Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amandemen terhadap UUD 1945 telah memberikan dasar hukum
terjadinya reformasi politik dan demokratisasi di Indonesia. UUD 1945 yang
telah diamandemen memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada DPR
dibandingkan dengan UUD 1945 yang asli. DPR yang ada sekarang ini
memainkan peranan yang amat dominan dalam proses perumusan dan
pengesahan UU. Bahkan banyak pihak menilai bahwa DPR pasca amandemen
UUD 1945 telah menjadi super parliament, sebuah lembaga perwakilan rakyat
dengan kewenangan amat besar. Ketentuan yang diatur oleh Pasal 20 Ayat (5)
tentang sahnya sebuah RUU menjadi UU tanpa persetujuan presiden adalah
salah satu indikator besarnya kewenangan presiden. Atas dasar ketentuan-
ketentuan yang dibuat oleh UUD 1945, disusunlah RUU Susunan dan
Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD yang sudah disetujui oleh DPR
tanggal 9 Juli 2003 yang lalu.
Kondisi ini telah membawa dampak yang signifikan terhadap sistem
ketatanegaraan di Indonesia. Salah satu perubahan penting yang dibawa oleh
UUD 1945 adaIah pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung.
Pasal 6A Ayat (1) memberikan dasar hukum yang jelas bagi pemilihan
tersebut. Hal ini merupakan sebuah terobosan politik (political breakthrough)
yang hebat dalam sistem politik Indonesia. Selain itu, dengan semakin luasnya
kekuasaan dan wewenang DPR, juga telah memberikan corak baru dalam
ketatanegaraan. Dalam kaitan yang lebih jauh, telah terjadi suatu warna baru
dalam pelaksanaan hukum tata negara.
Hukum dalam pengertian yang luas bertujuan untuk menciptakan
keamanan dan ketertiban. Hukum lahir sebagai suatu bentuk tatanan sistem
dalam pengaturan hubungan antar manusia yang tidak menutup kemungkinan
pada suatu hubungan tersebut terdapat perselisihan, pada akhirnya
menimbulkan kejadian yang tidak diharapkan dalam masyarakat. Hadirnya
hukum adalah bentuk eksisnya suatu negara.
Lahirnya sebuah negara tentu bukan hal yang mudah, negara terbentuk
karena hasil akumulasi proses yang cukup panjang, dimulai dari sekumpulan
masyarakat yang membentuk suatu pemerintahan kecil yang kemudian
berkembang disebabkan adanya hubungan antar masyarakat. Seiring dengan
bergulirnya waktu dan perkembangan zaman kelompok tersebut bertambah
besar dengan nama lain, yaitu negara. Dalam teori terbentuknya negara,
terdapat dua syarat yang harus dipenuhi. Yang pertama adalah syarat
konstitutif, didalamnya terdapat pemerintahan, wilayah dan rakyat yang
berdaulat. Sementara syarat yang lainnya merupakan unsur tambahan, yaitu
syarat deklaratif, berupa pengakuan dari negara lain.
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, ia adalah
organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah agency (alat) dari
masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan
manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam
masyarakat (Miriam Budihardjo, 2004: 38). Pengendalian ini dilakukan
berdasarkan sistem hukum dan dengan perantaraan pemerintah beserta segala
alat-alat perlengkapannya. Sistem hukum adalah dasar legal dari Negara,
seluruh struktur dan fungsi negara ditetapkan oleh hukum. Hukum yang
berlaku bagi suatu negara mencerminkan perpaduan antara sikap, dan
pendapat pimpinan pemerintahan negara dan keinginan masyarakat luas
mengenai hukum tersebut (Padmo Wahjono, 1986: 23). Suatu konsekuensi
logis apabila dalam suatu negara terdapat kelengkapan negara beserta fungsi-
fungsinya yang diturunkan dari konstitusinya.
Berkaitan dengan proses perkembangan suatu negara dan adanya
berbagai penyesuaian-penyesuaian pengaturan masyarakat di negara tersebut,
maka perubahan aturan untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman
adalah suatu kewajaran. Hal itu terjadi pula pada keputusan untuk
mengamandemen UUD 1945 sebagai peraturan perundang-undangan tertinggi
di Indonesia.
Dengan berbagai argumentasi dan tuntutan realitas kebangsaan dan
demokrasi, maka amandemen harus dilaksanakan. Namun harus disadari
bahwa merubah pandangan rakyat yang sudah cukup lama ditatar bahwa UUD
1945 tidak dapat dirubah kecuali melalui referendum, bukanlah pekerjaan
mudah dan sederhana. Namun akhirnya kesadaran muncul. Di Indonesia
sekarang ini, telah terjadi suatu sistem ketatanegaraan baru yang diharapkan
lebih baik dibandingkan pelaksanaan sebelum amandemen keempat UUD
1945.
