You are on page 1of 14

PERAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENDIDIKAN MUTU

Oleh: Dr. H. Moh. Alifuddin, MM

Pendahuluan

Peringkat daya saing Indonesia mengalami peningkatan yang


signifikan. Jika pada tahun 2009, daya saing Indonesia menduduki peringkat
54 dari 144 negara, maka tahun ini peringkat Indonesia naik 10 tingkat
dengan menempati posisi 44. Dengan demikian, Indonesia dinilai sebagai
salah satu negara dengan prestasi terbaik. Keberhasilan ini dipaparkan
dalam The Global Competitiveness Report 2010-2011 yang dilansir oleh
World Economic Forum (WEF) sebagai kick off atas pelaksanaan WEF
Summer Davos di Tianjing, Cina (www.tempointeraktif .com;10 September
2010).
Padahal, hasil laporan World Economic Forum (WEF) sebelumnya
menunjukkan daya saing industri Indonesia tahun 2003 mencapai posisi
terendah di antara negara ASEAN, yaitu berada pada posisi ke-72 dari sisi
makro atau Growth Competitiveness Index (CGI) dan posisi ke-60 dari sisi
mikro atau Business Competitiveness Index (BCI). Walaupun tahun 2004,
daya saing Indonesia sedikit lebih baik menjadi ke-69 dari 104 negara yang
direview, tetapi masih tertinggal dengan oleh anggota ASEAN lainnya seperti
Singapura, Malaysia dan Thailand. Melihat rendahnya daya saing industri,
maka Indonesia perlu melakukan pengkajian secara konsepsional atas
persoalan yang mendasar dalam sistem industri saat ini. Pola industri tukang
jahit – berproduksi berdasarkan pesanan, ketergantungan pada natural
resource – based yang melimpah, ketersediaan upah buruh yang rendah,
ataupun iklim usaha berbiaya ekonomi tinggi, saatnya ditinjau kembali dalam
era ini.

1
Program pembenahan internal dengan penyempurnaan sistem untuk
mencegah kebocoran dan ketidakefisienan seperti penciptaan stabilitas
ekonomi, politik dan sosial, manajemen perizinan, dan lain-lain; program
peningkatan kemampuan penguasaaan teknologi untuk mendukung
pengembangan industri dan inovasi produk; dan komitmen manajemen dunia
usaha/industri terhadap re-engineering manajemen dan peningkatan mutu
produk sesuai standar, semuanya merupakan program yang perlu dilakukan.
Di dalam Global Competitiveness Indedx (GCI) yang diterbitkan oleh
WEF terdapat komponen-komponen yang menjadi dasar dalam pengukuran,
yaitu kelembagaan, infrastruktur, kondisi makroekonomi, kesehatan dan
pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar, efisiensi
pasar kerja, perkembangan pasar uang, kesiapan teknologi, ukuran pasar,
kecanggihan bisnis, dan inovasi.
Skor komponen kesehatan dan pendidikan dasar naik dari 5,2 menjadi
5,8 dan peringkatnya dari 82 ke 62. Sementara untuk pendidikan tinggi dan
pelatihan skornya dari 3,9 ke 4,2 dan peringkatnya dari 69 ke 66. Dengan
demikian pendidikan memiliki kontribusi yang besar dalam menaikkan
ranking GCI Indonesia
Menurut Mendiknas M. Nuh (www.jardiknas.kemdiknas.go.id; 20
September 2010), perubahan peringkat GCI Indonesia terkait pendidikan
pada komponen pendidikan dasar dipengaruhi oleh kualitas pendidikan dasar
dari peringkat 58 pada 2009-2010 ke 55 pada 2010-2011. Kemudian,
partisipasi pendidikan dasar dari peringkat 56 ke 52. Adapun pada komponen
pendidikan tinggi dan pelatihan dipengaruhi oleh partisipasi pendidikan tinggi
dari peringkat 90 ke 89, kualitas sistem pendidikan dari peringkat 44 ke 40,
kualitas matematika dan sains dari peringkat 50 ke 46, dan akses internet di
sekolah dari peringkat 59 ke 50.
Komponen lainnya yang mempengaruhi peningkatan daya saing
Indonesia adalah inovasi. Berada di peringkat 39 pada 2009-2010 naik ke 36
pada 2010-2011. Komponen ini dipengaruhi tiga faktor, yaitu kualitas

