You are on page 1of 17

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut peran guru te-

rutama dalam proses pembelajaran agar siswa memiliki pengalaman belajar yang ber-

makna. Kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa dapat diukur melalui indikator yang

disusun oleh guru dan merupakan penjabaran kompetensi dasar serta diwujudkan dalam

kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilaksanakan pada tanggal 1 Desember

2008 di kelas VIIID, model pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung ber-

pusat pada guru dengan metoda ceramah dan tanya jawab. Pada pengamatan pem-

belajaran di kelas tersebut, 7 siswa tidak memperhatikan guru, 2 siswa bercanda dengan

teman sebangku, yang terasa mengganggu proses pembelajaran. Demikian juga yang di-

kemukakan oleh guru fisika, siswa kurang perhatian ketika belajar dalam kelompok.

Selama proses pembelajaran kecenderungan siswa kurang memiliki motivasi belajar

sehingga prestasi belajar yang diharapkan dalam proses belajar mengajar tidak tercapai

secara optimal. Dari data semester 1 terdapat 8 siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang sudah ditentukan yaitu 75.

Ada tiga hal yang menjadi permasalahan yaitu pembelajaran, motivasi, dan pres-

tasi belajar siswa. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi

belajar siswa, salah satunya adalah model pembelajaran STAD (Student Teams Achie-

vement Divisions). Dengan menerapkan model pembelajaran STAD akan mampu mening-

katkan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa kelas VIIID SMPN 1 Malang.

Menurut Nur (2000) model pembelajaran STAD sangat cocok digunakan untuk

mengajarkan tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan satu jawaban seperti yang

terdapat dalam matematika dan IPA. Dengan demikian model tersebut juga cocok dite-

rapkan dalam pembelajaran fisika. Hasil penelitian Karuru (2005) terhadap penerapan

1
2

model pembelajaran STAD diperoleh beberapa temuan antara lain guru mengelola

pembelajaran cukup baik, dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama pembe-

lajaran, mengubah pembelajaran yang teacher center menjadi student center, dan dapat

meningkatkan persentase jawaban benar siswa.

Penerapan model pembelajaran STAD juga dapat meningkatkan partisipasi siswa

dalam kegiatan pembelajaran, yang ditandai dengan semakin banyaknya siswa yang

mengajukan pertanyaan atau menanggapi pertanyaan siswa lain (Parlan, 2006:38). Hasil

penelitian tindakan kelas oleh Dewi (2007) model STAD dapat meningkatkan prestasi

siswa. Demikian juga hasil penelitian tindakan kelas oleh Rely (2008) penerapan model

pembelajaran STAD dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi dan

prestasi belajar siswa, dilakukan penelitian tindakan kelas berjudul ”Penerapan model

pembelajaran STAD untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa kelas

VIIID SMPN 1 Malang”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada Penelitian

Tindakan Kelas ini adalah:

1. Bagaimana keterlaksanaan model pembelajaran STAD di kelas VIIID SMPN 1

Malang?

2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran

STAD di kelas VIIID SMPN 1 Malang?

3. Bagaimana peningkatan prestasi siswa setelah penerapan model pembelajaran STAD

di kelas VIIID SMPN 1 Malang?

C. Tujuan Penelitian

D. Hipotesis Tindakan
3

Sesuai dengan permasalahannya maka sebelum penelitian ini dilakukan, hipotesis

yang akan diuji yaitu :

1. Penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan motivasi siswa kelas VIIID

SMPN 1 Malang.

2. Penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
VIIID SMPN 1 Malang.

E. Manfaat Penelitian

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilakukan pada materi cermin dan lensa. Materi ini diajarkan pada se-

mester 2.

2. Aspek yang diamati adalah motivasi siswa yang di ukur berdasarkan dari peningkatan

aktifitas yang terdiri atas frekuensi pertanyaan yang diajukan siswa, perhatian siswa,

kerjasama siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok dan peningkatan sumber bela-

jar yang dimanfaatkan siswa. Prestasi belajar siswa dilihat dari nilai post test siswa

setiap akhir siklus.

G. Definisi Operasional

BAB II.

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar
4

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat adanya latihan

dan pengalaman. Belajar sesungguhnya dilakukan oleh manusia seumur hidupnya, kapan

saja dimana saja, baik di sekolah maupun di rumah dalam waktu yang sudah ditentukan.

