. D e m i k i a n lebih kurang Thabathaba'!.
Sayyid Q u t h u b secara singkat berpendapat b a h w a uraian ayat y a n g lalu
tentang apa y a n g d i h a r a m k a n secara khusus atas orang-orang Yahudi dan
pengakuan k a u m m u s y r i k i n bahwa mereka m e n g i k u t i ajaran Nabi Ibrahim
as. dalam hal pengharaman beberapa makanan/binatang y a n g mereka jadikan
untuk berhala-berhala—kedua uraian itu—mengundang pembicaraan tentang
Nabi Ibrahim as. dan hakikat agamanya serta hubungan agamanya itu dengan
agama y a n g disampaikan oleh Nabi M u h a m m a d saw.
A l - B i q a ' i m e n u l i s b a h w a , m e l a l u i a y a t - a y a t y a n g l a l u , A l l a h swt.
mengajak kepada keluhuran budi dan m e n c e g a h keburukan akhlak serta
m e n y a m p a i k a n p e n y a m b u t a n - N y a terhadap siapa pun y a n g datang kepada-
N y a w a l a u dengan dosa sebesar apa pun. Penyambutan Allah itu adalah
pengabulan doa Nabi Ibrahim as. y a n g pernah dipanjatkannya yaitu:

"Barang siapa mengikutiku, maka sesungguhnya dia termasuk golonganku, dan


barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang'"(QS. Ibrahim [ 1 4 ] : 3 6 ) . Dari sini, lanjut
al-Biqa i, ayat ini m e n y e b u t Nabi Ibrahim as., k i r a n y a m e r e k a m e n g i k u t i
beliau dalam akidah tauhid serta kecenderungan kepada kebenaran, kalau
memang mereka adalah orang yang bermaksud mengikuti haq dan meneladani
leluhur.
A p a p u n h u b u n g a n n y a , y a n g j e l a s a y a t ini m e n y a t a k a n d e n g a n
m e n g g u n a k a n kata p e n g u k u h a n bahwa sesungguhnya Ibrahim adalah umat,
y a k n i sosok y a n g penuh keutamaan dan keteladanan, lagi patuh dengan
sepenuh hati kepada Allah, dan hanif, y a k n i selalu c e n d e r u n g k e p a d a
kebenaran lagi konsisten melaksanakannya. Dan sekali-kali bukanlah dia sejak
d a h u l u lagi secara terus-menerus—bukanlah d i a — t e r m a s u k orang-orang
musyrik, yakni beliau tidak pernah mempersekutukan Allah swt. Dia Nabi
suci itu adalah seorang y a n g selalu mensyukuri nikmat-nikmat-Nya dengan
ucapan dan perbuatannya. Karena k e s y u k u r a n n y a itulah m a k a Allah telah
K e l o m p o k XI Ayat 120-122 S u r a h a n - N a h l [16] 769

memilihnya dengan pemilihan sempurna sebagai i m a m , nabi, dan rasul dan


membimbingnya ke jalan yang lebar lagi lurus. Dan Kami anugerahkan
kepadanya kebaikan, yakni kenyamanan hidup dan n a m a baik, sehingga selalu
d i a g u n g k a n dan dikenang di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat nanti
benar-benar termasuk kelompok orang-orang yang sal eh, y a k n i y a n g mantap
kesalehannya sehingga memeroleh pula kebahagiaan ukhrawi.
Kata ( &f) ummah terambil dari kata ( ^ j * _ ^\) amma-ydummu yang
berarti menuju, menumpu, dan meneladani. Dari akar kara y a n g sama, lahir
antara lain kata umm y a n g berarti ibu dan imam yang maknanya pemimpin,
karena k e d u a n y a menjadi teladan, t u m p u a n pandangan dan harapan. Nabi
Ibrahim as., walau seorang diri, m e n y a t u d a l a m kepribadian beliau sekian
banyak sifat terpuji y a n g tidak dapat terhimpun kecuali melalui umat, yakni
sekelompok atau sekian b a n y a k manusia. Karena itu, beliau dinamai oleh
ayat ini ummah, dan dari sini beliau menjadi imam, yakni p e m i m p i n y a n g
sangat perlu diteladani. Sementara u l a m a m e m a h a m i kata ummah di sini
d a l a m arti imam, pemimpin yang diteladani. Ada juga yang memahaminya
d a l a m arti beliau sendiri telah menjadi u m a t tersendiri karena ketika beliau
diutus hanya beliau sendiri y a n g mengesakan Allah swt.

