You are on page 1of 39

.

  Pengertian Jasa Pendidikan

            Dewasa  ini  jasa pendidikan memegang  peranan  vital  dalam mengembangkan

dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, akan tetapi  minat dan perhatian pada

aspek kualitas  jasa  pendidikan bisa  dikatakan  baru  berkembang  dalam  satu  dekade 

terakhir.  keberhasilan jasa pendidikan ditentukan dalam memberikan  pelayanan yang

berkualitas kepada para pengguna jasa pendidikan  tersebut  (siswa  atau

mahasiswa/peserta didik).  Sebelum  lebih  jauh membahas mengenai kualitas jasa

pendidikan, terlebih dahulu  akan dibahas  mengenai pengertian jasa pendidikan dari

beberapa  ahli sehingga kualitas jasa pendidikan yang dimaksud dalam  pembahasan ini

dapat dipahami secara komprehensif.

            Jasa  merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang  ditawarkan untuk dijual

(Fandy Tjiptono, 1996:6).  Dalam hal ini jasa berupa  suatu  kegiatan  yang bermanfaat

bagi  pihak  lain  dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya.

            Kotler  mengemukakan pengertian jasa adalah a service to any  act or

performance that one party can offer to another that is  essentially  intangible and does

not result in the ownership of  anytihing.  Its production may or may not tied to a

physical product (Kotler, 2003:444). Jasa  merupakan  sesuatu  yang tidak  berwujud, 

yang  melibatkan hubungan  antara penyaji jasa dengan konsumen pemakai  dan  tidak

ada perpindahan kepemilikan (transfer of ownership) antara keduanya.  Dalam 

menghasilkan jasa tersebut  digunakan  produk  fisik untuk mendukung aktivitasnya.

            Sedangkan  Berry seperti dikutip Zeithaml and Bitner  mengemukakan: Service 

are deeds, process and performance (Zeithaml and  Berry, 1996 : 5).  Jasa dapat diartikan

sebagai unjuk kerja  (performance) ataupun  prosedur kerja, tindakan dan aktivitas 
(deeds),  maupun proses  yang dilakukan oleh seseorang atau institusi  yang  dapat

digunakan  untuk  memenuhi kebutuhan dan  keinginan  konsumennya, Selanjutnya  dari

beberapa definisi jasa yang  telah  dikemukakan sebelumnya dan dirangkum.  Zeithaml

dan Berry mengekukakan bahwa jasa adalah include all economic activites whose outout

is not a physical product or construction, is generally consumed at at time it is produced

and provides added value in forms (such as convenience, amusement, timelines, comfort

and health) that are essentially intangibles, concern of it first purchaser (Adapted from

Zeithaml and Berry, 1996 : 5).

            Jasa adalah meliputi segenap kegiatan ekonomi yang mengasilkan  output 

(keluaran)  berupa produk  atau  konstruksi  (hasil karya)  non fisik, yang lazimnya

dikonsumsi pada saat  diproduksi dan memberi nilai tambah pada bentuk (form) seperti 

kepraktisan, kecocokan.kepastian, kenyamanan dan kesehatan, yang pada  intinya

menerik  citra  jasa pada pembeli pertama.  Sementara  itu,  jasa pendidikan merupakan

jasa yang bersifat kompleks karena  bersifat padat  karya dan padat modal.  Artinya

dibutuhkan  banyak  tenaga kerja  yang  memiliki skill khusus dalam  bidang  pendidikan 

dan padat  modal  karena membutuhkan infrastruktur  (peralatan)  yang lengkap dan

harganya cukup mahal.

http://harisetiyanto.wordpress.com/2009/01/31/pengertian-jasa-pendidikan/
Stakeholder dapat diartikan sebagai segenap pihak yang terkait dengan isu dan
permasalahan yang sedang diangkat. Misalnya bilamana isu perikanan, maka stakeholder
dalam hal ini adalah pihak-pihak yang terkait dengan isu perikanan, seperti nelayan,
masyarakat pesisir, pemilik kapal, anak buah kapal, pedagang ikan, pengolah ikan,
pembudidaya ikan, pemerintah, pihak swasta di bidang perikanan, dan sebagainya.
Stakeholder dalam hal ini dapat juga dinamakan pemangku kepentingan.

Mengenal Apakah Itu Stakeholder?

Pengertian stakeholder Istilah stakeholder sudah sangat populer. Kata ini telah dipakai
oleh banyak pihak dan hubungannnya dengan berbagi ilmu atau konteks, misalnya
manajemen bisnis, ilmu komunikasi, pengelolaan sumberdaya alam, sosiologi, dan lain-
lain. Lembaga-lembaga publik telah menggunakan secara luas istilah stakeholder ini ke
dalam proses-proses pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana,
stakeholder sering dinyatakan sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang
terkait dengan suatu issu atau suatu rencana. Dalam buku Cultivating Peace, Ramizes
mengidentifikasi berbagai pendapat mengenai stakekholder ini. Beberapa defenisi yang
penting dikemukakan seperti Freeman (1984) yang mendefenisikan stakeholder sebagai
kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu
pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan Biset (1998) secara singkat mendefenisikan
stekeholder merupakan orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada
permasalahan. Stakeholder ini sering diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu
sebagimana dikemukakan Freeman (1984), yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan
relatif stakeholder terhadap issu, Grimble and Wellard (1996), dari segi posisi penting
dan pengaruh yang dimiliki mereka.

Pandangan-pandangan di atas menunjukkan bahwa pengenalan stakeholder tidak sekedar


menjawab pertanyaan siapa stekholder suatu issu tapi juga sifat hubungan stakeholder
dengan issu, sikap, pandangan, dan pengaruh stakeholder itu. Aspek-aspek ini sangat
penting dianalisis untuk mengenal stakeholder.

Kategori Stakeholder

Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu issu
stakeholder dapat diketegorikan kedalam beberapa kelompok ODA (1995)
mengelompkkan stakeholder kedalam yaitu stakeholder primer, sekunder dan stakeholder
kunci . Sebagai gambaran pengelompokan tersebut pada berbagai kebijakan, program,
dan proyek pemerintah (publik) dapat kemukakan kelompok stakeholder seperti berikut :

Stakeholder Utama (primer)

Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan kepentingan secara


langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan
sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan.
1.Masyarakat dan tokoh masyarakat : Masyarakat yang terkait dengan proyek, yakni
masyarakat yang di identifkasi akan memperoleh manfaat dan yang akan terkena dampak
(kehilangan tanah dan kemungkinan kehilangan mata pencaharian) dari proyek ini.
Tokoh masyarakat : Anggota masyarakat yang oleh masyarakat ditokohkan di wilayah itu
sekaligus dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat

2.Pihak Manajer publik : lembaga/badan publik yang bertanggung jawab dalam


pengambilan dan implementasi suatu keputusan.

Stakeholder Pendukung (sekunder)

Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan


kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi
memiliki kepedulian (consern) dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan
berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah.

1.lembaga(Aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak memiliki tanggung jawab
langsung.

2.lembaga pemerintah yang terkait dengan issu tetapi tidak memiliki kewenangan secara
langsung dalam pengambilan keputusan.

3.Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat : LSM yang bergerak di bidang yang
bersesuai dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang memiliki “concern”
(termasuk organisasi massa yang terkait).

4.Perguruan Tinggi: Kelompok akademisi ini memiliki pengaruh penting dalam


pengambilan keputusan pemerintah.

5.Pengusaha(Badan usaha) yang terkait.

Stakeholder Kunci

Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam
hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif
sesuai levelnya, legisltif, dan instansi. Misalnya, stekholder kunci untuk suatu keputusan
untuk suatu proyek level daerah kabupaten.

1.Pemerintah Kabupaten 2.DPR Kabupaten 3.Dinas yang membawahi langsung proyek


yang bersangkutan.
MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM SEBUAH PEMIKIRAN
Bangun Sitohang

Pendidikan adalah proses kehidupan yang masalahnya sangat kompleks dan tetap
ada sepanjang manusia membentuk peradabannya di muka bumi ini. Namun dalam
prosesnya pendidikan tetap memerlukan pembenahan sesuai masalah yang dihadapi pada
zamannya. Dari beberapa masalah yang ada setidaknya terdapat tiga persoalan
pendidikan nasional yang dapat dipelajari dalam sebuah konsep pemikiran atau
setidaknya menjadi acuan dalam mengatasi berbagai anomali dalam bidang pendidikan,
antara lain : 1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan; 2. Peningkatan mutu,
relevansi dan daya saing; 3. Penguatan tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik
sebagaimana dibahas berikut ini :

1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan

Pendidikan adalah proses kehidupan yang berkait dengan masalah demokrasi


yang memberi peluang bahwa setiap warga bangsa memiliki akses yang sama
untuk mendapatkannya. Oleh sebab itu penyelenggaraan pendidikan baik secara
formal maupun informal harus bisa meningkatkan potensi masing-masing peserta
didik dan tidak boleh diskriminasi. Pembukaan UUD 1945 antara lain
menegaskan bahwa tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Memasuki abad ke-21 bahwa dunia pendidikan di Indonesia setidaknya


menghadapi dua tantangan besar, pertama, bagaimana pendidikan menghasilkan
sumber daya manusia yang kompetitif di era globalisasi; dan kedua, dunia
pendidikan di Indonesia juga dituntut untuk bisa melakukan sistem pendidikan
nasional yang demokratis dengan tetap memperhatikan keragaman lokal,
khususnya keragaman kebutuhan, kondisi daerah dari peserta didik, sehingga
dapat mendorong peningkatan partisipasi masyarakat di bidang pendidikan.

Sejak bergulirnya reformasi ’98, semangat pendidikan nasional dalam


perakteknya mengalami pergeseran terutama jika dikaitkan dengan UU No 32
tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, pendidikan yang tadinya terkesan
sentralistik kemudian bergeser pada pemahaman otonomi pendidikan sesuai
dengan konsep penyelenggaraan pemerintahan daerah. Salah satu contoh ekstrem
dari dampak otonomi pendidikan di daerah adalah adanya penunjukan kepala
dinas pendidikan yang bukan didasarkan atas kompetensi pendidikan tetapi lebih
bersifat birokratis sehingga pengangkatan lebih condong pada aspek like or
dislike dengan pejabat yang diangkat, ini salah satu anomali pendidikan saat ini.
Dari sejumlah persoalan yang ada, yang paling mendesak dalam rangka
pembangunan pendidikan nasional adalah menyangkut pemerataan dalam
perolehan pendidikan serta perluasan akses pendidikan secara nasional.
Letak geografis Indonesia yang terdiri atas pegunungan dan kepulauan
menjadikan tantangan tersendiri bagi pemerataan pendidikan secara nasional.
Kondisi tersebut membuat masyarakat tertentu di pedalaman sulit berkembang
karena akses pendidikan yang terbatas akibat medan wilayah yang jauh dari
perkotaan serta terbatasnya alat transportasi dan komunikasi. Pada sisi lain bahwa
pertambahan jumlah penduduk yang besar adalah sebuah tantangan tersendiri
dalam pembangunan pendidikan secara nasional. Sehingga sangatlah tepat jika
amandemen UUD 45 pasal 31 menetapkan 20 % dari APBN/APBD untuk bidang
pendidikan, meskipun dalam prakteknya masih belum seperti yang diharapkan,
tetapi setidaknya sudah ada niat baik pemerintah untuk memajukan pendidikan
bangsanya. Disamping itu bahwa anggaran pendidikan yang disediakan
pemerintah baik di pusat dan daerah terkesan tambal sulam dengan membuat
kebijakan perencanaan pendidikan yang terkesan temporer seperti pengadaan
BOS. Bentuk bantuan tersebut merupakan simbol pemerataan bagi orang tidak
mampu agar dapat menikmati pendidikan yang berkelanjutan. Pertanyannya
adalah bagaimana jika BOS selesai, tentu akan ada persoalan baru lagi dalam
pemerataan bidang pendidikan.

