You are on page 1of 96

PEMBELAJARAN

ATLETIK

Oleh :
Drs. Yoyo Bahagia, M. Pd
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH
DIREKTORAT PENDIDIKAN LUAR BIASA
Pembelajaran Atletik 2

BAB I

HAKIKAT OLAHRAGA ATLETIK

A. Pendahuluan

Atletik merupakan salah satu mata pelajaran Pendidkan Jasmani yang


wajib diberikan kepada para siswa mulai dari tingkat Sekolah Dasar
sampai tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat atas, sesuai dengan SK
Mendikbud No. 0413/U/87.

Bahkan di beberapa perguruan tinggi, atletik ditawarkan sebagai salah


satu Mata Kuliah Dasar Umum. Sedangkan bagi mahasiswa Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan merupakan mata kuliah wajib
yang harus diambil. Tak terkecuali, di Sekolah Luar Biasapun mata
pelajaran atletik merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan
kepada para siswanya.

Muncul pertanyaan, mengapa atletik merupakan suatu mata pelajaran


yang wajib diberikan di sekolah-sekolah?. Mengapa tidak semua
cabang olahraga wajib diberikan di sekolah-sekolah?.

Jawaban logis adalah : “atletik merupakan ibu dari sebagian besar


cabang olahraga”, dimana gerakan – gerakan yang ada dalam atletik
seperti : jalan, lari, lompat dan lempar dimiliki oleh sebagian besar
cabang olahraga”.

Dengan diwajibkannya cabang olahraga atletik diberikan di sekolah-


sekolah dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, sudah selayaknya
membawa angin segar untuk meningkatkan motivasi siswa untuk
mengikutinya.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 3

Namun kenyataannya di lapangan, masih banyak siswa yang belum


meminati pelajaran atletik bahkan cenderung kurang menyukainya.

Ini merupakan suatu tantangan bagi para guru pendidikan jasmani


agar pelajaran atletik merupakan pelajaran yang menyenangkan bagi
siswanya. Karena disamping keterampilan yang ingin dicapai, justru
tujuan utama dari pembelajaran penjas seperti, meningkatkan
kesegaran jasmani, meningkatkan pengalaman dan pengayaan gerak-
gerak dasar umum maupun kemampuan motorik siswa sebagai dasar-
dasar gerak cabang olahraga lainnya.

Banyak kendala dan hambatan agar atletik disukai dan disenangi oleh
siswa atau bahkan bisa berprestasi pada salah satu nomor lomba di
tingkat pelajar.
Salah satu kendala yang sering ditemui di lapangan antara lain adalah
kurang tersedianya fasilitas dan perlengkapan untuk kegiatan atletik
yang memmadai.
Apalagi kalau dikaitkan dengan masalah dana untuk pengadaan dan
pemeliharaan peralatan atletik standar yang harganya relatif mahal
dan sulit dijangkau oleh anggaran sekolahnya.

Masalah lainnya adalah kemampuan guru penjas dalam menyajikan


Proses Belajar Mengajar (PBM) atletik yang lebih banyak menekankan
pada penguasaan teknik dan berorientasi kepada hasil atau prestasi
siswa pada setiap nomor atletik. Dengan demikian unsur bermain dan
kesenangan siswa menjadi kurang diperhatikan. Untuk itu barangkali
kreatifitas guru penjas perlu terus dikembangkan dan ditingkatkan
dengan mencoba memodifikasi peralatan atletik.

Barang-barang bekas atau bahan-bahan yang ada di sekitar


lingkungan sekolah atau rumah siswa yang mudah di dapat masih bisa
digunakan atau dibuat bahkan relatif murah bila harus dibeli.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 4

Dengan demikian kita mencoba mengubah atau mengembangkan pola


pikir kita sebagai guru penjas dalam PBM atletik : dari berorientasi
prestasi berubah kepada orientasi PBM atletik bernuansa bermain,
dari ketergantungan pada penggunaan alat-alat standar, menjadi
pemanfaatan alat-alat yang dimodifikasi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam buku ini dipaparkan beberapa


topik :
 Hakikat Olahraga Atletik , membahas tentang;
o Pengertian dan sejarah atletik
o Makna dan nilai dalam olahraga atletik
o Pentingnya atletik bagi siswa SDLB/SLB TINGKAT DASAR
o Ruang lingkup pembelajaran atletik
 Karakteristik Gerak dalam Atletik
 Pengembangan Pembelajaran Atletik, yang menyajikan
pengembangan pembelajaran pola-pola gerak dasar umum dan
pola gerak dasar dominan jalan, lari, lompat dan lempar.
 Model Pembelajaran Atletik. Menyajikan contoh model-model
pembelajaran atletik bagi jenis-jenis kelainan.

B. Pengertian dan Sejarah Atletik

1. Pengertian atletik

Istilah atletik yang kita kenal sekarang ini berasal dari beberapa
sumber antara lain bersumber dari bahasa Yunani, yaitu “athlon”
yang mempunyai pengertian berlomba atau bertanding. Misalnya
ada istilah pentathlon atau decathlon.

Istilah lain yang menggunakan atletik adalah athletics (bahasa


Inggris), athletiek (bahasa Belanda), athletique (bahasa
Perancis) atau athletik (bahasa Jerman). Istilahnya mirip sama,
namun artinya berbeda dengan arti atletik di Indonesia, yang

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 5

berarti olahraga yang memperlombakan nomor-nomor: jalan,


lari, lompat dan lempar.

Istilah lain yang mempunyai arti sama dengan istilah atletik di


Indonesia adalah “Leichtatletik” I(Jerman), “Athletismo”
(Spanyol), “Olahraga” (Malaysia), dan “Track and Field” (USA)

2. Sejarah ringkas atletik.

Atletik yang kita kenal saat ini tergolong sebagai cabang olahraga
yang paling tua di dunia.

Gerak-gerak dasar yang terkandung dalam atletik sudah dilakukan


sejak adanya peradaban manusia di muka bumi ini. Bahkan gerak
tersebut sudah dilakukan sejak manusia dilahirkan yang secara
bertahap berkembang sejalan dengan tingkat perkembangan,
pertumbuhan dan kematangan biologisnya, mulai dari gerak yang
sangat sederhana sampai pada gerakan yang sangat kompleks.

Pada jaman purba, ketika peradaban manusia masih sangat


primitif, hukum rimba masih berlaku dimana yang kuat memakan
yang lemah. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia saat
itu harus bertahan dari gangguan binatang buas atau harus
berburu binatang untuk dijadikan santapan hidupnya atau mencari
makanan berupa umbi-umbian atau buah-buahan. Dalam upaya
tersebut mereka melakukan berbagai ketangkasan seperti:
memanjat pohon, melempar, melompat dan berlari.
Mereka harus berjalan bermil-mil jauhnya, kadangkala harus
berlari secepat-cepatnya serta terampil dalam melempar atau
melompat untuk mendapatkan buruannya atau menghindar dari
sergapan binatang buas. Gerakan tersebut merupakan cikal bakal
gerakan atletik yang ada sekarang ini.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 6

Menurut seorang pujangga Yunani bernama Humeros dalam


bukunya berjudul Illiad, diperkirakan kegiatan atletik sudah
dilakukan tahun 1100 SM, tercatat nama-nama seperti Eurialus,
Epius, Odysseus, Aias dan Argamenon. Mereka disebut
sebagai jago-jago lomba berkuda, lari dan lempar lembing

Odysseus saat itu disebut sebagai jago lempar cakram yang


belum terkalahkan lemparannya. Sehingga gambar Odysseus
dengan cakramnya diabadikan sebagai symbol atletik dan di
Indonesia dipakai sebagai lambang atau logo PASI.

3. Olympiade Kuno.

Pada tahun 776 SM bangsa Yunani menyelenggarakan pesta


olahraga yang dinamakan “Olympiade Kuno” (The Ancient
Olympic Games). Tujuan utama pesta olahraga ini adalah
sebagai bentuk upacara pemujaan kepada dewa-dewa mereka
saat itu di suatu tempat yang khusus.

Nomor-nomor yang dipertandingkan dalam Olympiade kuno itu


adalah lomba lari, pentathlon, pankration, gulat, tinju dan pacuan
kuda. Juara pentathlon (nomor lari cepat, lompat jauh, lempar
cakram, lempar lembing dan gulat) dinobatkan sebagai juara
olympiade.

Untuk lomba lari cepat diselenggarakan pada suatu lintasan lurus


di tengah stadion. Pada zaman itu sudah dikenal tiga macam
lomba lari yaitu:
 Stade yaitu lari cepat pada jalur lurus sepanjang kurang lebih
185 m dilakukan di dalam stadion.
 Diaulos yaitu lomba jarak menengah yang jaraknya kurang
lebih dua kali stade.
 Dolichos yaitu lomba lari jarak jauh yang jaraknya kurang lebih
7 sampai 24 kali stade, yang dilakukan mengelilingi stadion.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 7

Sampai kini kompleks bekas tempat penyelenggaraan Olympiade


kuno tersebut masih terpelihara dengan baik dan orsinil, walaupun
hanya berupa puing-puingnya saja. Upaya untuk merehabilitasi
peninggalan sejarah itu juga sangat besar, namun lebih besar lagi
upaya untuk memelihara keaslian dari peninggalan sejarah
tersebut.

Sehingga sampai kini tempat tersebut menjadi kebanggaan


masyarakat dunia yang tak pernah sepi dari kunjungan wisata.

Yang menarik dari lomba lari cepat ini adalah telah


diperkenalkannya start block yang terbuat dari tembok yang
berparit dan dipasang permanen di atas lapangan dan sampai kini
masih ada.

Pada gambar 1.1. di bawah ini diperlihatkan gambar dari photo


sebenarnya bentuk start block lari pada lapangan di dalam stadion
bekas Olympiade kuno diselenggarakan yang dibuat melebar
lintasan lari. Parit dalam tembok gunanya adalah untuk
menyimpan kaki penolak agar tidak terpeleset.

Gambar 1.1.
(Start Block Lomba Lari pada Zaman Olympiade Kuno)

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 8

Untuk memberangkatkan para pelari tersebut, tidak menggunakan


aba-aba seperti sekarang ini berupa bunyi pistol atau kibaran
bendera start, namun di depan start block itu dipasang sebuah
“starting gate” yang dikenal dengan sebutan “Husplex”
berfungsi untuk mencegah adanya yang mencuri start.

Para pelari berada di atas statr block dalam posisi berdiri di


belakang starting gate sebelum dibuka (sikap bersedia). Seorang
juri atau wasit berada dibelakang para pelari dengan memegang
tali yang dihubungkan dengan starting gate tersebut. Manakala tali
dilepas maka secara serempak akan membuka kayu penghalang
yang ada di depan pelari. Saat pintu terbuka maka secara
serempak pula para pelari berlari secepatnya menuju garis akhir.
Bentuk starting gate tersebut adalah seperti terlihat pada gambar
1.2 dan 1.3. bawah ini.

Gambar. 1.2. (Pintu Husplex Belum Dibuka)

Gambar. 1.3. (Pintu Husplex saat dibuka)

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 9

Pada tahun 186 SM bentuk olahraga atletik sempat dilupakan,


pada saat itu yang berkuasa adalah kekaisaran Romawi. Bangsa
Romawi lebih banyak yang menyenangi “Gladiator”, yaitu
olahraga yang memperlihatkan adu kejantanan, adu pedang dan
pertarungan yang kadang-kadang sampai mati.

Mulai tahun 1154 Masehi kegiatan olahraga atletik mengalami


pasang surut.

Kegiatan dan club-club atletik mulai menyebar ke luar Eropa


dimulai dari Kerajaan Inggris, terus ke Amerika, New Zealand,
Belgia, Afrika Selatan, Norwegia, Hungaria, Finlandia dan ke
negara-negara lainnya.

Pada tahun 1912 pada saat penyelenggaraan Olympiade Modern


yang ke 5, yang di adakan di Stockholm Swedia, diadakan kongres
dalam rangka membentuk Federasi Atletik Dunia yang kemudian
lahirlah Federasi itu dengan nama IAAF (International Athletic
Amateur Federation)

Sedangkan di Indonesia organisasi atletik untuk pertama kalinya


didirikan yaitu pada tanggal 3 September tahun 1950 di kota
Semarang yang sekarang disebut PASI.

C. Makna dan Nilai dalam Atletik

Di kalangan para siswa, ada kesan bahwa olahraga atletik hanya


merupakan seperangkat gerak monoton dan tak bervariasi. Isinya
meliputi gerak lari, lempar dan lompat yang di anggap kurang
menuntut keterampilan yang tinggi namun melelahkan. Unsur
keriangan dan kegembiraan tidak terungkap dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 10

Oleh karena itu tidak heran apabila pelajaran atletik dalam pendidikan
jasmani kurang mendapat perhatian dibanding dengan cabang
olahraga permainan seperti: sepakbola, basket atau bolavoli.

