You are on page 1of 16

MENELAAH METODE PEMBELAJARAN PAUD

Untuk mengetahui bagaimana peran pendidikan Anak Usia ( PAUD ) dalam membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak, tentunya setiap orang tua atau pendidik PAUD harus
mengetahui cara atau metode yang dipakai. Meskipun secara umum metode yang digunakan adalah
bermain sambil belajar.Sehingga tidak salah jika dalam hal ini bermain adalah bertujuan untuk
mengarahkan fungsi motorik anak agar mampu dioptimalkan secara baik.

A. Pembelajaran Pada Anak Usia Dini

Anak usia dini termasuk dalam kelompok umum pra sekolah. Pada umur 2-4 tahun ingin
bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjajahan bertanya, menirukan, dan
menciptakan sesuwatu. Pada masa ini anak mengalami kemajuan pesat dalam keterampilan
menolong dirinya sendiri dan dalam keterampilan bermain. Seluruh sistem gerakannya sudah lentur,
sering mengulangi perbuatan yang diminatinya dan melakukan secara wajar tanpa rasa malu. Di
taman kanak-kanak, anak juga mengalami kemajuan pesat dalam penguasaan bahasa, terutama
dalam kosakata. Hal yang menarik, anak-anak ingin mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung
pada orang lain.
Sehubungan dengan cri-ciri di atas maka tugas perkembangan yang diemban anak-anak adalah
sebagai berikut.
Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain
• Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri
• Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
• Mengembangkan peran sosial sebagai lelaki atau perempuan.
• Mengembangkan hati nurani, penghayatan moral, dan sopan santun.
• Mengembangkan keterampilan dasar untuk menbaca, menulus, dan berhitung.
• Mengembangan diri untuk mencapai kemerdekaan diri.

Dengan adanya tugas perkembangan yang diemban anak-anak, diperlukan adanya


pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak yang selalu 'dibungkus' dengan
pemainan, suasana riang, enteng, bernyanyi dan menari. Bukan pendekatan pembelajaran yang
penuh dengan tugas-tugas berat, apalagi dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan pembiasaan
yang tidak sederhana lagi seperti paksaan untuk membaca, menulis, berhitung dengan segala
pekerjaan rumahnya yang melebihi kemampuan anak-anak.

Pada usia 5 tahun pada umumnya anak-anak baik secara fisik maupun kejiwaan sudah siap
untuk belajar hal-hal yang semakin tidak sederhana dan berada pada waktu yang cukup lama di
sekolah. Setelah pada usia 2-3 tahun mengalami perkembangan yang cepat. Pada usia enam tahun,
pada umumnya anak-anak telah mengalami perkembangan dan kecakapan bermacam-macam
keterampilan fisik. Mereka sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti meloncat, melompat,
menangkap, melempar, dan menghindari. Pada umunya mereka juga sudah dapat naik sepeda mini
atau sepeda roda tiga. Kadang-kadang untuk anak-anak tertentu keterampilan-keterampilan ini telah
dikuasainya pada usia 4-5 tahun.
Mentessori memberikan gambar peran guru dan pengaruh lingkungan terhadap
perkembangan kecerdasan, sebagai berikut.
• 8% aktifitas bebas dan 20% aktifitas yang diarahkan guru.
• Melakukan berbagai tugas yang mendorong anak untuk memikirkan tentang hubungan
dengan orang lain.
• Menawarkan kesempatan untuk menjalin hubungan sosial melalui interaksi yang bebas.
• Dalil-dalil ditemukan sendiri, tidak disajikan oleh guru.
• Aturan pengucapan didapat melalui pengenalan pola, bukan dengan hafalan setiap aspek
kurikulum melibatkan pemikiran.
Mentessori, mengatakan bahwa pada usia 3-5 tahun, anak-anak dapat diajari menulis,
membaca, dikte dengan belajar mengetik.sambil belajar mengetik anak-anak belajar
mengeja, menulis dan membaca. Ada seatu penelitian di Amerika yang menyimpulkan
bahwa kenyataannya anak-anak dapat belajar membaca sebelum usia 6 tahun. Hasil
penelitian ini menujukan bahwa ada sekitar 2% anak yang sudah belajar dan mampu
membaca pada usia 3 tahun, 6% pada usia 4 tahun, dan sekitar 20% pada usia 5
tahun.bahkan terbukti bahwa pengalaman belajar di taman kanak-kanak dengan kemampuan
membaca memadai akan sangat menunjang kemampuan belajar pada tahun-tahun
berikutnya.
Pendapat Mentessori ini didukung oleh Moore, seorang sosiolog dan pendidik yang
meyakini bahwa kehidupan tahun-tahun awal merupakan tahun-tahun yang paling kreatif dan
produktif bagi anak-anak.oleh karena itu, sejauh memungkinkan, sesuai dengan kemampuan,
tingkat perkembangan dan kepekaan belajar mereka, kita dapat juga mengajarkan melukis,
membaca dan berhitung pada usia dini. Hal yang penting adalah strategi pengalaman belajar dan
ketepatan mengemas pembelajaran yang menarik, mempesona, penuh enggan permainan dan
keceriaan, enteng tanpa membebani dan merampas dunia kanak-kanak mereka.
Salah satu hal yang dibutuhkan untuk dapt meningkatkan perkembangan kecerdasan anak
adalah suasana keluarga dan kelas yang akrab, hangat serta bersifat demokratis, sekaligus
menawarkan kesempatan untuk menjalin hubungan sosial melalui interaksi yang bebas. Hal ini
ditandai antara lain dengan adanya relasi dan komunikasi yang hangat dan akrab.
Pada masa usia 2-6 tahun, anak sangat senang kalau diberi kesempatan untuk menentukan
keinginannya sendiri kesempatan untuk menentukan keinginanya sendiri, karena mareka sedang
membutuhkan kemerdakaan dan perhatian. Pada masa ini juga muncul rasa ingin tahu yang besar
dan menuntut pemenuhannya. Mereka terdorong untuk belajar hal-hal yang baru dan sangat suka
bertanya dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu. Guru dan orang tua hendaknya memberikan
jawaban yang wajar. Sampai pada usia ini, anak-anak masih suka meniru segala sesuatu yang
dilakukan orang tuanya.
Perlu diingat juga bahwa minat anak pada suatu itu tidak berlangsung lama, karna itu guru
dan orang tua harus pandai menciptakan kegiatan yang bervariasi dan tidak menerapkan displin
kaku dengan rutinitas yang membosankan. Anak pada masa ini juga akan berkembang
kecerdasannya dengan cepat kalau diberi penghargaan atau pujian yang disertai kasih sayang yang
diterima, anak-anak akan berkembang emosi dan intelektualnya, yang penting adalah pemberian
pujian dan penghargaan secara wajar.
Untuk memfasilitasinya tingkat perkembangan fisik anak, pada taman kanak-kanak perlu
dibuat adanya arena bermain yang dilengkapi dengan alat-alat peraga dan alat-alat keterampilan
lainya, karena pada usia 2-6 tahun tingkat perkembangan fisik anak berkembang sangat cepat, dan
pada umur tersebut anak-anak perlu dikenalkan denagn fasilitas dan alat-alat untuk bermain, guna
lebih memacu perkembangan fisik sekaligus perkembangan psikis anak terutama untuk kecerdasan.
Banyak penelitian menyatakan bahwa orang-orang yang cerdas dan berhasil pada umumnya berasal
dari keluarga yang demokratis, suka melakukan uji coba, suka menyelidiki sesuatu, suka berpergian
( menjelajah alam dan tempat ),dan aktif, tak pernah diam, dan berpangku tangan. Ingat,
keterampilan tangan adalah jendela menuju pengetahuan. Dalam proses pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan uji coba ( trial and error ), mengadakan
penyelidikan bersama-sama menyaksikan dan menyentuh sesuatu objek, mengalami dan melakukan
sesuatu, anak-anak akan jauh lebih mudah mengerti dan mencapai hasil belajar dengan mampu
memanfaatkan atau menerapkan apa yang telah dipelajari.

