Professional Documents
Culture Documents
Artikel ini saya muat kembali dalam rangka menyegarkan ingatan kita kepada Rasululloh
SAW, sosok dan pribadi terbaik sepanjang masa yang pernah ada dalam peradaban
manusia. Semoga kita bisa meneladani akhlak mulia beliau, walau hanya ’seujung kuku’.
Sudah fitrah manusia untuk selalu meniru orang lain. Seorang bayi bisa berbicara,
mengucapkan kata setelah dia melihat dan menirukan dari wajah-wajah yang dia lihat
setiap hari, setiap saat. Kita pun, selaku manusia dewasa juga meniru orang lain,
sebagaimana kang Ibing ucapkan, kita akan meniru orang tua kita untuk menikah, punya
anak, punya rumah, dst dst.
Rasululloh SAW sendiri mengajarkan dan menyebarkan Islam serta hanya ‘mengijinkan’
amal perbuatan yang telah beliau contohkan. Artinya, umat Islam haruslah MENIRU Suri
Tauladan (Uswatun Hasanah) mereka terutama dalam beribadah dan hidup, karena
contoh dari beliau-lah yang paling tepat dan afdhol.
Melakukan ibadah selain yang dicontohkan beliau akan diancam dengan hukuman di
neraka, karena sifatnya yang bid’ah. Sementara untuk beberapa hal dalam kehidupan
(duniawi), menurut pendapat pribadi saya, tidak mencontoh beliau tidak mengapa selama
tidak bertentangan.
Antara lelaki dan perempuan, saya berpendapat perempuanlah yang sering meniru. Tidak
usah repot2, coba anda lihat tayangan iklan di tv, koran, atau media lain. Saya yakin
mayoritas tayangan iklan ditujukan untuk kaum hawa. Kosmetik, busana, potongan
harga, dst dst yang diperagakan oleh model atau bintang film atau artis, akan membujuk
kaum hawa untuk menyisihkan sebagian harta mereka dan membeli produk tersebut demi
agar mereka MIRIP dengan idola mereka itu.
Sesungguhnya, Islam tidaklah melarang tiru meniru ini, selama dalam koridor yang baik,
tidak bertentangan dengan agama. Rasululloh SAW beserta keluarga beliau sendiri sudah
memberikan banyak contoh yang baik untuk kehidupan sehari-hari. Hidup sederhana,
tidak berlebihan, bisa menjadi manfaat (jalan kebaikan) bagi manusia (+alam) sekitar, dst
dst. Semestinya hal seperti inilah yang ditiru dan dipraktekkan oleh kaum Islam.
Akan tetapi, kita (kaum muslim) yang hidup di alam modern ini, telah dijadikan sasaran
‘tembak’ yang empuk oleh kaum Nasrani dan Yahudi. Beribu cara dilakukan untuk
membuat kita berpaling dari sebaik-baik contoh yang semestinya kita ikuti, menjadi
domba dan penganut serta peniru yang setia dari contoh kaum Nasrani dan Yahudi. Tidak
heran, karena jaman sekarang merupakan masa perang pemikiran (ghazwul fikri).
Betapa banyak kaum muslimah yang telah menutup auratnya kemudian menanggalkan
penutup auratnya, demi mengejar karir atau hal2 yang bersifat duniawi lainnya. Seorang
lelaki minum minuman keras di sebuah pesta demi menghormati tuan rumah. Anak
membantah dan melawan orang tuanya karena mencontoh tayangan televisi, yang
memperlihatkan adegan seorang anak membangkang terhadap perintah orang tuanya.
Masih banyak hal lain yang diciptakan Nasrani dan Yahudi demi membuat kita semakin
jauh dari contoh yang Islami.
Tidaklah heran Rasululloh SAW pernah bersabda yang intinya bahwa kelak umat beliau
akan meniru perbuatan-perbuatan kaum Yahudi dan Nasrani. Beliau bahkan mengancam
bahwa barang siapa umat beliau yang meniru perbuatan-perbuatan kaum Yahudi dan
Nasrani berarti umat beliau telah keluar dari naungan beliau dan menjadi bagian kaum
Yahudi dan Nasrani.