 Atletik berorientasi bermain

Fenomena yang diungkapkan secara filosofis tentang ciri hakiki


manusia sebagai mahluk bermain atau “Homo Ludens”, kurang
mendapat perhatian dari guru-guru pendidikan jasmani maupun
para pelatih atletik, dalam kegiatan mengajar atau membina atlet
atletik.

Kenyataan ini merupakan kendala dan sekaligus menjadi


tantangan bagi para guru pendidikan jasmani. Bagaimana
membangkitkan motivasi siswa, bagaimana mengemas
perencanaan tugas ajar dalam atletik agar dapat lebih diterima dan
mendapat perhatian serta antusias siswa dalam mengikutinya.

Dengan demikian maka, atletik dalam konteks pendidikan jasmani


selain mengandung tantangan, juga berisi unsur permainan
menyertai proses belajar keterampilan atletik itu sendiri.

Berlangsungnya aktivitas bermain khususnya pada anak-anak,


tidak hanya terjadi pada olahraga permainan saja. Kalau kita
simak secara hakiki, di dalam aktivitas bermain tersebut tidak lepas
dari gerak-gerak yang ada dalam atletik seperti, jalan, lari lompat
dan kadang juga berisi gerakan melempar.

Oleh karena itu pembelajaran atletik dengan pendekatan bermain


bukan suatu hal yang tidak logis. Atletik secara bermain dapat
menggugah perhatian anak-anak dan dapat memfasilitasi semua
tingkat keterampilan yang ada pada kelas yang kita ajar.

Permainan atletik tidak berarti menghilangkan unsur keseriusan,


mengabaikan unsur ketangkasan atau menghilangkan substansi
pokok materi atletik.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 11

Akan tetapi permainan atletik berisikan seperangkat teknik dasar


atletik berupa : jalan, lari, lompat dan lempar yang disajikan dalam
bentuk permainan yang bervariasi dengan memperkaya
perbendaharaan gerak dasar anak-anak.

Kegiatannya didominasi oleh pendekatan eksplorasi dalam


suasana kegembiraan dan diperkuat oleh pemenuhan dorongan
berkompetisi sesuai dengan tingkat perkembangan anak, baik yang
menyangkut perkembangan kognitif, emosional maupun
perkembangan geraknya.

Untuk bermain dalam atletik sebetulnya tidak dikenal batasan


tingkat pendidikan. Yang membedakan barangkali adalah jenis
permainan, berat ringannya, bobot permainan serta kemampuan
pemahaman anak untuk melakukannya.

 Nilai yang terkandung dalam permainan atletik.

Agar permainan atletik itu berhasil dengan baik, maka nilai-nilai


yang terkandung dalam permainan atletik menjadi pokok
pertimbangan penyelenggaraan.

Nilai-nilai yang terkandung tersebut seperti dikemukakan Hans


Katzenbogner/Michael Medler. (1996)., adalah:
1) Pengembangan dimensi permaian atletik
2) Pengembangan dimensi variasi gerakan atletik
3) Pengembangan dimensi irama atletik
4) Pengembangan dimensi kompetisi atletik, dan
5) Pengembangan pengalaman atletik.

Bila kita lihat kandungan nilai-nilai tersebut , maka tidak ada alasan
bagi seorang guru pendidikan jasmani untuk memberikan materi
pelajaran atletik melalui pendekatan permainan atletik.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 12

1) Pengembangan dimensi permainan atletik

Unsur yang terkandung dalam permainan adalah kegembiraan


atau keceriaan. Tanda-tanda menuju ke arah permainan yang
menggembirakan tersebut antara lain:

 Menempatkan diri pada situasi, gerakan dan irama.

 Menanamkan kegemaran berlomba atau berkompetisi dalam


situasi persaingan yang sehat, penuh tantangan dan
kegembiraan

 Unsur kegembiraan dan kepuasan harus tercermin dalam


bentuk praktek.

 Memberikan kesempatan untuk memamerkan kemampuan


atau ketangkasan yang dikuasainya.

Permainan atletik berujud manakala unsur kegembiraan dalam


praktek merasuk ke dalam diri subyek yang dihadapi.

2) Pengembangan berbagai variasi gerakan atletik.

Dominasi stop watch dan pita ukur dalam pelajaran atletik


seringkali menyebabkan pelajaran atletik sangat
membosankan, melelahkan dan kurang bervariasi.
Keterbatasan sarana dan perlengkapan atletik yang dimiliki,
juga menjadi penyebab guru penjas tidak bisa memberikan
pengembangan gerak-gerak dasar secara optimal.

Penggunaan alat-alat bantu yang dimodifikasi berupa barang-


barang bekas seperti: ban sepeda, kardus, tali, bilah bambu,
bola besar atau bola-bola kecil dapat membantu menampilkan
berbagai variasi gerak-gerak dasar atletik

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 13

3) Pengembangan irama atletik

Dalam atletik, keharmonisan gerak tubuh atau koordinasi gerak


merupakan hal yang sangat dibutuhkan. Sebagai bagian dari
koordinasi gerak, dibutuhkan penguasaan dan pengaturan
irama gerak.

Oleh karena itu guru pendidikan jasmani perlu memperhatikan


pengembangan irama gerak antara lain seperti melalui pola
gerak dasar dominan.

Realisasinya seperti bagaimana mengatur irama langkah,


frekuensi langkah, atau irama melewati rintangan, atau irama
putaran dsb. Dengan demikian maka pengembangan irama
dalam pembelajaran atletik tetap harus diperhatikan.

4) Pengembangan kemungkinan kompetisi .

Atletik sebagai salah satu bagian dari materi pendidikan


jasmani tentu saja sarat akan unsur kompetisi, bahkan nilai
kompetisi dalam atletik amat terbuka, baik sebelum, selama
maupun usai perlombaan.

Karenanya kompetisi dalam arti yang positif sangat dibutuhkan


oleh anak-anak. Para ahli pendidikan jasmani telah menelusuri
dan menyimpulkan bahwa pada dasarnya aktivitas fisik dalam
konteks pendidikan jasmani, kaya akan nilai-nilai kompetisi.
Sehingga di antara mereka telah sepakat bahwa pendidikan
jasmani merupakan salah satu media yang paling ampuh untuk
mengarahkan anak dalam menginternalisa si budaya bersaing.
Demikian pula dalam pembelajaran atletik dimana setiap
individu akan berhadapan dengan individu lain atau bahkan
dengan dirinya sendiri.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 14

5) Pengembangan pengalaman atletik.

Mengembangkan seluruh macam gerakan dalam atletik bukan


berarti menginginkan pendangkalan, kurang sistematis, atau
usaha yang tidak bertujuan.

Atletik yang berorientasi pada hasil, akan memungkinkan anak


menjadi bosan dan kurang kreatif dalam menerima pengalaman
gerak atletik. Padahal dengan berorientasi pada pengalaman
gerak yang seluas-luasnya akan memberikan kepuasan
tersendiri pada diri si anak. Permainan atletik yang penuh
dengan suasana keriangan dan kegembiraan bermain yang
mempesona dengan berbagai macam variasi gerak,
memungkinkan anak untuk menikmati seperti layaknya pada
permainan olahraga lain. Namun substansi pokok pengajaran
yaitu dimensi jalan, lari, lompat dan lempar tetap terkandung di
dalamnya, sehingga unsur variasi, irama, pengalaman atletik
sarta pengalaman kompetisi tetap terpelihara.

D. Pentingnya Atletik Bagi Siswa SDLB/SLB Tingkat Dasar

Seperti telah diungkap pada bagian awal bahwa atletik merupakan ibu
dari segala cang olahraga, dan kaitannya dengan pendidikan jasmani
maka pelajaran atletik wajib diberikan disekolah sekolah tak terkecuali
di SDLB/SLB Tingkat Dasar.

Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa, baik itu


psikologis, fisiologis, maupun perkembangan biologis siswa,
keberadaan pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan oleh
sekolah-sekolah.

Pembelajaran atletik yang di dalamnya terkandung berbagai unsur


gerak dasar yang sangat dibutuhkan oleh manusia, sangat cocok

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 15

diprogramkan wajib untuk sekolah-sekolah. Pada siswa-siswa yang


keadaan fisik maupun psikisnya normal, pelajaran atletik sebagai
materi pendidikan jasmani akan sangat membantu dalam
pengembangan fisiknya, baik itu kesegaran jasmaninya, kemampuan
gerak atau keterampilannya.

Apalagi bagi siswa SDLB/SLB Tingkat Dasar dengan jenis


kekurangan yang dimilikinya, sebahagian besar dari mereka
mempunyai latar belakang kurang gerak.

Banyak hal yang menyebabkan mereka menjadi kurang gerak atau


bahkan miskin akan gerak. Disamping karena keterbatasan keadaan
fisik, kurangnya kesempatan atau secara psikologis mereka merasa
lain atau berbeda dengan orang yang normal.

Siswa-siswa SDLB/SLB Tingat Dasar perlu mendapat kesempatan


dan bimbingan yang lebih banyak atau lebih baik dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani, secara fisiologis, kebugaran,
ketangkasan atau keterampilannya sangat penting untuk
dikembangkan atau untuk lebih diberdayakan. Untuk itu perlu
diberikan kesempatan untuk bergerak atau melakukan aktivitas fisik
yang memadai.

Atletik, dimana gerakan-gerakannya tidak terlalu sulit dan bisa


dimodifikasi dengan berbagai alat bantu, dan bisa memfasilitasi
berbagai macam gerak , arah gerak dengan volume dan intensitas
yang mudah diatur kiranya sangat penting untuk diberikan kepada
siswa-siswa SDLB/SLB Tingkat Dasar.

Bagaimana siswa tunarungu supaya bisa diajak dalam kegiatan


pendidikan jasmani, diajarkan serta dikembangkan kemampuan
gerak-gerak dasar berjalan, berlari melompat atau bahkan gerak
melempar.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 16

Kenapa tidak mungkin? Mereka mempunyai anggota badan yang


utuh, artinya kemampuan motoriknya bisa dibina dan dikembangkan
Mereka harus diberi kesempatan untuk bersosialisasi dan
berkompetisi melalui pendidikan jasmani, khususnya lewat
pembelajaran atletik.

Demikian juga untuk siswa-siswa yang mempunyai ketunaan lainnya.


Semua jenis kelainan nampaknya bisa melakukan gerakan-gerakan
yang diberikan melalui pelajaran atletik, namun dengan sendirinya
bentuk gerak, volume dan intensitasnya perlu disesuaikan dengan
kondisi siswa.

Untuk berprestasi dalam atletikpun mereka tinggal memilih nomor apa


yang cocok dengan jenis kelainannya, jadi pada atletik ini sangat
terbuka bagi siswa SDLB/SLB Tingkat Dasar untuk mengikutinya.

E. Ruang Lingkup Pembelajaran Atletik.

Pembelajaran atletik di sekolah-sekolah tetap berpedoman pada


kurikulum pendidikan jasmani dan kesehatan yang ditetapkan oleh
pemerintah. Namun bukan berarti bahwa semua nomor atletik yang
tercantum dalam kurikulum tersebut bisa dilaksanakan. Hal tersebut
terkait erat dengan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah
yang bersangkutan.

Banyak guru-guru pendidikan jasmani yang hanya bisa mengajarkan


satu dua nomor atletik saja dalam satu tahun atau mungkin ada
nomor-nomor yang tidak bisa diberikan sama sekali kepada siswanya.

Secara umum ruang lingkup pembelajaran atletik di sekolah-sekolah


meliputi nomor-nomor : jalan, lari, lompat dan lempar.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 17

Pembagian kelompok tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nomor jalan meliputi: jalan 5 km, 10 km, 20 km dan 50 km

2. Nomor lari dibagi lagi kedalam :


a. Lari lari jarak pendek meliputi : 100 m, 200m, 400 m
b. Lari jarak menengah meliputi : 800 m dan 1500 m
c. Lari jarak jauh meliputi : 5000 m , 10.000 m, marathon
d. Lari estafet meliputi : 4 x 100 m, 4 x 400 m
e. Lari rintangan meliputi : lari gawang 100 m, 110 m,
400 m dan 3000 m halang
rintang

3. Nomor lompat meliputi:


a. Lompat jauh gaya jongkok, melayang dan gaya berjalan di
udara.
b. Lompat tinggi gaya guling perut, guling sisi dan flop.
c. Lompat jangkit
d. Lompat tinggi galah

4. Nomor lempar terdiri dari:


a. Tolak peluru gaya menyamping, belakang dan memutar.
b. Lempar cakram
c. Lempar lembing dan
d. Lontar martil.

