You are on page 1of 23

indosiar.

com, Kediri - Tingginya harga minyak tanah dan gas elpiji saat ini merangsang sejumlah
warga untuk kreatif. Di Kelurahan Balu Werti, Kediri, Jawa Timur warga membuat biogas dari kotoran
manusia dimana kualitas api yang dihasilkan tidak kalah dengan gas elpiji.

Kelurahan Balu Werti, Kediri, Jawa Timur termasuk wilayah kumuh dengan kepadatan penduduk yang
cukup tinggi. Sebagian besar warganya tidak memiliki kamar mandi didalam rumah. Untuk memenuhi
kebutuhan mandi, cuci dan kakus (MCK), warga memanfaatkan sanitasi masyarakat atau Sanimas.

Ditengah tingginya harga minyak tanah dan gas elpiji saat ini keberadaan Sanimas yang dibangun
tahun 2004 memberikan nilai lebih. Pasalnya kotoran manusia di Sanimas ini diolah menjadi biogas.
Bahkan kualitas biogas ini tidak kalah dari kualitas gas elpiji.

Saat ini baru 6 keluarga yang memanfaatkan biogas untuk kebutuhan sehari-hari. Dalam sebulan
setiap warga hanya dipungut iyuran 20 ribu rupiah. Jauh lebih hemat jika menggunakan minyak tanah
yang sebulan mencapai 70 ribu rupiah.

Meski dihasilkan dari kotoran manusia, Dwi mengaku tidak merasa jijik memanfaatkan biogas untuk
memasak. (Danu Sukendro/Sup)

Biogas Kotoran Manusia Terus Dikembangkan


Minggu, 1 November 2009 | 20:53 WIB

KOMPAS/HERU SRI KUMORO


Nyonya Budi (35) memasak menggunakan kompor biogas di Dukuh Kanoman, Desa Gagaksipat, Ngemplak,
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (26/2). Energi biogas dialirkan dari bak yang berisi limbah cair sisa
pembuatan tahu.
TERKAIT:

• Baru 25 Persen Perajin Tahu Olah Biogas


• Sebagian Perajin Tahu di Gunungsaren Belum Pasang Instalasi
• Dengan Kotoran Sapi, Hasil Pertanian Melimpah
• LIPI Rintis Bioelektrik di Desa Giri Mekar
• Kotoran Sapi Terangi 98 Rumah

WONOSARI, KOMPAS.com- Biogas dari kotoran manusia terus dikembangkan di wilayah


Kabupaten Gunung Kidul. Setelah sebelumnya memasang instalasi pengolahan biogas di bantaran
Kali Besole, Kementerian Lingkungan Hidup membangun instalasi yang sama di Pondok Pesantren
Darul Quran.

Pembangunan instalasi biogas di pesantren ini berpotensi menciptakan ekopesantren atau


pesantren berwawasan lingkungan.

Ketua Pondok Pesantren Darul Quran Ahmad Haris Masduki mengatakan akan menularkan
teknologi pengolahan limbah ini ke pondok pesantren lain pada forum ekopesantren yang akan
digelar di Yogyakarta, Rabu (4/11). "Pengolahan limbah menjadi biogas mampu menciptakan
pondok pesantren yang ramah lingkungan atau ekopesantren," ujar Haris, Minggu (1/11).

Teknologi pengolahan limbah kotoran manusia yang baru satu bulan terakhir dipasang di Pondok
Pesantren Darul Quran ini diadopsi dari Jerman melalui Bremen Overseas Research and
Development Association. Dengan mengolah kotoran manusia, pengelola pondok pesantren bisa
menghemat pengeluaran uang untuk pembelian bahan bakar hingga Rp 2,5 juta per bulan.

Limbah cair dari instalasi pengolahan biogas juga bisa dimanfaatkan bagi pertanian. Dari lahan
seluas 1.500 meter persegi, para santri bisa memanen aneka sayuran dengan nilai jual hingga Rp
1,6 juta per bulan. "Keuntungan ekonomi hanya efek samping. Yang terpenting limbah tak lagi
menjadi masalah, tetapi justru bermanfaat," tambah Haris.

Santri di Pondok Pesantren Darul Quran, Muhtasin, mengaku, awalnya dia dan sekitar 400 santri
lainnya merasa jijik untuk memanfaatkan biogas dari kotoran manusia. Dia dan rekan-rekannya
mulai terbiasa memanfaatkan biogas setelah mencicipi rasa masakan yang tidak berbeda dengan
menggunakan bahan bakar jenis lain.