“Kalian sungguh-sungguh akan mengikuti jalan orang2 sebelum kalian sejengkal demi
sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai seandai mereka masuk ke lubang dhabb1
niscaya kalian akan masuk pula ke dalamnya. Kami tanyakan: “Wahai Rasulullah
apakah mereka yg dimaksud itu adl Yahudi dan Nashrani?” Beliau berkata: “Siapa lagi
kalau bukan mereka?”” (HR Bukhari)
Mari kita tengok diri kita sekarang, apakah kita sudah mencontoh cara hidup Rasululloh
SAW? Tentunya mencontoh bukan berarti mencontoh begitu saja mentah-mentah.
Semuanya mesti didasarkan argumen dan logika juga. Sebagai contoh, kita di Indonesia
(menurut saya) tidak perlu menggunakan gamis sebagai baju sehari-hari, karena
lingkungan Indonesia tidaklah sama. Namun, untuk urusan JILBAB, INI JELAS2
HARUS DILAKSANAKAN KARENA SUDAH TERCANTUM DI AL QUR’AN,
bukan sekedar budaya.
Saya mengingatkan diri saya pribadi dan mengajak rekan2 muslim semua utk mulai
mencermati pola hidup kita, apakah sudah sesuai dengan contoh dari Rasululloh SAW.
Silakan memberi komentar dan menuliskan contoh kehidupan yang Islami, lalu sedikit
demi sedikit kita mulai praktikkan di kehidupan sehari-hari.
Catatan: saya sudah pernah menuliskan beberapa contoh adab yang diberikan Rasululloh
SAW. Silakan cek di sini untuk contoh berpakaian dan sini untuk contoh makan
Rasululloh SAW.
Masuk Kategori: HOT NEWS, Ensiklopedia Islam, Seri Kesalahan2, Kisah Nabi dan
Rasul
Bismillah,
Sebagaimana diketahui bersama, baru-baru ini kita dikejutkan dengan berita seorang
‘kiai’ (berusia 40 tahun lebih) yang menikahi seorang ANAK perempuan berusia 11
tahun (di beberapa sumber disebutkan berumur 12 tahun). Sang ‘kiai’ juga kemudian
menikahi beberapa ANAK yang berusia lebih muda.
Sang ‘kiai’ mengatakan bahwa tindakannya ini diperbolehkan oleh agama (Islam) bla bla
bla…dan ada ‘contoh’ dari Rasululloh SAW yg menikahi Aisyah yg berumur 7 tahun bla
bla bla…
Pertanyaannya, apakah benar Islam (notabene Rasululloh SAW) mengajarkan hal seperti
itu? Baiklah, mari kita lihat dan tinjau sejenak tentang ‘isu’ (hoax?) Rasululloh SAW
menikahi Aisyah dalam usia 7 tahun tersebut.
Hanya saja, saya tidak bisa memberikan argumen yg tepat untuk membantah hal-hal
tersebut, hingga beberapa waktu lalu saya sempat temukan sebuah artikel yang
mengungkap ‘kebohongan’ Rasululloh SAW menikahi anak di bawah umur. Saat itu saya
sudah berniat untuk memuatnya di blog ini, hanya saja artikelnya mendadak hilang.
Walhasil, saya mesti bongkar-bongkar arsip, yang butuh waktu cukup lama, karena
tercecer di banyak dvd data.
Alhamdulillah, saya temukan sebuah artikel yang dimaksud, meski nampaknya bukan
versi yang full, karena seingat saya, artikel yg saya simpan lebih panjang dan lebih jelas.
Namun, saya pikir artikel di bawah ini cukup membantu ‘menjernihkan’ riwayat (hoax)
pernikahan Rasululloh SAW dengan Aisyah.
