You are on page 1of 7

ASBUTON

Mengetahui kadar aspal keras optimum dalam kadar asbuton mikro (2,5% , 5% , dan 7%) pada laston
untuk perkerasan lalu lintas berat dengan uji pendulum

Aspal batu buton atau biasa disebut asbuton ditemukan tahun 1924 di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.
Asbuton mulai digunakan dalam pengaspalan jalan sejak tahun 1926. Berdasarkan data yang ada,
asbuton memiliki deposit sekitar 677 juta ton atau setara dengan 170 juta ton aspal minyak. Asbuton
merupakan deposit aspal alam terbesar di dunia.

Penggunaan aspal buton (asbuton) dinilai dapat meningkatkan daya tahan infrastruktur jalan dan jalan
tol di Indonesia. Hal itu disampaikan Kepala Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum Sumaryanto
Widayatin, di Jakarta. Keunggulan aspal buton antara lain stabilitas perkerasan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan aspal minyak. Asbuton juga lebih tahan retak akibat cuaca maupun lingkungan.
Selain itu, kata Sumaryanto, asbuton juga dinilai dapat menghemat ketebalan perkerasan hingga 22%
serta memiliki produk samping dengan manfaat besar seperti high oil, bentonit, mineral (fosfat dan
kapur). Lantaran itu, pemerintah pun mengeluarkan Permen No. 35/2006 tentang peningkatan
pemanfaatan asbuton untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan. Asbuton berpotensi tinggi untuk
digunakan di seluruh jalan Indonesia. Saat ini deposit asbuton yang masih tersedia mencapai 650 juta
ton atau setara 170 juta ton aspaJ minyak. (bataviase.co.id/PU Dukung Penggunaan Asbuton/06 Aug
2010).

Aspal Buton dapat digunakan untuk:

 Perkerasan/lapisan permukaan sebagai pengganti /mengurangi penggunaan aspal minyak.


 Asbuton Tile (Tegel Asbuton).
 Block Asbuton untuk trotoar dan lain-lain.
 Mengekstraksi bitumen dari Asbuton.
 Melapis bendung/embung agar kedap air.
 Cocok untuk konstruksi berat karena aspal hasil ekstraksi dari asbuton tidak mengandung
parafin dan sedikit kadar sulfur sehingga kualitasnya lebih tinggi.

Terdapat dua jenis unsur utama dalam Asbuton, yaitu aspal (bitumen) dan mineral. Pemanfaatan unsur
ini dalam pekerjaan pengaspalan akan mempengaruhi kinerja perkerasan aspal yang direncanakan.

Terjadi pasang surut penggunaan Asbuton seiring dengan kebutuhan akan bahan aspal dan
perkembangan teknologi. Asbuton pernah diproduksi mencapai 500.000 ton/tahun. Pada tahun delapan
puluhan produksi Asbuton mengalami titik nadir. Sedangkan pada periode sembilan puluhan, Asbuton
yang dihasilkan tidak optimal akibat kegagalan konstruksi yang disebabkan oleh penggunaan teknologi
yang tidak tepat. Namun demikian, sesuai dengan Renstra Departemen Pekerjaan Umum 2005-2009,
Asbuton dipatok sebanyak 556.000 ton untuk digunakan pada pemeliharaan jalan nasional. Disamping

1|Page
itu, sekitar 550.000 km jalan-jalan provinsi, kabupaten, dan kota serta jalan lainnya berpeluang untuk
menerapkan Asbuton dalam lapisan aspalnya.

Teknologi asbuton sudah sejak lama dikembangkan dari pemakaian secara konvensional yaitu asbuton
campuran dingin dengan butiran asbuton ½”, dengan berkembang pesatnya teknologi pemakaian
asbuton saat ini menggunakan asbuton butir dengan besar butirannya 1,16 mm yang dikenal dengan
nama BGA (Buton Granular Asphalt) sampai dengan cara pemurnian asbuton (rifinery). Asbuton yang
digunakan secara konvensional (curah) dan asbuton butir seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Asbuton Konvensional dan Asbuton Butir

Beberapa uji coba perkerasan jalan yang menggunakan Asbuton dan hasilnya dianggap cukup baik
antara lain:
 Perkerasan jalan campuran beraspal panas dengan bahan tambah Asbuton (BGA),
 Perkerasan jalan campuran dingin aspal emulsi dengan bahan tambah Asbuton (BGA)
 Perkerasan jalan campuran beraspal panas Asbuton (BGA) yang diremajakan
 Perkerasan jalan campuran beraspal panas Asbuton Lawele
 Perkerasan jalan dengan Lapis Penetrasi Mastik Asbuton (Asbuton Lawele)

