You are on page 1of 62

2009-02-20

Contoh Karya Tulis Global Warming

Penelitian Terhadap Kebenaran Pemanasan


Global
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Semenjak manusia pada jaman purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah
mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah kita
kenal dengan berbagai jaman seperti jaman meolitikum, neolitikum. Peradaban manusia
telah mengalami kemajuan sampai sekarang. Selama perkembangan itu, manusia
menjalani kehidupan bergantung pada pertanian dan agrikultur. Dengan orientasi
kehidupan tersebut, manusia selalu berusaha menjaga dan melestarikan lingkungannya
dengan sebaik-baiknya yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia pula.
Dan pada saatnya, perkembangan manusia telah mengalami jaman revolusi industri yang
menggantungkan kehidupan manusia pada bidang perindustrian. Dengan orientasi hidup
tersebut, dunia agrikultur pun mengalami kemunduran perlahan-lahan. Nilai-nilai
kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan
lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan dampak baik positif
maupun negatif.
Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada
masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah dampaknya bagi
lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh
para pelaku industri seperti pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan
kapasitas besar dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi
lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada
akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia serta manusia dan
kehidupannya.
Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang terbesar bagi
lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang dilakukan dan telah
berkembang pesat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia dan
sering disebut sebagai Global Warming. Namun, masalah Global Warming sebagai
masalah lingkungan ini masih diperdebatkan kebenarannya oleh beberapa pihak yang
menganggap Global Warming adalah alasan yang diciptakan untuk membatasi laju
perkembangan perindustrian. Walaupun masih terdapat perdebatan mengenai kebenaran
keadaan Global Warming di antara para ahli lingkungan tersebut, namun masalah Global
Warming ini tidaklah dapat dipungkiri untuk diteliti dan ditelaah lebih lanjut demi
kelangsungan kehidupan manusia.
Untuk itu, Karya Tulis yang dibuat ini akan memperlihatkan dan menjelaskan kebenaran
mengenai masalah pemanasan Global ini dengan berdasarkan studi literature dari
berbagai sumber yang terpercaya dan kompeten. Pembahasan dan penjelasan yang
dilakukan pun akan ditinjau dari sudut pandang pihak yang pro dan pihak yang kontra.
Dalam Karya Tulis ini pun akan menyajikan fakta-fakta yang memperkuat keberadaan
masalah pemanasan Global ini.

B. Identifikasi Masalah
Timbulnya masalah pemanasan Global yang merupakan masalah lingkungan ini, telah
menimbulkan berbagai macam pertanyaan dalam hubungannya dengan sebab,
keberadaan dan efek atau dampak yang diakibatkan dari pemanasan Global tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan seputar masalah pemanasan Global ini dapat diuraikan seperti
dalam beberapa point berikut:
1. Apakah pemanasan Global selalu memberi dampak buruk?
2. Apakah pemanasan Global akan meningkatkan frekuensi terjadinya badai?
3. Apakah penyebab terbesar dari terjadinya Global Warming adalah emisi manusia dari
“efek rumah kaca” (“green house effect”)?
4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir,
kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yang ekstrim?
5. Apakah emisi karbon dioksida yang berasal dari pembakaran fosil merupakan
penyebab terbesar dari perubahan cuaca?
6. Apakah ada keuntungan potensial yang dapat diakibatkan dari peningkatan
temperatur?

Pemanasan Global ini mengakibatkan berbagai dampak baik positif maupun negatif.
Tanpa adanya pemanasan Global, tidak akan ada kehidupan di dunia, karena suhu di
bumi yang rendah dan manusia tidak akan bisa hidup dalam kondisi suhu yang rendah.
Pemanasan Global telah meningkatkan suhu bumi Fahrenheit. Namun,
pemanasan°sampai suhu rata-ratanya mencapai 60 Global menjadi permasalahan dan
yang masih menjadi perdebatan ketika konsentrasi gas efek rumah kaca dalam atmosfir
mengalami peningkatan. Akankah kondisi peningkatan konsentrasi gas ini menjadi
permasalahan yang harus mendapat perhatian lebih?

C. Perumusan Masalah
Dimulai dari jaman revolusi industri, konsentrasi gas karbon dioksida di atmosfer telah
meningkat hampir sebesar 30 %, konsentrasi gas metan meningkat hampir dua kali lipat,
dan konsentrasi NO2 berkurang sekitar 15 %. Peningkatan gas-gas ini menyebabkan
kemampuan atmosfer untuk menahan panas menjadi lebih besar. Sulfat aerosol, yaitu
polutan udara yang umum ditemui, mendinginkan atmosfer dengan merefleksikan
kembali radiasi cahaya dari matahari ke luar angkasa. Tetapi senyawa sulfat ini
mempunyai siklus umur yang pendek di atmosfer.
Mengapa konsentrasi gas efek rumah kaca dapat meningkat? Para ilmuwan berasumsi
bahwa pembakaran dari bahan bakar fosil dan beberapa aktifitas manusia yang memicu
dan menjadi penyebab utama meningkatnya konsentrasi karbon dioksida di atmosfer.
Respirasi dari tanaman dan proses dekomposisi bahan organic melepaskan karbon
diokasida sepuluh kali lebih banyak dari yang mampu dihasilkan oleh aktifitas manusia,
tetapi selama berabad-abad pelepasan karbon diokasida ini diimbangi dengan penyerapan
karbon dioksida oleh vegetasi terestial dan laut.
Yang menyebabkan keseimbangan ini terganggu adalah adanya pelepasan tambahan yang
disebabkan oleh aktifitas manusia. Bahan bakar fosil dibakar sebagai sumber energi
untuk menggerakan hampir seluruh peralatan manusia. Meningkatnya kegiatan
agricultural, penggundulan hutan, dibukanya area kosong sebagai tempat pembuangan,
produksi industri, dan pertambangan juga meningkatkan emisi dengan bagian yang cukup
signifikan.
Untuk meramalkan tingkat emisi yang akan terjadi di masa depan merupakan suatu tugas
yang sulit, karena hal itu bergantung kepada keadaan demografi, ekonomi, teknolofi,
peraturan dan perkembangan institusi. Beberapa peramalan telah dilakukan, dan hasilnya
memproyeksikan bahwa pada tahun 2100, konsentrasi karbon dioksida akan meningkat
sebesar 30% hingga 150% dari jumlah sekarang.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan secara umum dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh
manakah pemanasan Global ini telah terjadi? dan penyebab pastinya apa? Semua ini
masih merupakan tanda Tanya bagi manusia. Karena sampai sekarang manusia belum
mendapatkan penyebab pasti dari pemanasan Global ini dan manusia juga mau mencari
kebenaran mengenai efek dari pemanasan Global yang akan dialami oleh manusia
sendiri, makhluk hidup maupun lingkungan di sekitarnya. Jika pemanasan Global ini
terjadi maka efek yang ditimbulkan bukan hanya di alami oleh manusia saja tetapi juga
semua makhluk hidup di sekitarnya, seperti meningkatnya suhu di permukaan bumi
menyebabkan kekeringan, dengan demikian akibat dari kekeringan ini selain dialami
manusia juga oleh hewan dan tumbuhan dimana tumbuhan akan menjadi layu karena
kekurangan air atau dan sebagainya. Oleh karena itu melalui penelitian ini diharapkan
agar manusia dapat lebih mencegah aktivitas yang dapat menyebabkan terjadinya
pemanasan Global seperti mengadakan kegiatan rumah kaca, pembakaran zat-zat yang
dapat menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat, dan lain-lain.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat-manfaat yang dapat kita peroleh dari penelitian pemanasan Global ini
adalah :
• Untuk mengetahui secara jelas apakah itu pemanasan Global ?
• Untuk mengetahui penyebab terjadinya pemanasan Global
• Untuk mengetahui dampak secara umum yang akan dialami oleh manusia sendiri
maupun makhluk hidup dan lingkungan di sekitarnya.
• Untuk mengetahui efek yang akan dialami apabila terjadi perubahan iklim akibat dari
pemanasan Global
• Untuk dapat mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh manusia untuk dapat mencegah
lebih lanjut pemanasan Global tersebut.

Bab II
Kerangka Teori
A. Pengertian
Sebagai permulaan Karya Tulis ini dan untuk memudahkan pengertian dan persamaan
persepsi dalam identifikasi teori dan pembahasan selanjutnya. Berikut akan diuraikan
mengenai pengertian berbagai terminology yang digunakan.
1. Pengertian Global Warming atau Pemanasan Global
Global Warming secara harfiah diterjemahkan sebagai pemanasan Global. Terjadinya
pemanasan Global di bumi dimulai dari kenyataan bahwa energi panas yang dipancarkan
berasal dari matahari yang masuk ke bumi menciptakan cuaca dan iklim serta panas pada
permukaan bumi secara Global.
2. Pengertian Green House Effect atau Efek Rumah Kaca
Kondisi yang menyerupai akibat yang ditimbulkan dalam rumah kaca terjadi pula dalam
bumi ini, yaitu terperangkapnya energi dalam permukaan bumi oleh konsentrasi gas-gas
dalam lapisan atmosfir. Pada kenyataannya, pemanasan Global merupakan peningkatan
suhu bumi secara bertahap sebagai akibat dari peningkatan konsentrasi gas efek rumah
kaca dalam lapisan luar atmosfir. Dan ketika bumi meradiasikan kembali energi yang
diterimanya ke luar angkasa, sebagian dari energi matahari yang masuk ke bumi,
terperangkap dalam permukaan bumi akibat terhalang oleh gas-gas dalam atmosfir seperti
uap air dan karbon dioksida.
3. Pengertian Perubahan Cuaca
Peningkatan konsentrasi gas pada lapisan atmosfir telah mempercepat perubahan rata-rata
cuaca. Sejak abad 19 yang lalu sampai dengan abad 20, F. Dan°temperatur permukaan
bumi telah mengalami peningkatan 0.5 – 1.0 perkiraan peningkatan suhu permukaan
bumi rata-rata menurut para ahli C dalam 50 tahun mendatang°F atau 0.6-2.5 °akan
mencapai 1-4.5 tergantung pada wilayah di bumi.Pembuktiannya terlihat dalam
perubahan kondisi nyata yang terjadi dengan mancairnya salju pada Northern Hampshire
dan menurunnya es apung pada Samudra Arktik.
Secara Global, permukaan laut telah mengalami kenaikan lebih dari 4-8 inchi pada abad
lalu. Penguapan yang terjadi pada dunia telah meningkat sekitar 1% dan frekuensi
terjadinya hujan pun telah meningkat.
Gas-gas ditimbulkan dari berbagai macam kegiatan manusia, seperti kegiatan dalam
perindustrian dan pembakaran, akan terkonsentrasi dalam atmosfir dan akan
menyebabkan terperangkapnya energi matahari yang masuk ke dalam bumi. Energi yang
tidak teradiasi ini sama kondisi dengan yang terjadi pada rumah kaca, sehingga energi
tersebut akan tetap tersimpan dalam permukaan bumi dan menyebabkan pemanasan
Global pada permukaan bumi.
B. Penelitian yang Relevan
Untuk menyusun Karya Tulis ini, penulis mengambil referensi dari penelitian yang telah
dilakukan oleh berbagai pihak yang memang memiliki keahlian yang relevan, terutama
dalam topik ini adalah para pemerhati dan peneliti lingkungan. Berbagai penelitian telah
dilakukan secara internasional, karena memang masalah ini menyangkut manusia secara
keseluruhan, jadi tidak terbatas oleh negara dan ras.
Sebagai pemicu untuk memulai penelitian, ada beberapa pertanyaan yang harus dicari
jawabannya dalam penelitian yang akan dilakukan. Berikut ini adalah pertanyaan kunci
yang melandasi penelitian tersebut:
• Apa itu pemanasan Global?
• Apa bukti-bukti yang menyatakan bahwa pemanasan Global benar-benar terjadi? Dan
seberapa besar tingkat kepercayaan dan keakuratan dari bukti-bukti tersebut?
• Apa efek-efek yang dibawa oleh pemanasan Global?
• Apa bukti-bukti yang menyatakan bahwa pemanasan Global kemungkinan disebabkan
oleh gas-gas efek rumah kaca?
• Apa yang dapat dan harus dilakukan berkenaan dengan pemanasan Global, apabila hal
ini memang terjadi dan disebabkan oleh polutan-polutan di uadara dan emisi?
• Dan apabila pemanasan Global tidak terjadi, apakah ada alasan lain untuk
mengendalikan emisi polutan yang terjadi pada atmosfer bumi?

Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti di seluruh dunia akan
dijelaskan di bawah ini:
1. Pada tanggal 26/04/2002, Para ilmuwan menyatakan temperatur Global selama 3 bulan
pertama di tahun 2002 telah mengalami peningkatan, dan lebih tinggi dari temperatur
yang pernah dicapai buni dalam 1000 tahun terakhir. Penelitian ini dimotori oleh Dr.
Geoff Jenkins, direktur UK government’s Hadley Centre yang khusus meneliti dan
memprediksikan perubahan iklim dunia.
2. Pada tanggal 24/12/1999, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, James Baker,
sekretaris dari U.S. National Oceanic and Atmospheric Administration, bersamaa dengan
Peter Ewins, ketua dari British Meteorological Office, memperingatkan bahwa iklim
dunia berubah dengan cepat, dan manusia harus segera menindaki perubahan ini dengan
mencoba untuk mengurangi emisi karbon dioksida ke udara.
3. Pada tanggal 01/03/1999, American Geophysical Union, suatu badan keilmuan
internasional yang membawahi sekitar tiga puluh lima ribu ilmuwan yang
mengkhususkan diri pada penelitian tentang Bumi dan planet-planet mengeluarkan
pernyatan yang berani mengenai perubahan iklim dan hubungannya dengan gas-gas efek
rumah kaca. Pernyataan ini dikeluarkan setelah mengadakan serangkaian penelitian
mengenai pemanasan Global.
4. Pada tanggal 17/01/2002, didapatkan data dari statelit dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh NASA di Langley Research Centre, yang membantah pernyataan Richard
Lindzen, seorang skeptis, yang menyatakan bahwa pengurangan jumlah awan di daerah
tropis akan menyebabkan pendinginan terhadap bumi dan mengatasi pemanasan Global
yang mungkin terjadi. Hasil penelitian NASA menunjukkan bahwa awan-awan ini akan
memperkuat efek rumah kaca, dan memicu terjadinya pemanasan Global.
5. Pada tanggal 18/12/2001, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Organisasi
Meteorologi Dunia memperingatkan bahwa temperatur Global mengalami peningkatan
tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan waktu-waktu lalu.

D. Hipotesis

• Pemanasan Global memang benar-benar ada.


• Pemanasan Global telah lama terjadi.
• Pemanasan Global terjadi karena gas-gas yang dihasilkan seperti Co2,No2, dan lain-
lain.
• Adanya gas-gas seperti Co2 dan No2 menyebabkan radiasi sinar matahari yang sampai
ke bumi terperangkap karena efek rumah kaca.
• Adanya pemanasan Global menyebabkan suhu di permukaan bumi semakin lama
semakin meningkat.
• Dari penelitian yang telah dilakukan sejumlah ilmuwan, pemanasan Global membawa
dampak negatif bagi bumi.

Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas karunia-Nya karya tulis ini dapat
diselesaikan makalah. Tujuan penulisan karya tulis ini adalah
untuk menambah pengetahuan kepada pembaca mengenai “Global
Warming” atau beberapa informasi mengenai pemanasan Global
yang sedang terjadi saat ini. Penulis menyadari bahwa karya tulis
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini berguna bagi
kita semua.Jakarta, 09, Maret 2010

DAFTAR ISI
BAB I.
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang … … … … … … … … … … …

1.2 Latar Belakang Masalah Semenjak manusia pada jaman purbakala sampai dengan
jaman sekarang… … …

2. Indetifikasi Masalah… … … … …

3. Tujuan Masalah… … … ... … … …

4. Manfaat Pemanasan Global… … …

BAB II
5. ISI
PEMBAHASAN
5.1 Pengertian Pemanasan Global… ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
5.2 Pembatasan Masalah Pemanasan Global …
… ... ... ... ... ... ... ...

5.3 Penyebab Pemanasan Global


Hubungan Pemanasan Global dengan Efek Rumah Kaca… …
&nb sp; 5.3. 1 Apa itu, Gas Rumah Kaca … … … … …. … …
&nb sp; 5.3. 2 Efek umpan balik … … … … … … … … … …

5.4 Dampak Pemanasan Global… …


5.4. 1 Dampak Pemanasan Global secara dampak sosial dan politik

5.5 Akibat Pemanasan Global… …

5.6 Solusi Pemanasan Global… …


5.6. 1 Tips Untuk Menjadikan Bumi Kita Jadi Lebih Baik… …... ...
...

BAB. III
6. Kesimpulan
7. Penutup
8. Daftar Pustaka.

