Professional Documents
Culture Documents
TEORI
Terminologi Sistem Pemerintahan bersinonim dengan Tipe Rezim dan Bentuk Pemerintahan. Perlu
diingat bahwa istilah ini secara langsung berkorelasi dengan bagaimana pemerintahan tersebut
dijalankan, tipe pemerintahan hingga masalah perbedaan bentuk pemerintahan itu dengan konsep
negara. Di bawah ini tidak semua tokoh mendefinisikan apa itu “Sistem Pemerintahan” karena frase
tersebut identik dengan Pemerintahan itu sendiri. 1
1
mereka)
5 “Sistem pemerintahan terdiri C.S.T. Kansil C.S.T. Kansil. 1987. Hukum
dari dua suku kata, yaitu Antar Tata Pemerintahan
"sistem" dan (Comparative Government).
"pemerintahan". Kata Jakarta: Erlangga.
"sistem" berarti menunjuk
pada hubungan antara
pelbagai lembaga negara
sedemikian rupa sehingga
merupakan suatu kesatuan
yang bulat dalam
menjalankan mekanisme
kenegaraan.”
6 “Bentuk negara berbeda Inu Kencana Syafiie Syafiie, Inu Kencana, Andi
dengan bentuk Azikin. 2008. Perbandingan
pemerintahan. pemerintahan, Bandung: Refika
Pemerintahan terdiri dari Aditama.
parlementer, presidensial,
campuran dan komunis.
Sedangkan bentuk negara
ialah kerajaan dan republik.”
7 “Government is most David Apter Syafiie, Inu Kencana, Andi
generalized membership unit Azikin. 2008. Perbandingan
processing (a) defined pemerintahan, Bandung: Refika
responsibilities for Aditama.
maintenance of the system
of which it is a part and (b) a
practical monopoly of
coercive power.”
8 “Pemerintahan adalah Thorsen V. Kalijarvi Isjwara, F. 1966. Pengantar Ilmu
pelaksanaan kekuasaan Politik, Bandung: Putra A.
(government is the exercise Bardin. (hal. 200)
of power).”
9 “Bentuk-bentuk Sir John A.R. Marriot Sir John A.R. Marriot. 1927. The
pemerintahan dari negara- Mechanism of the Modern
negara modern dapat State, Oxford. (hal. 19)
digolongkan berdasarkan
konstitusi negara itu.”
10 “Penggolongan bentuk- Cicero Vonk, P.G. 1954. Aristocratie,
bentuk pemerintah dari Democratie, Een Inleiding der
negara-negara atas prinsip- Staten naar de Staatsvormen,
prinsip yang dinamakan Diss Utrecht. (hal. 21)
concilium.”
11 “Kriterium yang Thomas Hobbes Hobbes, Thomas, Leviathan.
membedakan satu (bab XIX, hal. 96-97)
pemerintah dari
pemerintahan lainnya adalah
perbedaan dalam letak
kedaulatan.”
12 “The majority, having......... John locke Locke, John, Two Treaties of
the whole power in making Civil government. (bab x, hal.
2
laws by officers of their own 182-183)
appointing, and then the
form of government is a
perfect democracy; or else
may put the power of
making laws into the hands
of a few select men, and
heirs successors, and then it
is an oligarchy; or else into
the hands of one men and
the it is monarchy.”
13 “Penggolongan bentuk Prof. R. Kranenburg Kranenburg, R, Inleiding in de
pemerintahan dilakukan Vergelijkende
dengan klasifikasi tri-bagian. Staatsrechtswetenschap. (hal. 8-
Dasar ini juga disertai 13)
dengan penggolongan atas
dasar pemisahan
kekuasaan.”
14 “Bentuk-bentuk Wallace. S. Sayre Sayre, Wallace S. 1960.
pemerintahan lazim American Government, New
diklasifikasikan berdasarkan York: Barnes & Noble. (hal. 7-9)
kriteria: pelaksanaan formil
dari kekuasaan, pemencaran
kekuasaan, konstitusi dan
organisasi-organbisasi badan
eksekutif.”
15 “Penggolongan negara- A. Apparodai Apparodai, A, The Substance of
negara atas bentuk Politics. (bab X dan bab XXIII)
pemerintahan dan atas dasar
tujuan serat hakekat (nature)
negara-negara itu sendiri.”
BAB 2
3
PENJELASAN TEMA
Jika bentuk-bentuk pemerintahan dibedakan dari bentuk-bentuk negara, maka hal itu dilakukan
sebagai berikut: bentuk-bentuk negara “melukiskan dasar-dasar Negara, susunan dan tertib suatu
negara berhubung dengan organ tertinggi dalam negara itu dan kedudukan masing-masing organ itu
dalam negara”. Begitu pula dengan bentuk pemerintahan yang diurai oleg Grabowsky diatas.
