You are on page 1of 24

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SOSIAL

1. Ilmu alamiah adalah ilmu yang mempelajari tentang alam, yang berhubungan
lingkungan alam seperti fisika, kimia, biologi,astronomi, botani dll.
2. Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari sosial manusia di lingkungan sekitar
seperti sosiologi, ekonomi, politik, antropologi sejarah, psikologi, geogrofi dll.
3. Ilmu budaya adalah ilmu yang mempelajari adat istiadat atau kebiasaan hidup
manusia di suatu wilayah seperti bahasa, agama, kesusastraan, kesenian dll.

Dari perkembangan ilmu sosial timbul paham study sosial yang disebut ilmu
pengetahuan sosial. IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan dari sejumlah
mata pelajaran sosial. Yang termaksud pada pelajaran IPS, yaitu geografi, sejarah,
ekonomi, sosiologi, antropologi dll.

ISD adalah gabungan dari disiplin ilmu sosial yang digunakan dalam pendekatan dan
pemecahan masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar kita. ISD memberikan dasar
– dasar pengetahuan tentang konsep untuk mengkaji gejala sosial.

2. Latar belakang ilmu sosial dasar

Latar belakang diberikannya mata kuliah ISD di perguruan tinggi, karena :

1. Banyaknya kritik yang ditunjukkan pada sistem pendidikan di perguruan tinggi


bahwa sistem pendidikan yang diberikan masih berbau kolonial dan warisan sistem
pendidikan pemerintah Belanda. Yang pendidikannya bertujuan untuk menghasilkan
tenaga terampil untuk menjadi tukang yang mengisi birokrasi mereka.
2. Sistem pendidikannya masih tidak mengenali dimensi – dimensi lain di luar disiplin
keilmuannya. Perguruan tinggi dianggap seolah – olah tidak peka terhadap
lingkungan sekitarnya sertak perkembangan masyarakat.

Sedangkan tenaga ahli yang dihasilkan oleh perguruan tinggi diharapkan mempunyai
tiga kemampuan, yaitu personal, akademis dan profesional.

1. Kemampuan personal

Tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga menunjukkan sikap yang


mencerminkan kepribadian Indonesia, mengenal dan memahami nilai agama,
masyarakat, pancasila serta pandangan luas terhadap berbagai masalah masyarakat
Indonesia.

1. Kemampuan akademik

Kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah baik lisan maupun tulisan dan
mampu berpikir logis, kritis, sistematis dan analitis. Memiliki kemampuan untuk
mengedintifikasi dan merumuskan masalah yang sedang dihadapi.

1. Kemampuan profesional

Kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dan mereka
diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi dalam profesinya.
1. Ilmu sosial dasar sebagai komonen MKDU

Diantara 3 kemampuan diatas yang diharapkan untuk dimiliki oleh mahasiswa sebagai
calon tenaga ahli adalah kemampuan personal dan ditanamkan pada mata kuliah dasar
umum. MKDU bertujuan untuk memperluas pengetahuan agar mahasiswa tidak
terbatas pada bidang keahlian masing – masing, tetapi dapat membantu dirinya sendiri
dan menempatkan diri dalam perkembangan masyarakat. MKDU terdiri dari 6 mata
kuliah, yaitu :

1. Agama
2. Pancasila
3. Kewiraan
4. Ilmu alamiah dasar
5. Ilmu sosial dasar
6. Ilmu budaya dasar

Tujuan ilmu sosial dasar adalah membantu perkembangan pikir mahasiswa dan
kepribadian agar memperoleh wawasan yang lebih luas dan ciri kepribadian yang
diharapkan dari setiap golongan terpelajar Indonesia

4. Ruang lingkup pembahasan

Ada 2 masalah yang dipakai sebagai pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup
pembahasan mata kuliah ISD.

1. Berbagai aspek yang merupakan suatu masalah sosial yang dapat ditanggapi
dengan pendekatan sendiri atau pendekatan gabungan antar bidang.
2. Adanya keragaman golongan dan kesatuan sosial lain dalam masyarakat.

Berdasarkan ruang lingkup di atas masih perlu penjabaran untuk bisa


dioperasionalkan ke pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Yaitu :

1. Mempelajarai adanya berbagai masalah kependudukan dan hubungan dengan


perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
2. Mempelajari adanya masalah individu dan masyarakat.
3. Mengkaji masalah kependudukan dan sosialisasi.
4. Mempelajari hubungan antar warga negara dan negara.
5. Mempelajari hubungan antara pelapisan sosial dan persamaan derajat.
6. Mempelajari masalah yang dihadapi masyarakat pedesaan.

5. Masalah sosial dan ilmu sosial dasar

Masalah yang dihadapi tidaklah sama, disebabkan karena perbedaan tingkat


perkembangan kebudayaan masyarakat dan keadaan lingkungan alam. Masalah
tersebut dapat berupa sosial, politik, moral dll. Yang membedakan masalah ini ada
hubungannya dengan nilai moral dan pranata sosial.

1. Menurut masyarakat, segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umumadalah


masalah sosial.
2. Menurut para ahli, suatu kondisi yang terwujud dalam masyarakat berdasarkan atas
studi, mempunyai sifat yang menimbulkan kekacauan.

Masalah sosial muncul sejak peradaban manusia karena dianggap mengganggu


kesejahteraan hidup. Dan membuat masyarakat untuk mengedintifikasi, menganalisa
cara untuk mengatasinya.

ISD menyajikan pemahaman mengenai hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan
masalahnya dengan menggunakan kerangka pendekatan. Dengan menggunakan
kacamata obyektif berarti, konsep dan teori yang berhubungan dengan hakikat
manusia dan masalahnya telah dikembangkan dalam ilmu sosial dan digunakan.
Sedangkan menurut kacamata subyektif masalah yang dibahas akan dikaju menurut
perspektif masyarakat yang bersangkutan.
Untuk menjawab berbagai tantangan dan persoalan dalam kehidupan lahirlah berbagai
cabang ilmu pengetahuan.
Berdasarkan sumber filsafat yang dianggap sebagai ibu dari ilmu pengetahuan, maka
ilmu pengetahuan dapat dikelompokan menjadi tiga :
1. Natural sciences (ilmu-ilmu alamiah), meliputi: Fisika, Kimia, astronomi, biologi
dll
2. Sosial sciences (ilmu-ilmu social) terdiri dari: Sosiologi, Ekonomi, Politik
antropologi, Sejarah, Psykologi, Geografi dll
3. Humanities (ilmu-ilmu budaya) meliputi: Bahasa, Agama, Kesusastraan, Kesenian
dll.
Mengikuti pembagian ilmu pengetahuan seperti tersebut diatas maka Ilmu Sosial
Dasar dan Ilmu Budaya Dasar adalah satuan pengetahuan yang dikembangkan sebagai
usaha pendidikan.

Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah masalah social
khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan
pengertian pengertian (fakta, konsep teori) yang berasal dari berbagai bidang
pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu ilmu social seperti:
Sejarah, ekonomio, geografi social. Sosiologi, antropologi, psikologi sosial.

Ilmu social dasar tidak merupakan gabungan dari ilmu social dasar yang
dipadukan, karena ilmu social dasar tidak memiliki objek dan metode ilmiah
tersendiri dan juga ia tidak mengembangkan suatu penilitian sebagaimana suatu
disiplin ilmu seperti ilmu-ilmu social diatas.
Ilmu sosial dasar merupakan suau bahan studi atau program pekerjaan yang khusus
dirancanga untuk kepentingan atau pengerjaan yang di Indonesia diberikan di
perguruan tinggi.

B. LATAR BELAKANG

Banyaknya kritik sistem pendidikan di perguruan tinggi oleh para cendekiawan.


Mereka berpendapat bahwa sistem pendidikan yang berlangsung masih berbau
kolonial dan merupakan warisan sistem pendidikan pemerintah Belanda yaitu
kelanjutan dari politik “balas budi / etische politick” (oleh Conrad Theodore van
Deventer) sistem pendidikan tersebut bertujuan menghasilkan tenaga terampil untuk
menjadi “tukang” yang mengisi birokrasi mereka dibidang administrasi, perdagangan,
tehnik dan keahlian lain dalam tujuan eksploitasi (pemerasan) kekayaan negara.
Sedangkan tenaga ahli yang dihasilkan oleh perguruan tinggi diharapkan tidak hanya
menjadi tukang saja tetapi diharapkan mempunyai tiga jenis kemampuan yaitu
personal, akademis dan kemampuan profesional.

a. Kemampuan Personal (kemampuan kepribadian)


Dengan kemampuan ini tenaga ahli diharaphan memiliki pengetahuan sehingga
menunjukkan sikap dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia,
mengenal dan memahami nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan,kenegaraan
(pancasila) serta memiliki pandangan luas serta kepekaan terhadap berbagai masaah
yang dihadapi masyarakat Indonesia.

b. Kemampuan Akademik
Adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun
tertulis, menguasai peralatan analisa, mampu berpikir logis, kritis, sistematis dan
analitis. Memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan
masalah yang dihadapi serta mampu menawarkan altematif pemecahannya.

c. Kemampuan Professional
Adalah kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Tenaga
ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi dalam bidang
profesinya.

