You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

PENGAMATAN KARAKTER SEL TANAMAN PADA PROSES OSMOSIS

KELOMPOK 1

Agung Putra P . ( 0810910021)


Bayu Agung P. ( 0810910005)
Faridatul M. ( 0810910007 )
Firli Rahmah P. D. ( 0810910009 )
Linda K. D. ( 0810910013 )

Ko-Asisten: Esti Eko wahyu

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
HALAMAN PERNYATAAN DAN DESKRIPSI TUGAS

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa

Laporan yang berjudul Pengamatan Karakter Sel Tanaman pada Proses Osmosis ini
adalah asli hasil kerja kelompok I dan tidak mengandung sedikitpun unsur plagiarism
(menyalin dari kelompok lain)

Dengan pembagian tugas sebagai berikut:


Agung Putra P : Tinjauan pustaka, Reviewer
Bayu Agung P : Abstrak, Kesimpulan
Faridatul M : Pendahuluan, Penanggung jawab
Firli Rahmah : Hasil dan Pembahasan, Halaman pernyataan
Linda K. D. : Metode praktikum, Pustaka

Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, dengan kesadaran kelompok dan bukan atas
paksaan.
Malang, 12 Oktober 2008

Agung Putra :......................................


Bayu Agung P :......................................
Faridatul M. :......................................
Firli Rahmah :......................................
Linda K.D. :......................................

PENGAMATAN KARAKTER SEL TANAMAN PADA PROSES OSMOSIS

Kelompok 1 :
Agung P.P, Bayu A.P, Faridatul M, Firli R.P.D, Linda K.D.
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Praktikum ini merupakan salah satu rangkaian praktikum yang harus diikuti
oleh setiap mahasiswa jurusan Biologi , Fakultas MIPA , Universitas Brawijaya.
Praktikum ini mempunyai tujuan untuk mengamati proses plasmolisis dan deplasmolisis
pada sel epidermis daun R. Discolor secara mikroskopis. Selain itu dengan melakukan
praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu untuk memecahkan beberapa
permasalahan yang berhubungan dengan proses osmosis antara lain : Bagaimana
kondisi sel yang mengalami plasmolisis ketika benda pada lingkungan yang hipertonis ,
Apakah sel yang telah terplasmolisis bisa kembali isotonis atau mengalami
deplasmolisis dan apa yang dilakukan agar kondisi tersebut tercapai. Praktikum ini
diuji-cobakan di Laboratorium Biologi Dasar dan melibatkan seluruh mahasiswa
Jurusan Biologi , Fakultas MIPA , Universitas Brawijaya. Bagian daun R. Discolor
yang digunakan adalah badian Abaksial yaitu bagian permukaan daun ( epidermis )
yang menghadap ke bawah. Bagian tersebut dikelupas dengan menggunakan silet tajam
sehingga didapatkan lapisan setipis mungkin. Dengan menggunakan mikroskop cahaya
kemudian lapisan tersebut diamati. Mikroskop cahaya ( Bright Field Microcope ) adalah
jenis mikroskop yang dengan cahaya tampak ( visible light ) digunakan untuk
mengamati obyek yang berukuran kecil ( mikro ). Lapisan tersebut diletakkan di
mikroskop pada gelas obyek dan ditutup oleh gelas penutup. Praktikum ini dilakukan
dengan 3 tahap. Tahap pertama yaitu lapisan sel daun tersebut ditetesi air. Kemudian
lapisan tersebut diamati pada mikroskop. Tampak dalam mikroskop bahwa sel tersebut
berwarna ungu dengan warna yang menyebar pada seluruh sel. Keadaan ini disebut