Kata (oUsrl) ijtabdhu terambil dari kata ( hL^ ) jibdyah, y a k n i pada


m u l a n y a berarti dihimpun. M a k n a ini k e m u d i a n berkembang sehingga
d i p a h a m i oleh banyak ulama d a l a m arti dipilih oleh Allah dan dijadikan
khusus bagi-Nya. Pilihan itu menjadikan beliau mendapat k e d u d u k a n Nabi
dan Rasul.

Kata ( ) bamfbiasa diartikan lurus atau cenderung kepada sesuatu.


Kata ini pada m u l a n y a d i g u n a k a n u n t u k m e n g g a m b a r k a n telapak kaki dan
k e m i r i n g a n n y a kepada telapak pasangannya. Yang kanan condong ke arah
kiri dan y a n g kiri condong ke arah kanan. Ini menjadikan manusia dapat
berjalan dengan lurus. Kelurusan itu menjadikan si pejalan tidak mencong
ke kiri, tidak pula ke kanan. Ajaran Nabi Ibrahim as. adalah hamf, tidak
bengkok ke arah kiri atau kanan, tidak kepada ajaran Yahudi, tidak j u g a
Nasrani. Ajarannya adalah moderasi.
770 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k X I A y a t 123

AYAT 123

Kemudian Kami wahyukan kepadamu, "Ikutilah agama Ibrahim yang hanif


dan bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik."

Setelah menjelaskan keagungan Nabi Ibrahim as. di dunia dan di akhirat,


dijelaskan pula k e s i n a m b u n g a n keagungan itu w a l a u setelah ribuan tahun
dari kehadiran beliau di pentas b u m i ini. Terbukti bahwa ajaran y a n g beliau
sampaikan masih terus diperintahkan dan dilestarikan melalui manusia
teragung, y a k n i Nabi M u h a m m a d saw. D e m i k i a n m a k s u d al-Biqa'i ketika
m e n g h u b u n g k a n ayat ini dengan ayat y a n g lalu.
Di atas, telah dikemukakan pendapat Thahir Ibn 'Asyrir dan Thabathaba 1
tentang h u b u n g a n ayat ini dengan ayat sebelumnya.
Ayat ini dimulai dengan kata kemudian bukan saja untuk mengisyaratkan
j a u h n y a jarak w a k t u antara Nabi Ibrahim as. dan Nabi M u h a m m a d saw.,
tetapi juga u n t u k mengisyaratkan betapa tinggi dan agung anugerah Allah
swt. kepada Nabi Ibrahim as. yang ajarannya d i w a h y u k a n Allah agar diikuti
oleh Nabi termulia, sekaligus u n t u k m e n u n j u k k a n bahwa prinsip-prinsip
agama yang disampaikan oleh Nabi M u h a m m a d saw. sama dengan prinsip-
prinsip a g a m a Nabi Ibrahim as. serta kelanjutan dari ajaran-ajaran beliau.

Ayat selanjutnya menyatakan: Kemudian Kami wahyukan kepadamu,


wahai Nabi M u h a m m a d , bahwa: "Ikutilah agama, y a k n i prinsip-prinsip
akidah, syariah, dan akhlak Ibrdhtm yang hanif, y a k n i seorang y a n g selalu
d a l a m keadaan cenderung kepada kebenaran, dan bukanlah dia termasuk
orang-orang musyrik."
F i r m a n - N y a : ( ^Uj U-?-jl ) awhaynA ilaykalKami telah wahyukan
kepadamu memberi m a k n a bahwa apa yang diajarkan oleh Nabi M u h a m m a d
saw. y a n g merupakan ajaran Nabi Ibrahim as. itu adalah berdasar w a h y u
Ilahi, bukan berdasar perkiraan nalar manusia atau tradisi leluhur y a n g tidak
jelas asal u s u l n y a , s e b a g a i m a n a y a n g disebut-sebut oleh sekian tokoh
masyarakat M e k k a h .
K e l o m p o k X I A y a t 123 S u r a h a n - N a h l [16] 771

Ayat 120 y a n g lalu menafikan kemusyrikan atas Nabi Ibraham as. dengan
1
m e n y a t a k a n ( Cff j - * ^ J * ^ f* ) lam yaku min al-musyrikin yang maknanya
seperti penulis jelaskan di atas sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang
musyrik. Sedang, ayat ini menafikan k e m u s y r i k a n beliau dengan redaksi
(jsTj-iil Uj ) wa md kdna min al-musyrikin. K e d u a redaksi ini
m e n g a n d u n g m a k n a y a n g berbeda n a m u n saling melengkapi. Hal tersebut
demikian karena kata ( ^ ) lam- digunakan untuk menarikan sesuatu dan dalam
saat y a n g sama m e n g u b a h masa y a n g ditunjuk oleh bentuk mudhdri'(kata
kerja masa kini) m e n g u b a h n y a menjadi masa lalu. Sehingga, lam menafikan
terjadinya sesuatu p a d a masa lalu. Di sisi lain, kata kerja masa kini itu
mengandung juga makna kesinambungan. M a k n a ini tidak dipengaruhi oleh
kehadiran lam itu sehingga masih tetap d i k a n d u n g n y a . Dari sini, /km y a n g
m e n d a h u l u i satu kata kerja masa kini m e n g a n d u n g m a k n a tidak pernah
sekaligus bersinambung secara terus-menerus. Yakni sejak dahulu hingga kini.

