Professional Documents
Culture Documents
Tata hukum adalah susunan hukum yang terdiri dari berbagai aturan-aturan dan ketentuan-
ketentuan hukum yang tertata atau tersusun sedemikian rupa sehingga orang mudah
menemukannya bila diperlukan untuk menyelesaikan peristiwa-peristiwa hukum yang timbul atau
terjadi dalam masyarakat.
Aturan-aturan yang ditata sedemikian rupa tadi saling menentukan satu sama lain. Tata
hukum yang berlaku di suatu masyarakat karena disahkan oleh penguasa masyarakat tersebut atau
pemerintah negara tersebut.
Tata hukum yang sah dan berlaku pada waktu tertentu di wilayah atau negara tertentu
disebut hukum positif (ius constitutum). Sedangkan masyarakat yang menaati aturan yang sudah
dibuat oleh pemerintahnya disebut masyarakat hukum. Masyarakat harus patuh karena aturan-
aturan itu timbul dalam masyarakat itu sendiri sehingga masyarakat harus mematuhinya.
Tiap-tiap tata hukum mempunyai strukturnya sendiri: hidup, berkembang (dinamis) dan
berubah sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, sehingga dikatakan bahwa tata
hukum itu berstruktur terbuka.
Tujuan mempelajari tata hukum adalah ingin mengetahui, memahami seluruh aturan hukum
yang sedang berlaku di negara tersebut dan ia akan mempelajari hukum positif negara tersebut.
Ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum yang sedang berlaku di suatu negara disebut ilmu
pengetahuan hukum positif.
Tata hukum Indonesia berstruktur terbuka karena bersifat dinamis karena mengikuti
perkebangan kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain perkembangan kebutuhan masyarakat selalu
diikuti dengan perkembangan aturan-aturan hukum. Karena itu hukum itu bertujuan untuk
mengatur dan melindungi kepentingan hidup masyarakat, agar tercapai suatu masyarakat yang
tertib.
Tata hukum Indonesia baru ada setelah lahirnya negara Indonesia (sejak 17 Agustus 1945).
Pernyataan yang ada dalam teks proklamasi, pembukaan UUD 1945 alinea II dan IV menyatakan
bahwa negara Indonesia adalah negara yang adil dan berdaulat serta menetapkan bahwa tata
hukum Indonesia yang tertinggi di dalam UUD 1945. UUD 1945 hanya memuat aturan dasar atau
pokok saja. Ketentuan lebih lanjut dijabarkan dalam peraturan perundangan yang lain yang berlaku
di Indonesia.
Sebagai negara yang baru merdeka epemerintah Indonesia belum mampu untuk membuat
aturan-aturan hukum yang akan mengatur tata kehidupan di Indonesia sendiri. Karena seluruh
tenaga dan pikiran telah dicurahkan untuk merebut kemerdekaan. Padahal suatu negara akan
membawa akibat yang sangat fatal tanpa ada landasan hukumnya. Jalan keluarnya, pemimpin
Indonesia waktu itu mencantumkan pasal II aturan peralihan UUD 1945 (semua aturan-aturan
hukum yang sudah ada dinyatakan tetap berlaku sampai diganti dengan UUD yang baru (UUD
1945)). Aturan tersebut dibuat tujuannya semata-mata untuk menghindari kekosongan hukum.
Karena itulah peraturan perundang-undangan di Indonesia dikatakan beraneka warna (karena ada
peraturan perundangan yang dibuat Indonesia sendiri, ada pula yang dibuaat oleh pemerintah
Hindia Belanda dan Jepang yang masih berlaku sampai sekarang di Indonesia (sesuai dengan pasal II
aturan peralihan UUD 1945)).
Sebagian besar aturan-aturan hukum yang berlaku di Indonesia sampai sekarang ini telah
dikodifikasikan. Dasar hukum kodifikasi pasal 131 ayat 1 IS (isinya sebuah perintah bahwa hukum
perdata, hukum pidana, hukum dagang, hukum acara perdata, hukum acara pidana harus
dikodifikasi) dan dilakukan berdasarkan asas konkordansi (persamaan, keselarasan), sesuai pasalo
131 ayat 2.
Asas konkordansi adalah aturan hukum yang berlaku bagi orang-orang Belanda di Indonesia
harus disamakan dengan aturan hukum yang berlaku di Belanda.
