Professional Documents
Culture Documents
1
Orasi Ilmiah Wisuda Program Diploma
YPA-Handayani 04 November 2010
2
Orasi Ilmiah Wisuda Program Diploma
YPA-Handayani 04 November 2010
kebijakan yang unik dan dari keunikannya tersebut YPA tumbuh dengan pesat.
Hingga kini telah meluluskan alumni sebanyak ± 850.000 (delapan ratus lima
puluh ribu) orang dan hampir semua telah bekerja di berbagai instansi
pemerintah, swasta, dalam dan luar negeri.
Fenomena tersebut sekurang-kurangnya mengundang tiga pertanyaan:
(1) Bagaimana kebijakan pendidikan nonformal dalam menanggapi kebutuhan
kecakapan hidup perserta didik? (2) Bagaimana kebijakan pendidikan
nonformal yang diterapkan YPA dalam meningkatkan kecakapan hidup para
alumninya? (3) Bagaimana implikasi kecakapan hidup sebagai keluaran
(output) pelaksanaan kebijakan pendidikan nonformal oleh YPA pada
kesejahteraan para alumninya?
3
Orasi Ilmiah Wisuda Program Diploma
YPA-Handayani 04 November 2010
4
Orasi Ilmiah Wisuda Program Diploma
YPA-Handayani 04 November 2010
5
Orasi Ilmiah Wisuda Program Diploma
YPA-Handayani 04 November 2010
6
Orasi Ilmiah Wisuda Program Diploma
YPA-Handayani 04 November 2010
7
Orasi Ilmiah Wisuda Program Diploma
YPA-Handayani 04 November 2010
8
Orasi Ilmiah Wisuda Program Diploma
YPA-Handayani 04 November 2010
kuat. Setidaknya ada tiga landasan hukum yang mengatur tentang pendidikan
nonformal, yakni PP Nomor 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah,
UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 khususnya pada Pasal 26 ayat (1) sampai
dengan ayat (6), dan Permendiknas No. 49 tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Nonformal. Selain itu, juga
disinggung dalam rencana strategik yang dikembangkan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Luar Sekolah 2005-2009 yang antara lain menyatakan
bahwa program kursus dan pendidikan kecakapan hidup.
Namun, apabila dicermati dalam setiap peraturan tersebut, tidak
ditemukan adanya penjelasan rinci yang mengatur secara khusus tentang
pendidikan kecakapan hidup. Hal itu dapat terjadi karena dalam pendidikan
kecakapan hidup sangat bervariasi, sehingga dalam prakteknya diserahkan
kepada lembaga penyelenggara. Penyelenggaraan pendidikan kecakapan
hidup juga terus berkembang, sehingga jika diatur secara ketat justru
mematikan kreativitas penyelenggara pendidikan nonformal. Dalam hal ini
tugas pemerintah hanyalah mengawasi dan mengevaluasi penyelenggaraan
pendidikan nonformal oleh lembaga-lembaga penyelenggara.
Secara eksplisit pendidikan kecakapan hidup disinggung dalam undang-
undang, namun tidak diuraikan secara jelas. Hal ini menyebabkan dalam
implementasinya kurang mendapatkan perhatian, sehingga hasilnya kurang
sesuai dengan harapan. Kondisi ini menyiratkan suatu fakta empirik bahwa
pendidikan kecakapan hidup yang diatur dalam peraturan terkait belum
sepenuhnya dapat mengantisipasi kebutuhan kecakapan hidup yang
berkembang di masyarakat. Selain dari faktor muatan yang kurang, dari segi
implementasinya juga belum maksimal.
Kedua, secara umum kebijakan yang dikembangkan YPA berusaha
memberikan bekal bagi setiap peserta didik dengan keterampilan nyata yang
dibutuhkan di masyarakat. Hal tersebut terlihat dalam tujuan yang diwujudkan
YPA, yakni: (1) kursus plus, yaitu memberikan bekal pengetahuan
kewirausahaan selain materi inti, (2) program profesi 1 tahun, program ini
disebut 3 in 1, karena selain materi inti (aplikasi komputer, teknologi komputer,
otomotif, teknologi HP, dll) dibekali juga dengan pengetahuan kewirausahaan
9
Orasi Ilmiah Wisuda Program Diploma
YPA-Handayani 04 November 2010
dan bahasa Inggris, dan (3) program profesi 6 bulan, program ini ditujukan bagi
orang yang sibuk bekerja atau yang ingin cepat bekerja sehingga konsentrasi
program ini adalah pada materi inti dan kewirausahaan.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, YPA berusaha membekali
peserta didik di tengah-tengah masyarakat dengan kebutuhan keterampilan dan
kecakapan hidup aktual sehingga dapat bermanfaat dalam rangka meraih
kesuksesan dan kesejahteraan hidup. Untuk itu YPA mengembangkan
berbagai keterampilan khusus, seperti: menjahit, kursus komputer, kursus
teknisi, kursus otomotif, kursus bahasa, dan keterampilan-keterampilan khusus
lainnya. Namun, dalam implementasinya, ternyata masih terkendala
sejumlah faktor seperti masalah budaya lokal yang melekat di masyarakat,
seperti orientasi untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
YPA menggunakan prinsip pemberian otonomi secara luas kepada pihak
pengelola, khususnya para Direktur YPA seluruh Indonesia, dalam mengelola
pendidikannya. Hal itu bertujuan untuk mendorong kreativitas para pengelola,
sehingga diharapkan dapat menyukseskan pencapaian visi dan misi YPA.
