You are on page 1of 16

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

UNIT PENGELOLA KEGIATAN (UPK)


KECAMATAN BANYUPUTIH, KABUPATEN SITUBONDO
TAHUN ANGGARAN 2010

I. PROFIL UPK KECAMATAN BANYUPUTIH


1.1 Sejarah Pendirian UPK
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
sebagai salah satu program pemerintah yang berorientasi pada peningkatan
kualitas hidup masyarakat perdesaan, pada beberapa tahun terakhir ini telah
mampu menjadi ikon pembangunan partisipatif yang mengakar di masyarakat. Hal
itu terjadi karena adanya kontribusi riil program ini terhadap pemberdayaan,
peningkatan kualitas hidup, dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
perdesaan.
Keterlibatan masyarakat secara langsung dalam seluruh proses kegiatan
PNPM sejak sosialisasi, penggalian gagasan, penentuan prioritas, penetapan,
pelaksanaan, hingga pelestarian kegiatan, tercermin dengan terpilihnya para
pelaku sebagai pelaksana program, baik pelaku di tingkat desa maupun pelaku di
tingkat kecamatan, dari kalangan masyarakat sendiri. Salah satu pelaku program
tingkat kecamatan yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pengelolaan
keuangan dan seluruh rangkaian kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan adalah Unit
Pengelola Kegiatan (UPK).
Unit Pengelola Kegiatan (UPK) PNPM Kecamatan Banyuputih dibentuk pada
5 September 2007 dalam Musyawarah Antar Desa (MAD) Prioritas Usulan (MAD II)
PNPM-PPK dengan formasi kepengurusan terdiri atas ketua, bendahara, dan
sekretaris. Kepengurusan tersebut mendapat legalisasi melalui Surat Keputusan
Bupati Situbondo Nomor: 188/77/P/001.2/2008 tentang Penetapan Pengurus UPK
se-Kabupaten Situbondo sebagai pengelola dana Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM) PNPM.

1.2 Sejarah Kepengurusan UPK


Berdasarkan hasil MAD II PNPM-PPK pada 5 September 2007, struktur
kepengurusan UPK PNPM Kecamatan Banyuputih sebagai berikut.
Ketua : Heri Purwanto
Bendahara : Ning Wartika
Sekretaris : Heri Fadloly

Berikutnya, pada 22 Januari 2009, bertepatan dengan MAD Tutup Buku


2008, masyarakat melalui forum MAD memandang perlu menambah 1 personel
lagi dalam kepengurusan UPK yang bertugas sebagai kasir dengan tugas pokok
1
2

khusus menerima angsuran dari kelompok Simpan Pinjam khusus Perempuan


(SPP). Setelah dilakukan pemilihan, forum MAD menetapkan Supartiningsih
sebagai Kasir UPK. Dengan demikian, sejak 22 Januari 2009 UPK Kecamatan
Banyuputih memiliki struktur kepengurusan sebagai berikut.
Ketua : Heri Purwanto
Bendahara : Ning Wartika
Sekretaris : Heri Fadloly
Kasir : Supartiningsih

Struktur kepengurusan sebagaimana di atas terus berlangsung sampai


dengan awal bulan September 2009. Pada bulan tersebut, Heri Purwanto sebagai
Ketua UPK mengajukan surat pengunduran diri dari kepengurusan UPK. Atas
kejadian tersebut, masyarakat menyetujui pelaksanaan seleksi calon ketua UPK
melalui mekanisme tes kompetensi. Pada 4 September 2009, dari 3 orang kandidat
yang lolos untuk diajukan dalam MAD II T.A. 2009, M. Imam Taufiqurrahman dari
Desa Sumberanyar terpilih dan ditetapkan sebagai Ketua UPK yang baru.
Pada 30 Juni 2010 Sekretaris UPK Heri Fadloly mengundurkan diri dari
kepengurusan UPK. Hal ini disikapi oleh masyarakat dengan cara membuka
pendaftaran calon sekretaris UPK. Selanjutnya, setelah dilakukan seleksi calon
sekertaris yang meliputi tes tulis, tes kemampuan komputer, dan tes wawancara,
masyarakat melalui forum MAD Khusus pada 27 Oktober 2010 bersepakat untuk
menetapkan Hasana, A.Md. sebagai sekretaris UPK. Dengan demikian, susunan
kepengurusan UPK Banyuputih sampai dengan sekarang adalah:
Ketua : M. IMAM TAUFIQURRAHMAN
Sekertaris : HASANA, A.Md.
Bendahara : NING WARTIKA
Kasir : SUPARTININGSIH

1.3 Modal Awal UPK


Pada T.A. 2007, UPK Kecamatan Banyuputih mendapatkan modal awal dari
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk kegiatan Simpan Pinjam khusus
Perempuan (SPP) sejumlah Rp338.485.000,00 (tiga ratus tiga puluh delapan juta
empat ratus delapan puluh lima ribu rupiah). Dana tersebut digunakan untuk
mendanai kegiatan simpan pinjam di 63 kelompok yang terdiri atas 920 orang
pemanfaat.
Pada 2008, masyarakat Kecamatan Banyuputih melalui UPK kembali
menerima bantuan modal awal sebesar Rp402.000.000,00 (empat ratus dua juta
rupiah). Dana tersebut dialokasikan untuk mendanai kegiatan simpan pinjam di
51 kelompok dengan jumlah pemanfaat sebanyak 802 orang.
UPK menerima tambahan modal awal lagi dari BLM sebesar
Rp415.720.000,00 (empat ratus lima belas juta tujuh ratus dua puluh ribu rupiah)
untuk kegiatan SPP pada 2009. Dana tersebut digunakan untuk mendanai 47
kelompok dengan jumlah pemanfaat sebanyak 706 orang.

