You are on page 1of 51

INSPEKTORAT JENDERAL

DEPDIKNAS

2009
SUPERVISI
By. Ferdy feristyansjah, ST., M.Si
INPEKTORAT JENDERAL
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PENGADAAN JAKARTA

BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL

Page
1

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL

Page
2
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

S UPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

LATAR BELAKANG

Dalam tatanan kenegaraan dan kelembagaan saat ini, sistem


manajemen penyelenggaraan pemerintahan yang akuntabel memegang
peranan yang sangat penting untuk menunjang pelaksanaan program-
program pembangunan berasaskan pilar-pilar “good governance” yaitu
keterbukaan, akuntabilitas publik, partisipasi masyarakat, dan supremasi
hukum. Demi mewujudkan dan menjaga terciptanya kondisi dimana
pelaksanaan sistem manajemen dapat berjalan sesuai aturan maka
diperlukan upaya-upaya profesional dan terkoordinasi dengan baik
diantara elemen yang terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam manajemen pemerintahan, profesionalisme aparat
yang terlibat dalam proses manajemen secara tidak langsung juga akan
berdampak terhadap pencitraan lembaga tersebut, dimana aparat yang
profesional akan meningkatkan citra dan kewibawaan suautu lembaga
pemerintahan dalam mengimplementasikan kebijakannya berdasarkan
pilar-pilar good governance. Salah satu kebijakan pemerintah yang
membutuhkan aparatnya untuk bekerja secara profesional dalam
menjalankan suatu sistem manajemen adalah kebijakan dalam
pengadaan barang dan jasa
Pengadaan barang dan jasa merupakan alat yang tepat untuk
Page

menerapkan kebijakan publik di semua sektor dan menjadi instrumen


dalam membangun tata kelola pemerintahan yang baik. Paska
3

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

pemerintahan orde baru, diawali dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun


1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi, Pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 18
Tahun 2000 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Namun
penilaian terhadap beberapa kelemahan yang terjadi dalam
pelaksanaannya menyebabkan Keppres yang telah berperan dalam
mengatur pelaksanan pengadaan barang dan jasa selama 3 tahun
kemudian diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003.
Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain adanya inkonsistensi dalam
ketentuan yang diatur didalamnya, adanya perbedaan interprestasi pada
aturan main mengenai penunjukkan langsung dan lelang terbatas
sehingga menjadi pemicu timbulnya konflik dalam pelaksanaan di
daerah, birokrasi pengadaan yang panjang dan terkesan menjadi
penghambat keikutsertaan peserta dari luar daerah, dan tidak adanya
ketentuan mengenai persyaratan profesionalitas bagi sumber daya
manusia yang terlibat dalam pengadaan mengakibatkan penunjukan
panitia atau pejabat pengadaan yang tidak memiliki sertifikat keahlian
pengadaan barang dan jasa berbau kolusi, nepotisme, dan kurang
professional dalam menangani pengadaan.
Dengan terbitnya Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
diharapkan celah-celah kelemahan yang terjadi saat berlakunya Keppres
Nomor 18 Tahun 2000 dapat ditutupi dan prinsip-prinsip pengadaan
yang efektif, efisien, mendorong persaingan sehat, transparansi,
akuntabel, dan tidak diskriminatif dapat terwujud. Selain itu dengan
adanya Keppres Nomor 80 tahun 2003 ini juga diharapkan dapat
mendorong terjadinya globalisasi dan liberalisasi sistem pengadaan
Page

barang dan jasa di Indonesia.


4

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

Pengadaan barang dan jasa atau yang dalam bahasa asingnya


disebut “procurement” merupakan aktifitas yang timbul karena adanya
kebutuhan terhadap suatu barang atau jasa melalui suatu proses yang
diatur. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa instansi pemerintah,
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 memberikan arahan tentang
kegiatan pengadaan barang dan jasa yang dibiayai melalui APBN/APBD,
baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang
dan jasa mulai dari persiapan dokumen pengadaan, pelaksanaan
pengadaan, hingga penandatanganan kontrak.
Kesulitan untuk memahami prosedur pengadaan barang dan jasa
sesuai ketentuan yang berlaku, belum adanya transparansi, maraknya
praktek ketidakadilan yang dipertontonkan oknum aparatur pemerintah,
dan sulitnya melakukan upaya pendeteksian terhadap penyelewengan
dan manipulasi yang terjadi dalam pengadaan barang dan jasa menjadi
indikator penyebab tingginya angka korupsi yang merugikan negara
hingga milyaran rupiah menjadi isu pokok yang terjadi dalam
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di lingkungan pemerintahan
saat ini.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Ditjen Perbendaharaan
Departemen Keuangan, jumlah anggaran lembaga pemerintah
departemen/non departemen pada tahun 2009 yang dialokasikan untuk
pengadaan barang dan jasa termasuk biaya pemeliharaannya kurang
lebih sebesar 107,6 triliun rupiah atau lebih tepatnya adalah sebesar
Rp.107.637.038.124.000,00. Besarnya anggaran yang dialokasikan pada
seluruh instansi pemerntahan tersebut merupakan peluang yang
menggiurkan dan menimbulkan kekhawtiran akan terjadinya kebocoran
keuangan negara apabila tidak ditangani secara profesional. Data
Page

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP)


menyebutkan bahwa setiap tahunnya diperkirakan mencapai 30% dari
5

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

jumlah APBN mengalami kebocoran dari sektor pengadaan barang dan


jasa. Kondisi ini disebabkan adanya penyimpangan yang dilakukan oleh
pihak-pihak tertentu terhadap prosedur pengadaan barang dan jasa.
Untuk menghindari dan mencegah terjadinya penyimpangan tersebut,
diperlukan adanya strategi yang tepat yang dimulai dengan cara
melakukan analisa terhadap sistem pengendalian pengadaan barang dan
jasa.
Dalam rangka meningkatkan sistem pengendalian ini, Inspektorat
Jenderal sebagai bagian dari manajemen pemerintahan, sesuai tugas
dan fungsinya dalam lingkup Departemen Pendidikan Nasional
melakukan penguatan unsur pembinaan dan pengawasan yang
menjadi domain lembaga di era otonomi daerah saat ini sebagai upaya
preventif dalam mencegah terjadinya kebocoran keuangan negara pada
sektor pengadaan barang dan jasa pemerintah, Berdasarkan fungsi
pembinaan dan pengawasan yang lebih difokuskan pada strategi
kemandirian dan profesionalisme kepada seluruh instansi pemerintah
yang terlibat secara langsung dalam pengadaan barang dan jasa
instansi, maka pada tahun 2009 Inspektorat Jenderal akan melakukan
kegiatan Supervisi Pengadaan Barang dan Jasa di lingkungan
Departemen Pendidikan Nasional. Kegiatan ini akan dilakukan pada
bulan Agustus 2009 dengan sasaran yang ditujukan terhadap kegiatan
pengadaan yang sedang berlangsung di beberapa satuan kerja baik di
pusat maupun di daerah.
Dalam perannya untuk melaksanakan pembinaan, Inspektorat
Jendeeral Depdiknas menitikberatkan kegiatan supervisi sesuai dengan
amanah yang tercantum dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun
2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
Page

Pemerintah, yaitu instansi pemerintah bertanggung jawab atas


pengendalian pelaksanaan pengadaan barang/jasa, termasuk kewajiban
6

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

mengoptimalkan penggunaan produksi dalam negeri, dan perluasan


kesempatan berusaha bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil, serta
instansi pemerintah wajib mensosialisasikan dan memberikan
bimbingan teknis secara intensif kepada semua pejabat perencana,
pelaksana, dan pengawas di lingkungan instansinya yang terkait, agar
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 dapat dipahami dan
dilaksanakan dengan baik dan benar.
Selain itu, kegiatan supervisi juga menjadi bagian dari fungsi
pengawasan yang diamanatkan oleh Keppres Nomor 80 ahun 2003
yaitu instansi pemerintah agar melakukan pengawasan terhadap
pengguna barang/jasa dan panitia/pejabat pengadaan di lingkungan
instansi masing-masing, dan menugaskan kepada aparat pengawasan
fungsional untuk melakukan pemeriksaan sesuai ketentuan yang
berlaku. Sebagai unit pengawasan intern departemen, Inspektorat
jenderal Departemen Pendidikan Nasional berwenang melakukan
pengawasan kegiatan pengadaan barang dan jasa di lingkungan
Departemen Pendidikan Nasional, menampung dan menindaklanjuti
pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan masalah atau
penyimpangan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa,
kemudian melaporkan hasil pemeriksaannya kepada menteri pendidikan
nasional dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP).