Hadits mengenai umur St ‘Aisyah RA tatkala dinikahkan adalah problematis, alias dhaif.
Beberapa riwayat yang termaktub dalam buku-buku Hadits berasal hanya satu-satunya
dari Hisyam ibn ‘Urwah yang didengarnya sendiri dari ayahnya.
Mengherankan mengapa Hisyam saja satu-satunya yang pernah menyuarakan tentang
umur pernikahan St ‘Aisyah RA tersebut. Bahkan tidak oleh Abu Hurairah ataupun Malik
ibn Anas.
Itupun baru diutarkan Hisyam tatkala telah bermukim di Iraq. Hisyam pindah bermukim
ke negeri itu dalam umur 71 tahun.
Mengenai Hisyam ini Ya’qub ibn Syaibah berkata: “Yang dituturkan oleh Hisyam sangat
terpecaya, kecuali yang disebutkannya tatkala ia sudah pindah ke Iraq.”
Syaibah menambahkan, bahwa Malik ibn Anas menolak penuturan Hisyam yang
dilaporkan oleh penduduk Iraq (Tahzib alTahzib, Ibn Hajar alAsqalani, Dar Ihya alTurath
alIslami, jilid II, hal.50).
Termaktub pula dalam buku tentang sketsa kehidupan para perawi Hadits, bahwa tatkala
Hisyam berusia lanjut ingatannya sangat menurun (alMaktabah alAthriyyah, Jilid 4,
hal.301).
Alhasil, riwayat umur pernikahan St ‘Aisyah RA yang bersumber dari Hisyam ibn
‘Urwah, tertolak.
Menurut Tabari: Keempat anak Abu Bakr RA dilahirkan oleh isterinya pada zaman
Jahiliyah, artinya pre-610 M. (Tarikh alMamluk, alTabari, Jilid 4, hal.50). Tabari
meninggal 922 M.
Jika St ‘Aisyah dinikahkan dalam umur 6 tahun berarti St ‘Aisyah lahir tahun 613 M.
Padahal manurut Tabari semua keempat anak Abu Bakr RA lahir pada zaman Jahiliyah,
yaitu pada tahun sebelum 610 M. Alhasil berdasar atas Tabari, St ‘Aisyah RA tidak
dilahirkan 613 M melainkan sebelum 610.
Jadi kalau St ‘Aisyah RA dinikahkan sebelum 620 M, maka beliau dinikahkan pada umur
di atas 10 tahun dan hidup sebagai suami isteri dengan Nabi Muhammad SAW dalam
umur di atas 13 tahun.
Jadi kalau di atas 13 tahun, dalam umur berapa? Untuk itu marilah kita menengok kepada
kakak perempuan St ‘Aisyah RA, yaitu Asmah.
Menurut Abd alRahman ibn abi Zannad: “Asmah 10 tahun lebih tua dari St ‘Aisyah RA
(alZahabi, Muassasah alRisalah, Jilid 2, hal.289).
Menurut Ibn Hajar alAsqalani: Asmah hidup hingga usia 100 tahun dan meninggal tahun
73 atau 74 Hijriyah (Taqrib al Tahzib, Al-Asqalani, hal.654).
Alhasil, apabila Asmah meninggal dalam usia 100 tahun dan meninggal dalam tahun 73
atau 74 Hijriyah, maka Asma berumur 27 atau 28 tahun pada waktu Hijrah, sehingga St
‘Aisyah berumur (27 atau 28) - 10 = 17 atau 18 tahun pada waktu Hijrah, dan itu berarti
St ‘Aisyah mulai hidup berumah tangga dengan Nabi Muhammad SAW pada waktu
berumur 19 atau 20 tahun. WaLlahu a’lamu bishshawab.
Sayangnya artikel kritis ini tidak (mudah2an hanya belum saja) diketahui oleh
masyarakat (muslim) secara luas. Akibatnya, kaum muslim sendiri tidak bisa membela
aqidahnya ketika para musuh Islam meluncurkan senjata ‘mematikan’ ini . Dengan
dimuatnya artikel ini di blog ini, mudah2an bisa membantu mencerahkan saudara2 kita
yang lain.