Salah satu perluasan akses pendidikan baik formal maupun informal yang
telah dilakukan pemerintah adalah digulirkannya kebijakan penyelenggaraan
pendidikan jarak jauh melalui kerjasama beberapa universitas, dimana
pengelolaannya oleh Dirjen Dikti. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kemampuan guru sehingga memiliki jenjang pendidikan setara S1. Dalam bidang
pendidikan informal pemerintah juga telah membuat kelompok kejar paket dan
membina pendidikan swakelola yang dilakukan oleh masyarakat. Kebijakan
pendidikan tersebut patut didukung semua lapisan masyarakat, meskipun dalam
perakteknya masih mengalami berbagai kendala, karena sebagian besar
masyarakat kita tinggal di daerah pedesaan dan belum tentu semua pedesaan
memiliki jaringan telepon untuk akses internet serta memiliki jaringan listrik,
akibatnya kalaupun pemerintah menyediakan komputer, maka sarana tersebut
terkesan mubazir. Padahal memasuki era globalisasi menurut Alfin Tofler sarana
informasi merupakan faktor pengendali pada abad ke 21 ini.

Di samping itu pembangunan sarana dan prasarana belajar masih belum


merata distribusinya sehingga terkadang ada gedung sekolah yang
memprihatinkan atau asal jadi, dsb. Dengan kondisi demikian maka akses
perluasan pendidikan masih mengalami kendala yang besar terutama dalam hal
dukungan dana penyelenggaraan pendidikan, belum lagi penyelewengan dana
pendidikan yang terjadi di beberapa daerah. Mengingat pendidikan adalah proses
kehidupan yang didalamnya termasuk tanggungjawab semua strata (masyarakat,
orangtua, guru, pengelola pendidikan), maka dalam rangka akselerasi perluasan
pendidikan yang perlu ditekankan ke depan adalah menanamkan rasa
tanggungjawab stakeholder pendidikan, sehingga perluasannya bukan saja
dibebankan kepada pemerintah, inilah masalah klasik yang selalu menjadi
perdebatan di masyarakat, sehingga masih menjadi kendala dalam perluasan akses
pendidikan di Indonesia.
2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing

Dunia pendidikan adalah industri yang harus dikelola secara efisien dan
profesional, agar bermutu serta kompetitif di era pasar bebas. Kita tidak bisa lagi
menjalankan pendidikan hanya berdasar pada kemampuan administrasi dan
birokratis. Tantangan profesionalisme pendidikan dari semua jenjang (SD,SMP,
SMU bahkan Perguruan Tinggi) memerlukan penataan pengajar atau guru secara
profesional dalam memperkuat penguasan ilmu (kompetensi) masing-masing
sesuai yang diamanatkan UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Untuk
selanjutnya semua hasil pendidikan didasarkan pada PP No.19 tahun 2005 tentang
Standarisasi Pendidikan Nasional, dimana bentuk konkretnya diuji lewat Ujian
Nasional (UN) sayangnya UN kurang memperhatikan aspek perbedaan daerah
secara demografi dan pemerataan pendidikan yang belum proporsional di seluruh
Indonesia. Pemerintah pusat terkesan memaksakan keseragaman pendidikan
secara nasional (sentralistik pendidikan). Munculnya pro dan kontra terhadap
pelaksanaan UN dalam kacamata pedagogik (Tilaar), kurang menghargai,
mengembangkan kebhinekaan, pluralisme. jika perkembangan intelektual
diseragamkan, bukankah itu akan membuat benturan budaya pada masa
mendatang bagi anak didik, karena seharusnya pendidikan tidak dilihat sebagai
evaluasi bejalar secara birokratis melainkan harus dilihat utuh untuk kemajuan
pendidikan secara psikis dan pisik dengan dimbangi tingkat kesejahteraan.
Bukankah pendidikan tujuannya untuk meningkatkan potensi sesuai kemampuan
anak, maka kalau pengujian pendidikan diseragamkan sudahkah kita membuat
pemerataan pendidikan secara proporsional, hanya waktu yang akan menguji.

Salah satu agenda reformasi adalah perbaikan mutu pendidikan yang


dimulai dari tingkat prasekolah SD,SLTP,SMU sampai perguruan tinggi dan
kegiatan non-formal di dalam kehidupan masyarakat. Masing-masing tingkatan
memiliki karakteristik dan aturan tersendiri dalam pelaksanaannya. Pada era
sebelumnya, masyarakat masih beranggapan bahwa pendidikan adalah persoalan
yang hanya diselesaikan oleh pemerintah dan para pengelola pendidikan. Tetapi
memasuki abad ke 21 ini, khususnya di Indonesia pemahaman pentingnya
pendidikan telah mengalami kemajuan yang berarti dimana masyarakat telah
berinisiatif sendiri dalam mengelola pendidikan dan penyelenggaraannya, yakni
dengan menggunakan pola manajemen berbasiskan masyarakat (education based
community), padahal pengelolaan pendidikan sebelumnya dilakukan secara
rutinitas tanpa ada pola manajemen sehingga pendidikan tergantung pada
penguasa (birokrasi) dan sentralistik.

Perlunya manajemen dalam pendidikan adalah untuk mengantisipasi


perubahan global yang disertai oleh kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi
informasi. Perubahan itu sendiri sangat cepat dan pesat, sehingga perlu ada
perbaikan yang berkelanjutan (continous improvement) di bidang pendidikan
sehingga output pendidikan dapat bersaing dalam era globalisasi seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi.
Persaingan tersebut hanya mungkin dimenangkan oleh lembaga pendidikan yang
tetap memperhatikan kualitas pendidikan dalam pengelolaannya. Sebab syarat
untuk bisa bersaing adalah perbaikan yang berkelanjutan dalam organisasi,
utamanya dalam peningkatkan pendidikan sesuai konsep total kualitas terpadu
(TQM) pada perguruan tinggi seperti diuraikan Ralph G.Lewis & Doughlas
H.Smith, Total Quality in Higher Education, 1994-p.63 bahwa setidaknya
terdapat sembilan unsur yang berkait yaitu: focus pada kebutuhan pasar; punya
performans yang tinggi dalam semua bidang; punya sistem pencapaian kualitas;
ada ukuran prestasi; pengembangan nilai persaingan; team yang baik; perbaikan
komunikasi internal dan eksternal; pemberian reward; adanya proses review
yang secara berkelanjutan. Secara normatif penerapan kesembilan point tersebut
menjadi ukuran dan titik tolak untuk membuat citra pendidikan yang lebih baik,
terutama pendidikan tinggi sebagai gudang ilmu pengetahuan dan teknologi masa
depan.

Lembaga pendidikan yang mampu bersaing dan merebut pasar adalah


“perguruan tinggi yang berkualitas”. Oleh sebab itu peningkatan kualitas
pendidikan dalam rangka perbaikan berkelanjutan (continous improvement) sudah
harus dimulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi dan dalam
pengelolaannya juga memerlukan sumber daya yang besar, serta didukung pola
manajemen pendidikan yang baik. Tersedianya tenaga kependidikan; dana;
sarana dan prasarana dalam mencapai kualitas pendidikan selayaknya secara
integral diadakan dan didayagunakan oleh keluarga, masyarakat, peserta didik dan
pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama sebagai cermin
tanggungjawab bersama semua lapisan yang peduli pendidikan.

Berkait dengan tanggungjawab dana pendidikan, maka perguruan tinggi


sebagai ujung tombak pendidikan nasional sebagai lembaga riset dan ilmu
pengetahuan sudah tentu memerlukan biaya yang sangat besar untuk mendukung
kemajuannya. Terlepas dari persoalan penyalahgunaan anggaran pendidikan
sebelumnya ; yang pasti sektor pendidikan kekurangan biaya dalam
pengelolaannya baik perguruan tinggi negeri (PTN) maupun perguruan tinggi
swasta (PTS). Permasalahan perguruan tinggi selama ini adalah
ketidakmampuan dalam membiayai kampus dan kegiatan akademik secara
mandiri, inilah salah satu alasan kegagalan dalam peningkatan mutu.

3. Penguatan tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik

Penguatan tata kelola pendidikan tidak saja bengantung pada kemampuan


pemerintah saja tetapi juga sangat bergantung pada kemauan dari semua lapisan
masyarakat sebagai Stakeholder dalam Sistem Pendidikan Nasional, oleh sebab
itu dalam pengelolaan pendidikan sebagai sebagai suatu sistem sangat berkait
dengan proses dan dinamika manusia dan lingkungannya (filsafatnya), dan cita-
cita pendidikan harus kita lihat secara komprehensip sebagai suatu sistem
pendidikan nasional yaitu adanya interdepedensi komponen stakeholders
pendidikan yang melibatkan :
o Masyarakat lokal (ada anggapan pendidikan hanya tanggungjawab
pemerintah, sehingga desentralisasi pendidikan belum dimaknai oleh
masyarakat sebagai pengembangan kemajuan pendidikan). UU No 32
tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah mengilhami otonomi
pendidikan di daerah. Namun dalam tahun 2006 muncul apa yang kita
kenal Ujian Nasional, padahal konsep tersebut cenderung konsep
penyeragaman budaya yang berbeda. Bukankah pendidikan yang
demokratis adalah pendidikan yang memberikan kebebasan bagi daerah
untuk menyesuaikan dengan perkembangan daerahnya serta apakah
pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang di daerah
dapat disamaratakan kualitasnya. Fungsi pendidikan kekinian adalah
transisi iptek dan masyarakat masa depan yang menghargai kebhinekaan
dan keragaman pendapat.
o Orangtua (selalu beranggapan sekolah saja tempat pendidikan, sehingga
kurang serius memperhatikan kemajuan anak baik secara behavior
maupun psikologis). Peserta didik lebih cenderung terbentuk dari karakter
proses kehidupan dalam keluarga, sekolah lebih cenderung memberikan
pengetahuan saja. Namun sangat disayangkan bahwa kondisi orangtua
dalam masyarakat Indonesia masih hidup terbelakang baik secara ekonomi
maupun kesehatan (kurang gizi), serta kerja yang serabutan, sehingga
dapat kita bayangkan bagaimana generasi yang dihasilkannya dalam
rangka peningkatan pendidikan non-formal anak disamping pendidikan di
sekolah.