Disampaikan pada MAD Pertanggungjawaban UPK 8 Februari 2011 Page 2


3

Pada 2010 kembali UPK menerima modal awal dari BLM sejumlah
Rp710.030.000,00 (tujuh ratus sepuluh juta tiga puluh ribu rupiah) untuk
kegiatan SPP bagi 84 kelompok dengan jumlah pemanfaat sebanyak 1.321 orang.
Dengan demikian, sejak 2007 sampai dengan 2010, UPK mendapatkan bantuan
modal awal dari sumber BLM sejumlah Rp1.866.235.000,00 (satu miliar delapan
ratus enam puluh enam juta dua ratus tiga puluh lima ribu rupiah).

1.4 Kategori UPK


UPK PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Banyuputih memiliki predikat
sebagai salah satu UPK PNPM Mandiri Perdesaan terbaik nasional dengan
kategori A. Kategori pemetaan UPK dengan nilai A tersebut mendapat legalisasi
berupa penerimaan Piagam Penghargaan UPK Terbaik dari Departemen Dalam
Negeri melalui Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa tertanggal
23 Juni 2009. Piagam tersebut diserahkan langsung oleh Wakil Bupati Situbondo
dalam acara Peringatan Hari Jadi Kabupaten Situbondo (Harjakasi) tahun 2009.
Penganugerahan penghargaan sebagai UPK terbaik bagi UPK Banyuputih
juga diberikan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Jawa Timur.
Penganugerahan tersebut dilaksanakan dalam acara Malam Penganugerahan Pro
Poor Award Lomba Karya Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Jawa Timur Tahun
2009 pada 18 November 2009 di Surabaya.
Kecuali itu, secara periodik UPK dievaluasi di tingkat kecamatan dengan
menggunakan beberapa instrumen. Berdasarkan instrumen pemetaan UPK, nilai
aspek kualitatif UPK Kecamatan Banyuputih adalah 2,7 (Kuat), sedangkan nilai
aspek gabungan (kualitatif dan kuantitatif) adalah 8,7. Artinya, UPK Kecamatan
Banyuputih termasuk dalam kategori A (Prospektif). Evaluasi menggunakan
instrumen penilaian kesehatan UPK menunjukkan bahwa nilai kesehatan
kelembagaan UPK dan kelembagaan pendukung UPK adalah 82,5. Artinya,
kelembagaan tersebut termasuk dalam kategori kuat.

II. BIDANG ORGANISASI


2.1 Gambaran Singkat Tupoksi Pengurus
Sebagaimana diatur dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) UPK,
masing-masing pengurus UPK Kecamatan Banyuputih memiliki tugas pokok dan
fungsi sebagaimana berikut.

1. Ketua Ketua
Ketua UPK sebagai pimpinan organisasi memiliki tanggung dalam hal:
a. Pengendalian organisasi;
b. Melakukan pembinaan administrasi TPK;
c. Melakukan penagihan pengembalian SPP sesuai rencana;
d. Fungsi hubungan masyarakat;
e. Memimpin rapat/pertemuan UPK;
f. Mewakili organisasi dalam pertemuan dengan aparat terkait;

Disampaikan pada MAD Pertanggungjawaban UPK 8 Februari 2011 Page 3


4

g. Menyetujui atau menolak pengajuan dana baik dari sekretaris maupun


bendahara.

2. Bendahara UPK
Bendahara yang bertugas mengelola administrasi keuangan memiliki tanggung
jawab dalam hal:
a. Melakukan pembinaan administrasi TPK;
b. Melakukan penagihan pengembalian SPP sesuai rencana;
c. Mencatat setiap transaksi keuangan harian;
d. Membuat laporan keuangan;
e. Memegang semua rekening bank dana PNPM Mandiri Perdesaan;
f. Memegang uang kas dana PNPM Mandiri Perdesaan;
g. Mengeluarkan uang atas persetujuan ketua;
h. Membuat perencanaan keuangan dan anggaran;
i. Mengisi form-form laporan keuangan.

3. Sekretaris UPK
Sekretaris memiliki tugas sebagai berikut.
a. Melakukan pembinaan administrasi TPK,
b. Melakukan penagihan pengembalian SPP sesuai rencana,
c. Bertanggung jawab atas segala kearsipan dokumen baik yang menyangkut
masalah keuangan PNPM Mandiri Perdesaan dan proses kegiatan PNPM
Mandiri Perdesaan,
d. Menempelkan atau memberikan informasi tentang pertanggungjawaban
keuangan kepada masyarakat melalui papan informasi dan media
informasi lainnya,
e. Mencatat hasil keputusan rapat dalam notulen,
f. Mengisi dan mencatat agenda harian,
g. Bertindak sebagai humas bila ketua berhalangan,
h. Mengelola inventaris,
i. Merencanakan pengadaan administrasi kantor,
j. Membuat surat-surat.