C. RUANG LINGKUP

Bahan pelajaran Ilmu Sosial Dasar dapat dibedakan 3 golongan :

1. kenyataan-kenyataan social yang ada dala mmasyarakat, yang secara bersama-sama


merupakan masalah social tertentu.
2. konsep-konsep social atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-kenyataan
social dibatasi pada konsep dasar atau elemnter saja yang sangat diperlukan untuk
mempelajari masalah-masalah social yang dibahas dalam Ilmu Pengetahuan Sosial
3. masalah-masalh yang timbul dalam masyarakat, biasanya terlibat dalam berbagai
kenyataan-kenyataan social yang antara yang satu dengan yang lainnya berbeda.

Berdasarkan bahan kajian seperti yang disebut diatas, dapat dijabarkan leih lanjut ke
dalam pokok bahasan dan sub pokok bahasan, untuk dapat di operasionalkan.

Ilmu Sosial Dasar terdiri dari 8 Pokok Bahasan, dari kedelapan pokok bahasan
tersebut maka ruang lingkup perkuliahan Ilmu Sosial Dasar diharapkan mempelajari
dan memahami adanya :
1. Berbagai masalah kependudukan dalam hubungannya dengan perkembangan
masyarakat dan kebudayaan.
2. Masalah individu, keluarga dan masyarakat.
3. Masalah pemuda dan sosialisasi.
4. Masalah hubungan warga Negara dan Negara
5. Masalah pelapisan sosial dan kesamaan derajat
6. Masalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
7. Masalah pertentangan-pertentangan sosial dan Integrasi
8. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat.

Perbedaan Ilmu Sosial Dasar & Ilmu Pengetahuan Sosial :


1.ISD mulai dipelajari di perguruan tinggi , sedangkan IPS sudah dipelajari sejak
tingkat SD dan Lanjutan.
2.ISD merupakan mata kuliah tunggal , sedangkan IPS merupakan gabungan dari
beberapa mata pelajaran.
3.ISD untuk pembentukan sikap dan kepribadian , sedangkan IPS untuk pembentukan
pengetahuan & ketrampilan.

Persamaan Ilmu Sosial Dasar & Ilmu Pengetahuan Sosial :


1.Bahan studi untuk kepentingan umum.
2.Bagian dari disiplin ilmu lain.
3.Membahas materi tentang kenyataan sosial dan masalah sosial.

D. MASALAH SOSIAL

Masalah yang dihadapi tidaklah sama, disebabkan karena perbedaan tingkat


perkembangan kebudayaan masyarakat dan keadaan lingkungan alam. Masalah
tersebut dapat berupa sosial, politik, moral dll. Yang membedakan masalah ini ada
hubungannya dengan nilai moral dan pranata sosial.

1. Menurut masyarakat, segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umumadalah


masalah sosial.
2. Menurut para ahli, suatu kondisi yang terwujud dalam masyarakat berdasarkan atas
studi, mempunyai sifat yang menimbulkan kekacauan.

Masalah sosial muncul sejak peradaban manusia karena dianggap mengganggu


kesejahteraan hidup. Dan membuat masyarakat untuk mengedintifikasi, menganalisa
cara untuk mengatasinya.

ISD menyajikan pemahaman mengenai hakikat manusia sebagai makhluk sosial


dan masalahnya dengan menggunakan kerangka pendekatan. Dengan menggunakan
kacamata obyektif berarti, konsep dan teori yang berhubungan dengan hakikat
manusia dan masalahnya telah dikembangkan dalam ilmu sosial dan digunakan.
Sedangkan menurut kacamata subyektif masalah yang dibahas akan dikaju menurut
perspektif masyarakat yang bersangkutan.
Sejarah Perkembangan Sosiologi
Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur relatif muda
yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh
Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi.
Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang pertama, berjudul The Course
of Positive Philosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan
suatu komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi
harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan
dan spekulasi. Hal ini merupakan pandangan baru pada saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology dalam tahun
1876. Ia menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat manusia dan
mengembangkan teori besar tentang “evolusi sosial” yang diterima secara luas
beberapa puluh tahun kemudian.
Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic Sociology”
dalam tahun 1883, menghimbau kemajuan sosial melalui tindakan-tindakan sosial
yang cerdik yang harus diarahkan oleh para sosiolog.
Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah
dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan
tahun 1895, menggambarkan metodologi yang kemudian ia teruskan penelaahannya
dalam bukunya berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun 1897. Buku itu memuat
tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama ia merencanakan disain risetnya dan
kemudian mengumpulkan sejumlah besar data tentang ciri-ciri orang yang melakukan
bunuh diri dan dari data tersebut ia menarik suatu teori tentang bunuh diri.
Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas sekitar tahun 1890-an. The
American Journal of Sociology memulai publikasinya pada thun 1895 dan The
American Sociological Society (sekarang bernama American Sociological
Association) diorganisasikan dalam tahun 1905.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka kebanyakan pula
berasal dari para pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar berasal dari bidang-
bidang sejarah, ekonomi politik atau filsafat.
Urbanisasi dan industrialisasi di Amerika pada tahun 1900-an telah menciptakan
masalah sosial. Hal ini mendorong para sosiolog Amerika untuk mencari solusinya.
Mereka melihat sosiologi sebagai pedoman ilmiah untuk kemajuan sosial. Sehingga
kemudian ketika terbitnya edisi awal American Journal of Sociology isinya hanya
sedikit yang mengandung artikel atau riset ilmiah, tetapi banyak berisi tentang
peringatan dan nasihat akibat urbanisasi dan industrialisasi. Sebagai contoh suatu
artikel yang terbit di tahun 1903 berjudul “The Social Effect of The Eight Hour Day”
tidak mengandung data faktual atau eksperimental. Tetapi lebih berisi pada manfaat
sosial dari hari kerja yang lebih pendek.
Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih berisi artikel
riset dan deskripsi ilmiah. Sosilogi kemudian menjadi suatu pengetahuan ilmiah
dengan teorinya yang didasarkan pada obeservasi ilmiah, bukan pada spekulasi-
spekulasi.
Para sosiolog tersebut pada dasarnya merupakan ahli filsafat sosial. Mereka mengajak
agar para sosiolog yang lain mengumpulkan, menyusun, dan mengklasifikasikan data
yang nyata, dan dari kenyataan itu disusun teori sosial yang baik.

1.2. Sosiologi dan Pengetahuan


Manusia diciptakan Tuhan sebagai mahluk yang paling mulia. Sejak lahir Tuhan
mengkaruniai manusia akal budi. Akal budi diciptakan untuk berfikir, berkehendak,
dan merasa. Dengan fikirannya manusia mendapatkan (ilmu) pengetahuan; dengan
kehendaknya manusia mengarahkan perilakunya; dan dengan perasaannya manusia
dapat mencapai kesenangan.

Sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dinamakan logika. Logika merupakan


ajaran yang menunjukkan bagaimana manusia berfikir secara tepat dengan
berpedoman pada ide kebenaran. Ketika kita sudah mengetahui batasan sosiologi,
pertanyaan yang muncul kemudian ialah apakah sosiologi merupakan suatu ilmu
pengetahuan?
Kalau para pelopor sosiologi, sejak dahulu tentunya menganggap bahwa sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan. Namun benarkah demikian? Untuk menjawab
pertanyaan ini, tentunya kita harus mengetahui dahulu apa yang disebut sebagai ilmu
pengetahuan?
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan (knowledge) yang tersusun secara
sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, dan pengertahuan itu dapat
dikontrol oleh orang lain atau umum (obyektif). Atau ilmu pengetahuan bisa
dirumuskan apabila memiliki beberapa elemen (unsur) yang menjadi suatu kebulatan,
yaitu :
pengetahuan (knowledge)
tersusun secara sistematis
menggunakan pemikiran
bersifat obyektif (dapat dikontrol secara kritis oleh umum)
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca
inderanya. Misalnya : pengetahuan jenis-jenis kain, pengetahuan mengenai bebauan
minyak wangi, pengetahuan mengenai cara pembuatan tempe.
Sistematis berarti berdasarkan urutan unsur-unsur yang merupakan satu kebulatan,
sehingga akan jelas apa yang merupakan garis besar dari ilmu pengetahuan yang
bersangkutan. Tidak semua pengetahuan merupakan suatu ilmu, hanya pengetahuan
yang tersusun sistematis saja yang merupakan ilmu pengetahuan. Sistem tadi
merupakan suatu konstruksi yang abstrak dan teratur sehingga merupakan
keseluruhan yang terangkai.
Menggunakan pemikiran : ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis
menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan
kritis (obyektif).
Apabila sosiologi memenuhi rumusan-rumusan di atas maka sosiologi merupakan
suatu ilmu sejauh sosiologi mengembangkan suatu kerangka pengetahuan yang
tersusun dan teruji yang didasarkaan pada penelitian ilmiah. Sejauh sosiologi
meninggalkan mitos, dongeng dan angan-angan, dan mendasarkan kesimpulannya
pada bukti-bukti ilmiah maka sosiologi adalah suatu ilmu. Bila ilmu didefinisikan
sebagai suatu metode penelaahan, maka sosiologi adalah suatu ilmu sejauh sosiologi
menggunakan metode penelaahan ilmiah.
Ilmu Pengetahuan sendiri dikelompokkan dalam 2 (dua) macam :
1. Ilmu Pengetahuan murni (pure science).
Ilmu pengetahuan murni bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu
pengetahuan secara abstrak, untuk mempertinggi mutunya, tanpa menggunakannya
langsung dalam masyarakat. Misalnya : seorang ahli fisika bukanlah membuat
jembatan, ahli kimia bukanlah membuat obat, juga ahli sosiologi hanya
mengemukakan pendapatnya yang berguna bagi pembentuk undang-undang, birokrat,
petugas administrasi, guru-guru, diplomat dan lain sebagainya akan tetapi mereka
tidak akan menentukan secara langsung apa yang dikerjakan oleh petugas-petugas
tersebut.
Sosiologi bertujuan untuk mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang mungkin dapat
dipergunakan untuk mememecahkan persoalan-persoalan masyarakat. Akan tetapi itu
bukan berarti bahwa sosiologi tidak berguna bagi masyarakat.
2. Ilmu Pengetahuan Terapan (applied science)
Ilmu pengetahuan terapan merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk
mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut dalam masyarakat.
Misalnya : ilmu pengetahuan tentang berbagai seni, sebagaian besar dipergunakan dan
diterapkan langsung.