Hampir sebagian besar dari nomor-nomor atletik tersebut


diprogramkan di dalam kurikulum penjas dari SD hingga tingkat SLA,
sedangkan bagi SDLB/SLB Tingkat Dasar sendiri nomor-nomor
tesebut disesuaikan dengan jenis-jenis kelainan yang terdapat di
sekolah tersebut.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 18

Konsep inti

1. Hakikat olahraga atletik meliputi pengertian dan


sejarah atletik, makna dan nilai yang terkandung,
urgensinya atletik bagi SDLB/SLB Tingkat Dasar
serta ruang lingkup pembelajaran atletik.

2. Atletik adalah sebagai “ibu dari segala cabang


olahraga”, oleh karena itu olahraga atletik sudah
dilakukan sejak adanya peradaban manusia.

3. Dimensi permainan, variasi gerak, irama gerak,


kompetisi dan dimensi pengembangan
pengalaman gerak terdapat dalam pembelajaran
atletik

4. Atletik penting bagi siswa SDLB/SLB Tingkat


Dasar, karena dengan pembelajaran berbagai
gerak dasar dalam atletik, bisa meningkatkan
derajat kesegaran jasmani siswa, serta
meningkatkan kemampuan motorik dan
keterampilan siswa SDLB/SLB Tingkat Dasar

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 19

BAB II

KARAKTERISTIK DAN STRUKTUR GERAK ATLETIK

Tidak bisa dibantah lagi bahwa atletik merupakan “ibu” dari semua
cabang olahraga, karena di dalamnya terkandung unsur-unsur gerak
dasar yang dibutuhkan oleh semua cabang olahraga, seperti gerak lari,
lompat dan lempar.

Dilihat dari taksonomi gerak umum, atletik secara lengkap diwakili oleh
gerak-gerak dasar yang membangun pola gerak yang lengkap, dari mulai
gerak lokomotor, nonlokomotor sekaligus gerak manipulatif.

Jika atletik ditinjau dari jenis keterampilannya dapat dimasukkan ke dalam


keterampilan diskrit, serial, dan kontinyu. Serta jika ditinjau dari pola
lingkungan dimana atletik dilakukan, maka atletik cenderung masuk pada
klasifikasi keterampilan tertutup (close skill).

Dari struktur pola gerak lokomotor, atletik dapat meningkatkan aspek


kekuatan, kecepatan, daya tahan, daya ledak, fleksibilitas dan aspek
lainnya. Dihubungkan dengan pola gerak nonlokomotor, atletik mampu
mengembangkan aspek kelentukan serta keseimbangan. Dari pola gerak
manipulatif, anak-anak bisa diajarkan kegiatan-kegiatan seperti :
melempar, melompat, melewati rintangan, memanjat dan aspek koordinasi
gerak, termasuk rasa kinetik.

Pada dasarnya karakteristik dan struktur pola gerak dalam atletik


bermuara pada tiga hal pokok yaitu : (1) lari, termasuk jalan, (2) lompat)
dan (3) lempar.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 20

Jika dirinci lebih jauh, maka karakteristik gerak dan struktur gerak atletik
dapat diuraikan seperti dalam buku Pedoman Lomba Atletik., (PB PASI,
1996) sebagai berikut:

1. Gerak dasar jalan dan lari dapat dilakukan dengan:


a) Maju, mundur dan ke samping
b) Pada lintasan lurus atau lintasan berkelok-kelok.
c) Cepat dan lambat.
d) Suara gaduh atau tanpa suara.
e) Mendaki atau menurun.
f) Menaiki tangga (tribune) atau menuruni tangga.
g) Sendirian, berpasangan atau berkelompok.
h) Bersama anak-anak lain alau melawan anak-anak lain
i) Menggunakan alat bantu atau tanpa alat bantu
j) Melewati rintangan
k) Menggunakan lapangan rumput, lintasan atau lapangan
l) Di hutan, kebun atau jalan.
m) Dll.

2. Gerak dasar lompat dapat dilakukan dengan :


a) Satu kaki atau dua kaki.
b) Ke depan, ke belakang atau ke samping.
c) Dari sikap berdiri atau dengan ancang-ancang.
d) Di atas rintangan, melewati rintangan atau masuk rintangan
e) Menggunakan seutas tali, tongkat, kardus, bangku dll
f) Ke arah jauhnya, tingginya, atau jauh-tinggi.
g) Sekali lompat atau berulang-ulang
h) Berirama atau tidak berirama
i) Bentuk lompat jongkok, menggantung atau menggunting
j) Sendiri, berpasangan atau berkelompok
k) Bersama yang lain atau melawan yang lain
l) Dll.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 21

3. Gerak dasar lempar dapat dilakukan dengan :


a) Tangan kanan atau tangan kiri atau keduanya
b) Ke depan atau ke belakang lewat atas kepala.
c) Lemparan atas, bawah atau samping
d) Gerak lemparan, tolakan atau lontaran
e) Sikap berdiri, berlutut, telentang.
f) Jauhnya, tingginya
g) Lewat sesuatu, menembus, ke dalam sesuatu
h) Menuju sasaran, ke daerah tertentu
i) Bola, bola berekor, batu, kayu, ring, lingkaran, bola bandul
j) Sebuah peluru, lembing, cakram atau martil
k) Bersama teman lain atau melawan lainnya.

Berbagai gerak dasar tersebut: lari, lompat dan lempar dapat dilakukan
dengan menggunakan alat bantu yang sederhana dan dapat dilakukan
dimana saja, kapan saja dan oleh siapapun tak terkecuali oleh anak-anak
sekolah.

Semakin sering dan semakin banyak melakukan, maka akan semakin


banyak peluang bagi siswa untuk lebih cepat meningkatkan kesegaran
jasmaninya, kemampuan fisiknya, pengalaman geraknya, pengayaan
geraknya dan efisiensi dan efektivitas geraknya serta otomatisasi gerak
siswa.

Oleh karena itu berikanlah kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa


untuk melakukan berbagai kegiatan gerak-gerak dasar, hingga mereka
akan menjadi siswa-siswa yang sehat, segar, terampil serta kaya akan
pola-pola gerak dasar yang diperlukannya kelak.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 22

Konsep Inti

1. Dilihat dari taksonomi gerak yang umum, atletik secara


lengkap diwakili oleh pola-pola gerak lokomotor,
nonlokomotor dan gerak manipulatif.

2. Dari aspek gerak lokomotor dan nonlokomotor, atletik


dapat meningkatkan aspek kesegaran jasmani
termasuk: kekuatan, kecepatan, daya tahan, daya ledak
otot, fleksibilitas, keseimbangan.

3. Pola gerak manipulatif berupa gerak dasar melompat,


melempar, melewati rintangan, dapat meningkatkan
aspek koordinasi termasuk rasa gerak kinetik.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 23

BAB III

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN ATLETIK

Pada bab III ini akan dipaparkan secara ringkas yang menyangkut dengan
dua hal :

Bagian pertama mengupas tentang strategi pembelajaran atletik, yang


membahas prinsip-prinsip pengembangan kesegaran jasmani, prinsip
pengembangan keterampilan gerak, prinsip pengembangan konsep gerak,
prinsip modifikasi, serta prinsip pengembangan pengalaman belajar.

Bagian kedua akan memaparkan tentang pengembangan pembelajaran


pola gerak dasar dan pola gerak dominan dalam atletik yang berisi
rangkaian gerak nomor atletik berupa gambar dan keterangan
singkat, dan pengembangan pembelajaran gerak-gerak dasarnya.

Rangkaian gerak merupakan pola gerak dominan dari nomor-nomor atletik


dirasakan perlu, agar guru pendidikan jasmani mempunyai gambaran
yang lebih jelas tentang rangkaian gerak standar nomor-nomor atletik
yang akan ia berikan kelak.

Selanjutnya diikuti oleh pengembangan pembelajaran gerak-gerak dasar


nomor jalan, lari, lompat dan lempar. Dari beberapa contoh yang
ditampilkan, diharapkan para guru pendidikan jasmani dapat mengadopsi
dan mengaplikasikan kepada siswa dengan beberapa modifikasi,
disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan dan perkembangan siswa.

A. Strategi Pembelajaran Atletik

Strategi pembelajaran atletik pada dasarnya diarahkan agar siswa


dapat menampilkan berbagai nomor cabang olahraga atletik secara
optimal.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 24

Paling tidak ada lima hal yang harus diperhatikan:

Pertama, kualitas kesegaran jasmani.

Kedua, kualitas keterampilan gerak (skill)

Ketiga, kualitas konsep gerak.

Keempat, pengembangan modifikasi, dan

Kelima, pengembangan pengalaman belajar.

1. Prinsip Pengembangan Kesegaran Jasmani

Komponen kesegaran jasmani yang utama antara lain; kekuatan


otot, daya tahan otot, daya tahan kardiovaskuler dan fleksibilitas.
Prinsip latihan untuk mengembangkan komponen kekuatan,
berbeda dengan prinsip latihan untuk mengembangkan komponen
daya tahan.

a) Kekuatan dan daya tahan otot.


Kekuatan secara sederhana dapat diartikan sebagai
“kemampuan sekelompok otot untuk melakukan kontraksi
secara maksimal dalam waktu yang relatif singkat”.
Sementara itu daya tahan otot, dapat diartikan sebagai:
“kemampuan sekelompok otot untuk melakukan kontraksi atau
kerja secara berulang ulang dalam waktu yang relatif lama”.

b) Daya tahan Kardiovaskuler. Daya tahan kardiovaskuler


sering disebut sebagai daya tahan umum dan dianggap
sebagai faktor kunci dalam kesegaran jasmani.
Daya tahan umum berkaitan sistem peredaran darah dan
jantung. Pada dasarnya merupakan kemampuan tubuh dalam
menyediakan oksigen untuk melakukan pekerjaan yang relatif
lama tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 25

c) Fleksibilitas atau kelentukan. Fleksibilitas sangat berkaitan


dengan elastisitas otot dan persendian.
Latihan yang diberikan berupa latihan untuk meregang atau
memanjangkan otot agar terjaga elastisitasnya. Dalam melatih
elastisitas otot ini harus diperhatikan hal-hal antara lain:
dilakukan secara bertahap dan hati hati, intensitas dan ruang
gerak, lamanya latihan serta otot yang dilatih.

2. Prinsip Pengembangan Keterampilan Gerak.

Tujuan utama pembelajaran keterampilan gerak adalah


perkembangan gerak yang terampil. Rink (1993), mengemukakan
tiga indikator gerak terampil, sebagai berikut:
a) Efektif. Artinya gerakan itu sesuai dengan produk yang
diinginkan (product oriented). Misalnya seorang pelari gawang
sudah dapat berlari dengan kecepatan irama dan mampu
melewati gawang dengan baik.
b) Efisien. Artinya : gerakan itu sesuai dengan proses yang
seharusnya dilakukan (process oriented). Misalnya seorang
pelari gawang sudah dapat melakukan rangkaian gerak
dengan baik dan menghemat tenaga.
c) Adaptif. Artinya; gerakan itu sesuai dengan situasi dan
kondisi lingkungan dimana gerak itu dilakukan.

3. Prinsip Pengembangan Konsep Gerak.

Konsep pada dasarnya merupakan gagasan kognitif.


Konsep gerak maksudnya adalah gagasan dasar yang mempunyai
nilai transfer. Misalnya konsep dasar melempar, dapat juga
diterapkan untuk belajar melempar lembing, melempar bola
basket, soft ball, atau bowling (inter task transfer). Konsep dasar
forehand, dapat diterapkan pada belajar backhand (bilateral
transfer).

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 26

Konsep dasar keterampilan dalam siituasi dan kondisi yang


sederhana dapat juga ditransfer dan diterapkan pada situasi dan
kondisi yang kompleks (intra task transfer). Kemampuan ini
sangat berguna untuk menyokong konsep “transfer of learning”.
Beberapa prinsip pembelajaran yang perlu diperhatikan para guru
pendidikan jasmani agar terjadinya transfer belajar adalah:

a) Makin mirip situasi latihan dengan situasi permainan yang


sebenarnya, makin mungkin terjadinya transfer.
b) Makin bervariasi suatu keterampilan dipelajari, makin mungkin
terjadinya transfer positif terhadap situasi permainan
sebenarnya.
c) Transfer dapat dilakukan melalui pemberian dorongan atau
motivasi .