4. Kasir UPK
Sedangkan kasir memiliki tupoksi sebagai berikut.
a. Melakukan pembinaan administrasi TPK,
b. Melakukan pembinaan kepada kelompok SPP dan penangihan
pengembalian SPP,
c. Membantu semua kegiatan di UPK,

Disampaikan pada MAD Pertanggungjawaban UPK 8 Februari 2011 Page 4


5

d. Mensosialisasikan program PNPM MPd di kecamatan dan di desa,


e. Mengisi dan mencatat transaksi dan setoran kartu kredit kelompok,
f. Memeriksa dan mengarsipkan surat permohonan kredit kelompok
peminjam SPP,
g. Merekap semua pengajuan peminjam SPP,
h. Menjaga semua arsip dokumen peminjam SPP.

Sebagian besar dari pelbagai tugas yang dituangkan dalam SOP tersebut,
telah dilaksanakan dengan baik. Beberapa tupoksi yang belum dilaksanakan
dengan maksimal adalah: (1) pembinaan administrasi UPK oleh sekretaris,
bendahara, dan kasir UPK, (2) penagihan dan pembinaan kelompok SPP, dan (3)
pencatatan agenda harian.
Berdasarkan hasil audit atau evaluasi kinerja yang dilakukan oleh Badan
Pengawas UPK (BPUPK) secara periodik, terutama pada 31 Januari 2011, nilai
beberapa aspek kinerja UPK sebagai berikut.

1. Penilaian Individu
a. Ketua : (2,9) Cukup
b. Sekretaris : (2,6) Cukup
c. Bendahara : (1,8) Agak Kurang
d. Kasir : (2,6) Cukup

2. Penilaian Pengelolaan Kelembagaan


a. Prinsip dan Mekanisme : Cukup
b. Pengelolaan Administrasi : Cukup
c. Koordinasi dan Interaksi : Cukup
d. Identifikasi dan Penanganan Masalah Tunggakan : Cukup
e. Pelaporan : Cukup

2.2 Kegiatan yang Telah Dilaksanakan


Selama 2010, UPK Kecamatan Banyuputih telah melaksanakan serangkaian
kegiatan kelembagaan yang meliputi kegiatan perguliran SPP, pembinaan
kelompok, rapat koordinasi, pelatihan UPK, dan lain-lain. Beberapa kegiatan
penting yang telah dilaksanakan oleh UPK dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2.1 Beberapa Kegiatan UPK T.A. 2010


NO URAIAN TEMPAT
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
. KEGIATAN KEGIATAN
1 PERGULIRAN SPP 10-12 Desember Sumberwaru Total pencairan
(Perguliran 7) 2010 Sumberanyar pinjaman Rp
Wonorejo 284.300.000

Disampaikan pada MAD Pertanggungjawaban UPK 8 Februari 2011 Page 5


6

untuk 3
kelompok
dengan jumlah
pemanfaat
sebanyak 375
orang
Banyuputih
Sumberejo Diikuti oleh 123
PEMBINAAN
2 27 November 2010 Sumberanyar orang dari 96
KELOMPOK SPP
Sumberwaru kelompok SPP
Wonorejo

Lanjutan Tabel 2.1


NO URAIAN TEMPAT
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
. KEGIATAN KEGIATAN
Peserta rakor
Seluruh desa
RAPAT terdiri dari
se-Kec.
3 KOORDINASI Setiap awal bulan PJOK, FT-FK,
Banyuputih
KECAMATAN pengurus UPK,
secara bergilir
TPK, dan KPMD
Peserta rapat
RAPAT INTERNAL meliputi FK, FT,
4 Setiap Sabtu Kantor UPK
UPK dan pengurus
UPK

Selain beberapa kegiatan yang tercantum dalam Tabel 2.1 di atas, beberapa
kegiatan cukup penting telah dilakukan oleh pengurus UPK terkait tugasnya
sebagai pengelola kegiatan. Beberapa di antaranya adalah:
1. Pengelolaan dana operasional kegiatan (DOK),
UPK telah mengelola DOK baik DOK Perencanaan maupun DOK Pelatihan
Masyarakat. DOK Perencanaan telah digunakan untuk mendanai pelaksanaan
serangkaian kegiatan perencanaan, misalnya pelaksanaan MAD, verifikasi
program, pembayaran transpor pelaku (PJOK, PL, dan KPMD), pembuatan RAB
dan desain, serta pembiayaan rapat koordinasi. Sedangkan, DOK Pelatihan
Masyarakat digunakan untuk membiayai pelatihan bagi pelaku program, baik
pelaku kecamatan maupun pelaku desa, misalnya pelatihan BKAD, pelatihan
BPUPK, pelatihan TPK, dan pelatihan TP3,
2. Pengelolaan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM),
UPK telah mengelola dana untuk pelaksanaan pembangunan 6 kegiatan
prasarana umum dan prasarana pendidikan di 5 desa sejumlah
Rp2.139.970.000,00 dan dana untuk pelaksanaan kegiatan SPP di 58
kelompok (946 anggota pemanfaat) sejumlah Rp710.030.000,00. Dana
pembangunan prasarana umum dan pendidikan disalurkan kepada TPK
masing-masing desa pada Juni s.d. Desember 2010, sedangkan dana SPP

Disampaikan pada MAD Pertanggungjawaban UPK 8 Februari 2011 Page 6


7

disalurkan pada November 2010. Pengelolaan dana BLM dan kegiatannya


dapat berlangsung dengan cukup baik,
3. Penyelesaian tunggakan,
Penyelesaian tunggakan yang telah dilakukan adalah dengan cara penagihan
kepada pengurus kelompok secara rutin. Dalam rangka penagihan tersebut,
UPK senantiasa bekerja sama dengan para pelaku di tingkat desa (kelompok,
KPMD, TPK, kepala dusun, hingga kepala desa). Bagi kelompok-kelompok
dengan pinjaman macet, UPK telah melakukan identifikasi pinjaman hingga
fasilitasi pembuatan surat pernyataan bermeterai. Namun demikian,
penyelesaian tunggakan masih belum maksimal; belum seluruh kelompok
diidentifikasi secara maksimal,