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dilaksanakannya kegiatan Supervisi Pengadaan Barang dan


Jasa adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan, pemahaman dan
Page

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dari panitia atau


pejabat pengadaan yang melaksanakan kegiatan pengadaan barang dan
7

jasa.

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

Adapun tujuannya adalah untuk mendorong peningkatan


kemampuan panitia atau pejabat pengadaan dalam pengadaan barang
dan jasa, yang berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif, terbuka dan
bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel, dan
mencegah timbulnya penyalahgunaan wewenang dan penyimpangan
dalam pengadaan barang dan jasa yang dapat mengakibatkan
kebocoran dan pemborosan keuangan negara.

SASARAN DAN RUANG LINGKUP

Sasaran kegiatan supervisi adalah kegiatan pengadaan barang dan


jasa yang sedang berlangsung atau sedang dalam proses pengadaan di
lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Ruang lingkup kegiatan
supervisi mencakup seluruh kegiatan pengadaan barang dan jasa dalam
lingkungan Departemen Pendidikan Nasional baik yang ada di pusat
maupun di daerah yang dibiayai dari APBN tahun 2009.

METODE PELAKSANAAN

Metode yang digunakan dalam kegiatan Supervisi Pengadaan


Barang dan Jasa adalah dengan cara melakukan observasi langsung
terhadap kegiatan pengadaan yang sedang berjalan. Manfaat yang
dapat diperoleh melalui observasi atau peninjauan secara langsung ini
adalah diperolehnya gambaran yg obyektif tentang kualitas pekerjaan
pengadaan yang dilakukan, kesulitan yang terjadi pada suatu proses
tertentu dapat langsung dipecahkan dan dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran, serta sedini mungkin dapat terdeteksi sebab-sebab
Page

terjadinya kegagalan atau penyimpangan yang bakal teerjadi dalam


pelaksanaan pengadaan barang dan jasa.
8

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

Kegiatan Supervisi dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:


1. Tahap Persiapan, kegiatan yang dilakukan dalam rangka persiapan
mencakup :
a. penyusunan pedoman dan instrumen supervise;
b. pemetaan tim supervisi dan penyusunan jadwal;
c. rapat koordinasi dalam rangka pemantapan persiapan supervise;
d. pembekalan untuk meningkatkan pemahaman kepada tim
supervisi tentang substansi pengadaan bartang dan jasa.

2. Tahap Pelaksanaan, mencakup tahapan kegiatan sebagai berikut:


a. koordinasi awal pelaksanaan, merupakan temu awal seblm
pelaksanaan kegiatan supervise antara tim dengan pimpinan
lembaga yang akan disupervisi;
b. supervisi pengadaan, setelah melakukan koordinasi pada saat
temu awal, tim selanjutnya melakukan supervisi menggunakan
instrumen supervisi. Selain instrumen, tim juga diharapkan dapat
melakukan pengumpulan data dan informasi melalui pencatatan
terhadap hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan pengadaan.
Supervisi pengadaan barang dan jasa akan dilaksanakan selama 7
hari kalender.

3. Tahap Pelaporan, setelah kegiatan supervise dilaksanakan, tim


menyusun laporan secara lengkap dan menyampaikannya kepada
Inspektur Jenderal.

PETUGAS YANG TERLIBAT


Page
9

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

Pelaksanaan kegiatan Supervisi Pengadaan Barang dan Jasa akan


melibatkan petugas yang terdiri atas pejabat, staf, dan auditor dari unsur
Sekretariat Itjen, Inspektorat, dan Biro Umum Setjen Depdiknas. Petugas
yang akan melakukan supervisi diutamakan telah memiliki sertifikat
keahlian pengadaan barang dan jasa atau sekurang-kurangnya pernah
mengikuti pelatihan tentang pengadaan barang dan jasa dan secara
praktis pernah terlibat dalam kepanitiaan atau pernah melaksanakan
kegiatan pengadaan barang dan jasa, dan atau pernah melakukan audit
terhadap kegiatan pengadaan barang dan jasa. Bagi Ketua Tim
Supervisi, ketentuan tentang Sertifikasi Pengadaan barang dan Jasa
adalah mutlak.

WAKTU PELAKSANAAN

Pelaksanaan Supervisi Pengadaan Barang dan Jasa akan


dilaksanakan mulai bulan Agustus 2009 dengan volume kegiatan
sebanyak 32 frekuensi.

DUKUNGAN ANGGARAN

Anggaran untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Supervisi


Pengadaan Barang dan Jasa berasal dari anggaran yang terdapat pada
DIPA Inspektorat Jenderal Depdiknas tahun 2009.

PENUTUP

Pedoman supervisi ini diharapkan dapat dijadi/kan acuan bagi


Page

petugas dalam melaksanakan kegiatan supervisi pengadaan barang dan


10

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

jasa, sehingga diharapkan akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah


dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dapat terwujud.

Page
11

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

Pengadaan
yang
efektif,
efisien,
terbuka
dan
bersaing,
adil/tidak

KERANGKA PEMIKIRAN
DIAGRAM PROSES “SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN
JASA” Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan untuk memperoleh
kondisi yang lebih baik. Meskipun akhirnya tertuju pada hasil, namun
Page

yang diutamakan dalam supervisi adalah bantuan untuk memperbaiki


dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Supervisi adalah
12

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu


seseorang atau sekelompok orang agar melakukan pekerjaan mereka
secara efektif. Supervisi merupakan pengawasan profesional dalam
bidang akademik, yang dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan
bidang kerjanya, dan untuk memahami suatu lebih mendalam dari
sekedar pengawasan biasa. Supervisi bertujuan untuk meningkatkan
mutu kinerja melalui perbaikan situasi dalam suatu proses bekerja dan
belajar. Supervisi disini bukanlah pekerjaan inspeksi, melainkan
pekerjaan pembinaan yang menggunakan sejumlah teknik atau
pendekatan dalam memberikan dorongan dan bantuan secara
profesional untuk memperbaiki kinerja.

Dari uraian di atas menunjukan bahwa pekerjaan supervisi adalah


melakukan pengembangan pendidikan dalam pekerjaan atau jabatan
guna membantu seseorang atau sekelompok orang dalam memperoleh
wawasan baru dalam pengembangan jabatan dan memahami tugas-
tugasnya atau dengan kata lain secara administratif di samping
pengawasan, supervisi juga dibutuhkan untuk mewujudkan kinerja
profesional secara lebih efektif dan terukur.

Supervisi yang dilakukan mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan,


tata laksana, pendanaan, dan kualitas/mutu hasil pelaksanaan. Kegiatan
supervisi ini dapat dilakukan baik secara periodik maupun sewaktu-
waktu.

Prinsip Supervisi
Yang dimaksud dengan prinsip supervisi adalah kaidah-kaidah yang
Page

harus dipedomani atau dijadikan landasan di dalam melakukan kegiatan


supervisi. Sahertian & Mataheru (1982) mengemukakan bahwa dalam
13

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

melaksanakan supervisi hendaknya bertumpu pada prinsip sebagai


berikut:
1. Ilmiah, maksudnya supervisi harus dilakukan secara sistematis,
objektif, dan menggunakan instrument;
2. Demokratis, maksudnya menjujung tinggi musyawarah dan memiliki
jiwa kekeluargaan;
3. Kooperatif, maksudnya seluruh staf sekolah dapat bekerja sama,
mengembangkan usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar
mengajar yang lebih baik;
4. Konstruktik dan kreatif, maskudnya membina guru serta mendorong
untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman.

Fungsi dan Tugas-Tugas Supervisi


Dalam penyelenggaraan sekolah terdapat lima fungsi, yaitu :
1. Fungsi administrasi umum;
2. Fungsi mengajar;
3. Fungsi supervise
4. Fungsi manajemen
5. Pelayanan khusus (Harris, 1985)

Masing-masing fungsi tersebut mempunyai tugas sendiri-sendiri,


namun tetap berada dalam kerangka penyelenggaraan sekolah.
Untuk membedakan pelaksanaan masing-masing fungsi tersebut, ada
dua hal yang dijadikan dasar, yakni Pengajaran dan siswa. Kedua hal
itu adalah merupakan sentral dalam penyelenggaraan sekolah.
Meskipun tujuan akhir supervisi adalah meningkatkan perkembangan
atau pertumbuhan individu para siswa (Sergiovanni & Strarrat,
Page

1983)tetapi ia tidak bisa melakukan intervensi langsung terhadap


siswa melainkan hanya kepada guru atau tenaga pengajarnya. Oleh
14

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

karena itu sasaran utamanya adalah guru.


