Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Pangesti Aryani
H1A007022
A. Latar Belakang
lain adalah keputusan Pemerintah yang telah: menurunkan subsidi BBM dengan
penaikan harga tiga jenis BBM, melanjutkan pemberian Bantuan Langsung uang
Tunai dan Bantuan Khusus Mahasiswa, menaikkan tarif listrik di satu sisi sambil
memadamkan secara bergilir berdasarkan waktu dan lokalitas di sisi lain untuk
internasional untuk menarik investasi, dan lain-lainnya yang pasti luput dari
mendaftarkannya di sini.
sebagai wujud konkret perencanaan sentral yang dilakukan badan eksekutif dan
tersebut lebih merupakan aksi tanggapan terhadap berbagai faktor eksternal luar
2
menyebabkan merebaknya pro dan kontra di seluruh elemen masyarakat, bukan
dan bahkan di tingkat pengambil keputusan dan pelaku perencanaan itu sendiri.
B. Perumusan Masalah
tersebut ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
menurunkan subsidi BBM dengan penaikan harga tiga jenis BBM, pemberian
Bantuan Langsung uang Tunai dan Bantuan Khusus Mahasiswa, serta menaikkan
Berbagai alasan telah terlontar dari mulut para pejabat negara mengenai
alasan bahwa pertimbangan pemerintah tersebut didorong oleh faktor teknis dan
memangkas subsidi diselesaikan pada 2003 karena pada 2004 akan digelar
pemilihan umum. Agar lebih tenang dan pemerintah tidak mau kehilangan
popularitas pada saat menjelang pemilu. Selain itu, keputusan menaikkan harga
BBM dalam negeri diambil karena biaya subsidi BBM dalam negeri meningkat
sangat pesat dengan naiknya harga minyak mentah dunia yang akhir-akhir ini
mencapai di atas US$ 120 per barel. Jika tidak dilakukannya penyesuaian harga
BBM dalam negeri, APBN yang merupakan salah satu pilar perekonomian
4
pemerintah membuat kebijakan-kebijakan kontemporer tersebut agar
masyarakat.
bersubsidi dan program pasar beras murah untuk buruh, PNS Gol I / II,
yang belum pulih dari krisis pada tahun 1997, serta situasi politik yang masih tak
menentu, kenaikan harga BBM akan dengan sangat cepat mempengaruhi kenaikan
harga bahan pokok, listrik, dan harga elektronik. Tingkat perekonomian nasional
5
semakin merosot, nilai dari rupiah akan semakin rendah meski perputaran uang
menjadi lebih tinggi namun nilainya tetap menurun. Sehingga biaya hidup ke
depan akan semakin berat. Menurut GPB Suka Arjawa (2008), jika
diperhitungkan ada tiga faktor pesimis yang membuat biaya hidup ke depan cukup
1. Naiknya posisi Cina dan India menjadi negara industri. Akibatnya, bahan
pangan dan minyak dunia sebagian besar akan tersedot ke kedua negara
tersebut. Ini tentu saja membuat jatah pangan dan minyak ke negara lain
menanam jarak. Akibatnya, harga pangan pasti akan naik karena secara
ini telah ada sampai saat ini. Belum lagi jika diperhitungkan dengan
demikian, bisa disimpulkan ke depan harga pangan dan minyak pasti akan
Bantuan Langsung uang Tunai (BLT), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan
6
Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM), menaikkan tarif listrik di satu sisi sambil
memadamkan secara bergilir berdasarkan waktu dan lokalitas di sisi lain untuk
tersebut tidak berjalan dengan baik bahkan dapat dikatakan mengalami kegagalan.
Harus diakui bahwa program-program sosial tersebut lahir dari niat baik
pemerintah dan tidak cuma berisi kegagalan. Terutama jika pembahasan tentang
program tersebut kita batasi dengan melihat dan menganalisis dampak jangka
pendeknya, akan cukup jelas bagi kita bahwa tidak semuanya berakhir buruk.