Sebelum mengenal pengolahan biogas, limbah dari pondok pesantren hanya dibuang ke areal
persawahan sehingga mencemari lingkungan. Lewat pengolahan limbah tersebut, para santri juga
diajak untuk menjaga kelestarian lingkungan. Ke depannya, pengelola pondok pesantren berharap
bisa memanfaatkan olahan limbah kotoran manusia ini sebagai bahan baku pupuk.

Sejak Desember lalu, warga di pinggiran Kali Besole, Gunung Kidul, juga telah memanfaatkan gas
dari kotoran manusia sebagai bahan bakar. Pemerintah memperbaiki toilet warga yang hidup
berdesakan di pinggir kali dan menampung seluruh kotoran dari tujuh rumah. Gas dari kotoran
tersebut baru bisa dimanfaatkan oleh 13 orang dari dua keluarga.
Intalasi Reaktor Biogas berbahan Fiberglass

Instalasi Reaktor Biogas terbuat dari


fiberglass
(knok down)

Gambar 1.

Gambar 2.
Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Diposkan oleh Ir. Suhut Simamora, MSc. di 06:17


Sabtu, 09 Januari 2010

mengolah limbah

bio gas
SEJARAH BIOGAS

Gas methan ini sudah lama digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma kuno
untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Sedangkan, proses
fermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan gas methan ini pertama kali ditemukan
oleh Alessandro Volta (1776) terhadap gas yang dikeluarkan di rawa-rawa pada
tahun 1770. Hasil identifikasi gas yang dapat terbakar ini dilakukan oleh Willam
Henry pada tahun 1806. Dan Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner
(1882), adalah orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari
pembentukan methan. Tahun 1884 Pasteour melakukan penelitian tentang biogas
menggunakan kotoran hewan. Era penelitian Pasteour menjadi landasan untuk
penelitian biogas hingga saat ini.

Adapun alat penghasil biogas secara anaerobik pertama dibangun pada tahun
1900. Pada akhir abad ke-19, riset untuk menjadikan gas methan sebagai biogas
dilakukan oleh Jerman dan Perancis pada masa antara dua Perang Dunia. Selama
Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat
penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Akibat
kemudahan dalam memperoleh BBM dan harganya yang murah pada tahun 1950-
an, proses pemakaian biogas ini mulai ditinggalkan. Tetapi, di negara-negara
berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu
ada. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas terus dilakukan semenjak
abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea,
Taiwan, dan Papua Nugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat
penghasil biogas. Selain di negara berkembang, teknologi biogas juga telah
dikembangkan di negara maju seperti Jerman.

2.1 Biogas Dan Aktivitas Anaerobik


Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari
bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah
domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang
biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah
metana dan karbon dioksida.
Biogas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik sangat populer digunakan untuk
mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil
menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah
buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih dari pada
batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida
yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam
manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih
berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida.
Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh
fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan
menambah jumlah karbon diatmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan
bakar fosil.

2.2 Komposisi Biogas


Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2),
dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S)
dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen (N2) dan Oksigen (O2) yang
kandungannya sangat kecil.
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4).
Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai
kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil
nilai kalor.

Berikut ini adalah tabel komposisi Biogas :


Komponen %
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0.3
Hidrogen (H2) 1-5
Hidrogen sulfida (H2S) 0-3
Ammonia (NH3) 6-13
Oksigen (O2) 0.1-0.5
Gambar : Tabel komposisi biogas

Diposkan oleh kolektor29 di 07:06 1 komentar

Label: gas buang

lagu bagus

<!--[if !vml]-->

<!--
[endif]-->

<!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ADIAR AGUS TRIYONO

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………….. ii

HALAMAN MOTTO………………………………………………………………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……………..………………………………………. iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. v

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. vi

BAB I PENDAHULUAN…………………………………….………………… 1

<!--[if !supportLists]-->1.1 <!--[endif]--> Latar Belakang


Masalah………………………………...……………. 1

<!--[if !supportLists]-->1.2 <!--[endif]--> Alasan Pemilihan


Judul……………………………………………… 1

<!--[if !supportLists]-->1.3 <!--[endif]--> Tujuan


Penulisan…………………………………………………….. 2

<!--[if !supportLists]-->1.4 <!--[endif]--> Metode


Penulisan……………………………………………………. 2

<!--[if !supportLists]-->1.5 <!--[endif]--> Sistematika Penulisan


………………………………………………. 2

BAB II SEJARAH BIOGAS ............……..……………………………………… 3

<!--[if !supportLists]-->2.1 <!--[endif]--> Biogas dan Aktivitas Anaerobik


….....……………………………… 3

<!--[if !supportLists]-->2.2 <!--[endif]--> Komposisi Biogas ..