Grabowsky mengambil analogi penjelasan diatas dengan perumpamaan: bentuk negara Inggris ialah
kerajaan parlementer dan bentuk pemerintahannya ialah sistem kabinet. 2
Mac Iver menyatakan, bahwa jumlah orang yang banyak atau seluruh rakyat dalam kenyataannya
tidak memerintah; pemerintahan senantiasa berada dalam tangan golongan kecil. Pertanyaan utama
yang harus dijawab ialah mengenai hubungan antara golongan kecil yang berkuasa itu dengan
golongan besar yang dikuasai. Apabila dalam suatu negara golongan kecil itu tidak bertanggung
jawab terhadap rakyat, maka bentuk pemerintahan negara itu adalah oligarkhis dan apabila
golongan kecil yang memerintah itu bertanggung jawab terhadap rakyat, maka bentuk
pemerintahan negara itu adalah demokrasi.
Mac Iver mengadakan suatu konspektus bentuk-bentuk pemerintahan berdasarkan empat kriteria,
yakni dasar konstitusionil, dasar ekonomis, dasar persekutuan dan dasar struktur kedaulatan dalam
negara.
Dari penyelidikan yang empiris itu atas konstitusi-konstitusi polis yang pernah ada dan yang masih
ada di Yunani-purba, Aristoteles kemudian mengadakan klasifikasi bentuk-bentuk pemerintahan
atas dasar dua kriteria: secara kuantitatif, yaitu berdasarkan jumlah orang-orang yang memegang
kekuasaan di dalam suatu negara dan secara kualitataif yaitu berdasarkan pelaksanaan
kesejahteraan umum oleh penguasa-penguasa negara itu. Berdasarkan kedua kriteria itu Aristoteles
kemudian mengklasifikasikan bentuk-bentuk pemerintah ke dalam tiga bentuk pemerintahan yang
baik dan tiga pemerintahan yang buruk. Yang baik adalah Monarchi, Aristokrasi dan Polity.
Sedangkan bentuk yang buruk yang merupakan kemerosostan dari pada bentuk-bentuk
2
Isjwara, F. 1966. Pengantar Ilmu Politik, Bandung: Putra A. Bardin. Hal 190.
4
pemerintahan yang baik itu, yaitu tirani sebagai bentuk merosot dari Monarkhi, Oligarkhi sebagai
bentuk merosot dari aristokrasi dan demokrasi sebagai bentuk merosot dari Polity tadi.
Monarkhi (berasal dari kata yunani “monos” yang berarti satu dan “archein” yang berarti
menguasai, memerintah), atau kerajaan adalah bentuk pemerintahan dalam mana seluruh
kekuasaan dipegang oleh seorang yang berusaha mewujudkan kesejahteraan umum.
Tirani ialah bentuk pemerintahan di mana kekuasaan juga terpusat pada satu orang, tetapi
yang berusaha mewujudkan kepentingan dirinya sendiri dan tidak mengindahkan kesejahteraan
umum.
Aristokrasi (berasal dari kata-kata yunani “Aristoi”: kaum bangsawan atau cendikiawan dan
“katein” : kekuasaan), ialah bentuk pemerintahan dalam mana kekuasaan negara berpusat pada
beberapa orang yang berikhtiar mewujudkan kesejahteraan umum. Bentuk ini disebut Aristokrasi
karena orang-orang yang berkuasa adalah orang-orang yang paling baik dan yang senantiasa
berusaha mewujudkan kesejahteraan umum. Bentuk merosostnya ialah Oligarkhi (dialihkan dari
“oligoi”: beberapa dan “archein”) yakni pemerintahan beberapa orang yang mengutamakan
kepentingan golongannya sendiri.
Polity ialah bentuk pemerintahan dalam mana seluruh warga negara turut serta dalam
mengatur negara dengan maksud mewujudkan kesejahteraan umum. Polity ini ditafsirkan oleh
Garner Gilchrist sebagai bentuk pemerintahan yang menyerupai bentuk pemerintahan demokrasi
konstitusional dewasa ini, MacIver menafsirkannya sebagai bentuk pemerintahan di mana golongan
menengah yang memegang kekuasaan pemerintahan. 3
Demokrasi (berasal dari kata “demos”: rakyat dan “kratein”) yang ekstrim adalah bentuk
merosot dari pada “Policy”. Aristoteles menganggap demokrasi sebagai bentuk merosot, karena
berdasarkan pengalamannya sendiri, pemguasa-penguasa di negara kota yang demokratis dari
jamannya, seperti Athena misalnya, adalah teramat korupnya.
