Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PENGAMPU
NUR QUDUS
FAKULTAS TEKNIK
Dake, J.M.K., 1985, Hidrolika Teknik (Edisi Kedua), Jakarta : Penerbit Erlangga
Giles, Renal.V., 1986, Fluid Mechanics and Hydraulics (2/ed), New York : Scaum’s
Kodoatie, Robert.J., 2002, Hidrolika Terapan – Aliran Pada Saluran Terbuka dan Pipa,
White, Frank.M., 1994, Mekanika Fluida (Edisi Kedua), Jakarta : Penerbit Erlangga
A. Definisi
Mekanika Fluida : Cabang ilmu mekanika yang mempelajari fluida dalam
keadaan diam atau bergerak.
Mekanika Fluida : Pengembangan dari ilmu hidrodinamika klasik dengan
hidranika eksperimen.
Hidronika Klasik : Aplikasi ilmu matematika untuk menganalisis aliran fluida.
Ilmu ini mempelajari tentang gerak zat cair ideal yang tidak
mempunyai kekentalan.
Pada mekanika fluida : dipelajari perilaku fluida dalam keadaan diam (statistika
fluida) dan fluida dalam keadaan bergerak (dinamika fluida).
Pada statika fluida : Fluida adalam dalam keadaan diam dimana tidak ada tegangan
geser yang bekerja pada partikel fluida tersebut.
Contoh aplikasi analisis statika fluida adalah pada perencanaan bendungan, pintu air, waduk,
dan sebagainya.
Dinamika fluida : mempelajari tentang gerak partikel zat cair karena adanya
gaya-gaya luar yang bekerja padanya.
Contoh aplikasi dinamika fluida adalah aliran melalui pipa dan saluran terbuka, pembangkit
tenaga mekanis pada turbin air, uap dan gas, pompa hidralis
dan kompresor, gerak pesawat di atmosfer, dan sebagainya.
Analisis perilaku aliran fluida didasarkan pada hukum dasar mekanika terapan tentang
konsevasi massa, energi, momentum, dan beberapa konsep
serta persamaan lainnya. Seperti: hukum newton tentang
kekentalan, konsep panjang campur (Mixing Length) dan
sebagainya.
Hidrolika : Hydor berasal dari bahasa Yunani yaitu cabang ilmu teknik yang mempelajari
perilaku air dalam keadaan diam dan bergerak.
1
N= Kgf ; Atau Kgf = g.N ; Atau Kg = g.N
g
tekanan tertentu.
m kg
ρ= =
∀ m3
dengan m, adalah massa yang menempati volume ∀ .
Bila massa ‘m’ diberikan dalam ‘kg’, maka rapat massa adalah kg/m3.
Rapat massa air pada suhu 4 oC dan tekanan atmosfer standar, adalah 1000kg/m3.
Rapat relatif adalah perbandingan antara rapat massa suatu zat dan rapat massa air pada
suhu 4 o C dan tekanan atmosfer standar.
Bilangan ini tak berdimensi dan diberi notasi “ δ ”,
Berat jenis diberi notasi ‘ τ ’, adalah perbandingan antara berat benda dan volume benda.
Berat benda, adalah hasil kali antara massa dan percepatan gravitasi, dengan bentuk
persamaan :
τ = ρ .g
dengan τ = berat jenis (N/m3 untuk satuan SI, atau kg/m3 untuk satuan MKS).
ρ = rapat massa (kg/m3 untuk satuan SI atau kgm untuk satuan MKS).
g = percepatan gravitasi (m/d2)
Berat jenis air pada suhu 4oC dan tekanan atmosfer adalah 3.31 Kn/m3 atau 1000 kg/m3
Contoh Soal:
1. Satu liter minyak mempunyai berat 0,7 kg. Hitung berat jenis, rapat massa dan rapat
relatif ?
Penyelesaian:
- Berat jenis ( τ ) = 0,7 x 1000 = 700 kg/m3
τ 700
- Rapat Massa ( ρ ) = = = 71,36kg.d 2 / m 4
g 9,81
kg.d 2
= 9,81kgm
m
sehingga:
2. Satu liter minyak mempunyai berat 7,0 N. Hitung berat jenis, rapat massa dan rapat
relatif?
