Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh
NIM 3401403057
2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada:
Hari : Kamis
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
NIP. 131570070
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Hari : Sabtu
Penguji Skripsi
NIP. 131474095
Anggota I Anggota II
Mengetahui,
NIP. 130367998
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar – benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
Peneliti
NIM. 3401403057
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Hidup hanya sekali jadikanlah lebih berarti bagi diri dengan hiasan
prestasi (Peneliti)
PERSEMBAHAN
Sundargo, S.Pd
vi
PRAKATA
Segala rasa syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT Raab semesta
alam atas limpahan rahmat, hidayah serta karunia sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan lancar dan tepat pada waktunya dengan
Penyusunan skripsi ini dilakukan adalah sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Pancasila
adanya bantuan dari berbagai pihak penulisan skripsi ini tidak dapat terwujud.
Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:
Semarang.
Semarang.
vii
4. Drs. Makmuri, Pembimbing Skripsi I yang dengan keikhlasan dan
7. Ayah dan Ibu yang selalu memelukku dalam ruang sandaran hati dan kasih
9. Semua pihak – pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu atas
”Tak ada gading yang tak retak” serta sebagai insan biasa, peneliti
menyadari atas kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang
Peneliti
viii
SARI
Giri Harto Wiratomo. 2007. Tata Tertib Sekolah Sebagai Sarana Pendidikan
Moral Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Semarang. Jurusan
Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
125h.
ix
sekolah dalam penegakan tata tertib sekolah adalah secara preventif, kuratif atau
rehabilitatif dan represif.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah, orang tua
dan masyarakat. Kepala Sekolah hendaknya terus berkomitmen dan lebih intensif
mengadakan penegakan kedisiplinan siswa serta fasilitas pendukung dalam upaya
menekan tingkat pelanggaran siswa terhadap tata tertib sekolah. Guru hendaknya
terus melakukan kontrol terhadap pelanggaran tata tertib sekolah terutama
membina kedisiplinan siswa. Siswa hendaknya dengan penuh kesadaran diri untuk
mematuhi tata tertib sekolah. Orang tua hendaknya ikut serta melakukan
pembinaan moral anaknya agar patuh dan taat terhadap tata tertib sekolah.
x
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
PRAKATA ..................................................................................................... vi
xi
C. Hubungan Tata Tertib Sekolah dan Pendidikan Moral ............ 35
E. Kerangka Berpikir.................................................................... 44
xii
5. Isi Tata Tertib Sekolah Kaitannya Dengan Pelaksanaan
B. Pembahasan .............................................................................. 73
LAMPIRAN ...................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL
Semarang .................................................................................................. 69
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Instrumen Wawancara
2. Hasil Wawancara
5. Surat Penelitian
10. Pola Umum Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 5 Semarang
11. Daftar Nama Guru dan Karyawan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri
5 Semarang
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
obat – obat terlarang (narkoba), tawuran pelajar, pornografi dan lain – lain,
sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara
tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap
Remaja merupakan usia atau tahap seorang siswa mencari jati diri
yang dilakukan melalui peniruan diri atau imitasi. Pergaulan remaja yang
tanpa arah dan pengawasan terhadap tingkah laku mereka akan mempunyai
anggapan dari siswa selama ini bahwa tata tertib sekolah hanya membatasi
lingkungan keluarga terutama orang tua melalui proses sosialisasi norma dan
aturan moral dalam keluarga sendiri serta lingkungan dekat pergaulan sosial
diajarkan sesuatu yang baru yang tidak diajarkan dalam keluarga. Sekolah,
1
2
sebagai tempat sosialisasi kedua setelah keluarga serta tempat anak ditatapkan
kepada kebiasaan dan cara hidup bersama yang lebih luas lingkupnya serta ada
Penanaman kebiasaan bersikap dan berbuat baik atau sebaliknya bersikap dan
Subjek didik tidak begitu saja lahir sebagai pribadi bermoral atau
baik, dan mengemban misi membentuk watak yang baik dari anak bangsa.
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
beradab. Tujuan menjadi pribadi manusia yang berbudaya dan beradab adalah
mewujudkan personal yang tidak hanya cerdas dalam segi kognitif akan tetapi
jati diri sebagai suatu bangsa akibat tergerus oleh perubahan zaman.
4
bertindak dan cara bernalar berbeda dengan apa yang selama ini sudah
keputusan sendiri, entah ia akan meneruskan kebiasaan yang selama ini telah
adalah ketika anak berada pada masa memulai pilihan dirinya akan
lingkungan keluarga tempat anak itu lahir dan dibesarkan, namun itu tidak
tempat remaja masih dalam proses pembiasaan diri mengenal dan mematuhi
berbuat baik dan mengalami proses pembentukan identitas diri moral mereka,
pendidikan moral perlu secara khusus mendapat perhatian para Guru dan
pendidik di sekolah.
sarana dari pendidikan moral. Salah satu komponen sekolah yang menjadi
sarana pendidikan moral tersebut adalah tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah
undangan memuat adanya aspek pendidikan moral dan rule of law. Peraturan
5
yang dibuat tidak hanya legal formal akan tetapi menuntut adanya penerapan
moral di dalamnya. Hubungan tersebut erat kaitannya dengan hakikat dan isi
dari pembuatan peraturan. Internalisasi nilai – nilai moral kepada subjek didik
diperlukan upaya yang optimal dalam rangka menegakkan tata tertib sehingga
pelaksanaan tidak hanya bersifat rule of law saja akan tetapi didasari oleh
pelanggaran terhadap tata tertib sekolah masih sering dilakukan siswa. Pada
pula pada periode tahun pelajaran 2003/2004 terjadi sebanyak 162 kasus atau
kasus atau pelanggaran dan pada tahun pelajaran 2005/2006 sebanyak 209
kasus atau pelanggaran yang meliputi antara lain tidak masuk tanpa
menyelesaikan remidi dan lain – lain. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kasus atau pelanggaran terhadap tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa
aspek pendidikan moral. Kasus atau pelanggaran tata tertib sekolah tersebut
sekolah agar mempunyai sikap dan perbuatan sesuai dengan norma – norma
yang berlaku di masyarakat. Seseorang akan patuh atau sadar dalam mematuhi
peraturan atau hukum berkaitan pula dengan faktor peraturan atau hukum itu
sendiri.
diteliti karena: (1) Kasus atau pelanggaran terhadap tata tertib sekolah yang
masih tinggi terutama sebagai penerapan konsep pendidikan moral, (2) Aspek
siswa untuk siap bekerja di masyarakat sehingga diperlukan nilai – nilai moral
dalam bekerja dan letak sekolah yang strategis mudah dijangkau peneliti serta
penelitian.
tentang pelaksanaan dan kendala – kendala yang dihadapi Guru serta sekolah
NEGERI 5 SEMARANG ”.
