Professional Documents
Culture Documents
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut peran guru te-
rutama dalam proses pembelajaran agar siswa memiliki pengalaman belajar yang ber-
makna. Kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa dapat diukur melalui indikator yang
disusun oleh guru dan merupakan penjabaran kompetensi dasar serta diwujudkan dalam
kegiatan pembelajaran.
2008 di kelas VIIID, model pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung ber-
pusat pada guru dengan metoda ceramah dan tanya jawab. Pada pengamatan pem-
belajaran di kelas tersebut, 7 siswa tidak memperhatikan guru, 2 siswa bercanda dengan
teman sebangku, yang terasa mengganggu proses pembelajaran. Demikian juga yang di-
kemukakan oleh guru fisika, siswa kurang perhatian ketika belajar dalam kelompok.
sehingga prestasi belajar yang diharapkan dalam proses belajar mengajar tidak tercapai
secara optimal. Dari data semester 1 terdapat 8 siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan
Ada tiga hal yang menjadi permasalahan yaitu pembelajaran, motivasi, dan pres-
tasi belajar siswa. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar siswa, salah satunya adalah model pembelajaran STAD (Student Teams Achie-
vement Divisions). Dengan menerapkan model pembelajaran STAD akan mampu mening-
katkan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa kelas VIIID SMPN 1 Malang.
Menurut Nur (2000) model pembelajaran STAD sangat cocok digunakan untuk
mengajarkan tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan satu jawaban seperti yang
terdapat dalam matematika dan IPA. Dengan demikian model tersebut juga cocok dite-
rapkan dalam pembelajaran fisika. Hasil penelitian Karuru (2005) terhadap penerapan
1
2
model pembelajaran STAD diperoleh beberapa temuan antara lain guru mengelola
pembelajaran cukup baik, dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama pembe-
lajaran, mengubah pembelajaran yang teacher center menjadi student center, dan dapat
dalam kegiatan pembelajaran, yang ditandai dengan semakin banyaknya siswa yang
mengajukan pertanyaan atau menanggapi pertanyaan siswa lain (Parlan, 2006:38). Hasil
penelitian tindakan kelas oleh Dewi (2007) model STAD dapat meningkatkan prestasi
siswa. Demikian juga hasil penelitian tindakan kelas oleh Rely (2008) penerapan model
Berdasarkan uraian di atas, maka sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar siswa, dilakukan penelitian tindakan kelas berjudul ”Penerapan model
pembelajaran STAD untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa kelas
B. Rumusan Masalah
Malang?
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
3
1. Penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan motivasi siswa kelas VIIID
SMPN 1 Malang.
2. Penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
VIIID SMPN 1 Malang.
E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan pada materi cermin dan lensa. Materi ini diajarkan pada se-
mester 2.
2. Aspek yang diamati adalah motivasi siswa yang di ukur berdasarkan dari peningkatan
aktifitas yang terdiri atas frekuensi pertanyaan yang diajukan siswa, perhatian siswa,
kerjasama siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok dan peningkatan sumber bela-
jar yang dimanfaatkan siswa. Prestasi belajar siswa dilihat dari nilai post test siswa
G. Definisi Operasional
BAB II.
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Belajar
4
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat adanya latihan
dan pengalaman. Belajar sesungguhnya dilakukan oleh manusia seumur hidupnya, kapan
saja dimana saja, baik di sekolah maupun di rumah dalam waktu yang sudah ditentukan.
Namun satu hal yang pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa
dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan ling-
lingkungan, maka fungsi intelek semakin berkembang. Pengetahuan dibangun dalam pi-
gian besar bergantung pada seberapa aktif anak memanipulasi dan berinteraksi dengan
terpisah, namun lebih merupakan pengkonstruksian oleh siswa untuk memahami lingku-
ngan mereka. Dalam pembelajaran fisika, guru seharusnya hadir sebagai fasilitator bagi
daya tarik siswa jika penyajiannya melibatkan siswa secara aktif baik dari mental maupun
Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap berpikir siswa. Siswa
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran yaitu siswa hendaknya diberi peluang untuk berbicara dan diskusi dengan
Menurut Skinner, belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respon yang
tercipta melalui proses tingkah laku (Dimyati&Mujiono, 2006). Belajar merupakan proses
usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
5
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
Belajar dalam hal ini dilakukan dengan sengaja, direncanakan sebelumnya dengan struk-
tur tertentu. Dengan maksud agar proses belajar dan prestasi belajar yang dicapai dapat
terkontrol dengan baik. Guru dengan sengaja menciptakan kondisi atau lingkungan yang
menyediakan kesempatan belajar siswa untuk mencapai tujuan tertentu dan dapat mem-
berikan hasil yang diinginkan. Hal ini dapat diketahui melalui sistem penilaian yang di-
B. Motivasi Belajar
Selama berbuat dan bertingkah laku seseorang tentu mempunyai suatu tujuan atau
dengan kata lain seseorang melakukan sesuatu mempunyai motivasi tertentu. Begitu juga
dengan siswa dalam belajar memerlukan motivasi secara terus-menerus untuk memus-
atkan pikiran dan perhatiannya kepada materi atau bahan-bahan yang diberikan kepada
mereka. Belajar yang efektif adalah belajar yang cukup memperoleh motivasi dari guru
yang mempunyai kepribadian dinamis, yang tercermin dari sikap dan minatnya.