Seperti dikemukakan di atas, ayat 123 ini redaksi yang digunakan u n t u k


menafikan tersentuhnya Nabi Ibrahim oleh kemusyrikan adalah wa md kdna
min al-musyriktn, yakni menggunakan kata (\*)md yang berfungsi menafikan
sesuatu serta kata kerja ( otT ) kdna. Pakar-pakar bahasa menyatakan b a h w a
apabila md bergandengan dengan kdna seperti bunyi ayat ini, itu mengandung
k e m a n t a p a n penafian serta kejauhan apa y a n g dinafikan itu dari sesuatu.
Bahkan, istilah md kdna m e n g a n d u n g m a k n a tidak pernah ada wujudnya
3
(lihat kembali penafsiran Q S . at-Taubah [ 9 ] : 113). - Nah, ini berarti redaksi
ayat 123 menegaskan bahwa kemusyrikan sungguh j a u h dari Nabi Ibrahim
as., dan sama sekali sedikit pun tidak m e n y e n t u h n y a .

Dari gabungan k e d u a ayat di atas, dapat dipahami b a h w a kemusyrikan


tidak pernah menyentuh N a b i Ibrahim as. pada masa lalu, d a n hai itu
bersinambung terus-menerus (sebagaimana dipahami dari redaksi ayat 120),
d a n b a h w a k e m u s y r i k a n t i d a k m e n y e n t u h , b a h k a n s a n g a t j a u h dari
kepribadian beliau sebagaimana dipahami dari ayat 123 ini. D e m i k i a n lebih
kurang uraian T h a h i r Ibn A s y u r .

Rujuk volume 5 halaman 266.


772 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k XI Ayat 124

Dari penjelasan di atas, dapat juga ditarik kesimpulan bahwa ajaran Islam
yang disampaikan oleh Nabi M u h a m m a d saw. y a n g pada dasarnya mengikuti
ajaran Nabi Ibrahim as. adalah ajaran y a n g benar-benar bersih lagi suci dari
segala bentuk kemusyrikan. Ini antara lain karena kejelasan ayat-ayat al-Qur'an
serta keterpeliharaan redaksinya dan keterhindarannya dari segala sesuatu yang
dapat mengantar kepada syirik.

AYAT 124

"Sesungguhnya, hari Sabtu dijadikan atas orang-orang yang berselisih padanya.


Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara
mereka di Hari Kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu. "

O r a n g Yahudi m e n y a t a k a n b a h w a Nabi Ibrahim as. adalah penganut


a g a m a Yahudi. M e r e k a juga m e n g a k u sangat menghormati hari Sabtu. Di
sisi lain, umat Islam mengagungkan hari Jumat. Orang-orang Yahudi menilai
J u m a t b u k a n ajaran Nabi Ibrahim as. Dari sini, ayat di atas m e n y a t a k a n
bahwa pengagungan hari J u m a t — d a l a m ajaran Islam-—dan bukan hari Sabtu,
sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Nabi Ibrahim as., seperti y a n g
dikatakan orang-orang Yahudi, sesungguhnya larangan berburu pada hari Sabtu
bukan merupakan ajaran Ibrahim, tetapi larangan itu dijadikan bencana atas
orang-orangYahudiyang berselisih padinya, yakni menyangkut hari yang harus
dihormati, karena kendati Allah telah menerima keinginan mereka
mengho rmati hari Sabtu, mereka tetap durhaka dan menyalahi perintah Tuhan
itu. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara
mereka di Hari Kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu.

