You are on page 1of 8

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Haryanto, dkk (2003) tanaman selada dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Famili : Asteraceae (Campositae)

Genus : Lactuca

Spesies : Lactuca sativa L.

Selada adalah tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman ini cepat menghasilkan akar

tunggang diikuti dengan penebalan dan perkembangan cabang-cabang akar yang

menyebar pada kedalaman antara 25-50 cm (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).

Batang tanaman selada selama fase vegetatif, pendek, berbuku-buku

sebagai tempat kedudukan daun. Setelah tanaman selada memasuki masa

generatif batangnya memanjang ( Rukmana, 1994).

Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah banyak dan

biasanya berposisi duduk (sessile), tersusun berbentuk spiral dalam roset padat.

Warna daunnya beragam mulai dari hijau muda hingga hijau tua.

Daun tak berambut, mulus, berkeriput atau kusut berlipat

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).

Universitas Sumatera Utara


Bunganya berwarna kuning, terletak pada rangkaian yang lebat dan

tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm. Bunga ini menghasilkan

buah berbentuk polong yang berisi biji. Biji selada berbentuk pipih, berukuran

kecil-kecil serta berbulu dan tajam (Rukmana, 1994).

Menurut Nazaruddin (2000) da empat jenis selada yang dikenal, yaitu

selada telor, selada daun, selada rapuh dan selada batang. Jenis yang banyak

diusahakan didataran rendah adalah selada daun. Selada daun memiliki daun yang

berwarna hijau segar, tepinya bergerigi atau berombak.

Syarat Tumbuh

Iklim

Selada dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi

(pegunungan). Hal yang terpenting adalah memperhatikan pemilihan varietas

yang cocok dengan lingkungan (ekologi) setempat (Rukmana, 1994)

Suhu sedang adalah hal yang ideal untuk produksi selada berkualitas

tinggi, suhu optimumnya untuk siang hari adalah 200C dan malam hari adalah

100C. Suhu yang lebih tinggi dari 300C biasanya menghambat pertumbuhan.

Umumnya intensitas cahaya tinggi dan hari panjang meningkatkan laju

pertumbuhan, dan mempercepat perkembangan luas daun sehingga daun menjadi

lebih lebar, yang berakibat pembentukukan kepala menjadi lebih cepat

(Rubatzky dan yamaguchi, 1997)

Tanaman selada memerlukan cahaya yang tidak terlalu banyak, sebab

curah hujan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada daun. Oleh

karena itu, penanaman selada di anjurkan pada akhir musim hujan. Untuk

Universitas Sumatera Utara


memenuhi kebutuhan pertumbuhannya, selada memerlukan air sebanyak 400 mm

air (Haryanto dkk, 2003).

Tanah

Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai jenis tanah. Namun,

pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang

cukup mengandung bahan organik, gembur, remah, dan tidak mudah tergenang

air. Selada dapat tumbuh baik dengan pH 6,0-6,8 atau idealnya 6,5. bila pH terlalu

rendah perlu dilakukan pengapuran. (Pracaya, 2002)

Kecambah selada tidak tahan terhadap salinitas sedangkan tanaman yang

lebih tua lebih toleran. Tanaman Selada peka terhadap cekaman lengas.

Pertumbuhan selada dapat dioptimumkan dengan pasokan lengas yang seragam,

dan penjenuhan tanah yang tidak berkepanjangan harus dihindarkan

(Rubatzky dan yamaguchi, 1997).

Effective Mikroorganism (EM4) Pada Bokasi

Effective Mikroorganism (EM4)

Bahan organik tanah merupakan pembentukan baru dari sisa tumbuhan

dan hewan. Bahan ini adalah sisa yang mengalami penguraian oleh

jasad renik tanah. Bahan organik yang dikandung tanah hanya sedikit kurang

lebih 3-5% dari berat tanah dalam tanah mineral yang mewakili

(Buckman and Brady, 1982). Menurut Novizan (2003), kandungan bahan organik

didalam tanah perlu dipertahankan agar jumlahnya tidak sampai dibawah 2 %.