“The things which differentiate one state another are not differences of constituent
ellements, but rather external phenomena or characteristics. The most important of
this letter are the forms and character of their governmental organizations.” (Hal-hal
yang membedakan satu negara tidak lain adalah perbedaan unsur konstituen, tetapi
lebih condong ke fenomena atau karakteristik eksternal. Yang paling penting dari
pernyataan tersebut adalah bentuk dan karakter organisasi pemerintahan mereka).
J.W. Garner
3
Iver, R.M. Mac. 1960. The Web of Government, New York: Macmillian.
5
Menurut Garner selanjutnya, ilmu politik dan praktek kenegaraan tidak berhasil menjelaskan secara
ilmiah masalah bentuk-bentuk negara, karena dalam pembahasan mengenai bentuk-bentuk negara
senantiasa terdapat kesalahpahaman itu.4 Gilchrist yang juga tidak melihat perbedaan dalam
bentuk-bentuk negara mengatakan, bahwa apa yang dinamakan kegaduhan dalam peristilahan
tentang bentuk-bentuk negara sesungguhnya dimaksudkan bentuk-bentuk pemerintahan, karena
negara semuanya sama. Menurut Gilchrist memang benar bahwa negara-negara dapat diklasifir
berdasarkan perbedaan dalam penduduk atau luas wilayahnya umpamanya, tetapi perbedaan
seperti itu tidak akan bermanfaat.5
“Sistem pemerintahan terdiri dari dua suku kata, yaitu "sistem" dan
"pemerintahan". Kata "sistem" berarti menunjuk pada hubungan antara pelbagai
lembaga negara sedemikian rupa sehingga merupakan suatu kesatuan yang bulat
dalam menjalankan mekanisme kenegaraan.” C.S.T. Kansil
Dalam praktik penyelenggaraan suatu negara jika kita tinjau dari segi pembagian kekuasaan negara
bahwa organisasi pemerintahan negara itu bersusun, bertingkat dan terdiri atas berbagai macam
alat perlengkapan (organ) yang berbeda satu sama lain berdasar tugas dan fungsi masing-masing
(pembagian secara horizontal) maupun dalam satu bagian dibagi menjadi organ yang lebih tinggi dan
rendah (pembagian secara vertikal).
Inu mengambil contoh bentuk negara yang dipimpin oleh seorang raja (kaisar) atau ratu (maharani)
yang diwariskan secara turun temurun. Jadi apabila seorang raja tidak terlalu mengenal pengaturan
politik pemerintahan negara, maka jalannya roda pemerintahan diserahkan kepada perdana menteri
yang mengepalai kabinet. Dengan demikian kepala negara yang dipimpin oleh raja, berbeda dengan
kepala pemerintahan dipegang langsung oleh satu orang bila mampu. Untuk tidak hilangnya
kewibawaan ratu atau raja maka pelantikan kepala pemerintahan, sudah barang tentu dengan restu
raja.
Kabinet presidensial yaitu kabinet yang menteri-menterinya bertanggung jawab kepada presiden.
Agar para menteri tidak berlindung di bawah kekuasaan presiden apabila melakukan kesalahan,
maka antara badan legislatif (parlemen) dan bagdan eksekutif (presiden dan menterinya) harus
saling mengawasi secara ketat (checking power with power).
S.L Witman dan J.J. Wuest mengemukakan empat ciri kabinet presidensial yaitu sebagai berikut:
4
Garner, J.W. 1928. Political Science and Government, New York: American Book Company. Hal 241
5
Gilchrist, R.N. 1957. Principle of Political Science, Orient Longmans. Hal 238
6
2. There’s mutual responsibility between the executive dan legislature, or he must resign
together with the rest of the cabinet when his policies are not longer accepted by the
majority of the membership legislature.
3. Mutual responsibility between the executive and cabinet.
4. Executive (Prime Minister, Premier or Chancellor) is choosen by the titular head of state
(monarch of president).6
Kabinet parlementer yaitu kabinet yang para menterinya bertanggung jawab kepada parlemen. Hal
ini karena parlemen yang memilih menteri-menteri yang tepat begitu juga dengan perdana
menterinya sendiri. Anggota parlemen dapat menjatuhkan setiap kesalahan dari masing-masing
menteri.
