You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Setiap manusia dalam hatinya memiliki suatu kesadaran tentang apa yang
menjadi tanggungjawab dan kewajibannya. Tetapi kesadaran itu tidak selalu kita
perhatikan . Namun dalam situasi yang konkret suara hati akan selalu menyatakan
diri sebagai kesadaran tentang apa yang menjadi kewajibannya berhadapan
dengan masalah konkret yang dihadapinya. Suara hati atau Hati Nurani seringkali
juga disebut sebagai keputusan suara hati, atau dalam bahasa latin disebut
Judicium Consientiae.
Setiap individu atau makhluk hidup memiliki nurani yang berbeda-beda.
Nurani tersebut muncul ketika makhluk itu sudah terbiasa melakukan segala
sesuatu yang sama secara terus menerus. Seperti halnya makhluk hidup yang lain
manusia juga memiliki nurani yang sering kita sebut dengan suara hati. Suara hati
merupakan suara yang kita dengar dan dari dalam diri kita. Suara itu selalu kita
anggap benar jika kita ingin melakukannya. Suara hati merupakan cermin dari
kepribadian kita sesungguhnya. Ada orang yang mengatakan bahwa suara hati itu
bersifat baik atau positif, namun ada yang mengatakan ia bersifat seperti yang
dipercayai oleh orangnya (yang mendengar suara hati tersebut). Suara hati adalah
kemampuan orang untuk membedakan mana yang baik dan benar atau sebaliknya,
serta diarahkan untuk selalu mengambil keputusan yang paling baik dan benar.
Suara hati dapat kita kita dengar atau rasakan apabila kita selalu dapat
mengintropeksikan diri kita sendiri atas apa yang telah kita lakukan. Kita juga
harus peka terhadap segala gejala yang menimpa diri kita dan tetap berpegang
pada norma baik budaya, adat, sosial dan agama kita.
Pada tahun 1963, dalam ensiliknya yang berjudul “ Pacem in Terris “ Paus
Yohanes XXIII menegaskan bahwa “ Sang Pencipta dunia telah mencamkan ke
dalam hati sanubari manusia suatu tata moral, yang diwahyukan kepadanya, yang
suara hatinya dengan tegas menyuruhnya untuk mentaatinya ” (PT 5). Dalam
kalimat diatas sebetulnya sudah dapat diketahui bahwa suara hati sudah dimiliki
oleh setiap orang. Namun bagaimana caranya kita mendengar dan melakukan

1
tindakan berdasarkan suara hati tersebut. Caranya memang dapat mudah dan sulit,
tergantung bagaimana kita melakukannya dan niat kita untuk mendengarnya.
Caranya yaitu dengan selalu berbuat sesuai norma yang berlaku, peka terhadap
kejadian sekitar, intropeksi diri dan berbuat sesuai dengan apa yang yakini itu
benar baik menurut diri kita dan orang lain.
Sikap kita terhadap suara hati dantara lain kita harus mentaatinya dan juga
melakukannya. Namun dalam ensilik yang ditulis Paus Yohanes Paulus II,
berjudul “ Veritatis Splendor “ juga ditegaskan bahwa “ Suara hati, sebagai
penilaian atas suatu perbuatan, tidaklah luput dari kemungkinan untuk keliru “
(VS 62). Oleh sebab itu kita juga harus mempertimbangkan akan apa yang
sanubari kita katakan.
Pada tahun 1965, dalam dokumen Konsili Vatikan II yang berjudul “
Gaudium et Spes “, para pemimpin gereja menegaskan bahwa: “ Suara hati itu
selalu menyerukan … untuk mencintai dan melaksanakan hal yang baik dan
menghindari hal yang jahat. Bilamana perlu, suara hati itu menggemakan dalam
lubuk hatinya ‘lakukanlah ini, elakkanlah itu’. Sebab dalam hatinya manusia
menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah inti manusia yang
paling rahasia, sanggar sucinya; disana berada bersama Allah, yang sapaan-Nya
menggema dalam batinnya. Berkat hati nurani dikenalilah secara ajaib hukum …
cinta kasih terhadap Allah dan sesama … Semakin besar pengaruh hati nurani
yang cermat … semakin orang berusaha mematuhi norma – norma moral yang
obyektif. Tetapi tidak jaranglah terjadi bahwa hati nurani tersesat, maka
ketidaktahuan, … (atau karena) ketidak pedulian untuk mencari hal yang benar
serta baik, dan karena kebiasaan berdosa “ (GS 16). Dari kalimat tersebut kita tahu
bahwa hati nurani berperan penting dalam diri kita. Misalnya dengan suara hati
kita dapat berbuat: cinta kasih, perbuatan baik, memilah suatu masalah, mematuhi
norma-norma moral yang obyektif, dan kita juga dapat tersesat oleh sura hati bila
salah memahaminya.
Dengan melakukan tindakan yang berdasarkan suara hati dengan benar
dan baik. Maka tindakan itu akan berdampak bagi kita baik diri sendiri atau orang
lain. Dampak tersebut mungkin dapat menguntungkan atau merugikan kita
tergantung apa yang kita pahami akan suara hati kita. Dampaknya antara lain: kita

