You are on page 1of 13

• FISIOLOGI NIFAS

• Masa nifas : mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu.
• Seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam
waktu 3 bulan.
• GENITALIA INTERNA & EKSTERNA
• Perubahan-perubahan alat-alat genital (interna & eksterna) dalam
keseluruhannya disebut involusi.
• Disamping involusi terjadi juga hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi.
• Laktasi terjadi karena pengaruh Lactogenic hormone dari kelenjar hipotisis
terhadap kelenjar-kelenjar mamma.
• Setelah janin dilahirkan, fundus uteri kira-kira setinggi pusat : segera setelah
plasenta lahir, tinggi fundus uteri + 2 jari di bawah pusat.
• Uterus menyerupai buah advokat gepeng, berukuran : P=+15 cm, L=+12 cm &
tebal = + 10 cm.
• Dinding uterus + 5 cm, pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari pada
bagian lain. Pada hari ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm atas
simfisis atau setengah simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba
lagi di atas simfisis. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan suatu luka
yang kasar & menonjol ke dalam kavum uteri setelah persalinan. Penonjolan
tersebut dengan diameter + 7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian
plasenta yang tertinggal.
• Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah
mencapai 2,4 mm. Uterus gravidus aterm beratnya kira-kira 1000 gr 1 minggu
post partum menjadi + 500 gr, 2 minggu post partum menjadi 300 gr dan
setelah 6 minggu post partum, berat uterus jadi 40-60 gr (berat uterus normal +
30 gr).
• Perubahan ini berhubungan erat dengan perubahan miometrilium yang bersifat
proteolisis. Hasil dari proses ini dialirkan melalui pembuluh getah bening.
• Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum. Pembuluh-pembuluh darah
yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan.
• Perubahan pada serviks post partum : serviks agak menganga seperti corong,
disebabkan korpus berkontraksi sedangkan serviks tidak. Warna serviks merah
kehitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak. Segera
setelah janin lahir, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan pada cavum
uteri. Setelah 2 jam, dapat dimasukkan 2-3 jari & setelah 1 minggu dapat
dimasukkan 1 jari ke dalam cavum uteri.
• Perubahan pada endometrium = timbul trombosis, degenerasi & nekrosis di
tempat implantasi plasenta.
• Hari I = tebal endometrium 2-5 mm, permukaan kasar
• Hari 3 = permukaan endometrium mulai rata akibat pelepasan sel-sel di
bagian-bagian yang berdegenerasi.
• Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis, memakan
waktu 2-3 mg.
• Pelepasan jaringan berdegenerasi ini berlangsung lengkap, sehingga tidak ada
pembentukan jaringan parut pada bekas tempat implementasi plasenta.
Ligamen-ligamen & diafragma pelvis serta fasia meregang sewaktu kehamilan
& partus. Setelah janin lahir, berangsur-angsur ciut, seperti sedia kala. Tidak
jarang ligamentum rotundum jadi kendor, yang mengakibatkan uterus jatuh ke
belakang sehingga timbul keluhan “ kandungan turun”. Untuk memulihkannya
dapat dengan latihan-latihan tertentu. Fisioterapi yang dapat diberikan pada 2
hari post partum.
Hemokonsentrasi
• Pada kehamilan terdapat shunt antara sirkulasi ibu & plasenta. Setelah
melahirkan, shunt tersebut hilang tiba-tiba. Volume darah pada ibu relatif
bertambah yang dapat menimbulkan beban jantung sehingga dapat terjadi
dekompensasi kordis pada penderita vitum kardis.
• Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi yang terjadi pada hari-hari ke 3-15 hari post partum.
Laktasi
• Perubahan yang terdapat pada kedua mamma pada sejak kehamilan muda :
• Proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar & alveolus & lemak.
• Pada duktus laksiferus terdapat colostrum.
• Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam
mamma.
• setelah partus, pengaruh menekan dari esterogen & progresteron terhadap
hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon-hormon hipofisis kembali, antara
lain lactogenic hormone (prokeksin). Pengaruh oksitosin mengakibatkan
mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran ASI
dilaksanakan. Umumnya produksi asli berlangsung betul pada hari ke-2-3 post
partum. Pada hari-hari I ASI mengandung colostrum, mengandung protein
albumin dan globulin & benda-benda kolostrum dengan diameter 0,001-0,025
mm dan mudah dicerna. Rangsangan terbaik untuk mengeluarkan ASI adalah
dengan menyusui bayi itu sendiri. Kadar prolaktin meningkat dengan
perangsangan fisik pada putting mamma.
• Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke otak, mengakibatkan
oksitosin
LAKTASI
• dihasilkan, sehingga ASI dapat dikeluarkan dan sebagai efek sampingan,
memperbaiki involusi uterus.