2
lembaga penelitian, kerja sama penelitian industri dengan perguruan tinggi,
dan ketersediaan ilmuwan dan ahli teknik.
Dalam bidang teknologi informasi (www.lintasberita.com; 14 Oktober
2009), penelitian yang dilakukan oleh the Economist Intelligence Unit (EIU)
dan disponsori oleh Business Software Alliance (BSA) menunjukkan bahwa
Indonesia berada pada peringkat 59 dunia dalam indeks daya saing industri
teknologi informasi (TI). Hasil ini menempatkan penurunan satu peringkat
dari hasil penelitian sebelumnya pada tahun 2008. Penelitian yang kini
memasuki tahun ketiga tersebut menilai dan membandingkan perkembangan
TI di 66 negara untuk melihat sejauh mana indeks daya saing TI di negara-
negara tersebut. Sembilan belas dari 20 negara peringkat atas dalam daftar
tahun lalu, kembali masuk dalam daftar 20 teratas negara paling kompetitif
tahun ini. Lima negara dengan tingkat TI paling kompetitif di Asia Pasifik
adalah Australia, Singapura, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, dan Selandia
Baru.
Ada enam kunci peningkat daya saing menurut EIU dalam sektor TI,
yaitu: ketersediaan tenaga kerja terampil; budaya yang mendukung inovasi;
infrastruktur teknologi bertaraf dunia; rezim hukum yang memberi
perlindungan atas hak kekayaan intelektual; ekonomi yang stabil, terbuka dan
kompetitif; dan kepemimpinan pemerintah yang bisa menyeimbangkan antara
mempromosikan teknologi dan mewujudkan kekuatan pasar untuk bekerja.
Kajian informasi di atas memberikan masukan bahwa posisi daya
saing sebuah negara terus dijadikan indikator untuk mengukur posisi suatu
negara dibandingkan dengan negara lain, dan dampaknya berpengaruh
terhadap daya tarik investasi dan derajat martabat negara di dunia. Beberapa
faktor yang menjadi pendorong dalam peningkatan daya saing suatu negara,
diantaranya adalah pendidikan, teknologi informasi, dan daya saing produk
yang diukur dengan mutu produk.
Kajian ini akan menyampaikan keterpaduan ketiga kompobeb tersebut
sehingga tema yang diangkat adalah peran teknologi informasi dalam

3
peningkatan pendidikan mutu di Indonesia. Perspektif mutu tidak hanya
terbatas pada mutu barang dan jasa, namun dalam perspektif yang luas
dimana semua sudut pandang dapat memaknai bahwa mutu menjadi tolak
ukur terhadap output yang dihasilkan oleh seseorang atau organisasi.

