Professional Documents
Culture Documents
com, Kediri - Tingginya harga minyak tanah dan gas elpiji saat ini merangsang sejumlah
warga untuk kreatif. Di Kelurahan Balu Werti, Kediri, Jawa Timur warga membuat biogas dari kotoran
manusia dimana kualitas api yang dihasilkan tidak kalah dengan gas elpiji.
Kelurahan Balu Werti, Kediri, Jawa Timur termasuk wilayah kumuh dengan kepadatan penduduk yang
cukup tinggi. Sebagian besar warganya tidak memiliki kamar mandi didalam rumah. Untuk memenuhi
kebutuhan mandi, cuci dan kakus (MCK), warga memanfaatkan sanitasi masyarakat atau Sanimas.
Ditengah tingginya harga minyak tanah dan gas elpiji saat ini keberadaan Sanimas yang dibangun
tahun 2004 memberikan nilai lebih. Pasalnya kotoran manusia di Sanimas ini diolah menjadi biogas.
Bahkan kualitas biogas ini tidak kalah dari kualitas gas elpiji.
Saat ini baru 6 keluarga yang memanfaatkan biogas untuk kebutuhan sehari-hari. Dalam sebulan
setiap warga hanya dipungut iyuran 20 ribu rupiah. Jauh lebih hemat jika menggunakan minyak tanah
yang sebulan mencapai 70 ribu rupiah.
Meski dihasilkan dari kotoran manusia, Dwi mengaku tidak merasa jijik memanfaatkan biogas untuk
memasak. (Danu Sukendro/Sup)
Ketua Pondok Pesantren Darul Quran Ahmad Haris Masduki mengatakan akan menularkan
teknologi pengolahan limbah ini ke pondok pesantren lain pada forum ekopesantren yang akan
digelar di Yogyakarta, Rabu (4/11). "Pengolahan limbah menjadi biogas mampu menciptakan
pondok pesantren yang ramah lingkungan atau ekopesantren," ujar Haris, Minggu (1/11).
Teknologi pengolahan limbah kotoran manusia yang baru satu bulan terakhir dipasang di Pondok
Pesantren Darul Quran ini diadopsi dari Jerman melalui Bremen Overseas Research and
Development Association. Dengan mengolah kotoran manusia, pengelola pondok pesantren bisa
menghemat pengeluaran uang untuk pembelian bahan bakar hingga Rp 2,5 juta per bulan.
Limbah cair dari instalasi pengolahan biogas juga bisa dimanfaatkan bagi pertanian. Dari lahan
seluas 1.500 meter persegi, para santri bisa memanen aneka sayuran dengan nilai jual hingga Rp
1,6 juta per bulan. "Keuntungan ekonomi hanya efek samping. Yang terpenting limbah tak lagi
menjadi masalah, tetapi justru bermanfaat," tambah Haris.
Santri di Pondok Pesantren Darul Quran, Muhtasin, mengaku, awalnya dia dan sekitar 400 santri
lainnya merasa jijik untuk memanfaatkan biogas dari kotoran manusia. Dia dan rekan-rekannya
mulai terbiasa memanfaatkan biogas setelah mencicipi rasa masakan yang tidak berbeda dengan
menggunakan bahan bakar jenis lain.
Sebelum mengenal pengolahan biogas, limbah dari pondok pesantren hanya dibuang ke areal
persawahan sehingga mencemari lingkungan. Lewat pengolahan limbah tersebut, para santri juga
diajak untuk menjaga kelestarian lingkungan. Ke depannya, pengelola pondok pesantren berharap
bisa memanfaatkan olahan limbah kotoran manusia ini sebagai bahan baku pupuk.
Sejak Desember lalu, warga di pinggiran Kali Besole, Gunung Kidul, juga telah memanfaatkan gas
dari kotoran manusia sebagai bahan bakar. Pemerintah memperbaiki toilet warga yang hidup
berdesakan di pinggir kali dan menampung seluruh kotoran dari tujuh rumah. Gas dari kotoran
tersebut baru bisa dimanfaatkan oleh 13 orang dari dua keluarga.
Intalasi Reaktor Biogas berbahan Fiberglass
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
mengolah limbah
bio gas
SEJARAH BIOGAS
Gas methan ini sudah lama digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma kuno
untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Sedangkan, proses
fermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan gas methan ini pertama kali ditemukan
oleh Alessandro Volta (1776) terhadap gas yang dikeluarkan di rawa-rawa pada
tahun 1770. Hasil identifikasi gas yang dapat terbakar ini dilakukan oleh Willam
Henry pada tahun 1806. Dan Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner
(1882), adalah orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari
pembentukan methan. Tahun 1884 Pasteour melakukan penelitian tentang biogas
menggunakan kotoran hewan. Era penelitian Pasteour menjadi landasan untuk
penelitian biogas hingga saat ini.