• Keuntungan lain menyusui : menjelma rasa kasih sayang antara ibu dan anak.
• ASI dapat melindungi bayi terhadap infeksi seperti :
– Gastroenteris
– Radang jalan nafas & paru-paru
– Otitis media.
• Sehubungan ASI mengandung lactoferin, lysozyme & imunogbulin A.
Perubahan Lain Pada Nifas
– After paru/ mules-mules akibat kontraksi uterus. Kadang-kadang
sangat menganggu selama 2-3 hari post partum. Lebih terasa bila
menyusui.
– Sesudah partus, suhu tubuh wanita dapat naik 0,5 0C dari keadaan
normal, tapi tidak melebihi 380C. sesudah 12 jam pertama post
partum, umumnya suhu kembali normal. Bila suhu > 380C, maka
mungkin ada infeksi.
– Segera setelah partus terjadi bradikardi. Bila terdapat takikardi
sedangkan badan tidak panas, mungkin ada perdarahan berlebihan atau
ada vitium kardis. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil
dibandingkan dengan suhu badan.
– Pada beberapa kasus ditemukan hipertensi post partum. Biasanya
akan hilang sendiri bila tidak ada penyakit-penyakit lain yang
menyertainya + 2 bulan tanpa pengobatan.
– Lokia = sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam
masa nifas.
• Hari I = lokia nibra/ lokia kruenta
• Darah segar + sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix
caseosa, lanugo & mekonium.
• 1 – 6 hari = lokia sanguinolenta
• 1 – 2 mg = lokia serosa
• > 2 mg = lokia alba
• Biasanya lokia berbau sedikit amis, kecuali bila terdapat infeksi, akan berbau
busuk, contoh : lokiostasis & infeksi. Hofbawer mengemukakan adanya suatu
sistem pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri atas kelompok-
kelompok infiltrat sel-sel bulat yang disamping mengadakan pertahanan
terhadap penyerbuan kuman-kuman, bermanfaat pula untuk menghilangkan
jaringan-jaringan nekrotik.
Perawatan Post Partum
• Dimulai sejak kala ini dengan menghindarkan kemungkinan perdarahan &
infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir/ luka bekas episiotomi, lakukan
penjahitan & perawatan luka sebaik-baiknya 8 jam post partum wanita harus
tidur telentang untuk mencegah terjadinya perdarahan sesudah 8 jam, badan
miring kiri dan kanan untuk mencegah trombosis.
• Ibu dan bayi bisa diletakkan dalam 1 kamar (rooming in) atau terpisah. Pada
hari ke-2 bila perlu dapat dilakukan latihan-latihan senam. Hari ke-3 duduk,
ke-4 berjalan, ke-5 dapat dipulangkan. Diet yang diberikan harus bermutu
tinggi dengan cukup kalori, cukup protein, cairan serta buah-buahan karena
wanita mengalami hemokosentrasi.
• Mitsi/ berkemih harus cepat dapat dilakukan sendi. Bila kandung kencing
penuh & wanita tidak dapat berkemih sendiri, sebaiknya dilakukan kateterisasi
dengan memperhatikan jangan sampai infeksi.
• Umumnya partus lama, yang kemudian diakhiri dengan ekstraksi valcum/
cunan, dapat mengakibatkan hal-hal yang demikian sampai terjadi retensio
urin. Bila perlu, sebaiknya dipasang dawer catheter/ indwelling catheter untuk
memberi istirahat pada otot-otot kandung kencing. Dengan demikian, jika ada
kerusakan-kerusakan pada otot-otot kandung kencing, otot-otot cepat pulih
kembali sehingga tugasnya cepat pula kembali.
• Defekasi harus ada 3 hari post partum. Bila ada obstirasi, lakukan klisma/ beri
laksans per os supaya tidak terjadi infeksi. Bila terdapat after panis/ mules à
beranalgetika/ sedativa supaya dapat tidur. 8 jam post partum disuruh
menyusui bayi untuk merangsang laktasi.
• Kontra indikasi menyusui :
• Typus abdominalis
• TBC aktif
• Vitium kardis berat
• Tineotoksikosis
• DM berat
• Psikosis
• Retraded nipples
• Morbus hansen
Pemeriksaan Post Natal
• Keadaan umum
• Keadaan payudara & puttingnya
• Dinding perut, apakah ada hernia
• Keadaan perineum
• Kandung kencing, ada sistokel/ uretrokel atau tidak.
• Rektum, ada rektokel & pemeriksaan tonus. M. sfingerani.
• Adanya flour albus
• Keadaan serviks, uterus & adnexa.
Perdarahan yang mungkin terjadi dalam masa 40 hari biasa disebabkan oleh adanya
subinvolusi uteri terhadap penderita tidur dan diberi tablet ergomebin. Bila
perdarahan tetap ada, lakukan kuretase untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
sisa-sisa plasenta. Bila curiga ada keganasan, lakukan pemeriksaan sitologi & eksisi
percobaan untuk menyingkirkan keganasan.
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah
selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya
kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan
menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan
infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan
dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap
waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.
PERAWATAN MASA NIFAS
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan masa nifas :
1. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila persalinan