Memang benar BLT, BOS dan BKM dan sebagainya tidak membuat parit-parit di
lingkungan kita menjadi lebih bersih atau terbebas sepenuhnya dari sampah,
namun bagi sebagian golongan, terutama para penerima BLT dan BKM, atau
dapat menjadi jawaban bagi persoalan kehidupan, meski sesaat. Sedangkan untuk
efek-efek program jangka menengah dan panjang ternyata tidak memadai sebagai
ide yang buruk, dalam arti bahwa program-program tersebut tidak akan membawa
merebaknya pro dan kontra di seluruh elemen masyarakat, bukan hanya di tingkat
7
masyarakat awam, melainkan juga melibatkan para intelektual dan bahkan di
tingkat pengambil keputusan dan pelaku perencanaan itu sendiri. Ada sebagian
menyatakan ketidaksetujuannya.
kenaikan BBM tahun 2005. Sama halnya dengan pendapat Aviliani, pengamat
ekonomi yang mengatakan subsidi yang paling besar saat ini ada di premium,
sehingga disparitas harga premium subsidi dengan harga minyak dunia mencapai
50%, oleh karena itu, kenaikan BBM 5%-10% sangat penting dilakukan untuk
menyarankan agar BLT halal diterima atas dasar bahwa hal tersebut sudah inheren
termaktub sebagai hak rakyat atas konstitusi 1945, yang dijadikan induk bagi
8
melainkan justru membawa rakyat menuju jurang kemiskinan. Pendapat lain
rakyat kecil mudah menjadi emosional, merasa tidak puas, marah, bahkan sinis
atau frustrasi. Demo-demo yang marak di berbagai kota hingga saat ini adalah
kenaikan harga bahan bakar minyak, tarif listrik dan telepon semakin marak,
negeri ini. Pemerintah kelihatannya tidak mengira bahwa reaksi masyarakat akan
begitu keras dan pemerintah mungkin juga tidak sadar bahwa dalam sepanjang
sejarah kenaikan harga yang terjadi di negeri ini, tidak pernah terjadi harga-harga
barang dan jasa yang sangat vital bagi seluruh masyarakat dinaikkan sekaligus.
Sesuai istilah “Orang kaya akan semakin kaya, orang miskin akan semakin
menengah dan atas. 20% masyarakat kelompok terkaya menikmati hampir 50%
subsidi BBM. Selain itu dengan semakin besarnya subsidi BBM mengakibatkan
Secara tidak disadari, bahwa semua desain sosial masyarakat telah diciptakan
mengikuti aliran modern yang bersandar kepada mobilitas bermesin, yang sudah
9
Menurut perhitungan pemerintah untuk memperkecil pengeluaran negara,
maka subsidi BBM di gantikan posisinya dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Dalam kasus BLT dan penurunan subsidi, tidak sedikit dari masyarakat menolak
Tunai (BLT) bukanlah sebuah solusi, BLT hanya merupakan bentuk pembodohan,
tabung gas gratis. Yang terjadi malah kompor dan tabung gas tersebut dijual lagi.
yang siap meledak kapan saja. Terlebih kurangnya akses pelayanan di bidang
haknya misalnya pendidikan menjadi lebih bergantung pada kebijakan sesaat ini.
Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diyakini sebagai obat pelipur lara, tidak lain
adalah perusak moral bangsa, BLT akan semakin memicu tumbuh suburnya jiwa
“pengemis” dan “pemalas” pada bangsa kita. Beramai-ramai rakyat mendaftar dan
meyakini diri bahwa mereka adalah benar-benar miskin, tak peduli harga diri, dan
BBM, atau jika dianalogikan dengan kenyataan, bahwa saat ini masyarakat kurang
mampu versi pemerintah menerima BLT. Hal ini menjadi keresahan mahasiswa,
yang mana pada saat kerasnya arus penolakan kenaikan harga BBM oleh
itu sendiri. Selain itu, BKM ini juga dijadikan alat untuk membenturkan antara
10
pihak mahasiswa dengan Pejabat kampus itu sendiri, karena bisa kita ketahui di
rektoratnya untuk ikut berstatement menolak BBM naik dan menganggap BKM
Satu fakta utama sebagai dasar telaah di sini, semua dampak kemunduran
ini terjadi di mana pemerintah telah berperan amat dominan di dalamnya. Di sini
pemerintah terjebak dalam situasi yang menyulitkan, di satu sisi pemerintah harus
nasional tidak bertambah buruk dan di sisi lain pemerintah harus menghadapi
dampak yang akan terjadi setelah keputusan tersebut diambil serta berbagai
BBM 100%, tapi kurangi subsidi dengan kenaikan BBM sebesar 5%-10%, saya
kira penting untuk itu. Karena, biar bagaimanapun kalau kita ingin ekonomi kita
berkesinambungan, kenaikan BBM secara bertahap tiap tahun itu akan lebih baik
11
BAB III
1. Kesimpulan
pemberian BLT, BKM, BOS dan sebagainya yang muncul akhi-akhir ini
subsidi BBM dalam negeri meningkat sangat pesat dengan naiknya harga minyak
mentah dunia. Jika tidak dilakukannya penyesuaian harga BBM dalam negeri,
pemberian BLT, BKM, BOS dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa program-
program sosial berupa transfer payment (subsidi) yang didasari atas niat baik
12
Kebijakan-kebijakan ini lahir dari niat baik pemerintah, namun
mereka.
2. Saran
dapat dikatakan baik dan dapat pula dikatakan sebagai kebijakan yang buruk.
kenaikan BBM tersebut harus dilakukan secara hati-hati dan bertahap sehingga
sosial berupa transfer payment (subsidi) yang didasari atas niat baik sekalipun
tersebut secara logis tidak membawa kita kepada perbaikan kesejahteraan sebagai
13
satu tujuan ultimat bernegara, maka penghentian program-program tersebut secara
KEPUSTAKAAN
Arjawa, Suka GBP. 2008. Kenaikan Harga BBM, Antisipasi Aspek Sosial-Politik.
08 Juni 2008.
Aviliani dan Hasan, Fadhil. 2008. Indef Usulkan Harga BBM Naik 5%-6%.
http://www.transparansi.or.id/berita/berita-
Rothbard, Murray N. 1997. The Logic of Action One: Method, Money, and the
14
KLIPING KASUS
Kebijakan Kontemporer
yang sangat memengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan kita. Untuk menyebut
menurunkan subsidi BBM dengan penaikan harga tiga jenis BBM, melanjutkan
menaikkan tarif listrik di satu sisi sambil meng-oglang atau memadamkan secara
bergilir berdasarkan waktu dan lokalitas di sisi lain untuk mengatasi krisis
menarik investasi, dan lain-lainnya yang pasti luput dari sebutan sekalipun
wujud konkret perencanaan sentral yang dilakukan badan eksekutif dan legislatif
merupakan aksi tanggapan terhadap berbagai faktor eksternal luar negeri atau
15
korektif atas kegagalan-kegagalan kebijakan yang ditempuh melalui proses
merebaknya pro dan kontra di seluruh elemen masyarakat, bukan hanya di tingkat
sebagian lagi menyatakan dapat menerimanya oleh karena mereka adalah langkah
logis yang tepat. Dalam kasus BLT dan penurunan subsidi, sejumlah ekonom
dari mereka menolak atas berbagai alasan, dari persoalan asumsi yang terlalu
media memastikan tidak akan menaikknya pada tahun ini, antara lain karena di
negeri ini ternyata harus menjilat ludah (dan tidak terbukti hingga saat ini, kecuali
pengumuman berbagai kebijakan sampingan a.l. berupa BOS, BLT, BKM dan
puas, marah, bahkan sinis atau frustrasi. Demo-demo yang marak di berbagai kota
16
hingga saat tulisan ini dibuat adalah wujud ekspresi perasaan-perasaan tersebut.
berbagai forum intelektual menyarankan agar BLT halal diterima atas dasar bahwa
hal tersebut sudah inheren termaktub sebagai hak rakyat atas konstitusi 1945,
yang dijadikan induk bagi seluruh hirarki legislasi yang boleh dilakukan di negeri
ini; sementara BKM harus dianggap sebagai barang “haram” yang tidak lain
adalah sogokan.