Berdasarkan adanya konsep kenegaraan serta amandemen UUD 1945
sebagai aturan tertinggi dalam pelaksanaan kehidupan bernegara, maka dalam
kesempatan ini penulis akan membahas tentang: ”Sistem Hukum dan Tata
Negara di Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945.”
A. Pengertian
I. Hukum Tata Negara
Hukum Tata Negara pada dasarnya adalah hukum
yang mengatur organisasi kekuasaan suatu negara beserta
segala aspek yang berkaitan dengan organisasi negara
tersebut. Sehubungan dengan itu dalam lingkungan Hukum
Ketatanegaraan dikenal berbagai istilah yaitu :
a. State Law dimana yang diutamakan adalah Hukum
Negara;
b. State Recht (Belanda) dimana State Recht dibedakan
antara:
1) Arti luas Staat Recht in Ruinenzin
2) Arti sempit Staat Recht in Engeezin;
c. Constitutional Law (Inggris) dimana hukum Tata Negara
lebih menitikberatkan pada konstitusi atau hukum
konstitusi.
d. Droit Constitutional dan Droit Adminitrative (Perancis),
dimana titik tolaknya adalah untuk membedakan antara
Hukum Tata Negara dengan Hukum Aministrasi Negara.
e. Verfassnugrecht dan Vervaltingrecht (Jerman) yang
sama dengan di Perancis.
Bagi Indonesia tentunya mempunyai hubungan dengan
Hukum Tata Negara Belanda dengan istilah State Recht
atau Hukum Negara/Hukum Tata Negara.
e. Mahkamah Agung ( MA )
UUD 1945 menegaskan bahwa Indonesia
adalah negara hukum. Negara Indonesia berdasarkan
atas hukum (rechtsstaat) tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (machtsstaat). Pemerintahan
berdasarkan sistem konstitusi, tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Prinsip dalam suatu negara hukum adalah
jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
yang merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan
lainnya untuk menyelenggarkan peradilan guna
penegakan hukum dan keadilan. Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan-badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan.
1) Peradilan Umum
2) Peradilan Agama
3) Peradilan Militer
4) Peradilan Tata Usaha Negara
5) dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
UU No. 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan
kehakiman telah mencabut UU No. 14 Tahun 1970
dan UU No. 35 Tahun 1994, dimana segala urusan
mengenai peradilan baik teknis yudisial, organisasi
administrasi dan financial berada di bawah satu atap
yaitu Kekuasaan Mahkamah Agung.
Negara Indonesia adalah negara demokratis
dimana kedaulatan ada di tangan rakyat dan juga
Indonesia adalah negara hukum atau kedaulatan
hukum, keduanya menyatu dalam konsepsi negara
hukum yang demokratis atau negara demokratsi
yang berdasarkan hukum, dan selanjutnya sebagai
perwujudan keyakinan bangsa Indonesia akan
kedaulatan Tuhan dalam penyelenggaraan
kehidupan kenegaraan berdasarkan Pancasila.
h. Komisi Yudisial ( KY )
Diatur dalam pasal 24 B UUD 1945 dan UU No
22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial. Komisi
Yudisial adalah lembaga Negara yang bersifat
mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas
dari campur tangan atau pengaruh dari kekuasaan
lainnya. Anggota Komisi Yudisial diangkat oleh
Presiden dengan persetujuan DPR.
Wewenang Komisi Yudisial adalah:
1) Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung kepada
DPR,
2) Menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat
serta menjaga prilaku hakim.
Tugas Komisi Yudisial yaitu:
1) Melakukan pendaftaran Calon Hakim Agung
2) Melakukan seleksi terhadap Calon Hakim Agung
3) Menetapkan Calon Hakim Agung
4) Mengajukan Calon Hakim Agung ke DPR
5) Melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim
6) Mengajukan usul penjatuhan sanksi terhadap
hakim kepada pimpinan MA dan/atau MK.
2. Lembaga-Lembaga Independen
Lembaga-lembaga Independen yang dasar
pembentukannya diatur dalam UUD 1945, adalah:
a. Komisi Pemilihan Umum
b. Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
(TNI dan POLRI)
c. Bank Indonesia
d. Kejaksaan Agung.
Lembaga-lembaga khusus yang tidak diatur dalam
UUD 1945, adalah:
a. Komnas HAM
b. KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi)
c. Komisi Ombudsmen
d. KPKPN (Komisi Pemeriksaan Kekayaan
Penyelenggara Negara)
e. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
f. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR)
A. Kesimpulan
Uraian di atas menunjukkan bahwa situasi politik tertentu akan dapat
melahirkan produk hukum dengan karakter tertentu pula. Hal ini juga terjadi
pada kurun waktu empat kali pelaksanaan amandemen UUD 1945.