o Peserta didik (belum sepenuhnya peserta didik dari berbagai tingkatan


yang tertampung, sehingga berdampak pada jumlah anak putus sekolah
karena biaya tinggi dan juga kurang didukung oleh faktor pendekatan pisik
(gizi) dan pendekatan psikis.

o Negara (dari segi material bahwa negara belum menempatkan pos khusus
untuk pendidikan, dan kesannya dana pendidikan disediakan secara tambal
sulam, jelas kita akan mengetahui apa hasil pendidikan dengan dana
terbatas – bukankah dalam pendidikan perlu perbaikan berkelanjutan
dan dukungan dana untuk riset dan pengembangan?). Siap atau tidak siap,
pendidikan di daerah memerlukan perhatian serius terutama dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan pemanfaatan sumberdaya manusia di
daerah. Selanjutnya dana pendidikan 20% yang dianggarkan dalam
APBN/APBD masih sebatas wacana, kalaupun ada biaya murah atau
gratis biaya pendidikan di daerah-daerah tertentu, kesannya dipaksakan
untuk populis saja bahkan untuk menarik simpati partai politik pendukung
saja bukan sebagai bentuk perencanaan pendidikan yang matang.

o Pengelola profesi pendidikan (cenderung menyelenggarakan pendidikan


bukan motiv mencerdaskan tetapi “profit oriented atau bisnis”
sehingga pendidikan terkesan mahal, sementara pendidikan formal yang
disediakan negara sangat terbatas menampung peserta didik).
Dikawatirkan oleh Neils Postman seorang pemikir pendidikan dunia, akan
terjadi apa yang dinamakan teacher as as subversive activity. Untuk itu
sekolah harus bisa menjadi alat kontrol cita-cita kemajuan bangsa sesuai
filsafat pendidikan dan arah kebijakan pembangunan nasional yang
diamanatkan dalam pembukaan UUD 45.

Dari kelima stakeholder pendidikan di atas, setidaknya tatakelola


pendidikan benar-benar dapat terintegrasi dalam pembangunan nasional, yang
akuntabilitasnya bukan saja tanggungjawab pemerintah melainkan sudah menjadi
tanggungjawab semua lapisan masyarakat. Dengan demikian pada masa
mendatang pembangunan pendidikan diharapkan dapat memberikan pencitraan
publik atau performans pendidikan nasional yang berkualitas dan menghasilkan
peserta didik yang mampu menghadapi pasar kerja (link and match) serta siap
dengan persaingan gobal.

http://bangun.sitohang.com/02/07/2008/manajemen-pendidikan.html
Menurut Payne, "Jasa merupakan suatu kegiatan yang memiliki beberapa unsur
ketakberwujudan (intangible) yang melibatkan beberapa interaksi dengan konsumen atau
dengan properti kepemilikiannnya, dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan."

Menurut Zeithmal dan Bitner, "Jasa adalah seluruh kegiatan yang meliputi aktifitas
ekonomi yang hasilnya bukan merupakan produk fisik atau konstruksi, umumnya
dikonsumsi sekaligus pada saat diproduksi dan memberikan nilai tambah dalam berbagai
bentuk (seperti : kenyamanan, hiburan, ketepatan waktu, kemudahan dan kesehatan) yang
pada dasarnya tidak berwujud."

Menurut Lovelock dan Wright, bisnis jasa dipandang sebagai suatu sistem terdiri dari
sistem operasi jasa (service operation system) dan sistem penyampaian jasa (service
delivery system). Sistem operasi jasa (service operation system), merupakan komponen
yang terdapat dalam sistem bisnis jasa secara keseluruhan, dimana input diproses dan
elemen-elemen produk jasa diciptakan melalui komponen sumber daya manusia dan
komponen fisik. Pada sistem penyampaian jasa (service delivery system), berhubungan
dengan kapan, dimana, dan bagaimana jasa disampaikan kepada pelanggan, meliputi
unsur-unsur sistem dalam operasi jasa dan hal-hal lain yang disajikan kepada konsumen
lain.

Pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia atau suatu proses yang harus
dilakukan baik yang terlembaga maupun tidak terlembaga yang menyangkut fisik dan
non fisik dan membutuhkan infrastruktur dan skil ataupun keterampilan.

Dengan demikian Jasa Pendidikan adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
pendidikan yang mengutamakan pelayanan dalam prosesnya.
DINAMIKA LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA DI INDONESIA –
Bagian 2

Oleh. Purwalodra / Dr. M. Eko Purwanto, SE, MM


(Wiradarma Education Consultant)

Kharakteristik Produk Jasa Pendidikan

Dalam pengelolaan jasa pelayanan pendidikan, kita mengenal beberapa kharakteristik


yang melekat dalam produk jasa pendidikan tersebut, antara lain : Perishability (tidak
bisa disimpan), Intangibility (tidak berwujud), Inseparability (tidak terpisahkan), dan
Variability (tidak ada standar).

Berbeda dengan produk fisik, suatu jasa pelayanan pendidikan tidak bisa disimpan. Ia
diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Dampaknya terjadi pada sistem pemasaran
terutama pada sisi permintaan. Jika permintaan stabil akan memudahkan penyedia jasa
pendidikan untuk melakukan persiapan, baik dari sarana-prasarana maupun peralatan
teknologi pendidikan lainnya. Tetapi jika permintaan fluktuatif, lebih sulit bagi penyedia
jasa pendidikan untuk melakukan strategi pemasaran.

Jasa pendidikan tidak bisa dilihat dan dirasakan oleh konsumen sebelum konsumen
membeli atau mendapatkan penyedia jasa pendidikan secara langsung. Konsumen juga
tidak bisa memprediksikan apa hasil yang akan diperoleh dengan mengkonsumsi jasa
pendidikan tersebut, kecuali setelah membelinya. Seorang pasien tidak akan tahu apakah
nasihat dokter itu berhasil atau tidak, kecuali setelah ia melakukan konsultasi dan
mengikuti apa yang dinasehatkan. Kemudian, kita juga mengenal beberapa karakter dari
intangibility ini, antara lain : Suatu jasa pendidikan baru bisa dirasakan ketika jasa
tersebut disampaikan kepada konsumen; Suatu jasa kadang sulit untuk dijelaskan kepada
konsumen; Penilaian akan kualitas sulit ditentukan oleh konsumen; dan Harga pun sulit
untuk ditentukan.

Karena tidak berwujud, konsumen biasanya melihat tanda-tanda dari sesuatu yang bisa
dilihat atau dirasakan untuk bisa menilai kualitas suatu jasa pendidikan. Mereka akan
melihat kualitas dari para Gurunya, Tata usaha & karyawannya (modal manusianya),
Sarana-prasaranya, Peralatan Pendidikannya, Simbol-simbol yang digunakannya, dan
juga harga yang bisa mereka bayar.

Produk jasa pendidikan hanya bisa dikonsumsi oleh konsumen, pada saat proses produksi
berlangsung. Sementara produk barang dan jasa lain, selain pendidikan, yang terlihat
secara fisik biasanya diproduksi di pabrik atau di tempat-tempat tertentu, kemudian
didistribusikan oleh distributor ke toko dan baru bisa dikonsumsi oleh konsumen. Pada
bidang jasa pendidikan, faktor penyedia jasa pendidikan (orang) langsung berperan dalam
proses produksi jasa tersebut.

Karena konsumen juga menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam proses
penyediaan jasa pendidikan, maka interaksi yang baik antara penyedia jasa pendidikan
(yayasan atau sekolah) dan konsumen (peserta didik dan orang tua murid), menjadi
sangat strategis. Karena itu, terkadang kualitas sebuah jasa pendidikan tidak hanya
ditentukan oleh faktor kualitas dari penyedia jasa pendidikan itu sendiri, tetapi juga oleh
kesungguhan dan komitmen dari konsumen (orang tua murid).

Oleh karena itu, pengelolaan jasa pendidikan, berkaitan dengan Karakteristik Inserability
(ketidakterpisahan) ini, konsumen (peserta didik dan orang tua murid) harus
berpartisipasi dalam proses produksi jasa pendidikan tersebut; Jasa pendidikan yang
diberikan kepada para peserta didiknya terikat (menyatu) dengan penyedia jasa
pendidikan itu sendiri; dan jumlah (kuantitatif maupun kualitatif) jasa pendidikan yang
diberikan tergantung dari kemampuan/kualitass penyedia jasa. Dengan demikian,
kesuksesan proses belajar-mengajar tidak hanya ditentukan oleh kualitas tenaga pengajar
dan fasilitas yang baik, tetapi juga oleh kesungguhan dan komitmen dari murid untuk
belajar, dan orang tua murid atau pemerintah untuk membiayainya.

Pengelolaan jasa pendidikan, biasanya sulit dibuat standar kualitasnya, karena masing-
masing mempunyai standar proses sendiri-sendiri tergantung kualitas dari proses internal
penyedia jasa pendidikan itu sendiri. Walaupun demikian, sedapat mungkin sebuah
lembaga pendidikan seyogyanya membuat standar layanan agar kualitas jasanya bisa
lebih dikontrol, yang kemudian bisa dijadikan sebagai komoditas pemasaran (jika ingin
dipasarkan). Perkembangan standar pendidikan sekarang ini, baik standar nasional
maupun standar internasional, telah melahirkan persaingan yang tidak sehat diantara
penyedia jasa pendidikan. Hampir semua penyedia jasa pendidikan memfokuskan diri
kepada standar-standar tersebut hanya untuk meningkatkan permintaan konsumen, bukan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Mereka berharap dengan standar-
standar pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut, maka lembaga
pendidikannya bisa diperjual-belikan dengan mudah dan harga mengikuti gaya hidup,
bukan harga standar operasional sekolah.

Sesuai uraian diatas, bahwa pada hakekatnya produk jasa pendidikan tidak bisa
dipasarkan, tetapi hanya bisa dipublikasikan. Kekuatan permintaan jasa pendidikan tidak
bisa serta-merta dipicu oleh tingkat promosi dan pemasaran yang tinggi. Oleh karena itu
dalam rangka ’memanajemeni’ jasa pendidikan, modal manusia (SDM) sangat penting
dari pada modal finansial. Modal manusia bisa meningkatkan modal finansial, tetapi
modal finansial belum tentu bisa meningkatkan modal manusia (SDM). Oleh karena itu,
sesuai dengan karakteristiknya, pemasaran jasa pendidikan tidak bisa disampaikan dalam
kondisi dan situasi yang sama.