berlangsung lama, karena si ibu harus cukup beristirahat, dimana ia harus
tidur terlentang selama 8 jama post partum untuk memcegah perdarahan
post partum. Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk memcegah
terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat duduk,
hari ketiga telah dapat jalan-jalan dan hari keempat atau kelima boleh
pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya
komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka.
2. Diet / Makanan
Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, yang
mengandung cukup protein, banyak cairan, serta banyak buah-buahan dan
sayuran karena si ibu ini mengalami hemokosentrasi.
3. Buang Air Kecil
Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita
sulit kencing karena pada persalinan m.sphicter vesica et urethare mengalami
tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musc. sphincter ani. Juga
oleh karena adanya oedem kandungan kemih yang terjadi selama persalinan.
Bila kandung kemih penuh dengan wanita sulit kencing sebaiknya lakukan
kateterisasi, sebab hal ini dapat mengundang terjadinya infeksi. Bila infeksi
telah terjadi (urethritis, cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotika sudah
pada tempatnya.
4. Buang Air Besar
Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila ada
obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan pemberian obat
pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau dilakukan klisma bila
masih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di rektum,
dan menimbulkan demam.
5. Demam
Sesudah bersalin, suhu badan ibu naik ± 0,5 C dari keadaan normal, tapi
tidak melebihi 38 C. Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan kembali
normal. Bila suhu lebih dari 38 C/ mungkin telah ada infeksi.
6. Mules-mules
Hal ini timbul akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa sedang
menyusui. Hal ini dialami selama 2-3 hari sesudah bersalin. Perasaan sakit ini
juga timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, plasenta atau gumpalan dari
di cavum uteri. Bila si ibu sangat mengeluh, dapat diberikan analgetik atau
sedativa supaya ia dapat beristirahat tidur.
7. Laktasi
8. Jam sesudah persalinan si ibu disuruh mencoba menyusui bayinya untuk
merangsang timbulnya laktasi, kecuali ada kontraindikasi untuk menyusui
bayinya, misalnya: menderita thypus abdominalis, tuberkulosis aktif,
thyrotoxicosis,DM berat, psikosi atau puting susu tertarik ke dalam, leprae.
Atau kelainan pada bayinya sendiri misalnya pada bayi sumbing (labiognato
palatoschizis) sehingga ia tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat
menghisap, minuman harus diberikan melalui sonde.
PEMERIKSAAN PASCA PERSALINAN
Pada wanita yang bersalin secara normal, sebaiknya dianjurkan untuk
kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Namun bagi wanita dengan persalinan luar
biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian.
Pemeriksaan pasca persalinan meliputi :
a.
Pemeriksaan keadaan umum: tensi, nadi, suhu badan, selera makan,
keluhan, dll
b.
Keadaan payudara dan puting susu.
c.
Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektrum.
d.
Sekret yang keluar (lochia, flour albus).
e.
Keadaan alat-alat kandungan (cervix, uterus, adnexa).
Pemeriksaan sesudah 40 hari ini tidak merupakan pemeriksaan terakhir,
lebih-lebih bila ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan. Alangkah baiknya bila
cara ini dipakai sebagai kebiasaan untuk mengetahui apakah wanita sesudah bersalin
menderika kelainan biarpun ringan. Hal ini banyak manfaatnya agar wanita jangan
sampai menderita penyakit yang makin lama makin berat hingga tidak dapat atau
susah diobati.
Nasihat untuk ibu post natal:
1. Fisioterapi pastnatal adalah baik diberikan
2. Susukanlah bayi anda
3. Kerjakan senam hamil
4. Ber-KB untuk menjarangkan anak dan untuk kesehatan ibu, bayi dan
keluarganya.
5. Bawalah bayi untuk imunisasi.
INFEKSI NIFAS
DEFENISI
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman-kuman
kedalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas.
Pengertian Nifas
a. Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu
sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225)
b. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira enam minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Ne'bnatal, 2001:122)
c. Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira-kira enam minggu (Wiknjosastro, Hanifa, 1999: 237)
d. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini
yaitu 6-8 minggu (Mochtar, Rustam, 1998:115)
e. Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah
persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan
diukur peroral sedikitnya empat kali sehari