Motivasi terbagi menjadi dua bentuk, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi eks-
trinsik, siswa yang didorong oleh motivasi intrinsik akan belajar karena ingin mencapai
tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar tersebut seperti menambah wawasan dan
pengetahuan, sedangkan siswa yang didorong oleh motivasi ekstrinsik dia belajar bukan
untuk menambah wawasan dan pengetahuannya, akan tetapi untuk mencapai tujuan-
tujuan diluar perbuatan belajar tersebut. Siswa yang didorong motivasi intrinsik
mempunyai tujuan antara lain: ingin menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, ahli
dalam bidang studi tertentu dan sebagainya. Tanpa belajar seseorang tidaklah mungkin
Motivasi dan hasil belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan
berhasil, dorongan kebutuhan belajar dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor
ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan
belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu,
sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktifitas belajar yang lebih giat dan
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya terdapat
beberapa indikator meliputi: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya doro-
ngan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cata masa depan, (4) ada-
nya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6)
adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa dapat belajar
Siswa yang termotivasi belajar dapat terlihat dari tingkah laku dan keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Anderson dan Faust
dalam Ellyana (2007) yang menyatakan motivasi belajar dapat terlihat dari karakteristik
tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi dan kete-
kunan. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar menampakkan minat
yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan
sebanyak mungkin energi dan fisik maupun psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal
perasaan bosan, apalagi menyerah. Sebaliknya terjadi pada siswa yang memiliki motivasi
rendah. Mereka menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha menghindar ke-
giatan belajar.
Menurut Suciati (2006) ada empat hal yang menunjukkan siswa termotivasi dalam
belajar yaitu:
1. Perhatian
7
Perhatian siswa muncul didorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu itu perlu
2. Relevansi
kondisi siswa.
3. Percaya diri
Siswa merasa dirinya berkompeten atau mampu yang merupakan potensi untuk dapat
4. Kepuasan
belajar mengajar. Adapun mengukur motivasi berdasarkan indikator motivasi yang dapat
diamati yang terdiri atas 4 aspek yaitu (1) frekuensi pertanyaan yang diajukan siswa, (2)
perhatian, (3) kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan tugas, (4) peningkatan sumber
C. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan suatu puncak proses belajar, yang dipengaruhi oleh
tasi belajar dapat dipandang sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa sehingga
dapat diukur dan hasil pengukurannya berupa skor atau angka yang merupakan gambaran
dari hasil proses pembelajaran. Seseorang dikatakan belajar apabila dalam diri orang itu
terjadi suatu proses kegiatan yang menyebabkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku yang diharapkan dalam penerapan model pembelajaran STAD ini berasal dari
interaksi sosial, dimana siswa saling bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan anggota
8
kelompoknya, sehingga dihasilkan suatu keadaan dimana siswa yang awalnya tidak tahu
Ridwan (2007) (on line) mengemukakan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh
faktor faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam diri
siswa Faktor intern meliputi kecerdasan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi. Faktor
ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ekstern meliputi bahan pelajaran,
metode mengajar, media pendidikan dan situasi lingkungan. Kedua faktor tersebut me-
miliki peranan penting di dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa, dimana faktor in-
tern merupakan faktor utama dan faktor ekstern merupakan faktor pendukung dalam pe-
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari pro-
ses belajar. Prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajar seba-
menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari eva-
luasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan
siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus meng-
koordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model
9
pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa da-
pat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan so-
sial.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang diker-
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif se-
bagai berikut.
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kom-
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik
tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok ber-
asal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1 seperti
berikut.
temannya di Universitas John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi
kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas
laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran
yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu
sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi dan kuis.
c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok
d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok
e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab
tertinggi.
h. Penutup.
Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh
kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis.
Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin pening-
katan yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin
kelompok diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.
E. Hubungan Penerapan Model STAD dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
12
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat
menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diha-
rapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat
motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan mengerti konsep-konsep fisika se-
cara benar.
ten baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi
(daya lekat) terhadap materi pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007). Pembela-
jaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model
jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok meru-
pakan tugas bersama. Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari ting-
kat prestasi yang berbeda-beda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan
dan kesadaran akan perbedaan. Disamping itu pembelajaran yang disajikan dengan model
STAD akan melatih siswa untuk menceriterakan, menulis secara benar apa yang diteliti
dan diamati.
lebih membawa siswa untuk memahami materi yang disajikan oleh guru, karena siswa
aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, pengajaran fisika yang
disajikan dengan dengan penerapan model pembelajaran STAD akan dapat meningkatkan
BAB V : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Pembelajaran STAD untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas
VIIID SMP Negeri 1 Malang Tahun Ajaran 2008/2009” yang telah dilaksanakan ini dapat
siswa kelas VIIID SMP Negeri 1 Malang. Model pembelajaran STAD ini dapat me-
ningkatkan motivasi siswa karena terjadi peningkatan empat aspek motivasi yang di-
amati yaitu frekuensi pertanyaan yang diajukan siswa, perhatian siswa, kerjasama antar
siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan peningkatan sumber belajar yang di-
manfaatkan siswa. Setiap pertemuan di tiap siklus, empat aspek motivasi tersebut
mengalami peningkatan. Motivasi siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Aspek
frekuensi pertanyaan yang diajukan siswa meningkat dari 46,25% menjadi 55,83%
(sedang), aspek perhatian siswa dari 77,29% menjadi 85,42% (tinggi), aspek kerjasama
siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok meningkat dari 56,88% menjadi 81,25%
(tinggi), dan peningkatan sumber belajar yang dimanfaatkan siswa meningkat dari
2. Proses pembelajaran dengan model STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Model pembelajaran STAD yang menekankan diskusi kelompok, dimana siswa yang
sudah mengerti pada materi yang sedang dibahas harus menjelaskan kepada siswa
yang belum mengerti pada materi tersebut sampai bisa. Rata-rata nilai prestasi siswa
14
pada siklus II adalah 76,25% nilai ini meningkat dibandingkan nilai rata-rata pada sik-
B. Saran
Berdasarkan pada hasil refleksi siklus II, maka diajukan saran yang perlu diper-
1. Guru
a. Karena penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan motivasi dan pres-
tasi belajar siswa, diharapkan guru menggunakan model pembelajaran STAD dalam
b. Bagi tenaga pengajar yang tertarik menggunakan model pembelajaran STAD se-
baiknya mempertimbangkan hal-hal seperti: kesiapan guru, kesiapan siswa, dan keter-
2. Peneliti selanjutnya
a. Penelitian ini terbatas pada pokok bahasan cermin dan lensa, sehingga perlu adanya
penelitian lebih lanjut dengan menerapkan model pembelajaran STAD pada pokok ba-
hasan lain.
b. Ketuntasan klasikal pada penelitian ini mencapai 77,5%, sehingga belum tercapai Ke-
tuntasan Klasikal Minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 85%, kekurangan ini di-
DAFTAR RUJUKAN
Akhmad Sudrajat. 2008. Teori-teori Belajar, (on line), http : // www.wordpress.com, di-
akses 16 Februari 2009.
Chotimah, Husnul. 2007. Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Biologi dalam Pendeka-
tan Kontekstual melalui Model Pembelajaran Think Pair Share pada Peserta Di-
dik kelas X-6 SMA Laboratorium UM. PTK. Malang: SMA Lab.UM.
Dewi. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Pres-
tasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Fisika. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Dimyati & Mujiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamzah, B.Uno. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Kamadi, Waras, dkk. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Malang: Lembaga Pen-
gembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang.
Karuru, Perdy. 2007. STAD untuk Pembelajaran IPA, (on line), http : //
www.wordpress.com, diakses16 Januari 2009.
Santoso, Koko, B. 2008. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw un-
tuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-B SMP Negeri 9
Malang. PTK Tidak diterbitkan. Malang.
16
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suciati, dkk. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: Pusat antar Universitas untuk Pe-
ningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Dirjen Dikti Depdiknas.
Sujana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosda karya.
RIWAYAT HIDUP