Kualitas yang tidak sama dari pengelolaan jasa pendidikan ini akan menambah potensi
resiko pada konsumen, dengan demikian lembaga pendidikan yang berbayar tinggi
(mahal) memiliki tanggung jawab besar kepada konsumennya, dengan memberikan
jaminan kualitas, baik secara fisik maupun jasa tambahan lainnya dari jasa pendidikan
yang disediakan.

Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Swasta


Seperti yang saya kemukakan diatas, bahwa hakekatnya produk jasa pendidikan tidak
bisa dipasarkan tetapi hanya bisa dipublikasikan dan kekuatan permintaan jasa
pendidikan tidak bisa serta-merta dipicu oleh tingkat promosi dan pemasaran yang tinggi.
Disini saya akan menegaskan bahwa promosi pemasaran jasa pendidikan tidak bisa
dialokasikan waktunya. Publikasi kegiatan sekolah sebagai upaya memasarkan jasa
pendidikan, dimulai dari awal masuk sekolah sampai murid-murid itu selesai
mengkonsumsi jasa pendidikan di sekolah tersebut.

Tugas pemasaran jasa pendidikan tidak bisa diserahkan kepada sesorang atau tim, tetapi
diserahkan kepada seluruh sivitas akademika-nya (termasuk orang tua murid) dan
organisasi yang memayunginya. Ketika lembaga pendidikan sudah menyerahkan tugas
pemasaran kepada tim atau segelintir orang saja (sebut saja Ivent Organizer), maka justru
permintaannya menurun. Nilai-nilai strategis dalam mempublikasikan komoditas jasa
pendidikan, selain berkenaan dengan komitmen konsumen (peserta didik dan orang tua
murid) itu sendiri, juga bagaimana komitmen penyedia jasa pendidikan itu untuk bisa
mentransformasikan hal-hal yang tidak terwujud dalam jasa pendidikan, bisa ditunjukkan
dalam berbagai bentuk dan wujud yang menunjukkan kualitas jasa pendidikan itu sendiri.

Informasi dalam publikasi jasa pendidikan dan upaya mentransformasikan hal-hal yang
tidak berwujud menjadi bentuk yang bisa memperkuat persepsi kualitas jasa pendidikan
yang ditawarkan, biasanya lembaga-lembaga pendidikan yang berbayar mahal
merumuskan visualisasi yang jelas kepada komsumennya, yaitu penggambaran
bagaimana suatu jasa pendidikan diberikan kepada peserta didiknya dan pelayanan
kepada orang tua muridnya. Misalnya dengan penggambaran tentang kesenangan,
ketenangan dan kenikmatan dalam proses belajar-mengajar, konsultasi gratis kepada
orang tua murid, dan ekskul yang menunjang minat dan bakat peserta didiknya.

Informasi dalam publikasi jasa pendidikan, selain visualisasi juga asosiasi, dimana
lembaga pendidikan tersebut mengaitkan jasa pendidikan yang ditawarkan dengan profil
seseorang, objek, ataupun tempat, yang bisa membagun persepsi kualitas konsumennya.
Pada umumnya informasi yang disampaikan kepada konsumen adalah memperlihatkan
gedung, fasilitas, dan berbagai hal yang mendukung jasa yang disampaikan, namun hal
ini perlu ditunjang dengan dokumentasi kegiatan jasa pendidikan yang dilaksanakan.
Lembaga tersebut perlu menginformasikan berbagai penghargaan dan catatan kepuasan
pelanggan, sehingga bisa menumbuhkan kepercayaan pembeli (konsumennya) –
Bersambung.
Manajemen Profesi Pendidik
Salah satu budaya manusia adalah bekerja. Dari bekerja yang dilakukan dimanapun
dalam bidang apapun akan diperoleh hasil. Tulisan ini ingin mendiskusikan produk
manusia dalam bidang pendidikan khususnya persekolahan. Dengan kata lain ingin
menyoroti produk atau hasil kerja guru dari segi karakteristik jasa..

Secara umum produk hasil kerja manusia akan dapat diklasifikasikan kedalam 2
golongan, yaitu produk dalam bentuk :

Barang (goods) seperti misalnya : tv, kipas angin, sepedamotor, kosmetk, obat dll.

 Jasa (service) yang dapat ditemui di : hotel, sekolah, salon, kesehatan dll.

Jika dilihat dari sisi manajemen dan jasa maka kinerja guru dalam bidang Pendidikan
merupakan mata rantai dari aktivitas, sampai manfaat atau kepuasan yang ditawarkan
untuk dijual.

Untuk bahan perbandingan kualitas produk jasa pendidikan dimata pelanggan, dapat
dikemukakan sebagai contoh bagaimana masyarakat di Jepang dan Amerika didalam
menilai produk jasa sbb.:

AMERIKA SERIKAT

Nama yang terkenal


Rekomendasi dari mulut ke mulut
Pengalaman masa lalu
Kinerja performance
Dayatahan
Kecakapan kerja workmansheep
Harga
Reputasi pemanufktur

JEPANG
Nama yang terkenal
Kinerja
Kemudahan unttuk menggunakan
Dayatahan
Harga

Sementara itu Zeithaml dkk mencoba mengidentifikasi kulitas jasa sbb:

1. Bukti langsung ( tangibel ) : meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, sarana


komunikasi
2. Keandalan ( reliability ) : kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan
segera, akurat, dan memuaskan

3. Dayatanggap ( responsiveness ) : keinginn para staf untuk membantu para pelanggan


dan memberikan pelayanan dengan senang hati

4. Jaminan ( assurance ) : jaminan kemampuan, pengetahuan, sikap moral dapat


dipercaya serta bebas dari bahaya, resiko atau keraguan

5. Empati meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik,


perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan

Karakteristik produk jasa juga ditengarai sebagai :


- Intangibility
Tidak dapat dilihat, dirasa, diraba dicium atau didengar sebelum dibeli
Seseorang tidak dapat menilai hasil dari jasa sebelum ia menikmatinya sendiri.
Pekerjaan guru termasuk jasa, bukan produk yang langsung dapat dilihat, dirasa. Untuk
mengurangi ketidak pastian tanda-tanda atau kualitas jnya perlu dilihat dari tempat place,
orang people, alat equipment, bahan komunikasi communication, simbol dan harga.
Guru atau kepala sekolah dtantang untuk dapat memberikan bukti-bukti hal tersebut.

- Inseparability
Produk barang dibeli lalu dikonsumsi. Sedang produk jasa dibelu dulu baru digunakan.
Untuk itu interaksi antara penjual dan pembeli harus selalu dibangun dengan baik. Beri
perhatian khusus dalam membangun komunikasi ini.

- Variability
Jasa sangat bervariasi. Dalam jasa pendidikan kemampuan manusia terlibat lebih banyak
daripada peralatan. Hal ini menjadikan hasilnya kurang atau sulit distandarisasi, oleh
karenanya perlu ditandai 3 pendekatan kualitas pengendaliannya :
a. Seleksi personal dan pelatihan personal yang baik
b. Melakukan standarisasi proses
c. Memantau kepuasan pelanggan

- Perishability
Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama tak dapat disimpan. Kursi siswa yang kosong
tetap menanggung beban biaya.oleh karenanya harus diupayakan agar pemakai konstan.

Dalam mengelola jasa akan ditemui masalah-masalah


o Yang berkaitan dengan karakter intangible
o Memperbaiki penampilan : tempat, alat, sumber daya manusia, bahan komunikasi,
simbol dan harga dan citra atau image yang baik dan kuat
o Melakukan seleksi dan pelatihan sumber daya manusia dan pelayanan yang baik.
o Mengupdate alat dan service costummization
Kualitas jasa
Kualitas jasa ditentukan melalui
* Pelayanan yang cepat, tepat, ramah, nyaman
* Pemahaman akan harapan dan kepuasan pelanggan

Dimensi kualitas
o Kinerja
o Cara-cara istimewa
o Kehandalan
o Sesuai spesifikasi
o Daya tahan
o Pelayanan
o Estetika
o Citra produk

Untuk pekerjaan di bidang pendidikan akan cenderung dituntut :


* Konsistensi kerja – performance dan kemampuan kerja
* Responsiveness yaitu memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan
* Kompetensi setiap orang untuk memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang benar-
benar dibutuhkan
* Kemudahan, keramahan untuk dihubungi (accesability)
* Sikap kesediaan, respek, santun, perhatian dalam berkomunikasi
* Komunikatif selalu berusaha memberi informasi, tidak harus diminta
* Kredibility kejujuran dan kepercayaan
* Keamanan dari bahaya, resiko, keragu-raguan termasuk kerahasiaan
* Upaya memahami kebutuhan pelanggan
* Bukti fisik yang jelas akan teknologi yang dipakai

Sedang Parasuraman dkk mengemukakan adanya 5 dimensi jasa yaitu :


o Bukti langsung
o Kehandalan
o Daya tanggap
o Jaminan
o Empati

Untuk itu diperlukan sikap yang berkaitan dengan :


o Kepemimpinan
o Pendidikan
o Perencanaan
o Review
o Komunikasi
o Penghargaan dan pengakuan

Salah satu contoh adalah upaya perusahaan penerbangan meningkatkan pelayanan


dengan meyakinkan pelanggan melalui mottonya sebagai berikut :
· Ketulusan hati kami bagian dari inspirasi ….( perjalanan) … anda
· Kami terus berupaya mengungkap segala keinginan anda
· Kami memahami segala kepentingan anda dalam kenyamanan …( perjalanan)
· Berhasilnya urusan anda di tempat tujuan bagian dari tanggungjawab kami
· Beritahu kami untuk pelayanan yang anda inginkan dalam …( perjalanan) yang
menyenangkan
· Di udara kami utamakan di darat kami kedepankan
· Tidak ada yang harus dikuatirkan keberangkatan anda selalu kami utamakan
· Kemitraan kami jalin untuk meningkatkan kepuasan perjalanan anda
· Teruji oleh waktu, tertempa oleh kendala kami terus mengudara
· Bukan sekedar jawaban namun kami membebaskan biaya saluran
· Kedekatan kami disamping anda membuahkan gagasan untuk mempercantik diri
· Kesempurnaan pelayanan adalah pekerjaan tanpa batas yang akan terus kami lakukan

Betapapun manajemen sekolah dalam membina pelayanan guru melaui proses


pembelajaran terhadap siswa, maupun pelayanan kepada orang tuanya, para stakeholder
dan masyarakat lingkungan sekolah akan memberi dampak yang sangat besar dalam
upaya peningkatan potensi maupun pengembangan sekolah.