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1.1 Latar Belakang
Disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
pengajar. Makalah ini membahas tentang Pemanasan Global (Global Warming). Disini
berusaha menerangkan materi sebagai referensi agar dapat menyempurnakan topic yang
akan diperbicarakan.
1.2 Latar Belakang Masalah Semenjak manusia pada jaman
purbakala sampai dengan jaman sekarang.
Semenjak, manusia pada zaman purbakala sampai dengan zaman sekarang.
Mengalami banyaknya perubahan-perubahan yang telah terjadi sampai saat ini, dengan
banyak menghasilkan dampak positif maupun negative. Namun manusia selalu
mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya dengan yang kita
kenal, berbagai jaman seperti jaman meolitikum, neolitikum. Peradaban manusia telah
mengalami kemajuan sampai sekarang. Sehingga perkembangan itu, manusia menjalani
kehidupan bergantung pada pertanian dan agrikultur.
Dan pada saatnya, perkembangan manusia telah mengalami jaman revolusi
industri yang menggantungkan kehidupan manusia pada bidang perindustrian. Nilai-nilai
kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan
lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan dampak baik positif
maupun negatif. Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus
berlanjut pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah
dampaknya bagi lingkungan yang ada di sekitar manusia. Makalah ini disusun
berdasarkan tentang perbincangan yang sedang hangat dibicarakan
oleh dunia..
2. Indetifikasi Masalah Pemanasan Global.
Timbulnya masalah pemanasan global, merupakan masalah
lingkungan yang telah menimbulkan berbagai banyak macam
pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan seputar masalah pemanasan
global ini dapat meuraikan dalam beberapa bagian : Apakah
pemanasan global selalu memberikan dampak buruk???
3. Tujuan Masalah
Tujuan disusunya makalah ini secara umum adalah untuk mengetahui sejauh
mana pemanasan Global ini, Selain itu juga untuk membuka jendela tentang
permasalahan Pemanasan Global. Semua ini banyak pertanyaan-pertanyaan bagi
manusia karena sampai saat ini masih belum mendapatkan penyebab yang pastinya dari
Pemanasan Global. Harapan penulisan adalah agar makalah ini
bermanfaat bagi diri sendri dan mendapatkan segi positif, karena bisa
memberi ilmu kepada pembaca makalah ini tentang apa artinya
Pemanasan Global atau disebut (Global Warming).
4. &nb sp; Manfaat Penelitian
Manfaat – manfaat dari penelitihan Pemanasan Global, adalah • Untuk
mengetahui secara jelas apa Pemanasan Global itu. • Untuk mengetahui penyebab
terjadinya Pemanasan Global. • Untuk mengetahui dampak secara umum yang
akan dialami oleh manusia sendiri maupun makhluk hidup dan lingkungan di sekitarnya.
• Untuk mengetahui efek yang akan dialami apabila terjadi perubahan iklim akibat dari
Pemanasan Global. • Untuk dapat mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh
manusia untuk dapat mencegah lebih lanjut Pemanasan Global tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
5.1 Pengertian Pemanasan Global
Sebelum menginjak pada definisi perubahan iklim maka perlu diketahui istilah
pemanasan global. Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan
bumi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Gas
tersebut antara lain adalah karbon dioksida dan metana. Faktor utama penyebab makin
meningkatnya gas-gas tersebut adalah perkembangan teknologi yang tidak ramah di
lingkungan.
Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu
rata-rata Atmosfer, Laut , dan Daratan Bumi. Terjadinya Pemanasan global di bumi
dimulai dari kenyataan bahwa energi panas yang dipancarkan berasal dari matahari yang
masuk ke bumi menciptakan cuaca dan iklim serta panas pada permukaan bumi secara
global Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33
± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak
pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi
gas-gas rumah kaca, yang mengakibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca.
Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan
akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara. Akan tetapi,
masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang
dikemukakan IPCC tersebut.
Secara tidak langsung, Pemanasan global ini berpengaruh pada cuaca yang tidak
menentu. Suhu rata-rata permukaan bumi meningkat secara bertahap. Dari naiknya suhu
rata-rata tersebut, tingginya permukaan air laut juga berpengaruh. Pemanasan yang
berpusat di belahan utara bumi, menyebabkan es di kutub utara mencair. Dengan cairnya
es tersebut, debit air laut akan bertambah dan menyebabkan pulau-pulau rendah akan
tenggelam dan hilang. Hasil pertanian pun tidak luput dari pengaruh Pemanasan global.
Hujan atau kemarau yang terlalu panjang, menyebabkan sering terjadi banjir atau
kekeringan parah
5.2 Pembatasan Masalah Pemanasan Global
Apa Pemanasan global itu?? Secara singkat Pemanasan global peningkatan suhu rata-
rata permukaan bumi. Pemanasan global menyimpulkan dasar suhu-suhu udara
di lingkungan dunia ini semakin tidak teratur suhunya, hingga pemanasan yang
banyak mengakibatkan banyak musibah. Maka sejak diri, marilah mengurangin
pemakaian,misalnya tisu, kertas, plastik, dan bahan-bahan yang efeknya didaur
ulang. Menanam pohon, akan menyebabkan bumi ini akan bisa lebih membaik
dan polusi akan lebih berkurang.Ciptakan hidup sehat dan sayangin bumi kita,
bangunlah penghijauan dilingkungan yang sehat.
5.3 Penyebab Pemanasan Global
Pemanasan global terjadi adanya konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal
dengas gas rumah kaca yang terus bertambah diudara, disebabkan oleh tindakan manusia,
sehingga ada kegiatan industri, khususnya (CO2) dan chlorofluorocarbon, yang umumnya
dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi gas dan pengundullan hutan serta
pembakaran hutan secara liar atau yang illegal.
5.1.1 Apa itu GAS RUMAH KACA???
Atmosfer di bumi ini, terdiri dari bermacam-macam gas, dengan fungsi yang berbeda-
beda. Kelompok gas yang menjaga di permukaan bumi agar bumi kita agar tetap hangat
dengan istilah “Gas Rumah Kaca”, yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya
agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnya pun
akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. kita pada
dasarnya membutuhkan gas-gas tesebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya
5.1.2 Efek Umpan Balik
Pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Contoh adalah pada penguapan air. pemanasan pada awalnya akan
menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer.Oleh karena itu, uap air
sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah
jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini.
Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke
permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan.
Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena
awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional
dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam
Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada
pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif
(menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan
IPCC ke Empat
5.2 Dampak Pemanasan Global
Pemanasan global banyak banget untuk mengakibatkan dampak yang sangat luar
biasa dan serius bagi lingkungan Bio-geografis
Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan
muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan
permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan
kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan
penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare,
malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui
air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne
diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang
(ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim
ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri,
plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala
organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang
secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang
ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climat change)yang bis
berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang /
kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
5.1 Akibat Pemanasan Global
“Temperatur rata-rata permukaan naik 9,3 derajat fahrenheit (5,2 derajat celsius) sampai
2100,” kata beberapa ilmuwan di Massachusetts Institute of Technology (MIT),
dibandingkan dengan studi pada 2003 yang memproyeksikan temperatur rata-rata naik
4,3 derajat F (2,4 derajat C).
5.2 Solusi Pemanasan Global
Ada solusi untuk memghentikan untuk Global Warming dan Kita masih bisa melakukan
untuk menyelamatkan bumi kita tersayang.

1. &nb sp; Berhentilah atau mengurangin memakan daging

2. &nb sp; Batasilah emisi dan karbon dioksida


3. &nb sp; Tanamlah lebih banyak pepohonan atau penghijauan.

4. &nb sp; Daur Ulang dan daur ulang (Recycle dan Reuse)

5. &nb sp; Gunakan alat traspotrasi yang lebih alternatif untuk menguragin emisi
karbon

5.6 1 Tips Untuk Menyelamatkan Menjadi Bumi Kita Lebih baik,

• Makanan dan Minuman

- Makan dan masaklah bahan yang masih segar

- Beli produk lokal, dan nikmatin penghasilan pertanian lokal,

- Beli kemasan yang lebih murah, karena akan jauh lebih murah

- Tanamlah pohon disetiap ada kesempetan,

• Dalam Perkerjaan

- Makan siang di kantor

- Gunakan kertas lebih sedikit

- Gunakan e-Banking

• Di dalam Rumah

- Turunkan suhu Ac rumah Anda

- Memaksimalkan pencahayaan alam dari luar

- Kurangi waktu dalam membuka kulkas yang terlalu lama,


&nb sp;
· Mengemudi Kendaraan
- Gunakan mobil antar jemput untuk sekolah,
- Sewa mobil pada saat dibutuhkan,
- Matikan mesin kendaraan pada saat menunggu dimana pun,
- dll.
· Alat Kebersihan
- Pastikan setiap rumah memilikin sikluslasi udara yang baik,
BAB III
6. Kesimpulan
Jadi, Pemanasan Global bukan hanya memberikan dampak yang
positif bagi kehidupan tapi juga banyak memberikan dampak yang negative dan
menjadi sorotan utama bagi semua umat manusia.


Lijit Search

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL


22 01 2009

Latar Belakang

Setiap tanggal 22 April, masyarakat dunia khususnya masyarakat peduli lingkungan


memperingatinya sebagai Hari Bumi. Peringatan yang pertama kali dilakukan pada 22
April 1970 di Amerika Serikat atas prakarsa seorang senator yang bernama Geylord
Nelson itu, bagi pejuang lingkungan hidup merupakan momen untuk mendesak
masuknya isu lingkungan hidup dalam agenda tetap nasional dan mengingatkan manusia
akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup. Isu dunia tentang lingkungan yang
terhangat saat ini adalah masalah pemanasan global (global warming) dan akibat-
akibatnya bagi kehidupan manusia

Apa itu Pemanasan Global ?

Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan
daratan Bumi. Pada saat ini, Bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh para
ilmuan dianggap disebabkan aktifitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini adalah
pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang
melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke
atmosfer.
Diperkirakan, setiap tahun dilepaskan *18,35 miliar* ton karbon dioksida (18,35 milliar
ton karbon dioksida ini sama dengan 18,35 X 1012 atau 18.350.000.000.000/kg karbon
dioksida).Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi
insulator yang menahan lebih banyak panas dari Matahari yang dipancarkan ke Bumi.
Inilah yang disebut dengan Efek Rumah Kaca.

Rata-rata temperatur permukaan Bumi sekitar 15°C (59°F). Selama seratus tahun
terakhir, rata-rata temperatur ini telah meningkat sebesar 0,6 derajat Celsius (1 derajat
Fahrenheit). Para ilmuan memperkirakan pemanasan lebih jauh hingga 1,4 – 5,8 derajat
Celsius (2,5 – 10,4 derajat Fahrenheit) pada tahun 2100.

MASALAH

Karerna alasan tersebut kami mencoba untuk menuliskan makalah tentang pemansasan
global yang sedang terjadi pada saat ini, yang ditinjau dari segi umum/ilmiah dan
berdasarkan agama khususnya pandangan umat islam tentang pemanasan global (ditinjau
dari akibat pemanasan global, mengapa terjadi pemanasan global dan cara pencegahan
pemanasan global) Apa bila ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan, penulis
mohon maaf dan tolong dibenarkan terima kasih.

TUJUAN

- Agar kita bisa memperehatikan keadaan lingkungan kita

- Menambah pengetahuan tentang pemanasan global

- Mengetahui cara pencegahan pemanasan global

- dan bagaimana pandangan IPTEK dan agama tentang pemanasan global

KAJIAN PUSTAKA

Bahan-bahan makalah kami ambil dari situs-situs internet yang berbeda-beda agar supaya
data yang kami kumpulkan tentang materi pemanasan global bisa mendekati kejadian
yang sebenarnya telah terjadi dan bisa menyampaikan materi dengan baik. Untuk lebih
jelasnya nanti kami lampirkan pada daftar pustaka sumber-sumber yang kami ambil.

PEMBAHASAN

Menurut iptek tentang pemanasan global

Sebagian besar para ilmuawan telah mencapai suatu kesepakatan mengenai


fenomena yang terkenal dengan nama pemanasan global dan telah menjadi sorotan utama
masyarakat dunia sekarang. Selama setengah abad sekarang ini, gas rumah kaca CO2,
methan, nitrat oksida dan CFC dilepaskan ke atmosfir bumi dalam jumlah yang sangat
besar dan dengan konsekuensi yang sangat besar.
Menurut laporan panel antara pemerintahan antar perserikatan bangsa-bangsa/IPCC, telah
terjadi kenaikan suhu minimum dan maksimum bumi antara 0,5-1,5 derajat. Kenaikan itu
terjadi pada suhu minimum dan maksimum disiang hari maupun malam hari antara 0,5
sampai 2,0 derajat celcius atau temperature rata-rata global telah meningkat sekitar 0,6
derajat celcius (33 derajat F) diabandingkan dengan masa sebelum industri.

Jika emisi gas-gas berbahaya ini terus meningkat sesuai dengan kecenderungan
yang terjadi, konsentrasi gas rumah kaca akan lebih tinggi dan mencapai dua kali lipat
dari sebelum era industri pada tahun 2100. jika ini terjadi, maka konsentrasi gas rumah
kaca akan lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi selama jutaan tahun terakhir ini.
Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya temperature rata-rata global sebesar 2,5
derajat celcius, dengan peningkatan 4 derajat celcius di daratan. Angka tersebut
sepertinya kecil dan tidak berarti, tetapi ketika temperature permukaan bumi meningkat 4
derajat C, peningkatan ini sebenarnya cukup untuk mengakhiri zaman Es. Saat ini,
ketinggian lautan sudah meningkat karena blok-blok es di lautan mulai mencair. Para
ilmuawan mengatakan bahwa abad paling dalam millennium terakhir adalah abad ke-20.
tidak mengehrankan jika tinggi lautan selama abad ke-20 adalah sekitar 10 cm, dan
sebagian besar diantaranya terjadi pada abad ke-20.

Kenaikan suhu secara execeptional sangat mencemaskan dibandingkan dengan


bencana seperti banjir dan kekeringan karena kenaikan suhu tidak tergantung dari musim
dan bersifat lintas batas sehingga efek distruksinya besar. Selain dari itu, kenaikan suhu
durasinya lama dan polanya kontinu sehingga menguras totalitas energi. Berbeda dengan
banjir dan kekeringan, sekalipun polanya saat itu acak tetapi magnitude banjir besar
terjadi pada musim hujan dan magnitude kekeringan ekstrem terjadi pada puncak musim
kemarau.
Perubahan iklim sudah tidak lagi nmenyangkut kepentingan lingkungan hidup. Namun,
sudah meluas pada aspek keamanan pangan, ketersediaan air bersih, kesehatan
masyarakat, gangguan cuaca berupa badai yang kian meningkat intensitasnya serta
ancamannya. Intinya, resiko resiko yang dihadapi manusia naik tajam. Tidak hanya
mengarah pada kerusakan harta benda atau lingkungan, tetapi juga mengancam jiwa
manusia. Pemanasan global telah memicu peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan
melelehnya es di gunung dan kutub, berkurangnya ketersediaan air, naiknya permukaan
air laut dan dampak buruk lainnya.

Pemanasan global seperti dilaporkan 441 pakar Intergovernmental panel on


Climate change, 10 April 2007, menyebabkan naiknya suhu permukaan bumi lima tahun
mendatang berupa kegagalan panen, kelangkaan air, dan kekeringan. Diperkirakan asia
akan mengalami dampak yang paling parah, produksi pertanian tiongkok dan banglades
akan anjlok 30 persen, India akan mengalami kelangkaan air dan 100 juta rumah warga
pesisir akan tergenang.

Laju pemanasan global yang tidak terkendali akan makin mempercepat pencairan
es dikutub dan meningkatkan permukaan air laut secara drastic. Dampaknya, kawasan
pulau kecil dan pesisir makin tenggelam. Kemudian menimbulkan sedimentasi yang
menutup permukaan terumbu karang. Fenomena tersebut juga akan memicu tingkat
keasaman terumbu karang yang menimbulkan pemudaran (bleaching) hingga kepunahan
ekosistem tersebut akibat sedimentasi dan intensitas cahaya matahari yang berkurang.
Sifat perubahan Iklim tentu tidak mengenal batas Negara. Begitu pula distribusi dan
dampaknya, bahkan akan menimbulkan ketidakseimbangan dan ketidak adilan antar
Negara. Negara-negara industri adalah penyumbang terbesar gas rumah kaca yang
berdampak pada perubahan iklim, sedangkan Negara yang sedang berkembang yang
sedikit konstribusinya dalam fenomena pemanasan global ini justru terkena dampak yang
nyata. Oleh karena itu, semua pihak harus menyatakan perang melawan pemanasan
global dengan perannya masing-masing. Industri transportasi, ahli pertanian, aktifis
lingkungan, pemerintah hingga individu harus mengerem peningkatan pemanasan global.

Pemanasan global menjadi salah satu isu panas yang diangkat di pertemuan ilmiah
tahunan European Society Cardiology di Wina akhir September 2007, yang menyatakan
bahwa apabila pemanasan global tidak dapat dikontrol, akan menimbulkan masalah
kardiovaskular di tahun-tahun mendatang.
Dr Karin Schenk-Gustafsson dari Departemen Kardiologi, Institut Karolinska di Swedia,
bahkan dengan yakin menyatakan bahwa bila mana terjadi peningkatan suhu beberapa
derajat celcius dalam tempo 50 tahun kedepan, akan terjadi peningkatan insiden penyakit
kardiovaskular. Ia merujuk pada gelombang panas yang menyerang di kawasan eropa
pada tahun 2003, berdasarkan data rekam medik dari beberapa rumah sakit dilaporkan
terjadi kematian sebanyak 35.000 orang pada dua minggu pertama bulan Agustus. Di
Prancis saja terjadi hamper 15.000 kematian pada saat itu. Sebagian besar kematian
terjadi pada usia lanjut dan menderita penyakit jantung.