Namun satu hal yang pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa

dilandasi oleh itikad dan maksud tertentu (Hamalik, 2001).

Piaget dalam Dimyati & Mudjiono (2006:13) berpandangan bahwa pengetahuan

dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan ling-

kungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan

lingkungan, maka fungsi intelek semakin berkembang. Pengetahuan dibangun dalam pi-

kiran. Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya.

Menurut Piaget, pengetahuan datang dari tindakan. Perkembangan kognitif seba-

gian besar bergantung pada seberapa aktif anak memanipulasi dan berinteraksi dengan

lingkungan. Perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan informasi

terpisah, namun lebih merupakan pengkonstruksian oleh siswa untuk memahami lingku-

ngan mereka. Dalam pembelajaran fisika, guru seharusnya hadir sebagai fasilitator bagi

siswa dalam mengkonstruksi pemahaman pengetahuannya. Belajar fisika dapat menjadi

daya tarik siswa jika penyajiannya melibatkan siswa secara aktif baik dari mental maupun

fisik dan bersifat nyata (kontekstual).

Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap berpikir siswa. Siswa

diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh

interaksi dengan teman sebaya. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam

pembelajaran yaitu siswa hendaknya diberi peluang untuk berbicara dan diskusi dengan

teman-temannya (Akhmad Sudrajat, 2008) (on line)

Menurut Skinner, belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respon yang

tercipta melalui proses tingkah laku (Dimyati&Mujiono, 2006). Belajar merupakan proses

usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
5

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungan (Slameto, 2003).

Dalam konteks merangsang belajar, konsep belajar ditafsirkan berbeda-beda.

Belajar dalam hal ini dilakukan dengan sengaja, direncanakan sebelumnya dengan struk-

tur tertentu. Dengan maksud agar proses belajar dan prestasi belajar yang dicapai dapat

terkontrol dengan baik. Guru dengan sengaja menciptakan kondisi atau lingkungan yang

menyediakan kesempatan belajar siswa untuk mencapai tujuan tertentu dan dapat mem-

berikan hasil yang diinginkan. Hal ini dapat diketahui melalui sistem penilaian yang di-

lakukan secara berkesinambungan.

B. Motivasi Belajar

Selama berbuat dan bertingkah laku seseorang tentu mempunyai suatu tujuan atau

dengan kata lain seseorang melakukan sesuatu mempunyai motivasi tertentu. Begitu juga

dengan siswa dalam belajar memerlukan motivasi secara terus-menerus untuk memus-

atkan pikiran dan perhatiannya kepada materi atau bahan-bahan yang diberikan kepada

mereka. Belajar yang efektif adalah belajar yang cukup memperoleh motivasi dari guru

yang mempunyai kepribadian dinamis, yang tercermin dari sikap dan minatnya.

Motivasi terbagi menjadi dua bentuk, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi eks-

trinsik, siswa yang didorong oleh motivasi intrinsik akan belajar karena ingin mencapai

tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar tersebut seperti menambah wawasan dan

pengetahuan, sedangkan siswa yang didorong oleh motivasi ekstrinsik dia belajar bukan

untuk menambah wawasan dan pengetahuannya, akan tetapi untuk mencapai tujuan-

tujuan diluar perbuatan belajar tersebut. Siswa yang didorong motivasi intrinsik

mempunyai tujuan antara lain: ingin menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, ahli

dalam bidang studi tertentu dan sebagainya. Tanpa belajar seseorang tidaklah mungkin

menjadi ahli dalam bidang tertentu (Wongkeban, 2008) (on line)


6

Motivasi dan hasil belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan

berhasil, dorongan kebutuhan belajar dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor

ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan

belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu,

sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktifitas belajar yang lebih giat dan

semangat (Hamzah,2008 : 23).

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang

sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya terdapat

beberapa indikator meliputi: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya doro-

ngan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cata masa depan, (4) ada-

nya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6)

adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa dapat belajar

dengan baik (Hamzah,2008:31)

Siswa yang termotivasi belajar dapat terlihat dari tingkah laku dan keaktifan siswa

dalam proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Anderson dan Faust

dalam Ellyana (2007) yang menyatakan motivasi belajar dapat terlihat dari karakteristik

tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi dan kete-

kunan. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar menampakkan minat

yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan

sebanyak mungkin energi dan fisik maupun psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal

perasaan bosan, apalagi menyerah. Sebaliknya terjadi pada siswa yang memiliki motivasi

rendah. Mereka menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha menghindar ke-

giatan belajar.