Pendidikan Mutu

Pengertian mutu terus berkembang dari masa ke masa. Awalnya


konsep mutu hanya memfokuskan pada kesesuaian dengan persyaratan. Hal
ini dapat dilihat dari definisi mutu yang disampaikan oleh Josep M. Juran
(dalam Tjiptono, 2001) bahwa “mutu sebagai kecocokan untuk pemakaian
(fitness for use)”. Selanjutnya W. Edwards Deming menyatakan bahwa
perlunya perbaikan dan pengukuran mutu secara terus menerus untuk
mengeleminasi variasi, dengan menggunakan alat-alat statistik. Menurut
Deming, ini bersifat bottom-up dimana karyawan harus terlibat dalam
memecahkan persoalan. Dalam perjalanannya konsep mutu berkembang ke
arah kepuasan pelanggan. Organisasi dalam menyediakan produk atau jasa
harus sesuai persyaratan yang diekspresikan oleh pelanggan. Lebih lanjut
konsep mutu meminta organisasi agar mampu menangkap persyaratan latent
pelanggan. Organisasi perlu terus menerus menciptakan ide baru atau
inovasi untuk memenuhi persyaratan tersebut.
Kano (1996), seorang profesor dari Departement of Management
Science Faculty of Engineering Science University of Tokyo, menyatakan
bahwa terdapat dua elemen yang harus diperhatikan untuk memenuhi
persyaratan pelanggan yaitu Attractive Quality dan Must- Be Quality yang
kemudian dikenal dengan Kano Methodology. Attractive Quality terkait
dengan kepuasan pelanggan. Pelanggan akan puas bila menerima
produk/jasa sesuai dengan tingkat yang diharapkan. Sebaliknya pelanggan
tidak puas bila menerima produk/jasa di bawah tingkat yang diharapkan.
Sedangkan Must-Be Quality adalah pelanggan merasa sangat tidak puas bila

4
memperoleh produk/jasa di bawah tingkat yang diharapkan, tetapi dapat
menerimanya jika itu menjadi suatu keharusan.
Dari definisi mutu di atas terlihat bahwa tidaklah cukup bila
memproduksi suatu produk hanya dengan memenuhi spesifikasi atau
memberikan jasa yang memenuhi persyaratan manajemen, karena menurut
Zakiyah (2005), mutu didukung oleh tiga parameter penting, yaitu mutu
desain (quality of design), mutu kesesuaian (quality of confonformance), dan
mutu penggunaan (quality of use).
Quality of design adalah desain mencerminkan suatu produk atau jasa
sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Semua karakteristik yang
penting sebaiknya didesain ke dalam produk atau jasa. Quality of
conformance adalah produk/jasa yang diberikan memenuhi
persyaratan/standar desain. Quality of use adalah pemakai terus menerus
merasa aman menggunakan produk/jasa yang diberikan.
Untuk memenuhi ketiga parameter tersebut di atas, perlunya
perusahaan melengkapi konsep manajemen mutu yang diaplikasikan di
perusahaan dengan konsep pendidikan dan pelatihan. Tanpa adanya aplikasi
pendidikan dan pelatihan, maka penerapan mutu di perusahaan tidak dapat
berkelanjutan dan tidak tersebar ke seluruh komponen unit kerja atau
organisasi. Pendekatan pendidikan mutu bagi perusahaan merupakan
kebijakan strategis perusahaan agar nilai-nilai mutu menjadi jiwa dan
semangat perusahaan dalam memberikan layanan produk dan jasa kepada
pelanggan serta meningkatkan daya saing dan keberlanjutan di masa depan.