4. Pembentukan tim pendanaan,


Pembentukan tim ini merupakan salah satu rencana yang disampaikan dalam
MAD Pertanggungjawaban UPK T.A. 2009. Pada 2010, rencana tersebut dapat
terrealisasi. Masing-masing desa diwakili oleh satu orang sebagai anggota tim
pendanaan untuk bermusyawarah di kecamatan bersama BKAD, BPUPK, Tim
Verifikasi, UPK, PJOK, dan FK/FT,
5. Pembentukan tim verifikasi perguliran,
Pembentukan tim verifikasi perguliran juga merupakan rencana yang
disampaikan dalam MAD Pertanggungjawaban UPK T.A. 2009. Tim ini berhasil
dibentuk pada 2010 dengan anggota 6 orang yang terdiri atas 1 orang staf
kecamatan dan 5 orang lainnya. Setiap desa memilih 1 orang tim verifikasi,
6. Kesertaan dalam verifikasi kelompok SPP perguliran,
Saat verifikasi kelompok perguliran, pengurus UPK tak tinggal diam; hanya
tunggu data dari tim verifikasi; melainkan ikut serta dalam verifikasi tersebut.
Sebelum verifikasi dimulai, pengurus UPK memberikan pembinaan kepada
kelompok bersangkutan. Anggota kelompok tersebut diajak untuk melakukan
refleksi tentang arti penting verifikasi. Selain itu, pengurus UPK juga
menjelaskan beberapa hal penting, misalnya dampak hukum atas pengisian
pernyataan dalam proposal dan aturan simpan pinjam,
7. Perubahan besaran IPTW dan denda,
Untuk tingkatkan pengembalian pinjaman kelompok, masyarakat melalui
forum MAD telah bersepakat untuk terapkan denda keterlambatan dengan
1
ketentuan × jumlah jasa 1 bulan dan pemberian insentif pengembalian
12
tepat waktu (IPTW) sebesar 2% dari jumlah jasa 1 tahun. Namun, setelah
dilakukan evaluasi dan penilaian lebih lanjut, persentase IPTW yang diberikan
masih dinilai terlalu kecil dibandingkan dengan penghitungan denda yang
dibebankan. Oleh sebab itu, masyarakat melalui forum MAD bersepakat untuk
menaikkan IPTW itu menjadi 10% dari jasa 1 tahun. IPTW tersebut
diperuntukkan bagi pemupukan modal atau kas kelompok. Sebaliknya, jika

Disampaikan pada MAD Pertanggungjawaban UPK 8 Februari 2011 Page 7


8

kelompok menunggak, mereka akan dikenakan sanksi berupa denda sebesar


2% dari pokok tunggakan,
8. Penambahan inventaris,
Pada 2010, telah dilakukan penambahan pengadaan inventaris kantor UPK, di
antaranya adalah pembelian sebuah wireless (sound system), lemari arsip,
pembelian meja kasir, dan pembelian papan informasi,
9. Penataan dan perbaikan administrasi UPK,
Seiring bertambahnya waktu pelaksanaan program, permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat Kecamatan Banyuputih dan para pelaku program:
BKAD, BPUPK, dll., termasuk UPK tentunya, semakin beragam dan kompleks.
Kompleksitas itu disikapi dengan penataan dan perbaikan dalam pelbagai hal
oleh UPK, satu di antaranya adalah perbaikan administrasi UPK. Contoh, pada
tahun-tahun sebelumnya, tak semua kegiatan dan kejadian-kejadian khusus
didokumentasikan dalam berita acara atau surat pernyataan. Pada akhir 2009
dan selama 2010, tertib administrasi dilaksanakan dengan cukup baik, meski
perlu terus ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang. Kecuali itu, seluruh
arsip juga telah ditata dan dilengkapi sedemikian rupa, sehingga mudah
didapatkan apabila sewaktu-waktu diperlukan,

10. Menjadi salah satu narasumber dalam semiloka PNPM MPd,


Atas undangan dari pihak kabupaten, Ketua UPK Kecamatan Banyuputih
menjadi salah satu narasumber mewakili UPK se-kabupaten dalam Semiloka
PNPM MPd yang diadakan oleh Kabupaten Situbondo. Materi yang
disampaikan adalah pengalaman baik (good practices) dalam pengelolaan
kegiatan, hambatan, dan harapan-harapan (dukungan pemerintah, dll.) pada
masa mendatang.

