You are on page 1of 3

Pertempuran Laut Aru

Pertempuran Laut Aru adalah suatu pertempuran yang terjadi di laut aru, Maluku, pada tanggal 15
Januari 1992 antara Indonesia dan Belanda Insiden ini terjadi sewaktu dua kapal jenis destroyer, pesawat
jenis Neptune dan Frely milik Belanda menyerang RI Matjan Tutul (650), RI Matjan Kumbang
(653) dan RI Harimau (654) ,milik Indonesia yang sedang berpatroli pada posisi 04,49° LS dan
135,02° BT. Komodor Yos Sudarso gugur pada pertempuran ini setelah menyerukan pesan terakhirnya
yang terkenal, "Kobarkan semangat pertempuran".

Armada Indonesia di bawah pimpinan Yos Sudarso, yang saat itu berada di KRI Macan Tutul, berhasil
melakukan manuver untuk mengalihkan perhatian musuh sehingga hanya memusatkan penyerangan ke
KRI Macan Tutul. KRI Macan Tutul tenggelam beserta awaknya, tapi kedua kapal lainnya berhasil
selamat.

Pertempuran Laut Aru


Hari H untuk pelaksanaan operasi penyusupan adalah Senin, 15 Januari 1962. Pada H minus tiga (-3),
semua kapal ALRI telah merapat di rendezvous point di sebuah pulau di Kepulauan Aru. Pasukan yang
sudah diturunkan dari Hercules AURI juga sudah diangkut kapal dari Letfuan menuju pulau tersebut.
Pada hari pertama di titik itu, pesawat-pesawat Belanda sudah datang mengintai. Hal yang sama terjadi
pada H -2 dan H -1.

Hari H pukul 17.00 waktu setempat, tiga kapal mulai bergerak. KRI Harimau berada di depan, membawa
antara lain Kol. Sudomo, Kol. Mursyid, dan Kapten Tondomulyo. Di belakangnya adalah KRI Macan
Tutul yang dinaiki Komodor Yos Sudarso. Sedangkan di belakang adalah KRI Macan Kumbang.

Menjelang pukul 21.00, Kol. Mursyid melihat radar blips pada lintasan depan yang akan dilewati iringan
tiga kapal itu. Dua di sebelah kanan dan satu di kiri. Blips tersebut tidak bergerak, menandakan kapal-
kapal sedang berhenti. Ketiga KRI kemudian melaju. Tiba-tiba terdengar dengung pesawat mendekat, lalu
menjatuhkan flare yang tergantung pada parasut. Keadaan tiba-tiba menjadi terang-benderang, dalam
waktu cukup lama. Tiga kapal Belanda yang berukuran lebih besar ternyata sudah menunggu kedatangan
ketiga KRI.

Kapal Belanda melepaskan tembakan peringatan yang jatuh di samping KRI Harimau. Kol. Sudomo
memerintahkan untuk balas menembak namun tidak mengenai sasaran. Komodor Yos Sudarso
memerintahkan ketiga KRI untuk kembali. Ketiga kapal pun serentak membelok 293o. Naas, KRI Macan
Tutul macet dan terus membelok ke kanan. Kapal-kapal Belanda mengira manuver berputar itu untuk
menyerang mereka. Sehingga mereka langsung menembaki kapal itu. Tembakan pertama meleset, namun
tembakan kedua tepat mengenai KRI Macan Tutul. Menjelang tembakan telak menghantam kapal,
Komodor Yos Sudarso meneriakkan perintah, "Kobarkan semangat pertempuran!"

AURI berada dalam kondisi ditekan karena misi yang gagal itu. Orang mengira, kekuatan AURI mampu
melayang-layang selamanya di udara dan mengawasi setiap jengkal wilayah RI. Negara superpower
seperti AS pun tidak akan bisa melakukannya di era itu, apalagi kita. Bagaimana pesawat terbang
melaksanakan misi bantuan serangan udara tanpa ada koordinasi sebelumnya? Bahkan operasi itu sendiri
tidak pernah dibicarakan dengan pimpinan AURI. Namun saat gagal, kesalahan ditimpakan ke pihak
AURI. Untuk mengakhiri polemik, KSAU Suryadarma mengundurkan diri pada 19 Januari 1962.
Perjanjian New York
Perjanjian New York adalah perjanjian pemisahan oleh Amerika Serikat pada 1962 untuk
pemindahan kekuasaan atas Papua Barat dari Belanda ke Indonesia

Perjanjian New York dilatarbelakangi oleh usaha Indonesia untuk merebut daerah Papua bagian
Barat dari tangan Belanda Pada Konferensi Meja Bundar(KMB) di Deen Hag saat pengakuan
kedaulatan Indonesia oleh Belanda disebutkan bahwa masalah Papua bagian barat akan
diselesaikan dalam tempo satu tahun sejak KMB. Namun sampai tahun1961, tak terselesaikan.