Jadi, pak ‘kiai’, jika anda hendak mencontoh nabi (versi) anda, yaaa monggo. Tapi tolong
JANGAN KATAKAN ANDA MENCONTOH RASULULLOH SAW, terutama jika
anda (maaf) tidak belum menelaah secara rinci kehidupan Rasululloh SAW, terutama
‘contoh’ pernikahan Rasululloh SAW dg anak perempuan berumur 7 tahun, yg selama ini
anda pahami (namun ternyata salah).
Masuk Kategori: HOT NEWS, Ensiklopedia Islam, Kisah Nabi dan Rasul
Setelah sebelumnya istri-istri Rasululloh SAW, kini aku muat artikel tentang putra putri
Rasululloh SAW.
Putra Nabi
Putri Nabi
Berawal dari komentar mas Ruly di sini, aku jadikan artikel saja…agar pengetahuan kita
(terhadap Rasululloh SAW) lebih bertambah.
Berikut ini kita tampilkan nama-nama Istri Nabi Muhammad SAW beserta sekilas
penjelasannya:
1. SITI KHADIJAH: Nabi mengawini Khadijah ketika Nabi masih berumur 25 tahun,
sedangkan Khadijah sudah berumur 40 tahun. Khadijah sebelumnya sudah menikah 2
kali sebelum menikah dengan Nabi SAW. Suami pertama Khadijah adalah Aby Haleh Al
Tamimy dan suami keduanya adalah Oteaq Almakzomy, keduanya sudah meninggal
sehingga menyebabkan Khadijah menjadi janda. Lima belas tahun setelah menikah
dengan Khadijah, Nabi Muhammad SAW pun diangkat menjadi Nabi, yaitu pada umur
40 tahun. Khadijah meninggal pada tahun 621 A.D, dimana tahun itu bertepatan dengan
Mi’raj nya Nabi Muhammad SAW ke Surga. Nabi SAW sangatlah mencintai Khadijah.
Sehingga hanya setelah sepeninggalnya Khadijah lah Nabi SAW baru mau menikahi
wanita lain.
2. SAWDA BINT ZAM’A: Suami pertamanya adalah Al Sakran Ibn Omro Ibn Abed
Shamz, yang meninggal beberapa hari setelah kembali dari Ethiophia. Umur Sawda Bint
Zam’a sudah 65 tahun, tua, miskin dan tidak ada yang mengurusinya. Inilah sebabnya
kenapa Nabi SAW menikahinya.
4. HAFSAH BINT UMAR: Hafsah adalah putri dari Umar, khalifah ke dua. Pada
mulanya, Umar meminta Usman mengawini anaknya, Hafsah. Tapi Usman menolak
karena istrinya baru saja meninggal dan dia belum mau kawin lagi. Umar pun pergi
menemui Abu Bakar yang juga menolak untuk mengawini Hafsah. Akhirnya Umar pun
mengadu kepada nabi bahwa Usman dan Abu Bakar tidak mau menikahi anaknya. Nabi
SAW pun berkata pada Umar bahwa anaknya akan menikah demikian juga Usman akan
kawin lagi. Akhirnya, Usman mengawini putri Nabi SAW yiatu Umi Kaltsum, dan
Hafsah sendiri kawin dengan Nabi SAW. Hal ini membuat Usman dan Umar gembira.
7. ZAYNAB BINT JAHSH: Dia adalah putri Bibinya Nabi Muhammad SAW, Umamah
binti Abdul Muthalib. Pada awalnya Nabi Muhammad SAW sudah mengatur agar
Zaynab mengawini Zayed Ibn Hereathah Al Kalby. Tapi perkawinan ini kandas ndak
lama, dan Nabi menerima wahyu bahwa jika mereka bercerai nabi mesti mengawini
Zaynab (surat 33:37).