2
dapat lebik berani dalam mengambil keputusan, disegani orang, tidak giyah
terhadap ajakan yang menyesatkan, tidah gelisah setelah mengambil keputusan
dan menjalankannya, dan masih banyak lagi.
Ajaran agama Katholik tentang suara hati, dapat kita lihat di berbagai
kutipan kitab, dokumen ataupun ensilik-ensilik. Akan tetapi secara garis besar
dapat kita lihat pada ensilik Paus Yohanes Paulus II yang berjudul “ Veritatis
Splendor “. Disana ditegaskan bahwa : penilaian suara hati adalah suatu penilaian
prkatis, suatu penilaian yang membuat orang mengetahuihal yang harus
dilakukannya dan hal yang tidak boleh dilakukannya (VS 59); penilaian suara hati
mempunyai corak mewajibkan, maka manusia harus bertindak sesuai perintahnya
(VS 60); kebenaran mengenai kebaikan dikenal secara praktis dan konkret melalui
penilaian suara hati (VS 61); suara hati sebagai penilaian atas suatu perbuatan,
tidaklah luput dari kemungkinan untuk keliru (VS 62).
Namun, berhubung pembahasan kita dalam pendidikan yang didasari suara
hati. Maka kita juga dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam pendidikan suara
hati sangatlah diperlukan, karena tanpa suara hati kita tidak akan berkembang
menjadi lebih baik dan maju. Dan sebaliknya dengan pendidikan pula suara hati
kita juga akan menjadi lebik tajam atau peka terhadap suatu keputusan dan
keadaan.
B.TUJUAN
1.Mengetahui pengertian suara hati
2.Mengetahui cara membentuk suara hati
3.Mengetahui syarat membentuk suara hati
4.Mengetahui suara hati sesat
5.Mengetahui tanggung jawab atas keputusan suara hatI
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu suara hati ?
2. Bagaimana membentuk suara hati ?
3. Apa syarat membentuk suara hati ?
4. Apa itu suara hati yang sesat ?
5.Bagaimanakah tanggung jawab atas keputusan suara hati ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Suara Hati


 Suara hati adalah suara halus dan murni datang langsung dari kesadaran
sang Hidup yang ada di dalam diri kita paling dalam yang bersih dan jujur,
tanpa pertimbangan dalam memberikan jawaban. Suara hati akan
membawa kita kepada keselamatan dan kebahagiaan, asalkan kita dapat
mendengarkannya dengan jelas dan meyakininya kemudian
mempraktikkannya dalam kehidupan.
 Pengertian Suara Hati
Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes no. 16
Suara hati adalah inti manusia yang paling rahasia dimana manusia
seorang diri mendengar sapaan Allah di dalam batinnya (Sanggar Suci
Allah)
Katekismus Gereja Katolik no. 1778
Suara hati adalah keputusan akal budi dimana manusia mengerti apakah
suatu perbuatan konkret yang dia rencanakan, sedang dilaksanakan atau
sudah dilaksanakan bersifat baik atau buruk secara moral
Buku Iman Katolik
Suara hati adalah kemampuan manusia untuk menyadari tugas moral dan
untuk mengambil keputusan moral
Dr. Franz Magnis Suseno
Suara hati adalah kesadaran dalam batin manusia bahwa manusia
berkewajiban mutlak untuk melakukan hal-hal yang benar sesuai dengan
tanggungjawabnya dalam situasi yang konkret.