Penyelesaian: τ = 7,0 N / l
τ = 7,0 x1000
τ 7,0 x1000
ρ= = = 713,56kg / m3
g 9,81
dP
sehingga K=
dρ
ρ
Persamaan di atas menunjukkan, harga ‘K’ tergantung pada tekanan dan rapat massa.
Karena rapat massa dipengaruhi temperatur, maka harga ‘K’ juga tergantung pada perubahan
temperatur selama pemampatan.
Apabila perubahan terjadi pada temperatur konstan, maka Ki di sebut modulis elastifitas
isothernal.
Apabila tidak terjadi transfer panas selama proses perubahan, maka Ka di sebut dengan
modus elastisitas adiabatik.
Pada gas, mempunyai harga K yang sangat kecil dan tidak konstan sehingga modus elastisitas
tidak di gunakan dalam analisis gas.
Contoh:
- Modulus elastisitas air ‘K’ = 2,24 x 109 N/m2
- Berapa perubahan volume dari 1 m3 air bila terjadi pertambahan tekanan 20 bar (1 bar =
10 ton/m2 = 105 N/m2)
- Penyelesaian:
dp
- Persamaan; K -
d∀
∀
− ∀dp
atau : d∀ =
k
1x 20 x105
= − = −0,00089m3
2,24.109
Terlihat, dengan pertambahan tekanan yang sangat besar, terjadi perubahan volume yang
sangat kecil.
4. Kekentalan Fluida
Kekentalan adalah sifat-sifat dari fluida untuk melawan tegangan geser pada waktu
bergerak atau mengalir.
Kekentalan di sebabkan karena kohesi antara partikel fluida, fluida ideal tidak
mempunyai kekentalan.
Fluida kental, seperti; sirop atau air, yang mempunyai kekentala besar.
Fluida encer, sperti; air, mempunyai kekentalan kecil.
zat cair yang mempunyai hubungan linier antara tegangan geser gradien kecepatan
(laju regangan geser) disebut fluida Newton.
Pada fluida ideal, tegangan geser adalah ‘nol’ dan kurvanya berimpit dengan ‘obsis’.
Untuk fluida bukan Newton, tegangan geser tidak berbanding lurus dengan gradien
kecepatan.
Gaya tarik yang bekerja pada permukaan akan di minimumkan luas permukaan.oleh
karena itu tetesan zat cair akan berusaha untuk berbentuk bulat agar luas permukaannya
minimum. Pada tetesan zat cair tegangan permukaan akan menaikkantekanan di dalam
tetesan.
Gaya tekanan dalam adalah p.π .r 2 , untuk tegangan permukaan pada keliling adalah 2.π .r.σ
2π .r.σ = π .r 2 . p = ρ .r
2π
P=
r
Dalam bidang teknik, besrnya gagya tegangan, permukaan adalah sangat kecil
dibanding gaya lain yang bekerja pada fluida, sehingga biasanya diabaikan.
6. Kapilaritas
Kapilaritas disebabkan oelh gaya kohesi dan adhesi. Di dalam suatu tabung yang
dimasukkan ke dalam zat cair, jika kohesi lebih kecil dari adhesi maka zat cair akan naik. Jika
kohesi lebih besar dai adhesi maka zat cair akan turun.
Contoh : kapilaritas akan membuat air naik pada tabung gelas, sementara air raksa akan
turun.
2π r σ cos θ = π r2 h τ
2σ cosθ
h=
τr
dengan :
P = keliling tabung
A = luas tampang tabung
σ = tegangan permukaan
Contoh:
Tabung gelas berdiameter 3 mm, dimasukkan secara vertikal ke dalam air. Hitung kenaikan
kapiler bila tegangan permukaan, r = 0,0725 gram/cm.
Penyelesaian :
σ = 0,0725 gram/ cm = 0,00725 kg/m.
