You are on page 1of 10

HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARA

HUKUM ADAT DENGAN HUKUM TANAH


NASIONAL

Hubungan Fungsional ?
 Dalam pembangunan Hukum Tanah Nasional
Hk Adat berfungsi sebagai apa?
 Hukum Adat berfungsi : - Sumber Utama
- Hukum yang
melengkapi
(pelengkap)

Hubungan tersebut ditunjukkan dalam :


1. Konsideran/Berpendapat UUPA :”...perlu
adanya hk agraria nasional yg berdasarkan
atas hk adat ttg tanah”

2. Pasal 5 UUPA : “Hk Agraria yg berlaku atas


bumi, air dan r.a ialah hukum adat”

Istilah “berdasarkan” dan “ialah” tersebut


mengandung makna yang berbeda.

1
Hk Tanah Nasional “berdasarkan” hukum Adat
mengandung pengertian bahwa dlm
pembangunan HTN, hk Adat berfungsi sebagai
“sumber utama”

HTN “ialah” hukum Adat, mengandung


pengertian bahwa dalam HTN positif,norma-norma
hk Adat berfungsi sebagai ”hk pelengkap”

I. Hk Adat sebagai sumber utama dlm pemb.


HTN
Arti Sumber Utama : bhw dalam rangka pemb
HTN, hk Adat merupakan sumber utama untuk
memperoleh bahan-bahannya berupa:
1.Konsepsinya;
2.Asas-asasnya;
3.Sistemnya;
4.Lembaga hukumnya;

2
1. KONSEPSI HTN
 Adl konsepsi Hk Adat : “KOMUNALISTIK
RELIGIUS” : yg memungkinkan penguasaan
tanah secara individual , dg hak-hak atas tanah yg
bersifat pribadi, sekaligus mengandung unsur
kebersamaan.

 Sifat “komunalistik” dlm hk Adat : tanah


bersama warga masyarakat hk adat  tanah
ulayat sebagai hak bersama dr masyarakat hk
adat

 Sifat “religius” dlm hk Adat : tanah ulayat sbg


milik bersama diyakini sebagai karunia sesuatu
kekuatan Gaib atau peninggalan nenek moyang
kepada kelompok masy hk adat sebagai
Lebensarum (unsur pendukung utama bagi
kehidpan kelompok tersebut sepanjang masa)

 Sifat komunalistik religius dlm HTN ditnjukkan


dalam ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUPA, bahwa:

“selrh bumi,air dan r.a termasuk kekayaan alam


yang terkandung di dalamnya dalam wilayah
RI,sebagai karunia Tuhan YME, adl bumi, air dan
r.a bangsa Ind merupakan kekayaan nasional”

3
 Bahwa dlm rangka HTN ,maka seluruh tanah dalam
wil RI adl tanah bersama rakyat Ind yang telah
bersatu sebagai bangsa Indonesia.

 Unsur “religius” : BARAKAD merupakan karunia


Tuhan YME kepada bangsa Indonesia.

 Dalam rangka HTN dimungkinkan WNI masing-


masing menguasai bagian2 dari tanah bersama
secara individual dengan hak2 atas tanah bersifat
pribadi sekaligus mengandung unsur kebersamaan.

 Sifat individual dg hak secara pribadi ditunjuk dalam


ketentuan Pasal 9 & 16 UUPA

 Pasal 9 UUPA: bahwa

- hanya WNI dapat memp hubungan yang


sepenuhnya dg BARA dlm batas-batas ttn
- tiap-tiap WNI baik laki2 maupun wanita memp
kesempatan yg sama untuk memp sesuatu hak
atas tanah serta untuk mendapatkan manfaat dan
hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun
keluarganya.

 Pasal 16 UUPA : macam-macam hak atas tanah


1. HM
2. HGU
3. HGB
4
4. Hak Pakai
5. Hak Sewa
6. Hak Membuka Tanah
7. Hak Memungut Hasil Hutan
8. Hak-hak bersifat sementara

 Unsur kebersamaan dlm HTN dirumuskan dalam


Pasal 6 UUPA: “semua hak atas tanah mempunyai
fungsi sosial”
Artinya : h.a.t apapun yg ada pada seseorang tdk
dapat dibenarkan bahwa tanah tsb akan
dipergunakan atau tidak dipergunakan semata-mata
untuk kepentingan pribadinya apalagi kalau hal itu
menimbulkan kerugian bagi masyarakat.

2. Asas – asas HTN


Asas Hk Adat yg diambil dalam rangka pembangunan
HTN adalah :asas pemisahan
horisontal/horizontale scheiding, yaitu
memisahkan kepemilikan antara tanah dan bangunan
dan atau tanaman di atasnya.

 Antara tanah disatu pihak dg bangunan di lain


pihak dipisahkan secara mendatar
 Seseorang yang memiliki tanah belum tentu
memiliki bangunan dan/atau tanaman di atasnya.