Isotonis. Tahap kedua yaitu dengan meneteskan larutan 1M Sukrosa pada lapisan sel
tersebut. Selanjutnya larutan tersebut dikeluarkan secara perlahan dangan tissue
sehingga epidermis terbasahi larutan sukrosa. Kemudian diamati pada mikroskop dan
tampak bahwa sel tersebut tetap berwarna ungu tetapi dengan warna ungu yang
mengumpul di bagian pinggir atau bagian tengah sel. Keadaan ini disebut Plasmolisis.
Tahap terakhir yaitu tahap ketiga dengan meneteskan air kembali. Setelah itu sisa
larutan sukrosa yang terdapat dalam lapisan sel daun tersebut diserap kembali dengan
tissue yang ditempelkan pada bagian tepi gelas penutup. Kemudian diamati kembali
dengan menggunakan mikroskop. Tampak pada mikroskop bahwa warna ungu pada sel
kembali menyebar, akan tetapi ada beberapa sel yang warnanya masih mengumpul. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan 1M Sukrosa dengan
air. Keadaan ini disebut dengan Deplasmolisis. Dari 3 tahap tersebut dapat disimpulkan
bahwa perbedaan konsentrasi antara larutan 1M Sukrosa dengan air dapat dijadikan
indikator untuk mengetahui karakter sel daun tanaman Rhoeo Discolor pada proses
Osmosis.
Kata Kunci : Daun Rhoeo Discolor , Karakter , Konsentrasi , Osmosis.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian
yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semi permeabel haruslah dapat
di tembus oleh pelarut, akan tetapi tidak di tembus oleh zat terlarut, yang
mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.
Osmosis merupakan suatu fenomena alami, akan tetapi osmosis dapat di hambat
secara buatan dengan cara meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat
menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer.
Gaya persatuan luas yang di butuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut
melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang
lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor.
Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti sifat ini bergantung
pada konsentrasi zat terlarut dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Jika larutan yang isotonis di letakkan pada larutan yang hipertonis di mana
konsentrasi larutan tersebut solut lebih tinggi dari pada di dalam sel, maka air yang ada
di dalam sel akan keluar secara osmosis melalui membran sel.
Akibatnya sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor,
menyebabkan sel tumbuhan lemah. Kehilangan air lebih banyak akan menyababkan
terjadinya plasmolisis yaitu tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana
protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, yang menyebabkan adanya jarak antara
dinding sel dan membran.
Akan tetapi sebaliknya, jika sel tumbuhan di letakkan pada larutan yang
hipotonis maka akan terjadi deplasmolisis, dimana air di lingkungan lebih banyak dari
pada di dalam sel sehingga air di luar akan masuk ke dalam sel.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang timbul pada praktikum ini adalah:
 Bagaimana kondisi sel yang mengalami plasmolisis ketika berada pada
lingkungan yang hipertonis?
 Apakah sel yang terplasmolisis dapat kembali seperti pada keadaan isotonis
atau mengalami deplasmolisis?
 Perlakuan apakah yang diberikan agar kondisi tersebut tercapai?