Ayat ini dijelaskan m a k n a n y a oleh Nabi saw. y a n g bersabda, "Kitalah


kelompok terakhir tetapi paling depan di hari K e m u d i a n , kendati mereka
(orang Yahudi dan Nasrani) menerima kitab sebelum kita dan kita menerima
sesudah mereka. Inilah hari (hari Jumat) yang merupakan hari yang diwajibkan
atas mereka (menghormatinya) tetapi mereka berselisih menyangkut hari itu
K e l o m p o k XI Ayat 124 S u r a h a n - N a h l [16) 773

maka Allah memberi kita petunjuk kepadanya. Maka, mereka adalah pengikut
kita, yakni orang Yahudi besok (menjadikan besok/hari Sabtu hari besar
mereka), sedang orang Nasrani, lusa (hari M i n g g u ) ( H R . Bukhari, M u s l i m , ,
A h m a d , dan lain-lain melalui Abu H u r a i r a h ) .
Kata ( ) sabt pada mulanya berarti memotong, maksudnya memotong
(memutuskan) dan menghentikan kegiatan sehari-hari u n t u k berkonsentrasi
dalam ibadah. Dari sini, kata tersebut k e m u d i a n dipahami juga d a l a m arti
tenang. Hari Sabtu dinamai demikian karena hari itu bagi orang-orang Yahudi
adalah hari tenang tanpa kegiatan.
Firman-Nya: ( - u l ) ikhtalaju fthi dipahami oleh sebagian u l a m a
dalam arti mereka memperselisihkan tentang penerimaannya. A l - B i q a ' i
menulis bahwa mereka diperintahkan untuk membesarkan hari Jumat, tetapi
mereka berselisih, sebagian m e n e r i m a dan sebagian menolak. Lalu, mereka
mengganti hari J u m a t itu dengan hari Sabtu m a k a Allah menjatuhkan sanksi
atas mereka, sebagaimana dikesankan oleh kata ( ^ J s - ) ala, yakni bahwa
ketetapan Allah menyetujui keinginan mereka m e n g a g u n g k a n hari Sabtu,
j u s t t u m e n j a d i b e n c a n a buat m e r e k a , y a k n i bagi y a n g berselisih itu.
Thabathaba i memahami petselisihan itu sebagaimana dijelaskan dalam sekian
a y a t p a d a s u r a h a l - B a q a r a h , an-Nisa", d a n al-A'raf, y a k n i a d a y a n g
menerimanya, ada y a n g menolaknya, dan ada j u g a y a n g m e l a k s a n a k a n n y a
dengan tipu daya. Pendapat ini dihadang oleh hadits Bukhari di atas.

M u h a m m a d Sayyid T h a n t h a w i m e n g u t i p pendapat y a n g m e n y a t a k a n
bahwa yang dimaksud dengan ikhtalaju fthi bukan perselisihan antar-mereka,
tetapi dalam arti membangkang perintah Nabi mereka. Pendapat ini dipilih
juga oleh Ibn 'Asyur. Ayat ini m e n u r u t n y a bertujuan m e m b a n t a h penganut
agama Yahudi yang mengklaim bahwa mereka adalah pengikut Nabi Ibrahim
as. karena penetapan hari Sabtu adalah ketetapan baru y a n g belum dikenal
pada masa Nabi Ibrahim as. Perlu dicatat b a h w a tidak ada petunjuk yang
dapat ditarik dari ayat ini, bahwa hari J u m a t adalah hari besar dalam ajaran
Nabi Ibrahim as.
774 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k XI A y a t 125

AYAT 125

"Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. "

Nabi M u h a m m a d saw. y a n g diperintahkan u n t u k m e n g i k u t i Nabi


Ibrahim as., sebagaimana terbaca pada ayat yang lalu, kini diperintahkan lagi
untuk mengajak siapa p u n agar mengikuti pula prinsip-prinsip ajaran Bapak
para nabi dan P e n g u m a n d a n g T a u h i d itu. A y a t ini menyatakan: Wahai Nabi
M u h a m m a d , serulah, y a k n i lanjutkan usahamu untuk menyeru semua yang
engkau sanggup seru, kepada jalan yang ditunjukkan Tuhanmu, yakni ajaran
Islam, dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka, yakni
siapa p u n y a n g menolak atau meragukan ajaran Islam, dengan cara yang
terbaik. Itulah tiga cara b e r d a k w a h y a n g h e n d a k n y a e n g k a u t e m p u h
menghadapi manusia yang beraneka ragam peringkat dan kecenderungannya;
jangan hiraukan cemoohan, atau t u d u h a n - t u d u h a n tidak berdasar k a u m
musyrikin, dan serahkan urusanmu dan urusan mereka pada Allah karena
sesungguhnya Tuhanmu yang selalu m e m b i m b i n g dan berbuat baik kepadamu
Dia-lah sendiri yang lebih mengetahui dari siapa p u n y a n g m e n d u g a tahu
tentang siapa yang bejat j i w a n y a sehingga tersesat dari j a bin-Nya dan Dia-lah
saja juga yang lebih mengetahui orang-orang yang sehat j i w a n y a sehingga
mendapat petunjuk.