 Dari berbagai pengertian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa suara


hati dapat diartikan secara luas dan secara sempit.
Arti luas : Dalam arti luas hati nurani berarti kesadaran moral yang
tumbuh dan berkembang dalam hati manusia. Keinsafan akan adanya
kewajiban.

4
Arti sempit : Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral di atas
dalam situasi konkret. Suara hati yang menilai suatu tindakan manusia
benar atau salah, baik atau buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang
baik dan jujur .
 Suara hati : suara dalam hati kita yang mengatakan kepada kita
untuk melakukan sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu. 
 Suara hati merupakan suara yang kita dengar dan dari dalam diri kita.
Suara itu selalu kita anggap benar jika kita ingin melakukannya. Suara hati
merupakan cermin dari kepribadian kita sesungguhnya. Ada orang yang
mengatakan bahwa suara hati itu bersifat baik atau positif, namun ada
yang mengatakan ia bersifat seperti yang dipercayai oleh orangnya (yang
mendengar suara hati tersebut). Suara hati adalah kemampuan orang untuk
membedakan mana yang baik dan benar atau sebaliknya, serta diarahkan
untuk selalu mengambil keputusan yang paling baik dan benar.
 Ajaran gereja mengajarkan bahwa suara hati merupakan Sanggar Suci
Allah di dalam hati manusia. Tempat dimana manusia sendirian bersama
Allah. 
 Suara hati dimiliki oleh setiap orang, bukan hanya orang Katolik atau
orang beriman, karena penuntun utama suara hati adalah AKAL
BUDI manusia. 
 Suara hati selalu benar, namun suara hati dapat menjadi tumpul, lalu
menjadi buta jika kita tidak berusaha menjaga dan membina. 
2. Cara Membentuk Suara Hati
Dalam hati manusia, sebelum bertindak atau berbuat sesuatu, ia sudah
mempunyai kesadaran atau pengetahuan umum bahwa da yang baik dan ada yang
buruk. Setiap orang memiliki kesadaran moral tersebut, walaupun kadar
kesadarannya berbeda-beda.
Pada saat suatu tindakan itu dilakukan, suara hati akan mengatakan
perbuatan itu baik atau buruk. Jika perbuatan itu baik, kata hati akan mendorong
supaya perbuatan itu dilakukan. Dan jika perbuatan itu buruk, kata hati akan
melarang perbuatan untuk dilakukan. Dan akan terus bekerja dengangan
mendorong perbuatan baik dan melarang perbuatan buruk.

5
Sesudah suatu tindakan atau perbuatan, maka kata hati muncul sebagai
hakim yang memberi vonis. Untuk perbutan yang baik, kata hati akan memberi
tanda lewat perasaan positif dengan pujian yang membuat orang merasa senang,
bangga, tenang dsb. Nmaun jika perbuatan itu buruk maka ia akan memberi tanda
lewat perasaan yang muncul, karena suara hati mencela perbuatan tersebut
sehingga orang merasa gelisah, malu, menyesal, putus asa dsb.
Demikianlah kata hati muncul sebagai indeks (petunjuk), kemudian sebagai
iudex (hakim) dan sekaligus vindex (penghukum).

3. Syarat membentuk suara hati


Di lubuk hati nuraninya manusia menemukan hukum, yang tidak
diterimanya dari dirinya sendiri, tetapi harus ditaatinya. Suara hati itu selalu
menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan
untuk menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu, suara itu menggemakan dalam
lubuk hatinya.dibentuk oleh pengetahuan yang kita dapat, sehingga pendidikan
hati nurani merupakan tugas seumur hidup. Sabda Tuhan merupakan Terang yang
membentuk suara hati, yang harus kita terapkan dalam hidup kita dalam iman dan
doa, oleh bimbingan Roh Kudus, dibantu oleh kesaksian ataupun nasihat orang
lain dan juga oleh pengajaran Gereja. harus mengenal hatinya sendiri dan rajin
memeriksa batin. . Upaya mencari kehidupan batin menjadi lebih penting lagi,
karena kehidupan sering kali mengalihkan perhatian kita dari setiap pertimbangan,
dari pemeriksaan diri atau dari introspeksi.

