Professional Documents
Culture Documents
Sejumlah tulisan yang ditampilkan pada Jurnal Pendidikan Dasar edisi Oktober 2008 ini, berupa hasil
penelitian lapangan maupun kepustakaan yang difokuskan kepada konteks pendidikan, khususnya pendidikan
dasar. Tulian dan hasil pikiran yang kesemuanya menunjukkan kepedulian terhadap perkembangan pendidikan
dasar, diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas dalam pelaksanaan teaching
learning, yang pada akhirnya dapat memberikan dampak terhadap kualitas proses dan hasil pendidikan.
Lely Halimah, menampilkan hasil penelitiannya berjudul Pemberdayaan Lingkungan Sebagai Sumber
Belajar dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Berbahasa Indonesia Siswa Kelas 4 Laboratorium UPI
Kampus Cibiru dalam kesimpulannya antara lain menyebutkan bahwa perkembangan kosa kata mempunyai
epranan yang sangat penting bagi perkembangan kemampuan berbahasa pada siswa sekolah dasar. Nina
Sundari, menampilkan tulisan hasil penelitian berjudul Pemanfaatan Media Peta dalam Upaya Meningkatkan
Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar, hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan media secara
efektif dapat meningkatkan kebermaknaan dalam proses pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Tini Rustini,
menampilkan hasil penelitian berjudul Penerapan Model Problem Solving untuk Meningkatkan Pengembangan
Potensi Berfikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Tatat Hartati, hasil penelitiannya berjudul Peranan Bahasa dalam Penelitian di Perguruan Tinggi,
menyimpulkan bahwa kedudukan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia akan kekal dan kokoh jika ditunjang
dengan penelitian-penelitian yang berkualitas secara bersama-sama. Rustono, dkk, menuliskan hasil penelitian
berjudul Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Menerapkan Strategi Strategi Pembelajaran Melalui Lesson
Study di Sekolah Dasar.
Dadan Djuanda, menuliskan hasil penelitian tentang Penerapan Pendekatan Komunikatif dan Pendekatan
Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, mendeskripsikan bagaimana pendekatan komunikatif dan
pendekatan terpadu dilaksanakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VI SD Sukamaju Sumedang.
Nurdina Hanafiah menampilkan hasil penelitiannya berjudul Pengembangan Decision Making Model dalam
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, menyimpulkan bahwa model ini mempunyai potensi yang cukup baik
untuk diterapkan sebagai alternative pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Maulana, menuliskan hasil penelitian
berjudul Pendekatan Metakognitif sebagai Alternatif Pembelajaran Matematika untuk meningkatkan kemampuan
berfikir kritis mahasiswa PGSD, menyimpulkan bahwa proses ini mempunyai kelemahan berkaitan dengan
waktu pelaksanaan dan kemampuan guru untuk lebih menggali informasi yang actual karena decision making
process model intinya pembelajaran yang diarahkan untuk menumbuhkembangkan kreativitas dan berfikir
kritis siswa.
Beberapa tulisan yang tampil untuk memperkaya jurnal edisi kali ini adalah; Dindin Abdul Muiz Lidinillah,
Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah di Sekolah Dasar, Supriadi, Penggunaan Kartun Matematika dalam
Pembelajaran Matematika, dan Yahya Sudarya, Project Based Learning dalam pembelajaran Evaluasi Belajar
mahasiswa PGSD.
Oktober 2008
REDAKSI
Halaman
Pemanfaatan Media Peta dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran Pengetahuan Sosial (10 - 13)
di Sekolah Dasar
Nina Sundari
Penerapan Model Problem Solving untuk Meningkatkan Pengembangan Potensi Berpikir Siswa (14 - 17)
Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Tin Rustini
Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Menerapkan Strategi Pembelajaran Melalui Lesson Study di (21 - 27)
Sekolah Dasar
Rustono W.S.
Studi Tentang Penerapan Pendekatan Komunikatif dan Pendekatan Terpadu dalam Pembelajaran (28 - 32)
Bahasa Indonesia di Kelas VI SD Negeri Sukamaju
Kabupaten Sumedang
Dadan Djuanda
Pengembangan Decision Making Model (Model Pembuatan Keputusan) dalam Pembelajaran IPS di (33 - 38)
SD Kelas 6
Nurdinah Hanifah
Pendekatan Metakognitif Sebagai Alternatif Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan (39 - 45)
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD
Maulana
Konstruktivisme, Konsepsi Alternatif dan Perubahan Konseptual dalam Pendidikan IPA (62 - 64)
Tatang Suratno
Abstract
Based on the preliminary study, it is shown that the teaching and learning process of Bahasa Indonesia in the
4th grade of SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru is not yet conducive to develop the Indonesian language skill of the
students. One of the sources of the problem is that the teaching and learning process of bahasa Indonesia applied
by the teacher refers to only one source for one semester, which is the text book. Consequently, the students seems
unenthusiastic in attending to the teaching and learning process, and don’t have a chance to actively participate and to
communicatively use Indonesian language, so that the language skills of the students are not well developed. In such
condition, some efforts are required to improve the quality of the teaching and learning process, in order to increase the
quality of the result.
To overcome this condition, a classroom activity/treatment research is conducted --a kind of reflexive research
performed by giving certain treatments to improve or and to increase the class activities in a more professional way.
In general, the objectives of this research is to increase/enhance the quality of the process and the result of teaching
Bahasa Indonesia by way of developing creativity of the teachers’ in exploiting the students’ surroundings as learning
sources.
To achieve the objectives of the research, the procedures are generally referred to the classroom research
activity, as in Lewin’s Model (Elliot, 1991), and in particular develop the procedure of PTK adaptation of Hopkins, 1993),
which includes planning, performing, observation, and reflection. In accordance with the procedures, this research is
developed into three cycles, of which each cycle develops different themes. For instance, cycle 1 develops the theme
of Newspaper, which is then developed/extended into three actions. Cycle 2 develops the theme of Houseplants, which
is then developed/extended into three actions. Cycle 3 develops the theme of School Library, which is then developed/
extended into two actions. The focus of each action of utilizing the environment as learning source is giving the students
a chance to actively participate by using the language in a communicative way.
The conclusions of the research are as follows: (1) the utilization of the environment as an effective learning
source, by giving the students a chance to interact/get involved with various learning sources, the people, the materials,
the equipments, the techniques, as well as the environment itself, (2) the conducive activities of the students, by giving
the students the assignments that encourage them to use the language in a communicative way, such as interviewing,
descriptive writing on their object of observation, and (3) the impact of utilizing the environment as learning source,
which is shown by the gradual improvement of the students’ language skills, which include listening, speaking, reading,
and writing. As shown by the statistic, out of 16 respondents of this research, in cycle 1 action 1, there are only 6
students (37,5%) with good listening skill. But in cycle 3 action 2, there are 12 students (75%). And in cycle 1 action
1, there are only 4 students (25%) with good speaking skill. But in cycle 3 action 2, there are 10 students (62,5%).