Tentunya harus menjadi komitmen manajer sekolah dan para guru

http://www.purwalodra.com/2009/10/dinamika-lembaga-pendidikan-swasta-di_28.html
A. Latar Belakang

Dunia pendidikan secara sadar atau tidak kini tengah bergerak menjadi satu pasar
dunia, suatu pasar yang efisien dan transparan, yang mencakup daerah-daerah yang tak
terbatas. Globalisasi mau tidak mau akan menjadi trend dari setiap organisasi baik
organisasi usaha, sosial maupun organisasi pendidikan. Negara yang tidak mau dalam
pengefisienan dan pentransparanan tersebut akan ketinggalan karena dinamisnya
perubahan.

Keberadaan lembaga pendidikan sebagai salah satu pranata sosial budaya saat ini
dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks. Lembaga pendidikan kini
berhadapan dengan derasnya arus perubahan akibat globalisasi yang memunculkan
persaingan dalam pengelolaan lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta.
Globalisasi menuntut perlunya relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat
dan dunia kerja/industri terhadap mutu lulusan (out-put) serta munculnya globalisasi
pendidikan dengan bermunculannya lembaga pendidikan yang bertaraf internasional.

Perubahan yang merupakan perbedaan yang terjadi dalam urutan waktu, tentu saja tidak
mudah diterjemahkan secara singkat dan eksplisit. Perubahan dalam pengertian hakiki
sesungguhnya mengandung konotasi majemuk yang telah tergambar, lintas ruang dan
lintas waktu dengan demikian warna-warni kehidupan masyarakat, warna warni yang
dikenal sebagai ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dengan adanya perubahan
tersebut, lingkungan pendidikan juga mengalami perubahan yang luar biasa. Dan kalau
kita mau merunut pangkalnya, semua ini tentu saja tak terlepas dari menggejalanya
revolusi informasi dan globalisasi yang melanda dunia saat ini.

Akibat adanya revolusi dan globalisasi sebagaimana disebutkan di atas, persaingan kini
telah menjadi semakin sengit karena tidak lagi terbatas pada persaingan antar sesama
perusahaan domestik, tetapi juga dengan perusahaan multinasional dari manapun juga. Ini
terjadi pada hampir semua bidang usaha, bukan hanya pada bidang bisnis saja, tetapi
persaingan tersebut juga telah merambah ke dunia pendidikan kita, mulai dari Play group,
SD, SLTP, SLTA, Universitas, bahkan ke institusi-institusi pendidikan lainnya.

Berkaitan dengan meningkatnya persaingan dalam bidang pendidikan ini, terjadi pula
perubahan pada perilaku konsumen, dalam hal ini yang dimaksud adalah masyarakat
(orangtua dan siswa), maupun dunia usaha. Karena banyaknya pilihan, konsumen kini
menjadi semakin banyak tuntutan, baik mengenai kualitas lulusan dan biaya pendidikan
maupun pasilitas pendidikan. Bargaining power masyarakat meningkat sedemikian rupa
sehingga industri atau dunia pendidikan terpaksa harus melayaninya kalau tidak mau
akan tersingkir dari kancah persaingan yang makin berat.

Dalam situasi lingkungan yang penuh dengan dinamika ini, manajemen pendidikan harus
dapat menciptakan organisasi yang dapat memberikan pelayanan yang memuaskan
kepada dan masyarakat pada umumnya dan objek pendidikan (Siswa dan orangtua) pada
khususnya. Saat yang bersamaan dapat pula bersaing secara efektif dalam konteks lokal,
nasional bahkan dalam konteks global.

Dengan kata lain dunia pendidikan kini dituntut untuk mengembangkan


manajemen strategi dan operasi yang pada dasarnya banya diterapkan dalam dunia usaha,
sebagai langkah antisipatif terhadap kecenderungan-kecenderungan baru guna mencapai
dan mempertahankan posisi bersaingnya, sehingga nantinya dapat dihasilkan manusia-
manusia yang memiliki sumber daya manusia berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan
zaman.

Makalah ini secara sederhana akan menjelaskan tentang konsep dasar manajemen strategi
dan operasi dalam upaya meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan supaya dapat
bersaing dalam perkembangan global.

MANAJEMEN STRATEGI DAN OPERASI

A. Pengertian Manajemen Strategi dan Operasi

1. Manajemen Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani stratogos yang artinya ilmu para jenderal untuk
memenangkan suatu pertempuran dengan menggunakan sumber daya yang terbatas
(Sihombing,2000). Pengertian atau defenisi Manajemen strategi dalam khasanah literatur
ilmu manajemen memiliki cakupan yang luas, dan tidak ada suatu pengertian yang
dianggap baku. Itulah sebabnya defenisi manajemen strategi berkembang luas tergantung
pemahaman ataupun penafsiran seseorang.

Meskipun demikian dari berbagai pengertian atau defenisi yang diberikan oleh para pakar
manajemen dapat ditemukan suatu kesamaan pola pikir, bahwa manajemen strategi
merupakan ilmu yang menggabungkan fungsi-fungsi manajemen dalam rangka
pembuatan keputusan-keputusan organisasi secara strategis, guna mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien. Dari berbagai pengertian atau defenisi yang ada
dapat disimpulkan bahwa manajemen strategi adalah suatu seni dan ilmu dari suatu
pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan-
keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai
tujuan-tujuan masa datang (Dwiningsih,2001)

2. Manajemen Operasi

Jika dalam manajemen strategi kita berbicara tentang formulating, implementing,


dan evaluating maka dalam manajemen operasi kita berbicara tentang usaha pengelolaan
(planning, organizing, actuacting, controlling) secara optimal penggunaan sumber daya/
faktor-faktor produksi (man, material, machine, methode, Manajemen Operasiney,
market ) dalam proses transformasi bahan mentah menjadi produk / jasa. Menurut Ishak
(2007) manajemen operasi erat kaitannya dengan pengelolaan input menjadi out put
sesuai dengan strategi yang direncanakan untuk memperoleh hasil yang diinginkan,
misalnya dalam sebuah universitas dosen, peralatan, dan staff merupakan input, maka
outputnya adalah mahasiswa terdidik dengan memanfaatkan fasilitas yang ada dan
mengabdi kepada masyarakat.

Manajemen Operasional (MO) merupakan suatu ilmu yang dapat diterapkan pada
berbagai jenis bidang usaha seperti rumah sakit, perguruan tinggi, pabrik garmen, dan lain-
lain, mengapa demikian? Karena jenis usaha seperti yang disebutkan diatas menghasilkan
produk yang bisa berupa barang maupun jasa, yang mana untuk kegiatan proses produksinya
yang efektif dan efisien memerlukan berbagai konsep, peralatan serta berbagai cara
mengelola operasinya

Ada berbagai hal yang bisa dikemukakan dan menjadikan alasan pentingnya
mempelajari Manajemen Operasi diantaranya adalah:

1. Manajemen Operasi merupakan salah satu fungsi utama yang harus ada di
semua jenis organisasi sehingga apabila akan mengelola organisasi maka
mau tidak mau harus mempelajari konsep Manajemen Operasi.

2. Dengan mempelajari Manajemen Operasi, kita dapat mengetahui seluk beluk


dan berbagai hal yang berkaitan dengan cara memproduksi barang maupun
jasa

3. Dengan mempelajari Manajemen operasi, kita dapat memahami dan mengerti


dengan benar apa yang seharusnya dilakukan oleh manajer operasional.

4. Karena Manajemen operasi merupakan bagian yang paling mahal dalam


organisasi, sehingga penting sekali untuk dipelajari. Hal ini dapat diartikan
efektifitas dan efisiensi Manajemen Operasi akan berdampak besar bagi
perusahaan

B. Persiapan Menghadapi Persaingan dalam Dunia Pendidikan

Di dalam dunia usaha, tantangan terberat bagi seorang usahawan adalah bagaimana ia
dapat membawa usaha yang dirintisnya itu menjadi sebuah usaha besar dan bisa
memimpin pasar. Ini bukan pekerjaan mudah sebab ketika anda memutuskan terjun ke
dunia usaha, anda harus siap menghadapi kerasnya persaingan usaha dan pesaing-pesaing
anda. Bagaimanapun, usaha yang anda geluti itu juga turut diminati oleh pihak lain.
Begitu juga halnya dalam bidang pendidikan, harus siap menghadapi kerasnya persaingan
sehingga pendidikan kita bisa kompetitif di kancah globalisasi saat ini dan diminati oleh
pihak lain.
Dalam dunia pendidikan, persaingan adalah hal yang wajar. Munculnya persaingan itu
adalah untuk mendapatkan objek pendidikan (siswa/ mahasiswa) sebanyak-banyaknya.
Oleh karena itu, bisanya hanya pimpinan institusi pendidikan bermental gigih dan kuatlah
yang mampu menghadapi kerasnya persaingan ataupun krisis yang terjadi didalam
perjalanan sekolah atau universitas.

Persaingan dalam memperebutkan objek pendidikan, sangat erat kaitannya


dengan kecekatan seorang yang terjun dalam bidang pendidikan mengenali selera pasar
serta pemilihan pasar usaha yang tepat. Agar objek pendidikan loyal, maka harus
mempunyai strategi guna mempertahankan mereka agar tidak lari ke pesaing-pesaing
lain. menurut Purnomo dan Zulkieflimansyah (1999) hal-hal yang harus diperhatikan
dalam menghadapi hal tersebut adalah :

1. Analisis kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh para pesaing, anda bisa belajar
dari kehebatan atau kelebihan yang mereka miliki.
2. analisis juga kelemahan-kelemahan yang ada pada usaha mereka. Hal ini berguna
bagi anada untuk memanfaatkan kelenahan pesaing sebagai peluang baru yang
dapat anda tawarkan kepada pelanggan atau konsumen anda.

C. Konsep Manajemen Strategi dan Manajemen Operasional.

Richard Vancil (dari Harvard University) merumuskan konsep strategi sebagai berikut :
”Strategi sebuah organisasi atau sub unit sebuah organisasi lebih besar, yaitu sebuah
konseptualisasi yang dinyatakan atau diimplikasi oleh pemimpin oragnisasi yang
brsangkutan, berupa :

1. Sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut.


2. Kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan yang atau ditetapkan sendiri oleh
sang pemimpin, atau yang diterimanya dari pihak atasannya, yang membatasi
skope aktivitas-aktivitas organisasi yang bersangkutan dan
3. kelompok-kelompok rencana dan tujuan-tujuan jangka pendek yang telah
diterapkan dengan ekspektasi akan diberikannya sumbangsih mereka dalam hal
mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut.

Tujuan suatu strategi adalah untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi
keunggulan dibandingkan dengan pihak pesaing. Organisasi tersebut masih harus meraih
keunggulan apabila ia dapat memanfaatkan peluang-peluang di dalam lingkungan,yang
memungkinkan menarik keuntungan-keuntungan dari bidang-bidang kekuatannya.
Bagaimana dengan konsep manajemen operasional?