4. Suara hati yang sesat


Sesungguhnya manusia, dapat dipastikan mempunyai dorongan untuk
berbuat baik dikarenakan ada dorongan suara hatinya yang bersifat baik akan
tetapi manusia sering mengabaikan disebabkan dipicu oleh keinginan atau hasrat
yang bertentangan dengan suara hatinya.
Nah sekarang yang dipertanyakan  bagaimanakah seumpama kita
dihadapkan pada dua persoalan yang bertolak belakang, apakah suara hati yang
harus didahulukan atau keinginan? Maka jawabannya adalah suara hati yang 
harus didahulukan karena suara hati  itu berasal dari tuhan yang selalu

6
memberikan umatnya petunjuk disaat mereka senang susah atau sedih dan disaat
umatnya sedang dalam keadaan membingungkan apapun yang dihadapi setiap
umatnya
Sedangkan keinginan pada dasarnya hasrat nafsu yang sesaat, dimana kita
penasaran untuk mencoba atau memilikinya, Keinginan kita biasanya dipengaruhi
oleh emosi dan nafsu yang disebabkan oleh gelapnya hati nurani. Kadang-kadang
hal-hal yang tidak urgen kita butuhkan dengan pengaruh emosi dan nafsu bisa
menjadi keinginan kita, sedangkan suara hati merupakan niat baik yang datang
dari hasil pertimbangan baik dan buruk.
Suara hati bisa muncul kapan saja, asalkan hati nurani dalam keadaan tidak
kalut, jika hal tersebut terjadi yang keluar bukanlah suara hati melainkan emosi.
Bertindak sesuai dengan moral seprti halnya adil, jujur, dan sopan  merupakan
bersifat mutalak dan tidak bias ditawar lagi dan tidak mempermasalahkan untung
dan rugi
Manusia yang unik ini mempunyai pikiran dan disisi lain binatang juga
mempunyai pikiran, buktinya seekor kucing jika melihat tikus atau ikan dapat
dipastikan kucing tersebut akan memakannya, hal tersebut membuktikan bahwa
hewan mempunyai akal atau pikiran. Akan tetapi pikiran hewan tidak sama
dengan pikiran manusia, akal atau pikiran hewan cuman digunakan untuk
mengatasi hidupnya saja, lain dengan halnya manusia yang mempunyai pikiran
atau dipergunakan untuk mengatasi segala macam permasalahan.
Manusia bukanlah seperti halnya binatang buas, yang mempunyai daya
pikir untuk mempertahankan hidupnya saja, melainkan manusia adalah makhluk
ciptaan allah yang paling mempunyai pemikiran yang sempurna sehingga dapat
mengatasi permasalahaannya dengan cara meningkatkan daya pikirnya, dan
kadang pula meskipun demikian, telah nampak sifat-sifat binatang, didalam
pikiran manusia sehingga seenaknya sendiri ia beertindak —pada akhirnya tidak
ada bedanya antara hewan dan manusia, sehingga manusia berbuat sewenang-
wenang yang penting dirinya bisa mendapatkan yang ia inginkan, dan
pengaruhnya hanyalah kerusakan yang timbul dimuka bumi, tindakan tersebut
dapat terjadi kepada siapa saja kalau mengabaikan suara hatinya.

7
Sebenarnya Ketika kita akan melakukan perkara yang tercela atau dilarang
oleh agama sebenarnya suara hati kita memberi nasehat pada diri kita bahwa
perbuatan tersebut jangan sampai dilakukan karena berdampak negative pada
akhirnya, akan tetapi suara hati sering diabaikan dikarenakan dipicu oleh
keinginan atau hasrat.
Sebenarnya didalam suara hati kita terdapat sumber kejujuran dan sumber
kebenaran yang sangat luas. Bila kita mampu menyelami suara hati kita secara
mendalam, maka kita akan mempunyai potensi yang sangat tinggi, karena dengan
kejujuran dan kebenaran yang hakiki hidup kita akan bermakna dan lebih
berharga, baik secara hubungan horisontal maupun vertical.
jadi manusia akan mempunyai sifat seperti binatang buas yang akan
menghancurkan sesamanya kalau sering mengedepankan hasratnya dan
mengabaikan suara hatinya.
Suara hati berfungsi sebagai:
Pegangan, pedoman atau norma untuk menilai suatu tindakan apakah tindakan itu
baik atau buruk.
Pegangan atau peraturan-peraturan konkret di dalam kehidupan sehari-hari
Menyadarkan manusia akan nilai dan harga dirinya
Suara hati kita bisa juga menjadi suara hati yang keliru karena hal-hal di bawah
ini :
Ketidaktahuan
Seseorang melakukan tindakan tanpa didasari oleh kesadaran apakah yang ia
lakukan benar atau salah karena ia tidak mengetahui apakah perbuatan itu benar
atau salah.
Contoh:
Seorang anak yang sejak kecil hidup dalam lingkungan pencuri. Ia tidak akan
mengerti bahwa mencuri itu salah, baik atau buruk , maka ia tetap melakukan
tindakan mencuri
Kebiasaan
Contoh :
Deni hari ini tidak belajar untuk ulangan Matematika yang akan dilaksanakan hari
ini. Ia kemudian mencari cara agar ia tetap mendapatkan nilai baik, akhirnya ia