1. Identifikasi Masalah
Siswa adalah bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari sekolah.
yang diperlukan seperti masih adanya hal – hal yang berkaitan dengan tata
tertib sekolah yang belum tertangani dengan baik, harus ada paparan
tentang sistem pengelolaan tata tertib sekolah yang dijadikan rujukan guna
pembinaan mental dan tingkah laku siswa, latar belakang sosial keluarga
pembelajaran yang lebih optimal pada diri siswa dan pihak sekolah.
2. Pembatasan Masalah
pembahasan ini, maka berikut ini akan dijelaskan beberapa fokus utama
dan indikator yang disajikan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
moral.
2. Tata tertib sekolah dalam penelitian ini dibatasi pada tata tertib
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
Negeri 5 Semarang.
Semarang.
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
referensi bagi yang akan melakukan penelitian sejenis. Oleh karena itu,
kajian – kajian dan teori – teori yang berkaitan dengan persoalan tersebut.
2. Kegunaan Praktis
terutama di sekolah.
siswa.
11
dalam bab – bab yang terangkum dalam suatu skripsi. Adapun sistematika
1. Bagian Pendahuluan skripsi, terdiri atas: (a) Halaman Judul, (b) Abstrak,
dan Persembahan, (f) Prakata, (g) Daftar Isi, (h) Daftar Gambar / Foto, (i)
Daftar Lampiran.
Tata Tertib Sekolah, Tujuan Tata Tertib Sekolah, Isi Tata Tertib Sekolah,
Tipe – Tipe Kepatuhan Siswa Terhadap Tata Tertib Sekolah, Nilai dan
Bab III Metode Penelitian merupakan bab yang berisi Dasar Penelitian,
Prosedur Penelitian.
12
LANDASAN TEORI
1989:37) tata tertib sekolah adalah aturan atau peraturan yang baik dan
yang ada.
tertib sekolah merupakan patokan atau standar untuk hal – hal tertentu.
Yang Maha Esa. Ketertiban sekolah tersebut dituangkan dalam sebuah tata
tertib sekolah.
13
14
hari. Tata tertib sekolah disusun secara operasional guna mengatur tingkah
akan dapat berjalan dengan baik jika Guru, aparat sekolah dan siswa telah
tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain sebagai aturan yang berlaku di sekolah agar proses
utama agar semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak dan
dapat berjalan dengan lancar. Prinsip tata tertib sekolah adalah diharuskan,
lingkungan sekolah.
15
Tata tertib sekolah harus ada sanksi atau hukuman bagi yang
siswa tidak dan jangan sampai dirugikan. Tata tertib sekolah dibuat dengan
semua pihak yang terkait, terutama dari pelajar atau siswa itu sendiri.
pedoman tata tertib sekolah bagi semua pihak yang terkait baik Guru,
tenaga administrasi maupun siswa. Isi tata tertib sekolah secara garis besar
bentuk, yaitu, (1) Kepatuhan terhadap nilai atau norma itu sendiri;
peraturan itu.
basa basi.
individu tentu saja yang kita harapkan adalah kepatuhan yang bersifat
ikut – ikutan.
18
B. Pendidikan Moral
itu maka nilai diungkapkan dalam bentuk norma dan norma ini mengatur
Di antara beberapa macam nilai, ada nilai etik. Nilai etik atau nilai
susila, sifatnya universal tidak tergantung waktu, ruang dan keadaan. Nilai
19
dan keadaan. Sehingga norma moral itu dapat berubah – ubah sesuai
manusia ini meliputi semua penghidupan, dalam hal ini hubungan manusia
dan norma moral merupakan ungkapan dari nilai etis (Daroeso, 1986:28).
Karena itulah nilai etis menjadi pedoman tingkah laku dan perbuatan
manusia dalam kehidupan sehari – hari. Nilai etis bersifat normatif dan
2. Batasan Moral
laku ini mendasarkan diri pada norma – norma yang berlaku dalam
masyarakat.
yang berlaku dalam masyarakatnya disebut baik secara moral, dan jika
moral selalu berhubungan dengan nilai – nilai. Ciri khas yang menandai
21
nilai moral yaitu tindakan manusia yang dilakukan secara sengaja, secara
mau dan tahu; dan tindakan itu secara langsung berkenaan dengan nilai
perbuatan yang baik dan benar. Objek moral adalah tingkah laku manusia,
membentuk tingkah laku yang baik, yaitu tingkah laku yang sesuai dengan
sadar untuk menanamkan nilai – nilai moral pada anak didik sehingga
anak bisa bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai – nilai moral
tersebut”.
nilai moral yang seharusnya dijadikan panduan bagi sikap dan tingkah
berkembang dari orientasi yang berpusat pada diri sendiri mengenai hak –
hak dan kewajiban mereka, ke arah pandangan yang lebih luas, yaitu
bahwa dirinya berada dalam masyarakat dan ke arah pandangan yang lebih
tindakan yang bermoral itu ada dan terjadi di dalam hati sanubari manusia,
aturan (moral rules), sikap – sikap (behavior), dan tingkah laku (action).
adalah:
apa yang menjadi dasar untuk menerima suatu nilai. Selain itu tujuan
tentang dua tujuan utama pendidikan moral, yaitu kebijakan dan kebaikan.
