You are on page 1of 20

Sejarah

BAB Pembentukan
6 Bumi

Disusun
Deynanti Primalaila (07)
Dini Aprilia Norvyani (08)
Resti Widya Astuti ()
Sudbudia Sudarmawati Mursalim
(28)
Sejarah Pembentukan Bumi
Standar Kompetensi :
 Memahami sejarah pembentukan bumi

Kompetensi Dasar:
 Menjelaskan sejarah pembentukan bumi

Tujuan Pembelajaran :
 Dapat mendeskripsikan proses terjadinya bumi
 Dapat mengidentifikasi karakteristik pelapisan bumi
 Dapat menganalisa teori lempeng tektonik dan kaitannya

dengan persebaran gunung api dan gempa bumi.


Proses Terjadinya Bumi dan Sejarah
Perkembangan Bumi
Berikut merupakan pendapat-pendapat para ahli mengenai teori pembentukan bumi,
antara lain:
1. Teori Descartes
Menyatakan bahwa, di muka bumi terjadi suatu kontraksi (pengerutan) yang
disebabkan oleh proses pendinginan, sehinga terbentuk pegunungan dan lembah-
lembah. Teori ini sudah banyak ditingal oleh para ahli geologi.
2. Teori Laurasia-Gondwana
Edward Zuess dan Frank B. Taylor mengemukan teorinya, bahwa pada mulanya
terdapat 2 benua, di kedua kutub bumi. Benua tersebut dinamakan
Laurentina(Laurasia) dan Gondwana. Laurasia adalah benua bagian utara antara lain,
Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Sedangkan Gondwana adalah benua bagian selatan
meliputi, Amerika Selatan, Afrika, Australia, dan Antartika. Kedua benua tersebut
kemudian bergerak secara perlahan ke arah equator sehingga terpecah-pecah
membentuk benua-benua seperti sekarang. Teori Laurasia dan Gondwana diyakini
oleh banyak ahli geologi karena bentuk pecahan-pecahan benua tersebut apabila
digabungkan dapat tersambung dengan tepat. Namun penyebab pecahnya benua-
benua tersebut belum dapat ditemukan. 
3. Teori Apungan Benua (Coninental Drift Theory)
Dikemukakan oleh Alferd Lothar Wegener yang mengemukakan bahwa perkembangan
bentuk bumi berhubungan dengan pergeseran benua. Menurut Wegener, di
permukaan bumi pada awalnya hanya terdapat sebuah benua bernama Pangea, serta
sebuah samudra berrnama Panthalasa. Benua tersebut bergerak kearah equator dan
barat mencapai posisi seperti sekarang. Teori ini diperkuat dengan adanya kesamaan
garis pantai antara Amerika Selatan dan Afrika, serta kesamaan lapisan batuan dan
fosil-fosil pada kedua daerah tesebut.
Gerakan tersebut diakibatkan karena adanya rotasi bumi yang menghasilkan gaya
sentrifugal sehingga gerakan cenderung ke arah equator, sedangkan adanya gaya tarik
menarik antara bumi dan bulan sehingga menghasilkan gerak ke arah barat. Gerakan ke
arah barat tersebut terjadi seperti halnya gelombang pasang yaitu akibat reolusi bulan
yang bergerak dari arah barat ke timur.
Urutan perkembangan pecahan benua tersebut :
Pada awalnya hanya ada satu benua yang disebut Pangea dan satu samudra yang
disebut Panthalasea. Kemudian Panthalasea terpisah menadi dua yaitu samudra Pasifik
dan laut Tethys. Laut Tethys kemudian menjadi laut Mediteran dan membentuk teluk
besar yang memisahkan Afrika dan Eurasia .
Pada zaman Trias Akhir (40 juta tahun sejak permulaan gerakan pengapungan benua),
Laurasia memisahkan diri dari Gondwana. Gondwana membentuk India ke arah timur
laut, dan Afrika serta Amerika selatan ke arah barat.
Pada periode Yura, mulai terbentuk Samudra Atlantik Utara dan India, Samudra Atlantik
Selatan berupa celah, pembentukan plato dekan.
Pada periode Kapur Akhir, Samudra Atlantik Selatan meluas, terdapat celah yang
memisahkan Madagaskar dan Afrika, Australia masih bergandengan dengan Antartika.
Pada periode Kenozoik, India telah menempel di Asia, Australia telah terpisah dari
Antartika oleh celah Atlantik Utara yang akhirnya masuk ke dalam Samudra Arktrik,
Laurasia terpecah menjadi Amerika Utara dan Eurasia.
Benua-benua tersebut tetap mengapung dan bergerak sampai era Pschozoik serta tetap
bergeser dari waktu ke waktu.
4. Teori Konveksi
Teori konveksi mengemukakan bahwa terjadi aliran konveksi ke arah vertikal dalam
lapisan astenofer yang agak kental. Aliran tersebut berpengaruh sampai ke kerak bumi
yang ada di atasnya. Aliran konvesi yang merambat ke dalam kerak bumi menyebabkan
batuan kerak bumi menjadi lunak. Gerak aliran dari dalam mengakibatkan permukaan
bumi menjadi tidak rata. Salah seorang pengikut teori konveksi adalah Harry H. Hess
dari Princenton University, pada tahun 1962 dalam bukunya History of the Ocean Basin,
Hess mengemukakan pendapatnya tentang aliran konveksi yang sampai ke permukaan
bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah laut). Di puncak mid oceanic ridge
tersebut lava mengalir terus dari dalam kemudian tersebar ke kedua sisinya dan
membeku membentuk kerak bumi baru.
 