1.3 Tujuan praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk:
 Mengetahui kondisi sel yang mengalami plasmolisis ketika berada pada
lingkungan yang hipertonis.
 Melihat apakah sel yang terplasmolisis dapat kembali seperti pada
keadaan isotonis atau mengalami deplasmolisis.
 Mengetahui perlakuan apakah yang diberikan agar kondisi kembali
isotonis.

1.4 Manfaat praktikum


Dari praktikum ”Karakter Sel Tanaman Pada Prose Osmosis” yang di
laksanakan pada tanggal 23 September 2008 memiliki manfaat diantaranya untuk
mengetahui proses plasmolisis dan deplasmolisis pada sel epidermis daun Rhoeo
discolor, serta dapat lebih memahami teori tentang osmosis yang telah dipelajari
sebelumnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Rhoeo discolor Hance


Sinonim : Rhoeo spathacea swartz
Familia : Commefinaccae
Klasifikasi:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Bromeliales
Suku : Bromeliaceae
Marga : Rhoeo
Jenis : Rhoeo spathacea Swartz
Nama umum/dagang : Nanas kerang
Rhoeo discolor biasa ditanam orang sebagai tanaman hias, tumbuh subur di
tanah yang lembab. Termasuk anggota suku gawar-gawaran, berasal dari Meksiko dan
Hindia Barat. Tinggi pohon 40 cm - 60 cm, batang kasar, pendek, lurus, tidak
bercabang. Daun lebar dan panjang, mudah patah, warna daun di permukaan atas:
Hijau, dan di bagian bawah berwarna merah tengguli. Panjang daun + 30 cm, lebar 2,5 -
6 cm. Bunga berwarna putih, berbentuk bunga kerang.
Osmosis adalah difusi air melalui membran selektif semipermiabel(Gordon
Uno,2001).Membran tersebut berbentuk sangat tipis dengan lapisan bahan yang
memungkinkan zat atau partikel untuk melewati tetapi mencegah juga hal-hal
tertentu.Membran sel akan memungkinkan memberi jalan masuk pada Molekul kecil
seperti Oksigen, air, karbon dioksida, Amoniak, Glukosa, dan asam-amino namun
membran sel tidak akan mengijinkan masuk lebih besar seperti Pati dan protein.
Plasmolisis adalah kondisi dimana sel mngeluarkan air dalam jumlah banyak
sehingga vakuola menjadi menyusut dan sitoplasma terpisah dari dinding sel
( Capon,2005).Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis.Misalnya saja
pada sel tumbuhan diletakkan di larutan sukrosa terkonsentrasi (hipertonik), sel
tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan
lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini akan layu. Kehilangan air lebih
banyak dan menyebabkan terjadinya plasmolisis, tekanan terus berkurang sampai di
suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya
jarak antara dinding sel dan membran.Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem,
dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan
meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan
ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman yang memiliki pigmen warna seperti
Rhoeo discolor sehingga proses dapat diamati dengan jelas.
Morfologi sel dipengaruhi oleh lingkungannya terutama konsentrasinya yang
dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu isotonik, hipertonik, dan
hipotonik(Hopkins,1997).
Tekanan yang dihasilkan sel akibat osmosis disebut tekanan turgor. Turgor
memberi tekanan pada tanaman. Ketika sel tanaman kekurangan air dan kekurangan
tekanan turgor, tanaman akan layu (Curtis,1968).
Kecepatan osmosis di pengaruhi oleh 3 faktor yaitu: (Uno and Randy,2001)
1. Ukuran molekul, ukuran molekul berbanding terbalik dengan laju osmosis
semakin besar ukuran molekul maka akan semakin lambat laju osmosis
2. Kelarutan molekul, molekul yang tidak dapat larut maka tidak akan mengalami
osmosis.
3. Temperatur pelarut, temperatur yang semakin tinggi maka akan semakin cepat
pula laju osmosis.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum karakter sel tanaman pada proses osmosis ini dilaksanakan pada
tanggal 23 September pukul 07.30 – 09.30 WIB dan bertempat di laboratorium Biologi
Dasar.

3.2 Cara kerja dan teknik analisis data


Bagian abaxial (bagian bawah) dari epidermis daun R. discolor disayat setipis
mungkin dengan menggunakan silet tajam. Setelah itu sayatan daun tersebut diletakkan
pada gelas obyek yang telah ditetesi air. Kemudian gelas obyek ditutup dengan gelas
penutup yang dimiringkan dengan sudut 45º secara perlahan-lahan sehingga tidak
menimbulkan gelembung. Setelah itu, gelas obyek diletakkan di meja benda mikroskop
cahaya. Dengan ukuran perbesaran yang sesuai, anatomi sel-sel epidermis dalam
keadaan isotonis diamati secara mikroskopis dan digambar.
Kemudian air yang ada di gelas obyek diserap dengan menggunakan tissue yang
ditempel pada tepi gelas penutup. Setelah air terserap, ujung pipet Mohr yang berisi 1 M
sukrosa diletakkan pada tepi lain dari gelas penutup. Secara perlahan sukrosa
dikeluarkan dari ujung pipet sehingga epidermis terbasahi oleh larutan sukrosa.
Kemudian proses plasmolisis yang terjadi pada sel-sel epidemis diamati dengan
mikroskop cahaya pada perbesaran yang sesuai. Setelah itu, perubahan-perubahan yang
terjadi dideskripsikan dan digambar.
Setelah itu, sel-sel epidemis dibuat dalam kondisi isotonis kembali dengan
menempelkan tissue pada tepi gelas penutup agar larutan sukrosa dalam gelas obyek
terserap. Selain itu, pada tepi lain dari gelas penutup telah diletakkan ujung pipet Mohr
yang berisi air dan secara perlahan air dikeluarkan sehingga epidermis terbasahi
kembali dengan air. Ketika itulah proses deplasmolisis yang terjadi diamati dengan
mikroskop cahaya. Setelah itu perubahan yang terjadi dideskripsikan dan digambar.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Prosedur