2σ 2 x0,0711
dalam satuan SI h= = = 0,00966m
ρ .g.r 1000 x9,81x0,0015m
Elemen fluida berbentuk prisma segitiga dengan lebar satu satuan panjang (tegak lurus
bidang gambar).
Panjang dari tinggi : dx dan dy, yang berada dalam keadaan diam.
P adalah tekanan, px dan py adalah tekanan arah horizontal dan vertikal.
Sisi segitiga mempunyai hubungan dx = ds Cos α
dy = ds Sin α
PxdsSinα = PdsSinα
sehingga : Px = P
Persamaan Kesetimbangan untuk arah y:
Fy – w – Fs Cos α = 0
dy
Py.dx.1 − ρ .g dx.1 − p.dsCosα = 0
2
atau :
1
PydsCosα − ρ .g dy.dsCosα − pdsCosα = 0
2
1
Py − ρ .g.dy − P = 0
2
Karena prisma sangat kecil hingga dy mendekati ‘nol’, maka suku kedua dapat diabaikan;
hingga Py = P
Besarnya gaya yang bekerja pada suatu bidang : F = ∫ A pdA atau F= p.A
Gaya yang bekerja pada kubus adalah berat fluida dan gaya tekanan yang bekerja
pada sisi-sisinya.
Berat kubus : W = ρ .g.dx.dy.dz
Dalam arah sumbu x, bila tekanan yang bekerja pada sisi kiri; Px, maka dengan deret
taylor dapat dicari tekanan pada sisi kanan, yaitu:
∂px
Px + dx
∂x
Demikian juga pada sisi lain:
Tekanan pada sisi bawah : Py
∂py
Tekanan pada sisi atas : py dy
∂y
atau :
∂p
− dx.dy.dz − ρ .gdxdydz = 0
∂y
∂p
= − ρ .g
∂y
dp : − ρ .g .dy
p = − ∫ ρ .g.dy
y2
= − ρ .g . y
P2
P P1 y1
atau p2 − p1 = − ρ .g .( y2 − y1 )
Bila ditinjau keadaan dimana bidang referensi, (sumbu x) berada di permukaan fluida,
dan sumbu ‘y’ positif adalah ke atas. Pada kedalaman y = - h, besarnya tekanan yang terjadi:
p = ρ .g .h + kons tan ta
karena tekanan pada muka air biasanya tekanan atmosfer Patm, maka
p = ρ .g .h + patm
Dengan anggapan percepatan gravitasi ‘g’ tidak berubah dengan jarak vertikal ‘y’,
maka; ρ .g = τ , yaitu berat jenis fluida, sehingga:
p = τ .h + Patm
Persamaan di atas menunjukkan bahwa besar tekanan pda suatu titik di dalam fluida
tergantung pada fungsi kedalaman titik (h)
Tekanan yang ditimbulkan oleh fluida hanya tergantung pada tinggi vertikal fluida di
atas titik yang ditinjau.
Pada gambar diatas kondisi tangki terbuka berisi zat cair yang dihubungkan dengan tabung,
yang ujung atasnya berhubungan dengan udara luar (atmosfer)
Kondisi ini, air akan naik didalam tabung sampai permukaan air sama denganyang ada di
dalam tangki.
Po
Tinggi kenaikan zat cair ‘ho’ dari suatu titik yang ditinjau sama dengan :
τ
Po = tekanan air pada titik tersebut, sama degan kedalaman titik dari permukaan
dikalikan dengan berat jenis zat cairnya, Po = ho. τ
Contoh soal :
Tekanan di dalam tangki tertutup adalah 100 KN/m2. Berilah bentuk tekanan tersebut
dalam tinggi rapat relatif tekanan terhadap air dan air raksa (dengan ;S = 13,6).