Sementara itu Wiles dan Bondi menjelaskan fungsi-fungsi supervisi
berdasarkan peranan supervisor. Menurut mereka peranan supervisor
tersebut mempunyai beberapa dimensi dan sering tumpang tindih
dengan fungsi-fungsi administrasi, kurikulum dan pengajaran.

Tugas-tugas supervisi tampaknya lebih diarahkan pada upaya


meningkatkan profesional guru. Di samping itu, terdapat pula tugas
supervisi lainnya yag tidak secara langsung berkaitan dengan
perbaikan pengajaran atau peningkatan kemampuan profesional
guru, tetapi dapat mendukung terselenggaranya KBM secara optimal.
Tugas-tugas tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan guru menyusun rencana atau
persiapan mengajar.
2. Meningkatkan kemampuan guru mengelola alat-alat perlengkapan
kelas
3. Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun dan mengelola
laporan hasilkemajuan belajar siswa.

Metode dan Teknik Supervisi

Ada dua metode yang pakai dalam melakukan supervisi, yakni :


a. Metode langsung
b. Metode tak langsung

Metode langsung adalah cara mensupervisi dimana mereka


(orang) yang diupervisi berhadapan lansung dengan supervisor,
Page

sedangkan metode tak lansung adalah cara mensupervisi dimana


mereka tidak langsung berhadapan dengan supervisor tetapi
15

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

menggunakan media tertentu seperti televisi, radio dan


sebagainya.
Metode langsung dapat dilakukan dengan sejumlah teknik baik
individual maupun kelompok. Yang termasuk teknik individual,
yaitu :
a. Kunjungan kelas (classroom visitation)
b. Observasi kelas (classroom observation)
Pertemuan individual (indiviudal conference)
c. Saling mengunjungi (intervisitation)
d. Penilaian diri sendiri (self evaluation)

MAKSUD DAN TUJUAN

Pengertian Supervisi Pendidikan


Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai
berikut : “ Supervision is assistance in the devolepment of a better
teaching learning situation” rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan
supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material,
technique, method, teacher, student, an envirovment). Situasi belajar
inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan
kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut
mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran.

Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, inspeksi lebih


Page

menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan


supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh
16

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru,


karena bersifat demokratis.
Istilah supervisi pendidikan dapat dijelas baik menurut asal usul
(etimologi), bentuk /perkataannya (morfologi), maupun isi yang
terkandung dalam perkataan itu ( semantik).

a. Etimologi
Istilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “
Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang
melakukan supervisi disebut supervisor.

b. Morfologis
Supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi
terdiri dari dua kata Super berarti atas, lebih, Visi berarti lihat, tilik,
awas. Seorang supervisor memang mempunyai posisi diatas atau
mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya.

c. Semantik

Pada hakekatnya isi yang terandung dalam definisi yang rumusanya


tentang sesuatu tergantung dari orang yang mendefinisikan.

Wiles secara singkat telah merumuskan bahwa supervisi sebagai


bantuan pengembangan situasi mengajar belajar agar lebih baik.
Adam dan Dickey merumuskan supervisi sebagai pelayanan
khususnya menyangkut perbaikan proses belajar mengajar.
Page

Sedangkan Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut :


“ Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka
17

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi


belajar mengajar yang lebih baik “. Dengan demikian, supervisi
ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar
mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal (aspek) yang perlu
diperhatikan :
1. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
2. Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar

Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas


kesupervisian harus lebih diarahkan kepada kepada upaya
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus
memiliki yakni : 1) kemampuan personal, 2) kemampuan
profesional 3) kemampuan sosial (Depdiknas, 1982).

Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat


dirumuskan sebagai berikut “ serangkaian usaha pemberian
bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang
diberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan
pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil
belajar mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut
lebih menekankan pada pembinaan guru tersebut pula “
Pembinaan profesional guru “(Depdiknas, 1994), yakni pembinaan
yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan profesional guru.

Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan


Page

sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru,


18

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi


diartikan pula pembinaz an guru.

2. Tujuan dan Sasaran Supervisi

Tujuan berfungsi sebagai arah atau penuntun di dalam


melaksanakan supervisi. Disamping itu, dapat pula dijadikan tolak
ukur di dalam menilai efektif tidaknya tidaknya pelaksanaan
supervisi.\

Tujuan supervisi berkaitan erat dengan tujuan pendidikan di sekolah


sebab supervisi pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka membantu
pihak sekolah (guru-guru) agar dapat melaksanakan tugasnya secara
lebih baik, sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat berjalan secara
optimal. Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran
(Neagly & Evans, 1980; Oliva, 1984; Hoy & Forsyth, 1986; Wiles dan
Bondi, 1986; Glickman, 1990). Sedangkan sasaran utama dari
pelaksanaan kegiatan supervisi tersebut adalah peningkatan
kemampuan profesional guru (Depdiknas, 1986, 1994, & 1995).

Secara makro guru tersebut berhubungan dengan pengembangan


sumber daya manusia yang pada akhirnya akan paling menentukan
kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa (Joni, 1992).

Sementara itu, Nawawi (1983) mengemukakan bahwa supervisi


bertujuan menolong guru-guru dengan kesadarannya sendiri
berusaha untuk berkembang dan tumbuh menjadi guru yang lebih
Page

cakap dan lebih baik di dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Senada


dengan hal itu, Glickman (1981) menyatakan bahwa tujuan supervisi
19

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

pengajaran adalah membantu guru bagaimana belajar meningkatkan


kemampuan mereka sendiri guna mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan bagi siswa-siswanya. Pernyataan itu tersebut
menyiratkan peran dan tanggung jawab guru serta peran dan
tangung jawab supervisor dalam setiap program supervisi.
Tujuan akhir supervisi sebenarnya adalah agar terjadi pertumbuhan
dikalangan siswa, yang tergambar dari hasil belajar atau prestasinya.
Prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang
dilakukan guru. Oleh karena itulah tujuan utama supervisi adalah
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut.

PRINSIP SUPERVISI
1. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan bantuan untuk
mengatasi masalah dan kesulitan dan bukan mencari–cari kesalahan.
2. Pemberian bantuan dan bimbingan bantuan dilakukan secara
langsung, artinya bahwa pihak yang mendapat bantruan dan
bimbingan tersebut tanpa dipaksa atau dibukakan hatinya dapat
merasa sendiri serta sepadan dengan dengan kemampuan untuk
dapat mengatsi sendiri.
3. Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau
umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak
lupa. Sebaiknya supervisor memberikan kesempatan kepada pihak
yang disupervisi untuk mengajukan pertanyaan atau tanggapan.
4. Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3
bulan sekali, bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh
supervisor.
5. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya
Page

mencerminkan adanya hubungan yang baik entara supervisor dan


yang disupervisi tercipta suasana kemitraan yang akrab. Hal ini
20

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

bertujuan agar pihak yang disupervisi tidak segan–segan


mengemukakan pendapat tentang kesulitan yang dihadapi atau
kekurangan yang dimilki.
6. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak
hilang atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan
singkat, berisi hal – hal yang penting.
7. Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967)
sebagai berikut : “Supervision is assistance in the devolepment of a
better teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam
pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini
mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi
belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher,
student, an envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya
diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi.
Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek
dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
8. Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, inspeksi
lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan
supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh
pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara unit
yang disupervisi, karena bersifat demokratis.

Pada perakteknya tugas supervisi bukanlah pekerjaan inspeksi tetapi


menggunakan sejumlah teknik atau pendekatan dalam memberikan
dorongan dan bantuan karena memerlukan bantuan profesional
langsung dari ahlinya untuk memperbaiki kinerja.
Dari uraian di atas menunjukan bahwa pekerjaan supervisi adalah
Page

melakukan pengembangan staf dan pendidikan dalam jabatan untuk


membantu personel dalam memahami pekerjaannya dan mendapat
21

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

informasi baru dalam pengembangan jabatan atau dengan kata lain di


samping pengawasan administrative, supervisi dan bimbingan
dibutuhkan untuk mewujudkan kinerja profesional secara lebih efektif
dan terukur.

Supervisi mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, tata laksana,


pendanaan, kualitas, pengendalian dan pengawasan. Supervisi dapat
dilakukan baik secara berkala maupun sewaktu-waktu.

Seorang supervisor memiliki peran berbeda dengan seorang pengawas


atau pemeriksa. Supervisor lebih berperan sebagai “guru” yang siap
membantu aparatur pemerintah dalam meningkatkan pengetahuan untuk
mengendalikan pelaksanaan program-program pembangunan. Supervisor
bukanlah seorang pengawas yang hanya mencari-cari kesalahan.