1.3. Bapak Pendiri Sosiologi (The Founding Fathers Of Sosiology)

Pada bagian ini akan dijelaskan empat ahli yang sampai kini pikirannya masih dipakai
dalam teori sosiologi, yaitu Auguste Comte, Karl Marx, Max Weber, dan Emile
Durkheim. Pandangan mereka telah memberi stimulan diskusi panjang tentang
pelbagai persoalan terkait dgn kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan.
Pandangan mereka juga digunakan dalam disiplin ilmu social lain seperti ilmu politik,
ekonomi, antropologi, dan sejarah.
1.3.1. Auguste Comte (1798-1857)
Auguste Comte (Perancis, 1798-1857) mengemukakan istilah awal : SOCIAL
PHYSICS (FISIKA SOSIAL) karena istilah ini sudah digunakan oleh ahli statistik
sosial Belgia Adophe Quetelet, maka istilah diubah menjadi sociology.
Auguste Comte membagi sosiologi ke dalam dua pendekatan yakni:
1. Statika sosial (social static) : mengkaji tatanan sosial. Statika mewakili stabilitas.
2. Sosial dinamik : mengkaji kemajuan dan perubahan social. Dinamika mewakili
perubahan. Progres dlm membaca fenomena sosial perlu melihat masyarakat secara
keseluruhan sebagai unit analisis.
Dengan memakai analogi dari biologi, Comte menyatakan bahwa hubungan antara
statika dan dinamika merujuk pada konsep order didalamnya ditekankan bahwa
bagian-bagian dari masyarakat tidak dapat dimengerti secara terpisah, tetapi harus
dilihat sebagai satu kesatuan yg saling berhubungan..
1.3.2. Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx lahir di Trier, Jerman tahun 1818 dari kalangan keluarga rohaniwan
Yahudi. Tamat dari perguruan tinggi menjadi editor di sebuah surat kabar di Jerman.
Pandangannya mat kritis terutama sangat anti penindasan yg hadir bersama system
kapitalis yang mewarnai peradaban Eropa Barat. Beliau pindah ke Paris setelah
terjadipertentangn dengan pemerintah Jerman. Ia berkolaborasi dengan Friedrich
Engels menulis buku berjudul The Communist Manifesto (1848). Lalu menulis buku :
Das Capital, dua bab terakhir buku ini diteruskan oleh Engels karena Marx keburu
meninggal.
Menurut Marx, sejarah manusia mulai dari pertanian primitive, feudal dan industri,
ditandai hubungan social yg melembagakan sifat ketergantungan untuk mengontrol
atau menguasai sumber-sumber ekonomi. Mereka yg menguasai dan mengonytol
sumber-sumber ekonomi adalah kelas atas, seangkan mereka yg hanya memiliki
sedikit atau bahkan tidak punya sama sekali adalah dari kelas bawah. Terjadi
penindasan oleh kelas atas terhadap kelas bawah. Fokus perhatian Marx pada dua
kelas penting : BORJUIS (kelas atas/kapitalis yg memiliki memiliki alat-alat produksi
seperti pabrik dan mesin) dan PROLETAR (kelas bawah/ para buruh yg bekerja pada
borjuis).
Pendapat Marx terhadap fenomena social semacam itu (penindasan /eksploitasi kaum
borjuis terhadap kaum proletar) hanya dapat dihentikan dengan cara mengganti atau
merusak system kapitalis. Caranya dengan melakukan revolusi (prinsip konflik)
kemudian menggantinya dengan system yg lebih menghargai martabat manusia. Ini
tidak mudah karena para buruh harus menghilangkan False Consciousness (kesadaran
palsu) dengan class consciousness kesadaran kelas. Melalui bimbingan pemimpin-
pemimpin revolusioner, para buruh akan menjadi setia dan mau berkorban demi
perjuangan kelas. Denagn demikian kan muncul masyarakat yg adil, sama rata sama
rasa, dan terhindardari segala bentuk eksploitasi, ini yg disebutnya sebagai
masyarakat komunisme modern. Disamping dipuja banyak orang, Marx juga dikecam
banyak orang, terutama pendapatnya tentang “agama sebagai candu masyarakat“ (the
opium of the people).
1.3.3. Max Weber (1864-1920)
Max Weber lahir di Erfurt, Jerman berasal dari keluarga kaya dan terpandang.
Ayahnya seorang birokrat (kelak akan mewarnai pikiran beliau tentang birokrasi) yg
menduduki posisi politik penting, sedangkan ibunya adalah seorang pemeluk agama
Calvinisme yg sangat taat (juga mempengaruhinya melakukan studi tentang kaitan
etika protestan dengan spirit kapitlisme industrial).
Beliau menempuh kuliah di Universitas berlin belajar hukum. Setelah berhasil
mengambil gelar doctor ia berprofesi sebagai praktisi hukum, di samping itu ia juga
bekerja sebagai dosen di Universitas Wina dan Munich. Ia banyak mendalami
masalah ekonomi, sejarah, dan sosiologi. Bukunya yg terkenal berjudul “ A
Contribution to the histoy of Medieval Business Organizations” dan “ The Protestant
Ethic and The Spirit of Capitalism” (1904) . Dalam bukunya yg kedua ini ia
mengemukakan tesisnya mengenai keterkaitan antara etika protesan dengan
munculnya kapitalisme di Eropa Barat.
Pandangan Weber, kenyataan social lahir dari motivasi individu dan tindakan-
tindakan social (social action). Dari pandangannya sebenarnya Weber lazim
digolongkan “nominalis” yg lebih percaya bahwa hanya individu-individu sajalah yg
riil secara obyektif, dan masyarakat adalah satu nama yg menunjukan pada
sekumpulan individu yg menjalin hubungan. Pandangan beliau tentang tindakan sosila
inilah yg kemudian menjadi acuan dikembangkannya teori sosiologi yg membahas
interaksi social.

1.3.4. Émile Durkheim (1858-1917)


Lahir di Epinal, Perancis dan berasal dari keluarga yg mewarisi tradisi sebagai
pendeta Yahudi. Ia awlnya sebenarnya bersekolah untuk menjadi pendeta.
Durkheim merupakan ilmuwan yg sangat produktif. Salah satu karyanya yg berjudul “
The division of Labor in Society” (1968) membahas mengenai gejala yg sedang
melanda masyarakat : pembagian kerja. Ia mengemukakan bahwa di bidang
perekonomian seperti industri modern terjadi penggunaan mesin serta konsentrasi
modal dan tenaga kerja yg mengakibatkan pembagian kerja ke dalam bentuk
spesialisasi dan pemisahan okupasi yg semakin rinci. Pembagian tersebut dijumapai
pula di bidang perniagaan dan pertanian. Lalu melebar pula pada bidang-bdang
kehidupan yg lainnya : hokum, politik, kesenian, dan bahkan keluarga. Tujuan kajian
durkheim ialah untuk memahami fungsi pembagian kerja tersebut, serta untuk
mengetahui factor penyebabnya.