Similarly, in cycle 1 action 1, there are only 9 students (56,25%) with good reading skill. But in cycle 3 action 2, there
are 11 students (68,75%). And finally, in cycle 1 action 1, there are only 5 students (31,25%) with good writing skill. But
in cycle 3 action 2, there are 10 students (62,5%).
Suggestion for future researchers is that the utilization of the environment as an effective learning source for the
development of the students’ language skills requires good and constructive planning in preparing and providing the
materials, media, methods, and other sources existing in the surroundings, as well as the evaluation.
P
endidikan bahasa Indonesia di sekolah dasar sehingga masalah kemampuan berbahasa khususnya
bertujuan mengembangkan kemampuan kemampuan baca-tulis atau literasi (melek huruf)
berbahasa Indonesia siswa sesuai dengan menurut Azies dan Alwasilah (1997: 12) dan Akhadiah
fungsi bahasa sebagai wahana berpikir dan wahana (1992: 18) di seluruh dunia masalah literasi atau melek
berkomunikasi untuk mengembangkan potensi intelektual, huruf ini merupakan persoalan manusiawi sepenting dan
emosional, dan sosial. Bahasa sangat fungsional dalam semendasar persoalan pangan dan papan. Untuk itu,
kehidupan manusia, karena selain merupakan alat maka menurut Gani (1995: 1) proses pendidikan bahasa
komunikasi yang paling efektif, berpikir pun menggunakan sejak di sekolah dasar harus mampu mewujudkan lulusan
Abstrak
Penelitian ini berjudul “Pemanfaatan Media Peta dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran Pengetahuan Sosial
di Sekolah Dasar”, merupakan Penelitian Tindakan Kelas di SD Negeri Cibiru X kelas IV Kecamatan Cileunyi Kabupaten
Bandung. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran dan
meningkatkan aktivitas data kreativitas siswa dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kebermaknaan menerapkan proses pembelajaran dengan
menggunakan media peta. Manfaat proses penelitian ini, dapat meningkatkan kinerja guru dalam melakukan perubahan
untuk perbaikan guna meningkatkan kualitas pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.
Metode penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Proses penelitian dilakukan secara kolaboratif
antara guru dan peneliti sebagai mitra penelitian. Bentuk penelitian ini adalah model siklus yang dilakukan sebanyak
lima kali pengamatan dan tindakan, yang terdiri dari beberapa fase pengamatan kegiatan pembelajaran. Prosedur
pelaksanaannya mengacu kepada model yang dikembangkan oleh Kemmis, Mc. Taggart, dan Hopkin’s, setiap siklusnya
terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar adalah sebagai salah satu mata pelajaran yang bertujuan meningkatkan
dan menumbuhkan pengetahuan, kesadaran dan sikap sebagai warga negara yang bertanggung jawab,menuntut
pengelolaan pembelajaran secara dinamis dengan mendekatkan siswa kepada realitas objektif kehidupan.
Proses penelitian dengan menggunakan media peta, berhasil dilakukan guru yang ditunjukkan dengan
meningkatnya kualitas pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Beberapa perubahan dan peningkatan
kualitas pembelajaran dapat ditunjukkan oleh guru dalam pengembangan strategi, meliputi pengorganisasian materi,
pemilihan metode dan media, serta evaluasi di dalam proses maupun terhadap hasilnya. Keberhasilan pembelajaran,
secara nyata dapat dilihat dari pola interaksi guru dan siswa yang menunjukkan meningkatnya minat, partisifatif aktif
siswa selama mengikuti pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) pembelajaran dengan menggunakan media peta, guru telah meniciptakan
lingkungan belajar dan strategi yang membangkitkan keterlibatan siswa secara fisik, mental dan emosional, 2)
pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar dengan menggunakan media peta, peran serta siswa menjadi lebih
meningkat, 3) penggunaan media peta secara efektif dapat meningkatkan kebermaknaan dalam proses pembelajaran
Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.
Proses dan hasil studi ini dapat direkomendasikan kepada berbagai pihak yang terkait, khususnya bagi guru
sekolah dasar, diharapkan dapat menjadi modal pengembangan untuk meningkatkan mutu unjuk-kerja profesional guru
di lapangan. Bagi sekolah, proses dan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengelolaan dalam rangka meningkatkan
kualitas pembelajaran Pengetahuan Sosial
D
alam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 dengan tujuan Pendidikan IPS mempunyai arah yang
tentang sistem Pendidikan Nasional sama, yaitu pembentukan warga negara yang mampu
(SISDIKNAS) pasal 3 dirumuskan bahwa hidup secara demokratis (citizenship education).
tujuan Pendidikan Nasional berfungsi: Pendidikan IPS merupakan salah satu mata pelajaran
Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak yang dapat memberikan wawasan pengetahuan yang
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka luas mengenai masyarakat lokal maupun global sehingga
mencerdaskan kehidupan bangsa, betujuan untuk mampu hidup bersama-sama dengan masyarakat lainnya.
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi untuk mencapai tujuan tersebut, sekolah dasar sebagai
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang lembaga formal dapat mengembangkan dan melatih
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, potensi diri siswa yang mampu melahirkan manusia
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta yang handal, baik dalam bidang akademik maupun
bertanggungjawab.
dalam aspek moralnya. Demikian pula dengan Kurikulum
Abstrak
Penerapan model problem solving untuk meningkatkan pengembangan potensi berpikir siswa dalam Pembelajaran
IPS Di Sekolah Dasar ini dilakukan di SD Negeri Marga Endah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi dengan tujuan
yang akan dicapai dalam kegiatan ini adalah agar guru bisa meningkatkan kemampuannya dalam menerapkan model
problem solving untuk meningkatkan pengembangan potensi berpikir siswa pada pembelajaran IPS di sekolah dasar.
Manfaat penelitian lainnya adalah dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan perubahan pembelajaran
Pendidikan IPS di kelasnya, sehingga dapat menumbuhkan motivasi, dan partisipasi siswa terhadap pembelajaran
IPS.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat partisipatorik dan kolaboratif
antara guru dan mitra penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran, Proses penelitian berlangsung
empat siklus, dengan kegiatan pokok perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan refleksi. Dalam proses penelitian
berlangsung telah terjadi perubahan meningkatnya kemampuan kerja guru dalam mengelola pembelajaran menjadi
lebih effektif. Pembelajaran yang dikembangkan guru dengan menggunakan variasi strategi, metode, media serta
evaluasi pembelajaran benar-benar bermakna. Manfaat untuk siswa dapat dilihat dari meningkatnya aktifitas dan
kreatifitas siswa selama mengikuti pelajaran.