Teknologi Informasi

Sistem informasi merupakan bagian dari TI yang digunakan sebagai


salah satu wahana dalam proses pengambilan keputusan. Menurut O’Brien

5
(2005), TI dianggap memiliki syarat jika memenuhi komponen meliputi (1)
people resources, (2) software resources, (3) hardware resources, (4)
network resources, dan (5) data resources.
People resources atau SDM diperlukan untuk pengoperasian seluruh
sistem informasi. Sumber daya manusia ini terdiri dari pemakai (end user)
dan spesialis sistem informasi seperti sistem analis. Pemakai (end users)
adalah orang-orang yang mengunakan sistem informasi atau informasi yang
dihasilkan. Software resources meliputi semua set dari instruksi-instruksi
pengolahan informasi. Konsep umum dari software tidak hanya set-set dari
instruksi operasi yang dikenal dengan program, yang secara langsung
mengontrol computer hardwares, tetapi juga meliputi set-set dari instruksi
pengolahan informasi yang dibutuhkan oleh orang yang dikenal dengan
prosedur. Contoh-contoh dari software resources antara lain system
software, application software, procedures. Hardware resources meliputi
seluruh perangkat fisik dan material berupa sistim komputer dan computer
peripherals yang digunakan didalam pemrosesan informasi yang meliputi
tidak hanya mesin-mesin, seperti komputer dan perangkat lainnya, tetapi juga
seluruh media data, yaitu seluruh tangible object dimana data dicatat, mulai
dari lembaran kertas sampai ke magnetic disks.
Konsep dari network resources menyatakan bahwa jaringan
komunikasi adalah komponen fundamental dan mendasar bagi seluruh
sistem informasi. Network resources meliputi communications media dan
network support. Jaringan telekomunikasi seperti internet, intranet, dan
extranet saat ini telah menjadi faktor kritikal untuk keberhasilan operasi dari
seluruh tipe organisasi dan sistem informasi yang berbasis komputer.
Jaringan telekomunikasi terdiri dari: komputer, communications processor,
dan perangkat lain yang terhubung oleh media komunikasi dan dikontrol oleh
software komunikasi.
Data adalah lebih dari sebuah bahan baku dari sistem informasi,
karena konsep dari data resources merupakan sumber daya organisasi yang

6
sangat berharga. Dengan demikian data harus dilihat sebagai sebuah data
resources yang harus dikelola dengan efektif agar dapat bermanfaat bagi
seluruh pengguna didalam organisasi.
Perangkat teknologi pada industri manufaktur adalah mesin-mesin
dengan teknologi terbaru, sedangkan perangkat teknologi pada industri jasa
adalah teknologi informasi. Namun teknologi informasi pada kenyataannya
tidak saja bagi industri jasa, keberadaan teknologi informasi telah meluas
pada seluruh aktivitas perusahaan pada semua sektor industri.
Pada sektor pendidikan, perangkat teknologi informasi tidak lagi
diaplikasikan hanya terbatas pada sistem informasi administasi saja, namun
saat ini teknologi informasi telah menyentuh esensi dari pendidikan, yaitu
sistem pembelajaran. Konsep yang demikian dikenal dengan e-learning,
dimana peserta tidak lagi terbatas pada waktu dan tempat untuk mengikuti
pendidikan.
Novenandini dan Wulandari (2010) mendefinisikan e-learning sebagai
konsep pendidikan yang berbasiskan teknologi informasi sebagai berikut:
1. e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke pembelajar dengan
menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.
2. e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi
elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet,
jaringan komputer, maupun komputer standalone.
3. e-Learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang
memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer dan/atau Internet.
4. e-Learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer
di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti
pelajaran/perkuliahan di kelas.
5. e-Learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran
berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan lokal atau
internet.

7
Aplikasi pembelajaraan melalui teknologi e-learning akan mendorong
perusahaan dalam mengemas pendidikan mutu menjadi sistem pembelajaran
manajemen mutu yang dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja serta
memiliki daya tarik tersendiri. Dengan melibatkan kelima aspek teknologi
informasi, yaitu (1) people resources, (2) software resources, (3) hardware
resources, (4) network resources, dan (5) data resources, maka e-learning
akan menjadi efektif bagi pendidikan mutu di perusahaan.