III. PERKEMBANGAN PINJAMAN DAN KEUANGAN UPK


3.1 Perkembangan Jumlah Kelompok dan Anggota Pemanfaat SPP
Pada 2009, jumlah kelompok yang meminjam dana SPP kepada masyarakat
melalui UPK adalah 160 kelompok dengan total anggota 2.427 orang. Pada 2010,
ada penurunan jumlah kelompok menjadi 84 kelompok pemanfaat yang terdiri atas
1.321 orang. Artinya, ada pengurangan jumlah kelompok dan anggota pemanfaat
sejumlah 76 kelompok dan 1.106 anggota.
Pengurangan jumlah kelompok dan anggota pemanfaat terjadi karena
beberapa hal, yaitu:
1. Kelompok dan anggota tak mengajukan pinjaman lagi pada 2010,
Kelompok dan anggota tak mengajukan lagi, karena dua hal, yaitu: (a) mereka
belum memerlukan tambahan modal lagi atau (b) kelompok atau anggota
bersangkutan masih memiliki tunggakan, sehingga belum dapat mengajukan
pinjaman lagi,
2. Pengurus dan anggota kelompok telah mampu menyeleksi sendiri anggota
kelompok mereka,

Disampaikan pada MAD Pertanggungjawaban UPK 8 Februari 2011 Page 8


9

Seleksi sendiri atau seleksi di internal kelompok ini cukup efektif, sehingga
apabila ada anggota kelompok yang sering telat membayar angsuran atau
terlebih legi sulit ditagih, pengurus dan anggota kelompok yang lain tak akan
mengikutsertakan anggota bersangkutan pada periode berikutnya,
3. Kelompok-kelompok baru relatif sedikit,
Hal ini disebabkan oleh pelbagai faktor, di antaranya adalah: fasilitasi
kelompok masih kurang maksimal, muncul kekhawatiran di antara calon
pengurus kelompok tentang ketaklancaran angsuran anggota, dan pemberian
pinjaman yang berjeda waktu lama antara pengajuan pinjaman dan
penyaluran. Sebagian anggota masyarakat membandingkan dan akhirnya
memilih meminjam kepada rentenir karena waktu dan alokasi pinjaman lebih
fleksibel, meskipun bungan yang dibebankan sangat berat.

Penurunan jumlah pemanfaat memang berdampak pada pendapatan


masyarakat yang dikelola oleh UPK. Hal ini terutama terjadi jika penentuan alokasi
pinjaman tak dihitung secara benar dengan menggunakan analisa kebutuhan dan
kelayakan pinjaman, melainkan hanya menggunakan perkiraan. Namun,
penurunan atau lebih tepatnya perubahan jumlah pemanfaat juga dapat berarti
positif. Hal ini mungkin terjadi ketika perubahan tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pemanfaat, misalnya melalui cara (a) penggabungan
kelompok dan (b) pengurangan anggota kelompok. Hal itulah yang terjadi di
beberapa kelompok di Kecamatan Banyuputih. Jumlah kelompok dan pemanfaat
berkurang secara kuantitas tetapi bertambah secara kualitas (terbentuk kelompok
yang lebih sehat).
Beberapa gambaran realitas sebagaimana disampaikan di atas perlu disikapi
serius dengan pelbagai strategi dan perencanaan kegiatan yang matang. Pada
2011, UPK bersama pelaku di tingkat desa dan pelaku di tingkat kecamatan
lainnya akan melakukan pembinaan dan fasilitasi kelompok secara intensif. Selain
itu, kelompok-kelompok sehat yang masih aktif diverifikasi secara baik dan
berjenjang oleh seluruh pihak, tertutama tim verifikasi. Penentuan alokasi tak
berdasar pola penambahan pinjaman yang ajek, tetapi berdasarkan analisa
kebutuhan dan kelayakan pinjaman.

3.2 Perkembangan Pemberian Pinjaman


Pada 2010, jumlah pinjaman SPP yang disalurkan kepada masyarakat
mengalami penurunan dari Rp1.476.220.000,00 menjadi Rp994.330.000,00 atau
turun sejumlah Rp481.890.000,00. Penurunan jumlah pinjaman ini terjadi karena
penurunan jumlah pemanfaat dan gagal perencanaan pada 2010 karena
keterlambatan pencairan dana SPP sumber BLM (APBD/cost sharing). Sebenarnya,
persoalannya bukan terletak pada penurunan jumlah penyaluran pinjaman, tetapi
terletak pada penurunan potensi keuntungan masyarakat secara signifikan.

3.3 Tunggakan SPP

Disampaikan pada MAD Pertanggungjawaban UPK 8 Februari 2011 Page 9


10

Pada 31 Desember 2009, persentase pengembalian SPP adalah 97,8%. Saat


itu total tunggakan macet (kolektibilitas V) sejumlah Rp2.450.300,00. Kondisi
tunggakan SPP mengalami lompatan tajam pada 2010. Persentase pengembalian
hanya 95,49 dan tunggakan macet meningkat sekira 24 kali lipat hingga
Rp57.224.900,00 (95,71%). Perbandingan persentase pengembalian dan total
tunggakan akhir tahun (Kolektibilitas II s.d. V) antara 2009 dan 2010 dapat dilihat
dalam tabel-tabel berikut.

Tabel 3.1 Perbandingan Persentase Pengembalian Akhir Tahun Per Desa


N PERSENTASE PENGEMBALIAN
DESA
O 2009 2010
1. Banyuputih 99,1 95
2. Sumberejo 96,2 95
3. Sumberanyar 97,6 95
4. Sumberwaru 98,3 97
5. Wonorejo 97,7 96
RATA-RATA 97,8 95,52

Tabel 3.2 Perbandingan Total Tunggakan Akhir Tahun Per Desa


N JUMLAH TUNGGAKAN
DESA
O 2009 2010
1. Banyuputih 1.233.750 14.858.300
2. Sumberejo 4.578.900 9.721.975
3. Sumberanyar 14.968.800 53.772.050
4. Sumberwaru 3.668.700 9.824.450
5. Wonorejo 6.416.100 17.666.600
JUMLAH 30.866.250 105.843.375