Untuk menilai efektif tidaknya supervisi, tujuan supervisi harus


ditetapkan terlebih dahulu. Pada dasarnya supervisi dilakukan untuk
membantu pihak-pihak terkait agar dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik, sehingga tujuan dapat tercapai secara optimal. Secara
umum supervisi berhubungan dengan pengembangan sumber daya
manusia, dengan sasaran utamanya pada upaya untuk meningkatkan
kemampuan profesional seseorang atau sekelompok orang terhadap
satu bidang tertentu.

Peran yang diharapkan dari supervisor adalah:


(a) sebagai koordinator, mampu mengkoordinasikan setiap tahapan
pekerjaan dan mengidentifikasi data yang dibutuhkan dalam setiap
Page

pelaksanaan tugas dan pembuatan laporanya;


22

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

(b) sebagai konsultan, memiliki kemampuan sebagai spesialis dalam


masalah substansi pengadaan barang dan jasa, metodologi, dan
pengembangan kualitas sumber daya manusia, sehingga supervisor
diharapkan dapat membantu pihak yang disupervisi baik secara
individual maupun kelompok;
(c) sebagai pemimpin kelompok (group leader), supervisor harus
memiliki kemampuan memimpin, memahami dan menghadapi
berbagai bentuk dinamika kelompok; dan
(d) sebagai evaluator, dapat memberikan bantuan dalam mengevaluasi
pelaksanaan tugas, dan mampu membantu mengidentifikasi dan
memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi pihak yang
disupervisi.

Terdapat berbagai teknik dan pendekatan yang dapat diterapkan oleh


supervisor, baik secara individual di dalam maupun di luar kelas dan
kelompok. Dalam kegiatan supervisi kelompok, peran supervisor yang
menonjol adalah sebagai koordinator dan group leader. Sementara itu
dalam kegiatan supervisi individual, supervisor lebih berperan sebagai
konsultan.

Dengan supervisi para pelaksana kegiatan akan lebih mengetahui


bagaimana melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, dan
mengimplementaasikannya dengan baik. Dengan demikian supervisi
dapat diartikan sebagai kegiatan pengawasan yang dilakukan
melalui proses pendekatan yang fleksibel atau tidak kaku, dan
berdasarkan prinsip kemitraan yang berinteraksi secara
profesional.
Page

Ciri-ciri supervisi :
23

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

a. Research : meneliti situasi sebenarnya di lapangan


b. Evaluation : penilaian
c. Improvement : mengadakan perbaikan
d. Assistance : memberikan bantuan dan bimbingan
e. Cooperation : kerjasama ke arah perbaikan situasi

Prinsip-prinsip supervisi :
a. Tidak otoriter
b. Tidak berasaskan kekuasaan
c. Tidak lepas dari tujuan
d. Bukan mencari kesalahan
e. Tidak boleh cepat mengharapkan hasil
f. Konstruktif dan kreatif
g. Sumber secara kolektif dari berbagai pihak
h. Profesional
i. Sanggup mengembangkan potensi pihak yang disupervisi
j. Memperhatikan kesejahteraan pihak yang disupervisi
k. Progresif
l. Memperhitungkan kemampuan sendiri
m. Sederhana dan informal
n. Sanggup mengevaluasi diri sendiri

Page
24

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

KRITERIA SUPERVISI, supervisi menggunakan penilaian yang


dikembangkan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga
evaluasi dengan kesimpulan akhir pada penilaian kinerja.

JENIS SUPERVISI
Supervisi Akademik. Merupakan supervisi yang menitik beratkan
pengamatan supervisor kepada masalah-masalah akademik,yaitu hal-hal
yang langsung berada dalam lingkungan kegiatan pada waktu sesorang
sedang dalam proses mempelajari sesuatu.

Supervisi Administrasi. Merupakan supervisi yang menitik beratkan


pengamatan supervisor pada aspek-aspek administratif yang berfungsi
sebagai pendukung dan pelancar teraksanannya kegiatan.

Supervisi Lembaga. Merupakan supervisi yang objek pengamatanya


pada aspek-aspek yang berada di sekitar kegiatan. Jika supervisi
akademik dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan, maka
supervisi lembaga dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik dan
kinerja lembaga secara keseluruhan.

FUNGSI SUPERVISOR
Matt Modrcin (2004:2) menjelaskan 4 fungsi supervisor yaitu :
The Administratif Function merupakan fungsi pengawsan umum
terhadap kualitas kinerja guru dalam membelajarankan peserta didiknya.
Supervisi yang memberikan masukan dan saran terhadap guru-guru
bagaiaman semestinya tugas peserta didik dalam melaksanakan tugas
belajarnya.
Page
25

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

The evaluation process membantu guru untuk dapat memahami


peserta didik yang bermasalah yang perlu mendapat bantuan dalam
memecahkan masalah bealajarnya. Mambantu guru dspat memahami
kekuatan dsan kelamahan peserta didikny dalam mengikuti
pembelajaran dari gurunya.

The Teaching Function menyediakan informasi baru yang harus


dilaksanakan kemudian menyampaikan dalam pembinaan.

KONSEP IDEAL SUPERVISI


a. Peranan Supervisor Pengajaran
Sementara itu, menurut Wiles dan Bondi (1986: 17-23)
peranan supervisor mencakup delapan bidang kompetensi,
yaitu:
a) supervisors are developers of people;
b) supervisors are curriculum developers;
c) supervisors are instructional specialist;
d) supervisors are human relation worker;
e) supervisors are staff developers;
f) supervisors are adminis-trators;
g) supervisors are managers of change; dan
h) supervisors are evaluators

b. Kompetensi Supervisor
Untuk dapat melaksanakan peran-peran di atas,
supervisor harus memiliki beberapa kompetensi dan
kemampuan pokok, yaitu berkaitan dengan substantive aspects
Page

of professional development, meliputi pemahaman dan


pemilikan guru terhadap tujuan pengajaran, persepsi guru
26

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

terhadap peserta didik, pengetahuan guru tentang materi, dan


penguasaan guru terhadap teknik mengajar. Kedua berkaitan
dengan professional development competency areas, yaitu agar
para guru mengetahui bagaimana mengerja-kan tugas (know
how to do), dapat mengerjakan (can do), mau mengerja-kan (will
do) serta mau mengembangkan profesionalnya (will grow) (Ba-
fadal, 1992: 10-11).
Glatthorn (1990) menyatakan kompetensi yang harus
dimiliki su-pervisor meliputi hal-hal yang berkaitan dengan the
nature of teaching, the nature of adult development, dan tentu
saja juga the characteristics of good and effective school.
Berkaitan dengan hakikat pengajaran, supervisor harus
memahami keterkaitan berbagai variabel yang berpengaruh.
Pertama, adalah faktor-faktor organisasional, terutama budaya
organisasi dan keberadaan tenaga profesional lainnya dalam
lembaga pendidikan. Kedua, berkaitan dengan pribadi guru,
menyangkut pengetahuan guru, kemampuan membuat
perencanaan dan mengambil keputusan, motivasi kerja, tahapan
perkembangan atau kematangan, dan keterampilan guru.
Ketiga, berkaitan dengan support system dalam pengajaran,
yaitu kurikulum, berbagai buku teks, serta ujian-ujian. Terakhir,
adalah siswa sendiri yang keberadaannya di dalam kelas sangat
bervariasi.
Dalam hal adult development, supervisor harus
mengetahui tahapan perkembangan dan kematangan kerja
seorang guru, tahapan perkembangan moral, tahapan
pengembangan profesional, serta berbagai prinsip dan teknik
Page

pembelajaran orang dewasa.


27

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

Ketiga, supervisor harus mengetahui ukuran kemajuan dan


keefektifan sebuah sekolah. Hal ini merupakan muara dari
kegiatan yang dilakukan bersama para guru dan kepala sekolah.
Selain berkaitan dengan pembelajaran di dalam kelas,
supervisor juga harus siap membantu kepala sekolah dalam
bidang manajerial secara umum.