Sependapat dengan pemikiran tersebut, DR. Gordon Tomaselli, ketua Departemen


kardiologi di Universitas Johns Hopkins, menganalogikan proses aterosklerosis,
penumpukan kolesterol di dinding pembulu darah, ibarat proses akarat di mobil. Karat
akan mudah terjadi pada temperature yang lebih panas, demikian juga dengan
aterosklerosis.
Variasi musin terhadap factor resiko kardiovaskular, seperti tekanan darah, profil lipid,
dan factor pembekuan darah telah banyak diketahui. Namun demikian, namun demikian
manakah yang berdampak paling buruk terhadap jantung kita; temperature panas, dingin,
atau lebarnya variasi harian.

Mengutip laporan yang dipublikasikan di Environmental Health Perspectives Agustus


2003, di Denver, Colorado pada bulan juli dan Agustus tahun 1993 sampai denggan
1997, memperlihatkan peningkatan temperature berkaitan dengan peningkatan insidens
serangan jantung pada mereka yang berusia lebih dari 65 tahun.
Sebenarnya tubuh manusia memiliki kemampuan pengaturan agar menjaga suhu tetap
stabil pada kisaran fisiologis. Apabila suhu lingkungan mengalami peningkatan, maka
tubuh akan memproduksi keringat agar terjadi penguapan pada permukaan tubuh,
sehingga peningkatan suhu tubuh dapat di cegah. Selama proses tersebut, pembuluh
darah akan mengalami vasodilatasi (pembesaran diameter lumen) untuk mengirim darah
lebih banyak ke kulit tubuh, dimana temperature lebih dingin. Sebagai akibatnya, tekanan
nadi akan bertambah (takikardi) untuk mempertahankan curah jantung.

Penurunan tekanan darah berarti pengurangan suplai oksigen ke otot jantung, sedangkan
peningkatan denyut nadi adalah peningkatan demand. Kedua hal tersebut merupakan
kombinasi yang dapat membahayakan orang usia lanjut yang pada umumnya menderita
penyakit jantung koroner atau penderita lemah jantung. Di samping itu, keluar keringat
berlebihan akan menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi yang pada akhirnya
mempermudah kecenderungan terjadi gumpalan darah.

Berbagai laporan telah memperlihatkan bahwa perubahan iklim memiliki potensi besar
untuk menimbulkan masalah kardiovaskuler. Namun demikian, para pakar kesehatan
menyatakan bahwa terlalu banyak variable yang tidak diketahui yang mengaitkan antara
pemanasan global dengan penyakit jantung koroner atau aterosklerosis, sehingga sulit
untuk meramalkan dampaknya dikemudian hari. Harus diakui, bahwa hingga saat ini
belum ada satupun penelitian membuktikan bahwa cuaca yang panas secara langsung
dapat meningkatkan kecenderungan menderita aterosklerosis. Tampaknya, factor polusi
atau kualitas udara lingkungan akibat pemanasan global akan lebih banyak memegang
peran untuk terjadinya masalah kardiovaskular, dibandingkan peningkatan temperature
sendiri.

Para ahli klimatologi amerika sudah memprediksikan bahwa penyebab dari global
warming adalah karena bumi menyeraplebih banyak energi matahari dari pada yang di
pantulkan. Menurut mereka perbedaanya sangat_sangat fantastik 1 dibanding 7
Kesimpulan ini diambil dengan menggunakan stimulasi komputer mengenai data data
pemanasan pada permukaan buni dan laut. Data tersebut semakin menguatkan pendapat
para ahli tersebut
Para peneliti juga membandingkan energi tang masuk armosfer dengan energi yang di
pantulkan ke angkasa. Ini sangat sulit di lakukan karena itu para peneliti menggunakan
suhu permukaan laut
“Mengukur perubahan secara langsung sulit dilakukan, karena Anda harus mendeteksi
variabel tertentu dari sekian banyak variabel,” kata Gavin Smith, salah satu anggota tim
peneliti dari NASA.
“Tapi kami tahu berapa besar energi yang diserap lautan dari pengukuran selama puluhan
tahun melalui satelit maupun peralatan yang ditempatkan langsung. Didukung
pemahaman kami tentang atmosfer, hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa selama
ini terjadi ketidakseimbangan di atmosfer,” lanjutnya.
Caranya dengan memonitor suhu permukaan laut dari ribuan pelampung (buoys) yang
tersebar di berbagai lokasi. Data-data yang diambil dari berbagai tempat dimasukkan
dalam komputer dan merepresentasikan model iklim yang kompleks meliputi aktivitas
atmosfer, laut, angin, arus, gas, dan zat pencemar lainnya.

Dari simulasi tersebut tampak bahwa atmosfer bumi menyerap energi 0,85 watt per meter
persegi (secara keseluruhan setara dengan 7 triliun bola lampu 60 watt), lebih dari energi
yang dilepaskan kembali. Penyebabnya adalah efek rumah kaca yang terbentuk oleh
lapisan gas karbon dioksida. lapisan tersebut menyerap radiasi panas yang dipantulkan
bumi yang seharusnya dilepaskan ke ruang angkasa.
Menurut Gavin Schmidt, butuh energi yang besar untuk menghasilkan perubahan di
permukaan bumi. Meskipun demikian penyerapan energi telah berjalan dalam rentang
waktu yang lama.
Berdasarkan laporan Nasa, penyerapan energi sudah terlalu besar sehingga peningkatan
suhu bumi sebesar setengah derajat celcius tidak dapat dicegah kecuali manusia
menghentikan produksi gas rumah kaca.

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL

Jika tidak segera diatasi, maka kenaikan temperatur karena pemanasan global hingga
tahun 2100 akan mengakibatkan mencairnya es di kutub dan menghangatkan lautan, yang
mengakibatkan meningkatnya volume lautan serta menaikkan permukaannya sekitar 9 –
100 cm (4 – 40 inchi), menimbulkan banjir di daerah pantai, bahkan dapat
menenggelamkan pulau-pulau. Diantara 17.500 pulau di Indonesia, sekitar 4000 pulau
akan tenggelam.
Beberapa daerah dengan iklim yang hangat akan menerima curah hujan yang lebih tinggi,
tetapi tanah juga akan lebih cepat kering. Kekeringan tanah ini akan merusak tanaman
bahkan menghancurkan suplai makanan di beberapa tempat di dunia. Hewan dan
tanaman akan bermigrasi ke arah kutub yang lebih dingin dan spesies yang tidak mampu
berpindah akan musnah.

Di Indonesia sendiri, tanda-tanda perubahan iklim akibat pemanasan global telah lama
terlihat. Misalnya, sudah beberapa kali ini kita mengalami musim kemarau yang panjang.
Tahun 1982-1983, 1987 dan 1991, kemarau panjang menyebabkan kebakaran hutan yang
luas. Hampir 3,6 juta hektar hutan habis di Kalimatan Timur akibat kebakaran tahun
1983. Musim kemarau tahun 1991 juga menyebabkan 40.000 hektar sawah dipusokan
dan produksi gabah nasional menurun drastis dari 46,451 juta ton menjadi 44,127 juta ton
pada tahun 1990.

Pada tahun 2006, akibat pemanasan global terlihat dengan terlambatnnya musim
penghujan yang seharusnya sudah turun pada Oktober 2006. Namun hingga Desember
2006 hujan belum juga turun. Keterlambatan itu juga disertai dengan pendeknya periode
hujan, namun intensitasnya tinggi. Akibatnya banjir melanda Jakarta dan sekitarnya.

Pemanasan Global juga mengakibatkan siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk


(dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa) akan lebih singkat, sehingga jumlah
populasi akan cepat naik. Mengganasnya penyakit yang disebabkan oleh nyamuk
kemudian seolah menyebabkan jenis penyakit baru.

EFEK RUMAH KACA

Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan
sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet.

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2 ) dan
gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batubara dan bahan bakar organik lainnya yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.
Selain gas CO2 , yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida
(SO2 ), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2 ) serta beberapa senyawa
organik seperti gas metana (CH4 ) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut
memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

Energi yang masuk ke bumi mengalami : 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di
atmosfer 25% diserap awan 45% diadsorpsi permukaan bumi 5% dipantulkan kembali
oleh permukaan bumi

Proses Efek Rumah Kaca berawal dari sinar matahari yang menembus lapisan udara
(atmosfer) dan memanasi permukaan bumi. Permukaan bumi yang menjadi panas
menghangatkan udara yang tepat diatasnya. Karena menjadi ringan, udara panas tersebut
naik dan posisinya digantikan oleh udara sejuk. Tanpa Efek Rumah Kaca maka bagian
bumi yang tidak terkena sinar matahari akan menjadi sangat dingin seperti di dalam
freezer lemari es (-18°C)

Mekanisme yang sebenarnya menguntungkan kehidupan di bumi ini berbalik menjadi


sebuah ancaman tatkala manusia memasuki era industrialisasi (abad ke-18). Untuk
menunjang proses industri, manusia mulai melakukan pembakaran batu bara, minyak dan
gas bumi untuk menghasilkan bahan baker dan listrik.

Proses pembakaran energi dari bumi ini ternyata menghasilkan gas buangan berupa CO2.
Otomatis kadar lapisan gas rumah kaca yang menahan dan memantulkan kembali udara
panas ke bumi menjadi semakin banyak. Bumi pun semakin panas.

MENGURANGI EFEK RUMAH KACA

Satu sisi, Efek Rumah kaca dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan alam. Namun, Efek
Rumah Kaca yang berlebihan akibat aktifitas manusia akan berubah menjadi ancaman
untuk kehidupan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, ketika manusia menyadari bahwa
aktifitasnya telah mengakibatkan Efek Rumah Kaca yang berlebih, maka diperlukan
usaha yang sungguh-sungguh untuk menguranginya sehingga mencapai
keseimbangannya kembali.
Dunia masih mempunyai kesempatan realistis hingga 2010 guna menghindari sebagian
dari bencana meluas akibat pemanasan global (global warming). Demikian disampaikan
dua peneliti lingkungan dari Universitas Princeton dan Universitas Brown, Michael
Oppenheimer dan Brian O’Neill, di AS dalam suatu kajian yang dimuat Journal Science.

Sebuah laporan yang dikeluarkan di Cina pada tahun yang sama menyatakan ramalan,
suhu global Bumi bisa meningkat sampai 5,8 derajat Celcius sedikitnya pada akhir abad
ini. Pernyataan ini diperkuat pula oleh laporan lain dari NASA Goddard Institute for
Space Studies yang mengatakan, ambang CO2 meningkat dari angka satuan 280 ppmv
(/parts per million by volume/) pada tahun 1850 menjadi 360 ppmv pada tahun 2001.
Padahal, dalam kajian yang lain dikatakan, ambang CO2 di atmosfer harus dicegah untuk
tidak melebihi ambang 450 ppmv.

Para ilmuwan mempelajari cara-cara untuk membatasi pemanasan global. Kunci


utamanya adalah:

1.membatasi emisi CO2

Tehnik yang efektif untuk membatasi emisi karbon ada dua yakni mengganti energi
minyak dengan sumber energi lainnya yang tidak mengemisikan karbon dan yang
kedua penggunaan energi minyak sehemat mungkin.

2.Menyembunyikan karbon yang juga membantu mencegah karbon dioksida memasuki


atmosfer atau mengambil CO2 yang ada.

Menyembunyikan karbon dapt dilakukan dengan dua cara:

1. Di bawah tanah atau penyimpanan air tanah

Bawah tanah atau air bawah tanah bisa digunakan untuk menyuntikkan emisi CO2
ke dalam lapisan bumi atau ke dalam lautan. Lapisan bumi yang dapat digunakan
adalah penyimpanan alami minyak dan gas bumi di tambang-tambang minyak.
Dengan memompakan CO2 kedalam tempat-tempat penyimpanan minyak di perut
bumi akan membantu mempermudah pengambilan minyak atau gas yang masih
tersisa. Hal ini bisa menutupi biaya penyembunyian karbon. Lapisan garam dan
batubara yang dalam juga bias menyembunyikan karbon dioksida.

2. Penyimpanan di dalam tumbuhan hidup.

Tumbuhan hijau menyerap CO2 dari udara untuk tumbuh. Kombinasi karbon dari
CO2 dengan hidrogen diperlukan untuk membentuk gula sederhana yang disimpan
di dalam jaringan. Mengingat pentingnya tumbuhan dalam menyerap CO2 , maka
perlunya memelihara pepohonan dan menanam pohon baru lebih banyak lagi

PROTOKOL KYOTO

Pemanasan global sudah menjadi isu internasional. Bahkan, keresahan dunia ini terwujud
dalam konferensi Kyoto pada Desember 1997. Persetujuan konferensi itu berlaku mulai
16 Februari 2005. Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka
Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), yakni sebuah persetujuan internasional
mengenai pemanasan global.

Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi


emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya. Jika sukses
diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata pemanasan global
antara 0,02°C dan 0,28°C pada tahun 2050.

Hingga Februari 2005, 141 negara telah meratifikasi protokol tersebut, termasuk Kanada,
Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Rusia, 25 negara anggota Uni Eropa, serta
Rumania dan Bulgaria. Untuk mencapai protokol Kyoto ini, semua negara terus
menciptakan teknologi yang ramah lingkungan, terutama negara maju. Karena, negara
maju yang banyak mengeluarkan CO2 penyebab rumah kaca.

Dengan mengedepankan Protokol Kyoto, industri-industri stategis seperti industri migas,


industri transportasi, industri minyak dan gas didorong untuk menggunakan energi
alternatif yang ramah lingkungan. Artinya, sedapat mungkin meninggalkan penggunaan
migas yang merupakan sumber utama emisi gas karbon.
Lima besar negara penyumbang emisi Gas Rumah Kaca terbesar adalah :

1. Amerika Serikat

2. Tiongkok

3. Rusia

4. India

5. Jepang

(sumber : Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC))

Sejumlah negara industri maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Australia hingga kini
belum menandatangi protokol ini. Mereka beranggapan, kesepakatan ini akan
mengancam masa depan industi mereka. Padahal, AS tercatat sebagai salah satu negara
penyumbang emis gas karbon terbesar di dunia.

Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri
minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya
tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi
yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar
AS, terutama disebabkan oleh biaya energi.

KAPITALISME TELAH MERUSAK KESEIMBANGAN ALAM

Penolakan Amerika Serikat dan Australia untuk melaksanakan Protokol Kyoto telah
menunjukkan bahwa kapitalisme yang mereka emban lebih mementingkan keuntungan
materi dari pada kepentingan bersama yang lebih besar. Dengan demikian, usaha
mengurangi emisi gas rumah kaca tidak mungkin bisa dilakukan secara signifikan, karena
tidak adanya kepedulian atas berbagai dampak buruk pemanasan global yang telah
diprediksi oleh para ahli.
Selain itu kapitalisme juga mengutamakan kepemilikan individu dan pendekatan yang
utilitarian (mementingkan kemanfaatan) telah melahirkan sikap eksploitatif atas sumber
daya alam seraya mengabaikan aspek moralitas Hal ini yang mengakibatkan hak
penguasaan sumber daya alam, khususnya hutan bisa jatuh ke tangan individu. Padahal
kelestarian hutan sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan alam yang dibutuhkan
bagi kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan, serta seluruh ekosistem.

Prinsip kapitalisme yang mementingkan keuntungan dan mengutamakan kepemilikan


individu terhadap sumber daya alam berakibat rusaknya keseimbangan alam. Selama ide
kapitalisme masih diemban, maka kehidupan dan alam akan senantiasa pada posisi yang
tidak seimbang. Akibatnya, musibah akan senantiasa mengancam kehidupan manusia,
hewan dan tumbuhan. Dengan kenyataan tersebut, tentu sangat mengherankan apabila
masih banyak manusia berharap dan merasa nyaman hidup dengan kapitalisme.

Pemanasan global menurut agama

(Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)). (QS. Ar-Ruum : 41)

Ayat Allah diatas menjelaskan bahwa kerusakan yang terjadi di darat dan di laut karena
aktifitas manusia yang tidak mengikuti jalan yang benar (syariat Allah). Akibatnya,
musibah akan senantiasa mengancam kehidupan manusia. Oleh karena itu, penerapan
syariat Allah merupakan satu-satunya jalan untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan
yang telah terjadi. Sedangkan syariat Allah hanya bisa diterapkan apabila ada institusi
yang menerapkannya.

KHILAFAH HARUS MEMIMPIN DUNIA

Khilafah adalah institusi satu-satunya yang akan menerapkan syariat Allah di muka bumi.
Penerapan syariat yang sesuai kehendak Allah sebagai pemilik bumi dan seisinya tentu
akan mampu memberikan dampak positif pada keseimbangan alam. Karena itu, sudah
menjadi kewajiban khalifah sebagai pemegang amanah dari Allah untuk selalu berusaha
menjaga keseimbangan alam dan menghilangkan segala bentuk kemudharatan atau
bahaya yang akan menimpa seluruh kehidupan karena akibat aktifitas manusia. Amanah
ini didasarkan pada sabda Rasul SAW.:

“Imam adalah ibarat penggembala dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap
gembalaannya (rakyatnya).” (HR. Muslim)

Kaidah fikih menyebutkan

, “Adh-dlarar yuzal”, artinya segala bentuk kemudharatan atau bahaya itu wajib
dihilangkan. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi SAW “Laa dharara wa laa dhiraara.”
(HR Ahmad & Ibn Majah), artinya tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun
membahayakan orang lain.