Ayat ini dipahami oleh sementara ulama sebagai menjelaskan tiga macam
metode d a k w a h y a n g harus disesuaikan dengan sasaran dakwah. Terhadap
cendekiawan yang memiliki pengetahuan tinggi diperintahkan menyampaikan
dakwah dengan hikmah, yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan
tingkat kepandaian mereka. Terhadap k a u m a w a m diperintahkan u n t u k
menerapkan mau 'izhah, yakni memberikan nasihat dan perumpamaan yang
m e n y e n t u h j i w a sesuai dengan taraf pengetahuan mereka y a n g sederhana.
S e d a n g , t e r h a d a p Ahl al-Kitdb dan p e n g a n u t a g a m a - a g a m a lain y a n g
K e l o m p o k XI Ayat 125 S u r a h a n - N a h l [16] 775

diperintahkan adalah j idd* l/perdebatan dengan cara yang terbaik, yaitu dengan
logika dan retorika y a n g halus, lepas dari kekerasan dan u m p a t a n .
Kata (la&r ) hikmah antara lain berarti yangpahng utama dari segala
sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah pengetahuan atau
tindakan y a n g bebas dari kesalahan atau kekeliruan. Hikmah juga diartikan
sebagai sesuatu yang bila digunakan f diperhatikan akan mendatangkan
kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar serta menghalangi
terjadinya mudharat atau kesiditan yang besar atau lebih besar. M a k n a ini
ditarik dari kata hakamah, y a n g berarti kendali, karena kendali menghalangi
hewan/kendaraan mengarah ke arah yang tidak diinginkan atau menjadi liar.
M e m i l i h perbuatan y a n g terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah.
M e m i l i h y a n g terbaik dan sesuai dari d u a hal y a n g b u r u k pun dinamai
hikmah, dan p e l a k u n y a d i n a m a i hakim (bijaksana). Siapa y a n g tepat dalam
penilaiannya dan dalam pengaturannya, dialah yang wajar menyandang sifat
ini atau dengan kara lain dia yanghakim. Thahir Ibn 'Asyur menggarisbawahi
bahwa hikmah adalah n a m a h i m p u n a n segala ucapan atau pengetahuan yang
m e n g a r a h kepada perbaikan k e a d a a n dan kepercayaan m a n u s i a secara
bersinambung. Thabathaba'i mengutip ar-Raghib al-Ashfahani yang
m e n y a t a k a n secara singkat b a h w a hikmah adalah sesuatu yang mengena
kebenaran berdasar ilmu dan akal. Dengan demikian, m e n u r u t Thabathaba i,
hikmah adalah argumen yang menghasilkan kebenaran yang tidak diragukan,
tidak m e n g a n d u n g kelemahan tidak juga kekaburan.

Pakar tafsir al-Biqa i menggarisbawahi bahwa al-hakim, y a k n i yang


memiliki hikmah, harus yakin sepenuhnya tentang pengetahuan dan tindakan
yang diambilnya sehingga dia tampil dengan penuh percaya diri, tidak berbicara
dengan ragu atau kira-kira, dan tidak pula m e l a k u k a n sesuatu dengan coba-
coba.

Kata (aii&AD al-mau'izhah terambil dari kata ( ) luaazha yang


berarti nasihat. Mauizhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar
kepada kebaikan. D e m i k i a n d i k e m u k a k a n oleh banyak ulama. Sedang, kata
(5»iol*-) jddilhum terambil dari kata ( J u * - ) jidat y a n g bermakna diskusi
atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan
776 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k XI Ayat 125

menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh
semua orang maupun hanya oleh mitra bicara.
D i t e m u k a n di atas bahwa mau'izhah h e n d a k n y a disampaikan dengan
(«u-**-) basanah/baik, sedang perintah berjidMdisifati dengan kata ( )
ahsan/yang terbaik, b u k a n sekadar yang baik. Keduanya berbeda dengan
hikmah y a n g tidak disifati oleh satu sifat pun. Ini berarti bahwa mau 'izhah
ada y a n g baik dan ada y a n g tidak baik, sedang jiaal ada tiga macam, y a n g
baik, y a n g terbaik, dan y a n g buruk.

Hikmah tidak perlu disifati dengan sesuatu karena dari m a k n a n y a telah


diketahui bahwa ia adalah sesuatu yang mengena kebenaran berdasar ilmu
dan akal—seperti tulis ar-Raghib, atau seperti tulis Ibn 'Asyur, ia adalah segala
ucapan atau pengetahuan yang mengarah kepada perbaikan keadaan dan
kepercayaan manusia secara bersinambung. Di sisi l a i n , hikmah yang
disampaikan itu adalah yang d i m i l i k i oleh seorang ( ) hakim yang
dilukiskan m a k n a n y a oleh al-Biqa i seperti penulis nukil di atas, dan ini tentu
saja akan d i s a m p a i k a n n y a setepat m u n g k i n , sehingga tanpa menyifatinya
dengan satu sifat pun, otomatis dari namanya dan sifat penyandangnya dapat
diketahui bahwa penyampaiannya pastilah dalam bentuk y a n g paling sesuai.