Selain sudah dikodifikasi juga sudah unifikasi artinya aturan-aturan hukum pidana itu
berlaku untuk seluruh penduduk Indonesia (mulai berlaku 1 Januari 1918).
Belum unifikasi, sifatnya masih pluralisme (beraneka atau banyak aturan hukum yang
berlaku), tetapi sudah dikodifikasi.
Contoh:
Menurut Logemann, negara adalah suatu organisasi yang bertujuan mengatur serta
menyelenggarakan suatu masyarakat.
Menurut Mac Iver, negara adalah suatu organisasi politik yang ada di dalam masyarakat.
Menurut Prof. Oppenheim, hukum tata negara mengatur negara dalam keadaan diam. Hukum
tata negara tidak mengatur cara kerja alat-alat perlengkapan negara di dalam menjalankan tugas-
tugasnya.
Menurut Van Vollenhoven, hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang bentuk
negara, bentuk pemerintahan, wilkayah negaram alat-alat perlengkapana negara, dan rakyat negara.
Bentuk negara ada dua, yaitu Kesatuan dan Serikat. Sedangkan bentuk pemerintahan terdiri
dari Republik dan Monarkhi (Kerajaan).
Dasar-dasar pemerintahan suatu negara pada umumnya termuat di dalam konstitusi atau
undang-undang dasar negara yang bersangkutan.
Sejarah pemerintahan Indonesia lebih tepatnya dimulai sejak berlakunya UUD 1945 (18
Agustus 1945). Dengan terpilihnya presiden dan wakil presiden (tanggal 18 Agustus 1945) secara
formal terbentuklah negara Indonesia, karena semua syarat formalnya telah terpenuhi. Syarat-syarat
tersebut antara lain:
2. Adanya wilayah negara (tanah air Indonesia yang dulu dinamakan Hindia Belanda)
4. Adanya tujuan negara (baru ada sejak ditetapkannya UUD 1945 alinea ke-II (mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur), untuk mewujudkan visi negara caranya ada di alinea ke-IV
(yang merupakan misi negara)).
Menurut UUD 1945 (sebelum amandemen), sistem pemerintahan NKRI (termuat atau
dijelaskan di dalam penjelasan UUD 1945) berdasarkan 7 asas atau 7 kunci pokok:
2. Sistem konstitusional, yang berarti bahwa negara Indonesia berdasarkan konstitusi atau
hukum dasar, tidak bersifat absolut.
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan MPR, artinya kedaulatan rakyat dipegang
oleh suatu badan yang disebut MPR (penjelmaan kedaulatan rakyat).
b. menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (suatu pedoman atau perintah bagi
presiden dalam melaksanakan tugasnya)
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR (karena kedudukan presiden sejajar
dengan kedudukan DPR).
2. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD 1945 (pasal 1 ayat
(2)).
Kekuasaan tertinggi bukan lagi dipegang oleh MPR. Jadi presiden bukan lagi
mandataris MPR. Karena presiden dipilih langsung oleh rakyat (pasal 6A yat (1)). Tapi
MPR sebagai pemegang dan pelakasana kedaulatan rakyat (Tap MPR No. XI Tahun
2003).
4. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR maupun MPR (pasal 7B ayat (1), pasal 6,
dan pasal 7C).
r
s
e
P
L
m
e
i
d
a g
b a
P
M
B
P
D
P
M
g
n
T
ti
r
e
i
n
e
r
a
g
e
N A
K
R
A
R
i
g
r
s
e
P
y
k
a
Rd
i
/
t
Y
K
M
A
P
D
P
M
n
e
D
UK
R
D
R
5
4
Menurut Van Vollenhoven, hukum tata negara merupakan hukum tentang distribusi
kekuasaan negara. Sedangkan hukum administrasi negara merupakan hukum mengenai pelaksanaan
dari kewenangan-kewenangan tersebut.
Menurut Abdul Jamali, hukum administrasi negara adalah aturan-aturan hukum yang
mengatur administrasi yaitu hubungan antara warga negara dengan pemerintahnnya yang
menyebabkan negara tersebut berfungsi.
Menurut Prof. Kusumadi, hukum administrasi negara adalah keseluruhan aturan hukum yang
mengatur bagaimana negara sebagai penguasa menjalankan usaha-usahanya untuk memenuhi
tugas-tugasnya.
1. Undang-undang
2. Praktek administrasi negara
3. Yurisprudensi
4. Doktrin
Menurut Prof. Prins, hukum administrasi negara merupakan perpanjangan dari hukum tata
negara.