Pembahasan
Permasalahan yang utama seperti yang telah disampaikan di atas
adalah bagaimana keterpaduan antara teknologi informasi, pendidikan dan
mutu menjadi tiga aspek yang menjadi kebijakan strategis perusahaan dan
organisasi dalam meningkatkan daya saing. Hal tersebut sesuai dengan hasil
laporan yang disampaikan oleh WEF dalam GCI bahwa terdapat faktor-faktor
yang menjadi pendorong dalam peningkatan daya saing suatu negara.
Namun dalam kajian ini hanya dibatasi tiga faktor yang dapat
dipadupadankan menjadi peningkatan daya saing tersebut.
Di dalam kerangka pengembangan sumber daya manusia jangka
panjang, pendidikan merupakan kata kunci yang menjadi penting dalam
kebijakan strategis perusahaan bila ingin berdaya saing dan berkelanjutan
(sustainability). Perusahaan dan organisasi tidak akan memiliki keunggulan
bila tidak adanya sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga untuk
memenuhi sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan merupakan
salah satu program kerja strategis dalam mencapai sasaran tersebut.
Dalam kerangka daya saing dan kepuasan pelanggan, mutu
merupakan kata kunci yang menjadi penting bagi perusahaan agar produk
dan layanan yang disampaikan kepada pelanggan memenuhi harapan
kepuasan pelanggan, serta mampu menyaingi kualitas produk dan layanan
para pesaing terdekatnya.

8
Demikian halnya dengan teknologi informasi, Porter (2007)
menyebutkan bahwa teknologi informasi merupakan perangkat yang mampu
menempatkan posisi daya saing perusahaan pada industri. Penggunaan
teknologi informasi akan mendorong perusahaan pada posisi persaingan
yang kuat. Hal ini karena perusahaan akan mampu mengelola informasi
secara cepat atas berbagai informasi yang ada di internal dan eksternal,
sehingga keputusan strategis akan cepat diambil bagi persaingan di pasar.
Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada aplikasi sistem
pengambilan keputusan melalui operasionalisasi pengelolaan informasi di
setiap unit kerja perusahaan, namun secara komprehensif teknologi informasi
menjadi bagian penting bagi sektor pendidikan. Saat ini pemanfaatan
teknologi informasi tidak lagi hanya menjalankan sistem administasi
kependidikan, namun telah menyentuh esensi dari pendidikan itu sendiri,
dalam hal ini pada proses pembelajaran.
Pertanyaan yang perlu dijawab adalah “bagaimana teknologi informasi
dapat berperan dalam mendukung dunia pendidikan sehingga menjadikan
pendidikan sebagai salah satu faktor dalam daya saing organsasi dan
perusahaan? Memaksimalkan peran teknologi informasi tidak hanya terbatas
pada penggunaanya dalam administrasi pendidikan semata, namun harus
menekankan pada esensi dari pendidikan tersebut, yaitu sistem belajar-
mengajar. Teknologi informasi yang dimanfaatkan secara maksimal akan
memudahkan sistem belajar yang memudahkan peserta didik dan pendidik
tanpa terikat ruang dan waktu.
Di dunia pendidikan dan pelatihan banyak sekali metode yang disebut
e-learning. Pada dasarnya, e-learning merupakan sebuah peralihan konten
pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi dan merujuk pada
penggunaan intra ataupun internet. Pembelajaran yang aktual akan
melibatkan sebuah identifikasi informasi, dimana pengguna mendapatkan
sebuah pemahaman dan keterampilan berbasis pengetahuan. Dalam tataran