Konsep manajemen operasional, harus menguasai ilmu akuntansi, statistik, teknologi


informasi dan matematika, sehingga semakin banyak pula kesempatan kerja yang tersedia.
Tidak menutup kemungkinan di bidang bisnis yang bergerak pada sektor jasa, juga
membutuhkan keahlian manajemen operasional misalnya menjadi manajer operasional bank,
manajer proyek, manajer operasi di asuransi. Begita pula di organisasi non bisnis pun juga
membutuhkan keahlian manajemen operasional misalnya di pendidikan, pelayanan
masyarakat, advokasi dan sebagainya.

Keputusan penting dalam manajemen operasional adalah menentukan desain produk


seperti apa yang akan dihasilkan perusahaan. Mengapa demikian ? Hal ini dikarenakan
kegiatan dari manajemen operasional adalah melakukan transformasi input menjadi output,
sehingga apa saja tindakan transformasi yang akan dilakukan mengacu pada output yang
seperti apa atau bagaimana yang akan dihasilkan perusahaan. Berkaitan dengan keputusan
desain adalah keputusan dalam menentukan kualitas seperti apa yang akan diwujudkan oleh
perusahaan. Hal ini merupakan konsekuensi logis bagi perusahaan yang ada, mengapa
demikian ? Jawabannya cukup sederhana yaitu pada kenyataan dalam dunia bisnis terjadi
persaingan artinya setiap perusahaan yang menghasilkan produk baik berupa barang maupun
jasa hamper selalu menghadapi persaingan dari perusahaan lain. Sehingga agar dapat
mempertahankan diri dalm dunia persaingan secara jangka panjang maka kualitas merupakan
konsep penting yang harus dipahami oleh manajer operasional dalam menjalankan
aktifitasnya

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan secara sadar atau tidak kini tengah bergerak menjadi satu pasar
dunia, suatu pasar yang efisien dan transparan, yang mencakup daerah-daerah yang tak
terbatas. Globalisasi mau tidak mau akan menjadi trend dari setiap organisasi baik
organisasi usaha, sosial maupun organisasi pendidikan. Negara yang tidak mau dalam
pengefisienan dan pentransparanan tersebut akan ketinggalan karena dinamisnya
perubahan.
Keberadaan lembaga pendidikan sebagai salah satu pranata sosial budaya saat ini
dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks. Lembaga pendidikan kini
berhadapan dengan derasnya arus perubahan akibat globalisasi yang memunculkan
persaingan dalam pengelolaan lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta.
Globalisasi menuntut perlunya relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat
dan dunia kerja/industri terhadap mutu lulusan (out-put) serta munculnya globalisasi
pendidikan dengan bermunculannya lembaga pendidikan yang bertaraf internasional.

Perubahan yang merupakan perbedaan yang terjadi dalam urutan waktu, tentu saja tidak
mudah diterjemahkan secara singkat dan eksplisit. Perubahan dalam pengertian hakiki
sesungguhnya mengandung konotasi majemuk yang telah tergambar, lintas ruang dan
lintas waktu dengan demikian warna-warni kehidupan masyarakat, warna warni yang
dikenal sebagai ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dengan adanya perubahan
tersebut, lingkungan pendidikan juga mengalami perubahan yang luar biasa. Dan kalau
kita mau merunut pangkalnya, semua ini tentu saja tak terlepas dari menggejalanya
revolusi informasi dan globalisasi yang melanda dunia saat ini.

Akibat adanya revolusi dan globalisasi sebagaimana disebutkan di atas, persaingan kini
telah menjadi semakin sengit karena tidak lagi terbatas pada persaingan antar sesama
perusahaan domestik, tetapi juga dengan perusahaan multinasional dari manapun juga. Ini
terjadi pada hampir semua bidang usaha, bukan hanya pada bidang bisnis saja, tetapi
persaingan tersebut juga telah merambah ke dunia pendidikan kita, mulai dari Play group,
SD, SLTP, SLTA, Universitas, bahkan ke institusi-institusi pendidikan lainnya.

Berkaitan dengan meningkatnya persaingan dalam bidang pendidikan ini, terjadi pula
perubahan pada perilaku konsumen, dalam hal ini yang dimaksud adalah masyarakat
(orangtua dan siswa), maupun dunia usaha. Karena banyaknya pilihan, konsumen kini
menjadi semakin banyak tuntutan, baik mengenai kualitas lulusan dan biaya pendidikan
maupun pasilitas pendidikan. Bargaining power masyarakat meningkat sedemikian rupa
sehingga industri atau dunia pendidikan terpaksa harus melayaninya kalau tidak mau
akan tersingkir dari kancah persaingan yang makin berat.
Dalam situasi lingkungan yang penuh dengan dinamika ini, manajemen pendidikan harus
dapat menciptakan organisasi yang dapat memberikan pelayanan yang memuaskan
kepada dan masyarakat pada umumnya dan objek pendidikan (Siswa dan orangtua) pada
khususnya. Saat yang bersamaan dapat pula bersaing secara efektif dalam konteks lokal,
nasional bahkan dalam konteks global.

Dengan kata lain dunia pendidikan kini dituntut untuk mengembangkan


manajemen strategi dan operasi yang pada dasarnya banya diterapkan dalam dunia usaha,
sebagai langkah antisipatif terhadap kecenderungan-kecenderungan baru guna mencapai
dan mempertahankan posisi bersaingnya, sehingga nantinya dapat dihasilkan manusia-
manusia yang memiliki sumber daya manusia berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan
zaman.

Makalah ini secara sederhana akan menjelaskan tentang konsep dasar manajemen strategi
dan operasi dalam upaya meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan supaya dapat
bersaing dalam perkembangan global.

MANAJEMEN STRATEGI DAN OPERASI

A. Pengertian Manajemen Strategi dan Operasi

1. Manajemen Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani stratogos yang artinya ilmu para jenderal untuk
memenangkan suatu pertempuran dengan menggunakan sumber daya yang terbatas
(Sihombing,2000). Pengertian atau defenisi Manajemen strategi dalam khasanah literatur
ilmu manajemen memiliki cakupan yang luas, dan tidak ada suatu pengertian yang
dianggap baku. Itulah sebabnya defenisi manajemen strategi berkembang luas tergantung
pemahaman ataupun penafsiran seseorang.

Meskipun demikian dari berbagai pengertian atau defenisi yang diberikan oleh para pakar
manajemen dapat ditemukan suatu kesamaan pola pikir, bahwa manajemen strategi
merupakan ilmu yang menggabungkan fungsi-fungsi manajemen dalam rangka
pembuatan keputusan-keputusan organisasi secara strategis, guna mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien. Dari berbagai pengertian atau defenisi yang ada
dapat disimpulkan bahwa manajemen strategi adalah suatu seni dan ilmu dari suatu
pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan-
keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai
tujuan-tujuan masa datang (Dwiningsih,2001)

2. Manajemen Operasi

Jika dalam manajemen strategi kita berbicara tentang formulating, implementing,


dan evaluating maka dalam manajemen operasi kita berbicara tentang usaha pengelolaan
(planning, organizing, actuacting, controlling) secara optimal penggunaan sumber daya/
faktor-faktor produksi (man, material, machine, methode, Manajemen Operasiney,
market ) dalam proses transformasi bahan mentah menjadi produk / jasa. Menurut Ishak
(2007) manajemen operasi erat kaitannya dengan pengelolaan input menjadi out put
sesuai dengan strategi yang direncanakan untuk memperoleh hasil yang diinginkan,
misalnya dalam sebuah universitas dosen, peralatan, dan staff merupakan input, maka
outputnya adalah mahasiswa terdidik dengan memanfaatkan fasilitas yang ada dan
mengabdi kepada masyarakat.

Manajemen Operasional (MO) merupakan suatu ilmu yang dapat diterapkan pada
berbagai jenis bidang usaha seperti rumah sakit, perguruan tinggi, pabrik garmen, dan lain-
lain, mengapa demikian? Karena jenis usaha seperti yang disebutkan diatas menghasilkan
produk yang bisa berupa barang maupun jasa, yang mana untuk kegiatan proses produksinya
yang efektif dan efisien memerlukan berbagai konsep, peralatan serta berbagai cara
mengelola operasinya

Ada berbagai hal yang bisa dikemukakan dan menjadikan alasan pentingnya
mempelajari Manajemen Operasi diantaranya adalah:

1. Manajemen Operasi merupakan salah satu fungsi utama yang harus ada di
semua jenis organisasi sehingga apabila akan mengelola organisasi maka
mau tidak mau harus mempelajari konsep Manajemen Operasi.
2. Dengan mempelajari Manajemen Operasi, kita dapat mengetahui seluk beluk
dan berbagai hal yang berkaitan dengan cara memproduksi barang maupun
jasa

3. Dengan mempelajari Manajemen operasi, kita dapat memahami dan mengerti


dengan benar apa yang seharusnya dilakukan oleh manajer operasional.

4. Karena Manajemen operasi merupakan bagian yang paling mahal dalam


organisasi, sehingga penting sekali untuk dipelajari. Hal ini dapat diartikan
efektifitas dan efisiensi Manajemen Operasi akan berdampak besar bagi
perusahaan

B. Persiapan Menghadapi Persaingan dalam Dunia Pendidikan

Di dalam dunia usaha, tantangan terberat bagi seorang usahawan adalah bagaimana ia
dapat membawa usaha yang dirintisnya itu menjadi sebuah usaha besar dan bisa
memimpin pasar. Ini bukan pekerjaan mudah sebab ketika anda memutuskan terjun ke
dunia usaha, anda harus siap menghadapi kerasnya persaingan usaha dan pesaing-pesaing
anda. Bagaimanapun, usaha yang anda geluti itu juga turut diminati oleh pihak lain.
Begitu juga halnya dalam bidang pendidikan, harus siap menghadapi kerasnya persaingan
sehingga pendidikan kita bisa kompetitif di kancah globalisasi saat ini dan diminati oleh
pihak lain.

Dalam dunia pendidikan, persaingan adalah hal yang wajar. Munculnya persaingan itu
adalah untuk mendapatkan objek pendidikan (siswa/ mahasiswa) sebanyak-banyaknya.
Oleh karena itu, bisanya hanya pimpinan institusi pendidikan bermental gigih dan kuatlah
yang mampu menghadapi kerasnya persaingan ataupun krisis yang terjadi didalam
perjalanan sekolah atau universitas.