Oleh karena itu sebagai upaya menjaga keseimbangan alam, maka Khalifah wajib
menetapkan kebijakan untuk kemaslahatan umum dalam mengatasi pemanasan global,
sebagai berikut :

1. Memperbanyak tanaman untuk menyerap gas rumah kaca yang berlebih

1. Menjaga dan mengelola hutan sesuai syariah

2. Menjaga keseimbangan antara tingkat polusi dan RTH (Ruang

Terbuka Hijau) di setiap wilayah

3. Mewajibkan rakyat menjaga lingkungan masing-masing

4. Menghidupkan tanah-tanah mati.

5. Mengambil alih tanah-tanah yang tidak dikelola selama tiga

tahun dan memberikan kepada orang lain untuk mengelolanya.

2. Mengurangi emisi gas karbon dari industri, transportasi dan


eksplorasi sumber daya alam

1. Mengadopsi sains dan tehnologi yang bisa menjaga kelestarian

lingkungan

2. Menciptakan mesin-mesin industri dan transportasi yang ramah

lingkungan, termasuk menyediakan sistem transportasi yang baik

3. Memberi subsidi untuk konversi bahan bakar industri yang

ramah lingkungan

4. Mendorong penelitian dan pengembangan bahan bakar alternatif

yang ramah lingkungan

5. Menetapkan metode yang ramah lingkungan untuk eksplorasi,

misalnya metode carbon sequestration

3. Menyiapkan SDM peduli lingkungan dan undang-undangnya

1. Memberi pendidikan kelestarian lingkungan lewat jalur formal

dan non formal

2. Menyiapkan dan menyebar para qodli hisbah dan polisi

3. Membuat Undang-undang kelestarian lingkungan hidup

4. Melakukan dakwah dan jihad

Dakwah dan jihad merupakan sarana agar Khilafah memimpin dunia dengan Islam,
sehingga menjadi rahmat bagi seluruh alam, yang akibatnya keseimbangan alam bisa
terjaga secara menyeluruh (global)
Begitu pentingnya kehadiran khilafah untuk menyelamatkan manusia dan lingkungannya,
maka wilayah kekuasaan khilafah harus meliputi seluruh dunia. Karena tentu tidak ada
artinya apabila kebijakan yang berwawasan lingkungan tersebut hanya diterapkan di
sebagian wilayah di dunia, sedangkan sebagian yang lain mengabaikannya. Dengan
kondisi tersebut keseimbangan alam tidak akan tercapai secara maksimal, yang berarti
masih ada potensi kerusakan dan ketidak seimbangan alam yang bisa menyebabkan
musibah bagi manusia. Jadi, khilafah memang harus memimpin dunia dengan Islam,
sehingga keseimbangan alam terjaga sepenuhnya untuk menyelamatkan seluruh
kehidupan dari musibah.

Akibat belebih-lebihan
Lingkungan memiliki daya lenting berupa kemampuan untuk kembali ke keadaan semula
setelah diintervensi. Lingkungan dapat kembali ke keadaan keseimbangan apabila terjadi
intervensi, namun tingkat pengembaliannya memerlukan banyak waktu. Kecepatan
intervensi manusia sendiri tergantung dari tingkat kebutuhan dan keinginannya.

Penyebab utama pemanasan global adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu
bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang
dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Pembakaran bahan bakar fosil umumnya
disebabkan aktivitas industri, transportasi, dan rumah tangga. Aktivitas tersebut
meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan keinginan masyarakat modern
yang semakin beragam.

Pandangan Islam mengenai pertambahan penduduk dan keinginan masyarakat modern


yang makin beragam adalah mengingatkan agar tindakan dan kebutuhan manusia tidak
berlebih-lebihan (Al-Isra:27). Kebutuhan manusia dapat diperhitungkan dan dipenuhi
oleh sumber alam yang ada di muka bumi, namun keinginan manusia sangatlah banyak.
Memenuhi semua keinginan manusia hanya akan memperburuk keadaan. Perbandingan
pola produksi dan konsumsi di antara negara berkembang dan negara maju membuktikan
hal tersebut.

Dari data World Resources Institute tahun 1994 menunjukkan bahwa pada tahun 1991
AS mengkonsumsi energi hampir tiga kali lipat lebih banyak dari Jepang untuk
menghasilkan 1 dolar AS GNP-nya. Dengan penduduk yang hanya 4,6 persen dari
penduduk dunia, pada tahun 1991 AS menghasilkan 22 persen emisi global CO2. Dengan
pola konsumsi energi sebagai indikator bagi lingkungan yang berkelanjutan, kelahiran
bayi di AS menghasilkan 2 kali lipat dampak lingkungan bagi bumi dibandingkan
seorang bayi yang lahir di Swedia, 3 kali lipat dibanding di Italia, 13 kali lipat dibanding
Brazil, 35 kali dari India, dan 140 kali lipat dibanding Bangladesh.
Berbagai macam solusi telah ditawarkan untuk mengurangi dampak pemanasan global
seperti menanam pohon untuk menyerap gas karbon dioksida yang ada di udara,
mengurangi penggunaan barang-barang yang tidak dapat didaur ulang, mengurangi emisi
CFC, dan sebagainya. Alquran lebih jauh membahas solusi permasalahan tersebut dari
sikap preventif yaitu dengan tidak berlebih-lebihan atau tidak bersikap boros (Al-
Furqan:67).

Oleh karena itu, pertemuan-pertemuan internasional seharusnya membahas mengenai


standar hidup maksimal. Standar hidup maksimal meliputi gaya hidup, pemakaian rumah,
penggunaan air, atau yang sejenisnya. Gaya hidup berlebihan seperti memiliki pakaian,
sepatu, dan perhiasan yang jumlahnya sangat banyak padahal penggunaannya sangat
jarang, perlu dibatasi.

Penggunaan pesawat jet pribadi yang hanya mengangkut 1 atau 2 orang artis, atau mobil
yang hanya berpenumpang 1 atau 2 orang dapat menyebabkan pemborosan sumber
energi. Pembangunan rumah yang memiliki kamar sangat banyak padahal hanya
digunakan oleh beberapa orang juga perlu dibatasi. Penggunaan air dalam rumah tangga
perlu diatur sesuai dengan kebutuhan dasar dan jumlah orang yang ada di rumah tersebut.

Rasulullah telah mengingatkan kita bahwa apa yang ada di dunia ini akan sirna dan apa
yang kita berikan adalah kepunyaan kita sesungguhnya di akhirat. Karena itu, pemilikan
atau penggunaan barang yang berlebihan sangat tidak dianjurkan dalam Islam. Islam
menuntun agar setiap manusia lebih banyak memberi daripada memiliki.

Dari data World Resources Institute tahun 1994 menunjukkan bahwa pada tahun 1991
AS mengkonsumsi energi hampir tiga kali lipat lebih banyak dari Jepang untuk
menghasilkan 1 dolar AS GNP-nya. Dengan penduduk yang hanya 4,6 persen dari
penduduk dunia, pada tahun 1991 AS menghasilkan 22 persen emisi global CO2. Dengan
pola konsumsi energi sebagai indikator bagi lingkungan yang berkelanjutan, kelahiran
bayi di AS menghasilkan 2 kali lipat dampak lingkungan bagi bumi dibandingkan
seorang bayi yang lahir di Swedia, 3 kali lipat dibanding di Italia, 13 kali lipat dibanding
Brazil, 35 kali dari India, dan 140 kali lipat dibanding Bangladesh.

Berbagai macam solusi telah ditawarkan untuk mengurangi dampak pemanasan global
seperti menanam pohon untuk menyerap gas karbon dioksida yang ada di udara,
mengurangi penggunaan barang-barang yang tidak dapat didaur ulang, mengurangi emisi
CFC, dan sebagainya. Alquran lebih jauh membahas solusi permasalahan tersebut dari
sikap preventif yaitu dengan tidak berlebih-lebihan atau tidak bersikap boros (Al-
Furqan:67).

Oleh karena itu, pertemuan-pertemuan internasional seharusnya membahas mengenai


standar hidup maksimal. Standar hidup maksimal meliputi gaya hidup, pemakaian rumah,
penggunaan air, atau yang sejenisnya. Gaya hidup berlebihan seperti memiliki pakaian,
sepatu, dan perhiasan yang jumlahnya sangat banyak padahal penggunaannya sangat
jarang, perlu dibatasi.
Penggunaan pesawat jet pribadi yang hanya mengangkut 1 atau 2 orang artis, atau mobil
yang hanya berpenumpang 1 atau 2 orang dapat menyebabkan pemborosan sumber
energi. Pembangunan rumah yang memiliki kamar sangat banyak padahal hanya
digunakan oleh beberapa orang juga perlu dibatasi. Penggunaan air dalam rumah tangga
perlu diatur sesuai dengan kebutuhan dasar dan jumlah orang yang ada di rumah tersebut.

Rasulullah telah mengingatkan kita bahwa apa yang ada di dunia ini akan sirna dan apa
yang kita berikan adalah kepunyaan kita sesungguhnya di akhirat. Karena itu, pemilikan
atau penggunaan barang yang berlebihan sangat tidak dianjurkan dalam Islam. Islam
menuntun agar setiap manusia lebih banyak memberi daripada memiliki.

Solusi permasalahan pemanasan global tidak hanya terkait dengan mengubah energi fosil
menjadi energi biofuel atau energi alternatif lainnya. Menurut Alquran, semua tindakan
berlebihan pada akhirnya akan merugikan manusia. Penggunaan sumber energi massal
akan menyebabkan output dalam jumlah massal. Bahan apapun apabila dibuang dalam
jumlah banyak dan dalam waktu yang cepat, pasti akan mempengaruhi keseimbangan
lingkungan.

Oleh karena itu mengubah sumber energi dari energi fosil menjadi energi biofuel tidak
menjamin lingkungan akan aman, sebab pembakaran biofuel pasti akan menghasilkan
polutan dalam jumlah massal dan dalam waktu yang cepat. Penggunaan energi
hendaknya bersumber dari energi yang paling mudah didapatkan, paling murah biayanya,
dan paling mudah mengoperasikannya di suatu daerah.

Bahaya penyeragaman
Pertanian yang dituding menjadi pemicu pemanasan global karena penggunaan pupuk,
peptisida, dan konversi lahan dari hutan menjadi pertanian perlu juga dikaji. Sentralisasi
yang dilakukan oleh orde baru terhadap pola makan bangsa Indonesia menyebabkan
ketergantungan rakyat Indonesia terhadap beras sangat tinggi. Dulu beberapa kelompok
masyarakat di Indonesia punya sumber-sumber pangan alternatif.

Semestinya perbedaan sumber makanan itu disyukuri sebagai rahmat dari Allah.
Penyeragaman sumber makanan menyebabkan ketergantungan pada sumber tertentu yang
belum tentu cocok ditanam di wilayah tertentu sehingga menyebabkan kerusakan
lingkungan.

Selain itu, penyeragaman sumber makanan menyebabkan ekosistem di beberapa daerah


berubah karena lahan yang semula tidak diperuntukan dan tidak cocok untuk pertanian,
dipaksakan untuk menjadi lahan pertanian. Keanekaragaman hayati di daerah itu pun
menjadi terancam musnah. Hewan-hewan yang biasa makan dari hasil hutan terancam
punah dan beberapa binatang merusak lahan pertanian karena kehilangan tempat
berlindung dan sumber makanan.

Allah telah menciptakan alam dengan berbeda-beda jenisnya sesuai dengan keadaan
masyarakat. Allah juga telah menciptakan sesuatu sesuai dengan kadarnya. Produksi yang
tidak berasal dari daerah setempat, baik bahan mentah maupun sumber daya, akan
menyebabkan ketergantungan daerah tersebut pada sumber daya asing. Tambahan lagi
produksi massal tentu akan menghasilkan jumlah polutan atau limbah yang massal juga.
Sebenarnya alam memiliki kemampuan menyerap polutan yang timbul tetapi apabila
jumlahnya banyak dan dalam waktu yang cepat maka alam tentu tidak akan sanggup
melakukannya.

KESIMPULAN

1. Pemanasan Global telah mengancam kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan

2. Pemanasan Global merupakan dampak negatif dari aktifitas manusia

yang tidak diatur berdasarkan syariat Allah

3. Kapitalisme yang mendasari aktifitas manusia tersebut telah

terbukti merusak keseimbangan alam dan tidak mampu menyelesaikan

masalah tersebut

4. Khilafah adalah institusi satu-satunya harapan seluruh manusia

yang akan mampu mengatasi pemanasan global dan menyelamatkan

kehidupan seluruhnya.

- Pemanasan global yang kini terjadi, sepenuhnya merupakan dampak dari perilaku
berlebih-lebihan manusia di dunia.
- Allah SWT telah menciptakan alam dengan segala keseimbangannya, namun perilaku
manusia kemudian merusak keseimbangan itu. – Karena itu, solusi yang ditawarkan
Islam untuk menangkal pemanasan global adalah menghentikan gaya hidup yang
berlebih-lebihan.

(Ir. R-the Ice)

*Rujukan :*
1. Jawa Pos edisi Selasa 10 April 2007 – Fenomena Pemanasan Global dan

Pengaruhnya di Indonesia

2. Majalah Suara Hidayatullah edisi April 2007 – Ihwal : Bumi Semakin

Mencemaskan

3. Nurhadi – Surabaya Post edisi 24 April 2006 – Ancaman Pemanasan Global

4. Republika edisi 12 Maret 2007 – Atasi Pemanasan Global dengan Energi

Alternatif

5. Tempo Interaktif edisi 11 Januari 2007 – Bumi Makin Panas

6. Wikipedia Indonesia (Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia) – Efek

Rumah Kaca

7. Wikipedia Indonesia (Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia) – Gas Rumah

Kaca

8. Pikiran Rakyat edisi 19 September 2006 – Nyamuk Ganas akibat Pemanasan

Global

9. Wikipedia Indonesia (Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia) – Pemanasan

Global

10. http://www.angkasa-online.com/12/12/fenomena/fenomena1.htm

<http://www.angkasa-online.com/12/12/fenomena/fenomena1.htm>
11. Republika edisi 29 Maret 2007 – Pemanasan Global Cairkan Seluruh Es di
Bumi

12. Shiddiq Al Jawi – Pengelolaan Hutan Berdasarkan Syariah

1. dll.

CapsulX : Home > Lingkungan > Efek Rumah Kaca Dan Pengertiannya

Efek Rumah Kaca Dan Pengertiannya


Posted by Yudi | | 03.16
Category : Lingkungan

Istilah efek rumah kaca atau dalam bahasa inggris disebut dengan green house effect ini
dulu berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang yang
memanfaatkan rumah kaca untuk menanam sayur mayur dan juga bunga. Mengapa para
petani menanam sayuran di dalam rumah kaca ? Karena di dalam rumah kaca suhunya
lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca. Suhu di dalam rumah kaca bisa lebih tinggi dari
pada di luar, karena Cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali
oleh benda benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa
sinar infra merah, tapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah
kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan rumah kaca tersebut.
itulah gambaran sederhana mengenai terjadinya efek rumah kaca.

Kemudian dari pengalaman para petani di atas dikaitkan dengan apa yang terjadi pada
bumi dan atmosfir. Lapisan atmosfir yang terdiri dari, berturut-turut : Troposfir,
Stratosfir, Mesosfir dan Termosfer : Lapisan terbawah (troposfir) adalah bagian yang
terpenting dalam kasus efek rumah kaca atau ERK. Sekitar 35% dari radiasi matahari
tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek
(sinar alpha, beta dan ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya
dihamburkan dan dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan
partikel. Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 %
diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai
ke permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi
difus yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas dan
partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan.
Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.

Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang antara
lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar panas inframerah
ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu udara di troposfir dan
permukaan bumi menjadi naik. Terjadilah Efek Rumah Kaca. Gas yang menyerap sinar
inframerah disebut Gas Rumah Kaca. Untuk lebih jelasnya lihat Animasi.

Seandainya tidak ada efek rumah kaca, suhu rata-rata bumi akan sekitar -18 derajat C
terlalu dingin untuk kehidupan manusia. Dengan adanya efek rumah kaca, suhu rata-rata
bumi 33 derajat C lebih tinggi, yaitu 15 derajat C. jadi dengan adanya efek rumah kaca
menjadikan suhu bumi layak untuk kehidupan manusia.

Gas-gas Rumah Kaca


Gas-gas Rumah Kaca atau Greenhouse Gases adalah gas-gas yang menyebabkan
terjadinya efek rumah kaca. Selain uap air (H2O) Siklus Air dan karbon dioksida (CO2),
terdapat gas rumah kaca lain di atmosfer, dan yang terpenting berkaitan dengan
pencemaran dan pemanasan global adalah metana (CH4), ozon (O3), dinitrogen oksida
(N2O), dan chlorofluoroc carbon (CFC).

Uap Air (H2O)


Uap air bersifat tidak terlihat dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi
ketika uap membentuk butir-butir air Siklus Air. Sebenarnya uap air merupakan
penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca. Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar
kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global. Jika bumi menjadi lebih
hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini
akan meningkatkan efek rumah kaca serta makin mendorong pemanasan global.