Adapun alat penghasil biogas secara anaerobik pertama dibangun pada tahun
1900. Pada akhir abad ke-19, riset untuk menjadikan gas methan sebagai biogas
dilakukan oleh Jerman dan Perancis pada masa antara dua Perang Dunia. Selama
Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat
penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Akibat
kemudahan dalam memperoleh BBM dan harganya yang murah pada tahun 1950-
an, proses pemakaian biogas ini mulai ditinggalkan. Tetapi, di negara-negara
berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu
ada. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas terus dilakukan semenjak
abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea,
Taiwan, dan Papua Nugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat
penghasil biogas. Selain di negara berkembang, teknologi biogas juga telah
dikembangkan di negara maju seperti Jerman.
lagu bagus
<!--[if !vml]-->
<!--
[endif]-->
<!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->
DI SUSUN OLEH :
NAMA : ADIAR AGUS TRIYONO
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………….. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………..………………………………………. iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………….………………… 1
BAB V PENUTUP................................................................................................. 9
BAB 1
PENDAHULUAN
Didalam penulisan karya tulis ini mempunyai 2 tujuan yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus, yang termasuk tujuan umum yaitu untuk penghematan BBM,
mencari sumber energi alternatif lain, dan juga memanfaatkan bahan-bahan
yang selama ini tidak dibutuhkan.
Yang termasuk tujuan khusus adalah untuk memenuhi kewajiban dan sebagai
syarat-syarat mengikuti Ujian sekolah / Ujian Nasional (US/UN) di SMA Bhakti
Praja Adiwerna, Kabupaten Tegal, tahun ajaran 2008 / 2009.
Sistematika penulisan dalam karya tulis ini meliputi beberapa bab antara lain :
Bab I : Pendahuluan
Bab V : Penutup
Daftar pustaka
BAB II
SEJARAH BIOGAS
Gas methan ini sudah lama digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma
kuno untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Sedangkan, proses
fermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan gas methan ini pertama kali ditemukan
oleh Alessandro Volta (1776) terhadap gas yang dikeluarkan di rawa-rawa pada
tahun 1770. Hasil identifikasi gas yang dapat terbakar ini dilakukan oleh Willam
Henry pada tahun 1806. Dan Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner
(1882), adalah orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari
pembentukan methan. Tahun 1884 Pasteour melakukan penelitian tentang biogas
menggunakan kotoran hewan. Era penelitian Pasteour menjadi landasan untuk
penelitian biogas hingga saat ini.
Adapun alat penghasil biogas secara anaerobik pertama dibangun pada tahun
1900. Pada akhir abad ke-19, riset untuk menjadikan gas methan sebagai biogas
dilakukan oleh Jerman dan Perancis pada masa antara dua Perang Dunia. Selama
Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat
penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Akibat
kemudahan dalam memperoleh BBM dan harganya yang murah pada tahun 1950-
an, proses pemakaian biogas ini mulai ditinggalkan. Tetapi, di negara-negara
berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu
ada. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas terus dilakukan semenjak
abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea,
Taiwan, dan Papua Nugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat
penghasil biogas. Selain di negara berkembang, teknologi biogas juga telah
dikembangkan di negara maju seperti Jerman.
Komponen %
BAB III
REAKTOR BIOGAS
Keuntungan dari reaktor ini adalah biaya konstruksi lebih murah daripada
menggunaka reaktor terapung, karena tidak memiliki bagian yang bergerak
menggunakan besi yang tentunya harganya relatif lebih mahal dan
perawatannya lebih mudah. Sedangkan kerugian dari reaktor ini adalah
seringnya terjadi kehilangan gas pada bagian kubah karena konstruksi
tetapnya.
Keuntungan dari reaktor ini adalah dapat melihat secara langsung volume
gas yang tersimpan pada drum karena pergerakannya. Karena tempat
penyimpanan yang terapung sehingga tekanan gas konstan. Sedangkan
kerugiannya adalah biaya material konstruksi dari drum lebih mahal. faktor
korosi pada drum juga menjadi masalah sehingga bagian pengumpul gas pada
reaktor ini memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan menggunakan tipe
kubah tetap.
1. Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil
sehingga akan menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya.
BAB IV
PEMBUATAN BIOGAS
Membuat biogas sangat mudah. asal ada bahan-bahan untuk pembuatan konstruksi
biogas, yaitu bahan-bahan bekas yang mudah dan murah agar biodigester yang dibuat tidak
mengeluarkan biaya yang besar.
Kunci dalam pembuatan biodigester adalah pada perencanaan yang matang. Dalam
pembangunan biodigester, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu:
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Lingkungan abiotis
Biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan abiotis (tanpa kontak langsung
dengan Oksigen (O2). Udara (O2) yang memasuki biodigester menyebabkan penurunan
produksi metana, karena bakteri berkembang pada kondisi yang tidak sepenuhnya
anaerob.