Menurut Suciati (2006) ada empat hal yang menunjukkan siswa termotivasi dalam

belajar yaitu:

1. Perhatian
7

Perhatian siswa muncul didorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu itu perlu

mendapat rangsangan. Jika siswa termotivasi, mereka akan memusatkan perhatian

pada kegiatan pembelajaran yang lebih besar.

2. Relevansi

Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan

kondisi siswa.

3. Percaya diri

Siswa merasa dirinya berkompeten atau mampu yang merupakan potensi untuk dapat

berinteraksi secara positip dengan lingkungannya

4. Kepuasan

Keberhasilan di dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan.

Motivasi belajar siswa dapat diidentifikasikan pada saat berlangsungnya proses

belajar mengajar. Adapun mengukur motivasi berdasarkan indikator motivasi yang dapat

diamati yang terdiri atas 4 aspek yaitu (1) frekuensi pertanyaan yang diajukan siswa, (2)

perhatian, (3) kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan tugas, (4) peningkatan sumber

belajar yang dimanfaatkan oleh siswa (Soeharto, 2003)

C. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan suatu puncak proses belajar, yang dipengaruhi oleh

proses-proses penerimaan, keaktifan, pra pengolahan, pengolahan, penyimpanan serta

pemanggilan untuk pembangkit pesan dan pengalaman (Dimyati&Mudjiono, 2006). Pres-

tasi belajar dapat dipandang sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa sehingga

dapat diukur dan hasil pengukurannya berupa skor atau angka yang merupakan gambaran

dari hasil proses pembelajaran. Seseorang dikatakan belajar apabila dalam diri orang itu

terjadi suatu proses kegiatan yang menyebabkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan

tingkah laku yang diharapkan dalam penerapan model pembelajaran STAD ini berasal dari

interaksi sosial, dimana siswa saling bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan anggota
8

kelompoknya, sehingga dihasilkan suatu keadaan dimana siswa yang awalnya tidak tahu

akan menjadi mengerti.

Ridwan (2007) (on line) mengemukakan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh

faktor faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam diri

siswa Faktor intern meliputi kecerdasan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi. Faktor

ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ekstern meliputi bahan pelajaran,

metode mengajar, media pendidikan dan situasi lingkungan. Kedua faktor tersebut me-

miliki peranan penting di dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa, dimana faktor in-

tern merupakan faktor utama dan faktor ekstern merupakan faktor pendukung dalam pe-

rbaikan proses dan prestasi belajar.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,

karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari pro-

ses belajar. Prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajar seba-

gaimana yang dinyatakan dalam raport (Ridwan:2008) (on line).

Prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam

menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar

mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam

mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap

bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari eva-

luasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

D. Model Pembelajaran STAD

Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua

model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan

struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif

siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus meng-

koordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model
9

pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa da-

pat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan so-

sial.

1.Prinsip Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut.

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang diker-

jakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok

mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama

diantara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keteram-

pilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara indi-

vidual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

2. Ciri Pembelajaran Kooperatif

Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif se-

bagai berikut.

a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kom-

petensi dasar yang akan dicapai.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik

tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok ber-

asal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.

c. Penghargaan menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

3. Sintaks Model Pembelajaran STAD


10

Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1 seperti

berikut.

Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD

Langkah Indikator Tingkah laku guru

Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan tujuan pembe lajaran


memotivasi siswa dan mengkomunikasikan kompetensi dasar
yang akan dicapai serta memotivasi siswa
Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa

Langkah 3 Mengorganisasikan siswa ke Guru menginformasikan pengelom-pokkan


dalam kelompok- kelompok be- siswa
lajar
Langkah 4 Membimbimg kelompok belajar Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja
siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi pembelajaran yang telah dilaksanakan
Langkah 6 Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar
individual dan kelompok

Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-

temannya di Universitas John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi

kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas

laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang

dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran

yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu

sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi dan kuis.

Sintaks model Pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain :

a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

b. Guru menyajikan pelajaran.

c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok

d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok

lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab

kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.


11

f. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin

tertinggi.

g. Guru memberikan evaluasi.

h. Penutup.

Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh

kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis.

Sumbangan poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas ketentuan

pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD

Skor Kuis Poin peningkatan


Lebih dari 10 point di bawah skor dasar 5
1-10 point di bawah skor dasar 10
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30
Hasil sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar) 30

Catatan: Nilai kuis sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar


(Sumber:Slavin, 1995 dalam Parlan, 2006:17)

Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin pening-

katan yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin

peningkatan anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Penghargaan

kelompok diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3 Predikat Keberhasilan Kelompok

Kriteria Nilai Perkembangan


Excellent 22,6 – 30
The best teams 15,1 – 22,5
Good teams 7,6 – 15,0
General teams ≥ 7,5

(Sumber: Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)

E. Hubungan Penerapan Model STAD dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
12

Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat

menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diha-

rapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat

motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar

mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan mengerti konsep-konsep fisika se-

cara benar.

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsis-

ten baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi

(daya lekat) terhadap materi pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007). Pembela-

jaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model

STAD dapat menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

Pengajaran fisika yang disajikan dengan model pembelajaran STAD memungkin-

kan untuk memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab mereka akan bertanggung

jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok meru-

pakan tugas bersama. Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari ting-

kat prestasi yang berbeda-beda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan

dan kesadaran akan perbedaan. Disamping itu pembelajaran yang disajikan dengan model

STAD akan melatih siswa untuk menceriterakan, menulis secara benar apa yang diteliti

dan diamati.

Apabila ditinjau dari proses pelaksanaannya, kegiatan model pembelajaran STAD

lebih membawa siswa untuk memahami materi yang disajikan oleh guru, karena siswa

aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, pengajaran fisika yang

disajikan dengan dengan penerapan model pembelajaran STAD akan dapat meningkatkan

motivasi dan prestasi belajar siswa


13

BAB III : METODE PENELITIAN

BAB IV : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

BAB V : PEMBAHASAN

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran STAD untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas

VIIID SMP Negeri 1 Malang Tahun Ajaran 2008/2009” yang telah dilaksanakan ini dapat

diambil kesimpulan bahwa:

1. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan motivasi

siswa kelas VIIID SMP Negeri 1 Malang. Model pembelajaran STAD ini dapat me-

ningkatkan motivasi siswa karena terjadi peningkatan empat aspek motivasi yang di-

amati yaitu frekuensi pertanyaan yang diajukan siswa, perhatian siswa, kerjasama antar

siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan peningkatan sumber belajar yang di-

manfaatkan siswa. Setiap pertemuan di tiap siklus, empat aspek motivasi tersebut

mengalami peningkatan. Motivasi siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Aspek

frekuensi pertanyaan yang diajukan siswa meningkat dari 46,25% menjadi 55,83%

(sedang), aspek perhatian siswa dari 77,29% menjadi 85,42% (tinggi), aspek kerjasama

siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok meningkat dari 56,88% menjadi 81,25%

(tinggi), dan peningkatan sumber belajar yang dimanfaatkan siswa meningkat dari

52,29% menjadi 56,04% (sedang).

2. Proses pembelajaran dengan model STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Model pembelajaran STAD yang menekankan diskusi kelompok, dimana siswa yang

sudah mengerti pada materi yang sedang dibahas harus menjelaskan kepada siswa

yang belum mengerti pada materi tersebut sampai bisa. Rata-rata nilai prestasi siswa
14

pada siklus II adalah 76,25% nilai ini meningkat dibandingkan nilai rata-rata pada sik-

lus I adalah 66,75%.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil refleksi siklus II, maka diajukan saran yang perlu diper-

timbangkan antara lain sebagai berikut.

1. Guru

a. Karena penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan motivasi dan pres-

tasi belajar siswa, diharapkan guru menggunakan model pembelajaran STAD dalam

proses belajar mengajar sebagai variasi dalam pembelajaran fisika.

b. Bagi tenaga pengajar yang tertarik menggunakan model pembelajaran STAD se-

baiknya mempertimbangkan hal-hal seperti: kesiapan guru, kesiapan siswa, dan keter-

sediaan waktu untuk menyusun bahan pembelajaran.

2. Peneliti selanjutnya

a. Penelitian ini terbatas pada pokok bahasan cermin dan lensa, sehingga perlu adanya

penelitian lebih lanjut dengan menerapkan model pembelajaran STAD pada pokok ba-

hasan lain.

b. Ketuntasan klasikal pada penelitian ini mencapai 77,5%, sehingga belum tercapai Ke-

tuntasan Klasikal Minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 85%, kekurangan ini di-

harapkan dapat disempurnakan pada penelitian berikutnya.