Karbon Dioksida (CO2)


Karbon dioksida adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang
sedang ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia
terhadap jumlah karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar
fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas bumi.
Penggundulan hutan serta perluasan wilayah pertanian juga meningkatkan jumlah
karbondioksida dalam atmosfer. Namun selain efek rumah kaca tersebut, karbon dioksida
juga memainkan peranan sangat penting untuk kehidupan tanaman. Karbon dioksida
diserap oleh tanaman dengan bantuan sinar matahari dan digunakan untuk pertumbuhan
tanaman dalam proses yang dikenal sebagai fotosintesis. Proses yang sama terjadi di
lautan di mana karbon dioksida diserap oleh ganggang.

Metana (CH4)
Metana adalah gas rumah kaca lain yang terdapat secara alami. Metana dihasilkan ketika
jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik pada kondisi tanpa udara
(anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara alami pada saat pembusukan biomassa di rawa-
rawa sehingga disebut juga gas rawa. Metana mudah terbakar, dan menghasilkan karbon
dioksida sebagai hasil sampingan.
Kegiatan manusia telah meningkatkan jumlah metana yang dilepaskan ke atmosfer.
Sawah merupakan kondisi ideal bagi pembentukannya, di mana tangkai padi nampaknya
bertindak sebagai saluran metana ke atmosfer. Meningkatnya jumlah ternak sapi, kerbau
dan sejenisnya merupakan sumber lain yang berarti, karena metana dihasilkan dalam
perut mereka dan dikeluarkan ketika mereka bersendawa dan kentut. Metana juga
dihasilkan dalam jumlah cukup banyak di tempat pembuangan sampah; sehingga
menguntungkan bila mengumpulkan metana sebagai bahan bakar bagi ketel uap untuk
menghasilkan energi listrik.
Metana merupakan unsur utama dari gas bumi. Gas ini terdapat dalam jumlah besar pada
sumur minyak bumi atau gas bumi.
Menurut Enviromental News Network menyimpulkan bahwa budidaya padi adalah satu
di antara penyebab utama peningkatan emisi metana-salah satu gas rumah kaca yang 21
kali lebih berpotensi menyebabkan efek rumah kaca dibandingkan karbon dioksida yang
menyebabkan kerusakan ozon dan kenaikan suhu.

Ozon (O3)
Ozon adalah gas rumah kaca yang terdapat secara alami di atmosfer (troposfer,
stratosfer). Di troposfer, ozon merupakan zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk
ketika sinar matahari bereaksi dengan gas buang kendaraan bermotor. Ozon pada
troposfer dapat mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Chloro Flouro Carbon (CFC)


Chlorofluorocarbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat-sifat, misalnya
tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan amat stabil sehingga dapat digunakan dalam
berbagai peralatan dan mulai digunakan secara luas setelah Perang Dunia II.
Chlorofluorocarbon yang paling banyak digunakan mempunyai nama dagang ‘Freon’.
Dua jenis chlorofluorocarbon yang umum digunakan adalah CFC R-11 dan CFC R-12.
Zat-zat tersebut digunakan dalam proses mengembangkan busa, di dalam peralatan
pendingin ruangan dan lemari es selain juga sebagai pelarut untuk membersihkan
mikrochip.

Pengaruh Gas-gas Rumah Kaca terhadap Terjadinya Efek Rumah Kaca


Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca
bergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer
dan kemampuan penyerapan energi.
Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat
menyebabkan terjadinya pemanasan global.
Waktu tinggal gas rumah kaca di atmosfer juga mempengaruhi efektivitasnya dalam
menaikkan suhu. Makin panjang waktu tinggal gas di atmosfer, makin efektif pula
pengaruhnya terhadap kenaikan suhu.

Sumber : Efek Rumah Kaca : dPrince Of Smart, Ridwanaz - Teknologi Ilustrasi : Rumah Kaca,
Photo : Efek Rumah Kaca-Campaign Pelangi Animasi : Climatechange
You might like:

Pengaruh Positif Akibat Global Warming | Suara Kebebasan

Penyebab Dan Dampak Pemanasan Global

Suku Tengger dan Kehidupan Sosialnya | Suara Kebebasan

Suku Tengger dan Kehidupan Sosialnya | Suara Kebebasan

Penyebab Dan Dampak Pemanasan Global

Pengaruh Positif Akibat Global Warming | Suara Kebebasan

Suara Kebebasan http://capsulx368.blogspot.com/2010/09/efek-rumah-kaca-dan-


pengertiannya.html#ixzz1B9sk9AIC
Terima Kasih telah mengcopy artikel ini, semoga artikel ini bermanfaat untuk anda. Saya
berterima kasih bila Link Artikel ini dicantumkan dalam blog Anda sebagai Referensi.
Terima Kasih ttd. CapsulX

Lalu Apakah efek sebenarnya dr rumah kaca ??

Pihak Nasa telah mengemukakan kalau efek dr


rumah kaca sebenarnya bukanlah dr pemanasan
global ini karena pemanasan global mampu di
redam dgn memperbanyak penanaman pohon di
sekitar area yg terjadi efek rumah kaca . Tetapi
efek sebenarnya adalah " serangan meteor yg akan
menhujam bumi " . Karena menurut NASA sekitar
jutaan meteor menghujam bumi tiap tahunnya ,
dan semuanya terbakar habis di atmosfer . namun
setelah penelitian selama 10 tahun , kadar lapisan
atmosfer bumi trus menurun secara dratis , dan di
perkirakan 6 - 10 tahun kedepan Bumi akan
terbuka lebar oleh serangan2 batu meteor2 yg tak
akan mampu lg di tahan oleh atmosfer bumi karena
atmosfer bumi trus menipis . Apakah kita akan siap
kalau jutaan meteor akan menerjang Bumi .
Perubahan dan Pengaruh Iklim Global Terhadap
Aspek Kehidupan
Posted on April 10, 2010 by M. KHOLIL

Perubahan Iklim Global dan Pengaruh Terhadap Berbagai Aspek Kehidupan di


NTB

Oleh : Nur Nubuwwah

Pada dasarnya bumi selalu mengalami perubahan iklim dari waktu ke waktu. Hanya saja
di masa lampau perubahan tersebut berlangsung secara alami, sedangkan saat ini
perubahan iklim lebih disebabkan oleh ulah manusia sehingga sifatnya lebih cepat dan
drastis.

Dewasa ini perubahan iklim telah terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia,
khususnya NTB. Sebagian kalangan sudah mengerti tentang pemanasan global atau
global warming. Pemanasan global adalah proses perubahan alam atau iklim yang tidak
wajar, hal ini di tandai dengan naiknya suhu rata-rata di atmosfer, laut dan bumi.
Pemanasan global itu terjadi salah satunya karena diakibatkan oleh efek rumah kaca.

Apa itu efek rumah kaca? Efek rumah kaca atau green house effect adalah suatu
fenomena dimana gelombang pendek radiasi matahari menembus atmosfer dan berubah
menjadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi. Setelah mencapai
permukaan bumi, sebagian gelombang tersebut dipantulkan kembali ke atmosfer. Namun
tidak seluruh gelombang yang dipantulkan itu dilepaskan ke angkasa luar. Sebagian
gelombang panjang dipantulkan kembali oleh lapisan gas rumah kaca di atmosfer ke
permukaan bumi (fahriblog). Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang memiliki
kemampuan untuk menyerap radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi sehingga bumi
menjadi semakin panas. Efek rumah kaca itu sendiri terjadi karena naiknya konsentrasi
gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen
oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), gas metan (CH4), dan kloroflourokarbon (CFC) di
atmosfir. Kenaikan konsentrasi CO2 disebabkan oleh terjadinya berbagai jenis
pembakaran di permukaan bumi seperti pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu
bara, dan bahan-bahan organik lainnya yang melampaui kemampuan permukaan bumi
untuk mengabsorpsinya. Bahan-bahan di permukaan bumi yang berperan aktif untuk
mengabsorpsi hasil pembakaran tadi adalah tumbuh-tumbuhan, hutan, dan laut.

Salah satu alasan mengapa gas-gas tersebut disebut gas rumah kaca adalah karena
mekanisme pemanasan ini sama seperti yang terjadi di rumah-rumah kaca yang
digunakan untuk perkebunan di negara-negara sub tropika seperti di Eropa dan Amerika
Serikat. Biasanya para petani menggunakan rumah kaca di saat musim dingin tiba.
Tanaman-tanaman yang ditanam di dalam rumah kaca ini akan tetap hidup dan tidak mati
karena membeku oleh pengaruh musim dingin karena kaca akan menghalangi panas
matahari yang masuk dan memantulkan kembali keluar. Rumah kaca ini bisa digunakan
untuk pembibitan dan berfungsi untuk menghangatkan tanaman yang berada di
dalamnya. Rumah kaca ini sendiri sudah ada sejak abad ke-16 di Eropa dan biasa
digunakan untuk membudidayakan mawar, lobak, sawi, brokoli, atau tanaman lainnya di
musim dingin.

Sering terjadi kesalah pahaman di antara kita bahwa efek rumah kaca adalah disebabkan
oleh adanya rumah-rumah kaca yang terlalu banyak di perkotaan, tapi lebih dikarenakan
oleh emisi karbon yang terlalu banyak di angkasa, sehingga menyulitkan panas memantul
kembali ke luar angkasa. Gas-gas seperti uap air, karbon dioksida, dan metana berfungsi
sebagaimana kaca dalam rumah kaca, sehingga gas-gas ini dikenal sebagai gas rumah
kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin
banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Orang yang pertama kali menyingkap
fenomena efek rumah kaca ini adalah Jean-Baptise Joseph Foureurer ahli fisika dan
matematika dari Perancis. Penemuan Fourier ini diteruskan oleh seorang fisikawan
Swedia yang bernama Svante Arrhenius pada tahun 1896.

Efek rumah kaca ini mempunyai manfaat dan sangat dibutuhkan oleh semua makhluk
hidup yang ada di bumi, karena jika tidak ada efek rumah kaca, bumi kita ini akan
menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15°C, bumi sebenarnya telah
lebih panas 33°C dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi
hanya -18°C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi. Akan tetapi
sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan
pemanasan global.

Meningkatnya gas rumah kaca tersebut dikontribusi oleh beberapa hal, pertama adalah
Energi. Pemanfaatan berbagai macam bahan bakar fosil atau bahan bakar minyak
memberi kontribusi besar terhadap naiknya konsentrasi gas rumah kaca, terutama CO2.
Kita lihat mayoritas kendaraan bermotor masih menggunakan BBM. Coba bayangkan,
dalam sehari, di NTB ini berapa puluh ribu kendaraan yang menyumbangkan emisi
karbon dan bahan beracun di atmosfir. Pengemisi terbesar adalah industri dan
transportasi, Industri merusak dan mencemari lingkungan tidak hanya terjadi setelah
berproduksi (beroperasi), tetapi juga dalam tahap proses pembangunannya. Pada tahap
ini, kerusakan dan pencemaran lingkungan dapat terjadi pada kegiatan land clearing,
mobilisasi peralatan berat, pengangkutan bahan bangunan, dan kegiatan lainnya. Dalam
proses produksinya, semua industri akan menghasilkan produk sampingan yang tidak
atau kurang bernilai ekonomis. Produk sampingan ini disebut sebagai limbah, yang terdiri
dari limbah padat, cair, dan gas. Limbah ini akan mencemari lingkungan, perairan, tanah,
dan udara, yang pada akhirnya akan mengganggu kehidupan makhluk hidup, termasuk
manusia. Kemudian pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan, pertumbuhan
penduduk yang pesat, dan peristiwa alam. Kemudian alat transportasi yang memerlukan
bahan bakar dan perbengkelan untuk perbaikan transportasi yang rusak. Dampak
transportasi udara adalah bising bagi masyarakat sekitar bandar udara, terutama saat
pesawat landing dan take off. Transportasi laut banyak mencemari perairan karena limbah
padat dan cair biasanya dibuang ke perairan. Pencemaran udara yang di akibatkan
transportasi darat, terutama adalah gas CO (karbon monoksida), Pb (plumbum, timah
hitam), NOx (nitrogen oksida), SO2 (sulfur dioksida), dan bising. Selain itu, kegiatan
perbengkelan yang menunjang operasional alat transportasi juga berpotensi mencemari
perairan, air tanah, dan tanah, serta menimbulkan bising. Bahan pencemar bersumber dari
oli bekas, bahan pelumas, minyak, dan benda benda bekas perbaikan(rongsokan).
Pengendalian pencemaran perbengkelan perlu dilakukan sehingga kegiatannya tidak
mencemari lingkungan.

Kedua yaitu Hutan. Salah satu fungsi hutan adalah sebagai penyerap emisi gas rumah
kaca. Karena hutan dengan ribuan bahkan jutaan tumbuhan dapat mengubah CO2 menjadi
O2. Dengan reaksi sebagai berikut:

6 + 6 O → C6H12O6 + 6O2

Selanjutnya gula diolah menjadi bagian bagian tumbuhan, seperti akar, batang, cabang,
daun, dan buah. Tumbuhan juga melakukan pernapasan (respirasi) yang prosesnya
merupakan kebalikan dari fotosintesis:

C6H12O6 + 6O2 → 6 + 6 O

Dengan proses fotosintesis dan respirasi di atas, secara alamiah hutan mencapai
keseimbangan yang dinamis. Akan tetapi, jika hutan terbakar atau kayu digunakan
sebagai bahan bakar, maka karbon yang terikat atau tersimpan dalam bahan organic
(biomassa) akan masuk ke udara dalam bentuk CO2 sehingga kadarnya menjadi naik di
udara. Dengan demikian, kerusakan hutan oleh pengurangan luas hutan yang tidak
terkendali atau oleh kebakaran akan menyebabkan berkurangnya sumber oksigen dan
terjadinya peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfir yang dapat menaikkan suhu
permukaan bumi.

Sehingga perusakan hutan akan memberi kontribusi terhadap naiknya emisi gas rumah
kaca. Seperti sistem perladangan berpindah dan perambahan hutan yang dilakukan
masyarakat NTB untuk digunakan sebagai lahan usaha tani dan pemukiman juga dapat
menyebabkan kerusakan hutan. Karena penduduk yang tinggal di kawasan atau di pinggir
hutan membuat lahan pertanian dengan cara menebang pohon dan setelah kering di
bakar. Tanah tidak di olah, tetapi langsung di tanami. Tanah ini mereka manfaatkan
hanya 3-4 tahun, kemudian di tinggalkan. Selanjutnya, mereka membuka hutan baru,
yang caranya sama dengan yang sebelumnya. Demikian seterusnya dan biasanya setelah
12-16 tahun (4 kali berpindah garapan), mereka kembali ke lokasi yang dibuka pertama.
Sebetulnya, sistem peladangan berpindah tidak berdampak negatif terhadap lingkungan
karena luas yang di buka sempit (2-3 ha) dan tanah tidak di olah secara intensif. Akan
tetapi, karena penduduk bertambah terus dan teknologi sudah mulai mereka kenal, maka
luas hutan yang di buka makin luas dan waktu tanah tidak di tanami juga makin singkat.
Tetapi, pengusaha HPH (Hak Penguasaan Hutan) adalah merupakan penyebab kerusakan
hutan terbesar. Karena mereka hanya mengejar keuntungan materi saja. Persyaratan dan
ketentuan ketentuan yang mengatur pengusahaan hutan tidak mereka laksanakan
sehingga kayu hutan di babat habis. Hal ini dapat terjadi, antara lain disebabkan
kurangnya pengawasan, mentalitas dan integritas pengawas yang “bobrok”, pengusaha
yang kurang bertanggungjawab, dan tidak peduli lingkungan.

Ketiga yaitu Peternakan. Di sektor ini emisi gas rumah kaca dihasilkan dari pemanfaatan
pupuk, pembusukan sisa-sisa pertanian dan pembusukan kotoran-kotoran ternak, dan
pembakaran sabana. Gas metana juga banyak di hasilkan, karena diperoleh dari keringat
dan kotoran binatang ternak, seperti sapi. Gubernur NTB juga mencanangkan program
seribu sapi (BSS). yang berdampak pada peningkatan penghasilan gas metana. Di sisi
lain, dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan, memenuhi kebutuhan daging
nasional, memenuhi permintaan bibit sapi bagi daerah-daerah lain, dan memenuhi
kebutuhan konsumsi daging dalam daerah.

Keempat yaitu Pertanian. Di sektor ini, gas metan (CH4) juga paling banyak dihasilkan.
Dan juga banyak menghasilkan zat berbahaya sisa limbah pertanian, seperti insektisida.
Dan penerimaan sinar ultra violet pada tanaman dapat memusnahkan hasil tanaman
utama dunia. Hasil kajian menunjukkan hasil tanaman seperti ‘barli’ dan ‘oat’
menunjukkan penurunan karena penerimaan sinar radiasi yang semakin tinggi. Tanaman
diperkirakan akan mengalami kelambatan pertumbuhan, bahkan akan cenderung kerdil,
sehingga merusak hasil panen dan hutan-hutan yang ada. Radiasi penuh ini juga dapat
mematikan anak-anak ikan, kepiting dan udang di lautan, serta mengurangi jumlah
plankton yang menjadi salah satu sumber makanan kebanyakan hewan-hewan laut.