4. Prinsip Pengembangan Modifikasi.

Modifikasi dalam pendidikan jasmani adalah salah satu usaha guru


penjas agar pembelajaran dapat mencerminkan DAP
(Developmentally Appropriate Practice), artinya bahwa tugas ajar
yang diberikan harus memperhatikan perubahan kemampuan anak
didik, dan dapat mendorong perubahan tersebut.

Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari


aktivitas pembelajaran yang diberikan guru dari awal sampai
akhir.

Beberapa aspek analisa modifikasi ini tidak lepas dari


pengetahuan guru tentang:
o Modifikasi tujuan pembelajaran
o Modifikasi materi pembelajaran
o Modifikasi kondisi lingkungan pembelajaran
o Modifikasi evaluasi pembelajaran.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 27

5. Prinsip Pengembangan Pengalaman Belajar.

Beberapa aspek di bawah ini perlu diperhatikan oleh para guru


pendidikan jasmani dalam pembelajaran keterampilan antara lain:

a) Pengalaman belajar harus memiliki potensi untuk meningkat


kan keterampilan dan penampilan gerak siswa.

b) Pengalaman belajar harus menyediakan waktu aktif berlatih/


belajar secara maksimal pada semua siswa dan pada tingkat
kemampuan masing-masing.

c) Pengalaman belajar harus sesuai dengan tingkat pengalaman


siswa.

d) Pengalaman belajar sangat potensial untuk mengintegrasikan


perkembangan aspek psikomotor, kognitif dan afektif .

Prinsip-prinsip tersebut harus diperhatkan oleh para guru


pendidikan jasmani dalam proses pembelajaran terutama dalam
strategi pembelajarannya.

B. Pengembangan Pembelajaran Pola Gerak Dasar dan Pola Gerak


Dominan Dalam Atletik

1. Nomor Jalan dan Lari

Jalan dan lari termasuk pada katagori keterampilan gerak siklis.


Tujuan dari jalan dan lari adalah menempuh suatu jarak tertentu
(tanpa rintangan atau melewati rintangan) secepat mungkin.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 28

a. Jalan Cepat

Berjalan adalah bergerak maju dengan melangkahkan kaki yang


dilakukan sedemikan rupa, dimana salah satu kaki selalu
berhubungan/kontak dengan tanah. Pada gambar 3.1. di bawah
ini diperlihatkan rangkaian gerak teknik dasar jalan cepat.

Gambar 3.1. Rangkaian Gerak Jalan Cepat.

Gerakan kaki.
o Gerak dorong dari kaki belakang
o Kaki mendarat dimulai dengan tumit
o Gerakan kaki mendatar bukan melompat

Gerakan lengan.
o Bahu rilex, sikut di ayun pada sudut 90 derajat
o Ayunan gerak lengan yang wajar.

Gerakan pinggang
o Berjalan dengan gerak memutar pada sendi panggul
o Sendi panggul yang fleksibel

b. Lari

 Pola Gerak Dominan


Secara umum gerak dasar dominan lari meliputi : start,
gerak lari dan finish.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 29

1) Start

Start pada lari sprint harus dilakukan dengan start


jongkok, sedangkan untuk lari jarak menengah dan jauh
menggunakan start berdiri.

Aba-aba start pada lari sprint ada tiga yaitu “Bersedia-


Siap-Ya (tembakan pistol)”. Sedangkan pada lari jarak
menengah dan jauh hanya dua yaitu “Bersedia dan Ya”.

Tujuan start pada lari sprint adalah meninggalkan start


blok secepat mungkin. Karena jarak larinya pendek dan
sepanjang jarak lari menggunakan kecepatan maksimum,
maka teknik start menjadi salah satu kunci keberhasilan
seorang pelari. Komponen fisik yang diperlukan pada
waktu start adalah kecepatan reaksi dan kecepatan start.

Pada gambar 3.1 di bawah ini diperlihatkan rangkaian


gerak start jongkok

Gambar 3.2. Rangkaian Gerak Start Jongkok

Pada gambar 3.3 di bawah ini diperlihatkan sikap “Siap”

Gambar 3.3. Sikap “Siap” Tampak Depan

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 30

Untuk membiasakan bereaksi cepat terhadap suatu


impuls atau rangsang, banyak juga bentuk permainan
reaksi yang bisa diberikan.
Misalnya latihan “hijau – hitam”, bereaksi atas aba-aba
dari berbagai posisi untuk segera berlari atau bergerak
kemana saja sesuai perintah. Dari posisi duduk, jongkok,
tidur telungkup, telentang dsb.

2) Gerakan Lari

Gerak dominan yang utama dari gerak lari adalah gerakan


langkah kaki dan ayunan lengan. Sedangkan aspek lain
yang perlu diperhatikan pada saat berlari adalah:
kecondongan badan (disesuaikan dengan jenis /type lari),
pengaturan napas, dan harmonisasi gerakan lengan dan
tungkai. Sedangkan yang paling menentukan kecepatan
lari seseorang adalah panjang langkah x kekerapan
langkah.

Langkah kaki terdiri dari tahap menumpu dan tahap


melayang.
Sedangkan gerakan kaki mulai tahap menumpu
kemudian mendorong (kaki tolak) sedangkan kaki ayun
melakukan gerak pemulihan dan gerak ayunan

Pada gambar di bawah ini diperlihatkan rangkaian gerak


lari dan gerak langkah pada saat menumpu dan
mendorong.

Gambar 3 . 4. Rangkaian Gerakan Lari Sprint

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 31

Kaki tumpu : Mendaratlah pada telapak kaki bagian


depan, lurus ke depan.
Mata kaki, lutut dan pinggul
diluruskan penuh selama tahap
mendorong
Kaki ayun : Kaki ditekuk selama masa pemulihan.
Lutut angkat ke depan atas pada
tahap menga yun
Gerakan lengan : Ayunkan lengan ke depan dan ke
belakang, ke depan setinggi bahu, ke
belakang lewat panggul. Sudut sikut
sekitar 90 derajat

Gambar 3 . 5. Tahap Menumpu dan Mendorong

3) Finish

Teknik finish yaitu berlari terus, mendorongkan dada atau


mendorong salah satu bahu ke depan.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 32

 Pengembangan pembelajaran gerak dasar lari

Seperti telah diketahui bahwa gerak dasar lari dapat


diberikan dengan berbagai bentuk permainan yang
mengandung unsur gerak lari. Pembelajaran pola gerak
dasar lari harus ditata sedemikian rupa sehingga apapun
jenis permainan yang kita berikan kepada pada siswa ,
selanjutnya harus diarahkan kepada gerakan lari yang
efisien serta efektif.

Pembelajaran lari dengan pendekatan permainan bisa


dilakukan tanpa menggunakan alat, atau bahkan bisa
menggunakan alat bantu apa saja.

Guru pendidikan jasmani harus berani melakukan


pendekatan pembelajaran nomor-nomor atletik dengan
pendekatan permainan atletik. Jangan lupa, lari tidak
semata-mata musti dilakukan di lintasan lurus, tidak harus
selalu dengan teknik yang standar. Lari bisa dilakukan di
berbagai area, dengan atau tanpa rintangan, sendiri atau
bersama sama dan lain-lain.
Siswa akan lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan yang
kita berikan bila kita dapat memanfaatkan atau
menggunakan alat-alat bantu secara berdaya guna. Namun
siswa juga harus dilibatkan dalam penyiapan maupun dalam
membereskan alat bantu yang mereka gunakan.

Dengan demikian mereka juga akan terbiasa dengan sifat-


sifat tanggung jawab, disiplin, kerjasama, membantu yang
lain serta pembentukan aspek psikologis positip lainnya.

Pada gambar-gambar selanjutnya diperlihatkan beberapa


contoh kegiatan permainan yang berkaitan dengan poses
pembelajaran gerak-gerak dasar lari.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 33

Contoh berbagai bentuk variasi gerak dasar lari.

Gambar 3.6. Beberapa Bentuk Variasi Gerak Dasar Lari

Keterangan gambar :
o Pada Gambar baris pertama bentuk lari tanpa alat
o Baris ke dua, dengan menggunakan tali, membawa
kardus,melalui patok dsb.
o Baris ke tiga, naik turun tangga atau di lapangan naik
turun
o Baris ke empat, lari bersama-sama.
o Baris ke lima, berlari melewati rintangan.
o Baris ke enam, lari menerobos tali atau bermain estafet.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 34

Guru pendidikan jasmani dituntut kreatif serta terampil dalam


mengubah bentuk formasi dan alat yang digunakan, dengan
melibatkan siswa untuk berpartisipasi terus.

Walaupun materi pelajaran masih tetap sama yaitu gerak


dasar lari, akan tetapi dengan formasi dan permainan yang
diubah-ubah, maka diharapkan siswa tidah mudah merasa
jenuh.

Contoh selanjutnya, aktivitas gerak dasar lari dengan


membentuk formasi segi tiga dan dilakukan sendiri-sendiri
atau berpasangan berdua atau bertiga.

Gambar 3.7. Lari Dengan Formasi Segi Tiga

Contoh pembelajaran gerak dasar lari dengan melewati ban-


ban sepeda bekas dan kardus seperti pada gambar 3.8.

Gambar 3.8. Berlari Dengan Melewati Ban-ban dan Kardus

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 35

Gambar 3.9. Ban-ban Sepeda Yang Ditata Empat Bersap

Selanjutnya contoh permainan lari dengan melewati kardus


atau ban-ban sepeda yang ditata sedemikian rupa hingga
bisa juga dilombakan.

Gambar 3.10.
Kegiatan Berlomba Lari Melewati Kardus atau Ban-ban Sepeda

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 36

Contoh lainnya, siswa lari sendiri-sendiri sambil membawa


atau memindahkan sesuatu. (gambar 3.11)

Gambar 3.11. Lari Dengan Membawa Sesuatu

Gambar 3.12. Lari Berpasangan Memindahkan Sesuatu

Supaya lebih menarik, ban sepeda itu dibawa oleh berdua


atau oleh bertiga dan seterusnya, dengan jalan satu ban
sepeda dimasukkan/dilingkarkan ke badan dua orang siswa
dan seterusnya.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 37

c. Lari Gawang

 Gerak Dasar Dominan Lari Gawang.

Lari gawang merupakan salah satu nomor lari, akan tetapi


menggunakan gawang sebagai rintangan yang harus dilalui
oleh pelari tanpa harus kehilangan kecepatan lari saat
melewati gawang atau rintangan itu.

Rangkaian gerak lari gawang secara keseluruhan meliputi :


start, melewati gawang, lari antara gawang (irama
langkah), dan finish.

Gerak dasar dominan meliputi lari dan melewati gawang.


Melewati gawang memerlukan latihan teknik tersendiri agar
bisa melewati gawang dengan ketinggian yang cukup tinggi
dengan tidak kehilangan kecepatan yang terlalu banyak.

Gambar 3 .13. Rangkaian Gerak Lari Gawang

Catatan : - Teknik lari gawang dapat dibagi dua fase:


Gerak melewati gawang dan lari sprint antar gawang

- Gerak melewati gawang dapat dirinci menjadi: gerak


bertolak di depan gawang-gerak melewati gawang-
mendarat sesudah lewat gawang

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 38

Gerak melewati gawang terlihat pada gambar 3.14 di bawah


ini

Gambar 3.14. Gerak Melewati Gawang

Jarak kaki tolak ke gawang adalah sejauh 2/3 langkah


gawang.
Saat di atas gawang, sikap badan harus dibungkukkan ke
depan, untuk memudahkan menarik kaki belakang melewati
gawang.

Secara teknis, melewati gawang merupakan hal yang cukup


sulit. Pelari dituntut memiliki fleksibilitas sendi panggul yang
baik, demikian juga dengan persendian tulang belakang.

 Pengembangan pembelajaran pola gerak dasar lari


gawang.

Pemberian pengalaman lari melewati rintangan

Gerak dasar lari gawang adalah gerak berlari dengan


melewati beberapa rintangan. Barang-barang bekas seperti
kardus indo mie, aqua, bangku-bangku, ban sepeda, bilah-
bilah bambu yang diletakkan di atas kardus dan lain
sebagainya bisa digunakan sebagai rintangan lari.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 39

Untuk pengadaan barang-barang bekas tersebut siswa bisa


dilibatkan. Misalnya jauh-jauh hari siswa sudah ditugaskan
secara suka rela untuk membawa kardus sesuai dengan
kemampuannya. Misalnya mau bawa satu, dua atau lebih.

Demikian juga dengan bahan lainnya, mungkin untuk kelas


yang lain pula, sehingga pada akhirnya sekolah kita memiliki
alat bantu pembelajaran yang memadai.