9. SAFIYYA BINT HUYAYY: Dia adalah dari kelompok Jahudi Bani Nadir. Dia sudah
menikah dua kali sebelumnya, dan kemudian menikahi Nabi SAW. Cerita nya cukup
menarik, mungkin Insya Allah disampaikan terpisah.
10. UMMU HABIBA BINT SUFYAN: Suami pertamanya adalah Aubed Allah Jahish.
Dia adalah anak dari Bibi Rasulullah SAW. Aubed Allah meninggak di Ethiopia. Raja
Ethiopia pun mengatur perkawinan dengan Nabi SAW. Dia sebenarnya menikah dengan
nabi SAW pada 1 AH, tapi baru pada 7 A.H pindah dan tinggal bersama Nabi SAW di
Madina, ketika nabi 60 tahun dan dia 35 tahun.
11. MAYMUNA BINT AL-HARITH: Dia masih berumur 36 tahun ketika menikah
dengan Nabi Muhammad SAW yang sudah 60 tahun. Suami pertamanya adalah Abu
Rahma Ibn Abed Alzey. Ketika Nabi SAW membuka Makkah di tahun 630 A.D, dia
datang menemui Nabi SAW, masuk Islam dan meminta agar Rasullullah mengawininya.
Akibatnya, banyaklah orang Makkah merasa terdorong untuk merima Islam dan nabi
SAW.
12. MARIA AL-QABTIYYA: Dia awalnya adalah orang yang membantu menangani
permasalahan dirumah Rasullullah yang dikirim oleh Raja Mesir. Dia sempat melahirkan
seorang anak yang diberi nama Ibrahim. Ibrahim akhirnya meninggal pada umur 18
bulan. Tiga tahun setelah menikah, Nabi SAW meninggal dunia, dan Maria (thx buat
Joan) akhirnya meninggal 5 tahun kemudian, tahun 16 A.H. Waktu itu, Umar bin Khatab
yang menjadi Iman sholat Jenazahnya, dan kemudian dimakamkan di Al-Baqi.
Kalau sudah tahu begini dan kalau memang dikatakan mau mengikuti Sunnah Nabi
Muhammad SAW, kira-kira masih minat dan berani nggak ya kaum Adam untuk ber-istri
lebih dari 1?
Khutbah Wukuf Arafah 1426 H Bersama Aa Gym
Bismillahirrahmanirrahim
Saudara-saudaraku, hari ini adalah hari yang sangat dirindukan oleh semua
orang yang beriman. Hari dimana kita dibanggakan oleh Alloh dihadapan para
malaikat yang walaupun mata kita tidak bisa melihat, tapi pasti malaikat
berada di sekitar kita.
Entah mengapa Alloh mengundang kita ke Tanah Suci ini, padahal pasti banyak
yang jauh lebih shalih, lebih baik daripada kita. Yang air matanya sering
berderai, yang sujudnya tidak pernah luput, yang malamnya sering berlinang
air mata, yang lisannya selalu basah menyebut nama Alloh, banyak yang jauh
lebih mulia, lebih baik, tapi belum sampai ke tempat ini.
Mengapa kita diundang ? Mungkin karena kita termasuk orang yang paling
banyak dosanya, yang harus segera diampuni. Mungkin kita termasuk orang yang
paling lalai dalam ibadah, yang harus segera diingatkan. Mungkin kita
termasuk orang yang sangat kikir, sehingga harus segera dibukakan. Tidak ada
jalan bagi kita untuk merasa lebih dari yang lain. Hadirnya kita di tanah
suci ini, sama sekali bukan untuk merasa mulia. Saudaraku mengapa Alloh
mengundang kita, berada di tempat ini, inilah yang harus kita renungkan.
Saudaraku sekalian, yang tidak bermanfaat adalah racun. Andai kata kita
memiliki harta, tapi harta kita tidak manfaat, sebetulnya kita memiliki
racun yang membuat hidup kita akan hina dan nista. Siapapun yang memiliki
kedudukan tapi tidak manfaat, dia adalah penyakit, dia adalah racun, yang
dengan kedudukannya dia menjadi dzalim. Barang siapa yang memiliki
penampilan tapi tidak manfaat, maka dia akan menjadi racun.