Amandemen tersebut secara teoritis, dikotomis sistem politik demokrasi akan
menghasilkan produk hukum yang responsif. Sedangkan konfigurasi sistem
politik yang otoriter akan menghasilkan produk hukum yang
konservatif/ortodoks. Kesimpulan umum tersebut dapat secara langsung
dikaitkan dalam telaah pengaturan hukum tentang pemerintahan daerah di
Indonesia.
Dalam periodesasi yang ditentukan menurut momentum kesejarahan
perkembangan politik nasional Indonesia yang ditandai dengan pelaksanaan
amandemen UUD 1945, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Periode 1945 – 1959, karena keadaan politik di Indonesia pasca
kemerdekaan adalah sangat demokratis (demokrasi liberal), dan telah
melahirkan produk hukum tata negara yang berkarakter responsif.
2. Periode 1959 – 1965, keadaan politik di Indonesia adalah otoriter, di
bawah panji politik totalitarianisme Soekarno dan demokrasi terpimpin,
maka telah melahirkan produk hukum tata negara yang berkarakter
ortodoks.
3. Periode 1966 – 1998, keadaan politik adalah otoriter dengan ditandai
otoritarianisme rejim Orde baru yang terpusat di tangan Soeharto. Pada
periode ini telah melahirkan produk hukum tata negara yang ortodoks dan
konservatif.
4. Periode 1998 – sekarang, konfigurasi politik demokratis, dengan ditandai
munculnya rejim reformasi yang secara fundamental telah merubah sistem
ketatanegaraan menjadi demokratis. Produk hukum yang dihasilkan adalah
berkarakter responsif.
Amandemen UUD 1945 memang berusaha untuk mengurangi
kekuasaan yang begitu besar yang berada di tangan Presiden, sebagaimana
diterapkan oleh Presiden Soekarno dan Soeharto. Masa jabatan Presiden
dibatasi hanya dua periode, untuk mencegah terulangnya pemerintahan tanpa
batasan yang jelas seperti di masa lalu. Kewenangan Presiden untuk
mengangkat duta dan menerima duta negara lain, juga dilakukan dengan
memperhatikan pertimbangan DPR. Demikian pula dalam pengangkatan dan
pemberhentian Panglima TNI dan Kapolri, dilakukan Presiden setelah
mendapat pertimbangan DPR. Ketentuan yang terakhir ini, menyebabkan
panglima TNI dan Kapolri bukan lagi pejabat setingkat menteri negara dan
menjadi anggota kabinet, karena Presiden telah kehilangan hak prerogatif
untuk mengangkat dan memberhentikan kedua pejabat itu.
B. Saran
Penerapan dan pelaksanaan sebuah undang-undang dasar akan sangat
dipengaruhi oleh situasi perkembangan zaman, serta kedewasaan bernegara
para pelaksananya. Adanya semangat para penyelenggara negara yang benar-
benar berjiwa kenegerawanan, sangatlah mutlak diperlukan untuk mengatasi
kekurangan dan kelemahan rumusan sebuah undang-undang dasar. Tanpa itu,
undang-undang dasar yang baik dan sempurna pun, dapat diselewengkan ke
arah yang berlawanan. Namun, apapun juga, amandemen konstitusi itu telah
terjadi, dan menjadi bagian sejarah perjalanan bangsa ke depan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan saran bahwa pihak-pihak
yang berwenang dan yang bertanggung jawab terhadap perubahan dalam
ketatanegaraan di Indonesia sebaiknya mampu bersikap konsisten dan mampu
membawa perjalanan bangsa dan negara ini ke arah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh:
WENDY
NPM. 09.32.0024
dengan judul: “ Tinjauan tentang Sistem Hukum dan Tata Negara di Indonesia
Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada berbagai pihak
yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini, baik bantuan yang
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu segala kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan. Selanjutnya,
penulis berharap makalah ini mampu memberikan manfaat kepada semua pihak.
Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Tujuan dan Manfaat Makalah...................................................... 3
1. Tujuan.................................................................................... 3
2. Manfaat.................................................................................. 3
BAB II PERMASALAHAN.......................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN PERMASALAHAN.............................................. 6
A. Pengertian.................................................................................... 6
I. Hukum Tata Negara............................................................... 6
II. Konsepsi Hukum Tata Negara............................................... 6
III. Ruang Lingkup Hukum Tata Negara..................................... 8
IV. Sistem Pemerintahan Republik Indonesia............................. 10
B. Amandemen UUD 1945.............................................................. 18
C. Pengaruh Amandemen UUD 1945 terhadap Sistem Hukum
dan Tata Negara di Indonesia...................................................... 21
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 27
A. Kesimpulan.................................................................................. 27
B. Saran............................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 29