Persaingan dalam memperebutkan objek pendidikan, sangat erat kaitannya


dengan kecekatan seorang yang terjun dalam bidang pendidikan mengenali selera pasar
serta pemilihan pasar usaha yang tepat. Agar objek pendidikan loyal, maka harus
mempunyai strategi guna mempertahankan mereka agar tidak lari ke pesaing-pesaing
lain. menurut Purnomo dan Zulkieflimansyah (1999) hal-hal yang harus diperhatikan
dalam menghadapi hal tersebut adalah :

1. Analisis kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh para pesaing, anda bisa belajar
dari kehebatan atau kelebihan yang mereka miliki.
2. analisis juga kelemahan-kelemahan yang ada pada usaha mereka. Hal ini berguna
bagi anada untuk memanfaatkan kelenahan pesaing sebagai peluang baru yang
dapat anda tawarkan kepada pelanggan atau konsumen anda.

C. Konsep Manajemen Strategi dan Manajemen Operasional.

Richard Vancil (dari Harvard University) merumuskan konsep strategi sebagai berikut :
”Strategi sebuah organisasi atau sub unit sebuah organisasi lebih besar, yaitu sebuah
konseptualisasi yang dinyatakan atau diimplikasi oleh pemimpin oragnisasi yang
brsangkutan, berupa :

1. Sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut.


2. Kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan yang atau ditetapkan sendiri oleh
sang pemimpin, atau yang diterimanya dari pihak atasannya, yang membatasi
skope aktivitas-aktivitas organisasi yang bersangkutan dan
3. kelompok-kelompok rencana dan tujuan-tujuan jangka pendek yang telah
diterapkan dengan ekspektasi akan diberikannya sumbangsih mereka dalam hal
mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut.

Tujuan suatu strategi adalah untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi
keunggulan dibandingkan dengan pihak pesaing. Organisasi tersebut masih harus meraih
keunggulan apabila ia dapat memanfaatkan peluang-peluang di dalam lingkungan,yang
memungkinkan menarik keuntungan-keuntungan dari bidang-bidang kekuatannya.
Bagaimana dengan konsep manajemen operasional?

Konsep manajemen operasional, harus menguasai ilmu akuntansi, statistik, teknologi


informasi dan matematika, sehingga semakin banyak pula kesempatan kerja yang tersedia.
Tidak menutup kemungkinan di bidang bisnis yang bergerak pada sektor jasa, juga
membutuhkan keahlian manajemen operasional misalnya menjadi manajer operasional bank,
manajer proyek, manajer operasi di asuransi. Begita pula di organisasi non bisnis pun juga
membutuhkan keahlian manajemen operasional misalnya di pendidikan, pelayanan
masyarakat, advokasi dan sebagainya.
Keputusan penting dalam manajemen operasional adalah menentukan desain produk
seperti apa yang akan dihasilkan perusahaan. Mengapa demikian ? Hal ini dikarenakan
kegiatan dari manajemen operasional adalah melakukan transformasi input menjadi output,
sehingga apa saja tindakan transformasi yang akan dilakukan mengacu pada output yang
seperti apa atau bagaimana yang akan dihasilkan perusahaan. Berkaitan dengan keputusan
desain adalah keputusan dalam menentukan kualitas seperti apa yang akan diwujudkan oleh
perusahaan. Hal ini merupakan konsekuensi logis bagi perusahaan yang ada, mengapa
demikian ? Jawabannya cukup sederhana yaitu pada kenyataan dalam dunia bisnis terjadi
persaingan artinya setiap perusahaan yang menghasilkan produk baik berupa barang maupun
jasa hamper selalu menghadapi persaingan dari perusahaan lain. Sehingga agar dapat
mempertahankan diri dalm dunia persaingan secara jangka panjang maka kualitas merupakan
konsep penting yang harus dipahami oleh manajer operasional dalam menjalankan
aktifitasnya

D. Proses Manajemen Strategi

Strategic management atau manajemen strategi adalah suatu proses kombinasi tiga
kegiatan yang saling terkait yaitu analisis, perumusan dan pelaksanaan strategi. Dengan
demikian ada tiga komponen yang harus diperhatikan dalam menentukan strategi yaitu
analisis, perumusan, dan pelaksanaan, yang dapat berlaku untuk organisasi baik
perusahaan, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial maupun lembaga pendidikan.

Rangkaian proses penyusunan manajemen strategi dapat dilihat pada beberapa


Manajemen Operasidel yang dikembangkan para ahli. Salah satu Manajemen Operasidel
yang sering dianjurkan adalah Manajemen Operasidel dengan rangkaian sebagai berikut,
analisis lingkungan internal, eksternal, penyusunan berbagai strategi, pemilihan strategi,
implementasi strategi dan analisis strategi (Gregory Dess-Lex Miller, 1993). Manajemen
Operasidel tersebut dapat dijelaskan sebagaimana berikut ini:

Analisis Lingkungan, adalah proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan
yntuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan disini mencakup
semua faktor baik yang berada di dalam maupun di luar perusahaan dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan yang diinginkan. Hasil dari analisis lingkungan ini
setidaknya akan memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan yang biasanya
digunakan dengan meManajemen Operasitret SWOT (strength, weakness,
oppurtinities and threatmen) yang dimilikinya.

Menentukan dan menerapkan arah organisasi,setelah melakukan analisis lingkungan


eksternal dan internal diharapkan kita sudah dapat memiliki gambaran mengenai
posisi perusahaan dalam persaingan. Dimana kita harus pasti mendefinisikan
SWOT.

Formulasi strategi, fokus utama formulasi strategi adalah bagaimana menyesuaikan


diri agar dapat lebih baik dan lebih cepat bereaksi dibanding pesaing dalam
persaingan yang ada.

Implementasi strategi, masalah implementasi ini cukup rumit, oleh karena itu agar
penerapan strategi organisasi dapat berhasil dengan baik, manajer harus memiliki
gagasan yang jelas tentang isu-isu yang berkembang dan bagaimana cara
mengatasinya. Dalam tahapan ini, masalah struktur organisasi, budaya perusahaan
dan pola kepemimpinan harus dibahas secara lebih mendalam.

Pengendalian Strategi,merupakan suatu jenis khusus dari pengendalian organisasi


yang berfokus pada pemantauan dan pengimplementasikan proses manajemen
strategi.

D. Strategi Operasi dalam Lingkungan Global

Untuk menetapkan strategi bisnis dalam rangka mencapai keunggulan kompetitif


yang tepat maka biasanya ada tiga langkah utama yang dilakukan perusahaan yaitu:

1. Analisis Lingkungan

Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dan memahami


lingkungan, pelanggan, industri dan pesaing

2.Menetapkan Misi Perusahaan


Menetapkan alsan keberadaan perusahaan dan mengidentifikasi nilai produk yang
akan diciptakan oleh perusahaan.

3. Membentuk Strategi

Membangun keunggulan bersaing seperti harga yang murah, fleksibilitas rancangan


atau isi, mutu, penghantaran yang cepat, ketergantungan, jasa purna jual, atau lini
produk yang luas.

Adapun tiga strategi yang masing-masing memberikan peluang bagi para manajer
operasi untuk meraih keunggulan adalah:

Bersaing pada perbedaan (Differentiation), keunikan dapat melalui karakteristik fisik


maupun atribut jasa yang ditawarkan kepada konsumen sehingga konsumen
mempersepsikannya sebagai nilai.

Bersaing pada biaya (Cost Leadership), nuntuk mencapai nilai maksimum yang
diinginkan pelanggan tetapi dengan kualitas yang memadai.

Bersaing pada respon cepat (rapid response), melalui keseluruhan nilai yang terkait
dengan pengembangan dan penghantaran barang yang tepat waktu, penjadwalan yang dapat
diandalkan serta kinerja yang fleksibel.

E. Keputusan Utama Dalam Manajemen Operasional Pada Perusahaan Yang Mempunyai


Strategi berbeda

Strategi bisnis yang telah ditetapkan oleh perusahaan merupakan salah satu dari tiga
pilihan strategi yang tercermin dalam keputusan fungsionalnya. Adapun dalam fungsi
operasioanl sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, maka implementasi startegi
operasional terlihat dalam keputusan penting dalam manajemen operasional. Berikut
digambarkan bahwa sepuluh keputusan utama dalam manajemen operasional perusahaan
akan berbeda apabila diterapkan pada perusahaan yang bergerak dibidang barang dan jasa
serta pada perusahaan yang menetapkan strategi berbeda.

Tabel 1.Strategi Operasional di perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa


Produsen Produk Barang Produsen Produk Jasa
1. Desain Produk Produk berwujud Produk tidak berwujud
2. Kualitas Kualitas obyektif Kualitas Subyektif
3. Proses dan Kapasitas Konsumen tidak terlibat dalamKonsumen secara langsung
proses. terlibat dalam proses.
Kapasitas bisa melebihiKapasitas harus sesuai
permintaan karena bisadengan permintaan
disimpan dan dipindahkan
4. Lokasi Biasanya dekat dengan bahanPerlu lebih dekat dengan
baku pelanggan
5. Layout Fokus pada peningkatanDapat meningkatkan nilai
efisiensi produk
6. Sumber Daya Fokus pada keahlian taknis,Para pekerja berinteraksi
Manusia upah berdasar output langsungdengan
konsumen,standar bervariasi
7. Manajemen Rantai Hubungan suplly chain sangatHubungan supply chain
Pasokan penting penting tetapi tidak kritis
8. Persediaan Untuk semua jenis persediaan Tidak dapat disimpan
sehingga harus dicarai cara
lain melayani perubahan
permintaan
9. Penjadwalan Kemampuan menyimpanSeringkali ada perubahan
mempengaruhi kecepatanjadwal konsumen sehingga
produksi harus menyesuaikan
penjadwalan karyawan.
10. Pemeliharaan Biasanya upaya untukBiasanya upaya untuk
pencegahan perbaikan
E. Manajemen Strategi dan Manajemen Operasi dalam bidang pendidikan

Dari dimensi strategi yang sudah dibahas diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa
dalam mengembangkan strategi yang mampu menjawab tujuan suatu organisasi, setiap
strategi perlu memahami dan menguasai seluk beluk program yang sedang dilaksanakan
atau dikembangkan. Aspek internal, mulai dari konsep , tenaga pendukung, sarana yang
dimiliki, biaya yang tersedia, struktur organisasi yang akan melaksanakan strategi, hasil
yang telah rtegi;dicapai dan hambatan-hambatan yang dilami dengan strategi lama.
Aspek eksternal seperti dustrkungan masyarakat, perkembangan lingkungan, dan
perubahan yang disebabkan faktor keamanan, politik, hukum lain-lain dan lain-
lain.informasi tentang kedua aspek ini sangat diperlukan. Kesalahan menggunakan
informasi ini akan berakibat tidak baik terhadap hasil yang akan dicapai nantinya
(Sihombing,2000)

Pisau analisis yang biasa digunakan untuk mendiagnosis suatu kegiatan yang akan
dikembangkan kemudian diwujudkan menjadi strategi yang diperlukan agar tujuan dapat
berjalan dengan baik dan mencapai tujuan, digunakan pisau SWOT. Dalam menentukan
strategi pendidikan, tidak salah kalau kita juga memperhatikan strategi- strategi
pemasaran di lingkungan dunia bisnis yang terus di bayangi dan di intai oleh situasi
persaingan karena untuk menunjukkkan jati dirinya. Pendidikan Luar Sekolah (PLS) juga
harus siap bersaing dengan strategi yang di gunakan jalur pendidikan lain. Dalam
menentukan strategi pada umumnya di lakukan dengan :

1. Mengenali posisi persaingan

hal ini berarti bahwa dalam mengembangkan strategi pendidikan luar sekolah
diberbagai tingkatan perlu di cermati berbagai situasi yang mungkin akan menjadi
benturan dalam gerakan pendidikan luar sekolah.

