You are on page 1of 4

MAKALAH EKONOMI TENTANG UANG, INFLASI

DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DI


BIDANG KEUANGAN
Posted on June 2, 2008 by xipemai
UANG, INFLASI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG KEUANGAN

A. UANG
Uang memiliki peranan penting dalam menetukan kegiatan ekonomi masyarakat suatu
negara. Sudah sejak lama para ahli ekonomi sepakat bahwa uang bisa berakibat baik bagi
perekonomian, tetapi uang kadang-kadang juga bisa berakibat buruk bagi perekonomian,
dan para ahli ekonom juga sepakat bahwa uang yang tersedia dalam perekonomian sangat
besar pengaruhnya dalam menentukan kesetabilan dan pertumbuhan ekonomi suatu
negara .
Uang adalah benda yang disetujui oleh masyarakat umum sebagai alat pelantara tukar
menukar dalam perdagangan.
Fungsi uang dalam perekonomian yaitu ;
1. sebagai alat pertukaran
2. sebagai pengukur nilai
3. sebagai perhitungan dan akuntansi
4. sebagai penyimpan nilai
5. sebagai instrumen term of payment
Motif orang mennyimpan uang adalah;
1. motif transaksi
2. motif berjaga-jaga
3. motif spekulasi
Penggunaan uang memungkinkan roda perekonomian berjalan lancar. Hal ini terjadi
karena perekonomian menghasilkan produk lebih banyak dan mengurangi waktu yang
digunakan oleh para penjual dan pembeli dalam mengatur perekonomian dan transaksi.
Para ekonomi klasik pada masa lalu berpendapatbahwa uang terbuat dari logam, emas,
perak dan uang juga dapat pula berupa lembaran – lembaran kertas yang merupakan ;
1. Pernyataan atau perjanjian kesediaan membayar sejumlah emas atau perak atas
permintan pada waktu yang ditentukan.
2. Surat sertefikat yang menyatakan uang logam disimpan di bank dan dapat diambil
dengan menunjukan sertefikat.
3. Surat sertefikat gudang berarti pemegang surat memiliki barang yang ada di gudang
bernilai jumlah uang tertentu.

1
Teori Irving Fisher dilatar belakangi oleh pandangan para ekonom sebelumnya bahwa
semakin banyak jumlah uang yang beredar, harga semakin tinggi harga akan semakin
rendah jika jumlah uang semakin sedikit, ketidakmampuan orang-orang mangatasi inflasi
disebabkan oleh belum dapat menerjemahkan uang itu sendiri.
Irving Fisher menerjemahkan uang sebagai segala sesuatu yang digunakan sebagai alat
transaksi seperti uang logam ( emas dan perak ) dan semua jenis kertas yang dapat
digunakan dalam transaksi . Transaksi yang dimaksud adalah pertukaran barang / jasa
dan arus uang, jadi jika arus uang dan barang sesuai harga akan stabil dengan asumsi
jumlah uang yang beredar tetap.
Kesimpulan dari Irving Fisher dan Alfred Marshall bahwa semakin sedikit kebiasaan
masyarakat memegang uang, akan semakin cepat laju perederan uang dan sebaliknya
kesimpulan tersebut sesuai dengan kenayataan saat ini bahwa peredaran uang sngat cepat
karena masyarakat saat ini sangat jarang untuk uang yang lama. Hal ini disebabkan oleh
masyarakat yang sangat cepat membelanjakan uangnya dengan barang atau jasa. Dengan
demikian percepatan tersebut akan semakin meningkatkan produksi barang atau jasa
dalam perekonomian yang sesuai dengan jumlah uang yang beredar, kecepatan peredaran
uang juga didukung oleh masyarakat yang banyak menyimpan uang di Bank dan
mengganti uang untuk transaksi dengan cara mengambil uang secukupnya di ATM atau
cukup menunjukan kartu ATM, Kartu Kredit, dan alat transaksi produk perbankan
lainnya.
Pada umumnya, dinegara berkembang yang mengalami defisit neraca pembayaran,
pemerintah akan mengambil kebijakan menambah uang beredar dengan mencetak uang
untuk membiayai operasional pemerintahan dan proyek – proyek pemerintah.
Pengambilan kebijakan seperti itu dimungkinkan karena uang yang beredar saat ini tidak
terlalu di back up dengan jalan emas ( tetapi seharusnya di back up dengan sejumlah
devisa yang diterima oleh negara tersebut akibat surplus neraca pembayaran ).