3.4 Progres Penanganan Pinjaman Bermasalah/Macet


Selama 2010 penanganan tunggakan SPP dilakukan UPK dengan melibatkan
pelaku program tingkat desa meliputi TPK, KPMD, dan juga pemerintah desa
setempat melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.
1. Identifikasi masalah yang menjadi sumber terjadinya tunggakan. Proses
identifikasi ini dilakukan dalam bentuk kunjungan ke kelompok untuk
klarifikasi penyebab terjadinya tunggakan tersebut dan sekaligus melakukan
penagihan,
2. Melakukan konfirmasi pinjaman kepada kelompok dengan kategori
kolektibilitas V. Konfirmasi pinjaman selain diberlakukan kepada pengurus

Disampaikan pada MAD Pertanggungjawaban UPK 8 Februari 2011 Page 10


11

kelompok, juga diberlakukan kepada seluruh anggota kelompok. Hal ini


penting dilakukan agar UPK memeroleh data yang benar-benar valid,
3. UPK juga meminta pengurus atau anggota kelompok membuat surat
pernyataan berisi pengakuan atas kenyataan yang mereka alami, misalnya
terkait penyalahgunaan atau tunggakan, dan perjanjian penyelesaiannya,
4. Hasil identifikasi dan konfirmasi pinjaman dilanjutkan dengan menentukan
strategi penanganan bersama fasilitator kecamatan, TPK, dan KPMD sesuai
dengan kategori dan derajat permasalahan,
5. Penanganan tunggakan juga dilakukan dalam bentuk pemanggilan kelompok
oleh pemerintah desa, apabila penanganan secara kekeluargaan tidak
membuahkan hasil.
Dari keempat tahapan di atas, sampai saat ini tingkat tunggakan dapat
diminimalisir semaksimal mungkin, kendati masih terdapat beberapa kendala yang
masih perlu penangan yang lebih intensif lagi.

3.5 Perkembangan Asset


Dibandingkan dengan T.A. 2009, asset masyarakat yang dikelola oleh UPK
pada 2010 mengalami peningkatan. Pada 2009, jumlah asset masyarakat adalah
Rp1.395.861.992,00, sedangkan pada 2010, jumlah asset menjadi
Rp2.286.798.801,00. Artinya, asset meningkat Rp890.936.809,00 atau 39%.
Secara lebih detail, perhitungan asset tersebut tertera dalam lampiran laporan
pertanggungjawaban ini.

3.6 Neraca dan Laporan Operasional UPK


Berdasar evaluasi UPK dan fasilitator kecamatan, realisasi operasional UPK
T.A. 2010 tidak sesuai dengan perencanaannya. Pada MAD Pertanggungjawaban
UPK T.A. 2009, rasio biaya terhadap pendapatan jasa sebagaimana tertuang dalam
rencana anggaran dan biaya operasional (RAB BOP) yang disepakati oleh forum
adalah 33,12%. Realisasi pada 2010 ternyata UPK hanya membelanjakan dana
tersebut sejumlah 32,96%. Penghematan biaya ini dilakukan karena
memertimbangkan: (a) faktor pendapatan yang terhambat pencairan BLM SPP
sumber APBD (cost sharing) dan (b) faktor kebutuhan yang mengalami perubahan
seiring perubahan kegiatan yang dilaksanakan oleh UPK.

IV. KENDALA DAN SOLUSI PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2010


Secara umum, kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Banyuputih
Tahun Anggaran 2010 terlaksana baik dan lancar sesuai dengan RKTL yang sudah
ditetapkan bersama. Hasil kegiatannya pun cukup memuaskan. Namun demikian,
umum terjadi, prosesnya tak lepas dari beberapa kendala, baik internal maupun
eksternal. Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan yang dilakukan oleh UPK
bersama fasilitator kecamatan terdapat sejumlah kendala sebagai berikut.

Disampaikan pada MAD Pertanggungjawaban UPK 8 Februari 2011 Page 11


12

1. Adanya sebagian TPK yang masih mendapatkan kesulitan dalam


pengadministrasian kegiatan yang dilaksanakan di desa. Hal tersebut terjadi
karena adanya sebagian pengurus TPK yang baru pertama kali menjadi pelaku
PNPM Mandiri Perdesaan dan belum memiliki banyak referensi tentang
pengadministrasian dalam program. Praktis, kondisi tersebut menjadi salah
satu faktor dominan terhadap adanya beberapa ketidaksempurnaan dalam
administrasi TPK.
Menyikapi hal tersebut solusi yang dilakukan adalah berupa intensifikasi
tingkat pendampingan dan fasilitasi yang dilakukan oleh fasilitator kecamatan
bersama UPK, sehingga tingkat kesalahan dalam administrasi di TPK bisa
ditekan sekecil mungkin yang pada akhirnya dapat teratasi seluruhnya,
2. Bertambahnya tingkat tunggakan SPP yang cukup signifikan dibandingkan
dengan tahun 2009 yang sampai saat ini sudah mencapai 39%. Faktor yang
penyebab terjadinya tunggakan yang lebih besar tersebut didominasi karena
faktor ekonomi murni berupa menurunnya tingkat pendapatan sebagian besar
anggota kelompok terutama yang memiliki sumber pendapatan dari hasil laut.
Selain itu, sebagian tunggakan yang terjadi dikarenakan penyalahgunaan dana
oleh ketua kelompok atau digunakan oleh anggota yang meminjam dengan
menggunakan lebih dari 3 KTP.
Solusi yang dilakukan adalah berupa penanganan secara langsung ke
kelompok dengan melibatkan para pelaku program di tingkat desa mulai dari
TPK, KPMD sampai dengan pemerintahan desa, sehingga laju tunggakan
sedikit banyak dapat dikurangi. Untuk penyalahgunaan, dilakukan konfirmasi
pinjaman dengan melibatkan seluruh anggota penerima manfaat dan kroscek
apakah pinjaman yang diberikan oleh kelompok sama dengan yang tertulis di
daftar penerima manfaat,