Untuk pengalaman berlari melewati rintangan, gunakan


kardus dan atur formasi serta jarak dan ketinggiannya
sedemikian rupa hingga seluruh siswa bisa melewatinya.

Kita bisa mengatur atau menyediakan rintangan dengan


ketinggian yang berbeda, Dengan demikian siswa yang
merasa belum mampu atau sudah mampu dengan
ketinggian tertentu, dia bisa menggunakannya sesuai
dengan kemampuannya.

Pada gambar 3.15. di bawah ini contoh menata kardus pada


suatu taman bermain dengan ketinggian berbeda.

Gambar 3.15. Lari di Taman Kardus dengan Ketinggian yang Bervariasi

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 40

Permainan lari gawang berpasangan.

Penekanan pada lari gawang berpasangan adalah


kerjasama, baik dalam substansi gerak lari gawang, maupun
suasana emosi dan kebersamaan dalam mengatur langkah
dengan sesama temannya. Jaraknya bisa diatur untuk satu,
dua atau irama tiga langkah. Lebih menarik jika bisa diiringi
musik.

Jika irama langkah sudah baik, maka ketinggian rintangan


bisa dinaikkan. Perlu diingatkan bahwa walaupun
rintangannya sudah ditinggikan, akan tetapi berusaha
melewati rintangan serendah mungkin, dasar keterampilan
melewati gawang sudah tertanam sejak awal.

Gambar 3.16. Lari Gawang Berpasangan

Pengalaman gerak lari rintangan berirama.

Alat bantu yang digunakan bisa masih tetap berupa kardus,


atau bisa menggunakan bangku, atau bilah bambu di atas
kardus.

Aturlah jarak dan ketinggian rintangan sedemikian rupa,


sehingga bisa membentuk gerak irama langkah di antara
rintangan bisa dengan irama satu, dua atau irama tiga
langkah.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 41

Misalnya irama satu langkah berpasangan (gambar 3.17)

Gambar 3.17. Lari Rintangan Berkawan Irama Satu Langkah.

Gambar 3.18. Lari Rintangan dengan Irama Dua dan Tiga Langkah

Irama satu dan tiga langkah dalam satu formasi

Untuk permainan lari rintangan irama satu dan tiga langnkah


bisa dilakukan dengan tidak mengubah bentuk. Namun
formasi kardus atau bangku harus ada yang menonjol,
terutama untuk irama yang tiga langkahnya. (gambar 3.19)

Gambar 3.19. Lari rintangan Irama Satu dan Tiga Langkah

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 42

Gambar 3.20. Rintangan yang ditata dari kardus dan bilah bambu di
atasnya

2. Nomor-Nomor Lompat

Nomor lompat termasuk ke dalam jenis keterampilam asikliss


(Acyclic motion).

Perbedaan yang mencolok di semua nomor lompat adalah fase


melayang di udara (flight fhase). Hal tersebut yang membedakan
satu gaya (style) dengan gaya lainnya.

Nomor lompat dibagi ke dalam dua jenis lompatan yaitu:

Jenis Lompatan horizontal.


Tujuan jenis lompatan ini adalah memindahkan jarak horizontal titik
berat badan pelompat sejauh mungkin. Termasuk dalam jenis
lompatan horizontal adalah lompat jauh dan lompat jangkit.
Pada jenis lompatan horizontal, jarak lompatan ditentukan oleh tiga
faktor, yaitu:
o Jarak horizontal antara tumpuan kaki tolak dengan letak titik
berat badan atlet.
o Jarak titik berat badan atlet selama fase melayang.
o Jarak horizontal titik berat badan atlet dengan tumit ketika
kontak pertama saat pendaratan.

Jenis lompatan vertikal


Tujuan dari jenis lompatan ini adalah memindahkan jarak vertikal
titik berat badan setinggi mungkin.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 43

Termasuk ke dalam katagori ini adalah nomor lompat tinggi dan


lompat tinggi galah.

Sedangkan pada lompatan jenis vertikal, jarak ketinggian lompatan


ditentukan oleh tiga faktor pula, yaitu:
o Ketinggian letak titik berat badan atlet saat tolakan.
o Ketinggian perpindahan titik berat badan setelah menolak
o Perbedaan ketinggian maksimum titik berat badan saat
melewati mistar

a. Lompat Jauh

 Gerak Dasar Dominan

Secara umum rangkaian gerak lompat jauh dibagi dalam


empat tahap yaitu: ancang-ancang atau awalan, tolakan,
melayang dan mendarat. Awalan dilakukan dengan berlari
secepat mungkin dalam kecepatan yang terkontrol “maximum
controllable speed”, dilanjutkan dengan tolakan yang kuat
dan tinggi, melayang dan mendarat yang sempurna. Ketika
menolak, posisi tubuh sedikit condong ke depan yaitu untuk
mendapatkan lintasan parabola pada saat melayang yang jauh
ke depan.

Di bawah ini adalah gambar dari rangkaian gerak keseluruhan


teknik lompat jauh gaya menggantung atau “Hang style”

Gambar 3 . 21. Rangkaian Gerak Lompat Jauh Gaya Menggantung

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 44

Yang menyebabkan adanya berbagai gaya (style) dalam


lompat jauh, adalah sikap tubuh pada sat melayang di udara.
Berbagai sikap ini adalah upaya seseorang dalam
mempersiapkan dirinya untuk melakukan pendaratan yang
sempurna.

Gaya (style) tersebut antara lain : gaya jongkok, gaya


mengambang (membentuk huruf “L”), gaya menggantung,
dan gaya berjalan di udara. Untuk menguasai salah satu gaya
tersebut, diperlukan latihan atau pembelajaran yang intensif.

 Pengembangan pembelajaran gerak dasar lompat.

Gerak dasar lompat dapat dilakukan dengan berbagai cara,


dengan satu kaki, dua kaki, ke berbagai arah, dilakukan
sendiri atau berpasangan, tanpa atau dengan menggunakan
alat bantu dsb. Gambar di bawah ini contoh berbagai bentuk
gerak dasar melompat.

Gambar 3.22. Berbagai Bentuk Gerakan Melompat.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 45

Di bawah ini diperlihatkan beberapa contoh aktivitas gerak


melompat yang dilakukan dengan bantuan teman.

Gambar 3.23.
Gerakan Melompat Dengan Bantuan Teman

Gambar 3.24. Melompat Dengan Gerak Harmonis Bersama-sama

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 46

Selanjutnya diperlihatkan beberapa contoh aktivitas gerakan


melompat dengan menggunalan tali yang disimpan di tanah
atau tali dengan ketinggian.

Gambar 3.25. Permainan Melompati Tali

Gambar 3.26. Lompat Tali Formasi Berbeda

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 47

Gambar selanjutnya adalah contoh aktivitas lompat tali yang


ditinggikan oleh temannya.

Gambar 3.27. Lompat Tali Formasi Lingkaran

Gambar 3.28 Lompat Tali Formasi Bintang

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 48

contoh bentuk-bentuk dasar lompat dengan menggunakan


ban-ban sepeda.

Gambar 3.29. Lompat di atas ban-ban sepeda

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 49

b. Lompat jangkit

 Gerak Dasar Dominan

Gerak dasar dominan pada lompat jangkit atau triple jump


atau “Hop – Step – Jump” terdiri dari tiga lompatan yaitu:
“Jingkat – langkah dan lompat”. Sedangkan fase teknik
berupa “awalan-tolakan hop-step-jump dan mendarat.
Awalan tidak berbeda dengan awalan lompat jauh.

Sedangkan tolakan dilakukan hampir dengan seluruh tapak


kaki, dilakukan dengan pendaratan aktif untuk melakukan
tolakan selanjutnya.

Kaki tumpu harus menolak kuat-kuat dan siap untuk


melakukan pendaratan aktif. Ayunkan paha kaki bebas secara
horizontal.

Lakukan lompatan jingkat yang panjang dan datar,


pertahankan tubuh tetap tegak.

Pada waktu gerak langkah usahakan menolak sejauh-jauhnya


dengan mempertahankan posisi bertolak, dan mempersiapkan
diri untuk melakukan gerak akhir berupa lompatan sejauh-
jauhnya ke atas depan. Teknik pendaratan secara umum
persis sama dengan teknik pendaratan lompat jauh.

Pada gambar berikut diperlihatkan rangkaian gerak lompat


jangkit (hop – step – jump).

Gambar 3.30. Gerakan Lompatan “HOP”

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 50

Gambar 3.31 Gerakan Lompatan “STEP”

Gambar 3.32 Gerakan Lompatan “JUMP”

Kaki tumpu harus menolak kuat-kuat dan siap untuk pendaratan aktif,
ayunkan paha kaki bebas secara hori zontal.
Lakukan lompatan jingkat yang panjang dan datar, pertahankan
tubuh tetap tegak.
Pada waktu gerak langkah usahakan menolak sejauh-jauhnya
dengan mempertahankan posisi bertolak. Dan mempersiapkan untuk
melakukan gerak akhir berupa lompatan sejauh-jauhnya ke atas
depan.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 51

 Pengembangan pembelajaran pola gerak dasar lompat


jangkit.

Pembelajaran pola gerak dasar lompat jangkit hampir sama


dengan pola gerak dasar lompat jauh, karena lompatannya
mendatar. Namun pada gerak dasar lompat jangkit ini gerak
dasar lompatnya berisi gerak-gerak “jingkat – langkah - dan
melompat”.

Di bawah ini bentuk lompat – lompat dengan alat bantu


kardus. (gb 3.33)

Gambar 3.33 Gerak Dasar Lompat Jangkit Dengan Rintangan

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 52

c. LompatTinggi

 Gerak Dasar Dominan

Lompat tinggi adalah termasuk ke dalam lompatan vertikal,


karena si pelompat berusaha memindahkan titik berat badan
setinggi-tinginya dalam upaya melampaui suatu ketingian
(mistar lompatan).

Gerak dasar dominan dalam lompat tinggi adalah awalan,


melompat atau tolakan ke arah vertikal, serta pendaratan.

Seperti halnya lompat jauh, saat melewati mistar “bar


clearance” adalah satu hal yang menyebabkan adanya istilah
gaya (style) dalam lompat tinggi.

Dilihat dari posisi kaki tolak terhadap mistar pada saat


menolak, hanya dua jenis lompatan yang ada dalam lompat
tinggi. Yaitu “lompatan gaya guling dan lompatan gaya
gunting”.

Jenis lompatan gaya guling adalah semua gaya yang


dilakukan dengan menggunakan kaki yang terdekat dengan
mistar sebagai kaki tumpu, dan mendarat dengan kaki lainnya
(kecuali tempat pendaratannya empuk).

Sedangkan jenis lompatan gunting adalah semua lompatan


yang menggunakan kaki tumpu yang terjauh denagn mistar
lompatan, dan mendarat dengan kaki yang sama (kecuali
tempat pendaratannya empuk).

Yang termasuk jenis lompatan guling antara lain : gaya guling


sisi (western roll), dan gaya guling perut (straddle). Sedangkan
yang termasuk jenis lompatan gunting antara lain : gaya

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 53

scissor (gaya maling/lompat pagar), gaya eastern cut off,


sweney, dan gaya flop.

Pada gambar 3.34 diperlihatkan rangkaian gerak lompat tinggi


gaya flop.

pada gambar ini terlihat bagaimana urutan gerak keseluruhan


lompat tinggi flop serta penjelasan pada saat menolak dan
saat melewati mistar.

Gambar 3.34. Urutan Gerak Lompat Tinggi Gaya Flop

Gambar 3.35. Saat Bertumpu

- Langkah akhir dari awalan lebih pendek. Kaki yang bertolak


harus mendarat dengan cepat dan dengan gerak
percepatan. Jari-jari kaki tolak menunjuk ke arah
pendaratan.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 54

- Naikkan paha kaki bebas dengan cepat ke posisi hotrizontal


(1), pertahankan posisi. Ayun lengan ke atas setinggi
kepala dan tetap begitu (2), Luruskan sendi mata kaki lutut
dan sendi panggul.

Gambar 3.36 di bawah ini adalah saat melewati mistar

Gambar 3.36. Gerakan Flop Saat Melewati Mistar

- Setelah melakukan tolakan, teruskan memelihara sikap kaki


bebas dalam posisi horizontal. kaki yang bertolak agar tetap
diluruskan (1).

- Gerakkan lengan kiri, sebagai lengan yang mendahului


melewati mistar lompat (2).

- Angkat pinggang lebih tinggi sambil melewati mistar (3).

- Bila pinggang telah melawati mistar, tarik kepala ke dada


dan luruskan kedua kaki (4).