1.4. Perkembangan Sosiologi di Indonesia


Sejak jaman kerajaan di Indonesia sebenarnya para raja dan pemimpin di Indonesia
sudah mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam kebijakannya begitu pula para
pujangga Indonesia. Misalnya saja Ajaran Wulang Reh yang diciptakan oleh Sri
PAduka Mangkunegoro dari Surakarta, mengajarkan tata hubungan antara para
anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan yang berbeda, banyak
mengandung aspek-aspek Sosiologi, terutama dalam bidang hubungan antar golongan
(intergroup relations).
Ko Hajar Dewantoro, pelopor utama pendidikan nasional di Indonesia, memberikan
sumbangan di bidang sosiologi terutama mengenai konsep-konsep kepemimpinan dan
kekeluargaan di Indonesia yang dengan nyata di praktikkan dalam organisasi
pendidikan Taman Siswa.
Pada masa penjajahan Belanda ada beberapa karya tulis orang berkebangsaan belanda
yang mengambil masyarakat Indonesai sebagai perhatiannya seperti Snouck
Hurgronje, C. Van Vollenhoven, Ter Haar, Duyvendak dll. Dalam karya mereka
tampak unsur-unsur Sosiologi di dalamnya yang dikupas secara ilmiah tetapi
kesemuanya hanya dikupas dalam kerangka non sosiologis dan tidak sebagai ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri. Sosiologi pada waktu itu dianggap sebagai Ilmu
pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata lain Sosiologi ketika itu
belum dianggap cukup penting dan cukup dewasa untuk dipelajari dan dipergunakan
sebagai ilmu pengetahuan, terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.
Kuliah-kuliah Sosiologi mulai diberikan sebelum Pernag Dunia ke dua
diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di Jakarta. Inipun
kuliah Sosiologi masih sebagai pelengkap bagi pelajaran Ilmu Hukum. Sosiologi yang
dikuliahkan sebagin besar bersifat filsafat Sosial dan Teoritis, berdasarkan hasil karya
Alfred Vierkandt, Leopold Von Wiese, Bierens de Haan, Steinmetz dan sebagainya.
Pada tahun 1934/1935 kuliah-kuliah Sosiologi pada sekolah Tinggi Hukum tersebut
malah ditiadakan. Para Guru Besar yang bertaggung jawab menyusun daftar kuliah
berpendapat bahwa pengetahuan dan bentuk susunan masyarakat beserta proses-
proses yang terjadi di dalamnya tidak diperlukan dalam pelajaran hukum.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seorang sarjana
Indonesia yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya member kuliah sosiologi
(1948) pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta (kemudia menjadi Fakultas Sosial
dan Ilmu Politik UGM . Beliau memberika kuliah dalam bahasa Indonesai ini
merupakan suatu yang baru, karena sebelum perang dunia ke dua semua perguruan
tinggi diberikan da;am bahasa Belanda. Pada Akademi Ilmu Politik tersebut, sosiologi
juga dikuliahkan sebagai ilmu pengetahuan dalam Jurusan Pemerintahan dalam
Negeri, hubungan luar negeri dan publisistik. Kemudian pendidkikan mulai di buka
dengan memberikan kesempatan kepara para mahasiswa dan sarjana untuk belajar di
luar negeri sejak tahun 1950, mulailah ada beberapa orang Indonesia yang
memperdalam pengetahuan tentang sosiologi.
Buku Sosiologi mulai diterbitkan sejak satu tahun pecahnya revolus fisik. Buku
tersebut berjudul Sosiologi Indonesai oleh Djody Gondokusumo, memuat tentang
beberapa pengertian elementer dari Sosiologi yang teoritis dan bersifat sebagai
Filsafat.
Selanjutnya buku karangan Hassan Shadily dengan judul Sosilogi Untuk Masyarakat
Indonesia yang merupakan merupakan buku pelajaran pertama yang berbahasa
Indonesia yang memuat bahan-bahan sosiologi yang modern.
Para pengajar sosiologi teoritis filosofis lebih banyak mempergunakan terjemahan
buku-bukunya P.J. Bouman, yaitu Algemene Maatschapppijleer dan Sociologie,
bergrippen en problemen serta buku Lysen yang berjudul Individu en Maatschapppij.
Buku-buku Sosiologi lainnya adalah Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas karya Mayor
Polak, seorang warga Negara Indonesia bekas anggota Pangreh Praja Belanda, yang
telah mendapat pelajaran sosiologi sebelum perang dunia kedua pada universitas
Leiden di Belanda. Beliau juga menulis buku berjudul Pengantar Sosiologi
Pengetahuan, Hukum dan politik terbit pada tahun 1967. Penulis lainnya Selo
Soemardjan menulis buku Social Changes in Yogyakarta pada tahun 1962. Selo
Soemardjan bersama Soelaeman Soemardi, menghimpun bagian-bagian terpenting
dari beberapa text book ilmu sosiologi dalam bahasa Inggris yang disertai dengan
pengantar ringkas dalam bahasa Indonesia dirangkum dalam buku Setangkai Bunga
Sosiologi terbit tahun 1964.
Dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai Fakultas Sosial
dan politik atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat ini belum ada Universitas yang
mngkhususkan sosiologi dalam suatu fakultas sendiri, namun telah ada Jurusan
Sosiologi pada beberapa fakultas Sosial dan Politik UGM, UI dan UNPAD.
Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesai belum mendapat tempat yang sewajarnya,
oleh karena masyarakat masih percaya pada angka-angka yang relative mutlak,
sementara sosiologi tidak akan mungkin melakukan hal-hal yang berlaku mutlak
disebkan masing-masing manusia memiliki kekhususan. Apalagi masyarakat
Indonesai merupakan masyarakat majemuk yang mencakup berates suku. Sejarah
Perkembangan Sosiologi
Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur relatif muda
yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh
Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi.
Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang pertama, berjudul The Course
of Positive Philosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan
suatu komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi
harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan
dan spekulasi. Hal ini merupakan pandangan baru pada saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology dalam tahun
1876. Ia menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat manusia dan
mengembangkan teori besar tentang “evolusi sosial” yang diterima secara luas
beberapa puluh tahun kemudian.
Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic Sociology”
dalam tahun 1883, menghimbau kemajuan sosial melalui tindakan-tindakan sosial
yang cerdik yang harus diarahkan oleh para sosiolog.
Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah
dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan
tahun 1895, menggambarkan metodologi yang kemudian ia teruskan penelaahannya
dalam bukunya berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun 1897. Buku itu memuat
tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama ia merencanakan disain risetnya dan
kemudian mengumpulkan sejumlah besar data tentang ciri-ciri orang yang melakukan
bunuh diri dan dari data tersebut ia menarik suatu teori tentang bunuh diri.
Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas sekitar tahun 1890-an. The
American Journal of Sociology memulai publikasinya pada thun 1895 dan The
American Sociological Society (sekarang bernama American Sociological
Association) diorganisasikan dalam tahun 1905.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka kebanyakan pula
berasal dari para pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar berasal dari bidang-
bidang sejarah, ekonomi politik atau filsafat.
Urbanisasi dan industrialisasi di Amerika pada tahun 1900-an telah menciptakan
masalah sosial. Hal ini mendorong para sosiolog Amerika untuk mencari solusinya.
Mereka melihat sosiologi sebagai pedoman ilmiah untuk kemajuan sosial. Sehingga
kemudian ketika terbitnya edisi awal American Journal of Sociology isinya hanya
sedikit yang mengandung artikel atau riset ilmiah, tetapi banyak berisi tentang
peringatan dan nasihat akibat urbanisasi dan industrialisasi. Sebagai contoh suatu
artikel yang terbit di tahun 1903 berjudul “The Social Effect of The Eight Hour Day”
tidak mengandung data faktual atau eksperimental. Tetapi lebih berisi pada manfaat
sosial dari hari kerja yang lebih pendek.
Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih berisi artikel
riset dan deskripsi ilmiah. Sosilogi kemudian menjadi suatu pengetahuan ilmiah
dengan teorinya yang didasarkan pada obeservasi ilmiah, bukan pada spekulasi-
spekulasi.
Para sosiolog tersebut pada dasarnya merupakan ahli filsafat sosial. Mereka mengajak
agar para sosiolog yang lain mengumpulkan, menyusun, dan mengklasifikasikan data
yang nyata, dan dari kenyataan itu disusun teori sosial yang baik.

1.2. Sosiologi dan Pengetahuan


Manusia diciptakan Tuhan sebagai mahluk yang paling mulia. Sejak lahir Tuhan
mengkaruniai manusia akal budi. Akal budi diciptakan untuk berfikir, berkehendak,
dan merasa. Dengan fikirannya manusia mendapatkan (ilmu) pengetahuan; dengan
kehendaknya manusia mengarahkan perilakunya; dan dengan perasaannya manusia
dapat mencapai kesenangan.

Sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dinamakan logika. Logika merupakan


ajaran yang menunjukkan bagaimana manusia berfikir secara tepat dengan
berpedoman pada ide kebenaran. Ketika kita sudah mengetahui batasan sosiologi,
pertanyaan yang muncul kemudian ialah apakah sosiologi merupakan suatu ilmu
pengetahuan?
Kalau para pelopor sosiologi, sejak dahulu tentunya menganggap bahwa sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan. Namun benarkah demikian? Untuk menjawab
pertanyaan ini, tentunya kita harus mengetahui dahulu apa yang disebut sebagai ilmu
pengetahuan?
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan (knowledge) yang tersusun secara
sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, dan pengertahuan itu dapat
dikontrol oleh orang lain atau umum (obyektif). Atau ilmu pengetahuan bisa
dirumuskan apabila memiliki beberapa elemen (unsur) yang menjadi suatu kebulatan,
yaitu :
pengetahuan (knowledge)
tersusun secara sistematis
menggunakan pemikiran
bersifat obyektif (dapat dikontrol secara kritis oleh umum)
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca
inderanya. Misalnya : pengetahuan jenis-jenis kain, pengetahuan mengenai bebauan
minyak wangi, pengetahuan mengenai cara pembuatan tempe.
Sistematis berarti berdasarkan urutan unsur-unsur yang merupakan satu kebulatan,
sehingga akan jelas apa yang merupakan garis besar dari ilmu pengetahuan yang
bersangkutan. Tidak semua pengetahuan merupakan suatu ilmu, hanya pengetahuan
yang tersusun sistematis saja yang merupakan ilmu pengetahuan. Sistem tadi
merupakan suatu konstruksi yang abstrak dan teratur sehingga merupakan
keseluruhan yang terangkai.
Menggunakan pemikiran : ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis
menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan
kritis (obyektif).
Apabila sosiologi memenuhi rumusan-rumusan di atas maka sosiologi merupakan
suatu ilmu sejauh sosiologi mengembangkan suatu kerangka pengetahuan yang
tersusun dan teruji yang didasarkaan pada penelitian ilmiah. Sejauh sosiologi
meninggalkan mitos, dongeng dan angan-angan, dan mendasarkan kesimpulannya
pada bukti-bukti ilmiah maka sosiologi adalah suatu ilmu. Bila ilmu didefinisikan
sebagai suatu metode penelaahan, maka sosiologi adalah suatu ilmu sejauh sosiologi
menggunakan metode penelaahan ilmiah.
Ilmu Pengetahuan sendiri dikelompokkan dalam 2 (dua) macam :
1. Ilmu Pengetahuan murni (pure science).
Ilmu pengetahuan murni bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu
pengetahuan secara abstrak, untuk mempertinggi mutunya, tanpa menggunakannya
langsung dalam masyarakat. Misalnya : seorang ahli fisika bukanlah membuat
jembatan, ahli kimia bukanlah membuat obat, juga ahli sosiologi hanya
mengemukakan pendapatnya yang berguna bagi pembentuk undang-undang, birokrat,
petugas administrasi, guru-guru, diplomat dan lain sebagainya akan tetapi mereka
tidak akan menentukan secara langsung apa yang dikerjakan oleh petugas-petugas
tersebut.
Sosiologi bertujuan untuk mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang mungkin dapat
dipergunakan untuk mememecahkan persoalan-persoalan masyarakat. Akan tetapi itu
bukan berarti bahwa sosiologi tidak berguna bagi masyarakat.
2. Ilmu Pengetahuan Terapan (applied science)
Ilmu pengetahuan terapan merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk
mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut dalam masyarakat.
Misalnya : ilmu pengetahuan tentang berbagai seni, sebagaian besar dipergunakan dan
diterapkan langsung.