8
menyontek. Suara hati yang memberinya kesadaran tidak dihiraukannya Karena
tidak ketahuan maka ia mengulang perbuatan itu berulangkali, sampai menjadi
suatu kebiasaan, sehingga ia tidak lagi peka apakah perbuatan itu benar atau salah.
Ideologi
Contoh :
Seseorang menganut paham komunisme. Maka ia sangat yakin dengan kehidupan
bersama, yang semua harus sama dan rata, dan ia tidak mempercayai bahwa
Tuhan itu ada. Oleh karenanya keputusannya akan didasarkan pada
paham/ideology yang diyakinminya benar, meskipun secara obyektif tidak bisa
dibenarkan.
Pengalaman masa lalu
Contoh :
Seorang anak yang sejak kecil dikatakan bodoh, maka ia akan sellau ragu-ragu
ketika harus membuat keputusan. Semua yang ia lakukan akan didasarkan pada
keraguan, karena ia mempunyai gambaran diri yang bodoh
Rasionalisasi
Alasan yang selalu dibuat seolah-olah benar akan mengacaukan suara hati kita
sampai kita sulit untuk membuat keputusan karena segala yang baik dan benar
yang harus kita lakukan dibutakan oleh rasionalisasi yang kita buat.

Pedoman yang dapat dipegang


Suara Hati Benar, jika kata hati kita sesuai dengan norma obyektif
Suara Hati Keliru, jika kata hati kita tidak sesuai dengan norma obyektif
Hati nurani yang pasti, artinya, secara moral dapat dipastikan bahwa hati nurani
tidak keliru.
Hati nurani yang bimbang, artinya masih ada keraguan
Hal-hal di bawah ini bisa menjadi pedoman :
Suara hati yang benar dan pasti, maka:
Perbuatan yang baik dapat dan harus dilakukan
Perbuatan yang buruk harus dielakkan
Suara hati yang pasti, tetapi keliru, maka:
Perbuatan yang baik dapat dan harus dilakukan

9
(Misalnya, seorang siswa merasa pasti bahwa hari Senin adalah hari puasa,
maka ia harus berpuasa walaupun keliru)
Perbuatan buruk harus dielakkan
( Misalnya, seorang remaja merasa pasti bahwa mencium kekasihnya adalah
dosa, maka ia harus mengelakkannya walaupun keliru)
Suara hati yang tidak pasti
Seseorang dapat memilih yang paling menguntungkan. Misalnya, hati nurani
seseorang tidak merasa pasti apakah hari ini hari puasa atau tidak, maka ia boleh
memilih yang menguntungkan dia Jika menyangkut nyawa manusia, itu harus
didahulukan. Misalnya, jika seseorang tidak merasa pasti bahwa suatu cara KB
bersifat abortif atau tidak, maka ia harus menolak cara itu, sebab menyangkut
nyawa manusia.
Arti dan Peranan Suara Hati dalam Kitab Suci
Membaca (Rm 7: 14-26), Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes
Santo Paulus mengatakan kepad kita bahwa dalam diri kita ada dua hokum, yaitu
hokum Allah dan hokum dosa. Kedua hokum itu saling bertentangan. Hukum
Allah menuju kebaikan sedangkan hukum dosa menuju kepada kejahatan. Santo
Paulus menyadari bahwa selalu ada pergulatan antara yang baik dan yang jahat
dalam hati manusia
Dalam mengambil keputusan, kita mempunyai pedoman bukan berasal dari luar
diri kita, tetapi berasal dari dalam diri kita sendiri. Setiap orang mempunyai daya
khusus, untuk mengenal yang baik dan buruk. Dalam situasi yang konkret kita
disadarkan oleh suara hati kita untuk melakukan hal yang baik yang akan
membahagiakan diri kita, dan jika tidak kita laksanakan maka kita akan kecewa
dan menyesal.
Konsili Vatikan II dengan sangat indah mengungkapkan dalam dokumen
Gaudiumet Spes artikel.16 demikian:
“Di lubuk hati nuraninya, manusia menemukan hukum, ynag tidak diterimanya
dari dirinya sendiri, melainkan harus ditaati. Suara hati itu selalu menyerukan
kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan menghindari
apa yang jahat. Bilamana perlu, suara itu menggemakan dalam lubuk hatinya:
jalankan ini, elakkan itu sebab dalam hatinya, manusia menemukan hukum yang