 Pengembangan pola gerak dasar lompat tinggi.

Pada bagian selanjutnya diperlihatkan beberapa contoh


pembelajaran pola gerak dasar lompat tinggi dengan
menggunakan alat-alat yang sederhana.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 55

Gambar 3.37 memperlihatkan contoh pembelajaran gerak


dasar lompat dan berputar sebagai dasar untuk lompat gaya
guling. Kemudian pada gambar 3.38 adalah gerak dasar
lompat gaya straddle.

Gambar 3.37. Gerak Lompat Berputar di Atas Kubus

Gambar 3.38 Melompati Kotak Dengan Gerak Kangkang

Gambar selanjutnya adalah aktivitas pembelajaran gerak


dasar lompatan gaya guling.

Gambar 3.39. Melompati Kardus Dengan Gaya Gunting

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 56

Gambar 3.40 Melompati Kardus Yang Ditinggikan

d. Lompat Tinggi Galah

 Gerak Dasar Dominan Lompat Tinggi Galah.

Lompat tinggi galah adalah salah satu jenis lompatan vertikal,


yaitu jenis lompatan untuk mencapai atau melewati ketinggian
tertentu dengan menggunakan galah sebagai alat bantu untuk
mengangkat tubuh pelompat.

Alat pengungkit yang digunakan (galah) bisa dibuat dari


bahan logam, fiber, bambu atau tongkat kayu. Alat tersebut
harus kuat, tidak terlalu berat serta tidak mudah patah untuk
menahan beban tertentu.

Nomor lompat tinggi galah adalah nomor tersulit di antara


nomor-nomor lompat lainnya. Karena pelompat harus berlarit
sambil membawa galah yang akan digunakan untuk
melontarkan tubuh pelompat melewati mistar .

Seorang pelompat galah adalah seorang sprinter dan juga


seorang pesenam atau akrobatik.

Fase teknik lompat titnggi galah meliputi : Awalan,


Menanamkan galah, menolak, mengayun dan melayang,
melewati mistar dan mendarat.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 57

Fase mengayun adan melayang terdiri dari gerak: melipat kaki


(rock back), stut, hand stand pada galah, berbalik , melewati
mistar dan persiapan mendarat.

Gambar 3.41 memperlihatkan rangkaian gerak lompat tinggi


galah secara keseluruhan.

Gambar 3.41. Rangkaian Gerak Lompat Tinggi Galah

Pada yang dibawahnya diperlihatkan teknik menggantung dan


melakukan rock back (mengguling balik), yaitu suatu posisi
agar kedua keki lebih tinggi dan berada di atas badannya.

Tarik kedua kaki ke dada sewaktu mengguling balik (1),


bengkokkan lengan kiri perlahan untuk membawa badan dan
galah saking mendekat. Pada akhir mengguling balik,
punggung atlet sejajar dengan tanah.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 58

 Pengembangan pola gerak dasar lompat galah.

Pembelajaran gerak dasar lompat galah, sebetulnya tidak


terlalu sulit, namun siswa harus punya kekuatan minimal untuk
menggantung dan mengayun, juga unsur keberanian. Pada
tingkatan pemula gerak mengayun pada tali atau
menggantung merupakan pengenalan gerak dasar
mengayun/menggantung pada galah.

Gambar 3.42 dan 3.43 adalah gerak dasar lompat galah yang
menggunakan tali.

Gambar 3.42. Gerak Mengayun dan Mendarat di Atas Matras

Gambar 3.43. Mengayun Dari Tempat Tinggi ke Tempat Rendah

Gambar selanjutnya memperlihatkan kegiatan melompati


sesuatu dengan menggunakan galah atau tongkat pramuka.
Rintangan yang dilompati bisa berupa kardus yang ditumpuk
atau parit dan tanggul.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 59

Untuk menghindari kecelakaan, berilah petunjuk yang jelas


misalnya : pegangan jangan terlalu tingi dahulu cukup setinggi
jangkauan, menanam galah harus tegak lurus, saat mengayun
dan menggantung tangan harus bekerja untuk mengatur
keseimbangan.

Gambar 3.44.
KegiatanMelompat Dengan Meggunakan Galah atau Tongkat Pramuka

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 60

3. Nomor-nomor Lempar

 Karakteristik Gerak

Dilihat dari karakteristik gerakan dan lintas gerak alat sebelum


dilemparkan, maka gerak melempar dibagi ke dalam dua
katagori.

Katagori Pertama adalah gerak lemparan linier.

Jalannya alat sebelum dilempar menempuh lintasan garis lurus.


Termasuk dalam katagori ini yaitu lempar lembing dan tolak
peluru gaya O’Brien atau gaya ortodok.

Gerak lempar lebing adalah gerakan memecut seperti cambuk,


seperti (gambar 3.45), sedangkan tolak peluru merupakan
gerakan mendorong (gambar 3.46)

Gambar 3 . 45 Gerakan Memecut (gerak linier)

Gambar 3.46 Gerakan Mendorong

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 61

Katagori kedua adalah nomor lempar yang dikatagorikan dalam


gerak circuler atau gerak rotasi/berputar. Dimana jalannya alat
sebelum dilempar menempuh lintasan melingkar yang
mengakibatkan timbulnya gaya sentrifugal pada alat tersebut.

Nomor lempar cakram seperti pada gambar 3.47 di bawah ini


termasuk dalam gerak memutar, sedanglan lontar martil
adalah gerak memutar di atas bahu. (gambar 3.48)

Gambar 3 . 47 Gerak Memutar

Gambar 3. 48 Gerak Memutar di Atas Bahu

 Karakteristik Teknik (Analisa kinesiologi dan biomekanik)

Dilihat dari analisa gerakan, pada nomor-nomor lempar ada


empat tahapan gerak

Pertama. Otot-otot yang kuat namun lebih lambat (kaki), harus


bergerak lebih dulu sebelum otot yang lebih cepat (tangan), lihat
gambar 3.49

Gambar 3.49. Tahap Pertama

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 62

Ke dua : Badan bagian bawah berputar lebih dulu dari badan


bagian atas. Ini akan menghasilkan gerak horizontal (pinggang
lebih duluan bergerak dari bahu). Lihat gambar 3.50

Gambar 3.50. Tahap Kedua

Ke tiga: Pemindahan titik berat dari kaki belakang ke kaki depan


Lihat gambar 3.51

Gambar 3.51 Tahap Ketiga

Ke empat : Pelurusan tungkai depan ketika berat badan


berpindah ke depan, ini menghasilkan gaya vertikal dan terjadi
saat alat akan dilempar. Lihat gambar 3.52

Gambar 3.52 Tahap Keempat

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 63

Dalam nomor lempar ini juga diperlukan pengetahuan tentang


hukum-hukum biomekanik dan aerodinamik. Pengetahuan itu
antara lain bahwa:

1. Kecepatan alat saat dilepaskan (speed of release).


Kecepatan gerak berbanding lurus dengan gaya atau
momentum yang dihasilkan. Artinya semakin cepat gerak itu
dilakukan, semakin besar gaya yang dihasilkan atau semakin
jauh hasil lemparannya.

2. Sudut lemparan (angle of release). Untuk mencapai


lemparan yang optimal diperlukan pencapaian susut yang
produktif .

Sudut produktif untuk tolak peluru sekitar 41 derajat, Lontar


martil sekitar 44 derajat, lempar lembing sekitar 36–41
derajat, lempar cakram sekitar 32 – 38 derajat.

3. High of release atau ketinggian alat saat lepas. Sampai


tahap tertentu, semakin tinggi saat lepas alat semakin baik
hasilnya.

4. Air resistance, tahanan udara , Semakin kecil sudut posisi


alat dengan sudut arah lemparan, semakin kecil hambatan
udara yang diterima alat tersebut.

Untuk lempar lembing dan lempar cakram, agar mendapatkan


hasil lemparan yang optimal, ke empat unsur di atas sangat
penting untuk diperhatikan, Sedangkan untuk nomor tolak peluru
dan lontar martil, nomor nomor 1, 2 dan 3 mutlak, akan tetapi
nomor 4 kurang diperhatikan, karena hambatan udara pada
benda bulat dan berat, nyaris tidak berpengaruh.

Selanjutnya akan dipaparkan secara ringkas beberapa rangkaian


gerak (gerak dasar dominan) dan pengembangan pembelajaran
pola- pola gerak dasar dari nomor-nomor lempar.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 64

Pada gambar 3.53 di bawah ini diperlihatkan beberapa contoh


variasi gerak dasar melempar dengan berbagai gerakan dan
bermacam alat bantu.

Namun untuk lebih jelasnya akan dipaparkan pada paparan tiap-


tiap nomor lempar.

Gambar 3.53. Bebagai bentuk Variasi Grakan Melempar

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 65

a. Tolak Peluru

Rangkaian Gerak Tolak Peluru


Rangkaian gerak tolak peluru meliputi: tahap persiapan, meluncur,
menolak, dan pemulihan atau recovery seperti pada gambar 3.20

Gambar 3.54

Gambar 3.55 Cara Memegang dan Menempatkan Peluru

Keterangan Gambar :

Peluru diletakkan pada pangkal jari-jari tangan dan dijaga


keseimbangannya oleh jari-jari. Tempatkan peluru pada
bagian depan leher dengan menekankan tangan, sikut agak
dibuka.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 66

Teknik dasar awalan atau luncuran tolak peluru yaitu :

Melangkah atau bergeser ( side step) dan melompat atau


meluncur (glide shift)

Melangkah atau bergeser bisa dilakukan ke samping dan


melangkah/ bergeser ke belakang.

Melompat atau meluncur, juga bisa dilakukan kesamping atau


meluncur mundur ke belakang.

Teknik awalan peluru juga dapat dilakukan dengan gerak berputar


seperti teknik lempar cakram, namun pada saat gerak berputar
peluru tetap ditekan di leher.

 Pengembangan pembelajaran pola gerak dasar

Untuk mengembangkan pola-pola gerak dasar peluru kita


dapat menyedia kan alat bantu dari bahan-bahan apapun,
yang penting alat yang akan kita gunakan sebaiknya
berbentuk bulat.

Bola-bola bisa digunakan, misalnya bola medisine, atau bola


sepak dari plastik yang diisi adukan semen atau gulungan
kertas.

Aktivitas bermain dalam pembelajaran gerak dasar tolak


peluru bisa dilakuka dengan berbagai formasi. Bisa
menggunakan formasi satu arah, atau berhadapan asal
jaraknya cukup aman dan pengeturan giliran melempar harus
diawasi agar tidak terjadi kecelakaan.

Pada gambar selanjutnya diperlihatkan berbagai gerakan


menolak atau mendorong menggunakan bola medisine.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 67

Contoh gambar 3.56 Berbagai cara mendorong atau menolak.

Gambar 3.56 Berbagai Cara Mendorong atau Menolak

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 68

Contoh gambar 3.57 dan 3.58 adalah mendorong atau


menolak bola medisine berpasangan

Gambar 3.57
Mendorong Bola Berpasangan

Gambar 3.58.
Mendorong Bola Lewat Rintangan Ketinggian (gawang)

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 69

b. Lempar Lembing

 Gerak dasar dominan lempar lembing

Lempar lembing termasuk ke dalam jenis lemparan linier,


karena lembing pada saat dibawa sampai melakukan gerak
melempar menempuh garis lurus ke arah lemparan. Gerak
lemparnya sendiri adalah gerak menarik dan mendorong.

Rangkaian gerak teknik lempar lembing secara keseluruhan


meliputi :
Ancang-ancang atau awalan, langkah silang atau
langkah dorong (cross step atau hop step), langkah
lempar (power position), gerak lempar dan
pemulihan (recovery).

Gambar 3.59 Rangkaian Gerak Lempar Lembing

Lembing bisa dibawa di atas bahu, kemudian sebelum


melakukan langkah silang, lembing diturunkan ke belakang
secara perlahan jangan sampai mengganggu kecepatan
awalan. Lakukan gerakan langkah silang (lebih panjang dari
langkah lainnya), selanjutnya melakukan langkah lempar,
serta gerak lempar diikuti oleh gerak pemulihan.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 70

Pada waktu melakukan gerakan langkah silang upayakan agar


lembing berada tetap jauh di belakang dengan mendorong
lengan sejauh mungkin ke belakang, seperti terlihat dalam
gambar 3.60 di bawah ini.

Gambar 3.60
Gerakan langkah dorong/langkang silang

Catatan :

Langkah dorong lebih panjang dan datar, terjadi dengan


dorong kaki kiri. Kaki kanan memotong kaki kiri. Sebelum
mendarat, kaki kiri berada di depan kaki kanan lagi.