Ada beberapa cara pemrosesan asbuton agar dapat digunakan sebagai bahan jalan. Asbuton campuran
panas dan asbuton hangat yang menggunakan asbuton butir sebagai bahan tambah (additive) yang
berfungsi sebagai peningkat kinerja campuran dengan mensubstitusi aspal keras. Penggunaan asbuton
pada campuran asbuton berkisar antara 3% hingaa 12%. Asbuton campuran dingin prinsipnya berbeda
dengan asbuton campuran panas karena bitumen asbuton dikeluarkan dengan cara menambahkan
bahan peremaja. Bahan peremaja yang dapat digunakan seperti BO (bungker oil), MFO (Marine Fuel Oil),
IDO (Industrial Diesel Oil) dan lainnya sesuai spesifikasi. Tipe asbuton yang digunakan disesuaikan
dengan kadar bitumen asbuton seperti ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Persyaratan Tipe Asbuton

2|Page
Jenis Asbuton yang telah diproduksi secara fabrikasi dan manual dalam tahun-tahun belakangan ini
adalah:
a. Asbuton Butir

Asbuton butir adalah salah satu produk aspal buton yang berbentuk butir dengan kadar aspal rata-rata
20%. Asbuton butir ini terdiri dari 2 jenis, yaitu:

1. Asbuton butir Kabungka (Asbuton yang ditambang dari area tambang Kabungka)
2. Asbuton butir Lawele (Asbuton yang ditambang dari area tambang Lawele)

Kedua jenis asbuton bentuknya sama (seperti pasir) namun memiliki perbedaan sifat. Kabungka keras
hampir mirip seperti pasir sedangkan Lawele lembek dan lengket mirip seperti tanah. (+spesifikasi lbh
lengkap lagi….)

Untuk Job Mix kedua material hampir sama, keduanya harus dilakukan combine grading dengan
aggregat karena kedua material mengandung mineral. Persen berat asbuton terhadap berat campuran
biasanya sekitar 3% pada tipe campuran hotmix (ACWC, ACBC, ACBase).

Yang membedakan dan perlu diperhatikan pada Job Mix asbuton dengan Job Mix aspal minyak biasa
adalah pada:

1) Aggregate grading
2) Specific Gravity Bitumen
3) Total Bitumen
4) Surface area yang lebih besar karena ukuran mineral asbuton yang kecil juga harus terselimuti aspal
5) Bitumen film thickness

Pada Job Mix, test yang dilakukan adalah aggregate test dan marshall test untuk menentukan kadar
aspal optimum. Biasanya kesalahan pembuatan Job Mix ini terjadi pada saat menentukan SG bitumen
dan total bitumen content pada form Marshall. Laboran sering kali tidak mengkombinasikan SG bitumen
aspal minyak dengan SG bitumen asbuton, padahal pada gradasi aggregat dilakukan combine grading
dengan gradasi asbuton. Hasil campuran hotmix menggunakan asbuton memiliki nilai stabilitas marshall
yang lebih tinggi (150-300 kg) bila semua prosedur dijalankan dengan benar.

3|Page
Jenis Asbuton berdasarkan besar butir dan kadar aspal yang dikandungnya dapat dibedakan seperti
tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis Asbuton Butir yang telah diproduksi

*) tahun 2004 sudah tidak diproduksi lagi

b. Asbuton Murni Full Ekstraksi


Asbuton jenis ini merupakan bitumen murni hasil ekstraksi asbuton menggunakan beberapa cara, antara
lain dengan bahan pelarut atau cara lain seperti menggunakan teknologi air panas. Asbuton murni hasil
ekstraksi dapat digunakan langsung sebagai pengganti aspal keras atau sebagai bahan aditif yang akan
memperbaiki karakteristik aspal keras. Mineral asbuton merupakan limbah dari proses ekstraksi. Selain
dapat dimanfaatkan sebagai filler dapat juga digunakan sebagai bahan stabilisasi tanah.

c. Asbuton Pra Campur (pre-blended)


Asbuton pra campur (pre-blended) merupakan gabungan antara Asbuton butir hasil refine/pemurnian
Asbuton dengan kadar bitumen 60% sampai 90% dengan aspal minyak pen 60 dalam komposisi
tertentu. Asbuton jenis ini dapat dikatakan sebagai aspal minyak yang dimodifikasi, sehingga dalam
campuran dapat langsung digunakan untuk dicampur dengan agregat.