15

DAFTAR RUJUKAN

Akhmad Sudrajat. 2008. Teori-teori Belajar, (on line), http : // www.wordpress.com, di-
akses 16 Februari 2009.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Chotimah, Husnul. 2007. Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Biologi dalam Pendeka-
tan Kontekstual melalui Model Pembelajaran Think Pair Share pada Peserta Di-
dik kelas X-6 SMA Laboratorium UM. PTK. Malang: SMA Lab.UM.

Dewi. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Pres-
tasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Fisika. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.

Dimyati & Mujiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ellyana.2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD untuk Meningkatkan


Motivasi, Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII-A SMP PGRI Pur-
wodadi Kabupaten Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Ne-
geri Malang.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar mengajar. Jakarta. Bumi Aksara.

Hamzah, B.Uno. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Kamadi, Waras, dkk. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Malang: Lembaga Pen-
gembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang.

Karuru, Perdy. 2007. STAD untuk Pembelajaran IPA, (on line), http : //
www.wordpress.com, diakses16 Januari 2009.

Moleong, L.J. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nur, M.2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press-UNESA.

Parlan, Dewi Ambarwati, Eni. 2006. Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Model


STAD untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia Siswa kelas
XII SMA Negeri 9 Malang. PTK Tidak diterbitkan. Malang.

Ridwan. 2008. Ketercapaian Prestasi Belajar, (on line), http://ridwan202.wordpress.com.


Diakses 25 Juli 2009.

Rely. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Terhadap peningkatan


Motivasi Belajar Biologi Siswa SMPN 4 Malang. PTK Tidak diterbtkan. malang

Santoso, Koko, B. 2008. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw un-
tuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-B SMP Negeri 9
Malang. PTK Tidak diterbitkan. Malang.
16

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soeharto, Karti. 2003. Teknologi Pembelajaran. Surabaya: Surabaya Intellectual Cub.

Suciati, dkk. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: Pusat antar Universitas untuk Pe-
ningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Dirjen Dikti Depdiknas.

Sujana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosda karya.

Supriyo.2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Sstudent Teams


Achievement Divisions) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Fisika Siswa Kelas
IX-D SMPN 5 Malang. PTK Tidak diterbitkan Malang.

Susilo, H,dkk.2007. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan


Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia.

Wongkeban,2008. Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar, (on line),


http://www.pdf-search-engine.com/motivasi-belajar-pdf.htm, Diakses tanggal 5
Januari 2009.
17

RIWAYAT HIDUP

D ikdik Krisnadi dilahirkankan di kota Sukabumi pada tanggal 17 Ok-


tober 1971, anak ketujuh dari tujuh bersaudara, pasangan Bapak
D.Kadir Yudaatmaja dan Ibu R.E. Utiarin. Dunia pendidikan mulai
ditempuh di SD Negeri Cisaat I tamat pada tahun 1984, pendidikan me-
nengah pertama di SMPN 2 Cisaat tamat pada tahun 1987, sedangkan pen-
didikan menengah atas ditempuh di SMA Negeri 1 Sukabumi tamat pada
tahun 1990.
Pendidikan berikutnya ia tempuh di IKIP Bandung (sekarang UPI) jurusan pendidikan
fisika.lulus tahun 1995. Pernah mendapat bea siswa Supersemar tahun 1992-1994. Tahun
1995 lulus seleksi CPNS ditempatkan di SMPN 1 Gegerbitung Kabupaten Sukabumi. Ta-
hun 2005 sampai sekarang bertugas di SMPN 1 Sukaraja Kabupaten Sukabumi. Ditu-
gaskan sebagai Pembina siswa untuk OSN tahun 2005 – 2008. Bulan Januari – Mei Ta-
hun 2006 sebagai Peserta Program Pembinaan Pengembangan Peningkatan Mutu Pendi-
dikan SMP di FMIPA IPB Bogor. Bulan Januari – April Tahun 2008 Mengikuti Program
Pembinaan Kompetensi Siswa yang diselenggarakan Pusat Sain FMIPA IPB Bogor.
Menikah tahun 1997 dengan Dety Setiawati S.Si, dikaruniai 3 orang anak yaitu Mifta
Mudrikah, Marwan Tasnim, dan Nisa Nurhayati.

You might also like