………………………………………………….. 4

BAB III REAKTOR BIOGAS …………………………….................................... 4

<!--[if !supportLists]-->3.1 <!--[endif]--> Reaktor Kubah Tetap (fixed-


dome) ………..………………………… 5

3.2 Reaktor Floating Drum ……….……………………………………… 5

3.3 Reaktor Balon …….….………………………………………………. 6

BAB IV PEMBUATAN BIOGAS ...………………………………...…………… 7


<!--[if !supportLists]-->4.1 <!--[endif]--> Membuat Biogas ……………....
…………………………………….. 7

4.2 Pembuatan Alat Penunjang Pembangkit Biogas ...…..…...………….. 8

BAB V PENUTUP................................................................................................. 9

<!--[if !supportLists]-->5.1 <!--[endif]-->


Kesimpulan…………………………………………………………..
9

5.2 Saran-saran …………………………………………………………… 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................


11

BAB 1

PENDAHULUAN

<!--[if !supportLists]-->1.1 <!--[endif]-->Latar Belakang


Dengan timbulnya kelangkaan bahan bakar minyak yang disebabkan oleh kenaikan
harga minyak dunia yang signifikan, telah mendorong penulis untuk mengajak masyarakat
mengatasi masalah energi bersama-sama dengan cara penghematan BBM.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Penghematan ini sebetulnya harus telah kita
gerakkan sejak dahulu karena pasokan bahan bakar yang berasal dari minyak
bumi adalah sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui (unrenewable),
sedangkan permintaan naik terus, demikian pula harganya sehingga tidak ada
stabilitas keseimbangan permintaan dan penawaran. Salah satu jalan untuk
menghemat bahan bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber energi
alternatif yang dapat diperbarui (renewable).

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]--> Sebetulnya sumber energi alternatif cukup


tersedia. Misalnya, energi matahari di musim kemarau atau musim kering,
energi angin dan air. Tenaga air memang paling banyak dimanfaatkan dalam
bentuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), namun bagi sumber energi lain
belum kelihatan secara signifikan.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]--> Energi terbarukan lain yang dapat dihasilkan
dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana dan sesuai untuk
daerah pedesaan adalah energi biogas dengan memproses limbah bio atau bio
massa di dalam alat kedap udara yang disebut digester. Biomassa berupa
limbah seperti limbah domestik (rumah tangga), limbah tahu dan juga dapat
berupa kotoran ternak bahkan tinja manusia, sisa-sisa panenan, seperti jerami,
sekam, dan daun-daunan, sortiran sayur, dan sebagainya.

1.2 Alasan Pemilihan Judul

Adapun alasan penulisan judul tersebut diatas antara lain:

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Hal yang menyebabkan judul diatas


menarik perhatian penulis adalah cara pembuatan dan proses pemeliharaan
pada pembangkit biogas yang sederhana.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Penulis ingin memberi wawasan


bagaimana pemanfaatan limbah tahu yang kebanyakan orang masih belum
mengerti tentang cara membuatnya dan juga karena sangat bermanfaat,
yaitu memperoleh bahan bakar yang sekarang ini makin sulit dan juga
makin mahal.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Judul tersebut sesuai dengan jurusan


IPA.

1.3 Tujuan penulisan

Didalam penulisan karya tulis ini mempunyai 2 tujuan yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus, yang termasuk tujuan umum yaitu untuk penghematan BBM,
mencari sumber energi alternatif lain, dan juga memanfaatkan bahan-bahan
yang selama ini tidak dibutuhkan.

Yang termasuk tujuan khusus adalah untuk memenuhi kewajiban dan sebagai
syarat-syarat mengikuti Ujian sekolah / Ujian Nasional (US/UN) di SMA Bhakti
Praja Adiwerna, Kabupaten Tegal, tahun ajaran 2008 / 2009.