3. Asas tidak boleh mengambil atau menyerobot wewenang badan administrasi negara yang lain
(Asas Exes de Pouvoir); karena jika terjadi sesuatu akan sulit untuk menentukan siapa yang
harus bertanggung jawab.
4. Asas kesamaan hak bagi setiap warga negara (Asas Non Diskriminasi).
5. Asas kebebasan (Asas Freies Ermessen); badan-badan administrasi negara diberi kebebasan
dalam hal menyelesaikan masalah-masalah yang menyangkut kepentingan umum bangsa dan
negara.
HUKUM PERDATA
Hukum perdata biasa disebut sebagai hukum yang berisi aturan-aturan yang mengatur
hubungan hukum antara orang yang satu dengan yang lainnya dalam masyarakat dengan
menitikberatkan pada kepentingan perseorangam.
1. Hukum perdata yang terhimpun atau terkodifikasi dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHP) yang berlaku di Indonesia sampai saat ini berasal dari KUHP Belanda.
1. Golongan eropa
2. Golongan timur asing; orang Cina, Arab, dan selain orang eropa dan bumiputra
Menurut pasal 131 IS pemerintah Hindia Belanda memberlakukan hukum yang berbeda
bagi setiap golongan:
2. Golongan timur asing: sama dengan aturan-aturan hukum orang eropa kecuali hukum
kekeluargaan
Dulunya hukum perdata Belanda hanya diberlakukan bagi orang Belanda yang ada di
Indonesia.
s
i
c
d
a
o
s
m
k
u
h
C
(
p
r
J i
r
s
p
n
a
d
i
s
l
v
i
e
)
t
a
g
n
C
p
d
r )
Indonesia
Dasar hukum mengapa hukum Belanda sampai sekarang masih berlaku di Indonesia:
Keadaan hukum perdata di Indonesia masih bersifat pluralistik (banyak macamnya), karena
adanya politik Hindia Belanda terhadap hukum di Indonesia. Faktor-faktornya antara lain:
1. Faktor etnis
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang mempunyai hukum adatnya
masing-masing.
2. Faktor yuridis
3. Aturan-aturan tentang pendudukan diri secara sukarela kepada hukum perdata Hindia
Belanda
Tunduk untuk sepenuhnya
Tunduk hanya sebagian
Tunduk secara diam-diam (tidak melalui proses penetapan hakim)
Saat ini keadaan pluralistik di Indonesia semakain berkurang karena semakin banyak semua
diciptakan peraturan perundang-udangan nasional yang berlaku untuk semua penduduk Indonesia.
Jadi pluralisme dalam lapangan hukum pedata karena belum ada unifikasi hukum di Indonesia.
Ada karena sistematika menurut undang-undang diprotes oleh ahli hukum Belanda:
1. hukum kekeluargaan tidak tepat dimasukkan ke buku ke-I, karena hukum kekeluargaan
seharusnya mengatur hubungan perseorangan.
2. hukum waris tidak tepat dimasukkan ke buku ke-II, karena hukum waris lebih erat
kaitnnya dengan hukum keluarga.
3. buku IV sangat tidak tepat dijadikan sistematika hukum perdata. Karena alat bukti
merupakan hukum formil atau acara sehingga harus dimasukkan dalam hukum acara
perdata.
2. bagian formil.
1. Hukum Perorangan
4. Hukum Waris
Di dalam KUHP terdapaqt peraturan-peraturan yang bersifat memaksa (dwingen recht), dan
ada yang bersifat mengatur atau melengkapi (aanfullen recht).
Bersifat memaksa artinya ketentuan-ketentuan itu tidak boleh ditinggalkan atau diabaikan,
harus dipenuhi (terdapat dfi buku II tentang benda, sehingga buku II KUHP menganut sistem
tertutup (tidak boleh dikurangi, tidak boleh ditambah)).
Bersifat mengatur artinya aturan-aturan itu fungsinya hanya sebagai pedoman, boleh dipakai,
boleh tidak, boleh ditambah, boleh dikurangi (terdapat di buku III tentang perikatan, sehingga
disebut menganut sistem terbuka) asal tidak melanggar perjanjian dan kesusilaan.