Menurut S.L Witman dan J.J. Wuest ada empat cara berkenaan dengan pemerintahan
kabinet parlementer yaitu sebagai berikut.
7
4. Pihak eksekutif (baik PM maupun perdana menteri secara perorangan) terpilih sebagai
kepala pemerintahan dan pemegang masing-masing departemen negara, sesuai dengan
dukungan suara mayoritas parlemen.
Kabinet campuran yaitu kabinet yang presidennya tidak hendak kehilangan kekuasaan ketika
anggota parlemen memberikan mosi tidak percaya kepada pemerintah. Oleh karena itu yang jatuh
hanya perdana menterinya, tetapi presiden tidak dapat dijatukan oleh parlemen.
Dalam sistem ini diusahakan hal-hal yang terbaik dari sitem pemerintahan presidensial dan
sistem pemerintahan parlementer, karena sistem ini terbentuk dari pengkajian sejarah perjalanan
beberapa negara.
Sistem pemerintahan campuran biasanya selain memiliki presiden ataupun raja sebagai
kepala negara, juga memiliki kepala pemerintahan yaitu perdana menteri.
Bila presiden tidak diberi posisi dominan menurut konstitusi, maka presiden tidak lebih dari
sekedar lambang, dan kabinet akan semakin goyah kedudukannya. Untuk itu di Perancis yang pernah
tirani dan pernah pula demokratis liberal mengubah konstitusi negaranya sedemikian rupa sehingga
presiden tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen bahkan presiden dapat membubarkan parlemen.
Di Republik Islam Iran sesudah menggulingkan Shah Iran Reza Pahlevi, maka Imam
Ayatullah Rohullah Khomeini yang lama belajar dari pengalaman beliau selama di Prancis ketika
pengasingannya, mencoba demokratisasi Islam dengan kabinet (baik perdana menteri maupun
presiden sekalipun) dapat dijatuhkan oleh parlemen, tetapi beliau sendiri sebagai imam berada
posisi kepala negara.
Kabinet komunis yaitu kabinet yang baik kepala pemerintahan, maupun kepala negara
dijabat secra ex officio oleh pimpinan partai komunis, mulai dari tingkat pusat sampai pada
8
pemerintahan daerah, karena partai komunis yang ada di daerah sekaligus menjadi kepala daerah
dan kepala wilayah.
Bila dibandingkan antara kekuatan partai zaman ketika Uni Sovyet masih berdiri dengan
ketika zaman kuatnya Partai Golkar di Indonesia pada era orde baru, maka terlihat bahwa setiap
camat senantiasa menjadi Ketua Dewan Pembina Golkar tingkat kecamatan, setiap bupati menjadi
Ketua Dewan Pembina Golkar Tingkat Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II (kabupaten), setiap
gubernur menjadi Ketua Dewan Pembina Golkar Tingkat Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I
(provinsi). Itulah sebabnya Golkar setelah reformasi resmi berubah wajah menjadi Partai Golkar
yang kemudian kembali memenangkan pemilihan legislatif pada 2004 tetapi mengalami kekalahan
dan perpecahan pada pemilihan presiden 2004.
Maksudnya pemerintahan merupakan satuan anggota yang paling umum yang memiliki (a) tanggung
jawab tertentu untuk mempertahankan sistem yang mencakupnya dan (b) monopoli praktis
mengenai kekuasaan paksaan.
Kalijarvi menggunakan penggolongan antara bentuk-bentuk pemerintahan yang utama dan bentuk-
bentuk pemerintahan yang sekunder. Bentuk-bentuk pemerintahan yang sekunder merupakan
bentuk kelanjutan daripada bentuk-bentuk utama atau bentuk-bentuk dasar dan diklasifir menurut
jenis orang yang menyelenggarakan kekuasaan. Umpamanya, negara yang diperintahkan oleh kaum
paderi, bentuk pemerintahannya disebut timokrasi dan negara yang diperintah oleh orang-orang
kaya disebut plutokrasi. Negara yang diperintahkan oleh golongan menengah disebut negara
borjuasi dan yang diperintah oleh kelas buruh disebut negara proletariat. Penggolongan utama atau
dasar itu diadakan berdasarkan tiga kriteria, yaitu pertama, atas jumlah orang yang menjalankan
kekuasaan, kedua, atas letak kekuasaan dan ketiga, atas tanggung jawab yang timbul karena
pelaksanaan kekuasaan itu.
a. Kerajaan
b. Aristokrasi
c. Demokrasi
9
Berdasarkan letak kekuasaan tertinggi, pemerintahan-pemerintahan dapat digolongkan ke dalam
pemerintahan negara kesatuan atau negara-negara dengan sentralisasi kekuasaan dan
pemerintahan negara-negara yang bersistem federal atau desentralisasi kekuasaan.