1.4 Metode Penulisan


Di dalam penyusunan karya tulis ini, penulis mencari data-data yang diperlukan
dengan menggunakan metode :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Metode Observasi

Melakukan pengamatan dan penelitian secara langsung di desa Harjosari


yang merupakan penghasil tahu, yang mana limbah tahu tersebut
merupakan masalah dalam pencemaran lingkungan.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Metode Pustaka

Dengan mengumpulkan bahan-bahan karya tulis yang ada dari buku-buku.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam karya tulis ini meliputi beberapa bab antara lain :

Kemudian diuraikan menjadi lima sub bab antara lain :

Bab I : Pendahuluan

Meliputi latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, tujuan


penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : Sejarah Biogas

Biogas dan aktivitas anaerobik, komposisi biogas.

Bab III : Reaktor Biogas

Reaktor kubah tetap (fixed-dome), reaktor floating drum, dan reaktor


balon.

Bab IV : Pembuatan Biogas

Membuat biogas, pembuatan alat penunjang pembangkit biogas

Bab V : Penutup

Didalam penutup mencangkup kesimpulan dan saran-saran.

Daftar pustaka
BAB II

SEJARAH BIOGAS

Gas methan ini sudah lama digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma
kuno untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Sedangkan, proses
fermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan gas methan ini pertama kali ditemukan
oleh Alessandro Volta (1776) terhadap gas yang dikeluarkan di rawa-rawa pada
tahun 1770. Hasil identifikasi gas yang dapat terbakar ini dilakukan oleh Willam
Henry pada tahun 1806. Dan Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner
(1882), adalah orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari
pembentukan methan. Tahun 1884 Pasteour melakukan penelitian tentang biogas
menggunakan kotoran hewan. Era penelitian Pasteour menjadi landasan untuk
penelitian biogas hingga saat ini.

Adapun alat penghasil biogas secara anaerobik pertama dibangun pada tahun
1900. Pada akhir abad ke-19, riset untuk menjadikan gas methan sebagai biogas
dilakukan oleh Jerman dan Perancis pada masa antara dua Perang Dunia. Selama
Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat
penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Akibat
kemudahan dalam memperoleh BBM dan harganya yang murah pada tahun 1950-
an, proses pemakaian biogas ini mulai ditinggalkan. Tetapi, di negara-negara
berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu
ada. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas terus dilakukan semenjak
abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea,
Taiwan, dan Papua Nugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat
penghasil biogas. Selain di negara berkembang, teknologi biogas juga telah
dikembangkan di negara maju seperti Jerman.

<!--[if !supportLists]-->2.1 <!--[endif]-->Biogas Dan Aktivitas Anaerobik

Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau


fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran
manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah
biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi
anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon
dioksida.

Biogas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik sangat populer


digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat
dihasilkan sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi
volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih
bersih dari pada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan
emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang
peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas
rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila
dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan
karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila
dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer
bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.

<!--[if !supportLists]-->2.2 <!--[endif]--> Komposisi Biogas

Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon


dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya
hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen
(N2) dan Oksigen (O2) yang kandungannya sangat kecil.

Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi


metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar
kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil
kandungan metana semakin kecil nilai kalor.

Berikut ini adalah tabel komposisi Biogas :

Komponen %

Metana (CH4) 55-75

Karbon dioksida (CO2) 25-45


Nitrogen (N2) 0-0.3

Hidrogen (H2) 1-5

Hidrogen sulfida (H2S) 0-3

Ammonia (NH3) 6-13

Oksigen (O2) 0.1-0.5

Gambar : Tabel komposisi biogas

BAB III

REAKTOR BIOGAS

Ada beberapa jenis reaktor biogas yang dikembangkan, diantaranya adalah


reaktor jenis kubah tetap (Fixed-dome), reaktor terapung (Floating drum), reaktor
jenis balon, jenis horizontal, jenis lubang tanah, jenis ferrocement. Dari keenam
jenis reaktor biogas yang sering digunakan adalah jenis kubah tetap (Fixed-dome)
dan jenis Drum mengambang (Floating drum). Beberapa tahun terakhir ini
dikembangkan jenis reaktor balon yang banyak digunakan sebagai reaktor
sederhana dalam skala kecil.

