Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
1
Suggested that Company Manager really pays attention to its
Company Internal Funndamental as main preference, because Firm Value
can increase significant if Company manager can be solvent of its
company performance.
2
dan krisis energi (financial crisis , global food, feed, and fuel crisis) atau
yang sering disebut 4F adalah: (a) laju inflasi yang meningkat, (b) daya
beli masyarakat yang pada gilirannya ekonomi yang melemah akibat
tingginya inflasi, (c) neraca keuangan pemerintah yang tertekan akibat
semakin besarnya subsidi pada harga jual komoditas di pasar domestik,
dan (d) pasar keuangan yang tertekan sehubungan dengan prospek
ekonomi yang menurun dan risiko investasi yang meningkat.
Krisis keuangan di AS juga mengakibatkan sulitnya likuiditas sektor
perbankan dan institusi keuangan non-bank yang disertai berkurangnya
transaksi keuangan. Sulitnya likuiditas akan memaksa para investor dari
institusi keuangan AS untuk melepas kepemilikan saham mereka di pasar
modal Indonesia untuk memperkuat likuiditas keuangan institusi mereka.
Aksi tersebut akan menjatuhkan nilai saham dan mengurangi volume
penjualan saham di pasar modal Indonesia. Selain itu, beberapa
perusahaan keuangan Indonesia yang menginvetasikan dananya di
instrumen investasi lembaga keuangan di AS juga mendapat imbas atas
kejatuhan nilai saham tersebut. Indeks harga Saham gabungan (IHSG)
menurun hingga 10 persen yang pada akhirnya menyebabkan
penghentian kegiatan perdagangan saham selama tiga hari hingga 12
oktober 2008. Meskipun pada pembukaan kembali perdagangan saham
IHSG sempat membaik pada point 1,555.967 pada 14 Oktober 2008,
namun pada 22 Oktober 2008 kembali melemah menjadi 1,379.743.
sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih fluktuatif, namun
cenderung mengalami penurunan, yakni dari Rp 9 320 per dolar AS pada
23 September 2008 menjadi Rp10 300 per dolar AS pada 12 Oktober
2008, dan pada 22 oktober 2008 masih berada di level Rp 9 831 per dolar
AS.
Grafik 1.1. Pekembangan Kurs dan Indeks Harga Saham Gabungan di Jakarta
setelah terjadi Krisis Keuangan Global tahun 2008
3
yang memiliki sensitifitas tinggi terhadap perubahan kondisi ekonomi
makro karena perusahaan ini merupakan perusahaan yang bahan
bakunya sebagian besar berbasis impor.
Meskipun selama ini pasar ekspor tekstil belum terganggu akibat
adanya kontrak jangka panjang, namun naiknya nilai tukar dolar AS
terhadap rupiah cukup mengkhawatirkan. Dalam beberapa waktu
terakhir, dampak dari kenaikan nilai dolar AS sudah dirasakan, karena
kebanyakan perusahaan tekstil mempunyai utang dalam bentuk mata
uang asing termasuk dolar AS. Hal ini sebagai akibat sulitnya usaha tekstil
mengakses bank dalam negeri, sehingga banyak pelaku industri yang
memilih mencari pinjaman kredit ke luar negeri. Akibatnya, dengan terus
merosotnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS, banyak pelaku
industri yang harus menanggung beban utang lebih besar, bahkan
dikhawatirkan dapat mengakibatkan hilangnya lapangan pekerjaan.
Demikian juga terjadinya penurunan kinerja ekspor komoditas
manufaktur yang dirasakan kalangan industri aneka keramik nasional.
Diperkirakan sampai desember 2008 pengiriman produk keramik nasional
ke pasar AS akan berkurang hingga 20 persen, padahal setiap tahunnya
permintaan keramik nasional ke AS mencapai 35 persen dari total
penjualan keramik. Jika krisis terus berkepanjangan hingga kuartal
1/2009, maka akan mengancam kelangsungan industri keramik nasional.
Sedangkan pelaku ndustri meubel dan kerajinan menyatakan, sejak krisis
melanda AS kinerja ekspor meubel dan kerajinan turun sedikitnya US$
300 juta, sehingga kondisi ini mengkhawatirkan bagi produsen meubel
berskala besar yang mempekerjakan sedikitnya 4000 orang.
4
6.3 persen pada tahun 2008.. Ekonomi Indonesia dengan pertumbuhan
sebesar 6.4 persen pada semester I 2008 (yoy). Pengeluaran pemerintah
menurun dari 9.6 persen menjadi 3.9 persen. Pertumbuhan sektor hanya
3.5 persen ditahun 2007. Indikator lain tampak dari merosotnya nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika (USD), laju inflasi yang meningkat,
menurunnya suku bunga (BI Rate), Secara regional, inflasi di negara-
negara Asia juga merupakan gejolak global yang hampir dialami oleh se-
mua negara berkembang. Inflasi Indonesia YoY sekitar 12.14 persen pada
September 2008, sedangkan inflasi tertinggi dialami oleh negara Vetnam
sekitar 27.90 persen dan diikuti oleh Myanmar sekitar 21.40 persen.
5
persen, kemudian ditahun 2008 akibat krisis keuangan global yang
menimpa Indonesia peningkatan hutang cukup dramatis sekali, yaitu
dengan rasio sebesar 132,52 persen, dan rasio hutang mencapai angka
tertingginya pada tahun 2009 yaitu rata-rata sebesar 210,82 persen.
