You are on page 1of 15

Soal dan jawaban

1. Bagaimana sejarah perkembangan sitilah tindak pidana korupsi?


Jawab :
Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau menurut Webster Student
Dictionary adalah corruptus. Selanjutnya disebutkan bahwa corruptio itu berasal dari
kata asal corrumpere, suatu kata Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin itulah turun ke
banyak bahasa di Eropa seperti Inggris: corruption, corrupt; Perancis corruption, dan
Belanda corruptie (korruptie). Dapat diduga istlah korupsi berasal dari bahasa Belanda
ini yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia “korupsi”.
Arti harfiah dari kata itu ialah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang
menghina atau memfitnah. Sekarang berkembang ke pengertian tindak pidana korupsi
menurut Undang-undang no 31 tahun 1999 jo Undang-undang no 20 tahun 2001
meliputi pasal 2 sampai dengan pasal 20.
2. Sumber hukum pengaturan tindak pidana korupsi di Indonesia?
Jawab :
- Undang-undang no. 3 tahun 1971 tentang pembarantasan Tindak Pidana Korupsi
- Undang-undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
- Undang-undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
- Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
3. Apa yang dimaksud dengan tindak pidana korupsi menurut Undang-Undang 20 tahun
2001?
Jawab :
Pasal 2
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara
atau perekonomian Negara
Unsur-unsurnya adalah:
a. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi
b. Perbuatan dilakukan “secara melawan hukum”
c. Yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara.
Ayat (2)
Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.
Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian Negara
Unsur-unsurnya adalah:
a. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan.
b. Dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi.

Pasal 5
(1) Subyek: setiap orang
Perbuatan yang dilarang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara
tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang
bertentangan dengan kewajibannya; atau
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena
atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban,
dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
(2) Subyek: pagawai negeri atau penyelenggara negara
Perbuatan yang dilarang: menerima memberi atau janji seperti pada ayat (1) huruf a
atau huruf b

Pasal 6

(1) Subyek: setiap orang


Perbuatan yang dilarang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili; atau
b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri
sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat
yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili.
(2) Subyek : hakim atau advokat
Perbuatan yang dilarang: menerima atau memberi janji seperti pada ayat 1 huruf a
dan huruf b

Pasal 7

(1) A. Subyek : pemborong, ahli bangunan atau penjual bahan bangunan


Perbuatan yang dilarang:

yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang


yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan
negara dalam keadaan perang;
B. Subyek : setiap orang
Perbuatan yang dilarang:
yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan,
sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
C. Subyek : setiap orang
Perbuatan yang dilarang:

yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia


dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang
yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang; atau
D. Subyek : orang
Perbuatan yang dilarang:

Yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara Nasional


Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja
membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c.
(2) Subyek : orang
Perbuatan yang dilarang :
yang menerima penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan membiarkan perbuatan curang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf c, dipidana dengan pidana
yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 8

Subyek : pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri


Perbuatan yang dilarang :

yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang
disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut
diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan
perbuatan tersebut.
Pasal 9
Subyek : pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
Perbuatan yang dilarang :

Yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau
untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftardaftar yang
khusus untuk pemeriksaan administrasi.

Pasal 10
Subyek : pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri

Perbuatan yang dilarang :

yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau
untuk sementara waktu, dengan sengaja:
a. menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat
dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan
atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena
jabatannya; atau
b. membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau
membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut; atau
c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau
membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.
Pasal 11

Subyek : pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri

Perbuatan yang dilarang :

yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah
atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan
dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau
janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.
Pasal 12
a. Subyek : pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
Perbuatan yang dilarang :

yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;

b. Subyek : pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri


Perbuatan yang dilarang :

yang menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut
diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya;

c. Subyek : hakim
Perbuatan yang dilarang :

yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili;

d. Subyek : seseorang
Perbuatan yang dilarang :

menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau
janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan,
berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili;

e. Subyek : pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri


Perbuatan yang dilarang :
yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan,
atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;

f. Subyek : pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri


Perbuatan yang dilarang :

yang pada waktu menjalankan tugas, meminta, menerima, atau memotong


pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau
kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain
atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang;

g. Subyek : pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri


Perbuatan yang dilarang :

yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau
penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui
bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;

h. Subyek : pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri


Perbuatan yang dilarang :

yang pada waktu menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang di
atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan
perundangundangan, telah merugikan orang yang berhak, padahal diketahuinya
bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan perundangundangan;
atau

i. Subyek : pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri


Perbuatan yang dilarang :

baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam
pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan,
untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.