1.3. Bapak Pendiri Sosiologi (The Founding Fathers Of Sosiology)

Pada bagian ini akan dijelaskan empat ahli yang sampai kini pikirannya masih dipakai
dalam teori sosiologi, yaitu Auguste Comte, Karl Marx, Max Weber, dan Emile
Durkheim. Pandangan mereka telah memberi stimulan diskusi panjang tentang
pelbagai persoalan terkait dgn kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan.
Pandangan mereka juga digunakan dalam disiplin ilmu social lain seperti ilmu politik,
ekonomi, antropologi, dan sejarah.
1.3.1. Auguste Comte (1798-1857)
Auguste Comte (Perancis, 1798-1857) mengemukakan istilah awal : SOCIAL
PHYSICS (FISIKA SOSIAL) karena istilah ini sudah digunakan oleh ahli statistik
sosial Belgia Adophe Quetelet, maka istilah diubah menjadi sociology.
Auguste Comte membagi sosiologi ke dalam dua pendekatan yakni:
1. Statika sosial (social static) : mengkaji tatanan sosial. Statika mewakili stabilitas.
2. Sosial dinamik : mengkaji kemajuan dan perubahan social. Dinamika mewakili
perubahan. Progres dlm membaca fenomena sosial perlu melihat masyarakat secara
keseluruhan sebagai unit analisis.
Dengan memakai analogi dari biologi, Comte menyatakan bahwa hubungan antara
statika dan dinamika merujuk pada konsep order didalamnya ditekankan bahwa
bagian-bagian dari masyarakat tidak dapat dimengerti secara terpisah, tetapi harus
dilihat sebagai satu kesatuan yg saling berhubungan..
1.3.2. Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx lahir di Trier, Jerman tahun 1818 dari kalangan keluarga rohaniwan
Yahudi. Tamat dari perguruan tinggi menjadi editor di sebuah surat kabar di Jerman.
Pandangannya mat kritis terutama sangat anti penindasan yg hadir bersama system
kapitalis yang mewarnai peradaban Eropa Barat. Beliau pindah ke Paris setelah
terjadipertentangn dengan pemerintah Jerman. Ia berkolaborasi dengan Friedrich
Engels menulis buku berjudul The Communist Manifesto (1848). Lalu menulis buku :
Das Capital, dua bab terakhir buku ini diteruskan oleh Engels karena Marx keburu
meninggal.
Menurut Marx, sejarah manusia mulai dari pertanian primitive, feudal dan industri,
ditandai hubungan social yg melembagakan sifat ketergantungan untuk mengontrol
atau menguasai sumber-sumber ekonomi. Mereka yg menguasai dan mengonytol
sumber-sumber ekonomi adalah kelas atas, seangkan mereka yg hanya memiliki
sedikit atau bahkan tidak punya sama sekali adalah dari kelas bawah. Terjadi
penindasan oleh kelas atas terhadap kelas bawah. Fokus perhatian Marx pada dua
kelas penting : BORJUIS (kelas atas/kapitalis yg memiliki memiliki alat-alat produksi
seperti pabrik dan mesin) dan PROLETAR (kelas bawah/ para buruh yg bekerja pada
borjuis).
Pendapat Marx terhadap fenomena social semacam itu (penindasan /eksploitasi kaum
borjuis terhadap kaum proletar) hanya dapat dihentikan dengan cara mengganti atau
merusak system kapitalis. Caranya dengan melakukan revolusi (prinsip konflik)
kemudian menggantinya dengan system yg lebih menghargai martabat manusia. Ini
tidak mudah karena para buruh harus menghilangkan False Consciousness (kesadaran
palsu) dengan class consciousness kesadaran kelas. Melalui bimbingan pemimpin-
pemimpin revolusioner, para buruh akan menjadi setia dan mau berkorban demi
perjuangan kelas. Denagn demikian kan muncul masyarakat yg adil, sama rata sama
rasa, dan terhindardari segala bentuk eksploitasi, ini yg disebutnya sebagai
masyarakat komunisme modern. Disamping dipuja banyak orang, Marx juga dikecam
banyak orang, terutama pendapatnya tentang “agama sebagai candu masyarakat“ (the
opium of the people).
1.3.3. Max Weber (1864-1920)
Max Weber lahir di Erfurt, Jerman berasal dari keluarga kaya dan terpandang.
Ayahnya seorang birokrat (kelak akan mewarnai pikiran beliau tentang birokrasi) yg
menduduki posisi politik penting, sedangkan ibunya adalah seorang pemeluk agama
Calvinisme yg sangat taat (juga mempengaruhinya melakukan studi tentang kaitan
etika protestan dengan spirit kapitlisme industrial).
Beliau menempuh kuliah di Universitas berlin belajar hukum. Setelah berhasil
mengambil gelar doctor ia berprofesi sebagai praktisi hukum, di samping itu ia juga
bekerja sebagai dosen di Universitas Wina dan Munich. Ia banyak mendalami
masalah ekonomi, sejarah, dan sosiologi. Bukunya yg terkenal berjudul “ A
Contribution to the histoy of Medieval Business Organizations” dan “ The Protestant
Ethic and The Spirit of Capitalism” (1904) . Dalam bukunya yg kedua ini ia
mengemukakan tesisnya mengenai keterkaitan antara etika protesan dengan
munculnya kapitalisme di Eropa Barat.
Pandangan Weber, kenyataan social lahir dari motivasi individu dan tindakan-
tindakan social (social action). Dari pandangannya sebenarnya Weber lazim
digolongkan “nominalis” yg lebih percaya bahwa hanya individu-individu sajalah yg
riil secara obyektif, dan masyarakat adalah satu nama yg menunjukan pada
sekumpulan individu yg menjalin hubungan. Pandangan beliau tentang tindakan sosila
inilah yg kemudian menjadi acuan dikembangkannya teori sosiologi yg membahas
interaksi social.

1.3.4. Émile Durkheim (1858-1917)


Lahir di Epinal, Perancis dan berasal dari keluarga yg mewarisi tradisi sebagai
pendeta Yahudi. Ia awlnya sebenarnya bersekolah untuk menjadi pendeta.
Durkheim merupakan ilmuwan yg sangat produktif. Salah satu karyanya yg berjudul “
The division of Labor in Society” (1968) membahas mengenai gejala yg sedang
melanda masyarakat : pembagian kerja. Ia mengemukakan bahwa di bidang
perekonomian seperti industri modern terjadi penggunaan mesin serta konsentrasi
modal dan tenaga kerja yg mengakibatkan pembagian kerja ke dalam bentuk
spesialisasi dan pemisahan okupasi yg semakin rinci. Pembagian tersebut dijumapai
pula di bidang perniagaan dan pertanian. Lalu melebar pula pada bidang-bdang
kehidupan yg lainnya : hokum, politik, kesenian, dan bahkan keluarga. Tujuan kajian
durkheim ialah untuk memahami fungsi pembagian kerja tersebut, serta untuk
mengetahui factor penyebabnya.