Kesimpulan hasil penelitian tindakan ini adalah 1) penerapan model problem solving dengan strategi yang
dikembangkan guru secara bervariasi melalui pembelajaran IPS dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa
secara kreatif dan menyeluruh; 2) penerapan model problem solving melalui pembelajaran IPS yang dikembangkan
guru, mampu meningkatkan proses belajar siswa kelas V melalui aktivitas, motivasi dan kreativitas hingga berimplikasi
pada hasil belajar yang lebih baik
Kata Kunci: Pendidikan IPS, Tujuan Pendidikan IPS, Potensi Berpikir & Pemecahan Masalah, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kemampuan Berpikir, Pengertian Problem Solving; Proses Belajar Mengajar Pendidikan IPS dan
Penerapan Model Problem Solving
P
endidikan Dasar merupakan cikal bakal dengan penerapan CBSA, siswa diharapkan akan lebih
pendidikan yang akan banyak menentukan mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar
kualitas pendidikan pada jenjang berikutnya, dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari
perlu mendapatkan perhatian yang serius. Keberhasilan dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang
menangani masalah pendidikan dasar merupakan langkah terdapat disekitarnya. Selain itu siswa diharapkan dapat
strategis untuk membenahi sistem pendidikan pada level terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara teratur, kritis,
diatasnya dan pada gilirannya akan menyentuh sistem tanggap dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari,
pendidikan nasional. Suwarma (1999:43). serta lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari
dan mengembangkan informasi yang bermakna baginya.
Untuk mencapai tujuan pendidikan IPS di Sekolah
Dasar hendaknya dikembangkan proses pembelajaran Sebagaimana tersirat pada fungsi dan tujuan
yang mengacu pada proses pencapaian tujuan tersebut. pendidikan IPS di SD, guru dituntut membawa siswa
Pada rambu-rambu GBPP IPS SD dikemukakan oleh kepada kenyataan hidup sebenarnya yang dapat dihayati,
Depdikbud (1994-1995) bahwa dalam pelaksanaan ditanggapi, dianalisa dan akhirnya dapat membina
pembelajaran, guru hendaknya menerapkan prinsip kepekaan sikap mental, keterampilan-keterampilan dalam
belajar aktif, yaitu yang melibatkan siswa aktif baik fisik, menghadapi kehidupan nyata. Dengan begitu semua
mental (pemikiran dan perasaan) sosial serta sesuai potensi siswa dapat dikembangkan. Pengembangan
dengan tingkat perkembangan dan lingkungan anak. Hal potensi siswa melalui pengajaran IPS dapat dioptimalkan.
Abstrak
Dalam perspektif pengembangan suatu perguruan tinggi, riset merupakan elemen strategis yang memberikan
dukungan besar bagi pengembangan universitas itu sendiri maupun bagi pengembangan kemajuan suatu bangsa
secara keseluruhan. Bagi universitas maju, riset merupakan pilar utama untuk peningkatan kualitas institusi dan citra
sebagai universitas maju dan terkemuka di dunia. Dengan demikian universitas tak ragu-ragu menginvestasikan
Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) untuk kajian berbagai bidang ilmu dengan mendirikan
Pusat-pusat Kajian seperti: Pusat Kajian Pendidikan, Pusat Kajian Sains, Pusat Kajian Bahasa dan sebagainya. Pusat-
pusat kajian tersebut pada beberapa negara terbukti telah memberikan keutungan besar bagi universitas di samping
dapat mengangkat peringkat suatu perguruan tinggi minimal masuk dalam urutan daftar 500 kampus berkualitas di
dunia.
Ada 4 indikator utama pemeringkatan 500 kampus terbaik tersebut, yang salah satunya adalah frekuensi publisitas
penelitian secara internasional. Indikator lainnya adalah: penilaian sejawat, jumlah mahasiswa dan dosen asing, rasio
dosen dan mahasiswa. Dengan demikian kualitas penelitian merupakan “benchmaking” maju mundurnya sebuah
institusi bernama perguruan tinggi.
Salah satu sarana untuk pengembangan penelitian adalah bahasa. Tanpa penggunaan bahasa yang baik, benar
dan komunikatif; sebaik apapun penelitian tidak akan mencapai sasaran.Demikian pula pengembangan bahasa yang
baik akan kukuh jika disokong oleh peneliti an yang baik. Untuk menghasilkan kinerja penelitian yang baik, maka
data, logika dan bahasa yang digunakan seharusnya selaras antara peneliti dan pengguna hasil penelitian/pembaca.
Penggunaan bahasa yang baik dalam penelitian secara langsung akan turut meningkatkan kedudukan bahasa Indonesia
di era global terutama di lingkungan pengguna bahasa serumpun, yaitu beberapa negara Asean.
P
ada umumnya bidang penelitian merupakan salah building) perguruan tinggi dalam melaksanakan
satu misi dari berbagai misi sebuah perguruan penelitian dan pengembangan universitas, termasuk
tinggi di samping menyelenggarakan pengajaran pengabdian kepada masyarakat dan kreativitas
dan pengabdian kepada masyarakat (Undang-undang mahasiswa guna peningkatan kualitas perguruan
Sistem Pendidikan Nasional, 2003). Fungsi perguruan tinggi.
tinggi pada hakikatnya adalah, menghimpun,memelihara b. Memfasilitasi kegiatan penelitian dan pengabdian
dan mentrasfer budaya, nilai-nilai dan pengetahuan umat kepada masyarakat dan kreativitas mahasiswa
manusia dari generasi ke generasi. Dengan perkataan perguruan tinggi secara proporsional dan kompetitif.
lain perguruan tinggi tidak saja dituntut untuk mentrasfer c. Mendorong berkembangnya kerja sama antara
pengetahuan melalui proses pengajaran, tetapi juga perguruan tinggi dengan perguruan tinggi nasional
dituntut untuk mampu menghimpun dan menggali maupun internasional juga dengan pihak industri dan
pengetahuan baru melalui penelitian dan pengembangan masyarakat dalam pengembangan dan penerapan
(research and development). Iptek (ilmu pengetahuan &teknologi), termasuk
Dalam dekade 20 terakhir, perguruan tinggi telah bidang usaha (entrepreneurship) dan kreativitas
merumuskan paradigm baru dalam mencapai kualitas mahasiswa.
pendidikan bertaraf dunia yaitu dengan menjadikan d. Mendukung penyebarluasan (diseminasi) hasil-hasil
universitas sebagai universitas riset yang lazimnya penelitian dan pengembangan serta perlindungan
memiliki research center dan research institute. Tujuan Hak Kekayaan Intelektual.