Praktikum Pengamatan Karakter Sel Tanaman pada Proses Osmosis
menggunakan daun Rhoeo discolor karena pada saat diamati di mikroskop, pigmen
daun Rhoeo discolor dapat dilihat dengan mudah karena berwarna cerah. Selanjutnya,
bagian abaxial daun Rhoeo discolor diiris melintang datar dengan silet tajam agar
didapatkan lapisan setipis mungkin sehingga tidak terjadi penumpukan apabila dilihat
secara mikroskopis. Preparat epidermis daun diletakkan pada gelas obyek yang telah di
tetesi air dan ditutup dengan gelas penutup. Sebelum ditutup, gelas penutup dipegang
membentuk sudut sebesar 45o dengan gelas obyek sehingga tepi bawahnya mengenai
gelas obyek. Perlahan-lahan gelas penutup direbahkan sehingga menutupi gelas obyek
agar tidak timbul gelembung udara. Preparat diletakkan diatas meja benda mikroskop
cahaya untuk diamati. Terlebih dahulu cahaya yang diperlukan diatur. Selanjutnya
bayangan yang telah terlihat jelas diamati dan digambar. Kertas tissue ditempelkan
pada bagian tepi kiri gelas penutup sehingga air di gelas obyek akan terserap. Di bagian
tepi kanan gelas obyek, diteteskan larutan 1 M sukrosa sehingga epidermis menjadi
basah oleh larutan sukrosa yang mengakibatkan terjadinya proses plasmolisis. Larutan
sukrosa digunakan karena lebih banyak mengandung monosakarida jadi konsentrasinya
lebih banyak. Selain itu sukrosa terdiri dari glukosa dan fruktosa. Fruktosa ini
menyebabkan proses osmosis menjadi lebih cepat. Hasil pengamatan pada mikroskop
digambar. Sekali lagi kertas tissue ditempelkan pada bagian tepi kiri gelas penutup agar
larutan sukrosa terserap. Bagian tepi kanan gelas penutup dibersihkan dari larutan
sukrosa, selanjutnya pipet yang berisi air diteteskan perlahan pada bagian tepi kanan
gelas penutup. Sel-sel epidermis akan terbasahi oleh air dan terjadi proses
deplasmolisis. Proses ini selanjutnya diamati dan digambar.

4.2 Analisa Hasil


Osmosis adalah difusi air melewati membran semi permeabel secara selektif dari
daerah yang konsentrasi airnya tinggi ke daerah yang konsentrasi airnya lebih rendah.
Konsentrasi air sebenarnya dipengaruhi oleh konsentrasi larutan.
Tekanan yang dihasilkan sel akibat osmosis disebut tekanan turgor. Turgor
memberi tekanan pada tanaman. Ketika sel tanaman kekurangan air dan kekurangan
tekanan turgor, tanaman akan layu (Curtis,1968).
Kecepatan osmosis di pengaruhi oleh 3 faktor yaitu: (Uno and Randy,2001)
4. Ukuran molekul, ukuran molekul berbanding terbalik dengan laju osmosis
semakin besar ukuran molekul maka akan semakin lambat laju osmosis
5. Kelarutan molekul, molekul yang tidak dapat larut maka tidak akan mengalami
osmosis.
6. Temperatur pelarut, temperatur yang semakin tinggi maka akan semakin cepat
pula laju osmosis.
Hasil praktikum

Kondisi Gambar pengamatan

Isotonis
(Gambar 1)

Perbesaran 100x
Plasmolisis
(Gambar 2)

Perbesaran 100x
Deplasmolisis
(Gambar 3)