Keunggulan Asbuton:
Kelebihan asbuton yaitu titik lembeknya lebih tinggi dari aspal minyak dan ketahanan Asbuton yang
cukup tinggi terhadap panas sehingga membuatnya tidak mudah meleleh.
(/jiunkpe/s1/sip4/2004/jiunkpe-ns-s1-2004-21497211-1687-asbuton_active-chapter1.pdf)

Deposit Asbuton dalam jumlah besar dapat menjamin pasokan kebutuhan akan aspal. Dari pengujian
yang telah dilakukan, didapat hasil campuran beraspal yang ditambah asbuton menghasilkan campuran
beraspal yang bermutu baik dengan kecenderungan sebagai berikut:

 Stabilitas Marshall campuran beraspal yang lebih tinggi


 Stabilitas dinamis campuran beraspal yang lebih tinggi
 Meningkatkan umur konstruksi (dari hasil uji fatigue)
 Lebih tahan terhadap perubahan temperatur
 Nilai modulus yang meningkat

4|Page
Kecenderungan tersebut terjadi karena Asbuton mengandung bahan aromatik dan resin yang tinggi,
sehingga di dalam campuran Asbuton mempunyai:

 Daya lekat yang lebih tinggi (anti stripping)


 Kelenturan yang tinggi (fatigue life tinggi)

Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, penentu kebijakan memeberikan pernyataan bahwa Asbuton:

 Cocok digunakan untuk lokasi temperatur tinggi (tropis)


 Cocok digunakan untuk heavy loaded highway.

Namun, dalam penerapan kebijakan penggunaan asbuton untuk peningkatan kualitas campuran
beraspal untuk perekerasan harus ditunjang pengendalian mutu yang ketat. Hal ini disebabkan karena
dari beberapa kasus diperoleh data bahwa pelaksana lapangan kurang memahami pengaruh
penggunaan asbuton dalam campuran beraspal.

Kebijakan pemerintah tentang peningkatan penggunaan Asbuton akan berdampak pada menurunnya
impor aspal keras. Hal ini akan berimbas pada kondisi pasar Asbuton, sehingga menjadi lebih stabil.
Keadaan tersebut akan terwujud dengan jalan mengoptimalkan tahap produksi dan menjaga kestabilan
mutu, sehingga kepercayaan pengguna Asbuton juga akan meningkat. Kondisi ini dapat mengatrol nilai
ekonomis dari sebuah produk, bahkan perekonomian negara secara keseluruhan.

Kelemahan Asbuton:
Kurangnya pemanfaatan Asbuton disebabkan pula karena Asbuton memiliki kelemahan seperti; mineral
yang tidak homogen, dan mudah pecah akibat rendahnya penetrasi dan daktilitas dari asbuton.
(/jiunkpe/s1/sip4/2004/jiunkpe-ns-s1-2004-21497211-1687-asbuton_active-chapter1.pdf)

Meskipun telah melewati proses fabrikasi, Asbuton masih memiliki beberapa titik kelemahan sebagai
berikut:
 Inkonsistensi kualitas produksi Asbuton
- Kandungan bitumen
- Penetrasi bitumen
- Kadar air Asbuton
 Belum terjaminnya ketersediaan Asbuton pada saat pelaksanaan di lapangan.
 Ketidaksesuaian kemampuan supply oleh pabrik pengolah Asbuton dengan demand proyek
pengguna yang ditunjang oleh kebijakan Ditjen Bina Marga.
 Biaya transportasi pengiriman ke pengguna yang relatif mahal.
 Pola kerjasama antara produsen dan konsumen yang belum menemukan titik harmonis.
 Pembagian wilayah kerja pemasaran dari produsen.
 Harga yang wajar, dengan perincian analisa biaya terhadap:
- Harga bahan baku Asbuton
- Biaya transportasi
- Biaya pengolahan asbuton butir

5|Page
Selain kelemahan yang sudah disebutkan sebelumnya, pada beberapa kasus dijumpai kekurangpahaman
pengguna Asbuton terhadap teknologi yang akan diterapkan. Disamping permasalahan tersebut, quality
control dan quality assurance memang belum diimplementasikan secara optimal. Hal ini mengakibatkan
Asbuton di dalam lapisan beraspal ”dituduh” sebagai penyebab kerusakan dini.

Prinsip Kerja
Pada pekerjaan pengaspalan, secara garis besar pemasokan Asbuton ke dalam lapisan beraspal
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Dicampur dengan agregat dan aspal menggunakan unit pencampur aspal mekanis, yaitu Asphalt
Mixing Plant (AMP) untuk menghasilkan campuran yang sifatnya panas atau memakai alat semi
mekanis seperti beton molen atau paddle mixer untuk campuran dingin. Langkah berikutnya adalah
menghamparkannya menggunakan cara mekanis (finisher), sedangkan untuk campuran dingin
digunakan cara manual, selanjutnya dipadatkan menggunakan alat pemadat baku, sehingga
diperoleh kepadatan yang disyaratkan dalam spesifikasi.
2) Ditebarkan di atas lapis agregat pada pekerjaan lapis penetrasi macadam dengan satu atau dua
lapis. Setelah itu dipadatkan menggunakan pemadat baku, sehingga diperoleh kepadatan sesuai
spesifikasi.