Peningkatan hutang pada tahun 2009 benar-benar merefleksikan
bahwa kondisi struktur modal perusahaan manufaktur di Indonesia cukup
memprihatinkan, jika mengacu pada komposisi struktur modal yang
optimal menurut versi Sugihen (2003), dimana nilai DAR adalah berkisar
0,30-0,40, maka pada tahun 2006 sampai tahun 2009 tersebut
mencerminkan kondisi dimana hutang tidak lagi optimal karena telah jauh
melampaui nilai aset yang dimiliki perusahaan.
Walaupun demikian akan tetapi nilai perusahaan yang diproksi
dengan Market value of equity menunjukan hal yang berbeda dimana
kecendrungannya flukstuatif. Adapun gambaran nilai perusahaan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2. Kondisi Nilai 100 Perusahaan Manufaktur di Indonesia tahun
2006- 2009
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
2007 100 23.49 32.34 27.2112 1.88114
2008 100 22.25 31.72 26.7189 1.88216
2009 100 22.45 32.58 27.0997 1.94407
2010 100 22.46 32.61 27.1159 1.96470
Valid N (listwise) 100
Sumber : Data diolah dengan program SPSS 16.00
Berdasarkan tabel 1.2 diatas menunjukan kecendrungan yang
fluktuatif dimana nilai perusahaan yang diproksikan dengan nilai MVE jika
mengacu pada teori tradeoff bahwa pada saat penggunaan hutang telah
melebihi target struktur modal optimalnya maka nilai perusahaan
seharusnya mengalami penurunan, akan tetapi jika dilihat kondisi
empirisnya menunjukan hal yang berbeda, dimana peningkatan hutang
pada tahun 2006 yang sudah melebihi ratio optimal DAR sebesar 0,30-40
tidak menyebabkan penurunan nilai perusahaan manufaktur dimana nilai
rata-rata MVE pada tahun 2006 adalah sebesar 27,21, hanya pada tahun
2007 peningkatan rasio hutang menyebabkan penurunan nilai MVE rata-
rata sebesar 26,71, tapi ditahun 2008 akibat krisis keuangan global
peningkatan rasio hutang sebesar 132,52 persen malah menyebabkan
nilai perusahaan dengan proksi MVE semakin meningkat. Begitu juga di
tahun 2009 dimana rasio DAR adalah sebesar 210,82 persen jauh berada
diatas target struktur modal optimalnya. Akan tetapi kondisi ini tetap
menyebabkan peningkatan rasio MVE rata-rata sebesar 27,11.
Karena acuan penelitian ini mengarah pada tradeoff theory, dimana
menurut teori tersebut, jika penggunaan hutang berada diatas target
struktur modal optimal maka akan menyebabkan nilai perusahaan
menurun, akan tetapi fenomena empiris yang ada menunjukan kondisi
6
yang berbeda. fenomena empiris yang ada menunjukan kondisi dimana
penggunaan hutang sudah tidak optimal akan tetapi tetap saja terjadi
peningkatan nilai perusahaan yang diproksikan dengan nilai MVE. Hal
tersebut berbeda dengan apa yang disebutkan dalam teori tradeoff .
Oleh karena fenomena empiris tersebut menunjukan suatu gap
teori sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “
Pengaruh Variabel Fundamental Eksternal dan Variabel Fundamental
Internal Terhadap Struktur Modal serta Nilai Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia “
2. RUMUSAN MASALAH
3. TINJAUAN PUSTAKA
7
pandangan teori pecking orde theory bahwa untuk mengatasi masalah
kekurangan invetasi digunakan hutang yang lebih sedikit pada
perusahaan yang sedang tumbuh.
Santika dan Kusuma Ratnawati, ( 2002 ) melakukan penelitian
dengan judul pengaruh struktur modal, faktor internal, dan faktor
eksternal terhadap nilai perusahaan industri yang masuk bursa efek
Jakarta. Penelitian ini menggunakan sampel sebesar populasinya yaitu
sebanyak 73 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis
faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi pengelompokkan variabel
baru dari faktor internal dan eksternal. Selain itu, penelitian ini juga
menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap struktur modal serta nilai perusahaan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor internal
dan eksternal berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan serta
nilai perusahaan. Sedangkan secara parsial variabel ukuran perusahaan,
risiko keuangan, nilai aktiva yang diagunkan, profitabilitas dan tingkat
bunga tahun t yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Sementara struktur modalnya berpengaruh positif signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Sugihen (2003) meneliti dengan judul pengaruh struktur modal
terhadap produktivitas aktiva dan kinerja keuangan serta nilai perusahaan
industri manufaktur terbuka di Indonesia. Perusahaan yang menjadi
populasi adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2000. sampel dipilih
dengan menggunakan kriteria penentuan sampel, jumlah sampel dalam
penelitiannya adalah 98 perusahaan. Variabel dependennya terdiri dari
produktivitas aktiva yang diukur dengan menggunakan sales to asset
ratio (SAR), nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan market to
book value of equity (MVE) dan market to book ratio (MBR), kinerja
keuangan diukur dengan menggunakan return on asset (ROA) dan basic
earning power (BEP), sedangkan variabel independennya terdiri dari
struktur modal diukur dengan menggunakan equity to asset ratio (EAR)
dan debt to asset ratio (DAR), aktivitas investasi diukur dengan
menggunakan account receveivable turnover (ART) dan inventory
turnover (ITO) dan fixed asset turnover (FAT), aktivitas operasi diukur
dengan menggunakan ross profit margin (GPM) dan operating profit
margin (OPM) dan net profit margin (NPM). Untuk melihat pola hubungan
yang mengungkapkan pengaruh baik secara langsung maupun tidak
langsung antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Pemodelannya dilakukan dengan Structural Equation Model (SEM) terdiri
dari measurement model (model pengukuran) dan structural model
(model structural). Proses analisis jalur dalam penelitiannya
menggunakan program aplikasi AMOS versi 4,01. Hasilnya menunjukkan
bahwa struktur modal secara langsung tidak berpengaruh positif terhadap
aktivitas investasi, struktur modal secara langsung berpengaruh positif
terhadap aktivitas operasi, struktur modal secara tidak langsung
8
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel produktivitas aktiva
melalui aktivitas investasi, struktur modal secara tidak langsung
berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kinerja keuangan melalui
aktivitas operasi, produktivitas aktiva secara langsung berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja keuangan, produktivitas aktiva secara
langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan,
kinerja keuangan secara langsung berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan, struktur modal berpengaruh tidak langsung
negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini berlawanan dengan
prediksi tradeoff theory.