Sedangkan teknik lain yang perlu diperhatikan antara lain :

Cara memegang lembing (cara Amerika atau Finlandia).


Tempat memegang lembing, pada lilitan lembing atau sedikit
di belakang titik keseimbangan lembing. Cara membawa
lembing (di atas bahu atau di bawah bahu), dengan mata
lembing menghadap ke depan atau serong atas.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 71

 Pengembangan pembelajaran pola gerak dasar lempar


lembing

Gerakan lemparan lempar lembing adalah gerak lemparan


atas kepala (over head throw). Gerak ini cukup mudah
dilakukan dan alat yang digunakan pun sangat bervariasi.

Bisa berupa bermacam-macam bola kecil dan sedang, batu


dan sejenisnya, potongan kayu/logam, tongkat, ring atau ban
sepeda kecil dan lain-lain.

Di bawah ini adalah contoh beberapa alat bantu yang bisa


digunakan untuk pembelajaran gerak melempar lembing.

Gambar 3.61
Melempar Dengan Alat yang Berbeda

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 72

Contoh gambar 3.62 adalah permainan melempar


menjatuhkan sasaran atau memindahkan sasaran.

Gambar 3.62
Melempar Sasaran agar Jatuh atau Bergeser

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 73

Contoh gambar 3.63 adalah bentuk melempar dengan


menggunakan bola tenis berekor.

Gambar 3.63 Variasi Gerak Melempar dengan Bola Berekor

Banyak sekali bentuk gerak dasar untuk lempar lembing yang


bisa dilakukan, dengan menggunakan berbagai alat bantu
seadanya.

Sangat menarik bila menggunakan bola tenis berekor yang


berwarna warni. Di samping menarik, dengan alat tersebut
resiko bahayanya sangat minim, namun bisa meningkatkan
jumlah kesempatan melempar pada anak didik kita.

Semakin banyak siswa diberi kesempatan melakukan


gerakan, semakin mungkin tercapainya keterampilan gerak
melempar yang efisien,efektif dan adaftif.

Banyak juga kesempatan anak untuk mengembangkan gerak


dasar lempar lembing ini di luar waktu sekolahnya. Apakah
itu di sawah, di kebun, di lapangan terbuka apalagi di sungai
yang banyak batunya. Prestasi olahraga seringkali muncul
dari budaya setempat (terutama budaya gerak).

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 74

c. Lempar Cakram

 Gerak dasar dominan lempar cakram

Gerak lempar cakram merupakan gerak memngayun dan


memutar.

Ini sangat erat kaitannya dengan bentuk alat itu sendiri, yang
bulat pipih sehingga sangat dipengaruhi oleh tahanan udara.

Karena kalau mengunakan gerak dorong atau gerak lempar


lembing maka hasil lemparannya tidak akan maksimal.

Secara teknis gerak dominan lempar cakram meliputi gerak


mengayun, berputar dan gerak melempar yang diakhiri gerak
recovery.

Pada gambar 3.64 di bawah ini diperlihatkan rangkaian gerak


lempar secara keseluruhan dengan awalan satu seperempat
putaran.

Gambar 3 . 64
(Rangkaian Gerak Lempar Cakram)

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 75

Pada gambar di bawah ini adalah cara memegang cakram

Gambar 3 . 65 (Cara Memegang Cakram)

Catatan :
- Memegang cakram hanya pada sendi ujung jari (1)
- Cakram melekat/menempel pada pangkal tangan si
pelempar, pergelangan tangan rilek tapi kokoh.
- Ibu jari menempel pada cakram

 Pengembangan pembelajaran pola gerak dasar lempar


cakram.

Gerak lempar cakram termasuk gerak yang cukup sulit, karena


bentuk alatnya yang bulat dan pipih, bentuk gerak yang
memutar dan mengayun, serta tingkat ketepatan saat melepas
alat yang cukup sulit karena adanya gaya sentrifugal.

Namun dengan menggunakan alat bantu pembelajaran yang


dimodifikasi, maka pembelajaran gerak dasar lempar cakram
ini sangat menarik.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 76

Pada contoh gambar 3.66 di bawah ini diperlihatkan berbagai


variasi melempar dengan menggunakan alat bantu.

Gambar 3.66 Variasi Melempar Dengan Alat Bantu Berbeda

Gambar 3.67 Melemparkan Ban ke Sasaran tiang

Ban-ban sepeda bekas merupakan alternatif yang sangat tepat


untuk pengembangan pembelajaran gerak dasar lempar
cakram.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 77

Alat ini mudah didapat, murah untuk dibeli dan mudah untuk
ditata dan dibawa serta bisa digunakan untuk mengatur
formasi atau jarak antara siswa saat kegiatan.
Pada contoh gambar selanjutnya adalah pembelajaran gerak
dasar dominan lempar cakram dengan menggunakan
bansepeda.

Gambar 3.68. Gerak Melempar Tanpa Awalan

Gambar 3.69. Gerak melempar Dengan ¾ Putaran

Contoh gambar selanjutnya adalah gerak melempar satu


putaran (awalan menyamping) dan awalan 1 ¼ putaran
(awalan membelakang)

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 78

Gambar 3.70. Gerak lempar Awalan Menyamping

Gambar 3.71. Gerak Lempar Awalan 1 ¼ Putaran

Selanjutnya diperlihatkan tahapan sederhana pembelajaran


gerak lempar cakram dengan menggunakan cakram
sesungguhnya.

Yaitu : Cakram dipegang dengan benar.

Lengan yang memegang cakram menggntung rilek di


samping badan.

Mengayun-ayunkan lengan kemudian cakram


digelindingkan ke depan

Seperti tadi, namun cakram dilambungkan ke depan


atas.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 79

Selanjutnya lengan melakukan gerakan mengayun


dari samping badan dan melepaskan cakram dengan
tangan posisi menghadap tanah.

Gambar 3.72
Tahapan Sederhana Pembelajaran Gerak melempar Cakram

KONSEP INTI

1. Rangkaian gerak seluruh nomor lempar meliputi: Tahap persiapan, Awalan,


Lemparan dan Recovery.
2. Gerak lemparan terdiri dari jenis lemparan gerak linier dan gerak rotasi
(circuler) atau memutar.
3. Lepasnya alat saat dilempar bisa dengan didorong /ditolak,
dilempar/memecut atau diayun atau gerak memutar.
4. Runtunan gerak melempar secara anatomis kinesiologi, diawali dengan:
pergerakan otot-otot besar dan lambat (kaki) dan diakhiri oleh otot-otot cepat
(tangan). Badan bagian bawah berputar lebih awal dari badan bagian
bawah. Titik berat badan berpindah dari kaki belakang ke kaki depan. Dan
pelurusan kaki depan saat melakukan gerak melempar untuk terjadinya gerak
vertikal.
5. Pengembangan pembelajaran gerak-gerak dasar lempar dapat
menggunakan berbagai alat bantu yang sederhana yang dapat diperoleh
dengan mudah dan murah.
6. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa diajak berpartisipasi aktif saat
Direktorat Pendidikan Luar Biasa
penyiapan, pelaksanaan maupun setelah kegiatan PBM.
Pembelajaran Atletik 80

BAB IV
MODEL PEMBELAJARAN ATLETIK

Pada bab III telah dikemukakan contoh-cntoh pembelajaran gerak dasar


umum maupun pola gerak dasar dominan nomor-nomor jalan, lari, lompat
dan lempar.

Masih banyak lagi contoh-contoh pembelajaran gerak dasar dengan alat


bantu dserta bentuk dan formasi yang lain. Namun diharapkan dengan
contoh yang ditampilkan dalam bab III tersebut para guru pendidikan
jasmani SDLB/SLB Tingkat Dasar mampu mengembangkan bentuk-bentuk
pembelajaran lainnya dengan variasi dan alat bantu yang lebih aplikatif.

Untuk membekali para guru pendidikan jasmani di SDLB/SLB Tingkat


Dasar dalam melaksanakan tugasnya , kiranya perlu dibekali tentang
pengetahuan dan kemampuan membuat model pembelajaran.

Contoh-contoh model pembelajaran atletik yang dilampirkan ini adalah


model-model pembelajaran nomor-nomor atletik bagi jenis kelainan
tertentu.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 81

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF

POKOK BAHASAN : ATLETIK


SUB POKOK BAHASAN : Jalan
JENIS KELAINAN : Tunanetra (A)
KELAS : 3 dan 4

1. Tujuan
Sub Pokok bahasan ini bermaksud mengembangkan berbagai pola
gerak dasar, terutama yang berciri gerak lokomotor, sekaligus akan
mengembangkan aspek-aspek :
a. Kebugaran fisik : daya tahan, power dan kecepatan.
b. Keterampilan gerak : melangkah, jalan, gerak merubah arah
dengan cepat.
c. Pemahaman siswa : mengubah posisi titik berat tubuh.

2. Alat dan Sumber Pelajaran


a. Lapangan yang bersih dan aman.
b. Tali
c. Kapur
d. Pluit
e. Stop watch

3. Organisasi Kelas : menyebar tidak saling bersentuhan, berbaris.

4. Penekanan Kegiatan : eksplorasi dalam bentuk permainan.

5. Kegiatan Membuka Kelas


a. Kegiatan Awal (Pemanasan)
1) Permainan spontan metirukan cara berjalan binatang.
2) Siswa melakukan jalan menelusuri dinding, sambil bernyanyi.
3) Jalan sambil bergandengan tangan.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 82

b. Kegiatan Inti
1) Apersepsi dan penyampaian tujuan melalui ilustrasi.
2) Jalan ke depan lurus.
3) Jalan ke depan lurus.
4) Jalan ke depan dengan langkah kecil.
5) Jalan ke depan dengan langkah lebar.
6) Jalan ke depan mengikuti suara peluit di depannya.
7) Jalan ke kanan dan ke kiri dengan aba-aba guru.
8) Jalan ke berbagai arah sesuai dengan aba-aba guru menuju
sumber bunyi.

c. Kegiatan Penutup (Penenangan)


1) Berikan kata-kata pemberi semangat bagi siswa.
2) Evaluasi :
 Lakukan jalan empat langkah ke depan !
 Lakukan jalan ke depan dengan langkah kecil mengikuti
suara peluit !

6. Penilaian Bagi Guru


Kemampuan dalam mengajar apa yang perlu dipertahankan,
dikembangkan dan diperbaiki bila ada kelemahannya.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 83

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF

POKOK BAHASAN : ATLETIK


SUB POKOK BAHASAN : Melompat
JENIS KELAINAN : Tunanetra (A)
KELAS : 3 dan 4

1. Tujuan
Sub Pokok bahasan ini bermaksud mengembangkan berbagai pola
gerak dasar, terutama yang berciri gerak lokomotor. Dengan kegiatan
ini, siswa sekaligus akan mengembangkan aspek-aspek :
a. Kebugaran fisik : daya tahan, kecepatan, power, dan kelincahan.
b. Keterampilan gerak : melompat depan, belakang dan samping,
melompat split.
c. Pemahaman siswa : membangun daya, mengubah-ubah titik
berat tubuh, merasakan pengaruh besarnya
daya dan momentum pada berbagai jenis
gerak yang berbeda.
d. Tanggung jawab : turut serta mempersiapkan alat, tidak
mengganggu teman, memberi semangat
pada teman lain, dsb.
e. Bekerja sama : mampu melakukan tugas dengan
berpasangan dan berkelompok secara
harmonis dan saling mendukung.

2. Kegiatan Membuka Kelas


a. Berdoa
b. Kegiatan spontan dan permainan sebagai pemanasan.
Melompati teman yang tiarap, menirukan gerak hewan yang
berjalan merangkak, melompat.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 84

3. Pengembangan Tugas Ajar


a. Berbagai macam lompat dengan kecepatan yang berbeda
1) Lambat ke arah depan satu langkah.
2) Sedang ke arah depan dua langkah.
(selingi kegiatan dengan mengundang inisiatif anak untuk
menentukan macam-macam lompat misalnya lompat kodok
kemudian setiap anak mencoba).
b. Berbagai macam gerak melompat berdasarkan pola langkah
1) Melompat ke depan dengan satu kaki bergantian.
2) Melompat ke depan dengan dua kaki sekaligus.
(Setiap kali, melakukan pemodelan, periksa pengertian siswa
tentang tugas gerak yang akan dilakukan, kurangi atau tingkatkan
tingkat kesulitan sesuai kemampuan siswa dilapangan).
c. Berbagai macam melompat berdasarkan arah
1) Melompat ke samping kiri dan kanan
2) Melompat ke belakang
(Jadikan setiap tahap pengajaran untuk mengembangkan isi
pelajaran, melalui perluasan, penyempurnaan, dan penerapan
tugas).