dari pusat-pusat riset tersebut antara lain:
Abstrak
Artikel ini didasarkan pada hasil penelitian tentang penerapan Lesson Study untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa menerapkan strategi pembelajaran di sekolah dasar. Lesson Study ini dilaksanakan untuk mahasiswa
karyawan semester VII kelas interes matematika program studi S-1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya di SDN I
Pengadilan Kota Tasikmalaya. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemikiran dan pengalaman bahwa bimbingan
mengajar bagi mahasiswa S-1 karyawan belum berjalan dengan baik padahal sebagai mahasiswa yang telah menjadi
guru memerlukan pengetahuan dan pengalaman baru dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif. Oleh
karena itu, perlu program bimbingan bagi mahasiswa yang secara khusus meningkatkan keterampilan melakukan
pembelajaran yang inovatif. Salah satu model bimbingannya adalah Lesson Study. Permasalahan dalam penelitian
ini adalah bagaimana merancang dan melaksanakan Lesson Study di sekolah dasar sebagai model bimbingan untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa menerapkan strategi pembelajaran. Tujuan utama dari penelitian ini adalah
untuk memperoleh data tentang usaha meningkatkan kemampuan mahasiswa menerapkan strategi pembelajaran
dengan Lesson Study di sekolah dasar. Penelitan ini menggunakan model penelitian tindakan dalam bentuk Lesson
Study itu sendiri dengan subjek penelitian 7 orang mahasiswa, 5 orang guru dan tim peneliti sendiri. Pengumpulan data
menggunakan teknik observasi dan pengisian angket. Teknik pengolahan data menggunakan teknik deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian antara lain adanya peningkatan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan strategi pembelajaran
juga respon yang baik dari mahasiswa dan guru mengenai pelaksanaan Lesson Study di sekolah dasar.
D
alam rangka meningkatkan mutu pendidikan di program pembelajaran di Lembaga Pendidikan Tinggi
Indonesia diperlukan upaya yang serius untuk Keguruan (LPTK), Lesson Study dapat digunakan sebagai
meningkatkan kualitas guru. Seorang guru model bimbingan mengajar bagi mahasiswa. Di sisi lain,
memiliki peran yang paling besar dalam upaya inovasi Lesson Study dipandang dapat menggairahkan inovasi
serta peningkatan mutu pendidikan melalui inovasi dalam pembelajaran di sekolah karena semua pihak terlibat dan
proses pembelajaran. Peningkatan mutu pendidikan berkonsentrasi ke arah perbaikan.
dapat dimulai dengan meningkatkan mutu guru dalam Untuk mengetahui sejauhmana efektifitas
mengajar dan berprilaku profesional. Berbagai penataran pelaksanaan Lesson Study, maka kami melakukan
dan pelatihan guru menjadi salah satu bentuk dari upaya sebuah penelitian dengan metode Penelitian Tindakan
tersebut walaupun kurang membekas dalam keseharian (Action Research) yang dilakukan terhadap mahasiswa
aktivitas guru. Hal inilah yang mendasari perlunya PGSD UPI Kampus Tasikmalaya. Pada dasarnya, Lesson
perbaikan yang menitikberatkan kepada kondisi riil di Study dapat dikategorikan sebagai kegiatan penelitian
lapangan, mulai dari kondisi di kelas, sekolah, dan guru. tindakan, sehingga Lesson Study dilakukan sekaligus
Pelaksanaan sertifikasi guru sebagai amanat dari Undang- untuk mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan dan
undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan mendeskripsikan masalah-masalah yang terjadi selama
Dosen diharapkan berperan dalam peningkatan kualitas kegiatan Lesson Study serta pengaruhnaya terhadap
pendidikan. kualitas bimbingan kemampuan mengajar mahasiswa.
Suatu model pembinaan guru untuk mencapai Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
kualitas pembelajaran di sekolah adalah Lesson Study. “Bagaimana merancang dan melaksanakan Lesson
Lesson Study adalah ”model pembinaan profesi pendidik Study di sekolah dasar sebagai model bimbingan untuk
melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan meningkatkan kemampuan mahasiswa menerapkan
berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas strategi pembelajaran?”
dan mutual learning untuk membangun komunitas
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan pendekatan komunikatif dan pendekatan
terpadu dilaksanakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia (BI) di kelas VI SD Sukamaju Sumedang.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi kasus kualitatif. Rancangan ini dipilih karena sesuai dengan
karakteristik penelitian, yaitu kasus pembelajaran BI di kelas VI SD Sukamaju Sumedang yang dilakukan oleh seorang
guru pengajar BI dalam menerapkan Pendekatan Komunikatif dan Pendekatan Terpadu. Penelitian ini mempunyai ciri
latar yang alami sebagai sumber langsung data penelitian karena pengajaran BI berlangsung secara alamiah di dalam
kelas.
Data penelitian ini diambil dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran, dan
penilaian hasil belajar yang dilaksanakan oleh guru pengajar BI kelas VI di SD Sukamaju Sumedang. Data dikumpulkan
dengan (1) Angket, (2) Wawancara, (3) Catatan Lapangan,(4) Studi Dokumentasi, dan (5) Observasi. Dari komponen
RPP yang dijadikan data menunjukkan bahwa penerapan pendekatan komunikatif telah dilaksanakan dengan kategori
baik. Demikian juga dengan penerapan pembelajaran terpadu dapat dikatakan telah dilaksanakan dengan kategori
baik.
Data dari komponen pelaksanaan pembelajaran menunjukkan data sebagai berikut. Semua bentuk interaksi PBM
yang dilaksanakan guru telah menerapkan PK. Interaksi PBM didominasi oleh siswa dan semua kegiatan komunikasi
ada di pihak siswa. Interaksi yang terjadi adalah interaksi dua arah dan interaksi multiarah dan kebanyakan interaksi
yang ditemukan adalah interasksi dua arah. Dalam PBM ini guru hanya berfungsi sebagai komonikator, motivator, dan
fasilitator. Dalam interaksi PBM 8 kali tatap muka hanya dalam 4 kali tatap muka guru telah menerapkan PT. Sisanya,
yaitu 4 kali tatap muka guru belum menerapkan PT.
Teknik penyajian materi yang digunakan oleh guru telah menerapkan PK. Guru telah memilik teknik penyajian
materi yang menggiring siswa agar aktif berkomunikasi. Di samping itu, guru telah menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, menyiapkan materi yang bervariasi, sehingga medorong siswa belajar dan menggunakan BI secara
nyata. Dari 8 kali tatap muka , hanya 3 kali tatap muka guru menggunakan teknik penyajian materi dengan menerapkan
PT. Dalam 5 kali tatap muka lainnya guru tidak menggunakan teknik penyajian materi yang menerapkan PT. Ada 30
kegiatan evaluasi (KE) pengajaran BI yang dilakukan guru selama 8 kali tatap muka. Dari ke-30 KE tersebut, dalam
25 KE guru telah menerapkan PK dan 5 KE belum menerapkan KE. Selama 8 kali tatap muka, hanya dalam 3 kali
tatap muka guru menyajikan KE dengan menerapkan PT. Selanjutnya, yaitu dalam 5 kali tatap muka lainnya guru tidak
menyajikan KE yang menerapkan PT.