Pada umumnya dikatakan bahwa pemerintah suatu negara mempunyai dua fungsi utama, yakni
membentuk hukum dan menjalankan hukum. Berdasarkan kriterium ini, pemerintah juga dapat
digolongkan ke dalam tipe pemerintahan kabinet (Cabinet Government) dan pemerintahan
presidensiil (Presidential Government).
Marriot mengambil menjadi negara-negara yang representatif untuk penggolongannya itu ialah
negara-negara Inggris, Perancis, spanyol, Italia, Belgia, Jepang , Chile, AS, Kanada, Australia, Swiss,
Brazil, Meksiko dan Argentina.
Penggolongannya adalah sebagai berikut: apabila “concilium” itu dipegang oleh seseorang, maka
bentuk pemerintah itu ialah kerajaan; apabila dipegang oleh beberapa orang, didapati aristokrasi
dan apabila dipegang oleh seluruh rakyat, maka bentuk pemerintahan itu ialah demokrasi. Juga
Cicero menerima adanya bentuk-bentuk merosot dari bentuk2 pemerintahan yang baik itu.
“Dominus” (despot) ialah bentuk merosot dari kerajaan dan “facto”, turba et confusio” ialah bentuk-
bentuk merosot yang dihasilkan oleh aristokrasi dan demokrasi.
Apabila kedaulatan terletak pada satu orang, bentuk pemerintahan itu ialah kerajaan, apabila pada
semua warga negara, maka didapati demokrasi dan apabila beberapa orang yang berdaulat maka
didapati bentuk pemerintahan yang aristokratis.
10
“The majority, having......... the whole power in making laws by officers of their own
appointing, and then the form of government is a perfect democracy; or else may
put the power of making laws into the hands of a few select men, and heirs
successors, and then it is an oligarchy; or else into the hands of one men and the it is
monarchy.” John Locke
John locke juga mengemukakan teori bentuk-bentuk pemerintahan yang berpangkal pada tri-bagian
dari aristoteles. Locke membedakan bentuk-bentuk pemerintahan atas kriterium “wewenang
membuat hukum”, jadi perbedaan yang didasarkan atas letak kekuasaan legislatif. Berdasarkan
kriterium tersebut, Locke membedakan 3 jenis bentuk-bentuk pemerintah, yaitu demokrasi,
oligarkhi dan monarkhi.
Merupakan klasifikasi yang umum ditemukan di negara-negara modern di mana hal tersebut identik
dengan pembagian kekuasan atau trias politika; eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Bentuk negara adalah merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis dan peninjauan secara
yuridis mengenai negara. Peninjauan secara sosiologis jika negara dilihat secara keseluruhan
(ganzhit) tanpa melihat isinya, sedangkan secara yuridis jika negara\peninjauan hanya dilihat dari
isinya atau strukturnya.
BAB III
11
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka, setelah dijajah oleh Belanda, Portugis,
Inggris dan Jepang. Pembacaan proklamasi disampaikan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad
Hatta yang kemudian besok harinya masing-masing diangkat secara aklamasi sebagai presiden dan
wakil presiden negara baru ini. Selain itu ketika sedang dalam keadaan darurat Indonesia juga
pernah dipimpin oleh Mr. Syafrudin Prawira Negara dari Bukittinggi karena penjajah yang kembali
mengadakan agresi menduduki Jakarta dan Yogyakarta. Secara lengkap yang menjadi presiden dan
wakil presiden secara resmi di negara ini adalah sebagaiman tabel ini berikut.
Pada waktu perpindahan kekuasaan dari Ir. Soekarno kepada Mayjen. Soeharto terjadi
pembunuhan para jenderal yang oleh PKI dituduh sebagai kapitalisme. Dengan membesarkan
tuduhan tersebut, Soeharto lalu menyingkirkan Ir. Soekarno dan memimpin Republik Indonesia
selama 32 tahun. Pemilihan umum dibuat sedemikian rupa demokratis dan dimenangkan terus-
menerus serta kepemimpinan selamanya di tangan Soeharto, karena pidato
pertanggungjawabannya yang tidak pernah ditolak. Strateginya adalah dengan melantik utusan
daerah dari para gubernur, para panglima daerah militer, dan para rektor universitas negeri yang
notabene adalah diangkat Soeharto sendiri, kendati utusan daerah dan utusan golongan yang
12
jumlahnya separuh anggota MPR tersebut yang akan melantik dan mengawasi pemerintahan
Soeharto.