Demikian pula kita berangkat haji, jika sepulang dari tempat ini tidak
bertambah kemanfaatan kita, kita meracuni orang lain dengan contoh buruk
diri kita. Pertanyaannya saudaraku, hari ini adalah hari kejujuran kepada
diri kita, manfaat apa yang sudah kita berikan dalam hidup kita ? Jujurlah,
manfaat apa yang telah kita berikan kepada Ibu-Bapak kita, yang sudah
berlelah, melahirkan bersimbah darah, air mata, keringat. Apakah kita
bermanfaat atau kita menjadi racun bagi orang tua kita ? Saudara-saudaraku,
inilah kesempatan kita untuk jujur.
Telah datang seseorang kepada Umar bin Khatab, yaa Umar saya bela dan rawat
orang tua saya yang telah tua dan udzur seperti orangtua saya menyayangi dan
memelihara saya saat kecil, bagaimana menurutmu ya, amirul mukminin, apakah
sama pahalanya ? Tidak.. Karena orang tua membela dan merawatmu agar engkau
panjang umur, tapi jika orang tua menjadi tanggunganmu, pikiranmu justru
sebaliknya, sampai sejauh mana saudaraku kita bisa membawa manfaat bagi
Ibu-Bapak kita.
Ada orang yang tidak pernah peduli kepada orang tuanya sendiri. Orang tua
tidak pernah mendapat waktu, jarang diberikan senyuman, bahkan dalam doa pun
jarang dipanjatkan. Manusia yang mulia adalah yang manfaat bagi orang
tuanya. Tidak tahu berapa lama lagi melihat wajah Bapak-Ibu kita. Apakah
ketika keduanya wafat beliau puas melahirkan kita ? Atau menyesal melahirkan
kita ?
Saudaraku Haji yang mabrur adalah haji yang bermanfaat, lihatlah sanak
keluarga kita. Apakah anak-anak kita merasa manfaat dari orang tuanya.
Kemanakah mereka kelak pulang andaikata kita telah tiada ? Jangan-jangan
mereka tidak mengenal jalan pulang ke Surga, karena kita tidak bisa memberi
contoh yang benar.
Wahai Bapak Ibu sekalian tataplah anak-anak kita, kemana mereka akan pulang
? Jangan sampai kita hanya memberikan harta, tapi tidak memberikan kasih
sayang dan perhatian. Kita kadang merasa puas jika telah memberikan uang,
padahal yang mereka butuhkan adalah perhatian, suri tauladan dan kasih
sayang.
Haji yang mabrur adalah haji yang bermanfaat bagi keluarganya, lihatlah
guru-guru kita. Kita sekarang bisa memiliki gaji, kita dihargai, kita
dihormati, karena jasa-jasa guru kita. Tapi apa yang sudah kita lakukan
kepada guru kita, sanak saudara, tetangga, kaum dhuafa ? "Alat ukur
kesuksesan hidup kita bukan dari apa yang kita miliki, melainkan dari
manfaat apa yang kita berikan".
Mudah-mudahan pada hari ini kita bertekad, "Kapanpun kita mati, kita ingin
menjadi manusia yang sudah mempersembahkan yang terbaik dalam hidup kita".
Kita harus buat orang tua kita puas melahirkan kita. Kita ingin anak-anak
kita pun bangga, pasangan kita pun bangga walau kita kelak sudah tiada. Kita
ingin tetangga-tetangga kita merasa senang bertetangga dengan kita, para
guru kita puas mendidik kita, juga kita ingin agar para kaum dhuafa tidak
merasa dikhianati oleh kita.