3.1 Reaktor kubah tetap (Fixed-dome)

Reaktor ini disebut juga reaktor china. Dinamakan demikian karena


reaktor ini dibuat pertama kali di china sekitar tahun 1930 an, kemudian sejak
saat itu reaktor ini berkembang dengan berbagai model. Pada reaktor ini
memiliki dua bagian yaitu digester sebagai tempat pencerna material biogas
dan sebagai rumah bagi bakteri, baik bakteri pembentuk asam ataupun bakteri
pembentuk gas metana. bagian ini dapat dibuat dengan kedalaman tertentu
menggunakan batu, batu bata atau beton. Strukturnya harus kuat karena
menahan gas agar tidak terjadi kebocoran.

Bagian yang kedua adalah kubah tetap (fixed-dome). Dinamakan kubah


tetap karena bentuknya menyerupai kubah dan bagian ini merupakan
pengumpul gas yang tidak bergerak (fixed). Gas yang dihasilkan dari material
organik pada digester akan mengalir dan disimpan di bagian kubah.

Keuntungan dari reaktor ini adalah biaya konstruksi lebih murah daripada
menggunaka reaktor terapung, karena tidak memiliki bagian yang bergerak
menggunakan besi yang tentunya harganya relatif lebih mahal dan
perawatannya lebih mudah. Sedangkan kerugian dari reaktor ini adalah
seringnya terjadi kehilangan gas pada bagian kubah karena konstruksi
tetapnya.

3.2 Reaktor floating drum

Reaktor jenis terapung pertama kali dikembangkan di india pada tahun


1937 sehingga dinamakan dengan reaktor India. Reaktor ini memiliki bagian
digester yang sama dengan reaktor kubah, perbedaannya terletak pada bagian
penampung gas menggunakan peralatan bergerak yaitu dengan menggunakan
drum. Drum ini dapat bergerak naik turun yang berfungsi untuk menyimpan
gas hasil fermentasi dalam digester. Pergerakan drum mengapung pada cairan
dan tergantung dari jumlah gas yang dihasilkan.

Keuntungan dari reaktor ini adalah dapat melihat secara langsung volume
gas yang tersimpan pada drum karena pergerakannya. Karena tempat
penyimpanan yang terapung sehingga tekanan gas konstan. Sedangkan
kerugiannya adalah biaya material konstruksi dari drum lebih mahal. faktor
korosi pada drum juga menjadi masalah sehingga bagian pengumpul gas pada
reaktor ini memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan menggunakan tipe
kubah tetap.

3.3 Reaktor balon

Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan pada


skala rumah tangga yang menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien
dalam penanganan dan perubahan tempat biogas. Keuntungan dari reaktor ini
adalah dapat melihat secara langsung volume gas yang tersimpan dengan
melihat besarnya plastik yang mengembang, dan juga harganya relatif lebih
murah dari pada reaktor lainnya. kelemahan dari reaktor ini adalah mudah
bocor karena bahan plastik yang tipis. reaktor ini terdiri dari satu bagian yang
berfungsi sebagai digester dan penyimpan gas masing masing bercampur
dalam satu ruangan tanpa sekat. Material organik terletak dibagian bawah
karena memiliki berat yang lebih besar dibandingkan gas yang akan mengisi
pada rongga atas.

3.4 Konservasi Energi


Konversi limbah melalui proses anaerobik digestion dengan menghasilkan
biogas memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

1. Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil
sehingga akan menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya.

2. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya di


atmosfer akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas
sebagai bahan bakar maka akan mengurangi gas metana di udara.

3. Limbah berupa sampah kotoran hewan dan manusia merupakan material


yang tidak bermanfaaat, bahkan bisa mengakibatkan racun yang sangat
berbahaya. Aplikasi anaerobik digestion akan meminimalkan efek tersebut
dan meningkatkan nilai manfaat dari limbah.

4. Selain keuntungan energi yang didapat dari proses anaerobik digestion


dengan menghasilkan gas bio, produk samping seperti sludge. Meterial ini
diperoleh dari sisa proses anaerobik digestion yang berupa padat dan cair.
Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk berupa pupuk cair dan
pupuk padat. Apabila bahan dari biogas berupa kotoran hewan maupun
manusia, tapi dengan menggunakan limbah tahu tidak menghasilkan
sludge.