Selain di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), lembaga konstitusi juga ditemukan di
Republik Prancis dan Republik Islam Iran. Di Indonesia yang membedakan lembaga ini dengan
lembaga legislatif adalah karena lembaga ini adalah gabungan dari DPR (legislatif) dan BPD (Badan
Perwakilan Daerah).
Pada masa orde baru tambahan DPR untuk menjadi MPR diambil dari utusan daerah dan
utusan golongan, utusan daerah diangkat dari kepala daerah, para panglima daerah, dan para rektor
universitas negeri daerah, sehingga risikonya adalah Soeharto terpilih dari pemilu ke pemilu serta
pidato pertanggungjawaban beliau selalu diterima sebanyak apapun beliau bersalah dan mengorupsi
negeri ini. Sekarang DPD yang tanpa mewakili partai politik dipilih bersama partai politik, sehingga
DPD berfungsi identik dengan keberadaan sebator di negara-negara yang memakainya.
MPR kini tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara, karena tidak lagi meminta
pertanggungjawaban semua lembaga tinggi negara, fungsi tertinggi hanya untuk pembentukan dan
penetapan konstitusi saja. Sedangkan memilih presiden dan wakil presiden RI kini diserahkan kepada
rakyat. Itulah sebabnya perubahan konstitusi (amandemen) menjadi perubahan mendasar negara
Indonesia mendatang.
Keberadaan TNI Polri yang dulu dipersiapkan untuk menjaga keutuhan NKRI yaitu dengan
mempertahankan UUD 1945 dan Pancasila diberikan jatah pada kedua lembaga (konstitutif dan
legislatif ini semasa orde baru) tetapi kini tidak lagi diberikan jatah baik dalam DPR maupun MPR
hanya sebagai balance ndibuatkan UU TNI POLRI yang memperbolehkan secara aktif pada jabatan
pemerintahan, sedangkan untuk lembaga legislatif dan kostitutif TNI-POLRI harus terlebih dahulu
memensiunkan diri.
DPR Fraksi Partai Demokrat (F-PD) 148
MPR 2009-20148
560 anggota Fraksi Partai Golongan Karya (F-PG) 107
Fraksi
Nanggroe Aceh Darussalam :: Abdurrahman BTM, Bachrum PartaiAhmad
Manyak, Hati Nurani Rakyat
Farhan (F-Hanura)
Hamid, dan A 17
Khalid.
8
http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat
Diakses pada tanggal 16 Januari 2010
13
Sumatra Utara :: Rudolf M Pardede, Parlindungan Purba, Rahmat Shah, dan Darmayanti Lubis.
Sumatra Barat :: Irman Gusman, Emma Yohanna, Riza Falepi, dan Alirman Sori.
Riau :: Abdul Gafar Usman, Intsiawati Ayus, Maimanah Umar, dan Mohammad Gazali.
Sumatra Selatan :: Percha Leanpuri, Aidil Fitrisyah, Asmawati, dan Abdul Aziz.
Bangka Belitung :: Tellie Gozelie, Noorhari Astuti, Rosman Djohan, dan Bahar Buasan.
Bengkulu :: Sultan Bakhtiar Najamudin, Eni Khairani, Bambang Soeroso, dan Mahyudin Shobri.
Kepulauan Riau :: Aida Nasution Ismeth, Zulbahri, Djasarmen Purba, dan Hardi Selamat Hood.
DKI Jakarta :: Dani Anwar, A.M. Fatwa, Djan Faridz, dan Pardi.
Jawa Barat :: Ginandjar Kartasasmita, Ella M Giri Komala, Sofyan Yahya, dan Amang Syafrudin.
Jawa Tengah :: Sulistiyo, Ayu Koes Indriyah, Denty Eka Widi Pratiwi, dan Poppy Susanti Dharsono.
DI Yogyakarta:: Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Cholid Mahmud, A Hafidh Asrom, dan Muhammad Afnan
Hadikusumo.
Bali :: I GN Kesuma Kelakan, I Nengah Wiratha, I Wayan Sudirta, dan I Kadek Arimbawa.
Nusa Tenggara Barat :: Farouk Muhammad, L.L. Abdul Muhyi Abidin, Baiq Diyah Ratu Ganefi, dan
Lalu Supardan.
Nusa Tenggara Timur :: Abraham Liyanto, Emanuel Babu Eha, Carolina Nubatonis-Kondo, dan Sarah
Lery Mboeik
Kalimantan Tengah :: Permana Sari, Hamdhani, Said Akhmad Fawzy Zain Bahsin, dan Rugas Binti.