Anda dan saya pun dapat berbeda sikap dalam hal ini. Meski demikian,
kemungkinan besar kita setidaknya masih bisa sependapat bahwa semua hasil
depan tersebut tidak pantas disebut sebagai hal-hal yang menarik, sebab mereka
terlalu penting. Kita sama tahu, meski mustahil mengetahuinya secara persis atau
empiris, bahwa seluruh semesta kehidupan kita telah berubah sejak saat itu, dan
semua hal bagi sebagian besar kita, perkembangan di atas bahkan dapat sama-
sama kita akui berarti suatu kemunduran, keburukan. Suka atau tidak suka. Dan
Satu fakta utama sebagai dasar telaah kita di sini, semua kemunduran ini
dalamnya. Pernyataan ini harus diterima terlepas dari apakah, atau sejauh
manakah, kita menyetujui sepak terjang atau campur tangan pemerintah dalam
perekonomian, dan terlepas dari apakah kita percaya bahwa tugas sejati negara
17
adalah sebagaimana termaktub dalam Konstitusi, kita sama-sama menjadi saksi
mana pun kita berada, jika A adalah seorang penjual jasa atau barang apapun,
memiliki banyak kemiripan dalam hal karakteristik dan “hasil akhirnya”. Meski
satupun pesaing, di kedua bidang tersebut telah terjadi sejumlah anomali. Anomali
Anomali kedua terjadi ketika justru para konsumenlah yang harus lebih banyak
yang wajar di kondisi pasar yang normal, seorang penjual peralatan komputer
18
dokumen agar tidak terlalu sering membeli tinta komputer. Namun, tanpa harus
menjadi sinis dalam menjelaskannya, kita perlu mengakui bahwa persis seperti
inilah kejadian yang menimpa dunia kelistrikan dan energi lain di negeri ini.
modus produksi dan perilaku ekonomi yang terjadi di negeri kita persis
berlangsung di sisi ini. Dan kita dapat berpegang pada kenyataan-kenyataan yang
telah berlangsung selama beberapa dasawarsa ini dalam membentuk opini kita.
proporsional. Harus diakui bahwa program-program sosial ini lahir dari niat baik
pemerintah dan tidak cuma berisi kegagalan. Terutama jika pembahasan tentang
mereka kita batasi dengan melihat dampak jangka pendeknya, akan cukup jelas
bagi kita bahwa tidak semuanya berakhir buruk. Memang benar, BLT, BOS dan
BKM dan sebagainya tidak membuat parit-parit di lingkungan kita menjadi lebih
bersih atau terbebas sepenuhnya dari sampah; namun, bagi sebagian golongan,
terutama para penerima BLT dan BKM, atau pebisnis terkait, keputusan-
keputusan tersebut dapat menjadi sumber rejeki yang dapat menjadi jawaban bagi
Seberapa jauh kita harus menganalisis efek program sosial seperti ini? Haruskah
19
jangka pendek saja tanpa memperhitungkan efek-efek jangka menengah dan
ingin dicapai melalui modus tersebut tidak tercapai, malah akan memperburuk
gagasan tersebut terpaksa harus dikatakan sebagai ide-ide yang buruk, dalam arti
bahwa mereka tidak akan membawa kita kepada tujuan yang kita harapkan. Ada
baiknya gagasan seperti ini kita tinjau kembali, karena kita tidak ingin
meremehkan kekuatan dan bahayanya. Oleh karena itu, untuk analisis yang lebih
rakyatnya.
satu aspek lain dari program-program tersebut, yaitu dari aspek pendanaannya.
diketahui, pada dasarnya tidak memiliki sumberdaya yang cukup untuk mendanai
kontemporer di Indonesia saat ini. Yang dapat dilakukan pemerintah untuk tujuan
ini, baik secara langsung maupun tidak, adalah cara-cara atau kombinasi berbagai
hal sebagai berikut: 1) mencetak uang; 2) menarik pinjaman; dan 3) menarik pajak
yang lebih besar dari sebagian warganya, atau mengalokasikan pajak yang ada.