2. PENDEKATAN SUPERVISI
Dalam pelaksanaan supervisi, karakteristik guru yang
dihadapi oleh supervisor pasti berbeda-beda. Perbedaan tersebut
dapat dilihat dari sisi usia dan kematangan, pengalaman kerja,
motivasi maupun kemampuan guru. Karena itu, supervisor harus
menerapkan pendekatan yang sesuai dengan karakteritik guru
yang dihadapinya. Apabila pendekatan yang digunakan tidak
sesuai, maka kegiatan supervisi kemungkinan tidak akan berjalan
dengan efektif.
Sergiovanni (1982), mengemukakan berbagai pendekatan
supervisi, antara lain (a) supervisi ilmiah (scientific supervision),
(b) supervisi klinis (clinical supervision), (c) supervisi artistik, (d)
integrasi di antara ketiga pendekatan tersebut.

a. Supervisi Ilmiah
John D. McNeil (1982), menyatakan bahwa terdapat tiga
pandangan mengenai supervisi ilmiah sebagai berikut :
Pertama, supervisi ilmiah dipandang sebagai kegiatan
supervisi yang dipengaruhi oleh berkembangnya manajemen
ilmiah dalam dunia industri. Menurut pandangan ini, kekurang
Page

berhasilan guru dalam mengajar, harus dilihat dari segi kejelasan


pengaturan serta pedoman- pedoman kerja yang disusun untuk
28

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

guru. Oleh karena itu, melalui pendekatan ini, kegiatan mengajar


harus dilandasi oleh penelitian, agar dapat dilakukan perbaikan
secara tepat.
Kedua, supervisi ilmiah dipandang sebagai penerapan
penelitian ilmiah dan metode pemecahan masalah secara ilmiah
bagi penyelesaian permasalahan yang dihadapi guru di dalam
mengajar. Supervisor dan guru bersama-sama mengadopsi
kebiasaan eksperimen dan mencoba berbagai prosedur baru
serta mengamati hasilnya dalam pembelajaran.
Ketiga, supervisi ilmiah dipandang sebagai democratic
ideology. Maksudnya setiap penilaian atau judgment terhadap
baik buruknya seorang guru dalam mengajar, harus didasarkan
pada penelitian dan analisis statistik yang ditemukan dalam
action research terhadap problem pembelajaran yang dihadapi
oleh guru. Intinya supervisor dan guru harus mengumpulkan
data yang cukup dan menarik kesimpulan mengenai problem
pengajaran yang dihadapi guru atas dasar data yang
dikumpulkan. Hal ini sebagai perwujudan terhadap ideologi
demokrasi, di mana seorang guru sangat dihargai
keberadaannya, serta supervisor menilai tidak atas dasar opini
semata.
Keempat, pandangan tersebut tentunya sampai batas
tertentu saat ini masih relevan untuk diterapkan. Pandangan
bahwa guru harus memiliki pedoman yang baku dalam mengajar,
perlu juga dipertimbangkan. Demikian pula pendapat bahwa
guru harus dibiasakan melakukan penelitian untuk memecahkan
problem mengajarnya secara ilmiah, dapat pula diadopsi.
Page

Pandangan terakhir tentunya harus menjadi landasan sikap


29

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

supervisor, di mana ia harus mengacu pada data yang cukup


untuk menilai dan membina guru.

b. Supervisi Artistik
Supervisi artistik dapat dikatakan sebagai antitesa
terhadap supervisi ilmiah. Supervisi ini bertolak dari pandangan
bahwa mengajar, bukan semata-mata sebagai science tapi juga
merupakan suatu art. Oleh karena itu pendekatan yang
digunakan dalam meningkatkan kinerja mengajar guru juga harus
mempertimbangkan dimensi tersebut.
Elliot W. Eisner (1982) menyatkan bahwa yang dimaksud
dengan pendekatan supervisi artistik, ialah pendekatan yang
menekankan pada sensitivitas, perceptivity, dan pengetahuan
supervisor untuk mengapresiasi segala aspek yang terjadi di
kelas, dan kemudian menggunakan bahasa yang ekspresif, puitis
serta ada kalanya metaforik untuk mempengaruhi guru agar
melakukan perubahan terhadap apa yang telah diamati di dalam
kelas. Dalam supervisi ini, instrumen utamanya bukanlah alat
ukur atau pedoman observasi, melainkan manusia itu sendiri yang
memiliki perasaan terhadap apa yang terjadi. Tujuan utama
pendekatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan
(suasana) kependidikan di sekolah.
Dari pengertian tersebut, mungkin dapat dianalogikan
dengan pendekatan penelitian. Supervisi ilmiah paradigmanya
identik dengan penelitian kuantitatif sementara itu supervisi
artistik lebih dekat dengan pendekatan penelitian kualitatif.
Page

c. Supervisi Klinis
30

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

Supervisi klinis berangkat dari cara pandang kedokteran,


yaitu untuk mengobati penyakit, harus terlebih dahulu diketahui
apa penyakitnya. Inilah yang harus dilakukan oleh supervisor
terhadap guru apabila ia hendak membantu meningkatkan
kualitas pembelajaran mereka.
Supervisi klinis dilakukan melalui tahapan-tahapan: (a) pra
observasi, yang berisi pembicaraan dan kesepakatan antara
supervisor dengan guru mengenai apa yang akan diamati dan
diperbaiki dari pengajaran yang dilakukan, (b) observasi, yaitu
supervisor mengamati guru dalam mengajar sesuai dengan
fokus yang telah disepakati, (c) analisis, dilakukan secara
bersamasama oleh supervisor dengan guru terhadap hasil
pengamatan, dan (d) perumusan langkah-langkah perbaikan,
dan pembuatan rencana untuk perbaikan.

3. PELAKSANAAN SUPERVISI DI INDONESIA


a. Jabatan Supervisor dan Legalitasnya
Kenyataan yang pertama kali harus disadari sebelum
berbicara mengenai pelaksanaan supervisi yang ideal, adalah
bahwa dalam peraturan mengenai kependidikan di Indonesia ini,
tidak dikenal adanya jabatan supervisor. Pasal 39 ayat (1)
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 berbunyi, “Tenaga
kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan”.
Ayat tersebut selanjutnya diberikan penjelasan bahwa
“Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan,
Page

penilik, pamong belajar, pengawas, peneliti, pengembang,


pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.
31

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

Berdasarkan pada landasan hukum di atas, maka konteks


supervisi pengajaran di Indonesia tercakup dalam konsep
pembinaan dan pengawasan. Sejak 1996 pemerintah melalui
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
118/1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka
Kreditnya, telah menetapkan (pejabat) Pengawas sebagai
pelaksana tugas pembinaan/supervisi guru dan sekolah. Teknis
pelaksanaan Keputusan Menpan tersebut dijabarkan dalam
Keputusan Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN Nomor
0322/O/1996 dan nomor 38 tahun 1996 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kerditnya. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan
Pengawas Sekolah adalah ”Pegawai Negeri Sipil” yang diberi
tugas untuk melakukan pengawasan dengan melaksanakan
penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan
administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, dasar, dan
menengah“.
Sebagai tenaga fungsional kependidikan, Jabatan
Pengawas selanjutnya dibuat penjenjangan sebagaimana
jabatan pendidik/guru. Dengan demikian jabatan pengawas
telah diakui secara resmi sebagai jabatan fungsional. Jabatan
tersebut mencerminkan kompetensi dan profesionalitas dalam
pelaksanaan tugas sebagaimana jabatan fungsional lainnya.

b. Pelaksanaan Supervisi oleh Pengawas


Penelitian yang dilakukan oleh Ekosusilo (2003:75)
menunjukkan kenyataan pelaksanaan supervisi oleh pengawas
Page

sungguh bertolak belakang dengan konsep ideal supervisi.


kegiatan supervisi yang dilakukan oleh pengawas, masih jauh
32

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

dari substansi teori supervisi. Supervisi yang dilakukan oleh


pengawas lebih dekat pada paradigma inspeksi atau
pengawasan. Upaya “membantu guru” dengan terlebih dahulu
menjalin hubungan yang akrab sebagai syarat keberhasilan
supervisi pengajaran, belum dilakukan oleh para pengawas.

c. Pelaksanaan Supervisi oleh Kepala Sekolah


Salah satu tugas pokok kepala sekolah, selain sebagai
administrator adalah juga sebagai supervisor (Mulyasa, 2003).
Tugas ini termasuk dalam kapasitas kepala sekolah sebagai
instructional leader.
Dalam kenyataannya, pelaksanaan supervisi oleh kepala
sekolah, sebagaimana pengawas, juga masih terfokus pada
pengawasan administrasi. Pada umumnya kepala sekolah akan
melakukan supervisi pengajaran pada guru melalui kunjungan
kelas, apabila dia mendapat laporan mengenai kinerja guru yang
kurang baik, atau berbeda dari teman-temannya. Bahkan
seringkali dijumpai, seorang kepala sekolah melakukan supervisi
terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dengan
cara mengintip dari balik pintu atau jendela, agar tidak
diketahui.
Perilaku kepala sekolah tersebut dipengaruhi oleh nilai-
nilai budaya (Jawa) yaitu pekewuh yang dipersepsikan secara
salah. Dalam pemahaman yang salah tersebut, apabila kepala
sekolah melakukan supervisi kunjungan kelas dan mengamati
PBM yang dilakukan guru, maka ia dianggap tidak percaya pada
kemampuan guru. Hal ini akan menimbulan konflik dalam
Page

hubungan guru dengan kepala sekolah.