1998:31) yaitu:
dalam pendidikan moral, prinsip – prinsip moral itu adalah subjek dan
empat prinsip yang mendasari moral, yang tidak harus berkaitan satu sama
kita;
kelalaiannya;
individu secara moral agar bisa bertindak dengan cara – cara tertentu
tampak, bahwa pribadi yang terdidik secara moral akan bertindak sesuai
Moral. Dalam tahap ini anak cenderung menerima begitu saja aturan –
aturan yang diberikan oleh orang – orang yang dianggap kompeten untuk
Moral. Dalam tahap ini anak sudah mempunyai pemikiran akan perlunya
yang ada.
tersebut di atas.
a. Tingkat prakonvesional
saling memberi.
b. Tingkat konvensional
mulai tumbuh bahwa tingkah laku itu harus sesuai dengan norma
dua tahap sebagai lanjutan dari tahap yang ada pada tingkat
c. Tingkat postkonvensional
kita benci atau tidak, orang yang kita suka atau tidak.
bersifat universal.
jelas dan spesifik. Dalam konteks ini pribadi yang bermoral tidak lantas
paling tidak, mampu bertindak sesuai dengan aturan – aturan atau norma –
peraturan sopan santun atau kebiasaan, (2) norma – norma hukum, dan
34
MORAL FEELING
MORAL KNOWING 1. Conscience
1. Moral awareness 2. Self – esteem
2. Knowing moral 3. Empathy
values 4. Loving the good
3. Perspective – taking 5. Self – control
4. Moral reasioning 6. Humility
5. Decision making
6. Self knowledge
MORAL ACTION
1. Competence
2. Will
3. Habit
moralitas atau pendidikan moral yang efektif sangat intensif, pada hakikatnya
karena hukum itu hanya penglogisan dari nilai – nilai moral. Gerakannya
ubah secara lebih langsung sebagai suatu fungsi dari perubahan – perubahan
moral seseorang atau sebuah masyarakat. Nilai – nilai moral itu berada dalam
unsur keyakinan dan sikap batin dan bukan hanya sekedar penyesuaian diri
dengan aturan dari luar diri manusia. Moralitas dapat bersifat intrinsik dan
ekstrinsik. Moralitas yang bersifat intrinsik berasal dari diri manusia itu
sendiri, sehingga perbuatan manusia itu baik atau buruk terlepas atau tidak
intrinsik ini esensinya terdapat dalam perbuatan diri manusia itu sendiri.
peraturan hukum yang berlaku, baik yang bersifat perintah maupun larangan.
36
terikat pada nilai – nilai atau norma – norma yang diberlakukan dalam
erat antara nilai, norma, sanksi dan peraturan – peraturan. Beliau mengatakan
sebagai berikut:
Nilai adalah ukuran yang disadari atau tidak disadari oleh suatu
masyarakat atau golongan untuk menetapkan apa yang benar, yang
baik dan sebagainya. Norma adalah anggapan bagaimana seseorang
harus berbuat. Agar normanya dipatuhi, maka masyarakat atau
golongan itu mengadakan sanksi dan penguat.
mata ilmu tentang norma, justru ilmu tentang nilai. Aspek norma merupakan
aspek luar atau aspek lahiriah yang tampak dan terwujud dalam perumusan
aspek dalam atau aspek batiniah/kejiwaan yang ada di balik atau di belakang
norma.
baik norma agama, moral (etika), kesopanan maupun hukum. Hubungan tata
tertib sekolah dan pendidikan moral lebih jelas pada gambar 2 sebagai berikut:
37
MORAL
ETIKA
HUKUM
hormat pada peraturan. Manusia mempunyai daya tahu (budi) dan daya
memilih karena adanya dua macam daya inilah timbul penilaian etis atau
moral terhadap tingkah laku manusia. Dalam masyarakat yang hendak teratur
masyarakat.
laku sesuai dengan norma – norma yang terdapat dalam masyarakat. Dengan
benar. Perlu diingat baik dan benar menurut seseorang, tidak pasti baik dan
benar bagi orang lain. Karena itulah diperlukan adanya prinsip – prinsip
kesusilaan/moral yang dapat berlaku umum, yang telah diakui kebaikan dan
dalam dirinya sendiri. Ukuran ini tentunya tidak bertentangan dengan norma
yang bermoral, adalah memenuhi salah satu ketentuan kodrat yaitu adanya
kehendak yang baik. Kehendak yang baik ini mensyaratkan adanya bertingkah
laku dan tujuan yang baik pula. Jadi predikat moral mensyaratkan adanya
sampai dengan tingkah laku dalam mencapai tujuan yang juga baik.
manusia susila lahir dan batin. Pokok pembicaraan tata tertib sekolah dan
pendidikan moral ini adalah perbuatan manusia dengan tujuan yang hampir
sama. Kalau tujuan tata tertib sekolah mengatur adalah mengatur tata – tertib
manusia.
tertib sekolah. Tata tertib sekolah berisikan perintah – perintah dan larangan –
larangan agar tingkah laku manusia tidak melanggar aturan – aturan tertulis
untuk berbuat apa yang berguna dan melarang segala yang tidak baik. Norma
Karakter atau watak warga negara yang bermoral salah satunya bisa
sesuatu entitas abstraksi ide semata namun nyata dalam kehidupan sehari –
hari yang harus diajarkan pada manusia. Pendidikan moral merupakan suatu
wadah bagi sekolah untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa agar
mempunyai sikap dan berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan nilai – nilai
moral dan norma – norma yang ada di masyarakat. Tata tertib sekolah
mengatur dan memberi petunjuk pedoman aturan atau hukum tingkah laku
siswa terhadap moral yang baik. Tata tertib sekolah sebagai aturan hukum di
40
Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja memuat kondisi – kondisi yang
telah mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi mana, dicita – citakan
dengan tegas, untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan ialah suatu
tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan
bermacam – macam segi salah satunya adalah alat pendidikan preventif dan
mencegah anak sebelum ia berbuat sesuatu yang tidak baik, misalnya contoh:
buruk dari luar ke dalam diri siswa. Kewajiban pendidik adalah mendidik
41
masuknya pengaruh – pengaruh yang buruk ke dalam dirinya. Jenis alat – alat
jelek yang sudah menjadi kebiasaan diperbuat siswa, seperti suka berkelahi,
suka bertengkar, suka mengambil barang milik orang lain, suka menghina,
E. Kerangka Berpikir
dan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi; khususnya kemajuan
terutama nilai – nilai budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai – nilai luhur
budaya bangsa.