Antara lain : a. Situasi pendidikan yang menggambarkan jumlah dan jenis


pendidikan yang ada,jumlah siswa dan angka putus sekolah; b. Situasi
ketenagakerjaan dalam arti jumlah pengangguran,jumlah yang tidak melanjutkan
dan tidak bekerja,kemampuan lulusan sekolah untuk merebut pasar kerja; c.
Situasi masyarakat dalam arti minat pada pendidikan kejuruan dan kebutuhan
belajar.

Dengan mengetahui peta-peta tersebut,pendidikan luar sekolah dapat


mempertimbangkan bagian mana yang tidakdi miliki persaingan yang dapat di
rebut untuk di kembangkan.

1. Menetapkan tujuan bisnis

Dari fakta-fakta yang di miliki diatas, lembaga pendidikan sebelum memulai


suatu program, dapat mengembangkan tujuan tang ingin dicapai apabila
melaksanakan kegiatan,karena lembaga pendidikan sudah mengetahui data-
data,lembaga pendidikan yang sudah ada mengetahui posisinya sekarang dan
kemana harus bergerak.

Misalnya; pendidikan luar sekolah ingin agar warga belajar setelah selesai satu
program langsung bisa bekerja maka tujuannya adalah seluruh warga belajar
memilki keterampilan yang sesuai dengan lingkungannya. Untuk itu lembaga
pendidikan luar sekolah tersebut harus tahu dimana posisinya di mata masyarakat,
baru mengadakan penyesuaian dengan strategi yang tepat.

1. Merumuskan strategi yang diperlukuan untuk mencapai posisi baru.

Hal ini harus dilakukan dengan menggunakan dan menjawab kecenderungan-


kecenderungan dorongan eksternal, seperti kompetisi perubahan kebutuhan dan
teknologi serta mengembangkan komponen sumber daya.

Ada beberapa tingkatan manajemen strategi yang perlu mendapat perhatian di


lingkungan pendidikan. Pertama strategi pendidikan tingkat desa, dimana program
dilaksanakan. Disini diperlukan strategi untuk menentukan kebutuhan belajar,
menentukan tempat dan waktu belajar,merekrut sumber belajar, menggali sumber dana,
pemasaran hasil belajar. Kedua, strategi tingkat kabupaten, disini diperlukan strategi yang
merupakan kiat. Di sini diperlukan cara yang tepat untuk membina, meManajemen
Operasitivasi para petugas lapangan tingkat kecamatan. Ketiga, strategi tingkat propinsi
yang menggambarkan operassional program. Disini diperlukan cara yang tepat untuk
merencanakan pencapaian target program, pembinaan dan penilaian realitas program
untuk wilayah satu propinsi. Keempat, strategi tingkat pusat yang merupakan kebijakan.
Disini diperlukan pengembangan sumber daya manusia, perencanaan penganggaran,
penilaian dan pengembangan program.

F. Strategi Operasional dalam Lingkungan Pendidikan

Untuk mengembangkan strategi operasional, harus menggunakan metode yang sama


yaitu mempelajari kekuatan dan kelemahan, peluang dan tantangan yang ada dalam
mengoperasionalisasikan kebijakan yang datang dari hirarki yang lebih tinggi.
Kembangkan dulu berbagai strategi baru pilih dan putuskan mana yang paling sesuai.
Berbagai strategi yang mungkin digunakan antara lain:

Konsentrasi pelaksanaan program belajar. Hal ini berarti menghindari pemerataan


dan penjatahan yang membuat program tidak berhasil dan berdaya guna,
pemerataan cenderung asal ada.

Mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk mewujudkan pusat-pusat


kegiatan belajar masyarakat. Memanfaatkan sarana-sarana yang ada di
masyarakat yang memungkinkan digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Memberikan pengertian kepada masyarakat, sehingga mereka menjadikan
pendidikan merupakan suatu kebutuhan.

Membuat peta situasi dimana program akan dilakukan, hal seperti ini dapat
dilakukan dengan analisis lingkungan. Apa potensi yang belum disentuh dan
mungkin untuk dimanfaatkan.

Mendorong tumbuhnya lembaga belajar atau organisasi kemasyarakatan yamg


bergerak pada jalur pendidikan, dan mendorong mereka menjadi pengelola pusat
kegiatan belajar masyarakat tersebut, dengan harapan lembaga ini lebih cepat
tumbuh di masyarakat dan menyerap aspirasi yang tumbuh di masyarakat
tersebut.
Melatih pengelola pusat kegiatan belajar masyarakat, keberhasilan pendidikan
masyarakat akan banyak ditentukan oleh kemampuan mengelola program yang
dilaksanakan oleh masyarakat. Karena itu perlu dilengkapi dengan seperangkat
pengetahuan operasonal, sebagaimana layaknya tentara yang akan bertempur
dan menginginkan kemenangan mereka perlu dilengkapi dengan peralatan
militer yang memadai.

Membentuk jaringan informasi dan pemasaran, hal ini erat kaitannya dengan
penyalur hasil-hasil dari program belajar di masyarakat.

G. Merancang Strategic Architecture dan Operasi dalam Dunia Pendidikan

Hal ini dilakukan setelah analisis lingkungan, lembaga pendidikan diharapkan mampu
memperoleh gambaran yang cukup utuh mengenai kondisi eksternal dan kondisi
internalnya. Dengan demikian faktor-faktor yang merupakan kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan ancaman sudah mampu terdefenisi dengan jelas. Berdasarkan hal ini,
suatu institusi pendidikan kemudian dapat menentukan dan menetapkan arah yang ingin
dituju dimasa depan.

Masa depan bagi lembaga pendidikan pada hakikatnya tidak hanya harus dibayangkan,
melainkan juga harus dibangun. Untuk itu dibutuhkan seorang seorang arsitek strategi
dan operasi yang mampu memimpikan sesuatu yang belum diciptakan. Untuk
membangun arsitektur strategi dan operasi bukanlah pekerjaan yang mudah. Manajemen
puncak suatu institusi pendidikan harus mempunyai perspektif meneganai manfaat baru
tentang fungsionalitas, tentang apa yang akan ditawarkan kepada objek pendidikan dan
masyarakat dimasa depan. Perspektif mengenai apa sesungguhnya kompetensi inti baru
yang akan dibutuhkan untuk menciptakan manfaaat baru. Arsitektur strategi dan operasi
harus mampu mengidentifikasikan apa yang harus dilakukan sekarang untuk memotong
masa depan, harus mengetahui kompetensi-kompetensi apa yang harus akan dibangun
sekarang, sehingga nantinya suatu institusi pendidikan bbisa meraih bagian yang cukup
besar dari masa depan di arena peluang yang sedang bermunculan.
Erat kaitannya dengan arsitektur strategi dan operasi, maka tentu saja menarik bagi kita
untuk melihat realitas yag ada dalam konteks Indonesia. Dengan kata lain sudah sejauh
manakah pengelola pendidikan kita memainkan perannya sebagai arsitektur strategi dan
operasi dalam melihat masa depan pendidikan di negara ini.

Menurut Prahalad dalam Pramono dan Zulkiefliemansyah (1999) untuk memenangkan


suatu persaingan masa depan, seorang pengelola pendidikan (orang yang terjun dalam
pendidikan) harus menghabiskan waktunya minimal 60% untuk menjadi arsitek
perubahan masa depan, dan hal ini sangat diperlukan dalam menyongsong masa depan
yang diinginkan, yang perlu diingat bahwa arsitektur strategi dan operasi harus mampu
mengetahui kapabilitas-kapabilitas yang akan dibangun untuk mencapai tujuan
pendidikan yang eksplisit sebagai guidance oprasional.

KESIMPULAN

Proses manajemen strategi yang diungkapkan dalam makalah ini secara teoritis bukanlah
hal yang mudah, akan tetapi dalam hal praktiknya (operasinya) melaksanakan proses
yang sederhana ini merupakan pekerjaan yang sangat berat. Untuk mencapai suatu tujuan
tentunya harus dibangun strategi yang matang, sehingga dalam operasi dilapangan akan
lebih terkoordinasi dengan strategi yang sudah dibangun sebelumnya. Oleh sebab itu
banyak pakar manajemen yang mengatakan bahwa manajemen strategi dan manajemen
operasi adalah dua hal yang harus berhubungan jika ingin mencapai suatu tujuan, dengan
kata lain manajemen strategi yang kurang baik tentukan akan menimbulkan dampak bagi
operasi (pelaksanaan) suatu tujuan dimasa depan, dan sebaliknya.

Manajemen strategi dalam dunia pendidikan bisa kita ibaratkan sebagai sebuah upaya
membangun input untuk menghasilkan output, input dalam dunia pendidikan adalah
berupa tenaga pengajar/ dosen yang berkualitas, ketersediaan sarana dan prasarana
pendidikan, administrasi yang baik, sedangkan outputnya adalah berupa lulusan suatu
instansi pendidikan yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Untuk
mencapai output ini, dibutuhkan suatu proses, dalam tulisan ini kita sebutkan sebagai
proses manajemen operasi.
Pembangunan dunia pendidikan saat ini membutuhkan manajer strategi dan operasi yang
mampu mengidentifikasi apa yang harus dilakukan sekarang untuk meraih masa depan
yang diharapkan, untuk itu manajer strategi dan operasi tersebut harus mengetahui
kekuatan, kelemahan, ancaman dan tantangan yang ada saat ini,dan masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Dwiningsih,N, 2001. Strategi Operasi dalam Lingkungan Global,STEKPI,Jakarta

Ishak, 2007. Pengantar Manajemen Operasi (E-Learning), Perpustakaan Universitas


Sumatera Utara Medan (http: Libraryusu.ac.id)

Nisjar,K. Dan Winardi, 1997. Manajemen Strategik. Penerbit Mandar Maju. Bandung

Purnomo,H.S dan Zulkieflimansyah,1999. Manajemen Strategi Sebuah Konsep


Pengantar, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Sihombing,U. 2000, Pendidikan Luar Sekolah,Manajemen Strategi, Konsep,Kiat dan


Pelaksanaan. Penerbit: P.D. Mahkota,Jakarta.

You might also like