Asbuton di dalam lapisan beraspal akan berfungsi sebagai berikut:


a. Bahan tambah yang akan meningkatkan kemampuan lapisan beraspal saat beban lalu lintas
bertambah. Umumnya Asbuton yang digunakan adalah jenis butir dengan penetrasi bitumen
rendah;
b. Pengganti aspal keras. Asbuton yang umumya digunakan adalah jenis murni hasil ekstraksi atau
Asbuton butir jenis LGA pada pekerjaan lapis macadam;
c. Bahan tambah dan pengganti (substitusi) sebagian dari aspal keras yang digunakan. Asbuton
yang umumnya dipakai adalah jenis butir dengan penetrasi bitumen tinggi, seperti LGA atau
jenis pra campur.

Penggunaan
Pada dasarnya Asbuton dapat digunakan pada setiap jenis lapisan beraspal. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kekakuan dengan batas fleksibilitas yang cukup untuk menahan beban lalu lintas tanpa
mengalami kerusakan di luar rencana. Oleh karena itu, penggunaan Asbuton pada pekerjaan
pengaspalan adalah sebagai berikut:

 Campuran beraspal panas digunakan untuk lapis aus, antara, dan pondasi.
 Campuran beraspal hangat digunakan untuk lapis aus, antara, dan pondasi.
 Campuran beraspal dingin digunakan untuk lapis antara aus dan pondasi.
 Lapis tipis Asbuton pasir.
 Lapis tipis Asbuton.
 Lapis penetrasi macadam Asbuton.

6|Page
Berdasarkan hasil penelitian skala laboratorium dan skala uji coba lapangan, diperoleh fakta bahwa
campuran beraspal yang menggunakan Asbuton memiliki sifat teknik yang lebih tinggi daripada
campuran tanpa Asbuton. Namun, untuk setiap tipe campuran sebaiknya dibedakan peruntukannya
sesuai dengan kondisi lalu lintas dan lingkungan.

Untuk campuran panas dengan Asbuton butir atau aspal yang dimodifikasi Asbuton (Asbuton pra-
campur atau semi ekstraksi ) atau bitumen modifikasi (Asbuton murni atau full ekstraksi), sebaiknya
digunakan untuk jalan dengan beban lalu lintas berat dan padat, yaitu untuk lalu lintas rencana > 10 juta
ESA atau LHR > 2000 kendaraan dan jumlah kendaraan truk lebih dari 15%. Terutama untuk ruas-ruas
jalan yang memiliki temperatur lapangan maksimum di atas 60 ºC seperti jalan nasional. Sedangkan
untuk campuran hangat dengan Asbuton butir sebaiknya digunakan untuk jalan yang melayani lalu lintas
berat, yaitu untuk lalu lintas rencana 1 sampai 10 juta ESA atau LHR < 2000 kendaraan dan jumlah truk
maksimum 15% seperti jalan nasional dan provinsi.

Adapun payung hukum untuk penggunaan Asbuton adalah sebagai berikut:


 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 35/PRT/M/2006 tentang peningkatan pemanfaatan
asbuton untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan
 SNI 03-2852-1992 tentang TATA CARA PELAKSANAAN LAPIS ASBUTON AGREGAT (LASBUTAG)

KESIMPULAN

Dari … dapat diperoleh kesimpulan tentang Asbuton dan Uji Pendulum sebagai berikut:

 aspal buton (asbuton) dinilai dapat meningkatkan daya tahan infrastruktur jalan dan jalan tol di
Indonesia
 Keunggulan aspal buton antara lain stabilitas perkerasan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
aspal minyak, titik lembeknya lebih tinggi dari aspal minyak dan ketahanan Asbuton yang cukup
tinggi terhadap panas sehingga membuatnya tidak mudah meleleh.
 Kelemahan aspal buton seperti; mineral yang tidak homogen, dan mudah pecah akibat
rendahnya penetrasi dan daktilitas dari asbuton.
 Terdapat dua jenis unsur utama dalam Asbuton, yaitu aspal (bitumen) dan mineral
 Terdapat 2 cara pemrosesan Asbuton, yaitu; (1) Asbuton campuran panas dan asbuton hangat,
yang menggunakan asbuton butir sebagai bahan tambah (additive) yang berfungsi sebagai
peningkat kinerja campuran dengan mensubstitusi aspal keras. (2) Asbuton campuran dingin,
prinsipnya bitumen asbuton dikeluarkan dengan cara menambahkan bahan peremaja.
 Jenis Asbuton yang telah diproduksi secara fabrikasi dan manual dalam tahun-tahun belakangan
ini adalah Asbuton Butir, Asbuton Murni Full Ekstraksi , dan Asbuton Pra Campur (pre-blended).

7|Page

You might also like