9
3.2.2. Teori Kurs.
Nilai tukar mata uang atau sering disebut kurs adalah harga satu
unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga
dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing. Sebagai
contoh nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) adalah harga satu
Dolar Amerika (USD) dalam Rupiah (Rp), atau dapat juga sebaliknya
diartikan harga Rupiah terhadap USD (Iskandar Simorangkir dan Suseno,
2004: 4).
Pada dasarya terdapat tiga sistem nilai tukar yaitu: (1) fixed
exchange rate “sistem nilai tukar tetap”, (2) managed floating exchange
rate “sistem nilai tukar mengambang terkendali”, dan (3) floating
exchange rate “sistem nilai tukar mengambang” (Perry Warjiyo dan
Solikin, 2003: 10).
Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar atau nilai tukar suatu mata
uang terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu; misalnya,
nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dolar Amerika adalah Rp.8000 per
Dolar. Pada nilai tukar ini bank sentral akan siap untuk menjual atau
membeli kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilai tukar yang
ditetapkan. Apabila nilai tukar tersebut tidak lagi dapat dipertahankan,
maka bank sentral akan dapat melakukan devaluasi atau revaluasi atas
nilai tukar yang ditetapkan. Penetapan nilai tukar pada sistem nilai tukar
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama dikenal dengan
pegged to a currency, yakni nilai tukar ditetapkan dengan mengkaitkan
langsung terhadap mata uang tertentu. Cara kedua disebut pegged to a
basket of currency, yaitu nilai tukar ditetapkan dengan mengaitkan
terhadap sejumlah mata uang tertentu, dengan bobot masing-masing
mata uang yang umumnya disesuaikan dengan besarnya hubungan
perdagangan dan investasi. Selain itu, terdapat penetapan nilai tukar
yang dikaitkan langsung pada mata uang tertentu dan dijamin dengan
cadangan devisa yang dimiliki oleh bank sentral, atau disebut dengan
currency board system. Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar
dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran
yang terjadi di pasar. Dengan demikian, nilai tukar akan menguat apabila
terjadi kelebihan penawaran di atas permintaan, dan sebaliknya nilai
tukar akan melemah apabila terjadi kelebihan permintaan di atas
penawaran yang ada di pasar valauta asing.
10
sedangkan suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat
kembalian setelah dikurangi inflasi (Melvin, 1985). Berdasarkan jangka
waktunya, suku bunga dapat dibedakan atas suku bunga jangka pendek
dan suku bunga jangka panjang. Kebijakan moneter biasanya lebih kuat
pengaruhnya terhadap suku bunga jangka pendek. Peningkatan diskonto
SBI akan segera direspon oleh suku bunga pasar uang Antar Bank (PUAB),
sedangkan respon dari suku bunga deposito baru muncul setelah 7-8
bulan dan respon dari suku bunga kredit baru terjadi setelah 8-9 bulan
(Buletin Ekonomi dan Perbankan, 2000:25-30).
Suku bunga juga merupakan harga atas dana yang dipinjam (Reilly
and Brown, 1997). Pada waktu Perusahaan merencanakan pemenuhan
kebutuhan modal sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku
saat itu. Apakah akan menerbitkan sekuritas ekuitas atau hutang. Karena
penerbitan obligasi atau penambahan hutang hanya dibenarkan jika
tingkat bunganya lebih rendah dari earning power dari penambahan
Modal tersebut (Riyanto,1990). Suku bunga yang rendah akan
menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah. Suku bunga yang
rendah akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomi yang akan
menyebabkan harga saham meningkat.
11
Ukuran Perusahaan yaitu rata–rata total penjualan bersih untuk tahun
yang bersangkutan sampai beberapa tahun (Brigham dan Houston,
2001:117-119). Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya
variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan
sebelum pajak. Sebaliknya, jika penjualan lebih kecil daripada biaya
variabel dan biaya tetap maka Perusahaan akan menderita kerugian.
Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaan adalah perolehan laba
bersih sesudah pajak karena bersifat menambah modal sendiri. Laba
operasi ini dapat diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar daripada
jumlah biaya variabel dan biaya tetap. Agar laba bersih yang diperoleh
memiliki jumlah yang dikehendaki maka pihak manajemen akan
melakukan perencanaan penjualan secara seksama, serta dilakukan
pengendalian yang tepat, guna mencapai jumlah penjualan yang
dikehendaki. Manfaat pengendalian manajemen adalah untuk menjamin
bahwa organisasi telah melaksanakan strategi usahanya dengan efektif
dan efisien.