B. Metode Pengembangan Motorik

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap
konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock ( 1996 ) melalui keterampilan motorik,
anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasan senang. Seperti anak merasa senang dengan
memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-
alat mainan.
Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-
bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu
tempat ke tempat lainnya dan dapat bebuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang
perkembangan rasa percaya diri.
Melalui perkembangan motorik, anak dapt menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekolah. Pada usia pra sekolah atau usia kelas-kelas awal sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih
menulis, menggambar, melikis, dan baris-berbaris.
Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain tau bergaul
teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan
teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).
Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau
kepribadian anak. Selain itu stimulasi yang bisa diberikan untuk mengoptimalkan perkembangan
motorik anak adalah sebagai berikut.
• Dasar-dasar keterampilan untuk menulis (huruf arab dan latin) dan mengambar
• Keterampilan olah raga (seperti senam) atau mengunakan alat-alat olah raga.
• Gerakan-garakan permainan, seperti meloncat, memanjat dan berlari.
• Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisplinan dan ketertiban.
• Gerakan-gerakan ibadah shalat.

Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh
kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi
pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot. Jika kegiatan anak di dalam
ruangan, pemaksimalan ruangan bisa dijadikan stategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas
bagi anak untuk berlari, berlompat dan mengerakan seluruh tubuhnya dengan cara-cara yang tidak
terbatas.
Selain itu, penyediaan peralatan bermain diluar ruangan bisa mendorong anak untuk memanjat,
koordinasi dan pengembangan kekuatan bagian atas dan juga bagian bawah. Stimulasi-stimulasi
tersebut akan membantu pengoptimalan motorik kasar. Sedangkan kekuatan fisik, koordinasi,
keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan dikembangkan dengan latihan sehari-hari.
Lingkungan luar ruangan tempat yang baik bagi anak untuk membangun semua keterampilan ini.
Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak-anak mengali pasir dan tanah,
menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batu-batu, dedaunan atau benda -benda kecil
lainya dan bermain permainan diluar ruangan seperti kelereng. Pengembangan motorik halus ini
merupakan modal dasar anak untuk menulis.
Kterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktivitas olahraga bisa dipelajari dan
dilatih di masa-masa awal perkembangan. Sangat penting untuk mempelajari keterampilan ini
dengan suasana yang menyenangkan, tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olahraga
dengan senang dan merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi. Hindari permainan di mana seseorang
atau kelompok orang menang dan kelompok lain kalh. Anak-anak yang secara terus menerus kalah
dalam sebuah permainan memiliki kecenderungan merasa kurang percaya akan kemampuannya dan
akan berhenti berpartisipasi.
Perkembangan motorik berbeda tingkatnya pada setiap individu. Anak usia empat tahun bisa
dengan mudah mengunakan gunting sementara yang lainnya mungkin akan bisa setelah berusia
lima atau enam tahun. Anak tertentu mungkin akan bisa melompat dan menangkap bola dengan
mudah sementara yang lainya mungkin hanya bisa menangkap bola yang besar atau berguling-
guling. Dalam hal ini orang tua dan orang dewasa di sekitar anak harus mengamati tingkat
perkembangan anak-anak dan merencanakan berbagai kegiatan yang bisa menstimulainya.
Menurut dr.Karel A.L.Staa, M.D., olahraga memberi manfaat bagi perkembangan motorik anak.
Selain untuk perkembangan fisiknya, olahraga juga amat baik untuk perkembangan otak serta
psikologis anak. Mengikutkan anak pada kelompok olahraga akan meningkatkan kesehatan fisik,
psikologis serta psikososialnya. Anak manjadi senang mendapatkan stimulasi kreativitas yang baik
untuk perkembangannya.
Selain berbagi kegiatan stimulasi, hal lain yang memperngaruhi perkembangan motorik anak
adalah gizi anak. Banyak penelitian yang menerangkan tentang pengeruh gizi terhadap kecerdasan
serta perkembangan motorik kasar. Levitsky dan stupp pada penelitiannya terhadap tikus
mengungkapkan bahwa kurang gizi menyebabkan functional isolationism 'isolasi diri' yaitu
mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak (conserve energy) dengan
mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, prilaku eksploratori, perhatian, dan motivasi.
Aplikasi teori ini kepada manusia adalah bahwa pada keadaan kurang energi dan protein (KEP),
anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya, anak dalam
melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik disekitarnya hanya mampu sebentar saja
dibandingkan dengan anak yang gizinya baik, yang mampu melakukan dalam waktu yang lebih
lama. Modelfunctional isolationism yang dilukisan ini sama dengan teori sebelumnya bahwa aspek-
aspek esensial dan universal untuk perkembangan kognitif ditekan oleh mekanisme penurunan
aktivitas pada keadaan kurang gizi.
Untuk melakukan suatu aktivitas motorik, dibutuhkan ketersediaan energi yang cukup
banyak. Tengkurap,merangkak,berdiri,berjalan, dan berlari melibatkan suatu mekanisme yang
mengeluarkan energi yang tinggi,sehingga yang menderita KEP (Kurang Energi Protein ) biasanya
selalu terlambat dalam perkembangan motor milestone.sebagai contoh, pada anak usia muda,
komposisi serat otot yang terlibat dalam pergerakan kontraksi kurang berkembang pada anak yang
kurang gizi. Keadaan ini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tulang sehingga terjadi
pertumbuhan badan yang terlambat.
Tengkurap,merangkak,dan berjalan, menurun kan ketrgantungan atau kontak yang terus menerus
dengan pengasuhnya. Keadaan ini berpengaruh nyata terhadap mekanisme self-regulatory, sehingga
anak manjadi lebih bersosialisasi dan ramah dengan lingkungannya. Sebaliknya, bila terjadi
keterlambatan dalam locomotion dan perkembangan motorik akan merusak akses terhadap sumber-
sumber eksternal yang berpengaruh kurang baik terhadap regulasi emosional,sehingga akan
mengakibatkan terhambatnya perkembangan kecerdasan anak.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, telah dilakukan penelitian di daerah jawa barat yang
dilakukan pusat penelitian dan pengembangan Gizi, bogor dan University of California, Davis USA
untuk dapat menerangkan tentang bagaimana mekanisme gizi berpengaruh terhadap perkembangan
nkecerdasan anak. Sebanyak tidak kurang dari 17 buah makalah ilmiah dan hasil penelitian ini telah
diterbitkan di dalam beberapa jurnal di luar negeri.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa anak-anak yang di usia awalnya mendapatkan
makanan suplemen, pada 8 tahun kemudian nilai tes intelektualnya lebih baik dari pada anak yang
tidak mendapatkan suplemen. Sesudah memperhitungkan faktor confounder, peneliti berkesimpulan
bahwa suplemen makanan pada waktu bayi adalah faktor yang menyebabkan perbedaan. Hasil
penemuan ini mendemontrasikan bahwa suplemen makanan selama tiga bulan pada waktu bayi
berumur kurang dari 18 bulan membawa keuntungan yang nyata terhadap kecerdasan anak sampai
8 tahun kemudian. Sedangkan terhadap anak yang berumur lebih dari 18 bulan yang sekarang
berumur antara 10-12 tahun, keuntungan tersebut tidak nyata.
Tim penulis CRI (1997) menjelaskan bahwa anak usia 3 tahun memiliki kekuatan fisik yang mulai
berkembang, tapi tentang konsentrasinya pendek, cenderung berpindah-pindah dari satu kegiatan
yang lain. Meskipun memiliki rentang konsentrasi yang relatif pendek, mereka menjadi ahli
pemecah masalah dan dapat memusatkan perhatian untuk suatu periode yang cukup lama jika topik
yang di ajarkan menarik bagi mereka. Permainan mereka bersifat sosial dan sekaligus pararel. Pada
usia ini, anak mengembangkan keterampilan motorik kasar dan melakukan gerakan fisik yang
sangat aktif. Energi mereka seolah-olah tiada habisnya.
Pada usia 5 tahun, rentang konsentrasi anak menjadi agak lama. Kemampuan mereka untuk
berpikir dan memecahkan masalah juga semakin berkembang. Anak dapat memusatkan diri pada
tugas-tuga dan berusaha untuk memenuhi standar mereka sendiri. Secara fisik, pada usia ini fisik
anak sangat lentur dan tertarik pada senam dan olahraga yang teratur. Mereka mengembangkan
kemampuan motorik yang lebuh baik. Kegiatan-kegiatan seperti memakai baju, menggunting,
menggambar dan menulis lebih mudah dilakukan. Secara terperinci, deskripsi perkembangan fisik
anak usia 3-5 tahun adalag sebagai berikut.

Tabel Tahap Perkembangan Motorik Anak.


Usia Tahap Perkembangan

Tiga • Berdiri di atas salat satu kaki selama 5-10 detik


Tahun • Berdiri di atas kaki lainnya selama beberapa saat
• menaiki dan menuruni tangga, dengan berganti-ganti dan berpegangan pada
pegangan tangga.
• Berlari berputar-putar tanpa kendala.
• Melompat kedepan dengan dua kaki 4 kali
• Melompat dengan salag satu kaki 5 kali
• Melompat dengan sebelah kaki lainya dalam satu lompatan.
• Menendang bole ke belakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki.
• Beridiri di atas satu kaki selama 10 detik
• Menangkap bola yang melembung dengan mendekapnya ke dada
• Mendorong, menarik, dan mengendarai mainan beroda atau sepeda roda tiga.
• Mempergunakan papan luncur tanpa bantuan.
• Membangun menara yang terdiri dari 9 atau 10 kotak.
• Menjiplak garis vertikal, horizontal dan silang.
• Menjiplak lingkaran.
• Mempergunakan kedua tangan untuk mengerjakan tugas-tuga
• Memegang kertas dengan satu tangan dan mempergunakan gunting untuk
memotong selembar kertas berukuran 5 inci persegi menjadi dua bagian.

Empat • Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik.