adalah melalui hidden curriculum antara lain seperti penegakkan aturan moral
melalui tata tertib sekolah. Menurut konsep pendidikan dewasa ini, bahwa
moral; serta seleksi dan pra aloksi tenaga kerja. Baik dan buruknya moral
siswa tergantung pada berhasil atau tidaknya pendidikan moral di sekolah dan
penegakan tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah memberikan bentuk nyata
dari pendidikan moral yang harus diberikan pada siswa yang berisikan nilai –
nilai moral. Moral siswa yang baik dapat diketahui dari indikator berupa taat
dan patuh pada tata tertib sekolah yang dapat dilihat melalui pengamatan
berupa aturan moral, sikap dan tingkah laku atau tingkah laku yang
tertib sekolah tersebut dapat dilihat melalui profil pribadi siswa sehari – hari
43
tingkah laku siswa kadang hanya sebatas bersifat temporal tidak bersifat
cenderung mengabaikan aturan moral atau tata tertib sekolah. Siswa Sekolah
moralitas diri sendiri. Interaksi antar siswa dengan Guru dan lingkungan ikut
tidak serius maka akan dapat menimbulkan tingkah laku yang menyimpang
tingkah laku siswa yang menyimpang akan dapat merugikan tidak hanya baik
perlu diciptakan dan ditemukan metode yang tepat sehingga bisa menjangkau
Moral Siswa
Baik Buruk
Keterangan:
: Proses distribusi
: Proses kontrol
Keterangan:
memiliki nilai moralitas yang tinggi. Oleh karena itu Sistem Pendidikan
siswa tumbuh dan berkembang dari sisi akhlak, moralitas yang baik. Moral
siswa yang baik atau buruk tercermin dari tingkah laku siswa baik di rumah,
cita tersebut salah satunya melalui komponen pendidikan moral dan tata tertib
sekolah. Guru mengontrol tingkah laku siswa melalui tata tertib sekolah.
Tingkah laku siswa yang baik atau buruk akan mencerminkan dan
METODE PENELITIAN
A. Dasar Penelitian
penelitian ini yaitu tentang pelaksanaan dan kendala – kendala tata tertib
(SMK) Negeri 5 Semarang maka penelitian ini bersifat non eksperimen yaitu
46
47
1. Sumber data langsung berupa tata situasi alami dan peneliti adalah
instrumen kunci.
2. Bersifat deskriptif dimana data yang dikumpulkan umumnya
berbentuk kata – kata, gambar – gambar dan bukan angka – angka,
kalaupun ada angka – angka sifatnya hanya sebagai penunjang.
3. Lebih menekankan pada makna proses ketimbang hasil.
4. Analisis data bersifat induktif.
5. Makna merupakan perhatian utama dalam pendekatan penelitian
(Sudarwan, 2002:6).
B. Fokus Penelitian
batas atas dasar fokus penelitian. Dalam pemikiran fokus terliput di dalamnya
(Rachman, 1999:121).
pusat perhatian dalam penelitian. Fokus dalam penelitian ini adalah tata tertib
adalah:
Negeri 5 Semarang.
keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau yang
dianggap. Atau suatu fakta yang digambarkan lewat angka, simbol, kode dan
1. Data Primer
49
primer ini disebut juga data asli atau data baru. Sumber data primer
2002:122).
2. Data sekunder
telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari
50
berupa tata tertib siswa, buku – buku, dan literatur lain yang ada
a. Observasi
b. Wawancara (Interviu)
c. Dokumentasi
data mengenai hal – hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
a. Teknik Observasi
b. Teknik Komunikasi
sebagai alatnya.
c. Teknik Dokumentasi
buku – buku literatur tentang tata tertib sekolah dan lingkup yang
1. Objektivitas Data
secara cermat dengan teknik yang tepat dapat diperoleh hasil penelitian
2. Keabsahan Data
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda (Moleong, 2002:178).
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dicapai
dengan jalan:
yang berkaitan.
dapat diperoleh hasil penelitian yang benar – benar sahih, karena kedua
kualitatif deskriptif.
57
kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan Bogdan dan Taylor (Hasan,
yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan
Pada prinsipnya analisis data ada dua cara yaitu analisis statistik
dan analisis non statistik, hal ini tergantung pada datanya. Adapun analisis
data non statistik, yang disebut juga sebagai analisis kualitatif deskriptif
datanya, seperti pada pengecekan data dan tabulasi, dalam hal ini sekedar
membaca tabel – tabel, grafik – grafik atau angka – angka yang tersedia
non statistik, dimana komponen reduksi data, dan sajian data dilakukan
a. Pengumpulan data
b. Reduksi data
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Penarikan
Kesimpulan/Verifikasi
G. Prosedur Penelitian
tahapan yaitu:
(Arikunto, 2002:20)
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Semarang
atas dukungan Guru – Guru teknik dan direstui oleh Kepala Diktek
Propinsi Jawa Tengah, Bapak Dimiyati Prasojo yang pada waktu itu
61
62
43A Semarang.
diselenggarakan siang hari dan menumpang pada sekolah negeri lain yang
yang pada waktu itu karena kekurangan ruang sebagian kelas yang
50 – 4.
memasuki lapangan kerja di dunia usaha dan industri global, nasional dan
militer.
