Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sintren sebagai bentuk folklor yang sudah sangat jarang dikenal oleh
masyarakat luas, terutama masyarakat asal daerah sintren pun tak mengetahui
secara pasti sebenarnya sintren itu. Maka dalam makalah ini, saya mencoba
memperkenalkan seni sintren agar dapat lebih dikenal lagi. Sehingga hal ini dapat
mengenalkan sintren tidak hanya sekedar asal tahu nama saja, tetapi juga
mengetahui bagaimana sintren itu.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Folklor
B. Pengertian Sintren
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
sulapan, nama pertunjukkan’. Pemaknaan kata ‘sintren’ yang menyesatkan orang
itu harus diganti dengan makna yang benar. Sintren merupakan bentuk seni
pertunjukkan rakyat di wilayah Jawa Tengah bagian barat daerah Cilacap dan
Brebes, serta wilayah Jawa Barat bagian timur daerah Cirebon dan Ciamis.
Sintren adalah seni pertunjukkan rakyat Jawa-Sunda; seni tari yang bersifat mistis,
memiliki ritus magis tradisional tertentu yang mencengangkan. (Budiono
Herusatoto, 2008: 207)
Sintren adalah sebutan kepada peran utama dalam satu jenis kesenian.
Tapi akhirnya sebutan itu menjadi satu nama jenis kesenian yang disebut sintren.
Sintren sendiri berasal kata sesantrian artinya meniru santri bermain lais, debus,
rudat atau ubrug dengan menggunakan magic (ilmu ghaib).
5
menunggu penonton datang ke arena pertunjukkan. Setelah waktu shalat Isya,
nyanyian dolanan tersebut digantikan oleh grup kesenian rakyat Tanjidor, sebagai
pengiring tarian sintren dengan lagu Salawatan. Instrumen Tanjidor terdiri dari
gendang, terbang, dua buah genjring, bedug, dan terompet.
6
berdoa bersama-sama kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dikaruniai keselamatan
dan kelancaran atas jalannya perunjukkan tersebut.
Kurang lebih dua puluh menit kemudian, kurungan sintren dibuka oleh
pawang laki-laki, lalu sintren pun keluar dengan dandanan yang sudah rapi,
cantik, mengenakan semua perlengkapan pertunjukkan tadi. Pada gelas kosong
terlihat air ludah sirih dan sisa kunyahannya. Kemudian sintren menari dengan
monoton, lucunya sintren menari menggunakan kacamata hitam. Para penonton
yang berdesak-desakan mulai melempari sintren dengan uang logam, dan begitu
uang logam mengenai tubuhnya, maka sintren akan jatuh pingsan. Setelah itu,
sintren akan dimasukkan kembali ke dalam kurungan. Pawang laki-laki pun
kembali membacakan mantra-mantra, setelah beberapa saat kurungan di buka
kembali, dan sintren tersebut berpakaian sehari-hari menjadi remaja putri biasa.
Kain, pakaian, dan perlengkapan lainnya kembali terlipat dan tertumpuk seperti
semula meski tidak serapi sebelumnya.
7
lalu massa rakyat yang berhubungan dengan kolonialisme masa lalu Indonesia.
Dalam beberapa kali wawancara Rumekso Setyadi dengan pelaku kesenian ini
memang tidak begitu terungkap masalah ini. Tetapi berdasarkan penelitiannya
terhadap syair-syair yang dinyanyikan untuk mengiringi pementasan dan ragam
atribut yang dikenakan penarinya, maka sebuah hipotesis awal yang diambil
Rumekso Setyadi adalah ada sebuah symbol dan siasat kebudayaan tertentu dari
masa lalu dalam tradisi Sintren masa kini tersebut. (Budi Susanto, S. J, 2009: 239-
240)
8
Seperti halnya kesenian tradisional lain, sintren mulai tersisih oleh bentuk
kesenian dan hiburan modern.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
Danandjaya, James. 1991. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-
lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Susanto, Budi (Editor). 2009. Penghibur(an): Masa Lalu dan Budaya Hidup
Masa Kini Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
10
LAMPIRAN
11
Gambar 3 Pertunjukkan Sintren
LAMPIRAN II
Hasil wawancara yang saya peroleh kurang lebihnya seperti dibawah ini:
Saya (penulis) : “Kangge bahan damel makalah sintren pak, ing jaman menika
taksih wonten Sintren pak?”
Sumber : “Ya tesih, tapi secuil, paling wis jarang banget wong ngadake
sintrenan.”
Sumber : “Ya ora, ngene, sintren kue wong sing nari wadon lan tesih
perawan, pertamane wong wadone kue nganggo klambi
omahan biasa, digiring nyang lapangan. Biasane sintrenan kui
bengi-bengi maine. Terus calon sintrene dianjingna maring
kurungan ayam sing wis ditutupi karo kain, neng jero ya wis
12
dilebokna pakean lan peralatane sintren. Sing gawe
pertunjukkane sintren kui apik ya gara-garane sakwise sintren
mlebu kurungan ayam, trus didongani karo dukun lanang,
metu-metu sintrene wis dandan ayu karo klambi lan asesorise
mau. Padahal neng kurungan ayam sempit ow ya, trus
waktune neng kurungan ayam yo mung delat. Sawise metu
saka kurungan ayam sintrene joget-joget.”
Saya (penulis) : “Lajeng lagu iringanipun kados pundi pak? Wonten boten?”
Sumber : “Walah, bapak rak ngerti ki nok, soale kue sintren wis jarang
banget dimainna, dadine ya masyarakate ya akeh sing ra ngerti
lengkape sintren kue kepriben. Ngertine ya mung sintren kui
yen ganti klambi karo nganggo asesorise cepet nemen.”
13