Ketiga cara tersebut memiliki satu kesamaan yang amat kentara. Tidak
memerlukan otak yang terlatih dengan teori ekonomi untuk mengenali bahwa
20
semua cara tersebut bukanlah cara-cara produktif, melainkan semata cara
Efek-efek dari penerapan satu atau semua modus di atas dalam jangka
menengah dan panjang tidak terletak dalam cakupan otoritas atau kapasitas para
pembuat kebijakan. Hukum ekonomi yang universal akan mendiktenya; tidak bisa
jumlah uang beredar lebih besar daripada daripada jumlah komoditas ekonomi
yang tersedia. Dengan jumlah uang yang lebih banyak tiba-tiba “mengejar”
komoditas yang tidak berubah; dalam waktu yang tidak terlalu lama, harga-harga
akan bergerak naik untuk menyesuaikan dengan pertambahan jumlah uang yang
ada. Dengan kata lain, daya beli uang akan berkurang; kita akan memerlukan uang
yang lebih banyak untuk membeli satu barang, sekalipun secara riil nilai
komoditas tersebut belum ikut bergerak naik. Inflasi akan semakin memengaruhi
masa depan yang akan memengaruhi proses alokasi modal dan dengan sendirinya
proses produksi dan konsumsi masa depan plus beban untuk membayar biaya
pinjaman.
Demikian pula dengan cara ketiga. Cara ini akan memengaruhi alokasi
hasil pajak di masa sekarang dan masa depan untuk tujuan konsumsi masing-
mustahil dapat dipastikan; namun, semua ini tentu akan berpeluang besar untuk
21
dipakai guna menyiasati kehidupan hari per hari yang akan semakin sulit.
ini akan membuat tindakan yang tidak produktif menjadi semakin tidak produktif,
dan jika dilakukan tindakan ini sendiri akan menuntut biaya tambahannya sendiri.
Analitis di atas belum lagi mencakupi evaluasi etis, yang tidak menjadi
fokus penulisan ini. Bagi sebagian dari kita semua ini memang tidak dianggap
sebagai isu moral; namun, bagaimana halnya dengan sebagian pihak yang
tidak berarti bahwa nilai pentingnya lebih inferior daripada analisis obyektif
Untuk menelisik posisi dasar yang dapat memengaruhi sikap etis kita
down dan mengandaikan diri berada dalam posisi para pembuat peraturan (sisi
suplai). Anggap saja ini semacam role playing atau simulasi, yang amat mewah
tentunya, sebab dalam real-politik tidak ada simulasi dan hidup jelas sebagai
Jika sebagian kita tertarik dan meyakini diri mampu menjadi salah seorang
pemimpin bangsa yang, apakah sebenarnya tujuan akhir semua ini? Kepentingan
22
Ketika kita disuguhkan bahwa tujuan akhirnya adalah membentuk
masyarakat yang adil dan sejahtera, maka kita harus berhasil mendefinisikan
Jika kita mengetahui bahwa kepentingan yang harus kita bela adalah
itu. Jika akal membimbing kita untuk meyakini bahwa pembentuk nasion itu
adalah rakyat atau masyarakat, kita masih harus mendefiniskan lagi rakyat atau
diteruskan? Apakah sebuah negara harus berdiri lantaran negara tersebut harus
berdiri bagi dirinya sendiri? Jika negara terlalu abstrak, pertanyaan tersebut bisa
Melalui proses intro- dan retrospeksi, kita akan tiba pada suatu pemikiran
yang dapat diterima oleh mayoritas bahwa sebuah negara didirikan dan
favoritisme terhadap satu golongan tertentu, dan bukan demi saat ini saja
arah infiniti, sebagaimana kita mendirikan warung kecil, meski dengan dengan
trial-error, tetap tidak dengan harapan untuk gulung tikar di kemudian hari.