Amerika Serikat yang takut bila Uni Soviet makin kuat campur tangan dalam soal Papua
bagian barat, mendesak Belanda untuk mengadakan perundingan dengan Indonesia. Delegasi
Indonesia dipimpin oleh Adam Malik dan Belanda oleh Dr,Van Roven, sedang E.Bunker dari
Amerika Serikat menjadi perantaranya.

Tanggal 15 Agustus 1962 diperoleh Persetujuan New York yang berisi penyerahan Papua bagian
barat dari Belanda melalui United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA).
Tanggal 1 Mei 1963 Papua bagian barat kembali ke Indonesia. Kedudukan Papua bagian barat
menjadi lebih pasti setelah diadakan Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) tahun 1969
rakyat Papua bagian barat memilih tetap dalam lingkungan RI.

Perjanjian New York


Kami Adalah Korban Politik Amerika , Belanda ,dan Indonesia .

Kami Tidak Pernah di beri kesempatan untuk menentukan nasib sendiri baik
oleh Belana maupun Indonesia .
Pada tanggal 1 Mei 1963, sesuai dengan perjanjian New York (New York Agreement)
dengan melalui suatu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bernama: United
Nations Temporary Executive Authority (UNTEA), Papua (Irian Jaya) diserahkan dari
Pemerintah Negara Kerajaan Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia.

Isi daripada perjanjian New York (New York Agreement) antara lain adalah sebagai berikut.
Pertama, apabila badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nation (UN) telah
membenarkan persetujuan atau perjanjian itu melalui Rapat Umum, maka Belanda segera
menyerahkan kekuasaan atas Irian Jaya (Papua) kepada UNTEA. Kedua, terhitung sejak
tanggal 1 Mei 1963 UNTEA sebagai yang memikul tanggung jawab Administrasi Pemerintah
di Irian Jaya (West Papua) selama 6-8 bulan dan menyerahkannya kepada Indonesia.
Ketiga, pada Akhir tahun 1969, dibawah pengawasan Sekretaris Jenderal PBB dilakukan Act
of Free Choice dalam mana orang Irian Jaya (West Papua) dapat menentukan
penggabungan pasti tanah mereka dengan Indonesia atau menentukan Status atau
Kedudukan yang Lain (Merdeka Sendiri). Keempat, Indonesia dalam tenggang waktu
tersebut diharuskan mengembangkan/membangun kebersamaan orang Irian Jaya (Papua)
untuk nantinya pada akhir tahun 1969 dapat menentukan pilihannya.
Semenjak tanggal diserahkannya Papua (Irian Jaya) kepada Indonesia, sampai dengan saat
ini, pemerintah Indonesia sering dihadapkan dengan berbagai masalah dalam pelaksanaan
pembangunan. Salah satu bentuk masalah adalah tantangan terhadap kegiatan Integrasi
Politik di West Papua (Irian Jaya). Hal ini secara sangat menonjol tercermin dalam
pemberontakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang dimulai pada tanggal 26 Juli 1965 di
Manokwari yang dipimpin oleh Sersan Mayor Permenas Ferry Awom yang merupakan
bekas anggota Batalyon Sukarelawan Papua (Papua Vrijwillegers Korps).
Pemberontakan OPM yang Berawal di Manokwari tersebut kemudian menjalar terus
keseluruh Kabupaten di Papua (Irian Jaya) yaitu: Biak-Numfor, Sorong, Paniai, Fak-Fak,
Yapen Waropen, Merauke, Jayawijaya, Tembagapura, Timika dan Jayapura.
Aksi Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) dilakukan dengan beberapa cara
yaitu:

1. Aksi Perlawanan Fisik bersenjata atau aksi militer yang dilakukan secara
sporadis.
2. Aksi Penyanderaan.
3. Aksi Demonstrasi Massa.
4. Aksi Pengibaran bendera West Papua.
5. Aksi Penempelan dan Penyebaran Pamflet/Selebaran.
6. Aksi rapat-rapat politik dan pembentukan organisasi perjuangan lokal.
7. Aksi Pelintasan Perbatasan.
8. Aksi Perusakan dan Pembongkaran.
9. Aksi Politik .

Kegiatan militer yang dilakukan di Papua (Irian Jaya), bergerak dibawah panji Tentara
Nasional Papua (TNP) dengan dibantu oleh aktivitas mata-mata yang bernama Papua
Intelegence Service (PIS).

Kegiatan politik diluar negeri yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka dapat bergerak
dengan lebih leluasa dibandingkan dengan kegiatan politik OPM yang di lakukan di Irian
Jaya (Papua).
Kegiatan Politik Organisasi Papua Merdeka pertama kali hanya terdapat di negeri Belanda
dibawah pimpinan Markus Kaisiepo dan Nicholas Jouwe. Dari sinilah OPM memusatkan
gerakan dan jaringannya yang kemudian diarahkan ke Afrika, Eropa, Amerika dan Pasifik
Selatan.

You might also like