Semarang
dari hasil observasi dan wawancara memiliki jumlah siswa yang dominan
Jumlah
No. Program Keahlian Total
I II III
1. Teknik Gambar Bangunan 72 60 34 166
2. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik 67 52 61 180
3. Teknik Mesin Perkakas 71 55 52 178
4. Teknik Mekanik Otomotif 70 59 66 195
5. Teknik Transmisi Telkom 35 30 26 91
6. Teknik Komputer Jaringan 37 34 35 106
JUMLAH 352 290 274 916
Sumber: data SMK Negeri 5 Semarang
Semarang
sebagai berikut:
Status
No. Guru Program Keahlian Jumlah
Tetap TT
1. Teknik Gambar Bangunan 8 - 8
2. Teknik Pemanfaatan Listrik 8 - 8
3. Teknik Mesin Perkakas 4 - 4
4. Teknik Mekanik Otomotif 3 1 4
5. Teknik Transmisi Telkom - 2 2
6. Teknik Komputer Jaringan 2 2 4
JUMLAH 25 4 31
Negeri 5 Semarang
siwa berjenis kelamin laki – laki. Pelanggaran tata tertib sekolah yang
bagde sekolah dan sabuk (lihat gambar 9). Alasan siswa mengenai baju
yang tidak dimasukkan adalah karena gaya/trend anak remaja masa kini.
Guru sering memberikan teguran dan nasehat agar baju dimasukkan tapi
tersebut. Siswa kadang hanya memasukkan baju saat bertemu Guru dan
ingin masuk ruang Guru, setelah itu siswa mengeluarkan bajunya kembali.
melalui jenis – jenis pelanggaran siswa yang berupa hasil obeservasi dan
Semarang
1. Alpa atau tidak masuk tanpa ijin adalah perbuatan pergi meninggalkan
10. Pribadi adalah terkait dengan personal individu siswa yaitu interaksi
dengan nilai – nilai hidup yang dimaksud. Nilai moral yang diharapkan
nilai kemandirian, nilai daya juang, nilai tanggung jawab dan nilai
tata tertib sekolah adalah waktu pelajaran pertama akan dimulai dan
72
pelajaran terakhir akan selesai, semua siswa melakukan acara berdoa yang
dipimpin ketua kelas. Nilai sosialitas antara lain setiap siswa wajib
mengikuti pelajaran dengan baik, sopan dan patuh kepada Guru. Nilai
norma hukum. Peran dari Kepala Sekolah adalah menyusun tata tertib
petugas tata tertib sekolah, menyusun mekanisme kerja petugas tata tertib
pelanggaran. Tugas BP/BK yaitu mendata file khusus yang berisi siswa
macam tata tertib sekolah untuk unit-unit kegiatan di sekolah itu, seperti
73
sebagainya.
B. Pembahasan
moral adalah situasi di mana siswa akan memilih dan menentukan tingkah
oleh serangkaian prinsip – prinsip atau aturan – aturan moral, yang pada
hanya eksplisit dalam kurikulum, tetapi juga terletak secara implisit pada
satu sarana pendidikan moral. Tata tertib sekolah mengatur tingkah laku
siswa di sekolah, otomatis tata tertib sekolah adalah sebagai suatu norma.
Norma selalu terkait dengan aspek moral jadi merupakan salah satu moral
yang harus dimiliki oleh siswa semisal norma agama, norma kesusilaan
moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu diperlukan, dan
suatu perbuatan yang dinilai tidak baik perlu dihindari. Tata tertib sekolah
pendekatan pedagogis.
tidak hanya sekedar takut pada aturan tapi membuat siswa sadar, tidak
tata tertib sekolah sesuai dengan kesadaran pribadi masing – masing, siswa
antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian moral
merupakan kendali dalam bertingkah laku. Sumber acuan moral antara lain
dapat berasal dari agama, adat – istiadat, hukum positif dan kodrat
yang baik bagi penumbuhan dan pengembangan mental dan moral anak
76
pegawai, buku, peraturan dan alat – alat) dapat membawa siswa kepada
bakat, sehingga siswa dapat lega dan tenang dalam pertumbuhan dan
hukum formal dan norma – norma sosial maupun agama, seperti dilarang
siswa dalam lingkungan sekolah. Isi pendidikan moral pada tata tertib
sekolah terdapat pada setiap poin yang diatur dalam tata tertib sekolah
stabil dihargai atau dengan kata lain nilai – nilai yang diharapkan dan
laku dan kebiasaan yang telah ada di masyarakat seperti berpakaian rapi,
lain;
78
lain.
hakikatnya adalah nilai – nilai yang dijabarkan oleh Pancasila. Nilai – nilai
secara sadar ingin mengarahkan sikap dan tingkah laku siswa kearah hal –
dengan nilai – nilai Pancasila seperti nilai – nilai keagamaan, nilai – nilai
kemanusiaan dan nilai perikeadilan, nilai – nilai estetik, nilai – nilai etik
mengalami suatu proses pada akhirnya akan menjadi bagian tertentu dari
nilai – nilai (sistem nilai) atau kumpulan moral, moralitas pada diri
evaluation), dan;
akan tetapi dapat berlangsung lebih jauh lagi hingga suatu norma
kebutuhan masyarakat.
Dalam kaitan ini, nilai – nilai moral adalah nilai yang berada
dalam lubuk hati serta menyatu dengan raga, yang di dalamnya menjadi
suara hati atau mata hati atau hati nurani ”the conscience of man”.
lingkungan sekolah.
80
didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai –
nilai tersebut dan pada akhirnya terwujud tingkah laku sesuai dengan nilai
– nilai yang dimaksud. Norma moral adalah norma untuk mengukur betul
kesadaran manusia tentang diri sendiri, di dalam mana kita melihat diri
kita sendiri dalam berhadapan dengan baik – buruk. Dalam hal ini manusia
dapat membedakan antara yang halal dan yang haram, yang boleh dan
bersama memunculkan tata nilai atau aturan – aturan yang dianut atau
nilai tersebut tidak lepas dari penilaian baik dan buruk, benar dan salah,
adil dan jahat, tertib dan tidak tertib dan sebagainya. Pelaksanaan tata
Unsur Luar
STP2K
BK/BP
Credit Poin
Tahu Perasaan
Moral Moral
Tugas dan
Kewajian
Tindakan
Larangan - Tata Tertib
Moral
Larangan Sekolah
Sanksi
hari besar nasional, bakti sosial, donor darah dan zakat fitrah.....”
tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda yang dengan sengaja
preventif ialah alat – alat pendidikan yang bersifat pencegahan yaitu untuk
211):
memperbaiki.
Salah satu materi dari tata tertib sekolah adalah mengenai norma
masuk ke kelas dan saat berkomunikasi antara Guru dan siswa. Segi norma
agama dan norma hukum dalam tata tertib sekolah seperti siswa dilarang
moral atau sikap dan tingkah laku yang baik dalam diri siswa
laku siswa.
laku positif dalam hidup bersama dengan orang lain, baik dalam
siswa didasarkan pada indikator tata tertib sekolah yang baik harus mampu
untuk dipahami dan dilaksanakan oleh siswa. Kriteria tata tertib sekolah
yang baik adalah dapat membatasi atau mengikat semua siswa secara
keseluruhan, siswa tidak hanya sekedar takut pada tata tertib sekolah
namun dapat membuat siswa sadar akan pentingnya bertingkah laku yang
baik dan tata tertib sekolah yang baik tidak hanya memuat larangan saja
dari penggalian antara unsur – unsur kebutuhan siswa dan sekolah. Tata
85
tertib sekolah sangat perlu diadakan sebagai aturan yang harus diikuti oleh
mereka dengan penuh kesadaran, bukan karena tekanan atau paksaan. Tata
tertib sekolah tidak dapat ditentukan oleh kepala sekolah sendiri, atau
hakikatnya dibuat dari, oleh, dan untuk warga sekolah. Kalaupun konsep
tata tertib sekolah itu telah dibuat oleh kepala sekolah atau dinas
dimintai pendapatnya tentang tata tertib sekolah tersebut. Guru dan siswa
harus memperoleh penjelasan secara terbuka tentang tata tertib sekolah itu.
poin angka (credit poin) maksudnya setiap pelanggaran tata tertib sekolah
akan diberikan poin atau bobot angka yang menunjukan kesalahan yang
diperbuat. Poin atau bobot angka ini nantinya akan ditotal menjadi laporan
pada tiap akhir tahun pelajaran. Bagi siswa yang telah masuk atau
melebihi bobot angka tersebut akan dikenai sanksi sesuai dengan yang
telah diatur dalam tata tertib sekolah. Sanksi akan diberikan sesuai dengan
dapat dilihat dalam 2 (dua) tipe yaitu dari sisi positif dan sisi negatif pada
tabel 5 yaitu:
86
mengacuhkan pemberian
poin tersebut
87
sikap dan tingkah laku yang lebih disiplin dan produktif dari siswa.
Dengan tata tertib sekolah tersebut, siswa memiliki pedoman dan acuan
penting sebagai aturan yang harus dipatuhi oleh peserta didik. Tata tertib
sekolah apa saja yang harus dibuat itu sudah barang tentu amat ditentukan
strategis sehingga siswa dapat melihat dan membaca, sosialisasi tata tertib
sekolah melalui kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) dan pada saat
kepolisian jika terjadi pelanggaran berat. Siswa yang menaati tata tertib
kesadaran diri akan arti penting tingkah laku yang diperlihatkan pada
pelaksanaan di sekolah.
5 Semarang adalah bersifat ringan, sedang dan berat. Kategori ringan yaitu
Guru/Karyawan.
dengan teman sekolah, mengambil barang milik sekolah atau orang lain
89
orang, untuk menepati janji atau menaati apa – apa yang telah ditentukan.
tahap (empat) jumlah bobot 120 siswa dikembalikan pada orang tua/wali.
lingkungan.
sekolah selain sanksi yang tertulis ada sanksi yang tidak tertulis, namun
lain tugas membersihkan kelas, kamar mandi dan taman kelas. Sanksi
Konseling.
Negeri 5 Semarang adalah karena dua faktor utama yaitu faktor bawaan
paling tidak ada akan terdapat lingkungan tempat tinggal, kondisi status
Faktor yang bersifat internal pada diri siswa yaitu terjadi karena
sekolah. Soeparwoto (2006:62 – 63) masa remaja adalah masa umur antara
Masalah moral yang terjadi pada proses remaja ditandai oleh adanya
salah. Hal ini disebabkan oleh ketidakkonsistenan dalam konsep benar dan
sekitar.
melalui tata tertib sekolah adalah berupa kontrak sosial dibuat antara
Tentunya sikap dan berperilaku yang baik itu merupakan prinsip etis yang
yaitu ada 3 (tiga) kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Hal tersebut
kewibawaaan Guru, kondisi sosial ekonomi keluarga dan faktor tata tertib
arti penting tata tertib sekolah, mampu melaksanakan tata tertib sekolah
laku siswa yang tidak sesuai dengan tata tertib sekolah terjadi karena unsur
lingkungan di luar diri siswa terbagi lagi menjadi 3 kategori yaitu yang
pertama kondisi sosial ekonomi orang tua siswa yaitu secara umum siswa
93
Kesadaran Diri
Lingkungan
Moral Siswa Keluarga
Pergaulan
Tata Tertib
Sekolah
bawah. Anak sering bermain di luar, tidak kerasaan di rumah dan banyak
yang rumahnya jauh bahkan ada yang dari luar kota prosentasenya 90%
siswa cenderung tidak merasa nyaman di rumah. Hal ini disebabkan oleh
luar mempunyai dampak pada sikap dan tingkah laku sehari – hari. Faktor
melalui BAZIS sekolah yang dikumpulkan setiap hari Jum’at. Guru dalam
karena itu aspek moral pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, bersifat
siswa di sekolah adalah hubungan orang tua dan anak di rumah. Siswa
yang berasal dari keluarga yang konsisten dan mempunyai kebiasaan yang
tua karena sibuk bekerja, menunjukan tingkah laku yang kurang baik.