BAB IV

PEMBUATAN BIOGAS

Membuat biogas sangat mudah. asal ada bahan-bahan untuk pembuatan konstruksi
biogas, yaitu bahan-bahan bekas yang mudah dan murah agar biodigester yang dibuat tidak
mengeluarkan biaya yang besar.
Kunci dalam pembuatan biodigester adalah pada perencanaan yang matang. Dalam
pembangunan biodigester, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu:
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Lingkungan abiotis
Biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan abiotis (tanpa kontak langsung
dengan Oksigen (O2). Udara (O2) yang memasuki biodigester menyebabkan penurunan
produksi metana, karena bakteri berkembang pada kondisi yang tidak sepenuhnya
anaerob.
2. Temperatur
Secara umum, ada 3 (tiga) range temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu:
o
<!--[if !supportLists]-->• <!--[endif]-->Psicrophilic, untuk suhu 4 – 20 C,
biasanya untuk negara-negara subtropics atau beriklim dingin.

<!--[if !supportLists]-->• <!--[endif]-->Mesophilic, untuk suhu 20 – 40 oC.

<!--[if !supportLists]-->• <!--[endif]-->Thermophilic, untuk suhu 40 – 60 oC ,


hanya untuk men-digesti material, bukan untuk menghasilkan biogas.

Untuk negara tropis seperti Indonesia, digunakan unheated digester (digester tanpa
pemanasan) untuk kondisi temperatur tanah 20 – 30 oC.
3. Derajat keasaman (PH)
Bakteri berkembang dengan baik pada keadaan yang agak asam (PH antara 6,6 – 7,0) dan
PH tidak boleh di bawah 6,2. Karena itu, kunci utama dalam kesuksesan operasional
biodigester adalah dengan menjaga agar temperature konstan (tetap) dan input material
sesuai.
4. Rasio C/N bahan isian
Syarat ideal untuk proses digesti adalah C/N = 25 – 30. Karena itu, untuk mendapatkan
produksi biogas yang tinggi, maka penambangan bahan yang mengandung karbon (C)
seperti jerami, atau N (misalnya: urea) perlu dilakukan untuk mencapai rasio C/N = 25 –
30.
5. Kebutuhan Nutrisi
Bakteri fermentasi membutuhkan beberapa bahan gizi tertentu dan sedikit logam.
Kekurangan salah satu nutrisi atau bahan logam yang dibutuhkan dapat memperkecil
proses produksi metana. Nutrisi yang diperlukan antara lain ammonia (NH3) sebagai
sumber Nitrogen, nikel (Ni), tembaga (Cu), dan besi (Fe) dalam jumlah yang sedikit.
Selain itu, fosfor dalam bentuk fosfat (PO4), magnesium (Mg) dan seng (Zn) dalam
jumlah yang sedikit juga diperlukan.
6. Kadar Bahan Kering
Tiap jenis bakteri memiliki nilai “kapasitas kebutuhan air” tersendiri. Bila kapasitasnya
tepat, maka aktifitas bakteri juga akan optimal. Proses pembentukan biogas mencapai
titik optimum apabila konsentrasi bahan kering terhadap air adalah 0,26 kg/l.
7. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk mendapatkan campuran substrat yang homogen dengan
ukuran partikel yang kecil. Pengadukan selama proses dekomposisi untuk mencegah
terjadinya benda-benda mengapung pada permukaan cairan dan berfungsi mencampur
methanogen dengan substrat. Pengadukan juga memberikan kondisi temperatur yang
seragam dalam biodigester.
8. Zat Racun (Toxic)
Beberapa zat racun yang dapat mengganggu kinerja biodigester antara lain air sabun,
detergen, creolin. Barikut adalah tabel beberapa zat beracun yang mampu diterima oleh
bakteri dalam biodigester (Sddimension FAO dalam Ginting, 2006).
9. Pengaruh starter
Starter yang mengandung bakteri metana diperlukan untuk mempercepat proses
fermentasi anaerob. Beberapa jenis starter antara lain:
Starter alami, yaitu lumpur aktif seperti lumpur kolam ikan, air comberan atau cairan
septic tank, limbah tahu, sludge, timbunan kotoran, dan timbunan sampah organik.
Starter semi buatan, yaitu dari fasilitas biodigester dalam stadium aktif.
Starter buatan, yaitu bakteri yang dibiakkan secara laboratories dengan media buatan.
4.1 Membuat Biogas

Yang pertama dilakukan adalah menyediakan wadah atau bejana untuk


mengolah kotoran organik menjadi biogas. Kalau hanya diperuntukkan secara
pribadi, cukup menggunakan bak yang terbuat dari semen yang cukup lebar
atau drum bekas yang masih cukup kuat. Selain itu perlunya kesediaan limbah
tahu yang merupakan bahan baku biogas. Kalau sulit mencari limbah tahu bisa
juga menggunakan limbah tempe, kalau tidak ada maka percuma saja. Untuk
itu diperlukan survey terlebih dahulu. Atau kalau mau sedikit niat, septik tank
bisa dimanfaatkan seperti yang dilakukan di India.