Secara operasional hal itu dilakukan dengan cara menyiapkan sarana dan
prasarana, menyiapkan tenaga instruktur, menjalankan pelatihan secara disiplin
dan berusaha menyalurkan alumni dalam dunia kerja. Satu kendala yang masih
dihadapi adalah pandangan hidup masyarakat lokal, yaitu orientasi yang sangat
besar untuk menjadi PNS, sehingga dorongan itu mengurangi minat dan
keseriusan untuk memanfaatkan pendidikan nonformal.
Ketiga, program kecakapan hidup yang dikembangkan YPA berhasil
meningkatkan kesejaheraan hidup alumni. Kesejahteraan tersebut dapat
diperoleh karena alumni mudah mendapatkan pekerjaan ketika selesai
mengikuti pelatihan keterampilan di YPA. Hal itu masuk akal karena
berdasarkan data yang dimiliki oleh pihak yayasan, tingkat keterserapan lulusan
mencapai 95%. Lulusan ada yang bekerja di swasta, menjadi PNS, dan juga
wiraswasta. Sebagian besar (±60%) peserta didik yang masuk YPA belum
bekerja, sehingga belum memiliki bekal ketarampilan. Sementara sisanya
(±40%) sudah bekerja dan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan yang
sudah dimiliki dan juga ingin mendapatkan keterampilan baru.
10
Orasi Ilmiah Wisuda Program Diploma
YPA-Handayani 04 November 2010
11
Orasi Ilmiah Wisuda Program Diploma
YPA-Handayani 04 November 2010
12
Orasi Ilmiah Wisuda Program Diploma
YPA-Handayani 04 November 2010
kurang mampu. Perlu pula dievaluasi kembali apakah hal itu memang
disebabkan oleh sosialisasi yang tidak menyentuh kalangan bawah, sehingga
kalangan bawah tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang manfaat
lembaga pendidikan nonformal.
Ketiga, YPA membenahi kondisi perpustakaan, sehingga dapat
dioptimalkan oleh peserta didik untuk meningkatkan pengetahuannya.
Pembenahan yang perlu dilakukan yaitu dengan menciptakan ruang
perpustakaan yang nyaman, memperbanyak koleksi, menyediakan pustakawan
yang kompeten dan selalu memperbarui koleksi perpustakaan.
Demikian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga
bermanfaat, terutama sebagai upaya untuk mematut pendidikan nonformal
dalam rangka meningkatkan kecakapan hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Dan khususnya para wisudawan, sekali lagi saya ucapkan selamat, semoga
kecakapan hidup yang telah dimiliki dapat berimplikasi positif untuk
kesejahtraan masyarakat khususnya keluarga, sekian wabillahi taufik wal
hidayah assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu.
Referensi
Analisa Situasi dan Kondisi Pendidikan Untuk Semua Tahun 2002, Sekretariat
Forum Koordinasi Nasional Jakarta .
Anwar. Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabeta, 2005.
Dunn, N. William. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Terjemahan Samodra
Wibawa, dkk. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2000.
Hamzah, Fahri. Negara BUMN dan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Yayasan
Faham Indonesia, 2007.
Majchrzak, Ann. Methods for Policy Research. London: Sage Publishing, 1984.
Nakamura, Robert T. & Frank Smallwood. The Politics of Policy Implementation.
New York: Martin Press, 1980.
Schermerhorn, John R. Jr., James G. Hunt & Richard N. Osborn. Organizational
Behavior (Danvers: John Wiley & Sons., Inc., 2005.
Scott, Richard W. & Gerald F. Davis. Organizations and Organizing. New
Jersey: Pearson Education, 2007.
Subijanto, “Program Pendidikan Life Skills Bagi Siswa Sekolah Menengah Atas
di Wilayah Pesisir,” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun ke-13,
No. 066, Mei 2007.
13
Orasi Ilmiah Wisuda Program Diploma
YPA-Handayani 04 November 2010
14