Tahun • Berjalan maju dalam satu garis lurus dengan tumit dan inu jari sejauh 6 kaki.
• Berjalan mundur dengan ibu jari ketumit
• Lomba lari
• Melompat ke depan 10 kali
• Melompat kebelakang sekali
• Bersalto atau berguling ke depan
• Menendang secara terkoordinasi kebelakang dan ke depan dengan kaki terayun
dan tangan mengayun ke arah berlawanan sevara bersamaan.
• Dengan dua tangan menangkap bola yang dilemparkan dari jarak 3 kaki.
• Melempar bola kecil dengan dua tangan ke pada seseorang yang berjarak 4-6
kaki darinya.
• Membangun menara setinggi 11 kotak.
• Menggambarkan sesuatu yang berarti bagi anak tersebut.
• Dapat dikenali orang lain
• Mempergunakan gerakan-gerakan jemari selama permainan jari.
• Menjiplak gambar kotak.
• Menulis beberapa huruf.

Lima • Berdiri di atas kaki yang lainnya selama 10 detik


Tahun. • Berjalan di atas besi keseimbangan ke depan ke belakang, dan ke samping.
• Melompat ke belakang dengan dua kali berturut-turut.
• Melompat dua meter dengan salah satu kaki
• Mengambil satu atau dua langkan yang terartur sebelum menendang bola.
• Menangkap bola tenis dengan dua tangan
• Melempar bola dengan memutar badan dan melangkah kedepan.
• Mengayun tanpa bantuan
• Menangkap dengan mantap
• Menulis nama depan.
• Membangun menara setinggi 12 kotak
• Mewarnai dengan garis-garis.
• Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan 2 jari.
• Menggambar orang beserta rambut dan hidung
• Menjiplak persegi panjang dan segi tiga
• Memotong bentuk-bentuk sederhana.

Perkembangan motorik anak bisa dipantau dengan melakukan suatu tes. Tes
yang umum dilakukan untuk memantau perkembangan motorik adalah tes Denver. Tes ini membagi
perkembangan anak jadi empat, yaitu perekambangan pesonal sosial, perekambanagn bahasa, serta
perkembangan motorik kasar dan motorik halus adaptif.