Bokashi adalah singkatan dari bahan organik kaya akan sumber hidup.

Kata bokashi berasal dari bahasa Jepang yang berarti humus. Bokashi merupakan

Universitas Sumatera Utara


pupuk organik padat yang dalam proses pengomposannya melalui proses

fermentasi dan memanfaatkan mikroorganisme efektif (EM). EM-4 pertama kali

dikembangkan oleh Prof. Teruo Higa, dari Jepang pada tahun 1980

(Indriani, 2005).

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri

atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia

antara lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos yang berbentuk padat atau

cair serta telah mengalami dekomposisi (Balai Penelitian Tanah, 2004)

Menurut Musnamar (2005) dari sekian banyak mikroorganisme, terdapat

4 mikroorganisme utama di dalam kultur EM-4 diantaranya adalah :

1. Bakteri fotosintetik (bakteri fototropik)

Bakteri ini membentuk zat-zat bermanfaat dari sekresi akar-akar tumbuhan,

bahan organik dan gas-gas berbahaya dengan menggunakan sinar matahari

sebagai sumber energi. Zat-zat ini bermanfaat seperti asam amino, asam

nukleat, zat bioaktif dan gula yang dapat mempercepat pertumbuhan dan

perkembangan tanaman dan pertumbuhan mikroorganisme lain.

2. Bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.)

Memproduksi asam laktat sebagai hasil penguraian gula dan karbohidrat yang

dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme merugikan.

3. Ragi

Membentuk zat-zat anti bakteri dan bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman

(dalam meningkatkan jumlah sel aktif) dari asam-asam amino dan gula yang

dihasilkan bakteri fotosintetik, bahan organik dan akar-akar tanaman.

Universitas Sumatera Utara


4. Actinomycetes sp.

Mikroorganisme yang strukturnya merupakan bentuk antara bakteri dan jamur,

dimana menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dikeluarkan

oleh bakteri fotosintetik dan bahan organik. Jamur fermentasi seperti

Aspergillus dan Penicillium menguraikan bahan organik secara cepat untuk

menghasilkan alkohol, ester dan zat anti mikroba.

Kandungan EM terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat,

actinomicetes, ragi dan jamur fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat

bermanfaat yang menghasilkan asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif

yang berasal dari gas berbahaya dan berfungsi untuk mengikat nitrogen dari

udara. Bakteri asam laktat berfungsi untuk fermentasi bahan organik jadi asam

laktat, percepat perombakan bahan organik, lignin dan cellulose, dan menekan

pathogen dengan asamlaktat yang dihasilkan.Actinomicetes menghasilkan zat anti

mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Ragi menghasilkan

zat anti biotik, menghasilkan enzim dan hormon, sekresi ragi menjadi substrat

untuk mikroorganisme effektif bakteri asam laktat actinomicetes. Cendawan

fermentasi mampu mengurai bahan organik secara cepat yang menghasilkan

alkohol ester anti mikroba, menghilangkan bau busuk, mencegah serangga dan

ulat merugikan dengan menghilangkan pakan (Nita, 2007).

Pembuatan Bokasi

Bahan dasar pupuk organik, baik dalam bentuk kompos maupun pupuk

kandang dapat berasal dari limbah pertanian, seperti jerami, dan sekam padi, kulit

kacang tanah, ampas tebu, batang jagung, dan bahan hijauan lainnya. Sedangkan

Universitas Sumatera Utara


kotoran ternak yang banyak dimanfaatkan adalah kotoran sapi, kerbau, kambing,

ayam, itik dan babi. Disamping itu, dengan berkembangnya pemukiman,

perkotaan dan industri makan bahan dasar kompos makin beranekaragam seperti

dari tinja, limbah cair, sampah kota dan pemukiman (Uyeek, 2008).