Proses kedua adalah penuangan limbah tahu kedalam bak penampung.


Biasanya volume penampung tersebut tidak di isi penuh melainkan dengan
menggunakan perbandingan 3 : 4 atau bisa juga menggunakan perbandingan
1:2. Hal ini dimaksudkan agar tekanan pada biodigester tidak terlalu besar
karena ada penyempitan dari biodigester ke selang.

Proses ketiga dilakukan pengadukan, untuk mendapatkan campuran substrat yang


homogen. Pengadukan selama proses dekomposisi untuk mencegah terjadinya benda-benda
mengapung pada permukaan cairan dan berfungsi mencampur methanogen dengan
substrat. Pengadukan juga memberikan kondisi temperatur yang seragam dalam
biodigester.
Temperatur selama proses berlangsung harus tepat, karena ini
menyangkut "kesenangan" hidup bakteri pemroses biogas antara 27 - 28
derajat celcius. Dengan temperatur itu proses pembuatan biogas akan berjalan
sesuai dengan waktunya. Tetapi berbeda kalau nilai temperatur terlalu rendah
(dingin), maka waktu untuk menjadi biogas akan lebih lama.

Kehadiran jasad pemroses, atau jasad yang mempunyai kemampuan


untuk menguraikan bahan-bahan yang akhirnya membentuk CH4 (gas metan)
dan CO2. Dalam limbah tahu, lumpur selokan ataupun sampah dan jerami,
serta bahan-bahan buangan lainnya, banyak jasad renik, baik bakteri ataupun
jamur pengurai bahan-bahan tersebut didapatkan. Tapi yang menjadi masalah
adalah hasil uraiannya belum tentu menjadi CH4 yang diharapkan serta
mempunyai kemampuan sebagai bahan bakar.

Untuk mendapatkan biogas yang diinginkan, bak penampung (bejana)


kotoran organik harus bersifat anaerobik. Dengan kata lain, tangki itu tak
boleh ada oksigen dan udara yang masuk sehingga sampah-sampah organik
yang dimasukkan ke dalam bioreaktor bisa dikonversi mikroba. Keberadaan
udara menyebabkan gas CH4 tidak akan terbentuk. Untuk itu maka bejana
pembuat biogas harus dalam keadaan tertutup rapat.
Setelah proses ini selesai, maka selama dalam kurun waktu 1 minggu
didiamkan, maka gas metan (CH4) sudah terbentuk dan siap dialirkan untuk
keperluan memasak.

4.2 Pembuatan Alat Penunjang Pembangkit Biogas

1. Tangki Penampung

Tangki penampung dalam desain yang penulis buat minimal memiliki


kapasitas 100-250 liter. Tangki penampung juga terbuat dari plastik
polyurethane, yang membedakan adalah lapisan yang digunakan hanya 1
lapis. Penulis rasa dengan 1 lapis saja sudah cukup untuk menahan tekanan
biogas yang tidak seberapa besar.

Dimensi tangki yang dibuat adalah diameter 95cm dan panjang 250cm.

Pengerjaannya mirip dengan pembuatan pembangkit, perbedaanya hanya


satu ujung saja yang diberi pipa. Untuk instalasi utama penulis
menggunakan pipa PVC ¾”. Atau juga menggunakan pipa yang ukuran
diameternya ½”.

Gambar : Membuat tangki penampung


<!--[if !supportLineBreakNewLine]-->
<!--[endif]-->

Gambar : Ujung-ujung plastik penampung gas di


ikat dengan tali karet

Akan lebih baik apabila ujung penampung gas diikat langsung, agar
penggantian penampung gas yang rusak atau bocor mudah dilepas.

2. Saluran Biogas

Untuk pipa utama penulis menggunakan pipa PVC ¾”. Sambungan


dapat dibuat permanen dengan lem PVC. Tapi penulis memilih metode semi
permanen yaitu dengan mengikat sambungan pipa dengan tali karet. Hanya
sambungan yang penting saja yang diberi lem. Sambungan penting ini
diantaranya adalah sambungan katup bola/keran (ball valve).
Gambar : Sambungan pipa saluran biogas.