Kata Kunci: Pendekatan Komunikatif (PK), Pendekatan Terpadu (PT), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
S
aat ini, pembelajaran Bahasa Indonesia pada mampu berkomunikasi menggunakan bahasa target
lembaga pendidikan formal mulai dari SD memiliki faktor-faktor penentu komunikasi yang perlu
sampai dengan SLTA. tidak lagi bertujuan diperhatikan. Faktor-faktor tersebut meliputi siapa
mengajarkan bahasa secara teoretis, yaitu mengetahui berbicara dengan siapa, tujuan, tempat, waktu, konteks
tentang bahasa tetapi mengembalikan pembelajaran kebudayaan dan suasana, jalur dan media, peristiwa
bahasa kepada fungsi bahasa yang sebenarnya yaitu bebahasa (Utari,1988:93). Di samping itu, Kurikulum
untuk berkomunikasi. KTSP mempertegas bahwa dalam penyajian materi
bahasa , aspek-apek kebahasaan harus diajarkan secara
U
ndang-undang No. 20 tahun 2003 tentang pembelajaran yang berfokus pada pengajar (Instructur-
Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan Centered Learning) Aris Pongluturan (1999:157). Hal
bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar ini disebabkan guru tidak lain dalam proses belajar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan mengajar itu hanya menyajikan pengetahuan yang
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif ada yang harus dihafalkan dan diketahui peserta didik
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan (Ansyar dalam Laode 1999:4). Fenomena ini sudah
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, berkembang dipersekolahan sejak lama khususnya
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dalam pembelajaran IPS dimana pembelajaran IPS lebih
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara cenderung transfer materi saja sehingga memunculkan
(UUSPN : Pasal 3 ayat 1). Maka dapat kita katakan bahwa anggapan dibenak masyarakat khususnya peserta didik
melalui usaha pendidikan, dapat menghasilkan manusia bahwa pelajaran IPS kurang menantang, bidang studi
paripurna yaitu mengembangkan manusia seutuhnya, yang menjemukan, sehingga menurunkan minat anak
yang berkembang baik pisik, mental intelektual maupun untuk lebih memperdalam mempelajari pelajaran IPS.
semangatnya dimana ketika peserta didik menyelesaikan Kejadian tersebut tidak lepas dari kemampuan guru
setiap satu jenjang pendidikan tertentu dinyatakan yang belum mengembangkan kemampuan berpikir siswa
telah memiliki kemampuan untuk dapat menyelesaikan kearah materi yang sifatnya problematic yang memerlukan
masalah – masalah yang dihadapi secara mandiri serta siswa berpikir kritis dalam melihat fenomena-fenomena
mampu berdiri sendiri tanpa mengantungkan hidupnya yang terjadi di lingkungan sekitarnya untuk kemudian
pada orang lain. Mengingat dengan pengetahuan dan memutuskan sesuatu dalam rangka memecahkan
keterampilan yang dimilikinya, peserta didik diharapkan masalah.
dapat menghadapi berbagai tantangan yang semakin Seperti kita pahami, pelajaran IPS, dipersekolahan
besar, seiring dengan perkembangan jaman. seharusnya lebih menekankan pada pengembangan
Mendidik adalah menciptakan sistem lingkungan potensi siswa dalam berbagai gatra yang bersifat
yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar. pragmatis-praktis yang menyangkut diri dan
Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen kehidupannya, mengingat tujuan IPS untuk setiap jenjang
yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional adalah mengembangkan kecerdasan warganegara yang
yang ingin dicapai, materi yang diajarkan guru dan disini diwujudkan melalui pemahaman, dan keterampilan sosial
siswa harus didorong ikut memainkan peran serta aktifnya dan intelektual serta partisipasi dalam memecahkan
dalam proses belajar mengajar. permasalahan lingkungan IPS merupakan perwujudan
Dari hasil penelitian yang dilakukan Lippit dan dari satu pendekatan interdisipliner dari pelajaran Ilmu-
K. Whitedan Richard Anderson (dalam Idochi Anwar, ilmu sosial. Pelajaran IPS merupakan, studi mengenai
1996:93) disimpulkan bahwa pada saat mengajar akan pelajaran yang berhubungan dengan pengaturan dan
dijumpai betapa kompleksnya fungsi mengajar itu kita akan pengembangan, masyarakat dan manusia yang menjadi
menghadapi beberapa variable yang kompleks karena anggota masyarakat, Studi mengenai manusia di
itu kita perlu mengatur strategi dalam mengajar. Adapun masyarakat dimasa kini, sekarang dan akan datang, Studi
variabel yang dimaksud adalah : 1) Tujuan ; 2) siswa dan yang mempelajari interaksi manusia untuk membantu
latar belakangnya, 3) isi serta struktur pelajaran, 4) biaya siswa memahami diri mereka dan yang lainnya dalam
mengajar, 5) persyaratan dan set –up lembaga. suatu masyarakat yang berbeda tempat dan waktu,
sebagai individu dan kelompok.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa salah satu
kenyataan dalam pendidikan dewasa ini adalah semakin Seringnya terdengar ungkapan bahwa pelajaran IPS
menurunnya peran guru dalam proses pengembangan merupakan pelajaran yang tidak lebih dari menyampaikan
potensi peserta didiknya karena berbagai alasan, informasi saja tidak menantang dan menjemukan,
proses belajar mengajar IPS maka penelitian ini dibatasi perkiraan bagi informasi yang diperoleh dengan
pada “bagaimana pengembangan Decision Making eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
Process Model (model pembuatan keputusan) dapat memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi
meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS kelas semua variable yang relevan. Berdasarkan metodologi
6”. penelitian maka diperoleh hasil:
Masalah pokok makalah di atas, dikembangkan
dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut : Proses pembelajaran IPS yang dilaksanakan oleh
1. Bagaimana proses pembelajaran IPS yang guru dalam rangka mengembangkan Decision Making
dilaksanakan oleh guru dalam rangka mengembangkan Process Model (model Pembuatan Keputusan)
Decision making Process Model (model Pembuatan Setelah mengikuti pembelajaran Decision Making
Keputusan) ? Process Model selama empat kali pertemuan, ditemukan
2. Seberapa besar peningkatan kompetensi siswa bahwa, pembelajaran Decision Making Process
setelah dilaksanakan pembelajaran dengan Model adalah kegiatan pembelajaran yang sangat
menggunakan Decision making Process Model dalam menyenangkan, karena kegiatan tersebut diindikasikan
pembelajaran IPS? melibatkan peserta didik yang terlihat dari pembelajaran
3. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan yang tidak ceramah terus, tetapi juga melakukan suatu
Decision making Process Model dalam pembelajaran diskusi berkaitan dengan masalah-masalah sosial yang
IPS ? ada di masyarakat, dalam pembelajaran materi tidak
4. Kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran hanya terpaku pada buku teks tapi lebih mengkontekstual,
IPS yang mengembangkan Decision making Process karena guru mengaitkan konsep-konsep yang ada dalam
Model (model Pembuatan Keputusan) pembelajaran dengan kondisi riil siswa dan masalah
sosial. Pembelajaran ini dapat menumbuhkembangkan
keterampilan sosial peserta didik yaitu berkerjasama,
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat saling toleransi, berkomunikasi dan juga menghargai
pada gambar 2: pendapat sesama kawan. Berdasarkan hasil pengamatan
maupun wawancara dengan guru, penulis akan mencoba
Hasil dan Pembahasan menganalisis kinerja guru maupun tanggapan guru
terhadap penerapan pembelajaran dengan menggunakan
Penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi
Decision Making Process Model temuan penelitian
eksperimental) yaitu suatu penelitian eksperimen yang
menunjukkan bahwa kinerja guru sejak menyusun
bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan
tencana sampai penerapan pembelajaran nampak
Abstract
This study is focused at revealing some efforts in improving students’ critical thinking skill through metacognitive
approach in mathematics learning. The research is urged to conduct with consideration that critical thinking skill is a
must for students in tertiary level; nonetheless, reality shows that critical thinking skill among students in tertiary level can
be considered as low. This is an experimental study with randomize pretest-posttest control group design. The subjects
of the research are students of PGSD Kampus Sumedang West Java province as the experiment group and students
of PGSD Kampus Serang Banten province as the control group. In teaching and learning process, experimental group
was treated with metacognitive approach meanwhile control group was treated conventionally. The instruments involved
to obtain the data are critical thinking skill test, students’ attitude scale-questionnaire, interview guidance, observation
sheet, and fill-in list for lecturers. Data analysis were performed both quantitatively and qualitatively. Quantitative analysis
was applied to the test result to display the difference of means between two sample groups. Qualitative analysis was
applied to explain teaching and learning activity, students’ attitude and lecturers’ attitude toward the process of teaching
and learning. The result has shown that: (1) students’ critical thinking skill is improved better among them who were
taught by metacognitive approach comparing to those who were taught by conventional approach; (2) Metacognitive
approach is effective in improving the critical thinking skill of high-achiever, middle-achiever as well as low-achiever
students in experiment group; (3) Students’ activities were also improved in quality; (4) Both students and lecturers have
positive and strong-supported attitude toward the learning.