9
ini, ruang dan waktu penggunaan e-learning seutuhnya diserahkan kepada
pengguna.
Dengan perkembangan cepat sistem informasi dan teknologi internet,
tidak hanya membuat untuk banyak kemajuan dalam multi-media dan industri
internet, tetapi juga mempengaruhi inovasi dalam gaya belajar pendidikan.
Gaya belajar sekarang sangat berbeda dengan masa lalu. Karena
pengembangan teknologi, e-learning akan berkembang. Pelajar dan pendidik
akan menghadapi ajaran baru dan metode pembelajaran.
E-learning dapat membuat gaya belajar baru melalui internet. Sumber
daya informasi akan diversifikasi. Dengan diversifikasi isi, pengalaman
belajar dan kemudahan internet akan diterima oleh sekolah. Dalam rangka
meningkatkan efektivitas belajar, pemerintah saat ini telah mengembangkan
pendidikan yang berbasiskan teknologi yang salah satunya adalah
pengembangan e-learning. Tujuan dari rencana tersebut adalah bahwa
dengan mengimpor konsep dan teknik e-learning, dan memanfaatkan
karakteristik interaksi internet multi-media dan proses belajar pribadi, ia dapat
menciptakan life time model pembelajaran di mana pelajar adalah pusat
kegiatan belajar dan pelajar dapat belajar di mana saja kapan saja.
Bila dibandingkan dengan sistem pendidikan konvensional, sistem
pendidikan berbasiskan teknologi informasi yang dikenal dengan sebutan e-
learning memiliki perbedaaan, dimana gaya pendidikan tradisional
didasarkan pada guru sebagai pusat pembelajaran. Namun, karena informasi
dengan cepat menyebar dan memperbaharui pengetahuan lebih cepat, gaya
pengajaran tradisional tidak lagi mencukupi untuk pelajar. Di masa lalu,
komputer digunakan sebagai sarana perbantuan yang digunakan untuk salah
satu arah pembelajaran, namun saat ini peran komputer dapat digabungkan
dengan website ke internet belajar. Metode pembelajaran seperti ini telah
meningkatkan dari satu cara menjadi dua cara dan dari statis menjadi
dinamis (aktif). Inilah kelebihan dari e-learning, dimana peserta didik bisa

10
mendapatkan lebih banyak bahan berlimpah dan penuh warna dan instruktur
dapat memahami keinginan dan situasi peserta didik.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat
mendorong berbagai lembaga pendidikan memanfaatkan sistem e-learning
untuk meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas pembelajaran. Meskipun
banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pembelajaran
menggunakan sistem e-learning cenderung sama bila dibanding dengan
pembelajaran konvensional atau klasikal, tetapi keuntungan yang bisa
diperoleh dengan e-learning adalah dalam hal fleksibilitasnya. Melalui e-
learning materi pembelajaran dapat diakses kapan saja dan dari mana saja.
Di samping itu, materi yang dapat diperkaya dengan berbagai sumber belajar
(termasuk multimedia) dengan cepat dapat diperbaharui oleh pengajar.
Demikian halnya dengan pendidikan mutu yang diaplikasikan baik
secara internal maupun eksternal perusahaan, pendekatan e-learning akan
memberikan efektifitas kebijakan strategis perusahaan dan organisasi dalam
memberikan pengetahuan dan wawasan manajemen mutu terpadu secara
jangka panjang. Media e-learning tidak lagi membatasi setiap peserta untuk
mengikuti pendidikan yang terikat oleh waktu dan tempat seperti yang ada
pada pendidikan konvesional, sehingga sasaran pendidikan mutu dalam
memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan manajemen mutu terpadu akan
efektif dan dampaknya perusahaan dan organisasi memiliki daya saing yang
keberlanjutan di masa depan.
Peran pembelajaran melalui e-learning dalam pendidikan mutu harus
pula memperhatikan tiga parameter penting dalam mutu, seperti yang
disampaikan oleh Zakiyah (2005), yaitu: mutu desain (quality of design), mutu
kesesuaian (quality of confonformance), dan mutu penggunaan (quality of
use). Artinya, peserta didik yang mengikuti pendidikan melalui e-learning
dapat memahami esensi konsep mutu, sehingga metoda pembelajaran yang
disampaikan pun harus memenuhi ketiga aspek tersebut. Metoda
pembelajaran perlu didisain sehingga memenuhi kriteria mutu disain,

11
kesesuaian antara mutu yang diharapkan peserta dengan mutu yang akan
dicapai dalam pembelajaran, serta media pembelajaraan memenuhi mutu
dalam penggunaan bagi peserta didik. Pada akhirnya, sasaran yang dicapai
dalam pendidikan mutu dapat terpenuhi, sehingga tujuan perusahaan dan
organisasi dalam menempatkan mutu sebagai daya saing di masa depan
akan tercapai.