1. Berdasarkan surat edaran MA (SEMA No, 3 Tahun 1963) kedudukan KUHP (termasuk KUHD)
tidak lagi merupakan WETBOEK (kitab undang-undang) tetapi hanya sebagai RECHTBOEK
(kitab hukum atau kitab yang berisi aturan-aturan hukum) atau sebagai pedoman, artinya
hakim pengadilan dapat menganggap suatu pasal di dalam KUHP tidak berlaku lagi jika
dianggapnya pasal tersebut bertentangan atau tidak sesuai lagi dengan keadaan zaman dan
kemerdekaan sekarang ini,.
Secara yuridis formil kedudukan KUHP tetap sebagai undang-undang, karena belum ada
undang-undang yang mencabutnya. Jadi kedudukan KUHP sekarang sebagai pedoman hakim
dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
2. KUHP sekarang bukan lagi sebagai KUHP yang utuh sebagaimana awalnya karena ada bagian-
bagian di dalam KUHP yang sudah dinyatakan tidak berlaku lagi baik karena sudah ada
peraturan perundang-undangan yang baru (nasional). Selain itu ditambah adanya pasal-pasal
yang tidak berlaku lagi menurut keputusan hakim.
HUKUM DAGANG
Hukum dagang adalah aturan-aturan yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dan badan-badan hukum satu dengan yang lainnya di dalam lapangan perniagaan atau
perdagangan. Oleh karena itu hukum dagang disebut juga hukum perdata khusus (karena prinsipnya
sama, tetapi lapangannya berbeda).
Perdagangan adalah suatu pekerjaan membeli dan menjual barang dengan maksud untuk
mencari keuntungan.
Sejarah hukukm dagang yang berlaku di Indonesia sekarang ini sebagai hukum objektif sama
dengan hukum perdata, karena adanya asas konkordansi.
2. Hukum tertulis yang belum dikodifikasi (aturan-aturan hukum yang ada di luar KUHD dan
KUHPerdata : aturan perundang-undangan khusus yang mengatur mengenai perdagangan
(Contoh: undang-undang kepailitan, undang-undang koperasi, dsb.)
Sistematika KUHD
Hubungan antara KUHD dan KUHP sangat erat, bisa dibuktikan pemberlakuannya satu paket
(awalnya di Belanda KUHD dan KUHP dihimpun dalam satu kitab (KUHP), kemudian terjadi
pemisahan karena perdagangan sangat pesat perkembangannya, KUHP (BW), KUHD(BWK)).
Diperkuat dengan pasal 1 KUHD yang mengatakan bahwa KUHP dapat juga berlaku dalam hal-hal
yang diatur dalam KUHD sepanjang KUHD tidak mengaturnya secara khusus.
Menurut Prof. Subekti, kedudukan KUHP dan KUHD adalah sebagai hukum khusus (KUHD)
terhadap hukum umum (KUHP).
Menurut Prof. Sudirman, KUHD merupakan lex spesialis terhadap KUHP sebagai lex generalis.
Menurut Mankan, hukum dagang adalah tambahan hukum perdata yaitu mengatur hal-hal
khusus (hanya soal perdagangan saja).
Menurut Prof. Tirtaamidjaja, hukum dagang adalah hukum perdata yang istimewa.
Menurut Prof. Sutardono, pasal 1 KUHD memelihara kesatuan antara hukum perdata dengan
hukum dagang.
PENGANTAR HUKUM PIDANA
Hukum pidana (secara umum) adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-
pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatannya diancam dengan
hukuman yang berupa penderitaan.
Aturan-aturan hukum pidana tidak hanya ada pada kitab undang-undang hukum pidanan
tetapi ada pada peraturan UU lain diluar KUHPidana yang sanksinya adalah sanksi pidana.
Keistimewaan hukum pidana adalah terletak pada sifatnya yang keras oleh karena itu
dikeluarkan ultimatum reminum : tidakan terakhir dari negara supaya orang mau matuhi kecuali
yang ada di dalam KUH Pidana.
1. Pidana pokok/utama
a. Pidana mati
b. Pidana penjara (seumur hidup maupun selama waktu tertentu)
c. Pidana kurungan (dibawah satu tahun)
d. Pidana denda
2. Pidana tambahan
a. Pencabutan hak-hak tertentu, misalnya dijatuhi pidana penjara selama 16 tahun dan
dicabut haknya sebagai PNS
b. Perampasa/penyitaan barang-barang tertentu, misalnya seluruh harta benda yang
diduga berasal dari korupsi disita
Hukuman tambahan tidak bisa dijatuhkan sendiri (harus ada hukuman pokoknya)
Berasal dari wetboek/WB. Mulai berlaku 1 Januari 1918 berlaku untuk semua golongan
penduduk Indonesia, merupakan hukum yang sudah unifikasi. Berbeda dengan hukum perdata yang
masih pluralisasi.