Dalam aspek finansial, penjualan dapat dilihat dari sisi perencanaan
dan sisi realisasi yang diukur dalam satuan rupiah. Dalam sisi
perencanaan, penjualan direfleksikan dalam bentuk target yang
diharapkan dapat direalisir oleh perusahaan. Perusahaan yang berada
pada pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan dukungan
sumber daya organisasi (Modal) yang semakin besar, demikian juga
sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya
rendah kebutuhan terhadap sumber daya organisasi (Modal) juga semakin
kecil. Jadi, konsep tingkat pertumbuhan penjualan tersebut memiliki
hubungan yang positif, tetapi implikasi tersebut dapat memberikan efek
yang berbeda terhadap struktur modal yaitu dalam penentuan jenis
modal yang akan digunakan.
12
Diskusi tentang hubungan struktur modal dengan berbagai nilai
yang
menentukan aspek perusahaan biasanya diawali dengan peahaman isu
kontekstual yang diajukan oleh Modigliani dan Miller (Filbeck dan Gorman,
2001 :2) Pada tahun 1958, Modigliani dan Miller meletakkan pondasi teori
positif
untuk modal dengan membangun implikasi keseimbangan pasar dari
hutang (debt policy). Dalam artikelnya Modigliavi dan Miller (1958)
menyatakan bahwa pada pasar modal sempurna. (perfect capital market),
struktur modal tidak relevan dan nilai perusahan ditentukan oleh
kekuatan profitabilitas aktiva, bukan o1eh cara aktiva itu didanai. Pasar
modal yang sempurna berarti pasar modal bebas dari persaingan dan
efisien, tidak ada distorsi pajak, dan tidak ada kepailitan. Dalam
lingkungan pasar modal sempurna, nilai perusahaan hanya tergantung
pada size dan ekspektasi arus kas operasi waktu akan datang dan pada
biaya modal bukan pada bagaimanaa arus kas tersebut dibagi antara
kreditor dan pemegang saham (Emery dan Finnerty, 1997: 464).
Pernyataan Modigliani dan Miller ini kemudian disebut sebagai
Miller Modigliani Theorem (Damodaran, 1997: 459), dan selanjtnya
disebut dengan Irrelevant Theory (teori irrelevan), Teori ini biasanya
dijadikan sebagai dasar pada setiap pembahasan yang dengan struktur
modal. Teori irrelevan (irrelevnt theory) menggunakan asumsi pasar
sempurna sebagai berikut : (1) tidak ada pajak (taxes), (2) pasar tidak
terpecah (frictionless) dan tidak ada biaya, (3) tidak ada biaya kepalitan
(bankruptcy cost), baik langsung maupun tidak langsung (Damodaran,
1997:459), dan (4) tidak ada biaya kontrak (Jensen dalam Sugihen,
2003 ).
Irrelevant Theory terdiri dari dua proporsi penting yang dapat
dirumuskan secara matematik (Brigham dan Gapenski, 1993:397), yaitu
Proporsi 1 : Nilai dari setiap perusalaaan dibangun dengan
mengkapitalisasi ekspektasi laba operasi bersih (net operating income
atau EBIT dimana T = 0, tidak ada pengaruh pajak) pada tingkat konstan
yang sesuai dengan kelas risiko Perusahaan.
EBIT EBIT
VL = VU = =
WACC k sU
13
Biaya Modal rata-rata tertimbang dari perusahaan dengan hutang
(levered firm,WACC) adalah :
14
(prinsipal) menyuruh orang lain (agen) untuk melakukan tindakan atas
namanya dan mendelegasikan sebagian wewenang pengambilan
keputusan kepada egen tersebut.
Hubungan keagenan di dalam perusahaan bisnis timbul antara
kreditor dengan saham (kreditor sebagai prinsipal dan pemegang saham
sebagai antara pemegang saham dengan manajer (pemegang saham
sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen). Hubungn antara pemegang
saham dengan kreditor terjadi disebabkan oleh adanya dana kreditor
yang di gunakan pemegang saham untuk mendanai proyek perusahaan di
bawah kendali manajer. Hubungan pemegang saham dengan manajer
timbul disebabkan adanya pemisahan kepemilikan dan kontrol. Pada
perusahaan kecil, pemilik adalah manajer, pada perusahaan besar,
terutama yang telah "go public" pemegang saham (pemilik) tidak memiliki
perusahaan melakukan operasi harian perusahaan, malah dapat
dikatakan tidak memiliki perusahaan, melainkan hanya memiliki saham
dan hak suara. Perusahaan besar biasanya dioperasikan oleh seorang
manajer profesional yang boleh memiliki saham perusahaan atau tidak
memiliki sama sekali. Dengan demikian, manajer adalah pengambil-
keputusan utama perusahaan yang memiliki kontrol yang besar terhadap
aktiva perusahan (Emery dan Finnerty 1997: 273).