Kelima yaitu Sampah (refuse). Sampah adalah salah satu kontributor besar bagi
terbentuknya gas metan (CH4), karena aktivitas manusia sehari-hari. Sampah berdasarkan
zat pembentuknya, dibedakan sebagai sampah organik dan non organik. Jenis sampah
juga sering dikelompokkan menjadi: limbah benda padat (waste), limbah cair atau air
bekas (sewage), kotoran manusia (human waste). Secara umum, pengelompokan sampah
hanya untuk benda benda padat dengan pembagian sebagai berikut: sampah yang mudah
membusuk (garbage), misalnya sisa makanan, sampah yang tidak mudah membusuk
(rubbish), sampah bangkai binatang (dead animal), sampah berupa abu hasil pembakaran
(ashes), sampah padat hasil industry (industrial waste), dan sampah padat yang
berserakan di jalan jalan (street sweeping).

Akibat pemanasan global, cuaca dan iklim mulai tidak biasa dan tidak teratur, seperti
yang pada umumnya musim penghujan berlangsung dari bulan oktober sampai maret.
Sedangkan musim kemarau berlangsung pada bulan april sampai September. Tetapi
sekarang, pada bulan februari dan maret yang seharusnya musim hujan, kadang
mengalami kekeringan dan kemarau. Akibat cuaca yang ekstrim di NTB seperti, petani
tembakau mengalami kebangkrutan akibat tembakau yang baru akan di panen mati akibat
cuaca yang tidak menentu. Kemudian penanaman padi mulai tidak teratur, biasanya
menanam padi dua kali setahun, masa tanam kedua terancam akan gagal panen, karena
sumber air berupa mata air sudah mulai berkurang akibat pembabatan hutan dan
kerusakan hutan.
Tindakan-tindakan sederhana yang bisa kita lakukan untuk menanggulangi pemanasan
global, diantaranya adalah menanggulangi kerusakan hutan. Untuk menanggulangi
kerusakan hutan, upaya yang dilakukan tergantung pada penyebabnya. Kerusakan yang
disebabkan oleh peladang berpindah diupayakan pemulihannya dengan membina
masyarakat peladang berpindah menjadi petani menetap. Kerusakan oleh perambah hutan
ditanggulangi dengan transmigrasi, baik secara lokal (translok) maupun transmigrasi
umum. Selanjutnya dilakukan pengawasan secara ketat dan menindak perambah menurut
ketentuan yang berlaku.

Pemerintah juga sudah lama melakukan penanggulangan kerusakan hutan melalui


kegiatan penghijauan dan reboisasi. Penghijauan adalah menanam tanaman terutama
pohon pohonan di tanah tanah kritis milik masyarakat, sedangkan reboisasi adalah
penanaman kembali kawasan hutan yang telah rusak. Di samping itu, di kawasan hutan
produksi juga dikembangkan Hutan Tanaman Industri (HTI). HTI merupakan hutan
tanaman yang dibangun sebagai satuan usaha komersial, yang secara ekonomis dapat
mandiri untuk menghasilkan bahan baku industri perkayuan. Misi dan tujuan HTI adalah
untuk meningkatkan produktivitas kawasan hutan sehingga dapat menunjang kebutuhan
bahan baku industri perkayuan.

Mengurangi dan meminimalisir pemakaian Sumber Daya Alam (SDA) dan konsumsi
BBM oleh masyarakat. Banyak cara menghemat BBM, beberapa diantaranya adalah :

1. Jangan memanaskan mesin terlalu lama. Hal ini sering terjadi ketika kita bersiap
siap untuk pergi, misalnya berangkat kerja atau ke sekolah. Sambil memanaskan
mobil/motor, terkadang kita juga menyempatkan diri untuk melakukan aktifitas
lain. Secara tidak sadar, kita sudah memanaskan mesin cukup lama dan
mengakibatkan pemborosan BBM. Memanaskan mesin mobil/motor, sebenarnya
hanya membutuhkan waktu 3 menit saja.
2. Jika ingin melajukan mobil lebih cepat, setelah pedal gas ditekan sedikit,
langsung saja pindahkan gigi ke posisi yang lebih tinggi. Jangan tunggu sampai
putaran mesin naik. Dengan melakukan hal ini saja, sudah bisa menghemat
konsumsi bahan bakar sebanyak 5-10%.
3. Jika terpaksa menekan pedal gas cukup dalam, usahakan tidak lebih dari 80%.
Manfaatkan gaya dorong mobil untuk melakukan percepatan saat ingin melajukan
mobil lebih cepat.
4. Gunakan gigi yang paling tinggi ketika sedang melaju cepat di jalan tol. Dengan
begitu, putaran mesin pun akan tetap rendah, dan pemakaian bahan bakar pun
lebih di hemat.
5. Jika sedang melaju di jalur yang cukup lowong, misalnya di jalan tol, usahakan
kecepatan mobil berada di sekitar 70 km/jam. Ini adalah kecepatan yang paling
pas dan terhitung ekonomis. Jika melebihi kecepatan tersebut, putaran mesin akan
meninggi, dan konsumsi bahan bakar akan semakin boros.
6. Sebisa mungkin, lajukanlah mobil dengan kecepatan konstan. Jangan terlalu
sering menekan pedal gas dan melakukan pengereman secara tiba-tiba.
7. Saat memperlambat atau menghentikan laju kendaraan, manfaatkanlah
pengurangan kecepatan dengan mesin (engine brake). Angkat pedal perlahan, dan
putaran mesin pun akan ikut berkurang.

Gunakan produk yang ramah lingkungan, kurangi penggunaan/pembelian barang-barang


yang terbuat dari plastik karena hampir semua sampah plastik akan menghasilkan gas
yang berbahaya ketika dibakar/pembakaran tidak sempurna dan dapat mencemarkan
lingkungan. Hemat dalam pemakaian air dan pemakaian energi listrik.Mengurangi
penggunaan bahan-bahan yang mengandung aerosol, sebagai tambahan, Kampanye-kan
program gerakan stop global warming! Biar semua orang lebih peduli dengan Bumi kita.

Jangan biarkan Bumi kita hancur oleh karena tangan kita sendiri. Karena kalau bukan kita
yang melindungi dan melestarikannya, siapa lagi??

pengaruh global warming bagi kehidupan manusia

pengaruh global
warming bagi
kehidupan manusia
Global warming merupakan proses pemanasan pada bagian atmosfer karena untuk
menghangatkan tumbuhan dari suhu yang dingin, sehingga tumbuhan dapat bertahan
pada musim dingin. Cahaya matahari yang masuk ke bumi akan ditahan oleh lapisan
ozon agar sinar yang masuk ke dalam bumi adalah sinar yang tidak membahayakan bagi
makhluk hidup dan lapisan ozon (the ozone layer) akan mempertahankan suhu bumi agar
tetap stabil. Radiasi matahari yang masuk ke bumi dalam bentuk gelombang pendek
(short wave) yang menembus atmosfer bumi kemudian berubah menjadi gelombang
panjang ketika mencapai permukaan bumi. setelah mencapai permukaan bumi, sebagian
gelombang dipantulkan kembali ke atmosfer. Akan tetapi tidak semua gelombang
panjang yang dipantulkan kembali oleh bumi dapat menembus atmosfer menuju angkasa
luar karena dihadang dan diserap oleh gas-gas yang berada di atmosfer yang disebut gas
rumah kaca. Peristiwa alam ini dikenal dengan efek rumah kaca.
Masalah timbul ketika aktivitas manusia menyebabkan peningkatan konsentrasi gas
rumah kaca secara signifikan, sehingga menyebabkan akumulasi panas di atmosfer yang
mempengaruhi sistem iklim global(global climate system). Hal ini menyebabkan naiknya
temperatur rata-rata bumi yang dikenal dengan pemanasan global. Pemanasan global
pada akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan iklim, atau tepatnya perubahan
beberapa variabel iklim seperti suhu udara dan curah hujan.

Enam jenis gas yang digolongkan sebagai gas rumah kaca (greenhouse gases), antara
lain:
Karbondioksida (CO2) yang berasal dari pembakaran (fossil fuel)bahan bakar fosil
(minyak bumi, batu bara, dan gas alam).
Metana (CH4) berasal dari areal persawahan, pelapukan kayu, timbunan sampah, proses
industri, dan eksplorasi bahan bakar fosil(fossil fuel).
Nitrous Oksida (N2O) yang berasal dari kegiatan pertanian atau pemupukan, transporasi,
dan proses industri.
Hidroflourokarbon (HFCs) berasal dari sistem pendingin, aerosol, foam, pelarut, dan
pemadam kebakaran.
Perflourokarbon (PFCs) berasal dari proses industri.
Sulfurheksafluorida (SF6) berasal dari proses industri.
Perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global akan menimbulkan dampak
negatif, antara lain mencairnya lapisan es terutama di kutub utara dan selatan yang
mengakibatkan naiknya permukaan air laut. Akibatnya, volume lautan meningkat dan
permukaannya naik sekitar 9-100 sentimeter sehingga akan menyebabkan tenggelamnya
daerah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Perubahan iklim juga akan menyebabkan pergeseran musim. Musim kemarau akan
berlangsung lama dan dapat menyebabkan kekeringan, sehingga kebakaran hutan
meningkat. Kebakaran hutan akan menyebabkan gas CO yang berbahaya bagi manusia
banyak terbentuk dan ikut masuk dalam saluran pernapasan manusia ketika sedang
bernapas. Penumpukan gas CO dalam saluran pernapasan akan menyebabkan sesak
nafas, sehingga mengganggu kesehatan. Pergeseran musim menyebabkan musim hujan
datang lebih cepat dengan kecenderungan intensitas curah hujan (intensity of rainfall)
yang lebih tinggi sehingga menyebabkan banjir dan tanah longsor. Banjir merupakan
luapan air yang melanda suatu daerah tertentu. Luapan air tersebut dapat membahayakan
kesehatan manusia, karena di dalamnya terdapat mikroorganisme penyebab
penyakit(microorganisms cause disease), sehingga dapat menurunkan kualitas air dan
terjadinya krisis persediaan makanan. Penurunan kualitas air dan krisis persediaan
makanan menyebabkan timbulnya penyakit, seperti malaria, demam berdarah, dan diare.
Perubahan iklim dapat kita antisipasi salah satunya dengan adaptasi (penyesuaian)
terhadap perubahan iklim yang bertujuan untuk meminimalisasi dampak yang telah
terjadi, mengantisipasi resiko, sekaligus mengurangi biaya yang harus dikeluarkan akibat
perubahan iklim. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk beradaptasi antara lain:

Memahami kondisi cuaca dan pergerakan angin sebelum beraktivitas.


Penyesuaian pola tanam yang mengikuti peruahan musim.
Tidak menggali tanah yang miring di lereng bukit atau gunung untuk mencegah longsor.
Bagi yang bertempat tinggal di dekat pantai, agar mewaspadai pasang air laut.
Membudayakan hidup bersih dan membiasakan membuang sampah pada tempatnya unuk
mencegah banjir karena tersumbatnya aliran air.
Membuat bak atau kolam untuk menampung hujan dan membuat sumur resapan.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek rumah kaca sehingga dapat
memperlambat laju pemanasan global adalah:

Membudayakan gemar menanam pohon dan menggunakan tanaman hidup sebagai pagar
rumah.
Penebangan pohon harus diikuti dengan penanaman kembali bibit pohon yang sama
dalam jumlah lebih banyak.
Hindari membakar sampah.
Jangan membuka lahan dengan membakar.
Hemat energi.
Usahakan menggunakan transportasi umum dan kendaraan yang berbahan bakar ramah
lingkungan (environmentally friendly fuel).
Rawat mesin kendaraan secara berkala agar emisi gas buang kendaraan baik.
Bagi industri, selalu memantau emisi gas buang limbahnya.

Adakah dampak positif dari Efek Rumah Kaca?


Kata Kunci: efek rumah kaca
Ditulis oleh Risa Rahmawati Sunarya pada 08-05-2009

Global warming adalah suatu peristiwa yang disebabkan


meningkatnya efek rumah kaca (green house effect). Sebenarnya efek rumah kaca
bukanlah suatu hal yang buruk, justru dengan adanya efek rumah kaca bumi kita bisa
tetap hangat, bahkan memungkinkan kita bisa survive hingga sekarang.
Kamu bisa mengibaratkan bumi kita seperti mobil yang sedang diparkir dalam cuaca
yang cerah. Kamu pasti akan berpikir bahwa temperature di dalam mobil pasti akan lebih
panas dibandingkan temperature di luar mobil. Sinar matahari memasuki mobil tersebut
melalui celah-celah pada kaca jendela dan secara otomatis panas dari sinar matahari akan
diserap oleh jok, karpet, dashboard serta benda-benda lain yang berada di dalam mobil.
Ketika semua objek tersebut melepaskan kembali panas yang diserapnya, tidak semua
panas tersebut akan bisa keluar melalui celah jendela, sebagian justru akan dipantulkan
kembali- panas tersebut akan diradiasikan kembali oleh benda-benda yang ada di dalam
mobil dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Sehingga sejumlah energy panas
akan tetap tinggal di dalam mobil, dan hanya sebagian kecil dari energy tersebut yang
bisa melepaskan diri. Pada akhirnya, mobil tersebut akan mengalami peningkatan
temperature secara berkala, semakin lama akan semakin panas.

Ketika cahaya matahari mengenai atmosfer serta permukaan bumi, sekitar 70% dari
energi tersebut tetap tinggal di bumi, diserap oleh tanah, lautan, tumbuhan serta benda-
benda lainnya. 30 % sisanya dipantulkan kembali melalui awan, hujan serta permukaan
reflektif lainnya. Tetapi panas yang 70 % tersebut tidak selamanya ada di bumu, karena
bila demikian maka suatu saat bumi kita akan menjadi “bola api”). Benda-benda di
sekitar planet yang menyerap cahaya matahari seringkali meradiasikan kembali panas
yang diserapnya. Sebagian panas tersebut masuk ke ruang angkasa, tinggal di sana dan
akan dipantulkan kembali ke bawah permukaan bumi ketika mengenai zat yang berada di
atmosfer, seperti karbon dioksida, gas metana dan uap air. Panas tersebut yang membuat
permukaan bumi tetap hangat dari pada di luar angkasa, karena energy lebih banyak yang
terserap dibandingkan dengan yang dipantulkan kembali. Itulah peristiwa yang disebut
dengan efek rumah kaca (green house effect).

Bumi Tanpa Efek Rumah Kaca


Apa yang akan terjadi bila bumi kita tanpa efek rumah kaca, maka bumi akan seperti
planet Mars. Mars tidak memiliki atmosfer yang cukup tebal untuk mempertahankan
panas Matahari, di sana sangat dingin. Sehingga tidak memungkinkan adanya kehidupan.
Masya Alloh….

So, berterimakasihlah pada Alloh SWT, karena dengan efek rumah kaca bumi kita bisa
tetap hangat, tidak membeku dan kita bisa tetap hidup


Lijit Search

CapsulX : Home > Lingkungan > Pengaruh Positif Akibat Global Warming

Pengaruh Positif Akibat Global Warming


Posted by Yudi | | 03.41
Category : Lingkungan

Kehangatan bumi sangat berguna bagi kalangsungan hidup manusia, akan tetapi hangat
disini tidak berarti nyaman, bisa dikatakan sangat berbahaya. Suhu bumi yang naik
menyebabkan terganggunya keseimbanganan ekosistem akibat dari pemanasan global.
Global warming merupakan keadaan dimana suhu bumi naik akibat dari gas efek rumah
kaca.

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan
gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.

Energi yang masuk ke Bumi: 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer,
25% diserap awan, 45% diserap permukaan bumi, dan5% dipantulkan kembali oleh
permukaan bumi. Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi
inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang
dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan
ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya
efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh
berbeda.

IPCC (The Intergovernmental Panel on Climate Change) didirikan oleh World


Meteorological Organisation (WMO) dan The United Nations Environment Programme
(UNEP) adalah suatu lembaga panel yang terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia
yang tugas utamanya adalah menganalisa bukti-bukti scientific mengenai pemanasan
global dan perubahan iklim. IPCC dibentuk guna mengatasi isu yang sangat pelik
mengenai perubahan iklim. Para pengambil kebijakan membutuhkan suatu sumber
informasi yang obyektif dan akurat tentang sebab-sebab perubahan iklim, dampaknya
terhadap lingkungan, sosial ekonomi serta alternatif penanggulangannya dan cara
beradaptasi terhadap perubahan iklim.

Menurut mereka, dampak positifnya antara lain:

• Potensi yang lebih tinggi pada hasil pertanian di daerah yang terletak pada posisi
lintang tengah.
• Potensi penambahan kayu global pada hutan yang dikelola dengan baik dan benar.
• Peningkatan ketersediaan air untuk populasi pada beberapa wilayah yang relatif
kering, sebagai contoh di sebagian wilayah Asia Tenggara.
• Pengurangan angka kematian pada musim dingin pada bumi di belahan lintang
tengah dan lintang tinggi.

Suara Kebebasan http://capsulx368.blogspot.com/2010/11/pengaruh-positif-akibat-


global-warming.html#ixzz1B9ymMXAq
Terima Kasih telah mengcopy artikel ini, semoga artikel ini bermanfaat untuk anda. Saya
berterima kasih bila Link Artikel ini dicantumkan dalam blog Anda sebagai Referensi.
Terima Kasih ttd. CapsulX


Lijit Search
CapsulX : Home > Lingkungan > Penyebab Dan Dampak Pemanasan Global

Penyebab Dan Dampak Pemanasan Global


Posted by Yudi | | 21.37
Category : Lingkungan

Mungkin anda pernah membayangkan berada di dalam mobil yang tertutup rapat pada
siang hari. Sinar matahari dengan leluasa dapat memasuki ruangan mobil melalui kaca
mobil, sehingga menyebabkan udara di dalam mobil menjadi lebih panas. Udara di dalam
mobil menghangat, karena panas sinar matahari yang masuk tidak dapat leluasa keluar.
Sehingga panas tersebut terperangkap di dalam mobil.