KUHP yang sekarang berlaku sebagai hukum objektif. Sekarang isi dan jiwanya sudah
disesuaikan dengan keperluan dan keadaan nasional Negara Indonesia. Penyesuaian isi dan jiwa
didasarkan oleh UU No. 1 1946.
Buku 1
Tentang aturan umum, dimuat asas-asas dan pengertian hukum yang berlaku umum.
Artinya disamping berlaku bagi KUHP sendiri juga berlaku bagi semua hukum pidana
diluar KUHP.
Terdiri dari beberapa bab/titel. Setiap bab terdiri dari psal-pasal. Setiap pasal terdiri
dari ayat-ayat. Terdiri dari 9 bab.
Buku 2, tentang kejahatan. Terdiri dari 3 bab. Setiap bab terdiri dari pasal-pasal dan ayat-ayat.
Buku 3, tentang pelanggaran. Terdiri dari 9 bab.
Hukum pidana formil (hukum acara pidana), yaitu aturan-aturan hukum yang mengatur
bagaimana cara melaksanakan/mempertahankan dan menegakkan hukum pidana materiil.
Hukum acara pidana diatur dalam HIR diperbaharui menjadi RIB lalu menjadi KUHAP.
Hk. Pidana Subyetif : adalah hak negara/alat-alat negara untuk menghukum seseorang
berdasarkan hukum pidana objektif karena tidak dibenarkan orang untuk bertindak sendiri/main
hakim sendiri, sehingga harus menyerahkan si pelaku kepada alat negara. Huku pidana obyektif pada
hakikatnya membatasi hak negara tidak boleh menghukum seseorang apabila hukum objektifnya
belum ada.
Asas berlakunya hukum pidana berkaitan dengan tempat., diatur dalam pasal 2 s.d. pasal 9
KUHP. Ada beberapa asas :
1. Asas territorial/asas daerah
Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia berlaku terhadap siapapun juga yang
melakukan tindak pidana di dalam wilayah negara Indonesia. Titik beratnya ada pada dimana
tindak pidana itu dilakukan.
Yang termasuk wilayah kekuasaan hukum pidana itu selain daerah daratan, lautan,
udara yang ada diatasnya, juga kapal-kapal yang memakai bendera Indonesia. Tidak berlaku
bagi orang-orang yang mempunyai hak eksteritorial seperti kepala negara asing yang sedang
berkunjung, wakil organisasi internasional, kedutaan besar, orang-orang yang mempunyai
kekebalan hukum seperti anggota parlemen. Pengertian kekebalan hukum ini yaitu orang
tersebut akan diproses oleh hukum yang ada di negaranya, tidak diproses oleh hukum yang
ada di Indonesia (dimana orang tersebut melakukan kejahatan).
2. Asas nasional aktif/asas persoonalite
Ada pada pasal 5 dan 6 KUH Pidana. Aturan-aturan hukum pidana Indonesia berlaku
juga terhadap warga negara Indonesia yang melakukan tidak pidana di luar negeri.
Ketentuan yang ada di Indonesia mengikuti warga negaranya dimanapun dia berada.
Untuk dapat menuntut orang-orng yang melakukan tindak pidana di luar negeri, terlebih
dahulu tentu si pelaku diserahkan ke negara yang bersangkutan (mis. Indonesia). Penyerahan pelaku
tindak pidana ini dapat dilakukan apabila sudah ada perjanjian ekstradisi (penyerahan) antara negara
Indonesia dengan negara yang bersangkutan. Baru setelah itu pemerintah Indonesia mengirimkan
surat penyerahan pelaku ke Indonesia. Perjanjian ekstradisi dilakukan melalui hubungan/saluran
diplomatic melalui duta besar dari dua negara.
Yaitu aturan-aturan hukum yang mengtur tentang hubungan-hubungan antara negara yang
satu dengan negara yang lain dalam kepentingan di dunia internasional.
Sumber-sumber yang digunakan oleh Mahkamah Internasional di dalam memutuskan
masalah-masalah hubungan internasional :
Siapa yang menjadi subjek dalam hukum internasional? Yaitu organisasi/badan yang ikut serta
di dalam pergaulan internasional, yang mempunyai hak dan kewajiban.