Morfologi sel dipengaruhi oleh lingkungannya terutama konsentrasinya yang


dapat dibedakan menjadi Perbesaran tiga jenis,
100x yaitu isotonik, hipertonik, dan
hipotonik(Hopkins,1997).
Pada pengamatan pertama, gambar yang diperoleh adalah sel dalam keadaan
isotonis, artinya jumlah konsentrasi yang ada di luar dan di dalam sel sama atau
seimbang sehingga tidak terjadi perpindahan larutan pada membran plasma. Keadaan
ini ditunjukkan dengan warna ungu yan menyebar di seluruh sel.
Pada gambar kedua, terjadinya proses plasmolisis menyebabkan berkurangnya
konsentrasi pelarut yang ada di dalam sel, sehingga warna ungu yang sebelumnya
menyebar di seluruh sel menjadi terkumpul di bagian tengah atau bagian pinggir sel.
Plasmolisis disebabkan oleh kondisi sel yang hipertonis dan lingkungan sekitar sel yang
berkonsentrasi tinggi sehingga air keluar dari dalam sel sehingga menyebabkan turgor
sel berkurang.
Gambar ketiga adalah kondisi deplasmolisis pada sel, yaitu keadaan sel kembali
seperti semula (isotonis). Hal ini dikarenakan adanya air(pelarut) yang masuk karena
pemberian air. Tampak terlihat pada hasil pengamatan, sel-sel epidermis menjadi
kencang kembali, menunjukkan peningkatan turgor sel. Pada gambar, terlihat bahwa
warna ungu yang tadinya mengumpul menyebar kembali, tetapi ada pula yang tetap
mengumpul dan tidak bisa menyebar.
Pada waktu sel dalam keadaan isotonis di tetesi sukrosa, maka mengumpulnya
warna ungu pada sisi-sisi sel pada awalnya bergerak dengan cepat, tapi lama kelamaan
pergerakan itu semakin melambat di karenakan perbedaan konsentrasinya sangat tinggi.
Hal itu terjadi pula ketika sel yang terplasmolisis di tetesi dengan air kembali.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan:
Dari praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 23 September 2008 dapat
diambil kesimpulan bahwa kondisi sel ketika mengalami plasmolisis yaitu warna ungu
yang pada mulanya menyebar akan mengumpul pada sisi-sisi sel, dan setelah
mengalami plasmolisis, sel dapat di buat kembali isotonis dengan memberi tetesan air
pada sel epidermis yang telah terbasahi oleh larutan sukrosa.

Saran:
Untuk menghindari kesalahan maupun kekeliruan prosedur yang mengakibatkan
data hasil praktikum kurang akurat, sebaiknya pada praktikum yang akan datang
pemberian petunjuk praktikum dan cara kerja disampaikan secara jelas sebelum
praktikum dimulai.

DAFTAR PUSTAKA

Capon, Brian. 2005. Botany for Gardeners. Timber Press. Portland.


Curtis, Helena. 1968. Biology. Worth Publisher, Inc. New York.
Hopkins, William G. 1997. Introduction to Plant Physiology. Second Edition. John
Wiley and Sons, Inc. New York
Uno, G Richard and Randy, M.S. 2001. Principles of Botany. Mc Graw Hill. New York
www. Purchon. Com. /Osmosis/ Biologi/ Diakses tanggal 13 Oktober 2008

LAMPIRAN

Pertanyaan
1. Apa warna sel-sel epidermis Rhoeo discolor ? Mengapa warna tersebut bisa
terlihat?
2. Mengapa gelas penutup tidak setebal gelas obyek?
3. Pada mikroskop cahaya yang digunakan, apakah perbedaan antara knop
pengaturan halus dan kasar?
4. Bagaimana cara untuk mendapatkan perbesaran total 100x dan 400x?

Jawab
1. Merah muda keungu-unguan, karena pigmen alami daun melalui lensa obyektif
dan lensa okuler mengabsorpsi cahaya sehingga dapat terlihat saat pengamatan.
2. Karena tebal kaca penutup mempengaruhi hasil obyek bayangan. Hal ini
berhubungan dengan indeks bias cahaya pada suatu bahan. Semakin tipis gelas
penutupnya, semakin jelas pula obyek yang diamati.
3. Pengatur kasar: digunakan untuk mencari obyek bayangan, pengatur halus
digunakan untuk memperjelas obyek hasil pengaturan kasar.
4. untuk mendapatkan perbesaran 100x, dipakai lensa okuler dengan perbesaran
10x dan lensa obyektif dengan perbesaran 10x, sedangkan untuk mendapatkan
perbesaran 400x, dipakai lensa okuler dengan perbesaran 10x dan lensa obyektif
dengan perbesaran 40x.

You might also like