Perkembangan bayi anakn di amati setiap 1 bulan sekali. Sedang kan balita, atau tepatnya setelah
anak menginjak usia dua tahun ke atas, cukupo 3 bulan sekali. Tes denver merupakan checklist
untuk mempermudah pemantauan akan perkambangan anak, apakah anak sesuai dengan
perkembangan usianya saat itu atau tidak.
Perkembangan fisik atau motorik anak terbagi menjadi dua yaitu, perkembangan motorik kasar dan
motorik halus. Bagaimanakan metode untuk mengembangkan ke dua motorik anak tersebut.
1. Metorde Untuk Pengebangan Motorik Kasar.
Setidaknya ada 4 macam yang berlaku dalam pertumbuhan motorik kasar pada diri anak.
Pertumbuhan itu di sesuaikan pada fase perkembangan si anak. Pada tahap ini sangat penting sekali
perhatian orang tua dalam memberi pembelajaran terhadap sang buah hatinya. Agar nak mampu
tumbuh dan berkembang dengan baik. Lantas bagaimana metode yang pas untuk membantu
perkembanagan motorik kasar itu ?
A. Berjalan
Sebelum orang tua memberikan stimulasi pada anak, tentunya anak pada fase sebelumnya
sudah melewati fase-fase perkembangan,seperti duduk, merangkak, dan berdiri.
Pada kemampuan motorik kasar fase ini, yang harus dilakukan adalah memperhatikan kemampuan
berdiri, berjalan kedepan, berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat, berkali, berdiri satu
kaki, menendangbola, dan lain-lain.
Langkah yang harus dilakukan.
Dalam hal ini peran orang tua yang paling utama. Caranya oarang tua berdiri dengan
mengambil jarak yang tidak jauh dari keberadaan si anak sambil memegang mainan yang mampu
memnarik perhatian anak. Gunakan karpet bergambar atau tempelkan gambar-gambar yang menarik
dilantai. Minta dan bujuklah si kecil untuk menginjak karpet atau lantai tersebut. Misalnya,''Ayo
dek, injak gambar gajahnya!'' selain itu mainan seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa didorong-
dorong, juga bisa mambantu proses belajar berjalan si anak.
b. Berlari
Setelah si anak sudah bisa berjalan dengan stabil, fase baru akan dilewati anak, yaitu tahap
berlari. Perkembangan lari akan berdampak(berpengaruh) pada perkembanagn lompat, lempar, dan
kemampuan konsentrasi anak. Selanjutnya, tugas perkembangan ini, dibutuhkan ke seimbangan
tubuh, kecepatan gerakan kaki, ketepatan empat pola kaki( heel strike atau bertumpu pada tumit, toe
off. Telapak kaki mengangkat kemudian kaki bertumpuk pada ujung-ujung jari kaki, swing atau
kaki berayun, dan landing atau setelah mengayun kaki menapak pada alas), serta motor planning
(perencanaan gerak).
- Langkah yang harus Dilakukan
pola pengembanagan fase lari ini bisa di mulai sejak anak sudah menginjak pada tahap jalan,
yaitu sekitar pada saat umur 12 bulan ke atas. Aktivitas yang dapt dilakukan bisa berupa menendang
bola, main sepeda (mualai roda 4 sampai bertahap roda 3 dan kemudian roda 2 ), serta naik turun
tangga.
C. Melompat
Kemampuan dasra yang harus dimilik anak pada fase lompat adalah keseimbangan yang
baik, kemampuan koordinasi motorik, dan motor planning (perencanaan gerak ). misalnya, saat
anak ingin melompati sebuah tali, ia harus sudah mempunyai rencana apakah akan mendarat dengan
satu kaki atau dua kaki. Kalau mengunakan satu kaki, kaki mana yang akan digunakan.
-Langkah yang harus dilakukan
Lompat di tempat atau di trampoline (kain layar yang direntangkan di atas tanah untuk
menampung jatuhnya akrobat-akrobat). Jangan melompat-lompat di tempat tidur karena hanya akan
mengacaukan kognitifnya. Dalam hati, mengajarkan perilaku atau mindset ( cara berpikir ) yang
tidak baik pada anak, karena tempat tidur bukan tempat untuk bermain melompat.
Lompat berjarak. Gambarlah lingkaran-lingkaran dari kapur atau gunakan lingkaran holahop yang
teratur letaknya.mintalah anak untuk melompati lingkaran tersebut. Gradasikan tingkat keselitan
dengan memperlebar jarak dan mengunakan dua kaki, lalu satu kaki secara bergantian.
D. Melempar
Biasanya seorang anak pada fase lempar yang berperan adalah sensoris keseimbangan, rasa
sendi (propriosepsi) serta visual. Peran yang paling utama adalah propriosepsi, yaitu bagaimanan
sendi merasakan suatu gerakan tau aktivitas. Misalnya, ketika anak melempar bola, coba dilihat
seberapa kuat atau lemah lemparannya, supaya bola masuk kedalam ranjang atau sasaran yang
dituju.
Langkah yang Harus dilakukan
Main dartboard atau lempar panah. Gunakan jenis dartboard yang khusus untuk anak-anak
( yang aman dan tidak tajam ), seperti jenis dartboard yang terbuat dari papan velcro dan anak
panahnya diganti dengan bola yang bervelcro.
2. Metode untuk Pengembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus merupakan kemampuan anak dalam melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlikan
koordinasi yang cermat seprti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya . Nah, agar
motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna perlu dilakukan stimulasi yang tearah
dan terpadu.
Bermain dalam masa kanak-kanak adalah kegiatan yang sangat serius dan merupakan sarana untuk
mengembangkan daya imajinasinya. Dalam hal ini, yang paling menunjang untuk itu yakni melatih