B
erpikir merupakan satu keaktifan pribadi dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika di
manusia yang mengakibatkan penemuan sekolah ataupun perguruan tinggi, yang menitikberatkan
yang terarah kepada suatu tujuan. Berpikir pada sistem, struktur, konsep, prinsip, serta kaitan yang
juga merupakan suatu kegiatan mental untuk membangun ketat antara suatu unsur dan unsur lainnya. Matematika
dan memperoleh pengetahuan. Dalam suatu proses dengan hakikatnya sebagai ilmu yang terstruktur dan
pembelajaran, kemampuan berpikir peserta didik dapat sistematis, sebagai suatu kegiatan manusia melalui
dikembangkan dengan memperkaya pengalaman yang proses yang aktif, dinamis, dan generatif, serta sebagai
bermakna melalui persoalan pemecahan masalah. ilmu yang mengembangkan sikap berpikir kritis, objektif,
Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dan terbuka, menjadi sangat penting dikuasai oleh peserta
dikemukakan oleh Tyler (Mayadiana, 2005) mengenai didik dalam menghadapi laju perubahan ilmu pengetahuan
pengalaman atau pembelajaran yang memberikan dan teknologi yang begitu pesat.
kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh Kenyataannya, seperti yang diungkapkan oleh Begle
keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah, (Darhim, 2004), Maier (1985) dan Ruseffendi (1991),
sehingga kemampuan berpikirnya dapat dikembangkan. tidak dapat dipungkiri bahwa anggapan yang saat ini
Betapa pentingnya pengalaman ini agar peserta didik berkembang pada sebagian besar peserta didik adalah
mempunyai struktur konsep yang dapat berguna dalam matematika bidang studi yang sulit dan tidak disenangi.
menganalisis serta mengevaluasi suatu permasalahan. Hanya sedikit yang mampu menyelami dan memahami
Salah satu kemampuan berpikir yang termasuk matematika sebagai ilmu yang dapat melatih kemampuan
ke dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis.
Abstrak
Pemecahan masalah merupakan suatu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat dikembangkan melalui
pembelajaran matematika di sekolah dasar. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting dikuasai oleh siswa
sekolah dasar tidak hanya dalam kemampuan pemecahan masalah matematika, tetapi agar siswa mampu memecahkan
masalah dalam bidang lain melalui cara berpikir matematis. Guru perlu memperhatikan berbagai aspek pembelajaran:
perencanaan, proses pembelajaran, penilaian, pemilihan media atau alat peraga dalam pembelajaran pemecahan
masalah sehingga siswa memiki kemampuan memecahkan masalah yang baik.
P
embelajaran matematika di sekolah dasar guru terdesak dengan waktu terbatas sehingga tidak fokus
tidak hanya diarahkan pada peningkatan terhadap kemampuan pemecahan masalah.
kemampuan siswa dalam berhitung, tetapi juga
diarahkan kepada peningkatan kemampuan siswa dalam Tulisan ini berusaha untuk menggali tentang
pemecahan masalah (Problem Solving), baik masalah pemecahan masalah dan pembelajarannya di sekolah
matematika maupun masalah lain yang secara kontekstual dasar. Oleh karena itu, topik-topik permsalahan dalam
menggunakan matematika untuk memecahkannya. Hal tulisan ini adalah : masalah dan pemecahan masalah
ini didorong oleh perkembangan arah pembelajaran matematika; pembelajaran pemecahan masalah
matematika yang digagas oleh National Council of
Teacher of Mathematics di Amerika pada tahun 1989 yang matematika di sekolah dasar; dan problematika
mengembangkan Curriculum and Evaluation Standards pembelajaran pemecahan masalah di sekolah dasar
for School Mathematics, dimana pemecahan masalah
dan penalaran menjadi tujuan utama dalam program
pembelajaran matematika di sekolah dasar. Perubahan MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH
paradigma pembelajaran matematika ini kemudian MATEMATIKA
diadaptasi dalam kurikulum di Indonesia terutama mulai Masalah Matematika
dalam Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006.
Mata pelajaran matematika diantaranya bertujuan agar Suatu masalah biasanya memuat situasi yang
peserta didik memiliki kemampuan pemahaman konsep, mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan
penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus
gagasan, dan memiliki sikap menghargai kegunaan dikerjakan untuk menyelesaiknnya. Jika suatu masalah
matematika dalam kehidupan (BSNP, 2006). diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut dapat
mengetahui cara penyelesainnya dengan benar, maka
Dari tujuan pembelajaran matematika di sekolah soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah.
dasar tersebut, nampak bahwa pemecahan masalah Sesuatu dianggap masalah bergantung kepada orang
menjadi fokus penting dalam pembelajaran matamatika yang menghadapi masalah tersebut disamping secara
impilisit suatu soal bisa memiliki karakteristik sebagai
sehingga secara jelas terdapat pada kurikulum mata masalah.
pelajaran matematika mulai jenjang sekolah dasar sampai
Moursund (2005:29) mengatakan bahwa seseorang
sekolah menengah. Dalam setiap standar kompetensi, ada dianggap memiliki dan menghadapi masalah bila
salah satu kompetensi dasar yang mengarahkan siswa menghadapi 4 kondisi berikut ini:
untuk mampu menggunakan konsep-konsep matematika 1. Memahami dengan jelas kondisi atau situasi yang
dalam menyelesaikan masalah. sedang terjadi.
Pelaksanaan pembelajaran masalah di sekolah 2. Memahami dengan jelas tujuan yang diharapkan.
dasar tidaklah semudah yang diperkirakan. Ada banyak Memiliki berbagai tujuan untuk menyelesaikan
masalah dan dapat mengarahkan menjadi satu tujuan
faktor yang menghambat terlaksananya pembelajaran penyelesaian.
pemecahan masalah secara optimal, tidak hanya faktor
Abstrak
The study concerns focus to problem: How far influence application of cartoonn mathematic in learning mathematics
for develop to produce learn student in school? The goal study concerns for know influence application of cartoon
mathematic learning matematics in school for develop produce learn student with for able image about respons student
at application of cartoon mathematic.
The general hypothesis in study concerns is student learn with cartoon mathematic best increase produce learn
than student with conventional learn. The study concerns use experimental method, instrument a test, question,
interview, journal and observation.
The result calculation are mean experiment student high than control student.This Mean experiment is 49,45 and
control student is 34,42. At significant level 0,01 experiment student produce learn increase than control student. The
conclusion of study concerns are (1) Application cartoon mathematics in learning mathematic have influence to produce
learn.(2) For Student,Iearn with cartoon mathematic increase effective than conventional learn (3) Student give good
respons to cartoon mathematic because new in learning mathematic and their became happy in learn mathematic.
The result of study concerns, I suggestion so that cartoon mathematic can use by teacher for chosen tools in learn
mathematic,because all topic mathematic can explain with cartoon mathematic.Teacher can join with cartoonist for
make cartoon mathematic.
P
embaharuan dalam pengertian kependidikan data Internasional Achievement Education (IEA), yang
merupakan suatu upaya lembaga untuk menyebutkan bahwa siswa SD di Indonesia menempati
menjembatani masa sekarang dan masa yang peringkat ke-¬38 dari 39 negara peserta; kemampuan
akan datang dengan jalan memperkenalkan program siswa SMP dalam matematika menempati peringkat ke-
kurikulum atau metodologi pengajaran yang baru sebagai 39 dari 42 negara peserta. Data dari Third International
jawaban atas perkembangan internal dan eksternal dalam Mathematics and Science Study¬ Repeat(TIMSS-R) juga
dunia pendidikan yang cenderung mengejar efisiensi dan mengungkapkan bahwa kemampuan matematika siswa
efektivitas(Wijaya,19998:2). SMP di negara kita berada pada peringkat ke-34 dari
keseluruhan 38 negra peserta (Mullis,1999,2004).
Pembaharuan di bidang pendidikan harus terus-
menerus dilaksanakan sejalan dengan perkembangan ilmu Selain itu pelajaran matematika masih dianggap
pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian menuntut sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit dan pada
para pendidik untuk menyesuaikan pengajarannya pada umumnya siswa mempunyai anggapan bahwa matematika
perkembangan tersebut. Hal ini sejalan dengan apa merupakan pelajaran yang tidak disenangi. Seperti yang
yang dikatakan Riseffendi(1991:21),”Kehidupan di dunia dikemukakan Ruseffendi (1984:15),”Matematika (ilmu
ini berubah, teknologi berubah, masyarakat berubah, pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata
pengajaran berubah, semuanya berubah. Untuk dapat pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan pelajaran
menyesuaikan pengajarannya dengan peruhahan itu, yang paling dibenci.”
guru harus dapat mengikuti perkembangan itu”. Hasil belajar sangat ditentukan sekali oleh
Matematika merupakan salah satu bidang keberhasilan siswa dalam belajar. Namun keberhasilan
pengajaran yang harus mengalami pembaharuan tersebut tidak hanya ditentukan oleh faktor siswa saja,
menuju perbaikan. Dalam pengajaran matematika di tetapi juga oleh faktor di luar siswa, antara lain adalah
sekolah-sekolah terdapat masalah-masalah yang perlu faktor guru. Dalam hal yang sama Ruseffendi(1991:8)
diperbaiki. Kenyataan-kenyataan berikut menunjukkan mengemukakan bahwa keberhasilan siswa dalam
Abstrak
Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran untuk mahasiswa-guru (studying while teaching) memerlukan pendekatan
yang dapat mengintegrasikan antara aspek teoritis dan praktis. Pendekatan Project-based Learning dikembangkan
untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa-guru untuk menentukan permasalahan evaluasi pembelajaran,
mengeksplorasi khazanah teoretis, mengindentifikasi ragam praktik evaluasi serta merefleksikannya. Untuk
mendukung aktivitas tersebut maka desain perkuliahan Evaluasi Pembelajaran dibagi ke dalam empat fase (persiapan;
implementasi; seminar; dan penutup) beserta desain evaluasi perkuliahan. Penelitian ini mencoba menggali aspek dari
pengembangan perkuliahan Evaluasi Pembelajaran dengan pendekatan Project-based Learning beserta efektivitas
dan pengaruhnya terhadap capaian mahasiswa-guru.
P
erkuliahan Evaluasi Pembelajaran tahun 2006) yang sesuai dengan karakteristik dari mahasiswa-
akademik 2008/2009 melayani mahasiswa-guru guru tersebut.
PGSD –yaitu mahasiswa yang sudah mengajar
atau guru yang sedang melanjutkan studi (studying Pengembangan pendekatan perkuliahan Evaluasi
while teaching). Karakteristik dari mahasiswa pada Pembelajaran menekankan pada penyediaan kesempatan
program multimoda pendidikan guru seperti itu adalah kepada mahasiswa yang sudah mengajar untuk
para mahasiswa -yang notabene adalah guru- pada mengeksplorasi aspek teoretis sekaligus merefleksikan
tataran tertentu telah memahami dasar teoritis dan telah praksis yang selama ini mereka lakukan. Dari berbagai
melakukan praktis evaluasi pembelajaran (Jyrhama et al.,
2008). Hal ini berarti para mahasiswa tidak terlalu asing kajian tentang strategi perkuliahan maupun pelatihan
lagi dengan materi perkuliahan Evaluasi Pembelajaran untuk para praktisi, salah satu pendekatan yang mendekati
yang akan diberikan. konsepsi tersebut adalah pendekatan projek atau dikenal
Mempertimbangkan karakteristik mahasiswa tersebut sebagai Project-based Learning (Bhattacharya et al.