Penulis menggunakan banyak ball valve, dengan tujuan untuk


memudahkan apabila ada perubahan skema saluran. Pada gambar diatas
terlihat bahwa di ujung tangki juga terdapat ball valve, hal ini
memungkinkan untuk tangki dipindah pindahkan tanpa mengganggu kinerja
biogas secara keseluruhan.

<!--[ <!--[endif]--> Di sebelah kanan pada gambar


diatas juga terlihat botol bekas air mineral 1.5 liter yang
berfungsi sebagai water vapor (penjebak uap air) dan katup
keamanan. Skema water vapor adalah sebagai berikut:

Botol dan PVC sock di ikat kakat

Lubang air

Gambar : Skema botol penjebak kondensasi sekaligus katup keamanan.

Botol penjebak ini sebaiknya diletakkan pada bagian terbawah dari


saluran biogas, tepat setelah pembangkit. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan uap air hasil kondensasi turun dan masuk ke dalam botol. Air
yang berlebihan dalam sistem dapat memampetkan saluran biogas, selain
itu adanya kandungan air dalam biogas menurunkan tingkat panas api dan
membuat api berwarna kemerah-merahan.

Perhatikan muka air yang dibutuhkan. Penulis menyarankan tinggi


permukaan air dari batas bawah pipa antara 20 sampai 25 cm. Apabila
terlalu rendah, gas akan mudah keluar dari air sebelum mencapai tekanan
yang

diinginkan. Apabila muka air terlalu tinggi, tekanan yang ada membesar dan
hal ini dapat menghambat proses produksi biogas itu sendiri.
Lubang air pada botol penjebak selain berfungsi sebagai lubang
pengisian juga sebagai pengatur tinggi muka air.

Gambar : Botol penjebak kondensasi

dan katup keamanan


<!--[if !supportLineBreakNewLine]-->
<!--[endif]-->

3. Kompor Biogas

Penggunaan biogas yang paling mudah tidak lain dan tidak bukan
adalah sebagai bahan bakar dalam kegiatan masak memasak. Sebetulnya
masih banyak fungsi lain yang dapat dibuat dengan biogas. Antara lain
bahan bakar untuk menjalankan mesin, pendingin, pemanas dan masih
banyak bentuk pengembangan lain. Test pertama untuk mengetahui apakah
biogas yang dihasilkan dapat terbakar atau tidak, dapat dilakukan dengan
cara menyambungkan pipa biogas ke selang yang biasa digunakan pada
kompor gas Elpiji, kemudian diujungnya disambungkan dengan selang
tembaga dengan diameter dalam (Internal Diameter; ID) sekitar 0.5cm.
Katup gas dibuka dan ujung pipa didekatkan dengan sumber api. Api pun
dapat menyala dengan baik dan warnanya biru.

BAB V

PENUTUP

<!--[if !supportLists]-->5.1 <!--[endif]--> Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang perlu dikemukakan adalah sebagai berikut :

<!--[if !supportLists]-->1.<!--[endif]--> Biogas merupakan sebuah cara untuk


penghematan bahan bakar minyak yang sangat mudah dan murah.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Dalam pembuatan biogas tidak


membutuhkan biaya yang sangat besar dari pada menggunakan energi
alternatif yang lain.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Gas yang dihasilkan pada biogas sama


halnya dengan gas-gas lain seperti gas alam atau gas elpiji.
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Pengembangan sistem biogas akan
meningkatkan kehidupan sosial dan ekonomi di daerah pedesaan.

<!--[if !supportLists]-->5.2 <!--[endif]-->Saran-saran

Akhirnya penulis mengajukan beberapa saran antara lain :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Untuk menghasilkan gas yang banyak


sebaiknya penampungan gas dibuat sebesar mungkin supaya dapat
menampung banyak gas sehingga mampu digunakan berjam-jam.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Agar biogas terpasang dengan aman


sebaiknya alat-alat yang digunakan harus tertutup rapat dan seminggu
sekali harus diperiksa supaya tidak terjadi kemungkinan gas yang bocor.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Pengolahan / perawatan reaktor biogas


haruslah teratur agar menghasilkan gas yang bagus.

DAFTAR PUSTAKA

You might also like