dan mengembangkan motorik halus sangat menetukan kepakaan dan daya kreavitas anak. Untuk
mengasah motorik halus ada banyak hal, yaitu dengan melakukan hal-hal berikut.
a.usia0-3bulan
menggantungkan mainan yang dapat berputar atau berbunyi dan berwarna cerah sehingga membuat
bayi tertarik dan melihat, menggapai atau menendang mainan tersebut. Letakkan atau sentuhkan
sebuah mainan kecil, berbunyi dan berwarna cerah pada tanggan bayi atau punggung jar-ari nya.
Ajak bayi meraba dan merasakan berbagai bentuk permukaan seperti mainan binatang, mainan
pelastik, kain-kain percaya, dan lain-lain.
b.usia 3-6 bulan
• sitmulasi sebelumnya tetap di lanjutkan.
• Letakan mainan sejenis rattle lalu coba tarik pelan-pelan untuk melihat bayi memegang
dengan kuat.
• Letakan sebuah mainan di tangan bayi dan perhatikan apakah ia memindahkannya ke tangan
yang lain. Lain waktu berikan mainan pada kedua tanggannya.
C.Usia 6-9 Bulan.
menggambil benda-benda kecil, seperti remahan roti.
Memasukan benda ke dalam wadah .
Bermain genderang dengan mengunakan kaleng kosong bekas dan tunjukan cara memukulnya.
Mem-buat bunyi-bunyian dengan membenturkan 2 kubus atau balok yang tidak dapat pecah.
D.usia 9-12 bulan-bulan
• bermain dengan mainan yang menampung di air .
• Menyusun balok atu kotak.
• Menggambar dengan mengunakan krayon atau pensil berwarna .
• Bermain dengan mengunakan peralatan memasak, tentunya yang aman dan berbahan
pelastik khusus buat si kecil.
• Membiarkan anak bebas bereksplorasi di alam indentik membuat anak kotor kerena jenis
permainan dan alat bermain yang di pergunakan dapat mengakibatkan tubuh,pakaian,dan
tempat bermainya kotor
dan berantakan. Semisal tanah dan lumpur sering di permasalahkan karena jorok.
Padahal,tanah dan sejenis-nya adalah bagaian dari alam yang perlu perkenalkan kepada anak
.
Kaitanya dengan ini oarang tua senggaja harus menyaiapkan barang-barang yang di
butuhkan tersebut, seperti pasir atau tepung. Biarkan anak bermaian secara bebas sesuai dengan
keinginannya selama tidak membahayakan diri si anak tersebut. Oleh sebab itulah, bantuan orang
tua sangat penting. Dari permainan tersebut anak akan belajar membedakan butiran pasir dengan
tepung yang mengenai telapak tangannya. Sensasi berbeda inio akan tertekan di memorinya.
C. Metode BCCT Pada PAUD
Selain kualitas guru, tersedianya sarana dan prasarana, metode pembelajaran dalam institusi
pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar.
Strategi belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar telah telah di terapkan hampir di
seluruh PAUD karena memang bermain merupakan dunia anak dan media belajar yang baik untuk
anak . Anak dapat belajar melalui permainan mereka sendiri. Pengalaman bermain yang
menyenangkan dapat merangsang perkembangan anak baik secara fisik, emosi, kognisi maupun
sosial.
Metode pembelajaran yang sinergis dengan strategi belajar sambil bermaian adalah metode
pembelajaran BCCT (beyound centers and circle time) atau pendekatan sentra dan saat lingkaran.
Ada pula yang menyebutnya metode senling kependekan dari sentra dan lingkaran. Metode BCCT
sendiri lahir dari serangkaian pembahasan di creative center for childhood research and traning
(CCCRT)
di florida, amerika serikat. CCCRT meramu kejaian teoretik dan pengalaman empirik dari berbagai
pendekatan. Dari Montessori,Highscope, Head Start, dan Reggio Emilia. CCCRT dalam kajiannya
telah diterapkan di Creative Prescool selama lebih dari 33 tahun, baik untuk anak normal maupun
anak dengan kebutuhan khusus. Metode BCCT ini merupakan pengembangan metode Montessori,
Highscope dan Reggio Emilio.
Di indonesia, BCCT kali pertama diadaptasi oleh lembaga PAUD berlatar belakang Islam.
Adalah Nibras binti OR Salim, pimpinan TK Istiqlal jakarta, yang pernah terbang langsung ke
CCCRT melakukan riset selama tiga bulan. BCCT dianggap paling ideal diterapkan ditanah air.
Selama tidak memerlukan peralatan yang banyak, tapi kecerdasan anak tetap bisa dioptimalkan.
BCCT diyakini mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (Multiple Intelligent ) melalui
bermain yang terarah. Setting pembelajaran mampu merangsang anak saling aktif, kreatif, dan terus
berpikir dengan menggali pengalaman sendiri. Jelas berbeda dengan pembelajaran masa silam yang
menghendaki murid mengikuti perimtah, meniru, atau menghapal.
Pendekatan sentra dan lingkungan berfokus pada anak. Pembelajarannya berpusat di sentra main
dan saat anak dalam lingkaran. Sentra main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi
seperangkat alat main yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk
mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis permainan. Yakni main sensori motor
(fungsional ), main peran, dan main pembangunan. Sedangkan saat lingkaran adalah saat pendidik
duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan kepada anak yang
dilakukan sebelum dan sesudah main.
Kurikulum BCCT diarahkan untuk membangun pengetahuan anak yang digali oleh anak itu
sendiri. Anak di dorong untuk bermain di sentra-sentra kegiatan sedangkan pendidik berperan