33

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

d. Kendala-kendala Pelaksanaan Supervisi


Kendala pelaksanaan supervisi yang ideal dapat
dikategorikan dalam dua aspek, yaitu struktur dan kultur. Pada
aspek struktur birokrasi pendidikan di Indonesia ditemukan
kendala antara lain sebagai berikut :
Pertama, secara legal yang ada dalam nomenklatur
adalah jabatan pengawas bukan supervisor. Hal ini
mengindikasikan paradigma berpikir tentang pendidikan yang
masih dekat dengan era inspeksi.
Kedua, lingkup tugas jabatan pengawas lebih menekankan
pada pengawasan administrasti yang dilakukan oleh kepala
sekolah dan guru. Asumsi yang digunakan adalah apabila
administrasinya baik, maka pengajaran di sekolah tersebut juga
baik. Inilah asumsi yang keliru.
Ketiga, rasio jumlah pengawas dengan sekolah dan guru
yang harus dibina/diawasi sangat tidak ideal. Di daerah-daerah
luar pula Jawa misalnya, seorang pengawas harus menempuh
puluhan bahkan ratusan kilo meter untuk mencapai sekolah yang
diawasinya; dan
Keempat, persyaratan kompetensi, pola rekrutmen dan
seleksi, serta evaluasi dan promosi terhadap jabatan pengawas
juga belum mencerminkan perhatian yang besar terhadap
pentingnya implementasi supervisi pada ruh pedidikan, yaitu
interaksi belajar mengajar di kelas.
Pada aspek kultural dijumpai kendala antara lain :
Pertama, para pengambil kebijakan tentang pendidikan
belum berpikir tentang pengembangan budaya mutu dalam
Page

pendidikan. Apabila dicermati, maka mutu pendidikan yang


diminta oleh customers sebenarnya justru terletak pada kualitas
34

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru. Hal ini


belum menjadi komitmen para pengambil kebijakan, juga tentu
saja para leksana di lapangan.
Kedua, nilai budaya interaksi sosial yang kurang positif,
dibawa dalam interaksi fungsional dan professional antara
pengawas, kepala sekolah dan guru. Budaya ewuh-pakewuh,
menjadikan pengawas atau kepala sekolah tidak mau “masuk
terlalu jauh” pada wilayah guru.
Ketiga, budaya paternalistik, menjadikan guru tidak
terbuka dan membangun hubungan professional yang akrab
dengan kepala sekolah dan pengawas. Guru menganggap
mereka sebagai “atasan” sebaliknya pengawas menganggap
kepala sekolah dan guru sebagai “bawahan”. Inilah yang
menjadikan tidak terciptanya rapport atau kedekatan hubungan
yang menjadi syarat pelaksanaan supervisi.

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Demikianlah uraian mengenai supervisi pengajaran, antara
konsep teoritik dan kenyataannya. Pelaksanaan supervisi
pengajaran di lapangan, kenyataannya masih jauh dari konsep
teoritik yang dikembangkan di jurusan/program manajemen
pendidikan. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, diperlukan
sosialisasi dan “tekanan” dari pihak-pihak yang komit terhadap
kualitas pendidikan di Indonesia kepada para pengambil kebijakan
dan pengelola pendidikan. Hal ini secara bersama-sama harus
dilakukan dengan pengembangan budaya mutu dalam pendidikan,
Page

yang intinya terletak pada kualitas proses pembelajaran di dalam


kelas.
35

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

2. Saran-saran
Berangkat dari kenyataan dan kendala pelaksanaan supervisi
di Indonesia, maka untuk menuju pada supervisi yang ideal
diperlukan langkah-langkah antara lain :
Pertama, menegaskan, dan apabila perlu memisahkan jabatan
supervisor dengan jabatan pengawas dalam struktur birokrasi
pendidikan di Indonesia. Dalam hal ini, terdapat dua pilihan, yaitu
mengarahkan jabatan pengawas agar terartikulasi pada peran dan
tugas sebagai supervisor, atau mengangkat supervisor secara
khusus dan tetap membiarkan jabatan pengawas melaksanakan
fungsi pengawasan.
Kedua, memperbaiki pola pendidikan prajabatan maupun
inservice rekrutmen, seleksi, penugasan, serta penilaian dan
promosi jabatan supervisor/pengawas.
Ketiga, dalam konteks otonomi daerah, jabatan supervisor
dapat diangkat sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah.
Keempat, membangun kesadaran budaya mutu dalam
pendidikan bagi pengelola-pengelola pendidikan pada semua
tingkatan.
Kelima, mendorong kepala sekolah berperan sebagai
instructional leader dan mengurangi porsi tugas-tugas
administratif.
Keenam, mengikis pola hubungan yang paternalistik antara
pengawas/kepala sekolah dengan guru dan mengembangkan
hubungan profesional yang akrab dan terbuka untuk meningkatkan
pembelajaran.
Page

TIPE-TIPE SUPERVISI
36

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

1. Tipe Inspeksi. Tipe seprti ini biasanya terjadi dalam administrasi


dan model kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada
upaya mencari keslahan orang lain, bertindak sebagai “Inspektur”
yang bertugas mengawasi pekerjaan guru.
2. Tipe laisses Faire. Tipe ini tipe kebalikan dari tipe sebelumnya.
Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi secara ketat dan
harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Fraire para
pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi
petunjuk.
3. Tipe Coersive. Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi.
Sifatnya memaksakn kehendaknya. Apa yang diperkiarakannya
sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi
atau kemempuan pihak yang yang disupervisi tetsp saja
dipaksakan berlakunya
4. Tipe Trainning dan Guidance. Tipe ini dairtikan sebagai
memberikan latihan dsn bimbingan. Hal yang positif dari supervis
ini yaitu giru dan staf tata usaha selalu mendapatkan layihan da
bimbingan dari kepala sekolah.
5. Tipe Demokratis Selain Kepemimpinan yang bersifat demokratis,
tipe ini memerlukan kndisi dan situasi yang khusus. Tangging
jawab bukan hanya seorang pemimpan yang memegangnya, tetepi
didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau
warga sekolah sesuai dengan kemampuan da keahlian masing-
masing.
TUJUAN SUPERVISI
1. Meningkatkan mutu kinerja guru
2. Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa pera
Page

sekolah dalam mencapai tujuan tersebut.


37

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

3. Membantu guru dalam melihat secar lebih jelas dalam memahami


keadaan dan kebutuhan siswanya.
4. Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru
dalam satu tim yang efektif, bekerja sama secara akrab dan
bersahabat secara saling menghargai satu dengan lainnya.
5. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya
meningkatkan prestasi belajar siswa.
6. Meningkatkan kualitas pembelajaran guru baik itu dari segi
strategi, keahlian dan alat pengajaran.
7. Menyediakan sebuah sistem yang berupa penggunaan teknologi
yang dapat membantu guru dalam pengajaran.
8. Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala
sekolah untuk reposisi guru.
9. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berguna dan
terlaksana dengan baik.
10.Meningkatkan keefektifan dan keefisienan sarana dan prasarana
yang untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga
mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa.
11.Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam
mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang
selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaiman
yang diharapkan.
12.Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta
situsi yang tenang da tentram serta kondusif yang akan
meningkatkan kualitas pembelajaran yang menujukan
keberhasilan lulusan.
Supervisi Pendidikan
Page

BAB I
PENDAHULUAN
38

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

Setiap aktivitas besar ataupun kecil, yang tercapainya tergantung


kepada beberapa orang. Diperlukan adanya organisasi didalam segala
gerak langkah untuk mengkoordinasikan semua gerak langkah tersebut,
pimpinan sekolah harus berusaha mengetahui keseluruhan situasi
disekolahnya dalam segala bidang. Usaha pimpinan dab guru-guru untuk
mengetahui situasi lingkungan sekolah dalam segala kegiatannya, di
sebut supervise atau pengawasan sekolah.
Istilah supervisi ini kiranya belum begitu lazim dipergunakan dalam
lingkungan persekolahan dan kepegawaian kita disaat-saat sekarang.
Tetapi makin lama makin dikenal dan makin banyak dipergunakan
orang. Namun demikian mengenai arti, fungsi, dan tujuan yang
terkandung didalamnya, masih merupakan tanda tanya, apakah sudah
benar-benar dipahami oleh orang yang mempergunakan istilah itu.
Dalam bukunya " Role Of Supervisor And Curiculum Directors In A
Climate Of Change ". Ceeper menyimpulkan beberapa hal yang memberi
gambaran tentang latar belakang perlunya supervise antara lain. (12 :
12 ) :
1. Bahwa dalam perubahan social dewasa ini perlu diperhatikan dimensi
baru, yaitu perlu perubahan teknologi ruang angkasa.
2. Berkembangnya science dan teknologi yang semakin cepat.
3. Adanya urbanisasi yang semakin meningkat, menyebabkan masalah
baru dalam pendidikan.
4. Adanya tuntutan hak-hak asasi manusia yang juga menyebabkan
problema bagi para pendidik yang memerlukan pemecahan secara
rasional.
5. Akibatnya pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran menyebabkan
adanya :
Page