5. Teori Pergeseran Dasar Laut
Robert Diesz seorang ahli geologi dasar laut Amerika Serikat mengembangkan teori
konveksi yand dikemukakan Hess. Penelitian topografi dasar laut yang dilakukannya
menemukan bukti-bukti baru tentang terjadinya pergeseran dasar laut dari arah
punggung dasar laut kedua sisinya. Penyelidikan umur sedimen dasar laut
mendukung teori tersebut, yaitu makin jauh dari punggung dasar laut umurnya makin
tua. Hal itu berarti adanya gerakan yang arahnya dari punggung dasar laut.
Contohnya: East Pasific Ridge, Mid Atlantic Ridge, Atlantic Indian Ridge, dan Pasific
Atlantic Ridge.
6. Teori Lempengan
Teori lempengan tektonik dikemukakan oleh ahli geofisika Inggris, Mc. Kenzie dan
Robert Parker. Kedua ahli itu menyampaikan teori yang menyempurnakan teori-teori
sebelumnya, seperi pergeseran benua, pergeseran dasar laut, dan teori konveksi
sebagai satu kesatuan konsep yang sangat berharga dan diterima oleh para ahli
geologi.
Kerak bumi dan litosfer yang mengapung di atas lapisan astenosfer dianggap satu
lempengan yang saling berhubungan. Aliran konveksi yang keluar dari punggung laut
yang menyebar ke kedua sisinya, sedangkan di bagian lain akan masuk kembali ke
lapisan dan bercampur ke materi di lapisan itu. Daerah masuknya materi tersebut
merupakan patahan (transform fault) yang ditandai dengan adanya palung dan pulau
vulkanis.
Pada daerah transfrom fault itu, aktivitas gempa bumi banyak terjadi pergeseran kerak
bumi yang berlangsung secara terus menerus sehingga lempeng gerak bumi terpecah-
pecah. Karena lempengan-lempengan itu berada di atas lapisan yang cair, panas, dan
platis (astenosfer) maka lempengan itu dapat bergerak secara tidak beraturan. Dalam
gerakannya kadang ada dua lempengan saling menjauh di sepanjang patahan, juga
ada lempengan yang saling bertabrakan sehingga menimbulkan gempa yang dashyat.
Lempengan tersebut dinamakan lempengan tektonik.
Sesi Pertanyaan
1
Karakteristik Perlapisan Bumi
Secara keseluruhan, bumi terbagi menjadi empat aspek, yaitu: atmosphere (udara),
hydrosphere (air), lithosphere (batuan solid) dan biosphere (kehidupan organik).

Menurut komposisi (jenis dari material)-nya, bumi dapat dibagi menjadi lapisan-lapisan
sebagai berikut :
a. Kerak Bumi
adalah lapisan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi). Tebal lapisan kerak bumi
mencapai 70km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri dari batuan-batuan basa
dan masam. Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh makhluk hidup. Suhu di
bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100`C. Lapisan kerak bumi dan di bawahnya
hingga kedalaman 100km dinamakan litosfer.
b. Mantel Bumi
terletak di antara lapisan kerak bumio dan inti luar bumi. Tebal mantel bumi mencapai
2.900km dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu di bagian bawah mantel
mencapai 3.000`C, tetapi tekanannya belum mempengaruhi kepadatan batuan.
c. Inti Bumi
merupakan lapisan paling dalam dari struktur bumi. Lapisan ini dibedakan menjadi
lapisan inti luar dan inti dalam. Inti luar tebalnya sekitar 2.000km dan terdiri atas besi
cair yang suhunya mencapai 2.200`C. Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola
dengan diameter sekitar 2.700km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya
mencapia 4.500`C
Sedangkan menurut sifat mekanik (sifat dari material) -nya, bumi dapat dibagi menjadi
lapisan-lapisan sebagai berikut :
a. Litosfir

b. Astenosfir

c. Mesosfir
Sesi Pertanyaan
2
Teori Lempeng Tektonik dan Akibatnya Terhadap
Persebaran Gunung Api dan Gempa Bumi

Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli geofisika Inggris, Mc Kenzie dan Robert Parker.
Kedua ahli itu menyampaikan teori yang menyempurnakan teori-teori sebelumnya, seperti
pergeseran benua, pergeseran dasar laut, dan teori konveksi sebagai satu kesatuan konsep yang
sangat berharga dan diterima oleh para ahli geologi.
Kerak bumi dan litosfer yang mengapung di atas lapisan astenosfer dianggap satu lempeng yang
saling berhubungan. Aliran konveksi yang keluar dari punggung laut menyebar ke kedua sisinya,
sedangkan di bagian lain akan masuk kembali ke lapisan dalam dan bercampur dengan materi di
lapisan itu. Daerah tempat masuknya materi tersebut merupakan patahan (tranform fault) yang
ditandai dengan adanya palung laut dan pulau vulkanis.
Pada daerah transform fault itu aktivitas gempa bumi banyak terjadi akibat pergeseran kerak
bumi yang berlangsung secara terus menerus sehingga lempeng kerak bumi terpecah-pecah.
Karena lempeng-lempeng itu berada di atas lapisan yang cair, panas, dan plastis (astonosfer)
maka lempeng-lempeng menjadi dapat bergerak secara tidak beraturan. Di dalam geraknya
kadang-kadang ad adua lempeng yang saling menjauh di sepanjang patahan, ada juga lempeng-
lempeng yang saling bertabrakan sehingga menimbulkan gempa yang dahsyat. Lempeng-
lempeng itulah yang disebut lempeng tektonik.
Pada saat ini di permukaan bumi terdapat enam lempeng utama.
a. Lempeng Eurasia, meliputi Eropa, Asia, dan daerah pinggirannya termasuk Indonesia
b. Lempeng Amerika, meliputi Amerika Utara, Amerika selatan, dan setengah bagian
barat Lautan Atlantik.
c. Lempeng Afrika, meliputi Afrika, setengah bagian timur Lautan Atlantik, dan bagian
barat Lautan Hindia.
d. Lempeng Pasifik, meliputi seluruh lempeng di Lautan Pasifik.
e. Lempeng India-Australia, meliputi lempeng Lautan Hindia serta subkontinen India dan
Australia bagian barat.
f. Lempeng Antartika, meliputi kontinen Antartika dan lempeng Lautan Antartika.
Pergerakan lempeng tektonik dapat menimbulkan bentukan-bentukan di permukaan
bumi yang berbeda-beda. Keragaman bentukan tersebut dipengaruhi oleh arah dan
kekuatan gerak lempeng. Ada 3 kemungkinan kekuatan pergerakan 2 lempeng, yaitu
sama-sama kuat, sam-sama lemah, dan yang satu kuat, sedangkan yang lain lemah.
Batas lempeng-lempeng tektonik ditandai oleh adanya bentukan-bentukan alam akibat
aktivitas lempeng itu sendiri. Batas lempeng tektonik dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
g. Batas Konvergen
Pada batas konvergen (memusat) terjadi tabrakan antarlempeng sehingga salah satu
lempeng tersebut menghunjam ke bawah (subduction). Oleh karena itu, batas itu
disebut dengan batas subduksi. Adanya subduksi antara lain dapat menyebabkan
terjadinya palung laut.
b. Batas Divergen
Batas divergen (menyebar) terjadi karena lempeng-lempeng bergerak saling menjauh
(berlawanan). Pada batas ini ditandai dengan terbentuknya kerak bumi baru karena
naiknya materi dari astenosfer yang biasanya membentuk punggung laut. Oleh karena
itu, zona ini juga disebut batas konstruktif.
c. Batas Sesar Mendatar
Batas sesar mendatar terjadi karena adanya pergeseran dua lempeng dengan arah
berlawanan. Pergeseran itu tidak menimbulkan perhilangan atau pemunculan kerak
bumi, tetapi di sepanjang daerah itu ditandai adanya keretakan. Gerakan lempeng
tektonik menyebabkan terjadinya gempa bumi dan pembentukan gunung.
Gempa bumi yag terjadi karena adanya pergeseran lempeng tektonik disebut gempa
bumi tektonik. Gempa bumi tektonik merupakan gempa bumi yang paling sering
terjadi. Kekuatan gempa tektonik yang dahsyat menyebabkan banyak kerusakan di
permukaan bumi.
Gunung atau pegunungan terbentuk apabila dua lempeng tektonik bertabrakan dan
salah satu lempeng itu menusuk bagian bawah lempeng yang lain. Daerah perbatasan
kedua lempeng yang bertabrakan itu menjadi tempat terbentuknya gunung dan
pegunungan.
Sesi Pertanyaan
3
IT’S TIME FOR

QUIZ
1 2 3
4 5 6
7 8 9
Tim Penyaji
Deynanti Primalaila
Dini Aprilia Norvyani
Resti Widya Astuti
Sudbudia Sudarmawati Mursalim

Terima Kasih
Ibu Dra. Sri Asih
Teman-teman Kelas XA
TERIMA KASIH

You might also like