Adapun mau 'izhah, ia baru dapat mengena hati sasaran bila ucapan yang
disampaikan itu disertai dengan pengamalan d a n keteladanan dari y a n g
menyampaikannya. Nah, inilah yang bersifat hasanah. Kalau tidak, ia adalah
yang buruk, yang seharusnya dihindari. Di sisi lain, karena mau'izhah biasanya
bertujuan mencegah sasaran dari sesuatu y a n g k u r a n g baik, dan ini dapat
m e n g u n d a n g e m o s i — b a i k dari y a n g m e n y a m p a i k a n , lebih-lebih y a n g
m e n e r i m a n y a — m a u ' i z h a h adalah sangat perlu u n t u k mengingatkan
kebaikannya itu.

Sedang jiddlberdiri dari tiga macam, yang buruk adalah yang disampaikan
dengan kasar, y a n g mengundang kemarahan lawan, serta y a n g menggunakan
dalih-dalih yang tidak benar. Yang baik adalah yang disampaikan dengan sopan
serta menggunakan dalil-dalil atau dalih walau hanya yang diakui oleh lawan,
tetapi yang terbaik adalah yang disampaikan dengan baik dan dengan argumen
y a n g benar lagi m e m b u n g k a m lawan.
Kelompok XI Ayat 126-128 S u r a h a n - N a h l [16] 777

Penyebutan urutan ketiga m a c a m metode itu sungguh serasi. Ia dimulai


d e n g a n hikmah y a n g d a p a t d i s a m p a i k a n t a n p a syarat, disusul d e n g a n
mau 'izhah dengan syarat hasanah karena memang ia hanya terdiri dari macam,
dan y a n g ketiga a d a l a h y V ^ / y a n g dapat terdiri dari tiga m a c a m buruk, baik,
dan terbaik, sedang y a n g dianjurkan adalah yang terbaik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa al-Our'an, demikian juga cara berdakwah
Nabi M u h a m m a d saw., m e n g a n d u n g ketiga metode di atas. Ia diterapkan
kepada siapa pun sesuai dengan kondisi masing-masing sasaran.
Di atas, telah d i k e m u k a k a n b a h w a sementara u l a m a m e m b a g i ketiga
m e t o d e ini sesuai d e n g a n t i n g k a t k e c e r d a s a n sasaran d a k w a h . Yakni
cendekiawan y a n g memiliki k e m a m p u a n berpikir y a n g tinggi diajak dengan
hikmah. A d a p u n orang a w a m y a n g belum mencapai tingkat kesempurnaan
akal, tidak j u g a telah terjerumus dalam kebejatan moral, mereka disentuh
dengan mau 'izhah. Sedang, penganut a g a m a lain dengan jiddl. Pendapat ini
tidak disepakati oleh ulama. "Bisa saja ketiga cara ini dipakai dalam satu
situasi/sasaran, di kali lain h a n y a dua cara, atau satu, masing-masing sesuai
sasaran y a n g dihadapi. Bisa saja cendekiawan tersentuh oleh mau'izhah, dan
tidak mustahil pula orang-orang awam memeroleh manfaat dari jiddl dengan
yang terbaik" D e m i k i a n T h a b a t h a b a i, salah seorang u l a m a y a n g menolak
penerapan metode d a k w a h itu terhadap tingkat kecerdasan sasaran.

Thahir Ibn 'Asytir yang berpendapat serupa dan menyatakan bahwa jiddl
adalah bagian dari hikmah dan mau'izhah. H a n y a saja, tulisnya, karena tujuan
jiddl adalah meluruskan tingkah laku atau pendapat sehingga sasaran yang
dihadapi menerima kebenaran, kendati ia tidak terlepas dari hikmah atau
mau'izhah, ayat ini m e n y e b u t n y a secara tersendiri berdampingan dengan
keduanya g u n a mengingat tujuan danjiddlitu.

