You are on page 1of 2

Cara Cepat Jadi Jurnalis - Prolog

Kemajuan dunia internet memberi peluang kepada siapa saja yang ingin jadi jurnalis.
Kini jagat jurnalistik bukan lagi ruangan yang hanya bisa dimasuki segelintir orang
tertentu. Siapa pun dapat dengan serta merta menjadi jurnalis. Tentu kalau mampu
melakukannya, dan mengetahui syarat-syarat yang harus dimiliki seorang jurnalis.

Selama ini, kita telanjur menganggap bahwa jurnalis hanyalah mereka yang secara formal
bekerja di perusahaan media massa: cetak, radio, televisi, atau portal berita. Bahkan pada
era sebelum reformasi, di Indonesia sempat nyaris diharamkan keberadaan pewarta lepas
(freelance journalist). Juga tidak semua pencari berita bisa leluasa bergerak
mewawancara atau sekadar melakukan konfirmasi kepada pejabat pemerintahan bila
bukan anggota organisasi kewartawanan tunggal yang diakui pemerintah, yakni PWI
(Persatuan Wartawan Indonesia).

Kini segalanya telah berubah. Sejak aturan keharusan memiliki SIUPP (Surat Izin Usaha
Penerbitan Pers) dicabut, banyak bermunculan koran, tabloid dan majalah baru. Juga
organisasi kewartawanan tidak cuma satu. Yang paling awal lahir mendampingi PWI
adalan AJI (Aliansi Jurnalis Independen), kemudian disusul sejumlah organisasi sejenis
lainnya.

Perubahan lain terjadi di dunia radio dan televisi. Produksi berita yang semula hanya
dimonopoli oleh RRI dan TVRI, kemudian boleh dilaksanakan oleh radio dan tv swasta.
Fenomena lain yang sangat menarik pada awal era keterbukaan informasi adalah lahirnya
portal berita detik dot com, sebagai pionir news online di Indonesia.

Semakin banyak media massa dan didukung keterbukaan informasi, semakin banyak pula
orang yang mulai melirik dunia jurnalistik. Kalau dulu kebanyakan wartawan berlatar
belakang pendidikan komunikasi atau publisistik (banyak juga yang otodidak), tetapi
sekarang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Perubahan tersebut sesuai pula dengan
tuntutan karena jagat jurnalistik Indonesia mulai memasuki babak spesialisasi. Jadi,
bukan hanya membutuhkan orang-orang yang mahir menulis berita, tetapi lebih
diperlukan orang yang selain piawai menulis juga memiliki wawasan dan pengetahuan
cukup dalam disiplin ilmu tertentu.

Kehadiran pewarta lepas juga mulai mendapat tempat yang layak, meski sebutannya
--menurut saya-- masih terkesan merendahkan karena diembel-embeli predikat "amatir".
Padahal karya pewarta lepas yang dikategorikan amatir itu ternyata malah menjadi
pendukung utama berita yang sedang jadi sorotan. Contoh kasus video Tsnunami Aceh
atau penyerangan jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, Banten.

Namun tidak semua media memandang sebelah mata kepada para jurnalis amatir. Radio
Elshinta yang setiap saat mengudarakan laporan warga yang kebetulan berada di suatu
lokasi peristiwa, tak pernah menyebutkan bahwa berita tersebut dilaporkan oleh pewarta
amatir. Juga Kompas, layak diapresiasi (walau didahului oleh kehadiran sejumlah blog)
karena menyediakan ruang khusus Kompasiana buat para jurnalis dan penulis
independen.

Fakta-fakta itulah yang menginspirasi saya membuat judul "Cara Cepat Jadi Jurnalis"
untuk tulisan ini. Jadi, cara cepat untuk menjadi jurnalis adalah dengan memanfaatkan
media yang ada untuk mulai berkarya. Bagaimana caranya? Sabar dulu, karena saya
merencanakan menuangkannya dalam tulisan bersambung, agar setiap topik bisa
diungkapkan lebih fokus.
Salam,
zamsaja

You might also like