3. Terjadinya keterlambatan pencairan dana sharing kabupaten (APBD) yang


sedianya dialokasikan untuk kegiatan SPP sehingga membuat kelompok resah
dan kurang percaya terhadap UPK.
Solusi yang ditempuh berupa penjelasan dan pemahaman kepada kelompok
pemanfaat agar tidak mempunyai persepsi yang salah terkait dengan tidak
cepatnya cair dana sharing ini,
4. Keterlambatan pencairan dana sharing kabupaten juga berdampak bagi
pelaksanaan perguliran dan pemupukan modal masyarakat. Jika pencairan
tersebut dilakukan sesuai rencana, maka setiap bulannya sejak pencairan itu,
masyarakat telah memeroleh keuntungan. Selain itu, perguliran juga dapat
dilaksanakan sesuai rencana semula (hingga Perguliran 9). Dengan adanya
keterlambatan pencairan tersebut, potensi pendapatan atau keuntungan
masyarakat yang bersumber dari pengembalian jasa, baik dari program
maupun perguliran, telah berkurang signifikan.

Disampaikan pada MAD Pertanggungjawaban UPK 8 Februari 2011 Page 12


13

Solusi yang ditempuh oleh UPK pada 2010 itu adalah melakukan koordinasi
secara intens dengan pihak kabupaten (BPMP) agar dana SPP sumber BLM
APBD tersebut segera dicairkan. Selain koordinasi, pengurus UPK juga
senantiasa membahas tema tersebut di dalam forum-forum PNPM MPd di
tingkat kabupaten

V. RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA OPERASIONAL UPK


5.1 Rencana Kerja Tahun 2011
1. Rencana Kebijakan Tahun 2011
Dalam rangka peningkatan kualitas dan pengembangan kelembagaan UPK
sebagai pengelola keuangan dan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan, maka perlu
sebuah rencana kerja tahunan. Hal tersebut dilakukan guna memberikan pedoman
yang jelas bagi UPK dalam melaksanakan kegiatan selama satu tahun ke depan.
Untuk tahun anggaran 2011 terdapat beberapa rencana kegiatan yang akan
didanai dengan menggunakan biaya operasional (BOP) UPK yang akan diajukan
kepada forum MAD untuk dimusyawarahkan dan selanjutnya disepakati bersama.
Rencana tersebut di antaranya adalah:
a. Pendapatan UPK dari sumber pengembalian jasa SPP,
Seperti yang telah dilaksanakan selama 2007 sampai dengan 2010, salah satu
pendapatan UPK bersumber dari pengembalian jasa SPP. Setiap bulan, seluruh
kelompok yang meminjam dana kepada masyarakat melalui UPK wajib
mengembalikan pinjaman berupa pokok dan jasa. Jasa pinjaman tersebut
adalah 1,5% per bulan. Jasa sebesar 1,5% per bulan ini akan kembali
diterapkan pada 2011,
b. Pembentukan Tim Penyehatan Pinjaman (TPP)
Pembentukan TPP ini dimaksudkan untuk turut serta dalam membantu
penangan pinjaman bermasalah dan tunggakan pinjaman, terutama pinjaman
macet,
c. Pelibatan pihak berwajib/berwenang
Salah satu strategi untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan
pengembalian pinjaman adalah dengan menindaklanjuti beberapa temuan
penyalahgunaan dana oleh anggota atau pengurus kelompok secara tegas.
Selama ini, forum masyarakat dan lembaga yang ada kurang tegas dalam
menyikapi hal ini. Akibatnya, banyak anggota atau pengurus mulai meniru
tindak tak terpuji kelompok-kelompok dimaksud.
Pada 2011, perlu disepakati tindak tegas forum masyarakat dan lembaga-
lembaga yang ada, termasuk pendayagunaan lembaga-lembaga yang ada atau
mungkin ada, misalnya BPUPK dan TPP, dan pelibatan pihak berwajib.
Tentunya, keseluruhan proses ini memerlukan dukungan pembiayaan tertentu
yang juga semestinya disepakati dalam forum musyawarah masyarakat,
d. Kenaikan insentif pengurus UPK
Pada 2010, total insentif pengurus UPK per bulan adalah Rp2.932.500,00,
terdiri atas: ketua Rp850.000,00, sekretaris dan bendahara Rp722.500,00, dan
kasir Rp637.500,00. Pada 2011, diajukan rencana kenaikan insentif tersebut