5
3. SISTEM HTN
Tata jenjang / herarkhi hak-hakpenguasaan atas
tanah dlm HTN diambil dari sistemnya hukum Adat yi:

Sistem Hukum Adat Sistem HTN


1. Hak Ulayat Masy Hk 1. Hak bangsa
Adat Indonesia
2. Hak Kepala/Tetua 2. Hak Menguasai dr
Adat Negara
3. Hak-hak atas tanah 3. Hak-hak Penguasaan
Individual

4. LEMBAGA HTN
Lembaga Hk Adat yang diambil dalam rangka
pembangunan HTN adl yg sudah disempurnakan dan
disesuaikan dg kebutuhan masyarakat yg akan
dilayaninya. Yaitu lembaga hk adat yang telah
dimodernisir

Contoh : lembaga Jual Beli Tanah


Dalam rangka meningkatkan mutu alat bukti
perbuatan hk jual beli maka aktanya tidak dibuat
dihadapan Ka Desa/adat tapi dibuat oleh PPAT.
Perubahan tata cara ini tidak merubah pengaturan
secra materiil yang bersifat kontan, terang tunai.

6
Sumber-sumber lain dalam pembangunan HTN:
 Dimungkinkan dengan menciptakan lembaga baru
yang belum dikenal dalam hukum adat atau dengan
mengambil lembaga2 asing guna memperkaya dan
mengembangkan HTN, asal lembaga baru tsb tidak
bertentangan dg UUD 1945.

Contoh :
1. Lembaga pendaftaran tanah : dalam rangka
memberikan alat bukti yang lebih kuat dan lebih
luas daya pembuktiannya sebaga tanda bukti
kepemilikan tanah.
Dalam pendaftaran tanah, hak-hak atas tanah
dibukukan dalam Buku Tanah dan diterbitkan
sertipikat sebagai tanda bukti hak kepemilikan
atanah

2. Lembaga Hak Tanggungan


Lembaga hak jaminan atas tanah untuk melayani
perkreditan modern yg tidak dikenal dalam hukum
adat

Dalam hukum adat dikenal adanya lembaga


“jonggolan” yg dipakai warga masyarakat desa
dalam hubungan utang piutang

Hak jaminan atas tanah : jika debitor WP tanah yg


ditunjuk sebagai agunan akan dijual lelang untuk
pelunasan utangnya. Tanah tetap dikuasai debitor.
7
3. Hak Guba Usaha (HGU) dan Hak Guna
Bangunan (HGB)
HGU dan HGB tdk dikenal dalam hk Adat. Hak ini
diadakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat modern yang belum ada dlm
lingkungan masyarakat pedesaan.

HGU dan HGB bukan Hak Opstal & Hak Erfpcht


dari hk Barat.
HGU dan HGB adl hak penguasaan atas tanah dlm
HTN yg berkonsepsi “komunalistik religius:

Hak Opstal & Hak Erfpacht berkonsepsi


“individualistik” yang sebagai lembaga hukum
maupun sebagai hubungan hukum konkrit sudah
tidak ada lagi sejak tanggal 24 September 1960.

Sebagai lembaga hukum hak opstal dan hak


erfpacht sudah ditiadakan dengan dicabutnya
pasal-pasal dalam Buku II KUH Perdata yg
mengaturnya.

Sedangkan sebagai hubungan hukum konkrit


sudah dikonversi menjadi HGU dan HGB atau
sudah dihapus pada tanggal 24 Sept 1960 oleh
Ketentuan Konversi UUPA.

8
HUKUM ADAT SEBAGAI PELENGKAP HTN POSITIF
YANG TERTULIS.

Makna ketntuan Pasal 5 UUPA : “Hukum Agraria


Nasional ialah Hukum Adat”
 Menunjukkan bahwa fungsi hukum adat sebagai
sumber pelengkap (melengkapi) dlm HTN positif
tertulis.
 Dalam hal HTN tertulis belum langkap,maka norma-
norma hukum adat berfungsi sebagai pelengkap.

 Ketentuan Pasal 56 dan 58 UUPA

 Jika suatu soal belum ada atau belum lengkap


mendapat pengaturan dalam HTN tertulis, maka
yang berlaku terhadapnya adalah ketentuan hukum
adat ybs.

 Ketentuan hk adat yang mana? : ketentuan hk adat


setempat, yi yang berlaku di daerah ybs pada waktu
terjadinya kasus yang akan diselesaikan atau pada
waktu diperlukan untuk penyelesaiannya.

1. Ketentuan Hukum Adat setempat  Pasal 56


UUPA yi ketentuan hk adat yang berlaku didaerah
ybs pada waktu terjadinya kasus yg akan
diselesaikan atau pada waktu diperlukan

9
penyelesaiannya, (Hak Milik, dimungkinkan untuk
diterapkan kasus-kasus selain HM)

2. Syarat-syarat berlakunya norma2 Hk Adat:


Sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan
ketenatuan UUPA.

Dalam pasal 5 UUPA memberi syarat –syarat


norma hk adat yang dipakai sebagai pelengkap:
a. Sepanjang tidak bertentangan dengan
kepentingan nasional dan negara;
b. Berdasarkan atas persatuan bangsa;
c. Tidak bertentangan dengan sosialisme Indonesia;
d. Tidak bertentangan dengan peraturan2 yg
tercantum dalam UUPA dan
e. Tidak bertentangan dg peraturan perundangan
yang lainnya.

10

You might also like