sebagai perancang, pendukung, dan penilai kegiatan anak. Pembelajarannya bersifat individual,
sehingga rancangan, dukungan, dan penilaian pun disesuaikan dengan tingkatan perkembangan dan
kebutuhan setiap anak. Semua tahapan perkembangan anak dirumuskan denagn rinci dan jelas.
Sehingga guru punya panduan dalam penilaian perkembangan anak. Kegiatan pembelajaran tertata
dalam urutan yang jelas. Dari penataan l;ingkungan main sampai pada pemberian pijakan-pijakan
(scaffolding).
Setiap anak memperoleh dukungan untuk aktif, kreatif, dan berani menggambil keputusan
sendiri, tanpa mesti tahu membuat kesalahan. Setiap tahap perkembangan bermain anak di
rumuskan secara jelas, sehingga dapat menjadi acuan bagi pendidik melakukan penilaian
perkembangan anak, penerapan metode BCCT tidak bersifat kaku. Bisa saja di lakukan secara
bertahap, sesuai situasi dan kondisi setempat. Lingkungan bermaian yanag bermutu untuk anak usia
dini setidaknya mampu mendukung tiga jenis main yang di kenal dalam penelitian anak usia dini.
Sensori motor bisa di lihat saat anak menangkap rangsangan melalui pengindraan dan
menghasilkan gerakan sebagai reaksinya. Anak bermain dengan benda untuk membangun persepsi.
Anak sangat perlu memiliki pengalaman sensori motor sebab anak usia dini belajar melalui panca
indranya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Main sensori motor merupakan
respons paling sedrhana. Gerakan lebih di arahkan pada makna. Misalnya, bayi menggeliat karena
terkena dingin, anak memengang, mencium, atau menendang . Main sensori motor menjadi penting
karena di yakini mempertebal sambungan antara neuron. Main sensoro motor juga dianggap
memenuhi kebutuhan anak untuk selalu aktif berekplorasi dan bereksperimen.
Main peran atau di sebut main simbolik, role play, pura-pura, make believe, fantasi, imajinasi,
ataumain drama. Anak bermain dengan benda untuk membantu mengahdirkan konsep yang mereka
milik. Fungsi main peran menujukan kemampuan berpikir anak yang lebih tinggi. Sebab anak
mampu menahan pengalamanyang didapatnya melalui panca dan menampilkanya kembali dalam
bentuk perilaku berpura-pura.
Main peran membolehkan anak memproyesikan diri ke masa depan, menciptakan kembali
masa lalu, dan mengembangkan keterampilan khayalan. Main peran diyakini menjadi terapi bagi
anak yang mengalami trau matik. Pada main peran mikro, anak memainkan peran melalui tokoh
yang di wakili benda-benda berukuran kecil. Contohnya kandang dengan binatang-binatangan dan
orang-orang kecil.
Sedangkan pada main perang marko anak diajak memainkan tokoh dengan mengunakan alat
berukuran besar(lakukan sesunguhnya). Contohnya, anak memakai baju dengan mengunakan baju
besar yang di anggap sebagai mobil-mobilan atau binatang. Main pembangunan bertujuan
merangsang kemampuan anak mewujudkan pikiran,ide,dan gagasanya, menjadi karya nyata ''saat
anak menghadirkan dunia mereka melalu main pembangunan, mereka berada di pososo tenggah
antara main dan kecerdasan manampilkan kembali,'' kata jean piaget(1962).
Ketika anak bermain pembangunan, anak terbantu mengembangkan keterampilan koordinasi
motorik halus. Juga berkembangnya kognisi ke arah berpikr operasional, dan membangun ke
berhasilan sekolah di kemudian hari. Contoh bahan main berupa pembangunan yang tersetuktur,
seperti balok unit, balok berongga, balok berwarna, lego, puzzle, cat, pilpen hingga pensil. Anak
usia dini belom punya pengalaman dengan bahan main pembangunan, memulainya dengan kegiatan
sensori motor. Anak diminta dan memegang dan membawa bahan main pembangunan sampai
mereka mengerti pengunannya.
Ketika anak menguasai bahan-bahan meningkat keterampilan motorik halusnya, hasil karaya anak
kian nyata.
Pada metode BCCT, anak-anak di bolehkan memilihserangkain kegiatan main setiap hari
yang menyadiakan kesempatan untuk terlibat dalam main peran, main pembangunan, dan sensori
motor. Umoamanya anak dapat mengunakan cat di papan tulis, cat jari, atau cat dengan koas jari
kecil.
Model pendidikan sentra menitik beratkan pada pandangan ahli pendidikan, helanparkhust
yang lahir di amerika pada 1807. menurut helen, kegiatan pengajaran harus di sesuaikan dengan
sifat dak keadan indivdu yang mempunyai tempat dan iramah perkembangan berbeda suatu dengan
yang lain.''kegiatan pengajaran harus memberikankemungkinan kepada murid untuk berantaksi,
berosialisi dan berkerja sama dengan murid lain dalam mengerjakan tugas tertentu secara mandiri,''
kata Helen. Pandangan Helen Parkhust ini tidak mementingkan aspek individu, tapi juga aspek
sosial. Bentuk pengajarannya memadukan model klasikal dan individual.
Ruangan kelas dapat di modivikasi menjadi kelaskelas kecil, yang disebut ruangan vak atau
sentra-sentra. Setiap sentra tediri dari satu bidang pengembangan. Ada sentra bahasa, sentra daya
pikir, sentra daya cipta, sentra agama, sentra seni, sentra kemampuan motorik. Contohnya pada
sentra bahasa. Disana ada bahan, alat-alat, serta sumber belajar seperti tape recorder, alat pendengar,