23
Jika seseorang mempertanyakan kembali nomenklatur dan hal-hal
Apakah orang harus dianggap sebagai pembenci bensin atau minyak tanah,
yang kebetulan baru saja melonjak harganya, saat mengatakan bahwa kita tidak
boleh meminumnya karena bahan bakar tersebut tidak cocok untuk dijadikan
makanan? Sekali lagi, jawabannya tidak; dan dalam semangat inilah diskusi ini
kita lanjutkan.
pemecah banyak persoalan sosial pada dasarnya memiliki kemampuan yang amat
terbatas. Pada hakikatnya dia bukan ilmu tentang uang atau benda-benda
sejenisnya. Ilmu ini berfokus pada tindakan manusia; secara lebih spesifik,
tentang cara alokasi terbaik suatu means yang akan mendasari tindakan kita atas
suatu tujuan (ends) tertentu. Ekonomi menggantungkan diri pada asumsi adanya
tujuan dan para ekonom akan berangkat dari sana untuk mendeduksi teori-
teorinya yang sahih dan relevan, untuk kemudian menentukan bagaimanakah cara
Jika suatu cara bagi suatu tujuan dianggap sudah diperoleh, ekonomi dapat
membantu memastikan apakah cara tersebut akan membawa kita pada tujuan
tersebut. Secara per se ilmu ini tidak berurusan dengan kandungan tujuan itu
sendiri, atau dengan apa yang terjadi di benak para penggagas kebangsaan kita
24
saat menggagas tujuan bernegara, dan dalam pengertian ketat demikian ilmu ini
disebut bebas-nilai.
dapat menarik dalil-dalilnya yang relevan dalam menganalisis cara terbaik guna
mencapai tujuan tersebut. Sains ini menganggap given tujuan negara kita, yang
kerap tergelincir pada suatu proses moralizing yang implisit. Ketika seorang
tunai, maka tidak dapat diasumsikan bahwa ekonom tersebut telah bersikap netral
tersebut. Implicit moralizing sudah terjadi; ia tidak lagi bersikap netral saat
mendukung atau menolak program tersebut. Ia hanya dapat bersikap netral sejauh
ingin dicapainya, sebagai bagian dari tujuan bersama kita dalam bernegara.)
kondisi masyarakat telah menjadi “lebih baik”? Atau kapankah kita bisa
25
mengatakan bahwa manfaat bagi masyarakat yang diberikan program-program
Dalam pandangan saya yang saya usahakan akurat meski amat terbatas,
teori utilitas (utility theory) dan teori kesejahteraan (welfare theory) sangat relevan
welfare.
Prinsip Keseragaman
sudah umum, bahwa utilitas marjinal suatu barang semakin berkurang ketika unit
utilitas barang yang homogen tersebut meningkat. Ketika Anda memiliki uang
satu juta, maka pertambahan unit uang tersebut, katakanlah secara satu rupiah,
akan menurun. Demikian juga jika misalnya Anda memiliki uang miliaran rupiah
di posisi awal.