Untuk melindungi prinsipal (pemegang saham atau kreditor) dari
penyalagunaan wewenang agen (pemegang saham atau kreditor)
biasanya dibuat kontrak. Ada dua jenis kontrak yang berkaitan dengan
hubungan antara agen dengan prinsipal dalam Perusahaan, yaitu: kontrak
hutang (debt contract), yaitu kontak yang melibatkan manajer dan
kreditor (lender), dan kotrak konvensasi compensation contract), yaitu
kontrak yang melibatkan manajer dan pemegang saham. Kontak hutang
adalah perjanjian (covenant) yang berisi ketentuan-ketentuan
pembatasan.terhadap pembayaran deviden oleh manajer dan kebijakan
pendanaan yang harus diambil berdasarkan indikasi informasi laporan
keuangan tetunya (misalnya, debt to equity ratio dan working capital)
telah melebihi tingkat yang wajar. Kontrak kanvensasi adalah perjanjian
antara pemegang saham dengan manejer berkaitan dengan penghasilan
(renumeration) manajer vang berhubungan dengan kinerja keuangan
(laporan keuangan). Fungsi kontrak adalah sebagai alat untuk memonitor
agar agen bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal.
Perjanjian dalam kontrak jarang sekali dapat memonitor prilaku
agen dengan sempurna, keadaan ini dapat menimbulkan moral hazard
(bahaya moral), Moral hazard terjadi apabila agen dapat melakukan
tindakan untuk kepentingan sendiri atas beban prinsipal, dimana tindakan
tersebut tidak dimonitor oleh prinsipal. Perbedaan kepentingan antara
agen dengan prinsipal menimbulkan potensi kantak antara agen dan
prisipal. Selanjumya. potensi konflik kepentingan antara agen dengan
prinsipal menimbulkan masalah keagenan (agency problem) Masalah
keagenan terjadi disebabkan oleh informasi asimetris (asymmetric
information) (Emery dan Firnnerty 1997: 271).
15
Konflik kepentingan antara kreditor (debt holders), pemegang
saham, dan manejer timbul sebagai akibat dari keputusan perusahaan
untuk meningkatkan kesejahteraan salah satu pihak akan mengurangi
kesejahteraan pihak lainnya (Jansen, 1984). Konflik kepentingan antara
pemegang saham dengan manajer dapat dijelaskan berdasarkan prinsif
“Self-interestted Behavior" (prilaku mementingkan diri sendiri) dari teori
finance, (finansial). Teori finance, menyatakan bahwa tujuan dari
pemegang saham adalah memaksimalkan present value (nilai sekarang)
dari investasinya. Teori finance juga mengijinkan tujuan manajer berbeda
dari tujuan pemegang saham. Manajer dapat lebih mengutamakan
pertumbuhan (growth) dan memperbesar size Perusahaan dengan
berbagai alasan. Manejer menganggap nilai gaji, kekuatan ( power), dan
status berhubungan positif dengan size perusahaan. Alasannya,
perusahaan yang lebih besar akan memberi keamanan kerja dan
konpensasi yang lebih besar (Emery dan Finnerty, 1997: 273).
Konflik kepentingan antara kreditor dengan pemegang saham
terjadi karena hutang berisiko (risk debt). Hutang dikatakan berisiko
sebab ada kemungkinan tidak menerima jumlah pembayaran penuh
sesuai dengan perjanjian seelum atau pada tanggal jatuh tempo, misalnya
apabila perusanaan mengalami kegagalan. Dalam hal ini pemegang
saham adalah agen dan kreditor adalah prinsipal. Konflik kepentingan
antara kreditor deagan pemegang saham, antara lain: masalah substitusi
aktiva (asset substitution problem) dan masalah underinvestment.
Perusahaan secara rutin mengambil keputusan yang,
mengakibatkan substitusi aktiva, misalnya, kas digunakan untuk membeli
peralatan, bahan baku, atau mendanai proyek. Dengan demikian setiap
investasi mengakibatkan substusi beberapa, aktiva dengan aktiva lainaya,
Manajer yang, bijak akan mengukur risiko dan return dari setiap investasi.
Masalah yang timbul pada investasi yang menggunakan hutang berisiko,
dimana pemegang saham termotivasi untuk (menginstrusikan
manajemen) mengambil proyek yang berisiko lebih tinggi (mensubstitusi
aktiva yang lebih berisiko dengan aktiva yang ada) yang mengakibatkan
pengurangan nilai kreditor. Tindakan ini disebut dengan asset
aubstitusion problem (masalah substitusi aktiva} (Emery dan Finnerty,
1997: 276).
Masalah underinvestment adalah kebalikan dari masalah asset
substitution. masalah underinvestment terjadi pada saat pemegang
saham menolak melakukan investasi pada proyek yang menguntungkan
(NPV pasitif), tetapi berisiko rendah, sehingga tidak terjadi perpindahan
nilai dari pemegang saham kepada kreditor. Dengan hutang berisiko
rendah, pemegang saham akan kehilangan nilai jika melakukan investasi
berisiko rendah, walaupun investasi itu memiliki NPV positif, Pada hutang
berisiko (risky, debt), investasi berisiko tinggi menguntungkan pemegang
saham sebaliknya, investasi berisiko rendah menguntungkan kreditor
(Emery dan rerty, 1.997: 279).