Pembuatan bokashi terdiri dari : pupuk kandang 15 kg, dedak 0,5 kg,

sekam 10 kg, gula pasir 20 g, EM-4 10 ml dan air secukupnya. Pupuk kandang,

sekam, dan dedak dicampur merata lalu disiram larutan EM-4, gula pasir dan air.

Pencampuran dilakukan secara merata hingga kandungan air 30% - 40%. Bahan

dimasukkan ke dalam karung dan ditumpuk setinggi 15 cm – 20 cm kemudian

ditutup dengan terpal, suhu tumpukan dipertahankan 400C - 500C pengontrolan

suhu minimal satu hari sekali. Proses pembuatan bokashi selama 4-7 hari

(Indriani, 2005).

Pupuk kandang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan bokashi dapat

berasal dari kandang sapi, ayam, domba, dan kotoran hewan lainnya. Pupuk

kandang sapi merupakan jenis pupuk dingin dalam penguraiannya tidak

menghasilkan gas dan panas sehingga dapat menjadi starter yang baik bagi

tanaman. Kelebihan dalam keawetan pupuk kandang sapi dalam tanah dan dapat

mengikat air lebih banyak (Nita, 2007).

Manfaat Bokasi

Mikroorganisme tanah merupakan salah satu faktor utama yang

mempengaruhi kesuburan tanah. Sebagian besar pertumbuhan tanaman tidak

terlepas dari mikroorganisme tanah. Mikroorganisme tanah dapat hidup jika

didalam tanah terdapat asam amino. Asam amino ini berasal dari protein yang

diuraikan oleh bakteri dalam tanah sehingga menjadi asam amino. Tanaman bisa

Universitas Sumatera Utara


tumbuh dengan baik jika mempunyai hubungan simbiosis mutualisme dengan

mikroorganisme. Fungsi lain mikroorganisme dalam tanah adalah menguraikan

bahan kimia yang sulit diserap menjadi bentuk yang mudah diserap tanaman.

Mikroorganisme ternyata mengeluarkan suatu zat yang berfungsi untuk

memperlancar masuknya hara dan air dari akar ke daun. Zat yang dikeluarkan

mikroorganisme dapat membantu penyebaran air dan nutrisi di seluruh permukaan

daun. Keadaan ini akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman karena

penyaluran air dan nutrisi ke permukaan daun berjalan lancar (Pranata, 2004).

Manfaat bokashi adalah : menggemburkan tanah, menghasilkan unsur

makro dan mikro yang cepat diserap perakaran tanaman, mencegah timbulnya

jamur dari pupuk kandang dan tanah lingkungan tanaman, merangsang

pertumbuhan tanaman, mengurangi pemupukan kimia 50 % - 70 % dan menekan

perkembangbiakan hama dan bakteri patogen sehingga mengurangi penggunaan

insektisida dan fungisida (Songgolangit Persada, 2006).

Penggunaan bokasi EM secara rinci berpengaruh terhadap:

1. Peningkatan ketersediaan nutrisi tanaman

2. Aktivitas hama dan penyakit/patogen dapat ditekan

3. Peningkatan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan,

seperti Mycorhiza, Rhizobium, bakteri pelarut fosfat, dll.

4. Fiksasi Nitrogen

5. Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia.

Dengan demikian, dapat terlihat bahwa penggunaan pupuk bokashi memiliki

prinsip ekologi sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman

terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi

tanah

2. Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi

nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani

3. Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan

cara mengelola iklim mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi

4. Membatasi kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan

melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan yang aman

(Uyeek, 2008).

Kriteria hasil bokashi yang baik yaitu berwarna cokelat kehitaman,

berstuktur remah, kadar air 30-40 %, pH sekitar 7 dalam kategori sedang.

Perbandingan unsur karbon dan nitrogen atau C/N ratio rata-rata 10-20. Aplikasi

bokashi di lapangan relatif mudah. Lahan 1 ha membutuhkan 8-10 ton bokashi.

Teknis aplikasinya, seluruh bokashi tersebut disebar sebelum lahan diolah

(Wariyanto, 2002).

Universitas Sumatera Utara

You might also like