B. INFLASI
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga umum barang dan jasa secara terus menerus
akibat dari tidak ada keseimbangan arus barang dan arus uang.
Suatu negara yang mengalami inflasi memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1. harga – harga barang pada umumnya dalam keadaan naik terus menerus
2. jalan uang yang beredar melebihi kebutuhan
2
3. jalan barang relatif sedikit
4. nilai uang ( daya beli uang ) turun
pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan utama dari kebijaksanaan
ekonomi makro pemerintahan dan bank sentral dinegara manapun.
Hal ini disebabkan inflasi dianggap sebagai suatu yang tidak diinginkan dan inflasi
memberi pengaruh yang tidak baik terhadap distribusi pendapatan (masyarakat
berpendapat rendah akan menderita), kegiatan pinjam meminjam (pemberi pinjaman
beruntung, peminjam merugi), spekulasi dan persaingan dalam perdagangan
internasional.
Negara berkembang yang mengalami defisit nerca perdagangan dan menganut APBN
defisit, biasanya melakukan penambahan dengan mencetak uang untuk membiayai
pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah dengan pencetakan uang uang akan
berdampak inflasi apabila pencetakan uang akan berdampak inflasi apabila penctakan
uang tanpa diimbangi kenaikan pendapatan nasional ( GNP). Kenaikan harga ( inflasi )
itu tidak terjadi secara mendadak / langsung dirasakan pada tahun pencetakan tahun
tersebut, tetapi akan terasa setelah beberapa tahun ( di Indonesia dampak inflasi dirasakan
setelah 2 – 3 tahun ) dari tahun saat terjadi penambahan uang dengan pencetakan uang
baru fenomena ini sesuai dengan teori kuantitas Irving Fisher. Jadi dapat dikatakan
bahwa teori kuantitas uang ini merupakan fondasi dari teori – teori ekonomi ( moneter )
saat ini.
Fenomena inflasi di Indonesia yang sesuai dengan pandangan koynes adalah inflasi yang
terjadi akibat kenaikan gaji pegawai negeri. Jika Pemerintah Indonesia mengumumkan
gaji pegawai negeri, pemerintah menambah pengeluaran rutinnya. Kenaikan gaji tersebut
biasanya akan diikuti kenaikan harga – harga bahan pokok seperti beras, dan minyak
goreng. Kenaikan harga barang – barang lain menyebabkan pengusaha swasta menaikan
investasi karena ada keuntungan akibat harga tersebut. Kenaikan harga bahan pokok yang
diikuti kenaikan harga barang – barang lainnya menyebabkan tuntutan karyawan dan
buruh untuk menaikan upahnya menyesuaikan kenaikan harga bahan pokok dan barang –
barang lainnya. Namun kenyataannya, tuntutan karyawan dan buruh seperti ini jarang
sekali dapat direkomendasi / dipenuhi karena posisi tawar yang rendah.
Parah tidaknya inflasi sebenarnya bersifat relatif, karena ukuran berat / ringan itu
bergantung pada kekuatan masyarakat atau negara yang mengalami inflasi. Pengaruh
positif inflasi terjadi apabila inflasi masih dibawah persentase tingkat bunga kredit yang
berlaku bagi negara maju, inflasi seperti ini akan mendorong kegiatan ekonomi dan
pembangunan. Hal ini terjadi karena entrepeneur dinegara maju dapat memanfaatkan
kenaikan harga untuk
3
berinvestasi, memproduksi, dan menjual barang / jasa.
Inflasi dan deflasi hanya terjadi apabila
1. kapasitas produksi tinggi
2. pengguanaan faktor – faktor produksi sudah maksimal
3. tingkat pengangguran rendah ( nol ) / full employ ment.

C. KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah ( Bank Sentral )
untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar.
Sejak tahun 1945, kebijakan moneter hanya digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk
mencapai stabilitaas ekonomi jangka pendek. Adapun kebijakan fiscal digunakan dalam
pengendalian ekonomi jangka panjang. Namun pada saat ini kebijakan moneter
merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk pengendalian ekonomi jangka
pendek dan jangka panjang.
Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat melakukan kebijakan
uang ketat dan kebijakan uang longgar.
1. Tight Money Policy, yaotu kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar dengan cara :
a. Menaikan suku bunga
b. Menjual surat berharga
c. Menaikan cadangan kas
d. Membatasi pemberian kredit
2. Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk
menambah jumlah uang yang beredar dengan cara :
a. Menurunkan tungkat suku bunga
b. Membeli surat-surat berharga
c. Menurunkan cadangan Kas
d. Memberikan kredit longgar.
Jadi cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi inflasi adalah melalui kebijakan
uang kertas, kebijakan fiscal, kebijakan produksi, kebijakan perdagangan internasional
dan kebijakan harga.
Macam-macam kebijakan moneter yaitu politik diskonto, politik pasar terbuka, kebijakan
Cadangan Kas, kebijakan Sanering dan kebijakan Devaluasi Tertra Revolusi.
4

Referensi
• Adiwarman Karim, EKONOMI ISLAM suatu kegiatan EKONOMI MAKRO. Kanin
Bisnis Consultan, Jakarta; 2002.
• M. Suparmoko, PENGANTAR EKONOMI MAKRO, BPFE, Yogyakarta; 1994

You might also like