Demikian halnya dengan pemanasan global. Matahari memancarkan radiasinya ke bumi


menembus lapisan atmosfer bumi. Radiasi tersebut akan dipantulkan kembali ke angkasa,
namun sebagian gelombang tersebut diserap oleh gas rumah kaca, yaitu CO2, CH4, N2O,
HFCs dan SF4 yang berada di atmosfer. Sebagai akibatnya gelombang tersebut
terperangkap di dalam atmosfer bumi. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang, sehingga
menyebabkan suhu rata-rata di permukaan bumi meningkat. Peristiwa inilah yang sering
disebut dengan Pemanasan Global.

Penyebab Pemanasan Global


Pemanasan global merupakan fenomena global yang disebabkan oleh aktivitas manusia
di seluruh dunia, pertambahan populasi penduduk, serta pertumbuhan teknologi dan
industri. Oleh karena itu peristiwa ini berdampak global. Beberapa aktivitas manusia
yang menyebabkan terjadinya pemanasan global terdiri dari:

Konsumsi Energi Bahan Bakar Fosil.


Sektor industri merupakan penyumbang emisi karbon terbesar, sedangkan sektor
transportasi menempati posisi kedua. Menurut Departemen Energi dan Sumberdaya
Mineral (2003), konsumsi energi bahan bakar fosil memakan sebanyak 70% dari total
konsumsi energi, sedangkan listrik menempati posisi kedua dengan memakan 10% dari
total konsumsi energi. Dari sektor ini, Indonesia mengemisikan gas rumah kaca sebesar
24,84% dari total emisi gas rumah kaca.

Indonesia termasuk negara pengkonsumsi energi terbesar di Asia setelah Cina, Jepang,
India dan Korea Selatan. Konsumsi energi yang besar ini diperoleh karena banyaknya
penduduk yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energinya, walaupun
dalam perhitungan penggunaan energi per orang di negara berkembang, tidak sebesar
penggunaan energi per orang di negara maju. Menurut Prof. Emil Salim, USA
mengemisikan 20 ton CO2/orang per tahun dengan jumlah penduduk 1,1 milyar
penduduk, Cina mengemisikan 3 ton CO2/orang per tahun dengan jumlah 1,3 milyar
penduduk, sementara India mengemisikan 1,2 ton CO2/orang dengan jumlah 1 milyar
penduduk.

Dengan demikian, banyaknya gas rumah kaca yang dibuang ke atmosfer dari sektor ini
berkaitan dengan gaya hidup dan jumlah penduduk. USA merupakan negara dengan
penduduk yang mempunyai gaya hidup sangat boros, dalam mengkonsumsi energi yang
berasal dari bahan bakar fosil, berbeda dengan negara berkembang yang mengemisikan
sejumlah gas rumah kaca, karena akumulasi banyaknya penduduk.

Sampah.
Sampah menghasilkan gas metana (CH4). Diperkirakan 1 ton sampah padat
menghasilkan 50 kg gas metana. Sampah merupakan masalah besar yang dihadapi kota-
kota di Indonesia. Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 1995
rata-rata orang di perkotaan di Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 0,8 kg/hari dan
pada tahun 2000 terus meningkat menjadi 1 kg/hari. Dilain pihak jumlah penduduk terus
meningkat sehingga, diperkirakan, pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan mencapai
500 juta kg/hari atau 190 ribu ton/tahun. Dengan jumlah ini maka sampah akan
mengemisikan gas metana sebesar 9500 ton/tahun. Dengan demikian, sampah di
perkotaan merupakan sektor yang sangat potensial, mempercepat proses terjadinya
pemanasan global.

Kerusakan hutan.
Salah satu fungsi tumbuhan yaitu menyerap karbondioksida (CO2), yang merupakan
salah satu dari gas rumah kaca, dan mengubahnya menjadi oksigen (O2). Saat ini di
Indonesia diketahui telah terjadi kerusakan hutan yang cukup parah. Laju kerusakan
hutan di Indonesia, menurut data dari Forest Watch Indonesia (2001), sekitar 2,2
juta/tahun. Kerusakan hutan tersebut disebabkan oleh kebakaran hutan, perubahan tata
guna lahan, antara lain perubahan hutan menjadi perkebunan dengan tanaman tunggal
secara besar-besaran, misalnya perkebunan kelapa sawit, serta kerusakan-kerusakan yang
ditimbulkan oleh pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri
(HTI). Dengan kerusakan seperti tersebut diatas, tentu saja proses penyerapan
karbondioksida tidak dapat optimal. Hal ini akan mempercepat terjadinya pemanasan
global.

Pertanian dan Peternakan.


Sektor ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca melalui
sawah-sawah yang tergenang yang menghasilkan gas metana, pemanfaatan pupuk serta
praktek pertanian, pembakaran sisa-sisa tanaman, dan pembusukan sisa-sisa pertanian,
serta pembusukan kotoran ternak. Dari sektor ini gas rumah kaca yang dihasilkan yaitu
gas metana (CH4) dan gas dinitro oksida (N20). Di Indonesia, sektor pertanian dan
peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 8.05 % dari total gas rumah kaca
yang diemisikan ke atmosfer.

Dampak Pemanasan Global


Sebagai sebuah fenomena global, dampak pemanasan global dirasakan oleh seluruh umat
manusia di dunia, termasuk Indonesia. Posisi Indonesia sebagai negara kepulauan,
menempatkan Indonesia dalam kondisi yang rentan menghadapi terjadinya pemanasan
global. Sebagai akibat terjadinya pemanasan global, Indonesia akan menghadapi
peristiwa :

• Kenaikan Temperatur Global, menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan


selatan, sehingga mengakibatkan terjadinya pemuaian massa air laut, dan
kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan
udang, serta terjadinya pemutihan terumbu karang (coral bleaching), dan
punahnya berbagai jenis ikan. Selain itu, naiknya permukaan air laut akan
mengakibatkan pulau-pulau kecil dan daerah landai di Indonesia akan hilang.
Ancaman lain yang dihadapi masyarakat yaitu memburuknya kualitas air tanah,
sebagai akibat dari masuknya atau merembesnya air laut, serta infrastruktur
perkotaan yang mengalami kerusakan, sebagai akibat tergenang oleh air laut.

• Pergeseran Musim sebagai akibat dari adanya perubahan pola curah hujan.
Perubahan iklim mengakibatkan intensitas hujan yang tinggi pada periode yang
singkat serta musim kemarau yang panjang. Di beberapa tempat terjadi
peningkatan curah hujan sehingga meningkatkan peluang terjadinya banjir dan
tanah longsor, sementara di tempat lain terjadi penurunan curah hujan yang
berpotensi menimbulkan kekeringan. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai
(DAS) akan terjadi perbedaan tingkat air pasang dan surut yang makin tajam. Hal
ini mengakibatkan meningkatnya kekerapan terjadinya banjir atau kekeringan.
Kondisi ini akan semakin parah apabila daya tampung badan sungai atau waduk
tidak terpelihara akibat erosi.

Kedua peristiwa tersebut akan menimbulkan dampak pada beberapa sektor :


Kehutanan.
Terjadinya pergantian beberapa spesies flora dan fauna. Kenaikan suhu akan menjadi
faktor penyeleksi alam, dimana spesies yang mampu beradaptasi akan bertahan dan,
bahkan kemungkinan akan berkembang biak dengan pesat. Sedangkan spesies yang tidak
mampu beradaptasi, akan mengalami kepunahan. Adanya kebakaran hutan yang terjadi
merupakan akibat dari peningkatan suhu di sekitar hutan, sehingga menyebabkan rumput-
rumput dan ranting yang mengering mudah terbakar. Selain itu, kebakaran hutan
menyebabkan punahnya berbagai keanekaragaman hayati.

Perikanan.
Peningkatan suhu air laut mengakibatkan terjadinya pemutihan terumbu karang, dan
selanjutnya matinya terumbu karang, sebagai habitat bagi berbagai jenis ikan. Suhu air
laut yang meningkat juga memicu terjadinya migrasi ikan yang sensitif terhadap
perubahan suhu secara besar-besaran menuju ke daerah yang lebih dingin. Peristiwa
matinya terumbu karang dan migrasi ikan, secara ekonomis, merugikan nelayan karena
menurunkan hasil tangkapan mereka.

Pertanian.
Pada umumnya, semua bentuk sistem pertanian sensitif terhadap perubahan iklim.
Perubahan iklim berakibat pada pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan. Hal
tersebut berdampak pada pola pertanian, misalnya keterlambatan musim tanam atau
panen, kegagalan penanaman, atau panen karena banjir, tanah longsor dan kekeringan.
Sehingga akan terjadi penurunan produksi pangan di Indonesia. Singkatnya, perubahan
iklim akan mempengaruhi ketahanan pangan nasional.

Kesehatan.
Dampak pemanasan global pada sektor ini yaitu meningkatkan frekuensi penyakit tropis,
misalnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk (malaria dan demam berdarah),
mewabahnya diare, penyakit kencing tikus atau leptospirasis dan penyakit kulit.
Kenaikan suhu udara akan menyebabkan masa inkubasi nyamuk semakin pendek
sehingga nyamuk makin cepat untuk berkembangbiak. Bencana banjir yang melanda
akan menyebabkan terkontaminasinya persediaan air bersih sehingga menimbulkan
wabah penyakit diare dan penyakit leptospirosis pada masa pasca banjir. Sementara itu,
kemarau panjang akan mengakibatkan krisis air bersih sehingga berdampak timbulnya
penyakit diare dan penyakit kulit. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) juga
menjadi ancaman seiring dengan terjadinya kebakaran hutan.

Suara Kebebasan http://capsulx368.blogspot.com/2010/09/penyebab-dan-dampak-


pemanasan-global.html#ixzz1B9z8Tdjy
Terima Kasih telah mengcopy artikel ini, semoga artikel ini bermanfaat untuk anda. Saya
berterima kasih bila Link Artikel ini dicantumkan dalam blog Anda sebagai Referensi.
Terima Kasih ttd. CapsulX

PENGELOLAAN SUMBER DAYA HUTAN UNTUK


MENGURANGI EMISI GAS CO2 PENYEBAB
EFEK RUMAH KACA ( GREEN HOUSE
EFFECT )
Posted by uwityangyoyo on March 25, 2010

Oleh:

Widodo

ABSTRAK
Efek rumah kaca ( Green House Effect ), diartikan sebagai naiknya suhu bumi.
Naiknya suhu bumi di sebabkan oleh terperangkapnya sinar matahari gelombang panjang
( infra merah ) oleh gas – gas rumah kaca

( GRK) yang berada di lapisan troposfer, yang merupakan lapisan atmosfer yang berada
dipermukaan bumi sampai radius 10 Km ke angkasa. Naiknya suhu ini dapat
menyebabkan terjadinya pemanasan global. Secara total, 29 % energi matahari akan
dipantulkan oleh atmosfer, 20 % di serap oleh gas-gas atmosfer, dan hanya 51 % yang
sampai dipermukaan bumi.

GRK yang dapat menyebabkan efek rumah kaca adalah CO2, CH4,CFC, O3 dan N2O.
Seberapa bsar kontribusi dari masing-masing GRK tergantug kepada lama waktu tinggal
GRK di atmosfer dan besarnya nilai GWP. CO2 menjadi fenomena belakangan ini karena
kontribusinya yang sangat besar terhadap efek rumah kaca yaitu 50 % di antara GRK
yang lain.

Selain itu CO2 dihasilkan dari kegiatan manusia yang akan menambah emisi CO2 yaitu,
Penggunaan Bahan Bakar Minyak ( BBM ) yang tidak efisien dan peniadaan atau
pengurangan vegetasi termasuk pembabatan hutan.

Efek rumah kaca dapat berdampak kepada rusaknya ekosistem yang akhirnya akan
memutus rantai makanan dan perpngaruh kepada seluruh kehidupan dimuka bumi.

Penghematan penggunaan BBM dan pengelolaan sumber daya hutan merupaan salah satu
tindakan prefentif terhadap peningkatan emisi gas CO2 di lapisan troposfer. Semakin
banyak luasan vegetasi dan luasan hutan maka akan semakin banyak jumlah CO2 yang
bisa diambil oleh permukaan daun untuk proses fotosintesa dan salah satu produk
akhirnya adalah O2 yang dimanfaatkan oleh makluk hidup pada saat respirasi.

I. PENDAHULUAN

Pemanasan global ( global warming ) merupakan salah satu isu inernasional yang dewasa
ini banyak mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Pemanasan global diartikan sebagai
meningkatnya suhu bumi secara keseluruhan. Pemanasan global merupakan salah satu
gejala dari pengelolaan sumber daya hutan yang tidak berkelanjutan. Kekwatiran dunia
sangat beralasan karena pengaruh global dapat berdampak kepada kehidupan dan kondisi
bentang lahan dari semua negara baik negara penghasil ( emisi ) Gas Rumah Kaca
( GRK ) maupun bukan. Peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca dikwatirkan akan
meningkatkan suhu lapisan bawah atmosfer yaitu lapisan troposfer karena radiasi
gelombang panjang yang dipancarkan permukaan bumi ( terrestrial radiation ) sebagian
akan terperangkap pada lapisan troposfer, karena tidak dapat menembus ke lapisan
atmosfer yang lebih tinggi ( Lakitan, 1994 ). Meningkatnya pemanasan global akibat
GRK akan menimbulan masalah terhadap pola adaptasi makluk hidup pada suatu
ekosistem dan terputusnya rantai makanan antar organisme yang berakibat pada
menurunnya ketersediaan stok pangan dunia. Negara penghasil GRK adalah negara-
negara industri yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energinya.
Indonesia juga merupakan salah satu Negara emitor GRK yang terutama berasal dari
pembukaan hutan dan pengeringan gambut. Sehingga Indonesia menjadi salah satu
bagian dari solusi terhadap pengurangan pemanasan global.

Efek rumah kaca ( Green House Effect ) adalah suatu istilah yang digunakan untuk
meggambarkan betapa panasnya kondisi bumi dari akibat terperangkapnya gelombang
panjang sinar matahari dilapisan trofosfer bumi ( Fahri, 2009 ). Green House Effect di
adopsi dari kondisi rumah kaca yang biasa digunakan untuk budidaya pertanian. Pada
siang hari, pada cuaca yang cerah meskipun tanpa adanya alat pemanas suhu ruangan di
dalam rumah kaca akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan suhu diluar rumah kaca.
Hal tersebut terjadi karena sinar matahari yang menembus kaca dipantulkan kembali
oleh tanaman di dalam rumah kaca yang berupa panas. Sinar yang dipantulkan ini tidak
dapat menembus kembali keluar kaca sehingga suhu di dalam rumah kaca menjadi naik
dan panas yang dihasilan akan terperangkap di dalam rumah kaca. Efek rumah kaca juga
dapat diilustrasikan sebagai sebuah mobil yang diletakkan di bawah terik matahari
dengan kodisi jendela mobil tertutup. Bagi masyarakat awam efek rumah kaca diartikan
sebagai adanya rumah-rumah yang banyak menggunakan kaca.

Iklim global telah berubah pada tingkatan yang cukup besar. Perubahan tersebut terjadi
karena adanya peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer. Salah satunya adalah gas CO2.
Peningkatan konsentrasi gas CO2 di atmosfer terjadi akibat proses pembakaran bahan
bakar fosil. Sekitar 20% dari total peningkatan GRK di atmosfer disebabkan oleh emisi
CO2 akibat pembakaran.

Dalam Kyoto Protokol telah disepakati untuk memberikan solusi terhadap


meningkatnya GRK. Walaupun hanya beberapa negara sebagai emitor gas CO2
terutama negara industri, tetapi dampaknya akan terasa pada keseluruhan otmosfer bumi.
Karena angin akan selalu bergerak secara aktif sehingga akan mendistribusikan GRK
secara merata. penyebaran emisi gas-gas terutama CO2 tersebar secara sporadic di
berbagai tempat, akan tetapi implementasi di lapangan ternyata cukup sulit dan tidak adil.
Karena adanya perbedaan yang cukup significant antar negara dalam emisi GRK. Pada
tingkat global pengaturan sumber daya alam yang berkelanjutan, mempertimbangkan
dua pemicu emisi GRK yaitu , penggunaan bahan bakar minyak dan berhubungan
dengan adanya alih guna lahan dan konversi hutan.

Salah satu solusi untuk mengurangi emisi GRK adalah dengan cara pembangunan dan
pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan. Dalam konteks sumber daya,
paradigma pengelolaan hutan harus bergeser dari sistem yang beorientasi pada ekonomi
semata menuju sistem yang berorientasi ekosistem. Sehingga kelestarian fungsi ekologi
hutan akan tetap terjaga sampai generasi yang akan datang. Sudah lama hutan alam
tropis menjadi perhatian masyarakat dunia sehubungan dengan penurunan kualitas
maupun kuantitasnya. Kondisi yang demikian tidak saja memberikan dampak negatif
terhadap masyarakat yang berada pada wilayah negara yang bersangkutan, tetapi juga
pada masyarakat internasional berkenaan dengan pengaruhnya terhadap perubahan cuaca
ataupun iklim global, menurunnya keaneka-ragaman hayati ataupun pengaruhnya
terhadap aspek lingkungan yang lain. Sampai saat ini laju kerusakan tersebut tidak
mencapai titik setaknasi atau paling tidak melambat, melainkan justru semakin cepat.
Ada kecenderungan bahwa keadaan yang demikian adalah karena kesalahan dalam
pengaturan pengelolaan hutannya.

Tantangan ini cukup berat bagi pengelola hutan untuk mewujudkan suatu usaha
pembangunan yang berkelanjutan serta pertimbangan-pertimbangan terhadap kelestarian
lingkungan yang harus dapat merespon tekanan dari masyarakat, baik itu masyarakat
lokal maupun internasional. Semakin banyak bentangan hijau dapat diartikan sebagai
semakin banyak juga luasan permukaan daun. Kaitannya dengan pengurangan emisi gas
CO2 adalah daun melakukan proses fotosintesa untuk pembentukan dan perbanyakan
biomassa di dalam pohon. Fotosintesa adalah proses perubahan molekul anorganik oleh
tumbuhan menjadi molekul organic.

Akan tetapi tumbuhan hanya melakukan fotosintesa dengan bantuan cahaya matahari.
Sebaliknya pada keadaan gelap tumbuhan mengeluarkan CO2 dan mengambil O2 untuk
respirasi.Daun-daun akan menangkap energi matahari dalam klorofil. Energi ini lalu
digunakan untuk membentuk molekul glukosa dari air dan karbon dioksida.oksigen
dikeluarkan sebagai produk sisa, sedangkan glukosa digunakan untuk memperbanyak
biomassa.

Salah satu produk dari fotosintesa adalah oksigen yang merupakan kebutuhan vital bagi
makluk hidup dalam proses respirasi. Akan tetapi sering kali kita tidak sadar akan
pentingnya kawasan hijau. Perusakan hutan dan bentangan hijau sering dilakukan untuk
alasan kepentingan ekonomi. Peniadaan atau pengurangan vegetasi secara drastis dapat
mengubah iklim secara lokal dan global. Perubahan iklim lokal akan berkaitan dengan
siklus hidrologi dan mengubah wilayah yang lembab menjadi kering. Dampak global dari
pengurangan vegetasi adalah berkaitan dengan peran vegetasi dalam memanfaatkan CO2
dari atmosfer. Jika vegetasi berkurang, sedangkan emisi CO2 terus meningkat, maka jelas
akan mengakibatkan peningkatan CO2 dalam atmosfer yang tidak terkendali ( Lakitan,
1994 ).

Negara-negara industri maju sebagai penghasil emisi GRK sering kali tidak pernah
menghargai kontribusi oksigen yang tanpa bayar dari negara-negara yang mempunyai
kawasan hutan yang cukup luas. Sebaliknya mereka malah melakukan komplain terhadap
negara-negara yang mengalami kerusakan hutan dalam bentuk pengrusakan, ekploitasi
lahan gambut ataupun kebakaran. Baru akhir-akhir ini ada perjanjian antar negara untuk
melakukan perdagangan karbon ( Carbon Trading ). Negara-negara industri maju sebagai
emitor GRK akan membeli karbon dari negara-negara produsen, termasuk Indonesia.

1. II. MEKANISME GAS RUMAH KACA

2.1 Gas- gas rumah kaca ( Green House gases )

Semua kehidupan dibumi di bangun dari unsur karbon. Karbon ada dalam semua tubuh
makluk hidup, dalam laut, dalam air dan dalam bumi itu sendiri ( Pollock, 2000).
Karbon yang ada di atmosfer jika bersenyawa dengan oksigen akan membentuk karbon
dioksida ( CO2 ).

Tanpa disadari banyak kegiatan manusia yang akan mengakibatkan terjadinya emisi gas
rumah kaca. Gas rumah kaca adalah gas-gas yang dapat menyebabkan efek rumah kaca.
Kegiatan manusia yang memberikan kontribusi besar terhadap efek rumah kaca adalah
proses pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan ( Rahmadianti,dkk, 2004 ).
Pada proses pembakaran oksigen ( O2 ) akan mengoksidasi karbon ( C ) sehingga
akan terbentuk karbon dioksida ( CO2).

C + O 2 CO2

Tabel 2.1. Gas rumah kaca dan kontribusinya terhadap efek rumah kaca

No Gas rumah kaca Rumus kimia Kontribusi

(%)
1 Karbon dioksida CO2 50

2 Metana CH4 13

3 Klorofluro karbon R-12 CFC R-12 12

4 Ozon O3 7

5 Kloro fluro karbon R-12 CFC R-11 5

6 Nitro oksida N2O 5

Sumber : http//www.student unimess/a.andano/global warming.

Dari table di atas jelas bahwasanya CO2 merupakan kontribusi terbanyak dalam efek
rumah kaca. Berturut-turut CH4, CFC R-12, O3, CFC R-11 dan N2O. CO2 merupakan
GRK yang banyak mendapat sorotan pada saat ini. Selain kontribusinya yang sukup besar
dalam penyebab efek rumah kaca, CO2 di hasilkan dari dmpak kegiatan manusia, yaitu
terutama pembakaran bahan bakar fosil ataupun pembakaran karbon yang masih terikat
didalam kayu. Misalnya pada kegiatan pembakaran lahan gambut ataupun pembakaran
hutan. Pada proses pembakaran bahan bakar fosil ataupun pembakaran hutan akan
menghasilkan 22,02 sampai 25,69 miliar ton CO2 ke atmosfer tiap tahunnnya. Setengah
dari jumlah tersebut akan berada dilapisan atmosfer dan setengahnya akan diserap oleh
laut, dan tumbuhan darat

Metana merupakan GRK lain yang terdapat secara alami. Gas metana dihasilkan dari
degradasi anaerob terhadap bahan-bahan organic dari mikroorgnisme yang akhirnya
akan terlapas ke atmosfer. Ekploitasi rawa juga akan melepaskan gas metana karena di
dalam rawa terdapat gas rawa. Aktifitas peternakan juga akan memberikan kontribusi
terhadap pelepasan gas metana yang terdapat di dalam feses ternak.

Chlorofluorocarbon ( CFC ) bersifat tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan sangat
stabil sehingga banyak digunakan dalam berbagai peralatan. Chlorofluorocarbon yang
paling banyak digunakan mempunyai nama dagang ‘Freon’.Dua jenis chlorofluorocarbon
yang umum digunakan adalah CFC R-11 dan CFC R-12. Zat-zat tersebut digunakan
dalam proses mengembangkan busa, di dalam peralatan pendingin ruangan dan lemari es.

Ozon adalah gas rumah kaca yang terdapat secara alami di atmosfer yaitu lapisan
stratosfer. Ozon berfungsi untuk menyerap radiasi ultraviolet sehingga tidak akan sampai
ke bumi. Ini yang menyebabkan suhu di lapisan stratosfer menjadi tinggi
Di troposfer, ozon merupakan zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika sinar
matahari bereaksi dengan gas buang kendaraan bermotor.

Dinitrogen oksida adalah salah satu GRK yang terdapat secara alami. Sumber utama gas
ini adalah kegiatan mikroorganisme anaerop dalam tanah yaitu bakteri Pesudomonas,
Bacillus, Chromabakteria dan Thiobacillus. Bakteri ini akan akan mengambil oksigen
dari nitrat dan nitrit. Pemakaian pupuk nitrogen yang tidak bijak akan meningkatkan
jumlah gas N2O di atmosfer ( Barchia, 2009 ).

2.1 Mekanisme Terjadinya Efek Rumah Kaca

Pengaruh Gas-gas Rumah Kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca. tergantung pada
besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer dan kemampuan
penyerapan energi. Peningkatan kadar gas rumah kaca di atmosfer akan meningkatkan
efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global. Waktu tinggal
gas rumah kaca di atmosfer juga mempengaruhi efektivitasnya dalam menaikkan suhu
bumi. Makin lama waktu tinggal GRK di atmosfer, makin tinggi pula pengaruhnya
terhadap kenaikan suhu. Kemampuan Gas-gas Rumah Kaca dalam mengabsorbsi panas
(sinar inframerah) seiring dengan lamanya waktu tinggal di atmosfer disebut dengan
istilah GWP ( Greenhouse Warming Potential ). GWP adalah suatu nilai relatif dimana
karbon dioksida diberi nilai 1 sebagai standar.

Tabel. 2.2. Lama waktu tinggal di atmosfer dan nilai Green House Warwing Potensial
( GWP ) gas rumag kaca

No Gas rumah kaca Lama waktu tinggal GWP ( relative )


( tahun )
1 CO2 50 – 200 1

2 CH4 10 21

3 CFC R-12 130 15.800


4 O3 0,1 2.000

5 CFC R-11 65 12.400

6 N2O 150 206

Sumber : http//www.student unimess/a.andano/global warming.

Dari tabel diatas terlihat zat-zat chlorofluorocarbon, mempunyai nilai GWP lebih tinggi
dari 10.000. Itu berarti bahwa satu molekul zat chlorofluorocarbon mempunyai efek
rumah kaca lebih tinggi dari 10.000 molekul karbon dioksida. Dengan kata lain, makin
tinggi nilai GWP suatu zat tertentu, makin tinggi pula pengaruhnya terhadap kenaikan
suhu bumi.

Secara total, 29 % energi matahari akan dipantulkan oleh atmosfer, 20 % di serap oleh
gas-gas atmosfer, dan hanya 51 % yang sampai dipermukaan bumi ( Lakitan, 1994 ). Dari
sinar matahari yang sampai ke bumi yang berupa sinar gelombang pendek, akan
dipantulkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah dengan gelombang panjang. Sinar
tersebut akan diserap oleh GRK yang ada di trofosfer sehingga tidak bisa terlepas bebas
ke lapisan atas, sehingga akan meningkatkan suhu bumi akibat terperangkapnya sinar
pantulan dari bumi. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca.
Mekanisme terjadinya efek rumah kaca terlihat seperti gambar berikut.

Sumber :http//www.pemanasanglobalblokspotcom

2.2 Pencegahan efek rumah kaca

Meningkatnya emisi GRK di lapisan atmosfer bisa jadi akan terus meningkat tanpa
adanya usaha pencegahan atau pengurangan emisi yang harus dilakukan oleh manusia.
Hubungannya dengan pengurangan emisi gas CO2 di atmosfer adalah, pertama
menggunakan bahan bakar alternativ akan bahan bakar minyak atau penggunaan bahan
bakar minyak seefisien mungkin. Kedua, dengan cara pembangunan berkelanjutan
berwawasan lingkungan (Sustainable development ) ( Abdurahman, 2003 ) Aplikasi pada
sektor kehutanan adalah pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan yang
berorientasi kepada kelestarian ekosistem.

UU No 41 tahun 1999, tentang Kehutanan pada pasal 10 ayat 2 dinyatakan bahwa


pengurusan hutan meliputi kegiatan penyelengaraan :

1. Perencanaan kehutanan
2. Pengelolaan hutan
3. Penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta penyuluhan
kehutanan
4. Pengawasan
Sedangkan pada pasal 21 menyatakan bahwa pengelolaan hutan meliputi :

1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan


2. Pmanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan
3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan
4. Perlindungan hutan dan konservasi alam

Untuk mendapatkan hasil yang optimal terhadap pengurangan emisi gas CO2
pengelolaan sumber daya hutan harus dilakukan dengan azas demokrasi,transparasi,
partisipasi dan akuntabilitas.

Keberadaan hutan dan kelestarian vegetasi diaggap penting dalam mencegah atau
mengurangi efek rumah kaca. Hal ini karena hutan dan vegetasi lain dapat mengambil
CO2 dari atmosfer untuk proses fotosintesa dan melepaskan O2 sebagai salah satu hasil
dari proses fotosintesa. Berikut adalah reaksi fosintesa ( Burnie, 2000 ):

cahaya

6 H2 O + 6 C O2 C6 H12 O6 + 6 O2

Dari reaksi diatas jelas bahwa semakin banyak permukaan daun tumbuhan yang
melakukan proses fotosintesa akan semakin banyak pula gas CO2 yang akan dibutuhkan.

Fotosintesa mungkin merupakan fungsi yang yang terpenting dalam ekosistem karena
fotosintesa merupakan satu-satunya jalan masuknya energi matahari kedalam system
kehidupan ( Wiryono, 2009 ). Lebih lanjut dijelaskan bahwa hasil dari ekosistem berupa
biomassa merupakan bahan makanan bagi manusia dan makhluk lain, bahan bangunan
atau bahan pakaian. Bahkan fosil dari biomassa tumbuhan dan hewan menjadi bahan
bakar minyak, gas dan batu bara.

Tidak ada cara lain untuk mengurangi emisi GRK kecuali melalui proses fotosintesa,
akan tetapi banyak cara untuk menambah emisi GRK. Oleh sebab itu pembangunan
sumber daya hutan dan menambah bentangan hijauan adalah salah satu solusi untuk
mengurangi emisi GRK.

1. III. KESIMPULAN

Konstribusi gas CO2 di dalam atmosfer terhadap efek rumah kaca adalah 50 % diantara
GRK yag lain. Penggunaan bahan bakar minyak yang tidak efisien, eksploitasi lahan
gambut secara besar-besaran, peniadaan atau pengurangan vegetasi serta pembabatan
hutan akan menambah emisi gas CO2 dalam lapisan atmosfer. Efek rumah

kaca dapat berdampak kepada semua kehidupan yang ada di permukaan bumi karena
terus meningkatnya suhu bumi akibat terperangkapnya radiasi sinar infra merah matahari
oleh GRK dalam lapisan troposfer.
Untuk menyelamatkan kehidupan bumi dan demi generasi kita dimasa yang akan datang
penerapan hidup yang tidak konsumtif dan tetap menjaga kelestarian ekologi hutan
adalah suatu tindakan prefentif akan efek rumah kaca. Pola hidup yang ddemikian
merupakan salah satu manifestasi dari prinsip etika lingkungan. Etika lingkungan adalah
petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral
lingkungan(Soerjadi,M dkk, 2008 ). Karena dengan etika lingkungan bisa membatasi
tingkah laku dan upaya untuk mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam
batas kepentingan lingkungan hidup kita.

UCAPAN TERIMAKASIH

Di dalam penulisan ini tentunya penulis tidak terlepas dari beberapa pihak yang ikut
memberikan kontribusi besar dalam penyelesaian tulisan ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof, Urip Santoso,M.Sc, S.I.Kom,Ph.D, atas bimbingannya dalam penulisan ini


2. Muhammad Nasir, S.Kom, atas penelusuran litelatur

Semoga mendapat imbalan pahala yang setimpal dari Allah Swt

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman. 2006. Pembangunan Berkelanjutan dalam Pengelolaan Sumber Daya


Alam di Indonesia halaman 1. Prosiding Seminar Pembagunan Hukum Nasional.
Denpasar. 14-18 Juli 2003.

Burnie, D. 2000. Kehidupan. Balai Pustaka. Jakarta.

Barchia,F,M. 2009.Agroekosistem Tanah Mineral Masam. Gadjah Mada University


Press. Yogyakarta.

Dampak Pemanasan Global dapat Menyebabkan Bencana di Bumi pada tahun 2012.
Bertindaklah Sekarang. 2009. http//www.Idonbik.com.html ( 10 Maret 2010 ).

Efek Rumah Kaca/ Green House Effect ( tanpa tahun ).


http//www.Lasoneart.wordpress.com.html ( 10 Maret 2010 ).

Fahri.2009 Global Warming. http//www.fahri feblok.Norrpress.com. html ( 10 Maret


2010 ).

Green House Effect. ( tanpa tahun ). http//www.en wikipedia.org/wiki/. html ( 10 Maret


2010 ).

Global Warming. 2009. http//www.student unimess/a.andano/global warming. Html ( 10


Maret 2010 ).
Jurusan Geofisika dan Meteorologi. F MIPA-IPB. 1995. Klimatologi Dasar. Bandung.

Lakitan,B. 1994. Dasar-dasar Klimatologi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

PPRGT/VEDC. 1999. http//www.Pemanasan Global.blogspot com. Html ( 10 Maret


2010 ).

Pollock,S. 2000. Ekologi. Balai Pustaka. Jakarta.

Rahmadianti.Susantini, E. Suyono. Nugroho,A,N. Parlan. Sukarmin. Azizah, U.Wasis.


Kusairi, S. Kusnanto, H. Supardi, I, A, Z. Sunarti, T. 2004.Sains. Depdiknas . Jakarta.

Santoso, I. 2008. Perjalanan Desentralisasi Pengelolaan Sumber Daya Hutan di


Indonesia. Prosiding Seminar Ten Year Along. Universitas Admajaya. Jakarta.

Serjani, M. Ahmad, R. Munir, R. 2008. Lingkungan : Sumber Daya Alam dan


Kependudukan dalam Pembangunan. UI Press. Jakarta.

Undang- Undang No 41 tahun 1999. Tentang Kehutanan.

Wiryono. 2009. Ekologi Hutan. UNIB Press. Bengkulu.

Daftar pustaka:
• www.elvinmiradi.com
• www.student.unimaas.nl/a.andono/global_warming.htm
• www.indowebster.web.id/showthread.php
• www.perubahan-dan-pengaruh-iklim-global-terhadap-
aspek-kehidupan
• www.pengelolaan-sumber-daya-hutan-untuk-mengurangi-
emisi-gas-co2-penyebab-efek-rumah-kaca-green-house-
effect/

You might also like