Yang menjadi subjek hukum internasional :
1. Gabungan negara (Uni Emirat Arab, Uni Soviet)
2. Negara yang berdaulat (yang merdeka)
3. Organisasi internasional (PBB, ASEAN)
4. Vatikan (pusat negara katolik)
Dengan cara menempatkan/membentuk perwakilan suatu negara di tempat lain perwakilan
diplomatik (duta besar/tetap/sementara/khusus/berkuasa penuh)
Konsulat (konsul jenderal/wakil dari suatu negara di negara lain) dalam rangka menjalin
hubungan internasional.
HUKUM ACARA/FORMIL
1. Tidak bertindak main hakim sendiri baik dalam perkara perdata apalagi perkara
pidana. Tetap harus menggunakan jalur pengadilan.
2. Hukum acara harus tertulisn dan dikodifikasi supaya ada kepastian hukum.
3. Kekuasaan pengadilan harus bebas dari pengaruh badan-badan yang lain. Harus
independen (mandiri) supaya dapat memutuskan perkara secara adil.
4. Semua keputusan pengadilan (perdata/pidana) harus berdasarkan hukum, tidak boleh
menghukum orang jika tidak ada aturan hukumnya.
5. Sidang pengadilan harus terbuka untuk umum kecuali ditentukan lain oleh
hukum/hukum yang menyatakan siding harus tertutup. Namun keputusan pengadilan
harus dilakukan secara terbuka (siding tertutup misalnya asusila dan perceraian).
1. Reglemen (undang-undang) hukum acara perdata untuk golongan eropa di jawa dan Madura.
2. Reglemen Indonesia yang diperbaharui (RIB) yaitu hukum acara untuk golongan Indonesia di
jawa dan Madura.
Semua sudah dijadikan satu menjadi KUHAP yang sudah berlaku/diunifikasi di seluruh
Indonesia.
Tulisan biasa, ex : sobekan karcis kereta, yang dibuat hanya untuk dicatat.
2. Saksi
Minimal berumur 15 tahun untuk memberi kesaksian. Kesaksian yang diberikan yaitu
segala sesuatu yang dilihat, didengar, dan dirasakan sendiri. Saksi yang mengalami
kejadian itu sendiri disebut saksi korban.
3. Persangkaan : kesimpulan yang ditarik dari hal-hal yang sudah jelas.
Pengakuan : keterangan yang dikeluarkan oleh pelaku/pelapor.
4. Bukti
5. Sumpah
Dilakukan jika bukti lain belum memenuhi. Sumpah dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Sumpah penentu (decisoire)/pemutus, yaitu sumpah atas permintaan salah
satu pihak yang berperkara (digugat/penggugat)
Tujuannya :
1. Unutk memutus suatu perkara bila kekurangan bukti-bukti
2. Untuk menyelesaikan suatu proses perkara
Sumber hukumnya dikatakan sama dengan hukum acara perdata. HIR diperbaharui menjadi
RIB. Berbeda-beda untuk bumi putera dan orang eropa, awalnya pluralism lalu unifikasi.
1. Pemeriksaan pendahuluan
Tindakan-tindakan pengusutan dan penyelidikan apakah suatu sangkaan/dugaan itu benar-
benar beralasan atau tidak dan dapat dibuktikan kebenarannya. Yang aktif adalah polisi
sebagai penyidik.
Di dalam pemeriksaan pendahuluan kegiatan yang dilakukan :
a. Pengusutan/mencari/menyelidiki suatu tindak pidana yang terjadi. Meninjaunya
secara yuridis/perbuatan apa yang dilanggar?/mencari alat bukti, keterangan, dan
saksi. Menitikberatkannya untuk meyakini bahwa tindak pidana tersebut memang
terjadi. Setelah pengusutan dilakukan oleh polisi, polisi membuat berita acara lalu
disampaikan ke kejaksaan. Jaksa akan mengkaji ulang apa proses pengusutan
lengkap atau belum.
b. Penuntutan
Dilakukan oleh JPU, polisi penyidik mengajukan perkara ke pengadilan negeri.
Artinya berkas perkara akan dipelajari oleh hakim. Jika sudah cukup maka hakim
akan menentukan tanggal persidangan dan memanggil jaksa untuk memanggil
terdakwa. Yang menuntut adalah jaksa (bukan korban) atas nama negara.