2. Temperatur
Secara umum, ada 3 (tiga) range temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu:
o
<!--[if !supportLists]-->• <!--[endif]-->Psicrophilic, untuk suhu 4 – 20 C,
biasanya untuk negara-negara subtropics atau beriklim dingin.
Untuk negara tropis seperti Indonesia, digunakan unheated digester (digester tanpa
pemanasan) untuk kondisi temperatur tanah 20 – 30 oC.
3. Derajat keasaman (PH)
Bakteri berkembang dengan baik pada keadaan yang agak asam (PH antara 6,6 – 7,0) dan
PH tidak boleh di bawah 6,2. Karena itu, kunci utama dalam kesuksesan operasional
biodigester adalah dengan menjaga agar temperature konstan (tetap) dan input material
sesuai.
4. Rasio C/N bahan isian
Syarat ideal untuk proses digesti adalah C/N = 25 – 30. Karena itu, untuk mendapatkan
produksi biogas yang tinggi, maka penambangan bahan yang mengandung karbon (C)
seperti jerami, atau N (misalnya: urea) perlu dilakukan untuk mencapai rasio C/N = 25 –
30.
5. Kebutuhan Nutrisi
Bakteri fermentasi membutuhkan beberapa bahan gizi tertentu dan sedikit logam.
Kekurangan salah satu nutrisi atau bahan logam yang dibutuhkan dapat memperkecil
proses produksi metana. Nutrisi yang diperlukan antara lain ammonia (NH3) sebagai
sumber Nitrogen, nikel (Ni), tembaga (Cu), dan besi (Fe) dalam jumlah yang sedikit.
Selain itu, fosfor dalam bentuk fosfat (PO4), magnesium (Mg) dan seng (Zn) dalam
jumlah yang sedikit juga diperlukan.
6. Kadar Bahan Kering
Tiap jenis bakteri memiliki nilai “kapasitas kebutuhan air” tersendiri. Bila kapasitasnya
tepat, maka aktifitas bakteri juga akan optimal. Proses pembentukan biogas mencapai
titik optimum apabila konsentrasi bahan kering terhadap air adalah 0,26 kg/l.
7. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk mendapatkan campuran substrat yang homogen dengan
ukuran partikel yang kecil. Pengadukan selama proses dekomposisi untuk mencegah
terjadinya benda-benda mengapung pada permukaan cairan dan berfungsi mencampur
methanogen dengan substrat. Pengadukan juga memberikan kondisi temperatur yang
seragam dalam biodigester.
8. Zat Racun (Toxic)
Beberapa zat racun yang dapat mengganggu kinerja biodigester antara lain air sabun,
detergen, creolin. Barikut adalah tabel beberapa zat beracun yang mampu diterima oleh
bakteri dalam biodigester (Sddimension FAO dalam Ginting, 2006).
9. Pengaruh starter
Starter yang mengandung bakteri metana diperlukan untuk mempercepat proses
fermentasi anaerob. Beberapa jenis starter antara lain:
Starter alami, yaitu lumpur aktif seperti lumpur kolam ikan, air comberan atau cairan
septic tank, limbah tahu, sludge, timbunan kotoran, dan timbunan sampah organik.
Starter semi buatan, yaitu dari fasilitas biodigester dalam stadium aktif.
Starter buatan, yaitu bakteri yang dibiakkan secara laboratories dengan media buatan.
4.1 Membuat Biogas
1. Tangki Penampung
Dimensi tangki yang dibuat adalah diameter 95cm dan panjang 250cm.
Akan lebih baik apabila ujung penampung gas diikat langsung, agar
penggantian penampung gas yang rusak atau bocor mudah dilepas.
2. Saluran Biogas
Lubang air
diinginkan. Apabila muka air terlalu tinggi, tekanan yang ada membesar dan
hal ini dapat menghambat proses produksi biogas itu sendiri.
Lubang air pada botol penjebak selain berfungsi sebagai lubang
pengisian juga sebagai pengatur tinggi muka air.
3. Kompor Biogas
Penggunaan biogas yang paling mudah tidak lain dan tidak bukan
adalah sebagai bahan bakar dalam kegiatan masak memasak. Sebetulnya
masih banyak fungsi lain yang dapat dibuat dengan biogas. Antara lain
bahan bakar untuk menjalankan mesin, pendingin, pemanas dan masih
banyak bentuk pengembangan lain. Test pertama untuk mengetahui apakah
biogas yang dihasilkan dapat terbakar atau tidak, dapat dilakukan dengan
cara menyambungkan pipa biogas ke selang yang biasa digunakan pada
kompor gas Elpiji, kemudian diujungnya disambungkan dengan selang
tembaga dengan diameter dalam (Internal Diameter; ID) sekitar 0.5cm.
Katup gas dibuka dan ujung pipa didekatkan dengan sumber api. Api pun
dapat menyala dengan baik dan warnanya biru.
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA