You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Keluarga berencana adalah rogram yang dibentuk oleh pemerintah untuk menurunkan
tingkat fertilitas, salah satunya melalui pemakaian alat kontrasepsi. Dengan bertambah
banyaknya jumlah penduduk Indonesia, sehingga pemerintah Indonesia menciptakanlah
program keluarga berencana. Program ini sangat bermampaat dalam mengatur jumlah anak.

B.TUJUAN
 Untuk mengetahui mamfaat dari keluarga berencana.
 Untuk menurunkan tingkat fertilitas

Page 1
BAB II
1.1ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM PROGRAM KB
Mendengar kata keluarga berencana(KB). Mungkin tidak asing bagi kita. Akan tetapi
apabila kita berikan pertanyaan apa itu sebenarnya KB?, Apa tujuan KB dan apa faktor-faktor
yang mempengaruinya? Apa hubungan dengan aspek sosial budaya, serta apa pentingnya
seorang perawat atau bidan perlu mengetahuinya. Mungkin banyak pertanyaan itu
membutuhkan pengetahuan yang lebih banyak untuk menjawabnya. Untuk itu dalam bab ini,
kita akan mencoba membahas semua pertanyaan itu.

A.Apa Itu Keluarga Berencana(KB)

Pencanangan program keluarga berencana(KB) pertama kali di canangkan pada tahun


1970 dengan dibentuknya suatu badan yang mempunyai tugas mensukseskan program
tersebut. Badan tersebut adalah badan koordinasi keluarga berencana Nasional (BKKBN).
Program keluarga berencana merupakan sarana untuk menurunkan tingkat fertilitas, salah
satunya melalui pemakaian alat kontrasepsi. Dengan pemakaian alat kotrasepsi ini diharapkan
akan dapat mengatur jumlah anak yang diinginkan.(Rusli Chaniago, 2000)

BKKBN dalam hal ini menyarankan masyarakat untuk memiliki dua(2) anak saja. Seorang
mahasiswa keperawatan yang kritis, kemudian akan bertanya, apakah saran tersebut juga
berlaku pada masyarakat tingkat sosial ekonomi atas?. Pertanyaan ini menarik dan tentunya
akan membawa kita pada suatu pertanyaan yang lebih mendasar, yaitu mengapa BKKBN
menyarankan dua anak saja. Kita tentunya perlu memahami bahwa jumlah masyarakat
Indonesia terbilang besar. Sensus tahun 2007 saja menunjukkan bahwa jumlah penduduk
Indonesia adalah 210 juta orang. Dengan jumlah penduduk yang besar tentunya pemerintah
semakin sulit untuk mengatur dan menyediakan berbagai fasilitas dalam rangka meningkat kan
kesejahteraan. Kondisi ini terjadi, apabila masyarakat tersebut menjadi beban pemerintah.
Akan tetapi bagaimana bila masyarakat tersebut menjadi agen yang membatu meningkatkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam kondisi seperti itu, tentunya memiliki banyak anak
tidak masalah. Jadi, masalahnya dalam kepemilikan jumlah anak adalah” apakah orang tua
dapat memberikan pendidikan, makanan yang bergizi dan lain sebagainya sehingga dapat
melahirkan generasi yang tangguh. Akan tetapi, apabila masyarakat tersebut berada pada
kondisi dimana mengalami kesulitan secara ekonomi, pendidikan yang rendah, lalu apakah dia
dapat menyediakan kebutuhan untuk melahirkan generasi yang tangguh atau hanya akan
menambah jumlah penduduk yang menjadi beban pemerintah dan juga beban keluarga.

Page 2
Pemerintah melalui BKKBN menyarankan penggunaan alat kontrasepsi untuk
mengontrol memiliki anak. Alat kontrasepsi yang digunakan dalam program keluarga berencana
adalah:

a. Cara mekanik kontrasepsi intra unterine devince/ spiral kondom.


b. Cara kimiawi pil KB, suntik.

1.2 Tujuan Program Keluarga Berencana(KB)


Yang menjadi target atau sasaran dalam program keluarga berencana adalah pasangan
usia subur yaitu pasangan usia 15-49 tahun, kemudian anggota masyarakat, institusi dan
wilayah.

Program keluarga brencana ini memiliki tujuan yang terdiri atas tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum kecil dan sejahtera adalah secara bertahap dalam rangka
perkembangan dan pembudayaan norma keluarga kecil keluarga bahagia dan sejahtera.
(BKKBN).

Adapun tujuan khususnya adalah;

a. Penurunan tingkat kelahiran.


b. Meningkatkan jumlah peserta KB.
c. Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan
anak, memperpanjang tingkat harapan hidup, menurunkan kematian bayi.
d. Meningkatkan kesadaran kepada masyarakat terhadap masalah kependudukan
dalam melembagakan NKKBS.
e. Meningkatkan dan memantapkan peran dan tanggungjawab pasangan usia subur
dan generasi muda dalam penanggulangan masalah kependudukan.