kaset, alat peraga, dan gambar. Pada sentra daya pikir beisi bahan-bahan ajar seperti alat mengukur,
manik-manik, gambar-gambar, alat-alat geometris, alat-alat laboratorium atau majalh pengetahuan.
Bagaimana cara memperatikkan metode BCCT ini dalam kelas? Metode BCCT diterapkan
pada kelas yang telah dirancang dalam sentra-sentra. Misal, sentra persiapan, sentra bermain peran
baik mikro maupun makro, sentra rancang bangun, sentra musik dan olah tubuh, sentra IT, sentra
IMTAQ, sentra seni dan kreativitas dan sentra sains, setiap guru bertanggung jawab pada 10-12
anak saja dengan moving class setiap hari dari satu sentra ke sentra lainnya.
Ciri khusus yang dimiliki BCCT adalah empat pijakan, yaitu : pijakan lingkungan, pijakan
sebelum bermain, pijakan saat bermain dan pijakan setelah bermain. Pijakan-pijakan ini harus
diikuti oleh guru guna membentuk keteraturan antar bermain dan belajar. Dalam pijakan
lingkungan, guru meneta liongkungan yang sesuai dengan kapasitas dan keragaman jenis permainan
anak. Pijakan sebelum bermain dilakukan guru dengan meminta anak untuk duduk membentuk
sebuah lingkaran sambil bernyanyi, setelah berdoa bersama guru menjelaskan kegiatan sentra
dengan alat peraga yang telah dipersiapkan. Selanjutnya guru bersama anak membuat aturan
bermain yang disepakati bersama. Pijakan saat bermain merupakan waktu bagi guru untuk mencatat
perkembangan dan kemampuan anak serta membantu anak bila dibutuhkan. Berdasarkan surpei
yang telah dilakukan, pusat-pusat PAUD di surabaya yang telah megunakan metode BCCT ini
kurang lebih hanya 25% intitusi saja. Namaun praktek dilapangan yang sering terjadi adalah kurang
maksimalnya realisasi perang-perang metode BCCT dengan baik. Oleh karena begituh penting dan
bermanfaatnya metode BCCT ini dalam metode pembelajaran untuk PAUD, maka alangkah baiknya
dinas pendidikan mengadakan diklat atau pelatihan bagi guru atau intitusi yang memelukan
informasi mengenai metode ini. Dengan demikian pendidikan khususnya PAUD dapat berkembang
secara optimal dan dapat memenuhi kebutuhan anak.
D. Penerapan BCCT yang Efektif.
Dalam proses penerapan pembelajaran BCCT ini saat anak dalam lingkaran digunakan 4
jenis pijakan(scaffolding ) untuk mendukung perkembangan anak antara lain.
1. Pijakan Lingkungan Main
Pada pijakan ini sebelum anak datang, pendidik (orang tua) menyiapkan serta menata alat
dan bahan main sesuai dengan rencana dan jadwa kegiatan yang telah disusun.
2. Pijakan Sebelum Main (15 Menit )
Pada pijakan ini pendidik atau orang tua dan anak melingkar, pendidik memberi salam dan
menanyakan kabar anak-anak, mengabsen dan meminta anak secara bergilir untuk memimpin doa.
Selanjutnya pendidik menyampaikan tema hari itu dan dikaitkan dengan kehidupan anak, kemudian
mengaitkan isi cerita dengan kegiatan semua tempat dan alat main yang sudah disiapkan.
Langkah selanjutnya pendidik menyampaikan aturan main (digali dari anak), mempresentasikan
anak memilih teman main dan mainan, cra mengunakan alat-alat tersebut, kapan memulai dan
kapan mengakhiri serta merapihkan kembali alat main yang sudah digunakan setelah itu pendidik
mempersilahkan anak bermain.
3. Pijakan Selama Main (60 Menit )
Pada pijakan ini pendidik berkeliling di antara anak-anak yang sedang bermain, memberi
contoh bagi yang belum bisa mengunakan alat main, memberi dukungan dengan pertanyaan positif
yang ada kaitannya dengan pekerjaan yang dilakukan anak, memberi bantuan jika dibutuhkan,
mencatat apa yang dilakukan anak baik jenis main dan tehapan perkembangannya, mengumpulkan
hasik kerja anak dengan terlebih dahulu mencatat nama dan tanggal. Bila waktu tinggal 5 menit
pendidik memberitahukan kepada anak untuk bersiap-siap menyelesaikan kegiatannya.
4. Pijakan setelah Main (30 Menit )
Pada pijakan ini pendidik memberitahukan pada anak bahwa sudah saatnya bagi mereka
untuk membereskan alat dan bahan yang sudah digunakan. Jadi anak turut dilibatkan. Alat dan
bahan diatur atau ditata kembali duduk dalam lingkaran. Setelah itu pendidik menayakan kepada
setiap anak kegiatan main yang dilakukan (recalling ) guna melatih daya ingat anak danmelatih
anak mengemukakan gagasan dan pengalaman mainnya ( memperluas perbendaharaan kata anak ).
Selain itu sentra main adalah zona atau wahana bernain anak dengan dilengkapi seperangkat alat
main yang berfungsi sebagai pijakan untuk mendukung perkembangan anak. Saat lingkaran adalah
saat di mana pendidik (guru atau orang ) duduk bersama anak-anak dengan posisi melingkar untuk
memberikan pijakan kepada anak apa-apa yang dilakukan sebelum dan sesudah main.
Pada pendekatan metode ini kecerdasan jamak dikembangkan melalui kegiatan bermain. Anak
belajar membaca, menulis, dan berhitung melalui kegiatan main yang dikembangkan di setiap
sentra yang meliputi.
– Sentra main peran, untuk merangsang kecerdasan intrapersonal anak melalui bermain
bersama,permainan kerja sama, main peran, pemecahan masalah serta penyelesaian konflik.
– Sentra balok, untuk merangsang pengembangan kecerdasan visual-spasial (ruang pandang ),
anak dirangsang melalui bermain balok (mengenal bentuk-bentuk geometrik),puzzle,