10
ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi hukum itu dan menurut hukum itu
pula ia akan diadili.

5. Tanggung jawab atas keputusan suara hati


Seringkali suara hati ikut serta atau bertindak memberikan informasi pada
diri kita didalam menentukan prioritas, akan tetapi kita sering mengabaikan suara
hati kita sendiri hanya untuk mengikuti nafsu sesaat atau untuk kepentingan yang
lain , dimana pada akhirnya hanyalah kerusakanlah yang terjadi dikemudian hari,
disebabkan mengabaikan suara hati sendirinya. Suara hati merupakan acuan atau
fundasimental bagi kita semua karena kalau kita akan melakukan kesalahan atau
perbuatan yang akan berdampak fatal suara hatilah yang menasehati pada diri kita
bahwa perbuatan tersebut terlarang dan jika kita merasa putus asa akan sesuatu
suara hatilah yang memberi semangat bagi diri kita, maka dari itu janganlah
abaikan suara hati kita
Kembangkanlah suara hati kita karena suara hati pada dasarnya suara hati
bersifat universal ( mengambil kebijakan atau keputusan memandang dari semua
sudut) dengan catatan manusia tersebut mencapai titik zero ( hatinya bersih )
karena hati kita sedang kalut suara hati tidak akan muncul, melainkan emosilah 
yang muncul.
Jika kita mencermati surat As-Sajadah ayat 9, dimana Allah telah
meniupkan ruh kepada manusia ketika berada di alam kandungan, dikala itu pula
tuhan telah membuat suatu perjanjian dengan manusia ” bukankah aku tuhanmu”?
manusia menjawab dengan wajah menganggup ” ya aku bersaksi engkaulah
tuhanku“, maka anggupan itulah di termasukkan suara hati, yang masih bisa kita
rasakan sampai sekarang.
Allah meniupkan ruh ke dalam diri manusia, yang tidak diberikanNya
kepada makhluq bumi yang lain. Karena manusia mempunyai ruh, otomatis ia
mempunyai kekuatan ruhaniyah yaitu akal. Dengan akal itu manusia mempunyai
kesadaran akan wujud dirinya. Dengan otak sebagai mekanisme, akal manusia
dapat berpikir dan dengan qalbu (suara hati) sebagai mekanisme akal manusia
dapat merasa. Allah menciptakan manusia dalam keadaan, ” ahsani taqwiym”
(95:4), sebaik-baik kejadian