1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengarui Pemakai Alat Kontrasepsi.


Sebagai seorang tenaga kesehatan, apakah perawat atau bidan, kita tentu nya memiliki
kepentingan untuk membantu masyarakat mencapai tingkat kesehatan yang baik, salah satunya
adalah membantu masyarakat menggunakan alat kontrsepsi untuk mengontrol memiliki anak.
Hal yang penting perlu disadarioleh para tenaga kesehatan adalah bahwa penggunaan alat
kontrasepsi pada masyarakat tidak hanya ditentukan oleh faktor kesehatan itu sendiri, akan
tetapi terdapat faktor lain seperti sosial budaya, serta program KB itu sendiri. Seringkali
program kesehatan mengalami banyak kegagalan karena tidak memperhatikan faktor luar
tersebut yang memilki pengaruh yang besar.

Page 3
1. Faktor Sosial Budaya

Faktor pertama yang mempengaruhi masyarakat menggunakan alat kontrasepsi


adalah faktor sosial budaya, aspek sosial budaya yang mempengaruhi adalah:

 Alasan pribadi , misal nya kurang dari 20 tahun, atau lebih dari 35 tahun.
 Ingin menjarangkan kehamilan
 Ingin membatasi anak
 Pendidikan meningkat
2. Faktor kesehatan

Faktor kedua yang mempengaruhi masyarakat menggunakan alat kontrasepsi


adalah faktor kesehatan. Alasan kesehatan yang mempengaruhi adalah :

 Terlalu sering hamil tidak baik untuk kesehatan ibu.


3. Faktor Program KB

Faktor ketiga yang mempengaruhi masyarakat menggunakan alat kontrasepsi


adalah faktor program KB itu sendiri, aspek program yang mempengaruhi adalah :

 Pemahaman masyarakat yang baik akan program KB


 Kemudahan untuk memperoleh
 Jarak rumah mereka dengan lembaga yang bertanggungjawab terhadap
program.

1.4. Faktor-Faktor Yang Menghambat Pemakaian Alat Kontrasepsi


Selain memahami faktor yang mempengarui masyarakat menggunakan alat kontrasepsi,
disisi lain kita juga perlu memahami mengapa masyarakat masih enggan untuk menggunakan
alat kontrasepsi. Beberapa factor yang menghambat penggunaan alat kontrasepsi adaalah
faktor sosial budaya, adat istiadat, agama, pilihan jenis kelamin, pandangan nilai anak,
pendidikan yang rendah, serta ekonomi.

Page 4
1.Faktor sosial budaya

Tidak dapat kita hindari bahwasanya faktor sosial budaya memegang peranan penting
dalam perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi
ternyata dipengarui oleh adat istiadat dan atau kepercayaan dalam budaya tertentu. Misalkan
saja:

 Senang banyak anak sebagai aset.


 Mengawinkan anak pada usia muda untuk memperoleh keturunan.
 Kurangnya pendidikan
 Ekonomi yang sulit(tidak punya uang)
 Pilihan jenis kelamin(laki/perempuan)
Contoh pada masyarakat bugis, harus ada anak perempuan, sehingga jika belum
memiliki anak perempuan,mereka mencoba terus memiliki anak sampai
mendapatkan anak perempuan.

2.Agama.

Faktor yang kedua adalah faktor agama. Berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi,
terdapat kelompok masyarakat agama yang menerima dan menolak program tersebut. Dalam
konteks ini tentunya sebagai tenaga kesehatan, kita perlu memahami pandangan kepercayaan
atau agama pada masyarakat yang menjadi sasaran program KB. Tentunya kepercayaan agama
bukanlah suatu yang dapat kita paksakan, tetapi yang terpenting adalah kita memahaminya.

Sebagai seorang tenaga kesehatan yang memiliki tugas mensukseskan program ini,
tentunya kita menjadi paham bahwa kesuksesan suatu program kesehatan masyarakat tidak
hanya di pengarui oleh program itu sendiri, akan tetapi oleh faktor lain. Seperti sosial budaya
tersebut ditemukan oleh LIPSET dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa pendapatan,
pendidikan, dan status sosial merupakan factor yang penting dalam partisipasi dalam program
keluarga berencana (KB).

Page 5
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Dengan mengetahui mamfaat keluarga berencana sehingga masyarakat bisa
mengatur jumlah anak, sehingga anak-anak bisa mendaptkan pendidikan yang
layak.
 Dengan menurunkan tingkat fertilitas masyarakat dianjurkan untuk hanya
memiliki dua orang anak saja, sehingga dalam keluarga dapat menjaga
ketentraman.
B. SARAN

Page 6
DAFTAR PUSTAKA

Badrujaman,Aip.2008.SOSIOLOGI UNTUK MAHASISWA KEPERAWATAN.Jakarta:Tran Info Media.

Page 7

You might also like