16
3.2.6.3. Teori Tradeoff (Tradeoff Theory)
Teori irrelevan dengan pajak dan Modal Miller (1977) dimodifikasi
untuk mencerminkan tekanan finansial (financial distress) dan biaya
keagenan (agency cost) tersebut dengan model tradeoff atau teori
tradeoff Teori tradeoff menjelaskan bahawa struktur modal optimal
ditemukan dengan menyeimbangkan pajak dengan biaya tekanan
finansial (the cost of financial distress) dari hutang, sehingga biaya dan
keuntungan dari pertambahan hutang, sehingga biaya dan keuntungan
dari pertambahan hutang di-trade off (Saling tukar) satu sama
Menurut Brigham dan Gapenski (1993: 412), apabila tekanan
finansial (financial distress) dan biaya keagenan (agency cost)
ditambahkan, maka irrelevan theory, dan model Miller akan berbeda
secara signifikan. Berdasarkan tradeoff theory, faktor-faktor yang
mempengaruhi penentuan target struktur modal optimal perusahaan
adalah keuntungan dari pajak, biaya tekanan finansial (distress cost) dan
biaya keagenan (agency cost).
Brigham dan Gapenski (1993: 415-416) menjelaskan hubungan antara
model Modigliani dan Miller (model MM) dengan teori tradeoff. Jika model
MM dengan pajak perusahaan benar, nilai perusahaan tanpa pajak
perusahaan akan terus naik sesuai dengan pergerakan struktur modal
dari tanpa hutang menjadi 100% hutang. Persamaan V1 = Vu + TD
menunjukkan bahwa nilai perusahaan (V1) maksimum jika hutang (D)
pada tingkat maksimum. Penambahan hutang akan menaikan nilai TD
sebagai akibat dari keuntungan pajak yang berasal dari bunga hutang.
Akan tetapi, jika pengaruh faktor tekanan finansial (financial distress) dan
biaya keagenan (agency cost) dipertimbangkan, maka pada tingkat
hutang tertentu penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan
(V1). Hubungan keuntungan dari pajak, biaya tekanan finansial, dan biaya
keagenan dalam Struktur modal dinyatakan dengan persamaan berikut:
VL = Vu + TD – PVFDC – PVAC
Keterangan : PVFDC = present value of expexted financial
distress cost.
PVAC = present value of agency cost
Jika biaya tekanan finansial dan biaya keagenan dipertimbangan,
maka nilai perusahaan menurut Modal Modigliani dan Miller akan berubah.
Model Modogliani dan Miller dan tradeoff dari keuntungan dari pajak
dengan biaya tekanan finansial, dan biaya keagenan dalam struktur
modal disajikan pada gambar 2.1.
17
Berdasarkan Gambar 2.1 diatas, menunjukan bahwa keuntungan dari
pajak berpengaruh sepenuhnya sampai jumlah hutang mencapai titik A.
Setelah titik A. Tekanan finansial (financial distress) dan biaya keagenan
(agency cost) menjadi sangat penting, sebab akan menyerap sebagian
dari keuntungan pajak pada setiap [ertambahan hutang. Pada titik B.
Keuntungan marjinal pajak dari pertambahan hutang sepenuhnya diserap
oleh biaya tekanan finansial dan biaya keagenan. Setelah titik B. Biaya
tekanan finansial dan biaya keagenan akan lebih besar dari pada
keuntungan pajak, sehingga pertambahan hutang akan menurunkan nilai
perusahaan (Brigham dan Gapenski, 1993: 415-416). Dengan demikian,
struktur modal optimal berada pada titik B. Struktur modal optimal
berbeda untuk setiap Perusahaan dalam satu industri. Menurut
pandangan teori tradeoff, struktur modal optimal merupakan target
struktur modal dari setiap Perusahaan.
Keterangan :
FE : Fundamental Eksternal , terdiri dari Inflasi, Kurs, dan Bi rate
FI : Fundamental Internal, terdiri dari ROA dan Size (Ukuran
Perusahaan)
SM : Struktur Modal terdiri dari indikator DAR ( Debt to Assets
Ratio )
NP : Nilai Perusahaan terdiri dari indikator MVE (Market value of
Equity)
4. METODELOGI PENELITIAN
18
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
asosiatif. Menurut Sugiono ( dalam Utomo, 2008) penelitian asosiatif
adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dua variable atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun
suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan
mengontrol suatu gejala. Penelitian ini tergolong assosiatif karena dari
fenomena yang terjadi pada priode yang sudah berlalu ingin diketahui apa
penyebab terjadinya masalah tersebut
4.2.1.Sampel
Sampel adalah elemen dari populasi yang dipilih secara cermat
sebagai subyek pengukuran yang dapat menjadi dasar penarikan
kesimpulan tentang seluruh populasi. Selain menggunakan tehnik cluster
proporsional sampling, untuk menunjang hasil penelitian mencapai
sasaran, peneliti juga menentuan sampel perusahaan menggunakan
tehnik purposive sampling, yaitu tehnik pengambilan sampel berdasar
atas kriteria tertentu. Adapun kriterianya yaitu : perusahaan yang telah
terdaftar di BEI sekak tahun 2006 dan masih aktif sampai dengan tahun
2009, serta menyampaikan laporan keuangan empat tahun berturut-turut.
Sampel perusahaan yang telah terpilih berdasarkan infomasi dari
“Indonesia Capital Market Directory 2009”, serta perusahaan yang
memiliki hutang dalam bentuk Dollar.
19
Keterangan :
n = besar sampel.
N = besar populasi (jumlah populasi acuan).
z = nilai standar normal yang besarnya tergantung, α
bila α = 0,05 z - = 1,67,
bila α = 0,01 z = 1,96,
P = Probabilatas suatu kejadian (prosentase teksiran hal
yang akan diteliti)
d = besarnya penyimpangan yang masih bisa ditolerir
(semakin kecil d, akan semakin teliti penelitian,
misalnya d = 0,1).