Saudaraku marilah kita cari ilmu lebih banyak agar kita manfaat. Marilah
kita cari rizki yang lebih banyak dan pakailah secukupnya saja untuk kita,
selebihnya manfaat, karena itulah yang membuat kita bernilai. Jangan
mengumpulkan racun saudaraku, carilah rizki sebanyak mungkin dan nafkahkan
sebanyak-banyaknya, tiada harga diri kita kalau tidak manfaat.
Seorang Haji yang Mabrur adalah Haji yang penuh manfaat. Kita harus menjadi
anak yang bermanfaat bagi orang tua, suami yang manfaat bagi istri. Kita
harus berjuang agar istri kita menjadi ahli Surga, begitupun seorang istri
harus berjuang agar suaminya bisa mewarisi Surga. Kita harus berjuang sekuat
tenaga agar anak-anak kita bisa pulang selamat. Kita harus senang kalau
lebih banyak orang makan dengan jerih payah kita.
Mudah-mudahan Alloh pada hari ini membukakan hati kita semua, dan kita
benar-benar tahu diri bahwa nilai kemuliaan kita, bukan dari apa yang kita
miliki, tapi dari manfaat apa yang bisa kita beri.
Do'a - Muhasabah :
Wahai Alloh, wahai Yang Maha Mendengar, inilah kami, diri yang tubuhnya
kotor berlumur dosa, yang hidupnya berselimut aib, kini berada di
hadapan-Mu. Ampuni Ya Alloh sebusuk apapun kehidupan yang pernah kami lalui.
Ampuni sebanyak apapun dosa-dosa yang melumuri tubuh kami, hapuskan Ya
Alloh, segelap apapun masa lalu kami.
Ya Alloh, wahai Yang Maha Pengampun, kami datang kepada-Mu Ya Alloh, kami
ingin hidup kami berubah. Gantikan segala kebusukan kami menjadi kesucian
dalam pandangan-Mu, gantikan segala kegelapan dengan cahaya-Mu Ya Alloh,
gantikan segala kedzaliman kami menjadi hidayah taufik-Mu, gantikan Ya Alloh
segala kehinaan kami dengan kemuliaan di sisi-Mu.
Ya Alloh, ampuni dan selamatkan Ibu-Bapak kami Ya Alloh, kami mohon di hari
mustajabnya doa ini Ya Alloh, selamatkan Ibu-Bapak kami. Apalagi yang dapat
kami lakukan Ya Alloh, beri Hidayah dan Taufik Mu Ya Alloh. Jadikan mereka
orang yang soleh sampai akhir hayat, jadikan akhir hayatnya Khusnul
Khotimah, lapangkan kuburnya, jadikan ahli surga -Mu, Ya Alloh selamatkan
dan ampuni orang tua kami Ya Alloh.
Ampuni Ya Alloh, para suami yang pernah mendzalimi istri dan anak-anaknya.
Juga ampuni para istri yang telah mengkhianati keluarganya. Ampuni jikalau
kami salah mendidik keluarga dan anak-anak kami Ya Alloh. Utuhkan kami di
dunia mulia, utuhkan kami di Surga-Mu, Ya Alloh.
Tolonglah bangsa kami Ya Alloh, telah terlalu lama bangsa kami terhina.
Bangkitkan ummat Mu Ya Alloh, karuniakan para pemimpin yang Engkau ridhoi,
jauhkan dari para pemimpin yang Engkau murkai.
Ya Alloh terimalah haji kami ini Ya Alloh, terimalah haji kami ini Ya Alloh,
kami belum tentu kembali ke tempat ini Ya Alloh, jadikan tempat ini menjadi
saksi di akhirat Ya Alloh, undang keluarga kami Ya Alloh, undang
sahabat-sahabat kami Ya Alloh, undang sebanyak-banyaknya hamba-hamba-Mu Ya
Alloh.
Ya Alloh hanya Engkaulah tempat kembali kami, hanya Engkaulah Yang Maha Tahu
sisa umur kami, berikan kesempatan bagi kami Ya Alloh, untuk mempersembahkan
yang terbaik dari hidup ini agar bermanfaat bagi orang lain.