Menurut salah satu interpretasi yang dominan oleh sejumlah ekonom neoklasik,
maka dapat disimpulkan dengan “aman” bahwa nilai utilitas marjinal orang yang
kaya berbeda dari yang miskin. Pemikiran semacam ini dijadikan justifikasi bagi
penghasilan orang yang kaya dibolehkan untuk dikutip lebih besar agar
didistribusikan kepada yang miskin. Pemikiran semacam ini pula yang kiranya
26
Terlepas dari segala kontroversinya, selama beberapa waktu ekonom
mengikuti jalan pemikiran ulititarian seperti ini. Adalah Lionnel Robbins yang
konsep utilitas dapat diperbandingkan dari satu orang ke yang lain. Menurutnya,
oleh sebab ulititas adalah perkara ordinal yang tidak dapat dikuantifikasi, maka
pertimbangan neoklasik tersebut tidak dapat ditarik dari dalil ekonomi, kecuali
sebagai Prinsip Keseragaman. Konsep unanimity rule ini, berasal dari ekonom
sebagai akibat suatu perubahan jika tidak ada satu pun individu yang kondisinya
menjadi lebih buruk akibat perubahan tersebut, sementara paling sedikit satu
kembali berpedoman pada konsep dasar bahwa utilitas interpersonal tidak dapat
dijumlahkan atau dikurangi, maka harus ditekankan kembali bahwa ilmu ekonomi
memerlukan satu proposisi etis saja agar ekonom dapat membuat perbandingan
setara dalam hal pemenuhan kepuasan”, kondisi tersebut tetap musykil dari sudut
pandang ekonomi. Utilitas manusia tetap bukan sebagai sesuatu yang kardinal dan
27
dapat diukur dan dijumlahkan oleh dunia ini tidak mengenal satuan unit apapun
bahwa kemakmuran bukan hanya soal uang dan rupiah.) Utilitas selalu perkara
subyektif dan tidak dapat dijumlahkan menjadi suatu totalitas. Dengan demikian
tingkat kesejahteraan secara total tidak bisa diterima karena hanya bersifat
marjinal dan juga mengingat bahkan sistem preferensi satu orang individu yang
sama pada satu titik waktu tidak bersifat tetap (fixed) di titik waktu yang lain;
utilitas, nilai, preferensi adalah merupakan hal-hal personal bukan hal yang time-
melalui prinsip kompenasinya. Menurut mereka, utilitas sosial dapat secara ilmiah
kepada para pecundang dan masih tetap menjadi pemenang. Dan pandangan ini
keras pandangan ini. Dalam satu karya seminalnya*) yang dijadikan kerangka
bagi tulisan ini, ia mengatakan bahwa kita dalam hal ini sedang berurusan dengan
harus mengenyam kerugian, maka yang kita bicarakan bukanlah apakah para
28
benar-benar terjadi memberikan kompensasi tersebut. Rothbard mengatakan,
apakah BLT kompensasi yang sepadan? Apakah BKM sebuah kompensasi? Jika
individu yang dapat menentukan sendiri cara terbaik membelanjakan Rp. 500 ribu
tersebut?
dan sistem nilai satu individu harus diteliti dan diperbandingkan. Hingga saat ini,
ini masih merupakan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan tanpa keterpaksaan di
satu sisi atau pemaksaan di sisi lain. Dan keterpaksaan/pemaksaan ini adalah
proses yang akan mencederai kondisi psikis korban; dan hal ini harus dihitung
Penutup
BBM per tanggal 24 lalu? Ternyata, ini bukan pertanyaan yang tepat. Penaikan
atau penurunan harga BBM dan keputusan besar menyangkut hajat hidup orang
banyak tidak dapat direduksi menjadi pertanyaan ya atau tidak, sebab hal
mendasar ini terkait sangat erat dengan berbagai keputusan lain dan bermuara
29
anomali besar yang terjadi dalam dua sektor strategis di atas lebih dari sekadar
ideologis, yang dapat dirunut kembali hingga ke Konstitusi 1945. Konstitusi dan
segenap produk legislasi pada hakikatnya adalah seperangkat instrumen yang kita
membawa kita kepada hasil yang kita dambakan, apabila ternyata perangkat
cocok.
program-program sosial berupa transfer payment (subsidi) yang didasari atas niat
karena cara-cara tersebut secara logis tidak membawa kita kepada perbaikan
program tersebut secara saksama dan dalam tempo yang secepat-cepatnya adalah
30
Rujukan:
Economics”, 1956. Artikel ini diterbitkan pertama kali dalam On Freedom and
(Princeton, N.J: D. Van Nostrand, 1956). Dicetak ulang dalam The Logic of
Action One: Method, Money, and the Austrian School, Murray N. Rothbard
31