You are on page 1of 5

Artikel Pendidikan Kewarganegaraan

Nama/NIM : Biben Nurbani Hasan/ 091511038

Mata Kuliah : PKN(Pendidikan Kewarganegaraan)

Jurusan/ Kelas : Jurusan Teknik Komputer dan Informatika / 2 B

POLBAN
Artikel yang didapat :

Hukum Bagi Teroris dan Hukum bagi Koruptor


28 September 2010 pada 3:29 am

Isu teroris kembali menghangat akhir-akhir ini. Pemicunya tak lain kasus penyerangan
sekelompok bersenjata terhadap Mapolsek. Dugaan sementara, penyerang ini adalah bagian dari
kelompok teroris yang melakukan aksi balas dendam karena tertangkapnya teman mereka oleh
Densus 88.

Teroris telah menjadi sebuah keyword yang mampu meningkatkan trafik melebihi teknik
manapun. Frase teroris jauh melampaui korupsi maupun koruptor. Padahal efeknya sama
dahsyatnya, menimbulkan korban yang banyak dan tak berdosa. Tapi kenapa hanya para teroris
itu yang mendapat porsi lebih?

Kepolisian dibawah kepemimpinan Jenderal Bambang Hendarso Danuri sangat tahu


persis seluk beluk teroris. Saking hebatnya, setiap kasus teroris tak membutuhkan waktu lama
untuk mengungkap siapa dalang serta kroninya. Database semua kelompok maupun individu
tercatat rapi, pada saat muncul sebuah kasus, tinggal buka arsip jadi deh pelaku serta motifnya.

Asas praduga tak bersalah tidak layak bagi para teroris berbeda jika pelakunya adalah
koruptor kelas kakap. Berbagai macam dalih maupun alibi dimana pada akhirnya berbuah
keringanan hukuman. Sekali lagi, nasib para “teroris” memang lagi apes. Tak ada namanya hak
asasi apalagi ruang pembelaan yang berimbang. Palu sudah diketuk, keputusan harus diterima
walaupun pahit.
Pengembangan dari artikel diatas :

Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian


kekuasaan kelembagaan. dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang
politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai
perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi
dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat
menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi
penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan
politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih. Tapi kenapa di
Negara Indonesia tercinta ini hal tersebut tidak berlaku contohnya seperti kasus
dibawah ini.

Saat ini isu teroris mencuat kembali. Pemicunya tak lain kasus penyerangan baik itu
penyerangan kemapolsek atau peledakan gedung-gedung tertentu yang sangat meresahkan. Para
dalang teroris yang menjadi otak dari semua kejadian-kejadian terror ini satu persatu dapat
ditangkap. Dan para teroris ini di hukum sesuai dengan hukum yang berlaku, malangnya mereka
tidak mendapatkan hak praduga tak bersalah, mereka harus menerima keputusan yang telah
diberikan kepada mereka, jangankan teroris bahkan pencuri sandalpun mempunyai nasib yang
sama. Mereka tidak bisa mengelak dari hukum yang telah di putuskan.

Kasus itu jauh berbeda dengan yang terjadi pada para koruptor, mereka bisa berdalih dan
mengungkapkan alibi yang kemudian bisa memperingan hukuman mereka, ya mungkin itu
sesuai dengan bunyi ini “Kemerdekaan … mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan ….
“. Bunyi diatas merupanan potongan dari pasal 28, itulah yang berlaku bagi para koruptor.

Kita tentu berharap ada keseimbangan dalam melihat kasus teroris dengan korupsi.
Kedua-duanya memiliki efek yang sangat luar biasa. Pencuri kecil merampas harta orang lain
untuk makan, teroris merampas hak hidup orang lain, koruptor pun demikian. Perbedaan yang
paling menonjol adalah teroris banyak yang ditembak mati, pencuri kecil banyak yang dipukuli
dan dipenjara sangat lama, tetapi koruptor walaupun misalnya dia masuk penjara-penjaranya
sekelas dengan hotel berbintang dan kurun waktunya pun relative singkat.
Komentar :

Mungkin saat ini para penegak hukum di Indonesia upahnya terlalu kecil, atau mungkin
iman mereka yang terlalu kecil sehingga mereka dengan mudahnya disogok.

Yang perlu di perbaiki di system hukum Indonesia adalah tentang pasal 27 ayat (1),
padahal disitu tertulis jelas “Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada

kecualinya.” Tapi pada kenyataannya dengan uang orang menjadi kebal hukum.

Kesimpulan :

1. Indonesia masih belum bisa disebut sebagai Negara hukum apabila masalah-masalah
pasal 27 ayat(1) itu dapat di realisasi. Moral bangsa ini akan semakin hancur jika para
koruptor malah di”manja” dengan fasilitas-fasilitas penjara yang sangat mewah
bahkan lebih bagus dari rumash saya. Bayangkan bila warga Negara lain mengetahui
tentang hal ini “Koruptor di Indonesia dipenjara dalam sebuah ‘hotel’ berbintang”
mungkin mereka akan menertawakan bangsa kita dan melecehkan kita, karena begitu
ringannya hukuman bagi koruptor.

2. Kenapa kasus korupsi begitu sulit untuk dipecahkan sedangkan kasus teroris yang
sudah terorganisir begitu mudahdipecahkan bahkan sampai tahu seluk beluknya.
Kasus yang perlu ditangani dengan serius di Indonesia bukan hanya tentang teroris
tetapi juga tentang korupsi.
Daftar Pustaka

www.qflee.wordpress.com/2010/09/28/ham-teroris-dan-HAK-koruptor

You might also like