AYAT 1 2 6 - 1 2 8

"Dan apabila kamu membalas, maka balaslah persis sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepada kamu. Akan tetapi, jika kamu bersabar sesungguhnya
itulah yang lebih baik bagi para penyabar. Dan bersabarlah dan tiadalah
778 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k XI Ayat 126-128

kesabaranmu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau


bersedih hati terhadap mereka dan jangan (pula) engkau bersempit dada
terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-
orangyang bertakwa dan orang-orang yang mereka adalah para muhsinin. "

J i k a ayat y a n g lalu memberi pengajaran bagaimana cara-cara berdakwah,


ayat ini memberi pengajaran bagaimana seharusnya membalas jika kondisi
telah mencapai tingkat pembalasan. Jika ayat 125 m e n u n t u n bagaimana cara
menghadapi sasaran dakwah y a n g diduga dapat m e n e r i m a ajakan tanpa
m e m b a n t a h atau bersikeras menolak serta dapat menerima ajakan setelah
jidM (bermujadalah), di sini dijelaskan bagaimana menghadapi mereka yang
membangkang dan melakukan kejahatan terhadap para pelaku dakwah, yakni
da'i/penganjur kebaikan. Demikian terlihat ayat ini dan ayat yang lalu tersusun
urutannya secara bertahap. Begitu penjelasan banyak ulama. Itulah, tulisThahir
Ibn 'Asyur, sehingga ayat ini dimulai dengan "dan", yakni dan apabila kamu
membalas, yakni menjatuhkan h u k u m a n kepada siapa yang menyakiti kamu,
maka balaslah, y a k n i h u k u m l a h dia, persis sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepada kamu atau kesalahan yang mereka lakukan. Jangan sedikit
pun m e l a m p a u i batas. Akan tetapi, jika kamu bersabar dan tidak membalas,
m a k a sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi para penyabar baik di dunia
m a u p u n di akhirat kelak. Karena itu, wahai Nabi M u h a m m a d , sebagai
manusia sempurna dan teladan laksanakanlah t u n t u n a n ini dan bersabarlah
menghadapi gangguan k a u m m u dan dalam melaksanakan tugas-tugas dakwah
dan tiadalah kesabaranmu itu akan m e n c a p a i hasil y a n g memuaskan
melainkan dengan pertolongan Allah kepadamu. Karena itu, andalkanlah Allah
dan m o h o n l a h pertolongannya dan janganlah engkau bersedih hati terhadap
keengganan mereka beriman dan jangan pula engkau bersempit dada, yakni
kesal walau sedikit pun, terhadap apa yang terus-menerus mereka tipu dayakan
guna merintangi d a k w a h m u . U p a y a mereka tidak akan berhasil dan mereka
pun tidak akan mencelakakan m u karena engkau adalah seorang yang bertakwa
dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa, yakni yang menjaga
diri dari m u r k a - N y a dengan cara menjauhkan diri dari larangan-Nya dan
orang-orang yang mereka adalah para muhsinin.
K e l o m p o k XI Ayat 126-128 S u r a h a n - N a h l [16] 779

Sementara u l a m a berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan


gugurnya paman Nabi saw., Hamzah Ibn 'Abdul Muththalib ra., dalam Perang
U h u d dan dalam keadaan y a n g sangat mengenaskan. H i d u n g dan telinga
beliau dipotong, perutnya dibelah, jantungnya diambil lalu dikunyah. Ketika
Nabi saw. melihat kesudahan y a n g sangat mengerikan itu, beliau bersabda,
"Semoga rahmat Allah tercurah padamu. Sesungguhnya engkau banyak sekali
melakukan kebajikan serta selalu bersilaturahim. Seandainya Shafiyah tidak
akan bersedih, niscaya engkau kubiarkan agar engkau dibangkitkan Allah
dalam rongga sekian banyak (makhluk-Nya). D e m i Allah, kalau aku berhasil
mengalahkan mereka ( k a u m musyrikin yang m e m p e r l a k u k a n Sayyidina
H a m z a h dengan kejam), niscaya aku akan membalas k e g u g u r a n m u dengan
menewaskan tujuh p u l u h orang di antara mereka." Sementara sahabat
menambah, "Kita akan melakukan lebih daripada apa y a n g mereka lakukan"
( H R . A h m a d dan at-Tirmidzi melalui Ubay Ibn Ka'ab).