- Daerah-daerah miskin dan kaya


- Adanya banyak waktu terbuang
39

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

- Kecenderungan muda-mudi memerlukan pendidikan umum dan


kejuruan untuk dapat bekerja/mencari pekerjaan dalam masyarakat.
6. Suburnya birokrasi dapat menghambat kelancaran dalam bidang
pendidikan.
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya
pengawasan atau supervise. Pengawasan bertanggung jawab tentang
keefektifan program itu. Oleh karena itu, supervise haruslah meneliti ada
atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan tercapainya
tujuan-tujuan pendidikan.
Dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan di sekolah dan usaha
professional, kelanjutan kunjungan pengontrolan (supervisi) oleh
pengawas utama hendaknya dilaksanakan secara teratur dan
berkesinambungan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SUPERVISI
Dalam dunia pendidikan kita selalu melihat ada supervise didalamnya,
sebagaimana telah diketahui bahwa tidak ada dua orang yang sama,
apalagi lebih dari dua orang. Maka dapat dimaklumi bahwa rumusan
tentang apa yang dimaksud dengan supervise berbeda-beda.
Menurut P. Adam dan Frank G. Dickey, supervisi adalah suatu program
yang berencana untuk memperbaiki pengajaran ( supervision is a
planed, program for the improvement of instruction ).
Dalam Dictionary of Education, Good Carter memberikan definisi sebagai
berikut: Supervisi adalah segala usaha dari petugas-petugas sekolah
dalam memimpin guru-guru dan petugas pendidikan lainnya dalam
memperbaiki pengajaran, termasuk memperkembangkan pertumbuhan
Page

guru-guru, menyelesaikan dan merevisi tujuan pendidikan, bahan-bahan


pengajaran dan metode mengajar dan penilaian pengajaran.
40

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

Menurut Boardaman, supervise adalah suatu usaha menstimulir,


mengkoordinir dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru
sekolah, baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih
mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran,
sehingga dengan demikian mereka mampu dan lebih cakap
berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.
Mc. Nerney meninjau supervise sebagai suatu proses penilaian
mengatakan: supervise adalah prosedur memberi arah serta
mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.
Dalam pelaksanaannya, supervise bukan hanya mengawasi apakah para
guru atau pegawai menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai
dengna intruksi atau ketentuan –ketentuan yang telah digariskan, tetapi
juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara-cara memperbaiki
proses belajar mengajar. Jadi, dalam kegiatan supervise, guru-guru tidak
dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai
partner bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat, pengalaman-
pengalaman yang perlu didengar dan dihargai serta diikutsertakan di
dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan.
Sesuai apa yang dikatan Burton dalam bukunya, " Supervision a social
Process ", maka Dia dapat merumuskan supervisi sebagai berikut:
1) Supervisi yang baik mengarahkan perhatiannya kepada dasar-dasar
pendidikan dan cara-cara belajar serta perkembangannya dalam
pencapaian tujuan umum pendidikan.
2) Tujuan supervise adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar
mengajar secara total.
3) Fokusnya pada setting for learning, bukan pada seseorang atau
sekelompok orang. Yang sama-sama bertujuan untuk mengembangkan
Page

situasi yang memungkinkan terciptanya kegiatan belajar-mengajar yang


baik.
41

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

Sesuai dengan rumusan di atas, maka kegiatan atau usaha-usaha yang


dapat dilakukan dalam rangka pelaksanaan supervise dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan
sebaik-baiknya.
b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan
termasuk macam-macam media instruksional yang diperlukan bagi
kelancaran jalannya proses belajar mengajar yang baik.
c. Bersama-sama guru-guru, berusaha mngembangkan, mencari dan
menggunakan metode-metode dalam proses belajar mengajar yang
lebih baik.
d. Membina kerja sama yang baik dan harmonis antara guru, murid, dan
pegawai sekolah lainnya.
e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan
pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan workshop, seminar,
dll.
B. TUJUAN DAN FUNGSI SUPERVISI
Tujuan supervise adalah memperkembangkan situasi belajara dan
mengajar yang lebih baik. Usaha kearah perbaikan belajar dan mengajar
ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir dari pendidikan yaitu
pembentukan pribadi anak secara maksimal.
Secara operasional dapat dikemukakan beberpa tujuan konkrit dari
supervise pendidikan antara lain:
a. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan
b. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar siswa
c. Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa
Page

d. Membantu guru dalam hal menilai kemajuan siswa dan hasil pekerjaan
guru itu sendiri.
42

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

e. Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru
dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.
Adapun fungsi supervisi dapat dibedakan menjadi dua bagian ynag besar
yaitu :
1. Fungsi utama ialah membantu sekolah yang sekaligus mewakili
pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu
perkembangan individu para siswa.
2. Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guru–guru
agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan
masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan
masyaarakat serta mempelopori kemajuan masyarakat.
Swearingen memberi 8 fungsi:
1. Mengkoordinasi semua usaha sekolah
2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
3. Memperluas pengalaman guru-guru
4. Mestimulasi usaha-usaha yang kreatif
5. Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus
6. Menganalisa situasi belajar dan mengajar
7. Memberikan pengetahuan dan skiil kepada setiap anggota staf
8. Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan
kemampuan mengajar guru-guru.
Adapun menurut Ngalim Purwanto, fungsi-fingsi supervisi pendidikan
yang sangat penting di ketahui oleh para pimpinan pendidikan termasuk
kepala sekolah, adalah sebagai berikut:
1) Dalam Bidang Kepemimpinan
a. Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok dalam berbagai
kegiatan
Page

b. Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi


dan memecahkan persoalan-persoalan.
43

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

c. Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan keputusan-


keputusan.
d. Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.
2) Dalam Hubungan Kemanusiaan
a. Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi
anggota kelompok.
b. Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokratis.
c. Memupuk rasa saling menghormati di antara sesama anggota
kelompok dan sesama manusia.
3) Dalam Pembinaan Proses Kelompok
a. Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan
maupun kemampuan masing-masing.
b. Menimbulkan dan memelihara sikap saling mempercayai anatara
sesama anggota maupun antara anggota dan pimpinan.
c. Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok.
d. Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertentangan atau
perselisihan pendapat di antara anggota kelompok.
4) Dalam Bidang Administrasi Personil
a. Memilih personil yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang
diperlukan untuk suatu pekerjaan.
b. Menempatkan personil pada tempat dan tugas yang sesuai dengan
kecakapan dan kemampuan masing-masing.
c. Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan
daya kerja serta hasil maksimal.
5) Dalam Bidang Evaluasi
a. Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus
dan terinci.
Page

b. Menguasai dan memilki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan


digunakan sebagai kriterian penilaian.
44

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

c. Menguasai teknik-teknik pengumpulan data untuk memperoleh data


yang lenkap, benar, dan dapat diolah menurut norma-norma yang ada.
d. Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga
mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk
mengadakan perbaikan-perbaikan.
C. SYARAT-SYARAT SUPERVISOR
Sebagai seorang supervisor, yang harus melaksanakan tugas
tanggungjawabnya hendaknya mempunyai persyaratan-persyaratan idiil.
Dilihat dari segi kepribadiannya (personality) syarat-syarat tersebut
adalah sebagi berikut:
1. Ia harus mempunyai perikemanusiaan dan solidaritas yang tinggi,
dapat menilai orang lain secara teliti dari segi kemanusiaannya serta
dapat bergaul dengan baik.
2. Ia harus dapat memelihara dan menghargai dengan sungguh-sungguh
semua kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang yang berhubungan
dengannya.
3. Ia harus berjiwa optimis yang berusaha mencari yang baik,
mengharapkan yang baik dan melihat segi-segi yang baik.
4. Hendaknya bersifat adil dan jujur, sehingga tidak dapat dipengaruhi
oleh penyimpangan-penyimpangan manusia.
5. Hendaknya ia cukup tegas dan objektif (tidak memihak), sehingga
guru-guru yang lemah dalam stafnya tidak "hilang dalam bayangan"
orang-orang yang kuat pribadnya.
6. Ia harus berjiwa terbuka dan luas, sehingga lekas dan mudah dapat
memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi yang baik.
7. Jiwanya yang terbuka tidak boleh menimbulkan prasangka terhadap
seseorang untuk selama-lamanya hanya karena sesuatu kesalahan saja.
Page