Kalimantan Barat :: Maria Goreti, Sri Kadarwati, Hairiah, dan Erma Suryani Ranik.
Kalimantan Selatan :: Gusti Farid Hasan Aman, Adhariani, Habib Hamid Abdullah, dan Mohammad
Sofwat Hadi.
14
Kalimantan Timur :: Awang Ferdian Hidayat, Luther Kombong, Muslihuddin Abdurrasyid, dan
Bambang Susilo.
Sulawesi Utara :: Aryanthi Baramuli Putri, Marhany Victor Poly Pua, Ferry FX Tinggogoy, dan Alvius
Lomban.
Gorontalo :: Hana Hasanah Fadel Muhammad, Rahmiyati Jahja, Elnino M Husein Mohi, dan Budi
Doku.
Sulawesi Tengah :: Nurmawaty Dewi Bantilan, Sudarto, Ahmad Syaifullah Malonda, dan Shaleh
Muhamad Aldjufri.
Sulawesi Barat :: Muh. Asri, Muhammad Syibli Sahabuddin, Iskandar Muda Baharuddin, dan
Mulyana Isham.
Sulawesi Selatan :: Abd. Azis Qahhar Mudzakkar, Muh Aksa Mahmud, Bahar Ngitung, dan Litha
Brent.
Sulawesi Tenggara :: La Ode Ida, Abd. Jabbar Toba, Abidin Mustafa, dan Hoesein Effendy.
Maluku Utara :: Matheus Stefi Pasimanjeku, Kemala Motik Gafur, Mudaffar Sjah, dan Abdurachman
Lahabato.
Maluku :: Anna Latuconsina, Jhon Pieris, Jacob Jack Ospara, dan Etha Aisyah Hentihu.
Papua :: Tonny Tesar, Helina Murib, Paulus Yohanes Sumino, dan Ferdinanda W. Ibo Yatipay.
Papua Barat :: Ishak Mandacan, Sofia Maipauw, . Mervin Sadipun Komber, dan Wahidin Ismail. 9
MPR periode 1999-2004 yang dipimpin Amien Rais sebagai lokomotif reformasi telah
berhasil membuat perubahan besar dengan mengamandemen UUD 1945, sehingga akhirnya DPA
9
http://mediacenter.kpu.go.id/berita/514-penetapan-nama-calon-anggota-dpd.html
Diakses pada tanggal 16 Januari 2010
15
yang tampak tidak efektif terpaksa dilikuidasi walaupun lembaga tinggi negara, sedangkan lembaga
tinggi negara yang lain dibentuk yaitu Mahkamah Konstitusi.
Jadi yang tidak diubah adalah pasal 1, 4, 10, 12, 29, 35 terutama pasal 29 yang dianggap akan
menimbulkan kerawanan.10
Lembaga ini disebut parlemen karena kata parle berarti bicara, artinya mereka harus
menyuarakan hati nurani rakyat. Artinya setelah mengartikulasikan dan mengagregasikan
kepentingan rakyat, mereka harus membicarakan dalam sidang parlemen kepada pemerintah yang
berkuasa. Oleh karena itu DPR dibentuk di pusat untuk mengkritisi pemerintah pusat, dibentuk di
daerah untuk mengkritisi pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten sesuai dengan
tingkatannya.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, DPR mempunyai hak sebagai berikut: 11
Interpelasi
Angket
Menyatakan Pendapat
10
Syafiie, Inu Kencana, Andi Azikin. 2008. Perbandingan Pemerintahan.Bandung: Refika Aditama. Hal. 136
11
http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/hak-dan-kewajiban
Diakses pada tanggal 16 Januari 2010
16
Mengajukan rancangan undang-undang
Mengajukan pertanyaan
Menyampaikan usul dan pendapat
Memilih dan dipilih
Membela diri
Imunitas
Protokoler
Keuangan dan administratif
Mengamalkan Pancasila
Melaksanakan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan mentaati
segala peraturan perundang-undangan
Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah
Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan
Republik Indonesia
Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
Menyerap,menghimpun,menampung,dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,kelompok dan golongan
Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah
pemilihannya
Mentaati kode etik dan Peraturan Tata tertib DPR
Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait
Sebagaimana telah dijelaskan di muka bahwa anggota DPR sudah pasti adalah juga anggota DPR
(ex officio). Kemudian dalam rangka memperlancar tugasnya DPR mempunyai alat kelengkapan yaitu
sebagai berikut:
1. Pimpinan DPR
2. Fraksi - fraksi
3. Komisi - komisi
4. Badan Musyawarah
5. Badan Urusan Rumah Tangga
6. Badan Kerja sama antarparlemen
7. Panitia Khusus (Pansus)
Pimpinan DPR terdiri dari Ketua dan beberapa Wakil Ketua yang dipilih anggota DPR itu sendiri
dengan cara pemilihan yang diatur dalam peraturan tata tertib DPR yang dibuat DPR sendiri. Setiap
anggota DPR harus tergabung ke dalam salah satu fraksi yang dibentuk oleh DPR. Fraksi dibentuk
untuk bertugas meningkatkan kemampuan yang tercermin dalam setiap kegiatan DPR, fraksi
berbeda dengan komisi.