1.4. Perkembangan Sosiologi di Indonesia


Sejak jaman kerajaan di Indonesia sebenarnya para raja dan pemimpin di Indonesia
sudah mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam kebijakannya begitu pula para
pujangga Indonesia. Misalnya saja Ajaran Wulang Reh yang diciptakan oleh Sri
PAduka Mangkunegoro dari Surakarta, mengajarkan tata hubungan antara para
anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan yang berbeda, banyak
mengandung aspek-aspek Sosiologi, terutama dalam bidang hubungan antar golongan
(intergroup relations).
Ko Hajar Dewantoro, pelopor utama pendidikan nasional di Indonesia, memberikan
sumbangan di bidang sosiologi terutama mengenai konsep-konsep kepemimpinan dan
kekeluargaan di Indonesia yang dengan nyata di praktikkan dalam organisasi
pendidikan Taman Siswa.
Pada masa penjajahan Belanda ada beberapa karya tulis orang berkebangsaan belanda
yang mengambil masyarakat Indonesai sebagai perhatiannya seperti Snouck
Hurgronje, C. Van Vollenhoven, Ter Haar, Duyvendak dll. Dalam karya mereka
tampak unsur-unsur Sosiologi di dalamnya yang dikupas secara ilmiah tetapi
kesemuanya hanya dikupas dalam kerangka non sosiologis dan tidak sebagai ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri. Sosiologi pada waktu itu dianggap sebagai Ilmu
pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata lain Sosiologi ketika itu
belum dianggap cukup penting dan cukup dewasa untuk dipelajari dan dipergunakan
sebagai ilmu pengetahuan, terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.
Kuliah-kuliah Sosiologi mulai diberikan sebelum Pernag Dunia ke dua
diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di Jakarta. Inipun
kuliah Sosiologi masih sebagai pelengkap bagi pelajaran Ilmu Hukum. Sosiologi yang
dikuliahkan sebagin besar bersifat filsafat Sosial dan Teoritis, berdasarkan hasil karya
Alfred Vierkandt, Leopold Von Wiese, Bierens de Haan, Steinmetz dan sebagainya.
Pada tahun 1934/1935 kuliah-kuliah Sosiologi pada sekolah Tinggi Hukum tersebut
malah ditiadakan. Para Guru Besar yang bertaggung jawab menyusun daftar kuliah
berpendapat bahwa pengetahuan dan bentuk susunan masyarakat beserta proses-
proses yang terjadi di dalamnya tidak diperlukan dalam pelajaran hukum.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seorang sarjana
Indonesia yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya member kuliah sosiologi
(1948) pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta (kemudia menjadi Fakultas Sosial
dan Ilmu Politik UGM . Beliau memberika kuliah dalam bahasa Indonesai ini
merupakan suatu yang baru, karena sebelum perang dunia ke dua semua perguruan
tinggi diberikan da;am bahasa Belanda. Pada Akademi Ilmu Politik tersebut, sosiologi
juga dikuliahkan sebagai ilmu pengetahuan dalam Jurusan Pemerintahan dalam
Negeri, hubungan luar negeri dan publisistik. Kemudian pendidkikan mulai di buka
dengan memberikan kesempatan kepara para mahasiswa dan sarjana untuk belajar di
luar negeri sejak tahun 1950, mulailah ada beberapa orang Indonesia yang
memperdalam pengetahuan tentang sosiologi.
Buku Sosiologi mulai diterbitkan sejak satu tahun pecahnya revolus fisik. Buku
tersebut berjudul Sosiologi Indonesai oleh Djody Gondokusumo, memuat tentang
beberapa pengertian elementer dari Sosiologi yang teoritis dan bersifat sebagai
Filsafat.
Selanjutnya buku karangan Hassan Shadily dengan judul Sosilogi Untuk Masyarakat
Indonesia yang merupakan merupakan buku pelajaran pertama yang berbahasa
Indonesia yang memuat bahan-bahan sosiologi yang modern.
Para pengajar sosiologi teoritis filosofis lebih banyak mempergunakan terjemahan
buku-bukunya P.J. Bouman, yaitu Algemene Maatschapppijleer dan Sociologie,
bergrippen en problemen serta buku Lysen yang berjudul Individu en Maatschapppij.
Buku-buku Sosiologi lainnya adalah Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas karya Mayor
Polak, seorang warga Negara Indonesia bekas anggota Pangreh Praja Belanda, yang
telah mendapat pelajaran sosiologi sebelum perang dunia kedua pada universitas
Leiden di Belanda. Beliau juga menulis buku berjudul Pengantar Sosiologi
Pengetahuan, Hukum dan politik terbit pada tahun 1967. Penulis lainnya Selo
Soemardjan menulis buku Social Changes in Yogyakarta pada tahun 1962. Selo
Soemardjan bersama Soelaeman Soemardi, menghimpun bagian-bagian terpenting
dari beberapa text book ilmu sosiologi dalam bahasa Inggris yang disertai dengan
pengantar ringkas dalam bahasa Indonesia dirangkum dalam buku Setangkai Bunga
Sosiologi terbit tahun 1964.
Dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai Fakultas Sosial
dan politik atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat ini belum ada Universitas yang
mngkhususkan sosiologi dalam suatu fakultas sendiri, namun telah ada Jurusan
Sosiologi pada beberapa fakultas Sosial dan Politik UGM, UI dan UNPAD.
Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesai belum mendapat tempat yang sewajarnya,
oleh karena masyarakat masih percaya pada angka-angka yang relative mutlak,
sementara sosiologi tidak akan mungkin melakukan hal-hal yang berlaku mutlak
disebkan masing-masing manusia memiliki kekhususan. Apalagi masyarakat
Indonesai merupakan masyarakat majemuk yang mencakup berates suku.
1. Sejarah Perkembangan Sosiologi
Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur relatif
muda yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali
diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering disebut
sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya
yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang diterbitkan
dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan suatu komitmen yang kuat
terhadap metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus didasarkan pada
observasi dan klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi.
Hal ini merupakan pandangan baru pada saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology
dalam tahun 1876. Ia menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat
manusia dan mengembangkan teori besar tentang “evolusi sosial” yang
diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.
Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic
Sociology” dalam tahun 1883, menghimbau kemajuan sosial melalui tindakan-
tindakan sosial yang cerdik yang harus diarahkan oleh para sosiolog.
Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi
ilmiah dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang
diterbitkan tahun 1895, menggambarkan metodologi yang kemudian ia
teruskan penelaahannya dalam bukunya berjudul Suicide yang diterbitkan
pada tahun 1897. Buku itu memuat tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-
tama ia merencanakan disain risetnya dan kemudian mengumpulkan sejumlah
besar data tentang ciri-ciri orang yang melakukan bunuh diri dan dari data
tersebut ia menarik suatu teori tentang bunuh diri.
Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas sekitar tahun 1890-an.
The American Journal of Sociology memulai publikasinya pada thun 1895 dan
The American Sociological Society (sekarang bernama American Sociological
Association) diorganisasikan dalam tahun 1905.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka kebanyakan
pula berasal dari para pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar berasal
dari bidang-bidang sejarah, ekonomi politik atau filsafat.
Urbanisasi dan industrialisasi di Amerika pada tahun 1900-an telah
menciptakan masalah sosial. Hal ini mendorong para sosiolog Amerika untuk
mencari solusinya. Mereka melihat sosiologi sebagai pedoman ilmiah untuk
kemajuan sosial. Sehingga kemudian ketika terbitnya edisi awal American
Journal of Sociology isinya hanya sedikit yang mengandung artikel atau riset
ilmiah, tetapi banyak berisi tentang peringatan dan nasihat akibat urbanisasi
dan industrialisasi. Sebagai contoh suatu artikel yang terbit di tahun 1903
berjudul “The Social Effect of The Eight Hour Day” tidak mengandung data
faktual atau eksperimental. Tetapi lebih berisi pada manfaat sosial dari hari
kerja yang lebih pendek.
Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih berisi
artikel riset dan deskripsi ilmiah. Sosilogi kemudian menjadi suatu
pengetahuan ilmiah dengan teorinya yang didasarkan pada obeservasi ilmiah,
bukan pada spekulasi-spekulasi.
Para sosiolog tersebut pada dasarnya merupakan ahli filsafat sosial. Mereka
mengajak agar para sosiolog yang lain mengumpulkan, menyusun, dan
mengklasifikasikan data yang nyata, dan dari kenyataan itu disusun teori sosial
yang baik.

1.2. Sosiologi dan Pengetahuan


Manusia diciptakan Tuhan sebagai mahluk yang paling mulia. Sejak lahir
Tuhan mengkaruniai manusia akal budi. Akal budi diciptakan untuk berfikir,
berkehendak, dan merasa. Dengan fikirannya manusia mendapatkan (ilmu)
pengetahuan; dengan kehendaknya manusia mengarahkan perilakunya; dan
dengan perasaannya manusia dapat mencapai kesenangan.

Sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dinamakan logika. Logika


merupakan ajaran yang menunjukkan bagaimana manusia berfikir secara tepat
dengan berpedoman pada ide kebenaran. Ketika kita sudah mengetahui
batasan sosiologi, pertanyaan yang muncul kemudian ialah apakah sosiologi
merupakan suatu ilmu pengetahuan?
Kalau para pelopor sosiologi, sejak dahulu tentunya menganggap bahwa
sosiologi merupakan ilmu pengetahuan. Namun benarkah demikian? Untuk
menjawab pertanyaan ini, tentunya kita harus mengetahui dahulu apa yang
disebut sebagai ilmu pengetahuan?
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan (knowledge) yang tersusun secara
sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, dan pengertahuan itu
dapat dikontrol oleh orang lain atau umum (obyektif). Atau ilmu pengetahuan
bisa dirumuskan apabila memiliki beberapa elemen (unsur) yang menjadi
suatu kebulatan, yaitu :
pengetahuan (knowledge)
tersusun secara sistematis
menggunakan pemikiran
bersifat obyektif (dapat dikontrol secara kritis oleh umum)
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan
panca inderanya. Misalnya : pengetahuan jenis-jenis kain, pengetahuan
mengenai bebauan minyak wangi, pengetahuan mengenai cara pembuatan
tempe.
Sistematis berarti berdasarkan urutan unsur-unsur yang merupakan satu
kebulatan, sehingga akan jelas apa yang merupakan garis besar dari ilmu
pengetahuan yang bersangkutan. Tidak semua pengetahuan merupakan suatu
ilmu, hanya pengetahuan yang tersusun sistematis saja yang merupakan ilmu
pengetahuan. Sistem tadi merupakan suatu konstruksi yang abstrak dan teratur
sehingga merupakan keseluruhan yang terangkai.
Menggunakan pemikiran : ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis
menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah
dengan kritis (obyektif).
Apabila sosiologi memenuhi rumusan-rumusan di atas maka sosiologi
merupakan suatu ilmu sejauh sosiologi mengembangkan suatu kerangka
pengetahuan yang tersusun dan teruji yang didasarkaan pada penelitian ilmiah.
Sejauh sosiologi meninggalkan mitos, dongeng dan angan-angan, dan
mendasarkan kesimpulannya pada bukti-bukti ilmiah maka sosiologi adalah
suatu ilmu. Bila ilmu didefinisikan sebagai suatu metode penelaahan, maka
sosiologi adalah suatu ilmu sejauh sosiologi menggunakan metode penelaahan
ilmiah.
Ilmu Pengetahuan sendiri dikelompokkan dalam 2 (dua) macam :
1. Ilmu Pengetahuan murni (pure science).
Ilmu pengetahuan murni bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan
ilmu pengetahuan secara abstrak, untuk mempertinggi mutunya, tanpa
menggunakannya langsung dalam masyarakat. Misalnya : seorang ahli fisika
bukanlah membuat jembatan, ahli kimia bukanlah membuat obat, juga ahli
sosiologi hanya mengemukakan pendapatnya yang berguna bagi pembentuk
undang-undang, birokrat, petugas administrasi, guru-guru, diplomat dan lain
sebagainya akan tetapi mereka tidak akan menentukan secara langsung apa
yang dikerjakan oleh petugas-petugas tersebut.
Sosiologi bertujuan untuk mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang mungkin
dapat dipergunakan untuk mememecahkan persoalan-persoalan masyarakat.
Akan tetapi itu bukan berarti bahwa sosiologi tidak berguna bagi masyarakat.
2. Ilmu Pengetahuan Terapan (applied science)
Ilmu pengetahuan terapan merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk
mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut dalam
masyarakat.
Misalnya : ilmu pengetahuan tentang berbagai seni, sebagaian besar
dipergunakan dan diterapkan langsung.

1.3. Bapak Pendiri Sosiologi (The Founding Fathers Of Sosiology)

Pada bagian ini akan dijelaskan empat ahli yang sampai kini pikirannya masih
dipakai dalam teori sosiologi, yaitu Auguste Comte, Karl Marx, Max Weber,
dan Emile Durkheim. Pandangan mereka telah memberi stimulan diskusi
panjang tentang pelbagai persoalan terkait dgn kehidupan ekonomi, politik,
dan kebudayaan. Pandangan mereka juga digunakan dalam disiplin ilmu social
lain seperti ilmu politik, ekonomi, antropologi, dan sejarah.
1.3.1. Auguste Comte (1798-1857)
Auguste Comte (Perancis, 1798-1857) mengemukakan istilah awal : SOCIAL
PHYSICS (FISIKA SOSIAL) karena istilah ini sudah digunakan oleh ahli
statistik sosial Belgia Adophe Quetelet, maka istilah diubah menjadi
sociology.
Auguste Comte membagi sosiologi ke dalam dua pendekatan yakni:
1. Statika sosial (social static) : mengkaji tatanan sosial. Statika mewakili
stabilitas.
2. Sosial dinamik : mengkaji kemajuan dan perubahan social. Dinamika
mewakili perubahan. Progres dlm membaca fenomena sosial perlu melihat
masyarakat secara keseluruhan sebagai unit analisis.
Dengan memakai analogi dari biologi, Comte menyatakan bahwa hubungan
antara statika dan dinamika merujuk pada konsep order didalamnya
ditekankan bahwa bagian-bagian dari masyarakat tidak dapat dimengerti
secara terpisah, tetapi harus dilihat sebagai satu kesatuan yg saling
berhubungan..
1.3.2. Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx lahir di Trier, Jerman tahun 1818 dari kalangan keluarga rohaniwan
Yahudi. Tamat dari perguruan tinggi menjadi editor di sebuah surat kabar di
Jerman. Pandangannya mat kritis terutama sangat anti penindasan yg hadir
bersama system kapitalis yang mewarnai peradaban Eropa Barat. Beliau
pindah ke Paris setelah terjadipertentangn dengan pemerintah Jerman. Ia
berkolaborasi dengan Friedrich Engels menulis buku berjudul The Communist
Manifesto (1848). Lalu menulis buku : Das Capital, dua bab terakhir buku ini
diteruskan oleh Engels karena Marx keburu meninggal.
Menurut Marx, sejarah manusia mulai dari pertanian primitive, feudal dan
industri, ditandai hubungan social yg melembagakan sifat ketergantungan
untuk mengontrol atau menguasai sumber-sumber ekonomi. Mereka yg
menguasai dan mengonytol sumber-sumber ekonomi adalah kelas atas,
seangkan mereka yg hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak punya sama
sekali adalah dari kelas bawah. Terjadi penindasan oleh kelas atas terhadap
kelas bawah. Fokus perhatian Marx pada dua kelas penting : BORJUIS (kelas
atas/kapitalis yg memiliki memiliki alat-alat produksi seperti pabrik dan
mesin) dan PROLETAR (kelas bawah/ para buruh yg bekerja pada borjuis).
Pendapat Marx terhadap fenomena social semacam itu (penindasan
/eksploitasi kaum borjuis terhadap kaum proletar) hanya dapat dihentikan
dengan cara mengganti atau merusak system kapitalis. Caranya dengan
melakukan revolusi (prinsip konflik) kemudian menggantinya dengan system
yg lebih menghargai martabat manusia. Ini tidak mudah karena para buruh
harus menghilangkan False Consciousness (kesadaran palsu) dengan class
consciousness kesadaran kelas. Melalui bimbingan pemimpin-pemimpin
revolusioner, para buruh akan menjadi setia dan mau berkorban demi
perjuangan kelas. Denagn demikian kan muncul masyarakat yg adil, sama rata
sama rasa, dan terhindardari segala bentuk eksploitasi, ini yg disebutnya
sebagai masyarakat komunisme modern. Disamping dipuja banyak orang,
Marx juga dikecam banyak orang, terutama pendapatnya tentang “agama
sebagai candu masyarakat“ (the opium of the people).
1.3.3. Max Weber (1864-1920)
Max Weber lahir di Erfurt, Jerman berasal dari keluarga kaya dan terpandang.
Ayahnya seorang birokrat (kelak akan mewarnai pikiran beliau tentang
birokrasi) yg menduduki posisi politik penting, sedangkan ibunya adalah
seorang pemeluk agama Calvinisme yg sangat taat (juga mempengaruhinya
melakukan studi tentang kaitan etika protestan dengan spirit kapitlisme
industrial).
Beliau menempuh kuliah di Universitas berlin belajar hukum. Setelah berhasil
mengambil gelar doctor ia berprofesi sebagai praktisi hukum, di samping itu ia
juga bekerja sebagai dosen di Universitas Wina dan Munich. Ia banyak
mendalami masalah ekonomi, sejarah, dan sosiologi. Bukunya yg terkenal
berjudul “ A Contribution to the histoy of Medieval Business Organizations”
dan “ The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism” (1904) . Dalam
bukunya yg kedua ini ia mengemukakan tesisnya mengenai keterkaitan antara
etika protesan dengan munculnya kapitalisme di Eropa Barat.
Pandangan Weber, kenyataan social lahir dari motivasi individu dan tindakan-
tindakan social (social action). Dari pandangannya sebenarnya Weber lazim
digolongkan “nominalis” yg lebih percaya bahwa hanya individu-individu
sajalah yg riil secara obyektif, dan masyarakat adalah satu nama yg
menunjukan pada sekumpulan individu yg menjalin hubungan. Pandangan
beliau tentang tindakan sosila inilah yg kemudian menjadi acuan
dikembangkannya teori sosiologi yg membahas interaksi social.

1.3.4. Émile Durkheim (1858-1917)


Lahir di Epinal, Perancis dan berasal dari keluarga yg mewarisi tradisi sebagai
pendeta Yahudi. Ia awlnya sebenarnya bersekolah untuk menjadi pendeta.
Durkheim merupakan ilmuwan yg sangat produktif. Salah satu karyanya yg
berjudul “ The division of Labor in Society” (1968) membahas mengenai
gejala yg sedang melanda masyarakat : pembagian kerja. Ia mengemukakan
bahwa di bidang perekonomian seperti industri modern terjadi penggunaan
mesin serta konsentrasi modal dan tenaga kerja yg mengakibatkan pembagian
kerja ke dalam bentuk spesialisasi dan pemisahan okupasi yg semakin rinci.
Pembagian tersebut dijumapai pula di bidang perniagaan dan pertanian. Lalu
melebar pula pada bidang-bdang kehidupan yg lainnya : hokum, politik,
kesenian, dan bahkan keluarga. Tujuan kajian durkheim ialah untuk
memahami fungsi pembagian kerja tersebut, serta untuk mengetahui factor
penyebabnya.