4. Pengelolaan Kelas
 Menyebar tidak saling bersentuhan.

5. Alat yang Digunakan


a. Tali
b. Sumber bunyi.
c. Pluit
d. Kentongan, dll.

6. Gaya Mengajar
a. Gaya komando

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 85

b. Gaya pemecahan masalah dan lain-lain, sesuai kebutuhan dan


kemampuan siswa.

7. Evaluasi
a. Siapa yang dapat melompat ke depan seperti katak !
b. Ayo coba bersama-sama lompat ke kiri 2 kali !
c. Berikan motivasi dan pujian kepada anak-anak yang telah
melakukan dengan baik.
d. Koreksi terhadap adanya kesalahan gerak.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 86

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF

POKOK BAHASAN : ATLETIK


SUB POKOK BAHASAN : Lempar
JENIS KELAINAN : Tunarungu (B)
KELAS : 3 dan 4

1. Tujuan
Sub Pokok bahasan ini bermaksud mengembangkan berbagai gerak
dasar, terutama yang berciri gerak manipulasi. Dengan kegiatan ini,
siswa sekaligus akan mengembangkan aspek-aspek :
a. Kebugaran fisik : kekuatan, kecepatan, dan kelentukan
b. Keterampilan gerak : melangkah, berlari, melompat dan
melempar
c. Pemahaman siswa : konsep membangun daya dan arah,
mengubah-ubah titik berat tubuh,
merasakan pengaruh besarnya daya dan
momentum pada berbagai jenis gerak
lempar yang berbeda
d. Tanggung jawab : turut serta mempersiapkan alat, tidak
mengganggu teman, memberi semangat
pada teman lain
e. Kerjasama : mampu melakukan tugas dengan
berpasangan dan berkelompok secara
harmonis dan saling mendukung

2. Kegiatan Membuka Kelas


a. Berdoa
b. Kegiatan spontan dengan permainan
1) Menjala ikan, kucing mengejar tikus.
2) Mendorong gerobak, dll.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 87

3. Pengembangan Tugas Ajar


a. Gerakan dasar lempar
1) Melambungkan bola dengan satu tangan.
2) Memantulkan bola ke tanah.
3) Mendorong bola dari depan dada dengan satu tangan atau
dua tangan. Posisi berdiri.
4) Menolak dengan dua lengan dari dada sikap berlutut.
5) Menolak dengan dua lengan dari dada sikap duduk.
6) Melempar ke depan dari atas kepala dengan dua lengan.
Posisi atau sikap duduk.
b. Berbagai macam lempar
1) Lempar tangkap.
2) Memantulkan bola.
3) Melempar bola ke arah sasaran.
4) lempar tangkap bola yang dipantulkan.
c. Melempar dalam permainan
1) Lempar bola ke dalam keranjang/kardus.
2) Mengumpulkan angka dari bola yang masuk dalam
kardus/keranjang.
3) Variasi melempar bola ke atas, bawah dan mendatar

4. Pengelolaan Kelas
a. Anak secara berhadapan melakukan gerakan melempar dan
menangkap bola secara bergantian
b. Anak secara individu melakukan gerakan melempar.

5. Alat yang Digunakan


Alat yan digunakan pada kegiatan pembelajaran ini adalah :
a. Bola tenis berekor
b. Bola voli
c. Bola atau benda lain yang aman dapat digunakan untuk
pembelajaran melempar

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 88

6. Gaya Mengajar
Berikan kemungkinan agar pembelajaran bisa maksimal dengan gaya
tugas dan gaya pemecahan masalah.

7. Evaluasi
a. Berikan pertanyaan tentang beberapa gerakan lempar yang sudah
dilakukan
b. Tanyakan permainan apa saja yang merupakan gerakan
melempar

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 89

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF

POKOK BAHASAN : ATLETIK


SUB POKOK BAHASAN : Jalan
JENIS KELAINAN : Tunagrahita (C)
KELAS : 3 dan 4

1. Tujuan

Sub Pokok bahasan ini bermaksud mengembangkan berbagai pola


gerak dasar, terutama yang bercirikan gerak lokomotor. Dengan
kegiatan ini, siswa sekaligus akan mengembangkan aspek-aspek :

a. Kebugaran fisik : daya tahan, dan kelincahan.

b. Keterampilan gerak : melangkah, berjalan, menyerap daya,


gerak merubah arah dengan cepat, dsb.

c. Pemahaman siswa : memantapkan pemahaman konsep arah


dan gerak kaki.

d. Tanggung jawab : turut serta mempersiapkan alat, tidak


mengganggu teman, memberi semangat
pada teman, dsb.

e. Kerja sama : mampu melakukan tugas dengan


berpasangan dan berkelompok secara
harmonis dan saling mendukung.

2. Alat dan Sumber Pelajaran

a. Lapangan/ruangan yang bersih dan aman.

b. Pluit

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 90

c. Tali atau benda-benda lain yang dapat digunakan untuk membantu


pembelajaran
3. Organisasi Kelas
Siswa diorganisir dalam berbagai formasi, misalnya menyebar tidak
saling bersentuhan, bergandengan tangan, atau kelompok.

4. Penekanan Kegiatan
Eksplorasi cara jalan dalam bentuk permainan.

5. Pelaksanaan
a. Kegiatan Awal (Pemanasan)
1) Apersepsi
2) Posisi tidak bersentuhan, berbaris.
3) Stretching dengan bentuk permainan fantasi, seperti berjalan
menirukan cara berjalan macam-macam binatang).
b. Kegiatan Inti (Utama)
1) Permainan jalan bebas dengan berusaha agar tidak
bersentuhan.
2) Permainan berjalan menirukan binatang seperti : ayam, bebek,
atau angsa, sambil bernyanyi potong bebek angsa.
3) Permainan fantasi : berjalan sambil bertepuk tangan menuju ke
berbagai arah (ke depan, ke belakang, ke samping), dll.
4) Permainan fantasi : berjalan berdasarkan karakteristik psikologis
(gembira, bingung, semangat, frustasi, dll)
5) Permainan fantasi : jalan ke depan, ke samping, dll menirukan
sikap jalan : ABRI, Pak Tani memanggul cangkul, penjual bakso
mendorong gerobak, dll.
c. Kegiatan Penutup

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 91

Di akhir pelajaran, guru mengumpulkan siswa, dan mencoba


menjelaskan kembali inti pelajaran serta mencoba mengukur tahap
pemahaman siswa :
1) Berikan kata-kata pemberi semangat bagi siswa.
2) Evaluasi :
(a) Lakukan gerakan berjalan seperti :  ayam !
 bebek !
 monyet !
 dll
(b) Lakukan gerakan melangkah :  ke depan !
 ke belakang !
 ke samping kiri dan kanan !
(c) Lakukan gerakan berjalan :  ABRI !
 Petani !
 dll !

6. Penilaian Bagi Guru


a. Kemampuan apa dari penampilan dirinya dalam mengajar ini perlu
dipertahankan dan dikembangkan.
b. Perbaiki hal-hal yang kurang mendukung, seperti : perlakuan yang
menekan perasaan siswa.

Keterangan :
a. Memberikan kata-kata penguat “bagus, hebat”, dsb kepada siswa yang
sudah melakukan kegiatan.
b. Tambahkan tingkat kesulitan tugas gerak bagi siswa yang
memungkinkan.
c. Berikan bantuan kepada siswa yang memerlukan.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 92

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 93

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF

POKOK BAHASAN : ATLETIK


SUB POKOK BAHASAN : Melempar
JENIS KELAINAN : Tunagrahita (C)
KELAS : 3 dan 4

1. Tujuan
Sub Pokok bahasan ini bermaksud mengembangkan berbagai pola
gerak dasar, terutama yang berciri gerak manipulasi. Dengan kegiatan
ini, siswa sekaligus akan mengembangkan aspek-aspek :
a. Kebugaran fisik : kecepatan, power.
b. Keterampilan gerak : melangkah, berlari, dan melempar.
c. Pemahaman siswa : konsep membangun daya, mengubah-ubah
titik berat tubuh, merasakan pengaruh
besarnya daya dan momentum pada
berbagai jenis gerak lempar yang berbeda.
d. Tanggung jawab : turut serta mempersiapkan alat, tidak
mengganggu teman, memberi semangat
pada teman lain, dsb.
e. Kerja sama : mampu melakukan tugas dengan
berpasangan dan berkelompok secara
harmonis dan saling mendukung.

2. Kegiatan Membuka Kelas


a. Kegiatan spontan dengan permainan
Siswa melakukan kegiatan permainan, diantaranya permainan
“meraih bintang”, dll.
b. Kegiatan permainan “titik sempurna”

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 94

3. Pengembangan Tugas Ajar


a. Berbagai macam gerakan fantasi
1) Melakukan gerakan berenang gaya punggung
2) Melakukan gerakan memukul
3) Menirukan gerakan burung terbang sambil berjalan
b. Berbagai gerakan melempar
1) Melempar bola karet ukuran sedang dengan variasi jarak
2) Melempar bola karet dengan ayunan ke atas
3) Menggelindingkan bola seperti orang bermain bowling
4) Melambungkan bola setinggi-tingginya
5) Lempar tangkap bola berpasangan
6) Lempar bola pada sasaran yang ditentukan

4. Pengelolaan Kelas
Lakukan kegiatan dengan memanfaatkan berbagai macam lemparan
dengan alat peraga (bola karet ukuran sedang, kaleng susu bekas).
Formasi siswa jangan berhadapan dan menghadap matahari.

5. Gaya Megajar
Berikan kemungkinan agar pembelajaran bisa berlangsung dengan
gaya tugas dan gaya pemecahan masalah.

6. Evaluasi
a. Berikan pertanyaan tentang berapa kemungkinan gerak yang sudah
dilakukan pada kegiatan inti.
b. Siapa yang dapat melempar bola lurus ke depan ? coba peragakan!
c. Siapa yang dapat melemparkan bola ke arah kaleng yang disusun ?
coba lakukan

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 95

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin (1996), Belajar Aktif Pendidikan Jasmani dan Kesehatan,


untuk Sekolah dasar kelas I sampai kelas IV, Jakarta, Penerbit PT.
Gramedia.

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, untuk Sekolah Lanjutan Tingkat


Pertama (SLTP), Pandun Guru, Jakarta, Penerbit PT. Gramedia
Widiasarana.

Aussie, Modified Sport, A Quality Yunior Sport Approach, Belconen,


ACT, Australian Sport Commision.

Belka, David E., (1994), Teaching Children Games : Becoming a Master


Teacher, Human Kinetics, Champaign, Ilinois.

Cars, Gerry A., (1991), Fundamental of Track & Field, PT. Raja Grafindo
Persada.

Donald Chu, (1993), Jumping into Pyometries, Illinois, Leisure Press,


Champaign.

Doherty, K., (1985), Track & field Omni Book, Fourth Edition, Publishe by
Tafnews Press, Los Altos, California.

Hans Katzenbagner/Michael Medles, (1996), Buku Pedoman Lomba


Atletik, Seri 1 Nomor Lari dan Gawang, Alih Bahasa oleh PB
PASI, Jakarta.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa


Pembelajaran Atletik 96

Buku Pedoman Lomba Atletik, Seri 2 Nomor Lompat, Alih Bahasa oleh PB
PASI, Jakarta, 1996.

Buku Pedoman Lomba Atletik, Seri 3 Nomor Lempar, Alih Bahasa oleh PB
PASI, Jakarta, 1996.

Hay, James G., (1993), the Biomechanic of Sport Techniques,Fourth Ed,


New Jersey, Prentice Hall, Eydewood Cliffs.

I.A.A.F, (1997), New Studies in Athetics, IAAF Development Department,


Monaco, Cedex.

PB PASI, (1994), Tehnik-Tehnik Atletik dan Tahap-tahap Mengajarkan,


Pendidikan, Pelatihan dan Sistem Sertifikasi, PB PASI, Jakarta.

PASI – NOC for Germany, (1995), Manual Actual Knowledge for


Indonesia, IAAF Level I Coaches, PASI – NOC for Germany.

Rolf Wirhed, (1984), Athletic Ability, The Anatomy of Winning, Harpoon


Publicatins, ABOrebro, Sweden.

Robin Sykes, (1978), Complete Track & Field Athletics, First Published by
Kaye & Ward Ltd, London.

Depdiknas, (2002), Panduan dan Model Pembelajaran Pendidikan


Jasmani Adaptif bagi SDLB/SLB Tingkat Dasar, Dirjrn Dikdasmen,
Direktorat Pendidikan Luar Biasa.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa

You might also like