11
Kemampuan akal untuk berpikir dan merasa bertumbuh sesuai dengan
pertumbuhan diri manusia. Agar manusia dapat mempergunakan akalnya untuk
berpikir dan merasa, ia perlu mendapatkan informasi dan pengalaman hidup. Jadi
suara hati
Hidup tanpa berpegang atau tidak sesuai dengan suara hati, akan
menimbul hal-hal yang tidak sesuai dengan tatanan hidup dan akan berakhir
dengan kegagalan, baik kegagalan batiniah maupun lahiriah. Seperti halnya
sebuah tradisi yang telah berjalan di Negara jepang dimana disitu ada budaya
hara-kiri, tatkala seseorang yang merasa berputus asa didalam berusaha atau
bersalah, mereka menyakhiri hidupnya dengan cara merobek perutnya dengan
pedang katana. Jembatan golden gate difransisco adalah sebagai tempat bunuh diri
yang sangat popular diamerika, yang begitu mengagumkan paham kspitalisme.
Dan paham Dructer dalam bukunya “ management by  Objective”
hanyalah menghasilkan sebuah kesuksesan dibidang ekonomi dan teknologi, akan
tetapi hatinya kering dan lalai, tidak mendapatkan ketentraman batin. Dan aliran
taolisme yang mengagumkan keseimbagan batin, namun pada kenyataanya
menghasilkan manusia dari tanggung jawab ekonominya. Ada juga dale carnagie
yang sangat mendambakan penghargaan dimana hal tersebut yang mempengaruhi
jutaan orang dibelaham dunia dalam bertingkah laku, seakan-akan dirinya merasa
menjadi orang termulia dengan sebuah penghargaan tersbut. Dan kisah romeo dan
Juliet yang rela berkorban jiwanya hanya karena sebuah cinta.
Sejarah telah mencatat bahwa bahasannya hidup tidak sejalan dengan suara hati
atau  mengabaikan suara hati akan berakhir dengan kehancuran dan kesengsaraan
seperti halnya contoh diatas.
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain
Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah
yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka Mengetahui. (An.Kabut)
Ayat diatas telah memberikan ilustrasi pada kita semua bahwa persoalan apabila
menghiraukan saura hati dan mengambil jalan yang lain maka yang terjadi
hanyalah kehancuran. Karena suara itu sebagai mana yang telah disebutkan diatas
bahwa bahasannya suara hati merupakan sebuah tiupan atau petunjuk yang datang
dari  tuhan yang telah dipancarkan  kedalam hati nuarani kita

12
 Cara kerja suara hati:
1.      Sebelum sebuah perbuatan dilakukan.
Suara hati memberikan pertimbangan antara yang baik dan yang buruk, sehingga
manusia memiliki pilihan.
2.       Menjelang sebuah perbuatan dilakukan.
Suara hati mengingatkan sesaat sebelum sebuah perbuatan dilakukan.
3.       Saat sebuah perbuatan dilakukan.
Suara hati memberi vonis atas sebuah tindakan.
4.       Sesudah sebuah perbuatan dilakukan.
Suara hati memberikan ganjaran dan hukuman kepada perasaan manusia. 

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Jadi, suara hati bekerja setiap saat.
 Tanda yang seringkali muncul apabila kita melanggar suara hati adalah
munculnya perasaan bersalah, gelisah, takut, dan perasaan berdosa.
 Suara hati dapat menjadi tumpul dan keliru jika:
 Terlalu sering dilanggar
 Kurangnya pendidikan nilai dalam keluarga
 Kurang berusaha mencari pengetahuan tentang yang baik dan yang
buruk
 Pengaruh lingkungan atau tradisi, adat, budaya, dan kebiasaan
masyarakat. 

B. SARAN
Oleh karena itu suara hati perlu dibina agar tidak menjadi tumpul. Caranya
antara lain dengan:
 Mematuhi suara hati. Semakin dipatuhi maka suara hati akan semakin
peka
 Berusaha mencari pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk melalui
kegiatan rohani, buku, ilmu pengetahuan, atau orang-orang yang dianggap
lebih bijaksana dari diri kita.
 Menghindarkan pengaruh pergaulan yang buruk. 

14
DAFTAR PUSTAKA

:kristiono.wordpress.com
rokimgd.wordpress.com
radian91.wordpress.com

15
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
makalah yang membahas tentang Suara Hati ini dapat diselesaikan. Makalah ini

dibuat untuk memenuhi tugas pada semester satu tahun ajaran 2010/2011 yang
telah diberikan oleh pembimbing mata kuliah”Agama Katolik”.

Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan,


dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima
kasih kami sampaikan kepada

1. Bapak Paulus Oja selaku dosen pembimbing mata kuliah Agama


Katolik
2. Teman-teman mahasiswa yang telah mendukung dan membantu kami
sehingga makalah ini dapat diselesaikan
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga
dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Kami juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa khu susnya dan bagi
pembaca umumnya.

Blitar, 27 November 2010

Penulis

16
DAFTAR ISI
ii

Kata Pengantar………………………………………………………………i

Daftar Isi……………………………………………………………………..ii

Pendahuluan…………………………………………………………………1

Pembahasan………………………………………………………………….4

Penutup………………………………………………………………………14

Daftar Pustaka……………………………………………………………….15

17

iii

You might also like