Pasal 12 A

4. Apa yang dimaksud tindak pidana suap menurut Undang-undang 20 tahun 2001?
Jawab :

5. Hal apa yang membedakan tindak pidana korupsi dengan suap?


Jawab :
Dalam tindak pidana korupsi harus ada kerugian keuangan negara atau gangguan
stabilitas perekonomian dan keuangan negara, sedangkan dalam tindak pidana suap itu
belum tentu terjadi kerugian keuangan negara (karena berupa janji atau harapan).
6. Apa yang dimaksud dengan subyek dalam tindak pidana korupsi?
Jawab :
1. Orang: pegawai negeri maupun bukan pegawai negeri

Pegawai Negeri menurut UU no 43 taun 1999 tentang perubahan atas UU no 8


tahun 1974 adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi
syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas
dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Korporasi
1. Korporasi berbentuk badan hukum
2. Korporasi berbentuk bukan badan hukum
7. Apa yang dimaksud dengan obyek dalam tindak pidana korupsi?
Jawab :
Adalah kerugian negara ataupun hal-hal yang dapat merugikan keuangan negara
ataupun stabilitas ekonomi negara sifatnya lebih luas dikarenakan dalam tindak pidana
suap secara faktuan tidak ada kerugian keuangan negara tetapi perbuatan tersebut
dapat menimbulkan kerugian stabilitas perekonomian dan politik negara.
8. Mengapa tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana khusus?
Jawab:
Alasan:
1. Adanya penyatuan antara hukum pidana materil dan hukum pidana formil dalam
satu perundang-undangan.
2. Adanya penyimpangan dari asas-asas yang berlaku umum yakni penyimpangan
terhadap ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam buku I KUHP bab I-VIII
3. Adanya lembaga-lembaga extraordinari (lembaga khusus yang bersifat ad hoc) yang
secara khusus menangani tindak pidana korupsi
4. Adanya penyimpangan dari asas-asas yang terdapat dalam KUHAP.
9. Apa beda tindak pidana khusus dengan tindak pidana tertentu?
Jawab :
Ciri-ciri tindak pidana khusus:
- Adanya penyatuan antara hukum pidana materil dan hukum pidana formil dalam
satu perundang-undangan
- Adanya penyimpangan dari asas-asas yang berlaku umum yakni penyimpangan
terhadap ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam buku I KUHP bab I-VIII
- Adanya penyimpangan dari asas-asas yang terdapat dalam KUHAP
- Adanya lembaga-lembaga extraordinari (lembaga khusus yang bersifat ad hoc) yang
secara khusus menangani tindak pidana korupsi

Tindak pidana tertentu dibagi menjadi 2:

(1) Didalam KUHP: adalah tindak pidana yang terdapat dalam buku II dan III, dipilih
hal-hal/tindak pidana kunci, sering dilakukan atau sering dihadapi oleh pihak
kepolisian dilapangan.
(2) Diluar KUHP : tindak pidana tertentu dalam undang-undang tertentu diluar
KUHP, misal tindak pidana pertambangan dalam UU pertambangan
10. Mengapa tindak pidana korupsi dan tindak pidana ekonomi masuk dalam kategori
tindak pidana khusus?
Jawab :
Karena berdasarkan alasan:
- Adanya penyatuan antara hukum pidana materil dan hukum pidana formil dalam
satu perundang-undangan
- Adanya penyimpangan dari asas-asas yang berlaku umum yakni penyimpangan
terhadap ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam buku I KUHP bab I-VIII
- Adanya penyimpangan dari asas-asas yang terdapat dalam KUHAP
- Adanya lembaga-lembaga extraordinari (lembaga khusus yang bersifat ad hoc) yang
secara khusus menangani tindak pidana korupsi maupun tindak pidana ekonomi
11. Dasar filosofi pembentukan pengadilan TIPIKOR?
Jawab :
Alasan
1. Tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana ekstraordinari maka perlu dibentuk
peradilan khusus
2. Agar fokus, ada hakim khusus yang menangani perkara-perkara tipikor, dan
diharapkan penjatuhan pidananya tidak ringan.
3. Agar lembaga peradilan ini disegani dan dihormati.
12. Apasaja yang menjadi kriteria tindak pidana korupsi yang dapat ditangani KPK?
Jawab :
- Dilakukan oleh aparat penegak hukum, penyelenggara negara atau orang lain yang
berkaitan dengan diatas
- Tindak pidana korupsi yang mendapat perhatian dan meresahkan masyarakat
- Menyangkut kerugian negara paling sedikit 1 miliar rupiah
13. Apa yang menjadi tugas KPK?
Jawab :
a. koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi;
b. supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi;
c. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi;
d. melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
e. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