P
Penyelesaian : p = τ . h = ρ . g . h = 100 KN/m2 atau h =
ρ .g
100
Tinggi tekanan air : h = = …… m (air)
1000 × 9,81
100
Tinggi tekanan air raksa : h = = m (air raksa)
13,6 × 1000 × 9,81
Tekanan relatif atau tekanan terukur adalah tekanan yang diukur berdasarkan tekanan
atmosfer (di atas atau bawah tekanan atmosfir). Tekanan ini bisa lebih besar atau lebih kecil
dari tekanan atmosfir. Tekanan relatif dari zat cair yang berhubungan dengan udara luar
(atmosfir) bertekanan “nol” sehingga tekanan relatif adalah positif bila lebih besar dari
tekanan atmosfir dan negatif apabila lebih kecil. Tekanan relatif biasa disebut “relative
pressure/gage pressure.
Tekanan absolut (absolute pressure) adalah suatu tekanan yang ada diatas nol absolut
atau jumlah dari tekanan atmosfir dengan tekanan relatif. Apabila tekanan relatif adalah
negatif, maka tekanan absolut adalah tekanan atmosfir dikurangi tekanan relatif. Untuk
mengetahui hubungan antara atmosfir, tekanan relatif dan absolute digambarkan pada skema
berikut :
e. Manometer
Manometer adalah alat yang menggunakan kolom zat cair untuk mengukur perbedaan
tekanan. Prinsip manometer adalah apabila zat cair dalam kondisi keseimbangan, maka
tekanan disetiap titik pada bidang horisontal untuk zat cair homogen adalah sama.
Tekanan hidrostatis pada suatu titik di dalam zat cair tergantung pada jarak vertikal
dari permukaan zat cair ke titik tersebut. Tekanan pada semua titik yang terletak pada bidang
horisontal yang terendam di dalam zat cair mempunyai tekanan yang sama. Pada gambar (a)
Manometer tabung U, terdiri dari tabung kaca yang dihubungkan dengan ruangan atau
pipa yang akan diukur tekanannya. Bagian bawah dari tabung berbentuk U diisi zat cair
dengan berat jenis besar. Misalnya : berat jenis zat cair yang mengalir di dalam pipa adalah
γ 1 dan berat je nis menometer γ 2 .
Perbedaan elevasi permukaan zat cair pada kedua kaki tabung adalah x. untuk
menghitung tekanan di pusat pipa A ditarik garis horisontal PQ. Tekanan pada P dan Q
adalah sama.
h γ 1 + PA = Pa + X γ 2
Apabila tekanan di dalam pipa (PA) adalah lebih kecil dari tekanan atmosfir, maka zat cair
manometer di dalam kaki tabung kiri (P) akan lebih tinggi (gambar b)
Berdasarkan persamaan keseimbangan pada kondisi tersebut maka :
PA + h γ 1 + X γ 2 = Pa atau PA = Pa - h γ 1 + X γ 2 .
Suatu bidang datar berbentuk segi empat terletak miring dengan sudut α terhadap
bidang datar atau horisontal (permukaan zat cair). Bidang tersebut terendam pada zat cair
diam dengan berat kenis “γ”. Dibuat bidang khayal merupakan perluasan bidang tersebut
sehingga memotong permukaan zat cair pada titik O. luas bidang adalah A, pusat beratnya
adalah G; yang terletak pada jarak ‘ho’ dibawah permukaan zat cair.
Akan dianalisis gaya hidrostatis pada bidang dan letak titik tangkap gaya tersebut
pada bidang.
Titik tangkap gaya pada titik P sebagai pusat tekanan. Jarak searah bidang miring
terhadap permukaan (titik 0) dinyatakan “y”. Jarak vertikal terhadap permukaan zat cair
adalah ‘h’. Karena pertambahan tekanan adalah linier terhadap kedalaman, maka pusat gaya
tekanan ‘F’ terletak dibawah pusat berat bidang ‘C’. Dipandang suatu pias horisontal yang
sejajar terhadap permukaan zat cair dengan tebal dy dan berjarak ‘h’ dari permukaan. Apabila
luas pias adalah dA, maka besarnya gaya tekanan pada pias adalah :
df = P. dA atau karena h = γ sin α, maka dF = dy sin α y dA
= A γ ho
atau F = A Po
dengan F = gaya tekanan hidrostatis
A = luas bidang tekanan
Po = tekanan hidrostatis pada pusat berat bidang
ho = jarak vertikal antara pusat berat benda dan permukaan zat cair
Persamaan diatas menunjukkan bahwa gaya hidrostatis adalah sama dengan perkalian
antara luas bidang (A) dan tekanan pada pusat berat yang bekerja tegak lurus pada bidang.