2
Di negara berkembang à pelayanan kebidanan masih jauh dari sempurna,à infeksi
nifas masih besar.
Demam nifas (morbiditas puerperalis) ialah :
kenaikan suhu sampai 38 0C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama post
partum, dengan mengecualikan hari pertama, suhu harus diukur sedikitnya 4 kali
sehari.
Penyebab dan Cara Terjadinya Infeksi Nifas
Penyebab infeksi nifas
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen
(kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan
endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah
streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan
lahir. Kuinan-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1) Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya
eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2) Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.
Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi
sebab infeksi umum.
3) Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada
perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi
traktus urinarius
4) Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi
ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun
dari luar rumah sakit.

3
BAKTERIOLOGI

Organisme yang menyerang à penghuni normal dari servik dan jalan lahir atau
mungkin juga dari luar.
Kuman-kuman penyebab infeksi nifas antara lain :
1. Streptokokus haemolyticus aerobicus
2. Staphylokokus aureus
3. E. coli
4. Clostridium welchii

4
Cara Terjadinya Infeksi
1. Tangan pemeriksa membawa bakteri yang
sudah ada dalam vagina dalam uterus.
2. Droplet infeksi
3. Kain-kain dan alat suci hama yang
digunakan untuk merawat wanita
bersalin/nifas
4. Koitus pada akhir kehamilan
5. Infeksi intrapartum
6. Cara terjadinya infeksi nifas
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
2) Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang
berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Oleh
karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup
dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar
bersalin.
3) Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh
aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang
digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
4) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali
apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.

5
Faktor Predisposisi
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan
daya tahan penderita
2. Partus lama
3. Tindakan bedah vaginal
4. Tertinggalnya sisa placenta
III. Faktor Predisposisi Infeksi Nifas
Semua keadaan yang menurunkan daya tahan penderita seperti perdarahan
banyak, diabetes, preeklamsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga infeksi
lain yaitu pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan
ketuban pecah lama, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang
baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.
Tindakan obstetrik operatif baik pervaginam maupun perabdominam.
Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam
rongga rahim.
Episiotomi atau laserasi.

6
PATOLOGI
Infeksi nifas dapat dibagi dalam 2 golongan
yaitu :
1. Infeksi yang terbatas pada perineum,
vulva, vagina, serviks, dan endometrium
2. Penyebaran dari tempat-tempat tersebut
melalui vena-vena, jalan limfe, dan
melalui permukaan endometrium

7
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva,
vagina, serviks, dan endometrium
- Vulvitis
- Vaginitis
- Servisitis
- Endometritis

8
Penyebaran melalui pembuluh darah :
- Septikemia
- Piemia

Penyebaran melalui jalan limfe dan jalan lain :


- Peritonitis
- Parametritis

Penyebaran melalui permukaan endometrium


- Salpingitis
- Ooforitis

9
GAMBARAN KLINIK
Infeksi pada perineum, vulva, vagina, dan serviks
Gejalanya berupa
- Rasa nyeri dan panas tempat infeksi
- Perih saat kencing.
- Bilamana getah radang bisa keluar à
- Keadaan tidak berat
- Suhu sekitar 38 0C
- Nadi dibawah 100 x/menit
- Bilamana luka infeksi tertutup oleh jahitan dan
getah radang tidak bisa keluar à
- Demam bisa naik sampai 39 – 40 0C
- Kadang-kadang menggigil.

10
Endometritis
Gambarann klinik à tergantung
- Jenis dan virulensi kuman
- Daya tahan penderita
- Derajat trauma pada jalan lahir,
- Uterus agak membesar serta nyeri dan
lembek
- Lokia biasanya bertambah dan kadang -
kadang berbau.