Dengan demikian, jumlah sampel penelitian ini dapat
dihitung sebagai berikut:
149 x 1,67 2 x0,5 (1 − 0,5)
n=
149 x 0,05 2 +1,67 2 x 0,5 (1 − 0,5)
415 ,5461 x 0,25
n=
0,3725 +0,697225
103 ,8865
n=
1,069725
n = 97,11517
dibutuhkan n = 97 perusahaan
keterangan :
N = 149 perusahaan
z = 167 sebab α = 0,05.
p = 0,5 probabilatas optimal
d = 0,05
20
sampel perusahaan yang diambil dari setiap sub-industri disajikan pada
tabel 3.1.
Jumlah Jumlah
No Sub-Industri Manufaktur Perusahaan Sampel
1 Makanan dan Minuman (Food and Beverages) 18 12
2 Produk Tembakau/Rokok (Tobacco Products) 4 3
3 Produk Tekstil (Textile Mill Products) 9 6
4 Pakaian dan Produk Tekstil Lainnya (Apparel 11 7
and Other Textile Products)
5 Penggergajian dan produk kayu (Lumber and 4 3
Wood Products)
6 Kertas dan Produk Pendukung (Paper and Allied 7 5
Products)
7 Bahan Kimia dan Produk Pendukung (Chemical 9 6
and Allied Produccts)
8 Bahan Perekat (Adhesive) 4 3
9 Produk Plastik dan Kaca Plastic and Glass 15 10
Products)
10 Semen (Cement) 3 2
11 Produk Logam dan pendukung (Metal and 12 8
Allied Products)
12 Pabrikasi Baja ( Fabricated Metal ) 2 1
13 (Stone, Clay, Glass, and Concrete) 6 4
14 Kabel (Cable) 6 4
15 Elektronik dan Peralatan Kantor (electronic and 5 3
Office Equipment)
16 Otomotif dan Produk Pendukung (Automotive 18 12
and Allied Products)
17 Peralatan photografi (photographic Equipment) 3 2
18 Farmasi (Pharmaceutical) 9 6
19 Barang Konsumsi (Consumer Goods) 4 3
149 100
Sumber : Data berdasarkan ICMD 2009
21
1. Inflasi
2. Kurs tengah Dollar
3. Suku bunga ( BI rate)
4. ROA
5. Ukuran Perusahaan
6. Struktur Modal (DAR)
7. Nilai Perusahaan (MVE)
4.2.6.Tehnik Analisis
Cara analisis data untuk menjawab masalah penelitian dan menguji
hipotesis penelitian menggunakan model persamaan struktur (structual
equation model, disingkat dengan SEM). Model persamaan struktur (SEM)
adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan
pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara
semultan (Ferdinand, 2000:3).
Teknik SEM dapat menguji hubungan yang dibangun antara satu
atau beberapa variabel terikat dengan satu atau beberapa variabel bebas.
Teknik SEM dapat menguji hubungan yang bersifat multidimensi dan
berjenjang dengan lebih dari satu variabel terikat yang berhubungan.
Model persamaan struktur (SEM) juga disebut sebagai analisis jalur (path
analysis) dan analisis faktor konfirmasi (confirmatory factor analysis).
Proses analisis jalur dari SEM menggunakan program SmartPLS versi. 2.0
Karena indikator kurs tidak valid dan reliabel, maka indikator tersebut
didroping (dikeluarkan) dari model, yang tujuannya adalah agar model
yang nantinya benar-benar valid dan dapat di intepretasi. Mengeluarkan
atau mendroping suatu indikator reflektif berdasarkan teori SEM tidak
akan menyebabkan makna sebuah konstruk laten menjadi berubah,
22
karena tujuan dari penggunaan SEM berbasis Partial Least Square adalah
untuk memprediksi hubungan antar variabel. Oleh karena itu
berdasarkan hasil penelitian ini, maka diagram jalur dibawah ini
merupakan suatu model yang telah valid serta layak untuk diintepretasi.
Adapun digram sekaligus pengujian hipotesis yang ditunjukan diagram
tersebut, adalah sebagai berikut :
23
dan ukuran perusahaan terhadap nilai
perusahaan manufaktur di Indonesia
Terdapat pengaruh langsung positif signifikan
5 antara struktur modal terhadap nilai Ha ( Diterima )
perusahaan manufaktur di Indonesia
Sumber : data diolah
24
akan jauh lebih memberatkan daripada sekedar pembayaran bunga
hutang tersebut. Sehingga inflasi maupun peningkatan suku bunga (Bi
rate) sebagai variabel fundamental eksternal tidak memiliki pengaruh
langsung yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan manufaktur
di bursa efek Indonesia.
25
keuangan lebih melihat bahwa nilai perusahaan yang diproksikan dengan
Market value of equity (MVE) lebih disebabkan pada mekanisme pasar,
yaitu terletak pada permintaan maupun penawaran akibat adanya
asimetri informasi.
26
kinerja fundamental internal perusahaan ternyata berpengaruh langsung
terhadap peningkatan harga saham. Kondisi ini berarti kebijakan
pendanaan dengan bauran antara hutang dan ekuitas ternyata memiliki
pengaruh relatif lebih kecil terhadap nilai perusahaan dibandingkan
pengaruh Fundamental Internal terhadap nilai perusahaan. Tersirat dari
hasil temuan ini bahwa kondisi internal perusahaan adalah aspek krusial
dalam meningkatkan harga saham perusahaan secara langsung tanpa
melalui kebijakan struktur modal atau kebijakan pendanaan.
Kebijakan pendanaan atau komposisi struktur modal yaitu dengan
bauran hutang dan ekuitas ternyata tidak begitu menjadi perhatian bagi
para investor yang bermain di pasar modal, signifikannya variabel
fundamental internal ini dengan nilai koofesien tertinggi dibandingkan
dengan nilai koofesien variabel lainnya mengindikasikan bahwa aspek
fundamental internal benar-benar menjadi bahan pertimbangan bagi
investor untuk mempengaruhi harga saham yang pada akhirnya terkait
juga dengan nilai perusahaan.
27
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
2006 100 .05 4.39 .5749 .49710
2007 100 .00 7.55 .5894 .75255
2008 100 .09 72.73 1.3252 7.23458
2009 100 -2.87 163.23 2.1082 16.28100
Valid N (listwise) 100
Sumber : Data diolah menggunakan software SPSS 16.00
28
Akan tetapi walupun hipotesis tersebut diterima, kondisi empiris
dilapangan menunjukan bahwa struktur modal seperti yang dinyatakan
tradeoff theory ternyata tidak ditemukan dalam penelitian ini. Hal ini
sejalan dengan temuan dari Sugihen (2003) bahwa tidak terdapat struktur
modal yang optimal dalam industri manufaktur di Indonesia karena.
Dengan mengacu pada ratio laverage DAR sebesar 0,30-0,40 ternyata
komposisi hutang pada saat terjadi krisis moneter tahun 1998 pada
penelitian Sugihen dimana ratio DAR lebih dari 100 persen, ternyata
masih menyebabkan nilai perusahaan meningkat signifikan juga. Kondisi
ini memberikan sinyal bahwa keberadaan struktur modal yang optimal
seperti yang didengungkan oleh tradeoff theory masih perlu diuji
kebenarannya.
6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bagian
sebelumnya, maka dapat disimpulkan : 1) Tidak terdapat pengaruh
langsung signifikan antara variabel fundamental eksternal makro (inflasi
dan suku bunga) terhadap struktur modal perusahaan manufaktur di
Indonesia. 2) Terdapat pengaruh langsung signifikan antara variabel
fundamental internal (profitabilitas dan ukuran perusahaan) teradap
struktur modal perusahaan manufaktur di Indonesia. 3) Terdapat
pengaruh langsung signifikan antara variabel fundamental eksternal
(Inflasi dan suku bunga) terhadap nilai perusahaan manufaktur di
Indonesia. 4) Terdapat pengaruh langsung signifikan antara variabel
fundamental internal (profitabilitas dan ukuran perusahaan)
terhadap nilai perusahaan manufaktur di Indonesia. 5) Terdapat pengaruh
langsung positif signifikan antara variabel fundamental (profitabilitas dan
ukuran perusahaan) terhadap nilai perusahaan manufaktur di Indonesia.
Pada kasus ini juga tidak ditemukan adanya struktur modal optimal.
Kondisi ini dibuktikan oleh kenyataan empiris bahwa walaupun komposisi
hutang telah berada diatas target optimal, yang menurut Sugihen (2003)
Debt to Assets ratio (DAR) berkisar antara 0.30-0,40, ternyata
membuktikan bahwa nilai perusahaan manufaktur di Indonesia yang
diproksikan oleh market value of equity ( MVE) terus mengalami
peningkatan yang signifikan. temuan ini sekaligus menemukan bahwa
tidak terdapat struktur modal optimal pada perusahaan Manufaktur di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
29
Brigham dan Houston. 2001. Manajemen Keuangan Buku II. Jakarta :
Erlangga.
Damodaran, A., 1997. Coorporate Finance Theory and practice. New York :
Jhon Wiley and Sons, Inc.
Faleye, O., 2000, “ Cash and Coorporate Control,” The 2000 Northern
Finance Association Meeting, Working Paper, Waterloo, Ontario, hal
1-37.
Frank, Murray Z., and Vidhan K. Goyal, 2003, Capital Structure Decisions,
Working paper, Faculty of Commerce, University of British Columbia,
and Department of Finance, Hong Kong University of Science and
Technology, 1 – 55.
Harris, M., dan A. Raviv, 1990. ” Capital Structure and the Informational
role of debt,” Journal of Finance, Vol 45, Hal : 321-349.
Hatfield G.B., L.T.W. Cheng dan W.N. Davidson III, 1994. “ The
Determination of Optimal Capital Structure: the effect of firm and
Industry Debt Ratios on market Value,” Journal of Financial and
strategic Decisions, Vol. 7, No. 3, Fall, hal: 1-14.
30
Kochhar, R., 1997 ”Strategic Assets, Capital Structure , and firm
performance.” Journal of financial and Strategic decisions, Vol
10,no.3, fall, hal: 23-36.
Lopez, Jose and Fransisco Sogorb. 2008 “Testing Trade-Off and Pecking
Order Theories Financing SMEs”. Small Business Economics. Vol. 31,
pp 117- 136
31
Sujianto, Agus Eko. 2001. Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi
Struktur Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Manajemen Universitas
Gajayana Malang. Vol. 2. No. 2. Hal. 125-138.
Prasad D., G.D. Bruton, dan A.G. Merikas, 1997, Long Run Strategic
Capital Structure, ” journal of Financial and Strategics Decisions, Vol.
10, No.1 Spring, Hal, 47-58.
32