maka sifat dari perkuliahan Evaluasi Pembelajaran adalah 2006). Suratno et al. (2007) menyatakan bahwa Project
dapat mengungkapkan permasalahan dan kesenjangan based Learning merupakan suatu pendekatan pengajaran
dari integrasi teori dengan praktik evaluasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip konstruktivisme,
(Brattacharya et al., 2006; Beveridge & Archer, 2006). problem solving, inquiry-riset, integrated studies dan
Pemikiran ini dipandang dapat memberikan ruang kepada refleksi yang menekankan pada aspek kajian teoretis dan
mahasiswa untuk melakukan perbandingan antara aplikasinya. Dalam pendekatan Project-based Learning,
teori yang didapat diperkuliahan dengan praksis yang mahasiswa mengembangkan suatu projek baik secara
sering guru –mereka dan teman sejawatnya- lakukan individu maupun berkelompok untuk menghasilkan suatu
di lapangan (Jyrhama et al., 2008). Namun demikian, produk –misalnya portofolio (Azam & Iqbal, 2006) atau
berdasarkan pengamatan dan pengalaman terdahulu, jurnal (Clarke, 2003) yang hasilnya kemudian disajikan
beberapa dosen belum banyak yang mengoptimalkan dan direvieu. Untuk menunjang kegiatan Project-
potensi dari mahasiswa-guru tersebut. Dalam pandangan based Learning perkuliahan maupun pelatihan dapat
mahasiswa-guru, dosen cenderung menekankan aspek menggunakan berbagai sumber/resources termasuk
teoretis sehingga kurang mengeksplorasi aspek praksis diantaranya adalah pengamatan lapangan (Suratno
secara seimbang (c.f Azam & Iqbal, 2006). Oleh karena et al., 2008) maupun refleksi kegiatan (Clarke, 2003).
itu, tantangannya adalah mengembangkan pendekatan Penerapan Project-based Learning dapat memfasilitasi
perkuliahan yang dapat menyeimbangkan antara aspek tingkat kemandirian partisipan (Suratno et al., 2007) serta
teori dengan praktik serta mengintegrasikan cakupan dari menumbuhkan tingkat pencapaian dan kinerja mahasiswa
(Beveridge & Archer, 2006). Informasi tersebut mendasari
Abstrak
Konstruktivisme memandang bahwa pembelajaran merupakan proses membangun pengetahuan yang dilakukan
individu. Dalam pembelajaran terjadi interaksi antara apa yang sedang diajarkan dengan apa yang sudah diketahui.
Konstruktivisme memandang penting faktor pengalaman siswa yang berupa pengetahuan dan keyakinan yang dibawa
siswa ke dalam pembelajaran yang cenderung membentuk miskonsepsi/alternative conception. Oleh karena itu, guru
berperan dalam menghubungkan (linking), memonitor (monitoring) dan mengarahkan (directing) proses membangun
pengetahuan, sementara siswa mengenali (recognise), memadukan (integrate), memperluas (extend), mengevaluasi
(evaluate) dan merekonstruksi konsepsinya. Dalam hal ini, pembelajaran dipandang sebagai proses perubahan
konseptual. Tulisan ini membahas implikasi perspektif konstruktivisme dan fenomena riset alternative conception
movement (ACM) yang mendasari pandangan pembelajaran sebagai membangun pengetahuan melalui proses
perubahan konseptual.
Konstruktivisme dan Fenomena Riset pendidikan sains adalah merebaknya penelitian mengenai
Alternative Conception Movement alternative conception atau lazim dikenal sebagai
K
onstruktivisme memandang bahwa alternative conception movement (ACM).
pengetahuan individu merupakan hasil dari Fenomena penelitian ACM sebenarnya diilhami
proses membangun pengetahuan berdasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh Piaget (1920-an)
pengalaman dalam sistem kognisi individu. Dalam berkenaan dengan pemahaman anak mengenai dunia/
pembelajaran, konstruktivisme memandangnya sebagai alam di sekitarnya melalui metode wawancara klinis serta
suatu proses sosial [wacana] membangun pengetahuan disertasi Driver yang mencoba memasukannya ke dalam
[yang ilmiah] yang dipengaruhi oleh pengetahuan awal, konteks kelas (Gunstone, 2002b). Driver & Easley (1978,
pandangan dan keyakinan peserta didik serta pengaruh Wandersee, 1994) membagi dua macam penelitian
pendidik (Tobin et al., 1994; Gunstone, 2002a). Akan mengenai konsepsi alternatif yaitu kajian nomothetic
tetapi, seringkali pengetahuan awal dan pandangan siswa (penyimpangan dari konsep standar) dan kajian idiographic
bersifat miskonsepsi/salah pengertian ataupun berupa (pemahaman mengenai obyek maupun peristiwa). Kajian
alternative conception/pengertian alternatif. Penggunaan nomothetic memunculkan beragam istilah seperti naïve
istilah alternative conception ketimbang miskonsepsi conception ataupun istilah yang lazim dikenal sebagai
pada tema penelitian konseptual (conceptual research) miskonsepsi. Biasanya kajian nomothetic menggunakan
ini dilandasi keluasan istilah tersebut ketimbang istilah tes tertulis, bersifat kuantitatif dan menggunakan
miskonsepsi (bisa disimak pada bagian kajian nomothetic inferensi statistik. Kajian idiographic memunculkan istilah
dan idiographic). Sumber alternative conception bisa pupil’s ideas, children’ science/view/understanding,
berasal dari diri siswa, masyarakat, sumber bacaan dan commonsense theories ataupun yang dikenal sebagai
guru. Alternative conception dipandang sebagai faktor alternative conception. Biasanya mengkaji pandangan
penting - penghambat bagi pembelajar dan rujukan bagi siswa tentang obyek dan fenomena serta dianalisis
guru, dalam pembelajaran dan pengajaran sains (Osborne berdasarkan terminologi yang siswa gunakan. Metode
& Freyberg, 1985). yang diadopsi adalah metode yang biasa digunakan oleh
Constructivism deals with questions of knowledge-what
antropolog, bersifat naturalistik serta subyeknya sedikit
knowledge is and where it comes from…I prefer to call it a
tetapi mendalam.
theory of knowing rather than a theory of knowledge. Mengapa konstruktivisme memandang penting
(von Glasersfeld, 1992).
alternative conception dan mengapa ACM begitu
mendunia terutama dalam periode 1980-1990an?
Konstruktivisme memandang penting alternative Setidaknya terdapat tujuh klaim utama yang mendasari
conception yang dimiliki dan diyakini siswa, dikarenakan: ACM (Wandersee et al., 1994) meliputi:
(1) konsepsinya berbeda dengan konsep ilmiah; (2)
sifatnya laten, terus dipergunakan siswa dan cenderung 1. Siswa membawa berbagai konsepsi mengenai obyek
sukar diubah; dan (3) sukar dideteksi oleh guru (Osborne dan fenomena alam dan seringkali tidak sesuai dengan
& Freyberg, 1985). Dalam merespon pandangan ini, konsep ilmiah. Guru sebaiknya memiliki pengetahuan
implikasi perspektif konstruktivisme dalam penelitian mengenai konsepsi siswa.