Fraksi adalah pengelompokan anggota DPR yang terdiri ari kekuatan sosial politik dan
mencerminkan susuna golongan dalam masyarakat. Tugas fraksi adalah menentukan dan mengatur
sepenuhnya segala sesuatu yang menyangkut urusan masing-masing fraksi, serta meningkatkan
kemampuan efektivitas, dan efisiensi kerja para anggota dalam melaksanakan tugasnya. Jadi fraksi
17
orang-orang dalam satu fraksi pasti satu partai,kalaupun berbeda partai karena berkoalissi tetapi
masih satu ideologi dan satu paham.
Komisi adalah pengelompokan anggota DPR yang terdiri dari satu bidang keahlian dan tugas
yang ditetapkan sendiri oleh DPR dengan surat keputusan. Tugas komisi meliputi bidang perundang-
undangan, anggaran, dan pengawasan. Untuk melaksanakan tugasnya komisi dapat melakukan
dengar pendapat, rapat kerja, mengajukan pertanyaan, dan kunjungan kerja. Bahkan jika diperlukan
dapat memanggil aparat pemerintah atau masyarakat umum, baik atas permintaan komisi atau
pihak lain.
Badan musyawarah bertugas menetapkan acarA-acara DPR dalam satu tahun atau masa
persidangan , memberikan pertimbangan kepada pimpinan, menetapkan pokok-pokok
kebijaksanaan DPR sendiri, dan tugas lain yang diserahkan.
Pimpinan DPR bertugas memimpin rapat untuk menyimpulkan persoalan yang dibicarakan,
menenukan kebijakan anggaran belanja, serta menyususn rencana kerja DPR, yaitu dengan
membagikan pekerjaan antara ketua dan wakil ketua dengan mengumumkan secara terbuka dalam
rapat paripurna.
4. Mahkamah Konstitusi
Sejarah berdirinya MK diawali dengan Perubahan Ketiga UUD 1945 dalam Pasal 24 ayat (2),
Pasal 24C, dan Pasal 7B yang disahkan pada 9 November 2001. Setelah disahkannya Perubahan
Ketiga UUD 1945, maka dalam rangka menunggu pembentukan Mahkamah Konstitusi, MPR
menetapkan Mahkamah Agung menjalankan fungsi MK untuk sementara sebagaimana diatur dalam
Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945 hasil Perubahan Keempat.
12
Syafiie, Inu Kencana, Andi Azikin. 2008. Perbandingan Pemerintahan.Bandung: Refika Aditama. Hal. 140
18
Agustus 2003, Presiden mengambil sumpah jabatan para hakim konstitusi di Istana Negara
pada tanggal 16 Agustus 2003.
Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum
Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
MK mempunyai 9 orang anggota hakim yang ditetapkan oleh presiden. Untuk calon anggota
hakim konstitusi, presiden mengusulkan 3 orang, Mahkamah Agung 3 orang, dan disusul oleh Dewan
Perwakilan Rakyat sebanyak 3 orang.
UUD 1945
MPR
UD UG
MPR RI
19
LEGISLATIF EKSEKUTIF YUDIKATIF
BAB IV
20
KESIMPULAN
Indonesia di masa depan diharapkan tidak akan mengulang lagi sistem pemerintahan
otoriter yang membungkam hak-hak warga negara untuk menjalankan prinsip demokrasi dalam
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Kehidupan yang demokratis di dalam kehidupan sehari-
hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non-
pemerintahan perlu dikenal, dimulai, diinternalisasi, dan diterapkan demi kejayaan bangsa dan
negara Indonesia.
Demokrasi dalam suatu negara hanya akan tumbuh subur apabila dijaga oleh warga negara
yang demokratis. Warga negara yang demokratis bukan hanya dapat menikmati hak kebebasan
individu, tetapi juga harus memikul tanggung jawab secara bersama-sama dengan orang lain untuk
membentuk masa depan yang cerah.
21