11
Septikemia dan Piemia
Merupakan infeksi berat.
Pada septikemia
- Gejala timbul mendadak
- Dari permulaan penderita sudah sakit dan
lemah
- Suhu sekitar 39 – 40 0C
- Nadi cepat 140-160 x/menit
- Penderita bisa meninggal 4 – 6 hari
postpartum.

12
Pada piemia
- Penderita tidak lama setelah postpartum sudah
merasa sakit
- Perut nyeri
- Suhu agak meningkat.
- Setelah kuman dengan embolus memasuki
peredaran darah à barulah timbul gejala-gejala
infeksi umum dengan suhu tinggi dan menggigil.

Ciri khas piemia adalah :


Berulang-ulang suhu yang meningkat dengan cepat
disertai menggigil kemudian diikuti dengan turunnya
suhu.

13
Peritonitis
- Terjadinya karena meluasnya endometritis
- Kadang-kadang ditemukan bersamaan
dengan salpingo ooforitis dan sellulitis
pelvika, à peritonitis bisa terbatas pada
daerah pelvis ataupun umum pada
seluruh peritoneum.

14
Sellulitis pelvika
Suhu tinggi menetap disertai rasa nyeri di kiri
atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan
dalam.

Salpingitis dan Ooforitis


Gejalanya tidak dapat dipisahkan dari
pelvioperitonitis.
IV. Gambaran Klinis Infeksi Nifas
a. Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks
Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang
perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat,
suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh
jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39 - 40°C
dengan kadang-kadang disertai menggigil.
b. Endometritis
Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban.
Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus
pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri
perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat,
akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu
minggu keadaan sudah normal kembali.
Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini
tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai
oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau. c.
c. Septicemia dan piemia
Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih
mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan
lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai
menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 - 40°C, keadaan umum cepat
memburuk, nadi menjadi cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal
dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi
seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan
suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi
serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran
darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu
meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu.
Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun
timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula
menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.
d. Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga
ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika.
Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan
nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis.
Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita
demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis
bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum
douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya
melalui rektum atau kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan
penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung
dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-
merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang
dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.
e. Sellulitis pelvika (Parametritis)
Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila
suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di kiri atau
kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap
kemungkinan sellulitis pelvika.
Pada perkembangan peradangan lebih lanjut gejala-gejala sellulitis pelvika menjadi
lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah
uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke
berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses.
Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik-turun
disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Dalam
dua pentiga kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam
beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan
akhirnya terdapat parametrium yang kaku.
Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses
mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke
kandung kencing.
f. Salpingitis dan ooforitis
Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio peritonitis

15
PROGNOSIS

- Septikemia merupakan infeksi yang paling


berat dengan mortalitas yang tinggi dan
yang segera diikuti oleh peritonitis umum.

- Piemia menyebabkan kematian yang


cukup tinggi. Penyakitnya berlangsung
lebih lama.

16
PENCEGAHAN
Selama kehamilan
- Cegah anemia dengan memperbaiki gizi dan diet
yang baik.
-Koitus pada hamil tua sebaiknya dilarang.
Selama persalinan
- Batasi masukknya kuman kedalam jalan lahir.
- Jaga persalinan agar tidak berlarut.
- Selesaikan persalinan dengan trauma sedikit
mungkin.
- Cegah terjadinya perdarahan banyak.
- Periksa dalam dilakukan hanya bila perlu.
- Transfusi darah harus diberikan menurut
keperluan.
V. Pencegahan Infeksi Nifas
a. Masa kehamilan
1) Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi
dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.
2) Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
3) Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan
hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan
mudah masuk dalam jalan lahir.
b. Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya
kuman-kuman dalam jalan lahir :
1) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan
tidak berlarut-larut.
2) Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
3) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
4) Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus
segera diganti dengan tranfusi darah.
5) Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan
masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar
bersalin.
6) Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
7) Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan
sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
c. Selama nifas
1) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat
dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
2) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu sehat.
3) Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi
sedapat mungkin.

17
Selama nifas
- Jaga luka-luka agar tidak dimasuki kuman.
- Batasi pengunjung pada hari-hari pertama
nifas.
- Penderita dengan tanda infeksi harus
diisolasikan.

18
PENGOBATAN
- Berikan antibiotika dengan spectrum luas.
- Lakukan tindakan untuk mempertinggi
daya tahan tubuh.
- Jika terjadi abses lakukan pembukaan
jahitan.
- Transfusi darah bila perlu.

You might also like