8. Ia hendaknya sedemikian jujur, terbuka dan penuh tanggung jawab.


9. Ia harus cukup taktik, sehingga kritiknya tidak menyinggung perasaan
45

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

orang lain.
10. Sikapnya yang bersimpati terhadap guru-gurunya tidak akan
menimbulkan depresi dan putus asa pada anggota-anggota stafnya.
D. TUGAS-TUGAS SUPERVISOR
Sehubungan dengan fungsi-fungsi supervise yang telah dibahas di atas,
maka pemakala mengemukakan 10 macam tugas supervise pendidikan
dari 26 macam supervisi yang telah dikemukakan oleh Ngalim Purwanto.
1. Menghadiri rapat atau pertemuan organisasi-organisasi profesional.
2. Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-
guru.
3. Melakukan classroom visitation atau class visit
4. Mengadakan rapat-rapat kelompok untuk membicarakan masalah-
masalah umum.
5. Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru
tentang masalah-masalah yang mereka usulkan.
6. Mnediskusikan metode-metode mengajar dengan guru-guru.
7. Memilih dan menilai buku-buku yang diperlukan bagi murid-murid.
8. Membimbing guru-guru dalam menyusun dan mengembangkan
sumber-sumber atau unit-unit pengajaran.
9. Memberikan saran-saran atau instruksi tentang bagaimana
melaksanakan statu unit pengajaran.
10. Mengorganisasi dan bekerja dengan kelompok guru-guru dalam
program revisi kurikulum.
E. TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI
Banyak ahli menyebut tehnik-tehnik supervise pendidikan secara agak
berbeda berdasarkan titik tolak pandang yang dianutnya. Chart berikut
mencoba membeberkan beberapa tehnik yang dikemukakan para
Page

penulis ada persamaan dan perbedaannya. Adapun tehnik-tehnik


supervisi pendidikan sebagai berikut:
46

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

A. Tehnik Yang Bersifat Individual


Tehnik yang bersifat individual antara lain:
1. Perkunjungan Kelas ( Classroom Visitation )
a. Pengertian.
Yaitu seorang pembina atau kepala sekolah datang ke kelas dimana guru
sedang mengajar. Ia mengadakan peninjauan terhadap suasana belajar
dikelas itu.
b. Tujuan
Ialah menolong guru-guru dalam hal pemecahan kesulitan-kesulitan
yang mereka hadapi. Dalam perkunjungan kelas yang diutamakan ialah
memepelajari sifat dan kualitas cara belajar anak dan bagaimana guru
membimbing siswa.
c. Fungsi
Sebagai alat untuk memajukan cara mengajar dan cara belajar dan
mengajar yang baru. Perkunjungan juga membantu pertumbuhan
profesional baik guru maupun supervisor karena memberi kesempatan
untuk meneliti prinsip dan hal belajar mengajar.
d. Jenis
1) Perkunjungan tanpa diberitahukan sebelumnya
2) Perkunjungan dengan memberitahukan
3) Perkunjungan atas dasar undangan guru
2. Observasi Kelas
Dalam melaksanakan perkunjungan supervisor mengadakan observasi,
maksudnya meneliti suasana kelas selama pelajaran berlangsung.
a. Jenis Observasi Kelas
- Observasi langsung, yaitu seorang guru yang sedang mengajar
diobservasi langsung oleh supervisor. Ia berada diantara dan bersama-
Page

sama dalam kelas


- Observasi tidak langsung, yaitu orang yang mengobservasi dibatasi
47

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

oleh ruang kaca dimana siswa tidak mengetahuinya.


b. Tujuan Observasi Kelas
Untuk memperoleh data yang seobjektif mungkin sehingga bahan yang
diperoleh dapat digunakan untuk menganalisa kesulitan-kesuliatan yang
dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal belajar mengajar.
B. Tehnik Yang Bersifat Kelompok
Yang dimaksud dengan teknik-teknik yang bersifat kelompok ialah
teknik-teknik yang digunakan itu dilaksanakan bersama-samaoleh
supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok. Teknik-teknik itu
antara lain :
1. Rapat Guru
Rapat guru merupakan salah satu teknik supervisi untuk memperbaiki
situasi belajar dan mengajar.
Macam-macam rapat guru antara lain :
a. Menurut Tingkatannya
1) Staff – Meeting Yaitu rapat guru-guru dalam satu sekolah yang dihadiri
oleh seluruh atau sebagian guru di sekolah tersebut.
2) Rapat guru-guru bersama dengan orang tua murid dan murid-murid/
wakil-wakilnya.
3) Rapat guru es-kota, se-wilayah, se-rayon, dari sekolah yang sejenis
dan setingkat.
4) Rapat guru-guru dari beberapa sekolah yang bertetangga.
5) Rapat kepala-kepala sekolah.
b. Menurut Waktunya
1) Rapat permulaan dan akhir tahun
2) Rapat periodik
3) Rapat-rapat yang bersifat insidental
Page

c. Tujuan-tujuan Umum Rapat Guru


1) Menyatukan pandangan-pandangan guru tentang konsep umum,
48

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

makna pendidikan dan fungsi sekolah dalam pencapaian tujuan


pendidikan itu dimana mereka bertanggung jawab bersama-sama.
2) Mendorong guru untuk menerima dan melaksanakan tugas-tugasnya
dengan baik dan mendorong pertumbuhan mereka.
3) Menyatukan pendapat tentang metode kerja yang akan membawa
mereka bersama ke arah pencapaian tujuan pengajaran yang maksimal
di sekolah tersebut.
2. Studi Kelompok Antar Guru
Guru-guru dalam mata pelajaran sejenis berkumpul bersama untuk
mempelajari suatu masalah atau sejumlah pelajaran. Pokok bahasan
telah ditentukan dan diperinci dalam garis-garis besar atau dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan pokok yang telah disusun secara teratur.
Untuk mempelajari bahan-bahan dapat dipergunakan bermacam-macam
teknik berkomunikasi. Misalnya seorang yang mengemukakan sesuatu
masalah dan dibahas bersama. Sebaiknya bahan-bahan itu telah
dipelajari lebih dahulu. Untuk dapat memperkaya pembahasan
diperlukan cukup banyak sumber-sumber buku.
BAB III
PENUTUP
Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar
agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Meskipun tujuan akhirnya
tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan dalam
supervisi adalah bantuan kepada guru.
Supervisi pendidikan berfungsi untuk memperoleh gambaran yang jelas
dan objektif tentang suatu situasi pendidikan, Penilaian (evaluation) ?
lebih menekankan pada aspek daripada negative, Perbaikan
(improvement) ? dapat mengatahui bagaimana situasi
Page

pendidikan/pengajaran pada umumnya dan situasi belajar mengajarnya.,


Pembinaan ? berupa bimbingan (guidance) kea rah pembinaan diri yang
49

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

disupervisi
Tujuan akhir dari supervisi pendidikan adalah meningkatkan professional
guru dan karyawan sekolah guna menunjang akuntabilitas siswa dalam
belajar, sehingga siswa benar-benar menjadi manusia yang berilmu,
berbudi dan kreatif dalam segala hal sesuai dengan amanah UUD 45.
DAFTAR PUSTAKA
- Daryanto, M., Administrasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
- Pidarta, Made, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan,
- Piet, A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi
Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1981.
- Purwanto, Ngalim, Administrasi danSupervisi Pendidikan, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1987.
- Purwanto, Ngalim, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Mutiara Sumber
Widya, 1996.
• click link
• 27 clicks
Untuk dapat merequest file lengkap yang dilampirkan pada setiap judul,
anda harus menjadi special member, klik Register untuk menjadi free
member di Indoskripsi.
Semua Member Special dapat merequest file yang ada di
website ini.
NB: Ada kemungkinan beberapa skripsi belum ada filenya, karena dikirim
oleh member biasa dan masih menunggu konfirmasi dari member yang
bersangkutan.
Top of Form
00630254746815 UTF-8

CARI CONTENT WEB :


Page

Bottom of Form
50

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
INSPEKTORAT JENDERAL
DEPDIKNAS

Page
51

SUPERVISI PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL

You might also like