menggambar, melukis, nonton film maupun bermain dengan daya khayal ( imajinasi).
– Sentra ibadah, untuk merangsang dan mengembangkan kecerdasan spiritual anak melalui
kemampuan mengenal dan mencintai tuhan. Anak dapat di rangsang atau disentuh secara
bertahap melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama, pengenalan tata cara berdoa,
pengenalan ritual ibadah.
– Sentra persiapan, untuk merangsang dan mengembangkan kecerdasan bahasa dan
kecerdasan matematika anak. Kecerdasan bahasa di kembangkan melalui berbicara,
mendengar, menyanyi, berdeklamasi, membaca, menulis, dan berceritra. Sedangkan
kecerdasan matematika dirangsang nelalui kegiatan mengenal angka, menghitung,
membedakan bentuk dan warna, menganalisis data dan mengategorokan benda-benda.
– Sentra seni dan kreativitas, sebagai sarana merangsang dan mengembangkan kecerdasan di
bidang musikal anak melalui irama, nada,birama, aneka bebunyian bertepuk tangan, tarian,
dan olahraga.
– Sentra bahan alam, guna merangsang dan mengembangkan kecerdasan anak dengan melalui
pemanfaatan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitarnya seperti daun, rabting kayu,
pasir, biji-bijian, rumput, tanah liat, air, dan sebagainya.
– Sentra olah tubuh, untuk merangsang dan mengembangkan kecerdasan badan-kinnestetik
anak melalui gerakan tarian, dan olahraga. Hal ini fungsi sebagai media untuk melatih si
anak dalam berpikir dan berkomunikasi serta melatih motorik halus dan motorik kasar anak.
Dalam penerapanya, sebelum melaksanakan model pembelajaran BCCT,ada baiknya para
orang tua atau giri didik terlebih dahulu mengatur strategi perencanaan dan persiapan pelaksanaan
BCCT mampu berjalan secara terarah ke depannya.bagaimana perencanaan dan persiapan tersebut?
Perencanaannya yaitu dengan cara melakukan sebuah persiapan berupa pelatihan bagi para
orang tua (pendidik) itu sendiri. Karena apa? Sebab pelatihan dan lain semacamnya dapat
memberikan pengalaman pratik. Tentunya ini berpengaruh jika sudah dihadapkan pada si anak.
Selain itu hal yang tak kalah pentingnya dalam perencanaan dan persiapan adalah dengan
terlabih dahulu memikirkan tempat dan alat pemainan edukatif yang di sesuaikan jenis sntra yang
akan dilakukan dan tingkatan usia anak. Tidak hanya itu persiapan lain seperti adminitratif harus
dipehatikan betul, sebagai admintrasi kelompok anak dan pencatatan perkembangan yang sudah
diraih oleh anak selama berlangsungnya pembelajaran BCCT.
Dalam tataran ini peran orang tua juga di persiapkan dengan pengenalan metode
pembelajaran agar orang tua tidak menganggap kegiatan anaknya hanya bermain saja. Lebih efektif
setiap orang tua harus di perkenalkan sentra permainan yang disiapkan untuk anak agar merasakan
sendiri nuansanya. Kegiatan ini handaknya di lakukan setiap awal tahun ajaran baru sebelum anak
mulai belajar. Ketika semua sedah dilakukan secara matang, baru pembelajaran dengan
mengunakan p-endekatan BCCT akan bisa dilaksanakan secara baik dan benar. Hal ini juga
berdampak pada fase perkembang si anak sendiri, saat melihat alat permainan yang menyenangkan
dan memberi kepuasan terhadap anak.
Seperti apa yang sudah dipersiapkan sebelumnya, pada saat pelaksanaan pembelajaran,
sentra-sentra main hendaknya di buka secara bertahap. Yaitu dilakukan sesuai alur permainan yang
sudah disiapkan dan yang sekiranya bisa dilakukan dan dijangkau oleh anak. Terlebih tentunya
kesiapa seorang pendidik serta sarana pendukung lainya.
Seiring berjalannya waktu, jika kesiapan pendidik dan sarana pendukung permainannya
memungkinkan, maka dapat di tanbah sentra baru agar lebih lengkap. Dalam urusan ini hendaknya
setiap sentra dilengkapi dengan alat permainan edukatif. Setiap kelompok anak di gilir untuk
bermain di sentra sesuai dengan jadwal. Setiap kelompok setiap harinya hanya bermain di satu
sentra saja langkah ini memungkin akan terjadi semacam pemehaman secara lebih mendalam
terhadap permainan. Yang digelutinya. Selain itu, berikan pariasi dan kesempatan main yang cukup
kepada setiap anak agar tidak bosan dan tidak tersebut.
Dalam proses pembelajaran pada anak usia dini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yakni menghindari anak dari perilaku-perilaku buruk. Khususnya yang berperan dalam persoalan ini
adalah orang tua. Orang tua selaku guru atau pengajar pertama bagi anak, sudah semestinya harus
menjauhkan dan menghindarkan perilaku-perilaku yang tidak baik bagi si anak.
Mungkin kta sering menjumpai seorang anak yang mengalami kegagalan hingga usia remaja atau
dewasa hanya kerena kesalahan orang tua akibat perilakunya yang tidak terkontrol. Sebab itu lah,
mengapa perlu diperhatikan beberapa perilaku orang tua yang harus dihindarkan dalam mendidik,
mengasuh, dan mengajari anak.
Tugas Makalah : Psikologi
PENGARUH MENGAJAR YANG EFEKTIF
UNTUK KEMAJUAN ANAK PAUD

Disusun oleh :
Rostina Tarigan

STKIP TADIKA PURI


Tugas Makalah : Psikologi
PENGARUH MENGAJAR YANG EFEKTIF
UNTUK KEMAJUAN ANAK PAUD

Disusun oleh :
ELSA KRISTINA

STKIP TADIKA PURI

You might also like