Hadits di atas dijadikan dasar oleh sementara u l a m a u n t u k menyatakan


bahwa ayat-ayat di atas turun setelah Nabi saw. berhijrah karena Perang U h u d
terjadi di M a d i n a h pada tahun ketiga Hijrah.
Ibn Katsir yang juga menyinggung hadits ini dalam tafsirnya berpendapat
bahwa hadits di atas lemah karena salah seorang perawinya, yaitu Shalih Ibn
Basyir a h M u r r i , dinilai lemah oleh pakar-pakar hadits.
M e m a n g , t i d a k m u s t a h i l a d a k e i n g i n a n hati u n t u k m e l a k u k a n
pembalasan. T i d a k mustahil j u g a ayat ini tidak muncul dalam benak Nabi
saw. ketika beliau mengucapkan sabdanya—jika seandainya hadits di a t a s —
tetapi beberapa saat k e m u d i a n beliau teringat pesan Allah swt. itu lalu
m e m b a c a n y a u n t u k m e n g i n g a t k a n s e m u a sahabatnya. Itu d i d u g a oleh
sementara sahabat beliau bahwa baru ketika itulah ayat ini turun, padahal
sebenarnya telah turun sejak beliau di M e k k a h , jauh sebelum berhijrah.
Penggunaan kata ( j ) ) inlapabila dalam firman-Nya: ( ) wa in
'hqabtumJdan apabila kamu membalas memberi kesan bahwa pembalasan
dimaksud diragukan akan dilakukan atau jarang akan terjadi dari mitra bicara,
dalam konteks ini adalah kaum muslimin. Ini dipahami demikian karena in
y a n g biasa diterjemahkan apabila tidak digunakan oleh bahasa Arab kecuali
terhadap sesuatu yang jarang atau diragukan akan terjadi atau semacamnya.
780 S u r a h a n - N a h l [16] K e l o m p o k X ! Ayat 126-128

Berbeda dengan kata ( l i t ) idzd y a n g m e n g a n d u n g isyarat tentang kepastian


terjadinya apa y a n g dibicarakan. Itu sebabnya antara lain ketika berbicara
tentang kehadiran kematian dan p e n i n g g a l a n harta yang banyak, Q S . al-
Baqarah [ 2 ] : 180 m e n g g u n a k a n kata idzd u n t u k y a n g p e r t a m a karena
k e h a d i r a n k e m a t i a n a d a l a h pasti bagi setiap orang. B e r b e d a d e n g a n
m e n i n g g a l k a n harta y a n g banyak, y a n g bukan merupakan kepastian, tetapi
jarang terjadinya.
Firman-Nya: ( iib * J u > j J W ^ J ) washbir wamd shabruka illd billdhl
dan bersabarlah dan tiadalah kesabaranmu melainkan dengan pertolongan
Allah d i p a h a m i oleh asy-Sya'rawi sebagai perintah u n t u k m e m b u l a t k a n niat
melaksanakan kesabaran. "Jangan d u g a bahwa e n g k a u y a n g melahirkan
kesabaran. Allah swt. hanya m e n u n t u t darimu agar engkau mengarah kepada
kesabaran, sekadar mengarah dan m e m b u l a t k a n niat. J i k a itu telah engkau
lakukan, Allah swt. akan melahirkan dalam dirimu bisikan-bisikan baik yang
m e m b a n t u m u bersabar, m e m p e r m u d a h b a g i m u serta menjadikan engkau
rela m e n e r i m a apa y a n g engkau hadapi. Dengan d e m i k i a n , kesabaranmu
menjadi sabar yang indah tanpa gerutu dan tanpa pembangkangan." Demikian
asy-Sya'rawi.

Setelah mengesankan tidak akan terjadinya pembalasan,_ ayat di atas


melanjutkan dengan perintah sabar, tetapi redaksi perintah ini berbentuk
t u n g g a l , berbeda d e n g a n redaksi y a n g m e n g g a m b a r k a n kemungkinan
m e m b a l a s s e b e l u m n y a . B e n t u k tunggal di sini d i t u j u k a n k e p a d a N a b i
M u h a m m a d saw. S u n g g u h wajar hal itu d e m i k i a n karena anjuran untuk
tidak m e m b a l a s adalah y a n g terbaik, dan ini h e n d a k n y a d i t a m p i l k a n oleh
Rasul saw. agar dapat diteladani oleh u m a t n y a . D e n g a n d e m i k i a n , beliau
menjadi muhsin dan y a n g meneladani beliau pun d e m i k i a n . R u j u k l a h ke
ayat 9 0 surah ini untuk m e m a h a m i m a k n a kata abmubsinin.^

Ayat-ayat di atas seakan-akan berpesan kepada Nabi M u h a m m a d saw.


bahwa: Wahai Nabi, engkau adalah p e m i m p i n para muhsinin sehingga Allah
pasri bersamamu. Dengan d e m i k i a n , engkau akan meraih k e m e n a n g a n dan
kekalahan akan diderita musuh-musuhmu. Karena iru, jangan Gemas, jangan

Lihatkembalt halaman 699.


S u r a h a n - N a h l [16] 781

bersedih hati, serta j a n g a n pula kesal, j a n g a n j u g a m e m i n t a disegerakan


d a t a n g n y a ketetapan A l l a h dan k e m e n a n g a n — d i d o r o n g oleh cemas-—
sebagaimana k a u m musyrikin m e m i n t a disegetakan kedatangannya siksa
terdorong oleh keinginan mereka mengejek.
D e m i k i a n bertemu pesan awal ayat pada surah ini dengan kandungan
pesan penutupnya. Wa Allah Alam.

You might also like