Orang tua yang mengajarkan norma – norma dan di sekolah Guru – Guru
juga mengajarkan norma – norma pula maka apabila norma yang diterima
siswa di sekolah adalah merupakan kelanjutan dari atau sama dengan yang
keluarga dan sekolah akan selaras dan serasi (contunity). Jika sebaliknya
antara di sekolah dan di rumah bertentangan atau tidak sejalan maka akan
hukuman yang diberikan sekolah pada siswa, dan siswa menentang dan
untuk menerima dan mematuhi tata tertib sekolah dan melawan dengan
beraksi, suatu bahaya dalam hal ini adalah bahwa siswa merasa bebas dari
merupakan respon yang dilakukan siswa yang merasa bahwa tidak ada
bergaul dengan teman seperti lebih baik pergi ke sekolah daripada main –
segala tata tertib sekolah seperti sekolah dengan siswanya lebih banyak
kasus atau pelanggaran tata tertib sekolah diserahkan pada Wakil Kepala
tentang tata tertib sekolah dan sanksi – sanksi yang akan didapatkan siswa
masih melekat. Namun mulai tahun 2007 ke bawah atau sejak 3 (tiga)
tahun terakhir tawuran tersebut sudah tidak ada lagi. Tawuran tersebut
adanya sanksi yang tegas dari sekolah bagi yang melakukan tawuran
Semarang
tertib sekolah kurang bisa seirama dalam penegakan tata tertib sekolah.
Tergantung dari individu Guru masing – masing ada Guru yang konsisten
dan ada Guru yang kadang – kadang konsisten dan adapula yang tidak
99
faktor kegiatan praktik masih ada yang di luar yaitu bengkel Balai Latihan
sebagai sarana pendidikan moral terdiri dari dua unsur kendala yaitu
yang bersifat eksternal adalah diakibatkan oleh faktor luar dari sekolah
seperti siswa yang dipukul terlebih dahulu oleh siswa sekolah lain.
untuk mengeluarkan siswa yang bermasalah dari sekolah. Salah satu sebab
100
moralnya baik adalah dengan penilaian terhadap nilai rapor yang berbeda
antara siswa yang sering melakukan pelanggaran tata tertib sekolah dengan
siswa yang taat pada tata tertib sekolah. Penilaian tersebut lazim sebagai
penilaian afektif siswa yang tidak hanya didasarkan pada ranah kognitif
siswa yang kurang mampu akan diprioritaskan pada siswa yang memiliki
tingkah laku atau moral yang baik dengan indikasi bahwa tidak pernah
cenderung untuk taat dan patuh pada tata tertib sekolah karena masih ada
dan tidak memikirkan ujian akhir nasional sehingga unsur coba – coba
dan implementasi tujuan pendidikan moral melalui tata tertib sekolah yang
adalah rasa ketidakpercayaan yang dialami oleh siswa dalam melalui tahap
sekolah ada 3 (tiga) tahap yaitu tindakan preventif, tindakan kuratif dan
siswa.
oleh siswa.
laku siswa yang melanggar dengan cara membina siswa yang selalu
melanggar tata tertib sekolah, baik dari Guru yang bersangkutan dengan
103
unsur sekolah tersebut. Selain itu perorangan dari Guru bagi yang
apabila tingkah laku siswa sudah melewati batas toleransi dari norma
sosial atau kadar angka poin yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Di
PENUTUP
A. Simpulan
bentuk formal dalam mata pelajaran juga dapat diberikan melalui bentuk –
bentuk lain seperti adanya tata tertib sekolah. Pendidikan moral yang diajarkan
atau nilai – nilai moral seperti nilai religiositas, nilai sosialitas, nilai gender,
nilai keadilan, nilai demokrasi, nilai kejujuran, nilai kemandirian, nilai daya
juang, nilai tanggung jawab dan nilai penghargaan terhadap lingkungan alam.
105
106
adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal dari diri siswa
adalah potensi bawaan siswa itu sendiri, seperti faktor intelegensi, bakat
peduli terhadap moral siswa dan adanya pengaruh dari pergaulan siswa
B. Saran
siswa.
3. Siswa hendaknya dengan penuh kesadaran diri untuk mematuhi tata tertib
sekolah.
4. Orang tua hendaknya ikut serta melakukan pembinaan moral anaknya agar
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Jakarta: CV. Mandar
Maju
Magnis, Frans – Suseno. 2001. Etika Politik (Prinsip – Prinsip Moral Dasar
Kenegaraan Modern). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
108
109
Mugiarso, Heru dkk. 2006. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES Press
Muijs, Daniel dan Reynolds, David. 2001. Effective Teaching, Evidence and
Practice. London: Paul Chapman Publishing
Munib, Achmad dkk. 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK
Unnes
Salam, Burhanudin. 2000. Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan
Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press
Nama :
Usia :
Alamat :
1. Tingkah laku siswa dalam implementasi tata tertib sekolah sebagai sarana
pendidikan moral di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5
Semarang.
a. Bagaimana tingkat kedisiplinan siswa Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri 5 Semarang?
b. Bagaimana ketertiban siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 5 Semarang?
c. Bagaimana kesopanan siswa terhadap guru saat di kelas maupun di
luar kelas?
d. Bagaimana interaksi antar sesama siswa dalam lingkungan sekolah
serta terhadap masyarakat sekitar?
e. Bagaimana respon orang tua terhadap pelanggaran tata tertib
sekolah?
f. Bagaimana kesopanan siswa dengan lingkungan masyarakat
sekitar sekolah?
g. Apa saja pelanggaran tata tertib sekolah yang sering dilakukan
oleh siswa?
2. Pelaksanaan tata tertib sekolah sebagai sarana pendidikan moral di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Semarang.
a. Apakah yang anda ketahui tentang tata tertib sekolah?
b. Apakah yang anda ketahui tentang pendidikan moral?
c. Siapakah yang bertugas menyusun tata tertib sekolah?
d. Apakah peran kepala sekolah dalam penegakan tata tertib sekolah?
