Professional Documents
Culture Documents
PT. Anglo Sama Permata Motor, yang beralamat di jalan Raya Tambak
Sawah 22-24, Waru, Sidoarjo adalah sebagai pemegang desain industri terdaftar
No. ID 0 006493 dengan judul “Sepeda Motor Garuda” yang telah mengajukan
pendaftarannya pada tanggal 3 Oktober 2003.
Disamping telah tidak baru, desain industri Sepeda Motor Garuda yang
diajukan PT. Anglo Sama Permata Motor dalam permohonan pendaftaran desain
industri dengan ADD 2003 2389 dengan tanggal penerimaan 3 Oktober 2003
yang kemudian terdaftar dalam Daftar Umum Desain Industri dengan No. ID
0006493, adalah sama/identik dan/atau meniru desain industri Motor Scooter
yang telah diajukan lebih dahulu oleh Honda Giken Kogyo Kabushiki Kaisha
pada tanggal 19 Juni 2001 yang kemudian terdaftar dengan No. ID 0 000109
seperti terlihat dalam surat gugatan. Bahwa desain industri Sepeda Motor Garuda
atas nama PT. Anglo Sama Permata Motor dengan No. ID 0006493 adalah
sama/identik dan/atau meniru desain industri Motor Scooter atas nama Honda
Giken Kogyo Kabushiki Kaisha dengan No. ID 0 000109.
1. Tampak Depan : Bidang segitiga di bawag lampu depan yang didirikan dengan
lubang-lubang vertical;
Secara garis besar komposisi desain motor No. ID 0006493 atas nama PT. Anglo
Sama Permata Motor adalah sama/identik dan/atau meniru desain industri Motor
Scooter yang telah diajukan lebih dahulu oleh Honda Giken Kogyo Kabushiki
Kaisha.
Desain industri atas nama PT. Anglo Sama Permata Motor tersebut tidak
memenuhi syarat kebaruan sebagaimana disyaratkan UU No. 31 Tahun 2000
Tentang Desain Industri khususnya pasal 2 yang menyebutkan sebagai berikut:
(1). Hak desain industri diberikan untuk desain industri yang baru
(2). Desain industri dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan desai industri
Lalu telah diketahui terdapat bukti bahwa desain Sepeda Motor Garuda
tersebut telah diumumkan, ditwar untuk dijual dan/atau dipasarkan di Indonesia
setidak-tidaknya pada tanggal 5 Februari 2003 kemudian terdaftar di kantor
desain industri. Tetapi karena telah diketahui media cetak bahwa PT. Anglo Sama
Permata Motor telah mengumumkan dan/atau menawarkan penjualan produk
dengan desain Sepeda Motor Garuda tersebut sebelum PT. Anglo Sama Permata
Motor mengajukan permohonan desain industri di kantor desain industri, maka
desain industri dengan judul Sepeda Motor Garuda tersebut tidak dapat dinyatan
sebagai desain indsutri yang baru pada tanggal penerimaan permohonan
pendaftarannya di Indonesia.
Dengan demikian hal tersebut tidak memenuhi syarat-syarat “kebaruan”
berdasarkan pasal 2 ayat (1), (2) dan (3) UU Desain Industri dan penjelasannya:
“Kebaruan” harus ditetapkan pada saat permohonan diajukan dan tidak ada pihak
lain yang dapat membuktikan bahwa pendaftaran tersebut tidak baru atau telag
ada pengungkapan atau publikasi sebelumnya, baik tertulis atau tidak tertulis.
Karenanya jelaslah bahwa “tidak baru” jika pada saat permohonan diajukan,
desain tersebut (yaitu desain industri milik PT. Anglo Sama Permata Motor)
telah diungkapkan atau dipublikasikan sebelumnya, sehingga pengungkapan
terlebih dahulu oleh pendesain akan menghilangkan unsur kebaruan.
Permasalah lain yang terdapat dalam kasus ini adalah pemeriksaan. Dalam
proses pemeriksaan sering yang menjadi masalah adalah ketika pemeriksa
melakukan suatu pemeriksaan desain industri, dimana seorang pemeriksa wajib
memeriksa barang tersebut dengan cara mencari data pembanding baik dari data
pendaftaran yang ada di kantor HKI maupun ditempat lain misalnya melalui
media internet atau lainnya. Begitu juga dalam kasus ini bagaimana Honda Giken
Kogyo Kabushiki Kaisha selaku pemilik desain industri Motor Scooter berusaha
untuk membatalkan pendaftaran desain industri PT. Anglo Sama Permata Motor
selaku pemilik desain industri Sepeda Motor Garuda, walau pada saat
pengumuman pabrik Motor Scooter telah mengajukan keberatan namun pihak
berwenang yakni Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, khususnya
Direktorat Cipta, Desain, Tata Letak Sirkuit Terpadu tetap memberikan hak
desain industri kepada PT. Anglo Sama Permata Motor. Disini terjadi dua hal
yaitu tidak adanya data pembanding dan minimnya data atau informasi yang
dimiliki Ditjen HKI. Disamping itu pemeriksaan substantif atas suatu
permohonan desain industri dapat dikatakan sangatlah subjektif sebab sampai
saat ini pasca dikeluarkannya UU No. 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri
belum ada suatu peraturan resmi dari pemerintah terkait batasan dan mekanisme
pemeriksaan substantif.