Penutup

Daya saing perusahaan dan keberlanjutan organisasi merupakan kata


kunci yang menekankan pentingnya organsasi memiliki perhatian terhadap
mutu. Namun, mutu tidak akan berlanjut untuk jangka panjang dan
terdisitribusi secara luas ke seluruh unit kerja organisasi tanpa adanya peran
pendidikan. Ini disebabkan karena pendidikan dapat memberikan wawasan
pengetahuan secara jangka panjang agar manajemen mutu menjadi sebuah
nilai-nilai dan jiwa yang menjadi semangat perusahaan dan organisasi dalam
memberikan layanan yang berkualitas kepada pelanggannya.
Pendidikan mutu merupakan program kerja strategis yang perlu
menjadi perhatian perusahaan dan organisasi dalam pengembangan
penerapan manajemen mutu terpadu secara jangka panjang di perusahaan
dan organisasi. Pendidikan mutu memberikan peran dimana mutu bukan
hanya kepentingan jangka pendek demi kepuasan pelanggan semata, namun
untuk jangka panjang mutu menjadi pengetahuan dan wawasan yang
menjadi poin penting bagi keberlanjutan perusahaan di masa depan.
Pendidikan yang dikemas secara konvensional akan memiliki daya
tarik yang rendah bagi pesertanya, sehingga peran teknologi informasi
manjadi alternatif sangat penting untuk mengemas pendidikan menjadi
sesuatu yang dapat dijangkau secara luas di mana saja, kapan saja, dan
terdokumentasi serta efisien dan efektif bagi pesertanya. Konsep pendidikan
yang berbasiskan kepada teknologi informasi dikenal dengan e-learning.
Konsep ini menjadikan pendidikan mutu sebagai wahana pendidikan dan

12
pelatihan dengan pendekatan yang lebih efektif dan efisien, karena setiap
peserta akan melakukan pembelajaran di mana saja dan kapan saja tanpa
terikat oleh tempat dan waktu.
Pada akhirnya, pendidikan, mutu, dan teknologi informasi merupakan
tiga kata kunci bagi daya saing perusahaan dan keberlanjutan organisasi.
Ketiganya akan menjadi daya saing perusahaan dan keberlanjutan organisasi
bila dipadupandankan secara efektif bagi pengembangan dan pendidikan
sumber daya manusia jangka panjang.

Referensi

Daya Saing Indonesia Peringkat 59 di Dunia: Industri Teknologi Informasi;


www.lintasberita.com; 14 Oktober 2009.
Daya Saing Indonesia Terbaik Dunia; www.tempointeraktif.com; 10
September 2010.
Kano, Noriaki. 1996, Guide to TQM in Service Industries, Tokyo : Asian
Productivity Organization.
Kartajaya, Hermawan. 2002, MarkPlus on Strategy, Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Noveandini, R. dan Wulandari, M.S. 2010. Pemanfaatan Media Pembelajaran
secra On-Line (E-Learning) bagi Wanita Karir dalam Upaya
Meningkatkan Efektivitas dan Fleksibilitas Pemantauan Kegiatan
Belajar Anak Siswa/I Sekolah Dasar, Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi 2010, Yogyakarta, 19 Juni 2010
O’Brien A. James. 2005. Management Information System: Managing
Information Technology In The Internet Worked Enterprise. 6th Edition.
Singapore: Mcgraw Hill.
Pendidikan Berhasil Tingkatkan Daya Saing Indonesia;
www.jardiknas.kemdiknas.go.id; 20 September 2010.
Porter, M. E., 2007. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan
Pesaing, Karisma Publising, Jakarta
Tjiptono, Fandy. 2001. Prinsip-prinsip Total Quality Service, Yogyakarta :
Andi Yogyakarta.

13
Zakiyah. 2005. Pertumbuhan Berkelanjutan dengan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9000: Upaya Peningkatan Daya Saing Industri. White Paper.
Sekolah Pascasarjana S3, Institut Pertanian Bogor.

14

You might also like