Gaya hidrostatis tersebut bekerja pada pusat tekanan ‘P’ misalnya : pusat tekanan terletak
pada jarak ‘Yp’ dari titik sumbu O. Momen gaya hidrostatis terhadap titik ‘O’ adalah sama
dengan jumlah momen gaya tekanan pada seluruh luasan terhadap titik ‘O’.
Sehingga :
γ .sin α . A. y0 y p = γ .sin α ∫ A. y 2 dA
γ .sin .α ∫ A. y 2 dA
yp =
γ .sin α . Ay0
atau:
∫ A. y 2 dA
yp =
Ay0
dengan:
∫ Ay 2 dA adalah momen inertia bidang A terhadap sumbu x yang diberi notasi ‘I’
I = I 0 + Ay02
maka :
I 0 + Ay02
yp =
Ay0
atau :
I0
y p = y0 +
Ay0
dengan:
yp : Jarak searah bidang antara pusat tekanan dan permukaan zat cair.
Y0 : Jarah searah bidang antara pusat berat dan permukaan zat cair.
I0 : Momen ineria bidang A terhadap sumbu y melalui pusat berat bidang.
Segitiga
Lingkaran
G G ¼ πD 2 Y0 = ½ D I0 = 1/6 4 π D4
G G ½ π r2 4r I0 = 0,1102 r4
Y0 =
3π
Fx
A
PB B
6 m = Bb
Gaya yang bekerja pada bendung:
- Gaya berat sendiri
- Gaya tekan hidrostatis pada sisi hulu
- Gaya tekan/ gaya angkat pada dasar bendung
- Tekanan ke atas pada dasar bendung sebelah hulu sama dengan tekanan
hidrostatis pada dasar
- Tekanan kertas sebelah hilir sama dengan ‘0’
Hitungan dilakukan untuk setiap 1 m panjang bendung.
Karena yang mengalami tekanan hidrostatis berbentuk segiempat pada sisi hulu,
dihitung berdasarkan luas distribusi tekanan kali lebar (1 m).
Tekanan hidrostatis pada dasar bendung:
Pb = H.γ = 10 x 1000 = 10. 000 kgf/ m2.
Gaya tekanan pada sisi hulu bendung:
FX= ½ PB . H x 1 = ½ x 10. 000 x 10 x 1 = 50.000 kgf = 50 ton
Penyelesaian:
Mencari Gaya tekanan:
Y0 = h0 = 10 m
Luas bidang pintu = A = b x l = 1 x 2 = 2m2
F = A. P0 = A . .γ.h0
= 2 . 1000 . 10 = 20.000 kgf = 20 t
Momen terhadap S:
F (Yp – h0) – P . 1 = 0
20 (10,03 – 10) – P . 1 = 0
p = 0,67 t
Contoh soal 3.
Plat berupa gabungan bentuk bujursangkar dan segitiga pada posisi terendam vertikal
dengan puncak segitiga pada permukaan air.
Menghitung tekanan total dan pusat tekanan!!
A
2m
C
B
1,5
E D
3m
3m
Penyelesaian:
- Segitiga ABC
Tekanan total F1 : γ .bo1 . A1
Luas Segitiga : A1 = ½ . 3 . 2 = 3 m2
Pusat berat : y01 = h01= 2/3 . h = 2/3 . 2 = 1,33 m
- Bujursangkar BCDE
Luas = A2 = 3 x 3 = 9 m2
Pusat berat = y01 = h02 = 2 + 3/2 = 3,5 m
Momen Inersia :
I0 = 1/12 Bh2 = 1/12 . 3 x 3 3 = 6,75 m4
F2 = 1000. 3,5 . 9.0 = 31500 kgf = 31,5 ton
6,75
Yp2 = 3,5 + = 3,71 m
9 x3,5
= 3,46 meter