Disampaikan pada MAD Pertanggungjawaban UPK 8 Februari 2011 Page 13


14

menjadi total Rp3.622.500,00 per bulan. Secara detail, hal itu akan digunakan
untuk membiayai insentif ketua Rp1.050.000,00, sekretaris dan bendahara
Rp892.500,00, dan kasir Rp787.500,00. Dibandingkan dengan tahun 2010,
kenaikan insentif tersebut adalah: ketua Rp200.000,00, sekretaris dan
bendahara Rp170.000,00, dan kasir Rp150.000,00. Secara umum, insentif
pengurus UPK direncanakan naik 23,53%. Kenaikan ini dinilai cukup layak
menimbang bahwa tunggakan SPP dan permasalahan atau tantangan yang
dihadapi oleh pengurus UPK semakin kompleks, sehingga menuntut fokus,
dedikasi, dan tentu saja kinerja pengurus UPK yang lebih optimal,
e. Pembelian dan perawatan inventaris UPK
Pada 2011 direncanakan pembelian inventaris tambahan untuk menunjang
pelaksanaan kegiatan UPK, di antaranya adalah pembelian lampu ultraviolet
(menimbang bahwa pada 2010 telah terjadi pembayaran angsuran SPP dengan
menggunakan uang palsu), pembelian karpet untuk ruang BKAD & BPUPK,
pembelian kursi plastik untuk pertemuan di Kantor UPK, serta pembelian
printer. Selain itu, pada 2011 juga direncanakan adanya penganggaran untuk
pemeliharaan inventaris UPK, misalnya service komputer atau service printer,
f. Rehabilitasi Kantor UPK,
Pada 2011 direncanakan untuk melakukan rehabilitasi bangunan Kantor UPK,
meliputi pengecatan dan pemasangan teralis besi. Pemasangan teralis besi
penting dilakukan mengingat inventaris yang ada di Kantor UPK cukup banyak
dan UPK telah mengalami pencurian komputer di kantor tersebut,
g. Pembiayaan untuk kegiatan BPUPK,
Beberapa kegiatan BPUPK dianggarkan dari BOP UPK. Kegiatan tersebut
meliputi audit fee, biaya penyusunan laporan BPUPK, pelaksanaan biaya
paguyuban BPUPK, rapat internal, transpor ke desa, dan pengadaan seragam.
Biaya transpor ke desa telah disusun sedemikian rupa, selaras dengan rencana
BPUPK untuk melakukan sosialisasi, identifikasi, dan intensifikasi pembinaan
kelompok.

2. Matrik Rencana Kegiatan


Pada 2011, UPK berencana melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka
pengelolaan keuangan dan kegiatan. Secara rinci, rencana kegiatan tersebut dapat
dilihat dalam lampiran.

5.2 Rencana Anggaran Biaya Operasional UPK Tahun 2011


Rencana kegiatan sebagaimana disebutkan di atas memerlukan dukungan
pembiayaan. Rencana anggaran biaya (RAB) operasional UPK untuk T.A. 2011
disampaikan dalam lampiran.

VI. LAPORAN PENGELOLAAN DANA OPERASIONAL KEGIATAN (DOK)


6.1 DOK Perencanaan 2010

Disampaikan pada MAD Pertanggungjawaban UPK 8 Februari 2011 Page 14


15

Pada T.A. 2010 Kecamatan Banyuputih mendapat alokasi Dana Operasional


Kegiatan (DOK) Perencanaan sebesar Rp34.800.000,00 (Tiga puluh empat juta
delapan ratus ribu rupiah) dengan penggunaan dana kegiatan sebagai berikut
(Tabel 6.1).

Tabel 6.1 Realisasi DOK Perencanaan T.A. 2010


NO. URAIAN KEGIATAN REALISASI (Rp)
1. Subsidi transpor KPMD 15.600.000
2. Transpor Pendamping Lokal 4.500.000
3. Transpor PJOK 5.000.000
4. Biaya rapat koordinasi kecamatan 1.400.000
5. Transpor dan operasional Tim Verifikasi 1.940.000
6. MAD Prioritas 974.875
7. MAD Penetapan Usulan 1.229.650
8. MAD Khusus 947.000
9. Pembuatan RAB dan desain 1.500.000
10. Media informasi 750.000
Total Penggunanan Dana 33.841.525
Saldo 958.475

6.2 DOK Pelatihan Masyarakat


Alokasi DOK Pelatihan Masyarakat T.A. 2010 untuk Kecamatan Banyuputih
sebesar Rp11.425.000,00 (sembilan juta sembilan ratus dua puluh lima ribu
rupiah) dengan penggunaan dana kegiatan sebagai berikut (Tabel 6.2).

Tabel 6.2 Realisasi DOK Pelatihan Masyarakat T.A. 2010


NO. URAIAN KEGIATAN REALISASI (Rp)
1. Pelatihan Kades/ BPD 1.262.675
2. Pelatihan TPU 900.125
3. Pelatihan KPMD 696.175
4. Pelatihan TPK 1.252.500
5. Pelatihan Tim Monitoring 738.450
6. Pelatihan TP3 659.200
Total Penggunanan Dana 5.509.125
Saldo 5.915.875

VII. PENUTUP
Demikian laporan ini dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban UPK
kepada masyarakat serta perwujudan aspek transparansi dan akuntabilitas.
Harapan kita bersama, dengan partisipasi semua pihak, PNPM Mandiri Perdesaan
Kecamatan Banyuputih semakin baik dan menjadi manfaat bagi seluruh
masyarakat sebagaimana cita-cita adanya.

Disampaikan pada MAD Pertanggungjawaban UPK 8 Februari 2011 Page 15


16

Banyuputih, 8 Februari 2011


Ketua, Sekretaris,

M. IMAM TAUFIQURRAHMAN HASANA, A.Md.

Disampaikan pada MAD Pertanggungjawaban UPK 8 Februari 2011 Page 16

You might also like