14. Apa yang menjadi wewenang KPK?


Jawab :
a. mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana
korupsi;
b. menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
c. meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi yang terkait;
d. melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
e. meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
15. Apa yang menjadi wewenang KPK dalam hal melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan.
Jawab :
a. melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;
b. memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian
ke luar negeri;
c. meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan
keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa;
d. memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir
rekening yang diduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihak lain
yang terkait;
e. memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan
sementara tersangka dari jabatannya;
f. meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada
instansi yang terkait;
g. menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan
perjanjian lainnya atau pencabutan sementara perizinan, lisensi serta konsesi yang
dilakukan atau dimiliki oleh tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti
awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana korupsi yang sedang
diperiksa;
h. meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain untuk
melakukan pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar negeri;
i. meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan
penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara tindak
pidana korupsi yang sedang ditangani.
16. Apa kewajiban PPATK?
Jawab :
Merahasiakan rekening nasabah terhadap pihak-pihak lain yang tidak ada kaitannya
dengan tindak pidana, juga terhadap saksi pelapor.
17. Sebutkan tugas dan kewenangan PPATK?

Jawab :
a. mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevaluasi informasi yang diperoleh
oleh PPATK sesuai dengan Undang-Undang ini;
b. memantau catatan dalam buku daftar pengecualian yang dibuat oleh Penyedia Jasa
Keuangan;
c. membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan;
d. memberikan nasihat dan bantuan kepada instansi yang berwenang tentang
informasi yang diperoleh oleh PPATK sesuai dengan ketentuan dalam Undang-
Undang ini;
e. membuat pedoman dan publikasi kepada Penyedia Jasa Keuangan tentang
kewajibannya yang ditentukannya dalam Undang-Undang ini atau dengan peraturan
perundang-undangan lain, dan membantu dalam mendeteksi perilaku nasabah yang
mencurigakan;
f. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah mengenai upaya-upaya pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang;
g. melaporkan hasil analisis transaksi Keuangan yang berindikasi tindak pidana
pencucian uang kepada Kepolisian dan Kejaksaan;
h. membuat dan memberikan laporan mengenai hasil analisis transaksi Keuangan dan
kegiatan lainnya secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat, dan lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap
Penyedia Jasa Keuangan;
i. memberikan informasi kepada publik tentang kinerja kelembagaan sepanjang
pemberian informasi tersebut tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini."
18. Sebutkan tindak pidana asal dari tindak pidana pencucian uang?
Jawab :
a. Korupsi
b. Penyuapan
c. Penyelundupan barang
d. Penyelundupan tenaga kerja
e. Penyelundupan imigran
f. Dibidang perbankan
g. Dibidang pasar modal
h. Dibidang assuransi
i. Narkotika
j. Psikotropika
k. Perdagangan manusia
l. Perdagangan senjata gelap
m. Penculikan
n. Terorisme
o. Pencurian
p. Penggelapan
q. Penipuan
r. Pemalsuan uang
s. Perjudian
t. Prostitusi
u. Dibidang perpajakan
v. Dibidang kehutanan
w. Dibidang lingkungan hidup
x. Dibidang kelautan, atau
y. Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih,
yang dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia atau diluar wilayah Negara
Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana
menurut hukum Indonesia
KUMPULAN SOAL DAN JAWABAN

HUKUM PIDANA KHUSUS

Disususn Oleh :

Nama : Ahsin Fuadi

NIM : B2A007022

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010

You might also like