1.4. Perkembangan Sosiologi di Indonesia


Sejak jaman kerajaan di Indonesia sebenarnya para raja dan pemimpin di
Indonesia sudah mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam kebijakannya
begitu pula para pujangga Indonesia. Misalnya saja Ajaran Wulang Reh yang
diciptakan oleh Sri PAduka Mangkunegoro dari Surakarta, mengajarkan tata
hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-
golongan yang berbeda, banyak mengandung aspek-aspek Sosiologi, terutama
dalam bidang hubungan antar golongan (intergroup relations).
Ko Hajar Dewantoro, pelopor utama pendidikan nasional di Indonesia,
memberikan sumbangan di bidang sosiologi terutama mengenai konsep-
konsep kepemimpinan dan kekeluargaan di Indonesia yang dengan nyata di
praktikkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
Pada masa penjajahan Belanda ada beberapa karya tulis orang berkebangsaan
belanda yang mengambil masyarakat Indonesai sebagai perhatiannya seperti
Snouck Hurgronje, C. Van Vollenhoven, Ter Haar, Duyvendak dll. Dalam
karya mereka tampak unsur-unsur Sosiologi di dalamnya yang dikupas secara
ilmiah tetapi kesemuanya hanya dikupas dalam kerangka non sosiologis dan
tidak sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Sosiologi pada waktu itu
dianggap sebagai Ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan
kata lain Sosiologi ketika itu belum dianggap cukup penting dan cukup
dewasa untuk dipelajari dan dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan, terlepas
dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.
Kuliah-kuliah Sosiologi mulai diberikan sebelum Pernag Dunia ke dua
diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di Jakarta.
Inipun kuliah Sosiologi masih sebagai pelengkap bagi pelajaran Ilmu Hukum.
Sosiologi yang dikuliahkan sebagin besar bersifat filsafat Sosial dan Teoritis,
berdasarkan hasil karya Alfred Vierkandt, Leopold Von Wiese, Bierens de
Haan, Steinmetz dan sebagainya.
Pada tahun 1934/1935 kuliah-kuliah Sosiologi pada sekolah Tinggi Hukum
tersebut malah ditiadakan. Para Guru Besar yang bertaggung jawab menyusun
daftar kuliah berpendapat bahwa pengetahuan dan bentuk susunan masyarakat
beserta proses-proses yang terjadi di dalamnya tidak diperlukan dalam
pelajaran hukum.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seorang
sarjana Indonesia yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya member
kuliah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta (kemudia
menjadi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik UGM . Beliau memberika kuliah
dalam bahasa Indonesai ini merupakan suatu yang baru, karena sebelum
perang dunia ke dua semua perguruan tinggi diberikan da;am bahasa Belanda.
Pada Akademi Ilmu Politik tersebut, sosiologi juga dikuliahkan sebagai ilmu
pengetahuan dalam Jurusan Pemerintahan dalam Negeri, hubungan luar negeri
dan publisistik. Kemudian pendidkikan mulai di buka dengan memberikan
kesempatan kepara para mahasiswa dan sarjana untuk belajar di luar negeri
sejak tahun 1950, mulailah ada beberapa orang Indonesia yang memperdalam
pengetahuan tentang sosiologi.
Buku Sosiologi mulai diterbitkan sejak satu tahun pecahnya revolus fisik.
Buku tersebut berjudul Sosiologi Indonesai oleh Djody Gondokusumo,
memuat tentang beberapa pengertian elementer dari Sosiologi yang teoritis
dan bersifat sebagai Filsafat.
Selanjutnya buku karangan Hassan Shadily dengan judul Sosilogi Untuk
Masyarakat Indonesia yang merupakan merupakan buku pelajaran pertama
yang berbahasa Indonesia yang memuat bahan-bahan sosiologi yang modern.
Para pengajar sosiologi teoritis filosofis lebih banyak mempergunakan
terjemahan buku-bukunya P.J. Bouman, yaitu Algemene Maatschapppijleer
dan Sociologie, bergrippen en problemen serta buku Lysen yang berjudul
Individu en Maatschapppij.
Buku-buku Sosiologi lainnya adalah Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas karya
Mayor Polak, seorang warga Negara Indonesia bekas anggota Pangreh Praja
Belanda, yang telah mendapat pelajaran sosiologi sebelum perang dunia kedua
pada universitas Leiden di Belanda. Beliau juga menulis buku berjudul
Pengantar Sosiologi Pengetahuan, Hukum dan politik terbit pada tahun 1967.
Penulis lainnya Selo Soemardjan menulis buku Social Changes in Yogyakarta
pada tahun 1962. Selo Soemardjan bersama Soelaeman Soemardi,
menghimpun bagian-bagian terpenting dari beberapa text book ilmu sosiologi
dalam bahasa Inggris yang disertai dengan pengantar ringkas dalam bahasa
Indonesia dirangkum dalam buku Setangkai Bunga Sosiologi terbit tahun
1964.
Dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai Fakultas
Sosial dan politik atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat ini belum ada
Universitas yang mngkhususkan sosiologi dalam suatu fakultas sendiri, namun
telah ada Jurusan Sosiologi pada beberapa fakultas Sosial dan Politik UGM,
UI dan UNPAD.
Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesai belum mendapat tempat yang
sewajarnya, oleh karena masyarakat masih percaya pada angka-angka yang
relative mutlak, sementara sosiologi tidak akan mungkin melakukan hal-hal
yang berlaku mutlak disebkan masing-masing manusia memiliki kekhususan.
Apalagi masyarakat Indonesai merupakan masyarakat majemuk yang
mencakup berates suku.
2. penegrtian ilmu sosiologi

1. Pitirim Sorokin

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara
aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala
moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal
balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
2. Roucek dan Warren

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-
kelompok.
3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf

Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya,
yaitu organisasi sosial.
4. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses


kemasyarakatan yang bersifat stabil.

5. Max Weber

Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.

Penertian sosiologi pendidikan

Sosiologi pendidikan terdiri dari dua kata, sosiologi dan pendidikan. Kedua istilah ini
dari segi etimologi tentu saja berbeda maksudnya, namun dalam sejarah hidup dan
kehidupan serta budaya manusia, kedua ini menjadi satu kesatuan yang terpisahkan.
Terutama dalam system memberdayakan manusia, dimana sampai saat ini
memanfaatkan pendidikan sebagai instrument pemberdayaan tersebut11.

Beberapa pemikiran pakar mengenai sosiologi pendidikan yang dikemukakan oleh


Ahmadi (1991). Menurut George Payne, yang kerap disebut sebagai bapak sosiologi
pendidikan, mengemukakan secara konsepsional yang dimaksud dengan sosiolgi
pendidikan adalah by educational sosiologi we the science whith desribes andexlains
the institution, social group, and social processes, that is the spcial relationships in
which or through which the individual gains and organizes experiences”. Payne
menegaskan bahwa, di dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok social, proses
social, terdapatlah apa yang yang dinamakan social itu individu memproleh dan
mengorganisir pengalamannya-pengalamannya. Inilah yang merupaka asepek-aspek
atau prinsip-prinsip sosiologisnya.

Charles A. Ellwood mengemukakan bahwa Education Sosiologi is the sciense aims to


reveld the connetion at all points between the cdukative process and the social,
sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari menuju untuk
melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara
proses pendidikan dan proses social.

Menurut E.B Reuter, sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa


evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan
manusia, dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang
menentukan kepribadian social dari tiap-tiap individu. Jadi perinsipnya antara
individu dengan lembaga-lembaga social itu selalu saling pengaruh mempengaruhi
(process social interaction).

F.G Robbins dan Brown mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu
yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan social yang mempengaruhi
individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalamannya. Sosiologi
pendidikan mempelajari kelakukan social serta perinsip-perinsip untuk
mengontrolnya.

E.G Payne secara spesifik memandang sosiolgi pendidikan sebagai studi yang
konfrenhensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang diterapkan. Bagi
Payne sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang
sosiologi yang dapat dikenakan analisis sosiologis. Tujuan utamanya ialah
memberikan guru-guru, para peneliti dan orang lain yang menaruh perhatian akan
pendidikan latihan yang serasi dan efektif dalam sosiologi yang dapat memberikan
sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan
(Nasution 1999:4)

Menurut Dictionary of Socialogy, sosiologi pendidikan ialah sosiologi yang


diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.

Menurut Prof. DR.S.Nasution. Sosiologi pendidikan ialah ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih baik.

Menurut F.G. Robbins, Sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang bertugas
menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidika.

Menurut penulis, Sosiologi pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha


memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan
sosiologis.
Dengan berbagai definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa sosiologi pendidikan
merupakan bagian dari matakuliah-matakuliah dasar-dasar kependidikan di lembaga
pendidikan tenaga kependidikan dan sifatnya wajib diberikan kepada seluruh peserta
didik.

Kelompok-Kelompok Sosial dalam Masyarakat


http://www.thechatphone.com/
http://gegehare.blogspot.com/2010/09/ilmu-sosial-dasar-universitas-gunadarma.html

You might also like