Penyelidikan : dilakukan paling awal, untuk menentukan adanya tindak pidana atau
tidak.
Penyidikan : dilakukan lebih lanjut setelah penyelidikan.
2. Pemeriksaan di dalam sidang pengadilan.
Untuk meneliti dan memeriksa apakah tindak pidana tersebut benar terjadi, bukti-buktinya
sama atau tidak, sah atau tidak, pasal yang dilanggar sesuai atau tidak, dengan mendasar
dari KUHP. Pemeriksaan dilakukan secara terbuka, siapa saja boleh menyaksikannya.
Setelah pemeriksaan perkara dianggap cukup, penuntut umum/jaksa membacakan
tuntutannya (requisitor).
Keputusan vonis hakim tersebut yaitu :
1. Pembebasan dari segala tuduhan, dijatuhkan oleh hakim karena kurang cukup bukti.
2. Pembebasan dari segala tuntutan
Disini perkara dapat dibuktikan tapi perbuatannya bukan merupakan tindak pidana.
3. Pelaksanaan hukuman
Dilaksanakan oleh JPU, jika terpidana melarikan diri maka yang bertanggung jawab
adalah JPU.
3. Menjatuhkan hukuman.
Terdakwa sudah terbukti melanggar hukum. Jaksa yang akan membawa terpidana
kepenjara.
a. Asas kesamaan, yaitu asas persamaan hukum yang tidak membeda-bedakan derajat, jenis
kelamin, dll.
b. Asas perintah tertulis, yaitu setiap perintah penyelidikan maupun penangkapan harus
tertulis.
c. Asas pemeriksaan keadilan yang terbuka untuk umum kecuali ditentukan lain.
d. Asas untuk memperoleh bantuan hukum seluas-luasnya. Bagi yang tidak mampu membayar
pembela maka akan disediakan oleh negara.
e. Asas hadirnya terdakwa
Dalam perkara pidana, hakim baru akan menjalankan persidangan kalau terdakwa hadir.
Jaksa harus menghadirkan terdakwa di pengadilan.
f. Asas praduga tak bersalah/presunction of innocent
Seseorang harus dianggap tidak bersalah sebelum dibuktikan sebaliknya.
g. Asas memberikan ganti rugi dan rehabilitasi atas salah tangkap, salah tahan, dan salah
tuntut.
h. Asas wajib diberi tahu dakwaan dan dasar-dasar hukumnya.
Antara hukum acara pidana dan hukum acara perdata ada beberapa perbedaan
1. Perbedaan mengadili
HA Perdata tata cara mengadili perkara perdata di muka pengadilan perdata oleh hakim
perdata.
HA Pidana sebaliknya
2. Perbedaan pelaksanaan
HA Perdata, inisiatif datang dari pihak yang merasa dirugikan
HA Pidana, inisiatif datang dari penuntut umum/jaksa
Korban dari kejahatan berkedudukan sebagai saksi (saksi korban)
3. Perbedaan penuntutan
HA Perdata yang menuntut adalah pihak yang dirugikan, berhadapan dengan yang digugat
tidak ada JPU.
HA Pidana jaksa yang menjadi penuntut terhadap terdakwa, mewakili negara.
4. Dalam HA Perdata, sumpah merupakan alat bukti
Dalam HA Pidana, sumpah bukan merupakan alat bukti
5. Perbedaan macam hukuman
Dalam HA Perdata, tergugat yang kesalahannya sudah terbukti dihukum dengan hukuman
denda/ganti rugi/kurungan sebagai pengganti denda.
Dalam HA Pidana, hukumannya berupa pidana mati, penjara, kurungan, denda, pencabutan
hak-hak tertentu/bersifat penderitaan.
6. Perbedaan dalam penarikan kembali suatu perkara
Dalam perkara perdata, sebelum ada keputusan hakim pihak-pihak yang berperkara
dapat/boleh menarik kembali perkaranya.
Dalam perkara pidana tidak bisa ditarik kembali karena penuntut umumnya adalah jaksa dan
perkara tersebut telah melanggar kepentingan umum.
7. Perbedaan dalam dasar keputusan hakim
Perdata :keputusan hakim cukup pada kebenaran formal saja.
Pidana :putusan hakim harus berdasar kepada kebenaran materiil, artinya
kebenaran sesuai keyakinan/sesuai dengan perasaan keadilan hakim
tersendiri, tidak boleh hanya berdasarkan kebenaran formal.