111
Nama :
Usia :
Alamat :
1. Tingkah laku siswa dalam implementasi tata tertib sekolah sebagai sarana
pendidikan moral di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5
Semarang.
a. Bagaimana tingkat kedisiplinan siswa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Negeri 5 Semarang?
b. Bagaimana ketertiban siswa di lingkungan sekolah?
c. Apakah siswa sering tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru?
d. Apakah siswa sering tawuran atau berkelahi di lingkungan sekolah?
e. Bagaimana melakukan kontrol terhadap ketertiban yang sesuai
dengan moral?
f. Apa saja nilai – nilai moral yang diajarkan pada siswa?
g. Bagaimana cara yang anda lakukan untuk memberikan nilai – nilai
moral tersebut?
h. Apakah tata tertib sekolah dapat meningkatkan moral siswa?apa
indikatornya?
i. Apa saja yang termasuk dalam pelanggaran terhadap tata tertib
sekolah?
j. Apa saja kategori siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib
sekolah?
k. Bagaimana penegakan tata tertib sekolah pada saat kegiatan belajar
mengajar?
2. Pelaksanaan tata tertib sekolah sebagai sarana pendidikan moral di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Semarang.
113
Nama :
Usia :
Alamat :
1. Tingkah laku siswa dalam implementasi tata tertib sekolah sebagai sarana
pendidikan moral di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5
Semarang.
a. Bagaimana tingkat kedisiplinan siswa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Negeri 5 Semarang?
b. Bagaimana ketertiban siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 5 Semarang?
c. Bagaimana kesopanan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 5 Semarang?
d. Apa saja pelanggaran tata tertib sekolah yang sering dilakukan oleh
siswa?
e. Bagaimana persepsi masyarakat sekitar terhadap ketertiban siswa
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Semarang?
f. Apakah ada perbedaan karakteristik siswa pada setiap kelas atau
jurusan dan angkatan?apa saja perbedaan tersebut?
2. Pelaksanaan tata tertib sekolah sebagai sarana pendidikan moral di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Semarang.
a. Apakah yang anda ketahui tentang tata tertib sekolah?
b. Apakah yang anda ketahui tentang pendidikan moral?
c. Apakah tata tertib sekolah dapat menjadi sarana pendidikan moral
di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Semarang?apa
saja indikasinya?
115
Nama :
Usia :
Kelas/Jurusan :
Alamat :
1. Tingkah laku siswa dalam implementasi tata tertib sekolah sebagai sarana
pendidikan moral di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5
Semarang
a. Mengapa kamu melakukan pelanggaran tata tertib sekolah?
b. Apakah kamu pernah diajak teman kamu untuk berbuat immoral?
c. Apa saja pelanggaran yang kamu lakukan tersebut?berapa kali?
d. Kamu melakukannya karena diri sendiri atau diajak teman?
e. Apakah kamu tidak malu dengan guru tentang pelanggaraan tata
tertib sekolah yang kamu lakukan?
f. Apakah kamu dengan tata tertib sekolah menjadi jera untuk tidak
mengulangi pelanggaran tata tertib sekolah?
g. Apakah kamu merasa berat jika harus taat terhadap tata tertib
sekolah?
h. Apakah kamu tidak merasa malu jika orang tua kamu dipanggil ke
sekolah dan guru mengatakan bahwa kamu sering melanggar tata
tertib sekolah?
i. Bagaimana perasaan kamu jika melihat temanmu memakai baju
seragam rapi, datang ke sekolah tepat waktu dan taat pada tata tertib
sekolah?
j. Menurut kamu, bagaimana kedisiplinan siswa di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Semarang?
117
332
Kewarganegaraan dan
Sejarah
Kampung Pondok
RT 3 RW 9
RW 4
B. Upacara Bendera
B.1. Setiap siswa wajib mengikuti upacara bendera di sekolah
B.2. Pada saat upacara bendera setiap siswa wajib memakai
seragam OSIS lengkap kecuali ditentukan lain.
B.3. Setiap siswa wajib menjaga agar pelaksanaan upacara
bendera berlangsung tertib, khidmat dan lancar.
121
B. LAIN-LAIN
B.1. Setiap siswa wajib menjaga nama baik sekolah, baik di
lingkungan sekolah maupun diluar sekolah.
B.2. Setiap siswa tidak diperkenankan membawa atau merokok di
lingkungan sekolah, serta makan/minum di dalam kelas.
B.3. Setiap siswa tidak boleh membawa barang-barang terlarang
disekolah antara lain : Senjata tajam, ganja, narkotik dan
sejenisnya, minuman keras, buku/majalah dan alat-alat yang
asusila, serta uang dalam jumlah banyak.
D. KEAMANAN DI SEKOLAH
D.1. Setiap siswa wajib memiliki alat-alat pelajaran dengan
lengkap
D.2. Siswa yang membawa kendaraan atau sepeda motor wajib
mematikan mesin saat memasuki pintu gerbang/pintu parkir
di tempat yang telah disediakan serta dikunci. Apabila terjadi
kerusakan/kehilangan sepda motor, helm, maka resiko
ditanggung siswa sendiri.
D.3. Setiap siswa wajib menjaga keselamatan hak milik sendiri.
123
F. TERTIB ADMINISTRASI
F.1. Setiap siswa wajib membayar Uang BP3 dan Iuran lain yang
ditentukan sekolah selambat-lambatnya tanggal 10 setiap
bulannya.
F.2. Buku rapor harus ditandatangani orang tua/wali masing dan
segera dikembalikan kepada wali kelas.
F.3. Setiap siswa tidak diperbolehkan melakukan kegiatan-kegiatan
yang mengganggu ketenangan dan ketertiban sekolah.
F.4.Setiap siswa yang tidak naik tingkat dua kali berturut-turut
dikeluarkan dari sekolah.
F.5. Setiap siswa tidak diperbolehkan menikah selama menjadi
siswa.
124
G. P E N U T U P
A. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan
ditentukan kemudian
B. Setiap siswa diwajibkan memiliki, memahami, mengingat,
menghayati serta melaksanakan Pedoman Tata Tertib ini.
Ditetapkan di : SEMARANG
Tanggal : 18 Juli 2005
Kepala Sekolah,
BK