Professional Documents
Culture Documents
Bab 1
1
Bab 1: Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyalahgunaan dan Ketergantungan...
2
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa
C. Jenis-Jenis NAPZA
1. Narkotika
Narkotika adalah suatu obat atau zat alami, sintetis maupun sintetis yang
dapat menyebabkan turunnya kesadaran, menghilangkan atau mengurangi
hilang rasa atau nyeri dan perubahan kesadaran yang menimbulkan
ketergantungna akan zat tersebut secara terus menerus. Contoh narkotika
yang terkenal adalah seperti ganja, heroin, kokain, morfin, amfetamin,
dan lain-lain. Narkotika menurut UU No. 22 tahun 1997 adalah zat atau
obat berbahaya yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan
maupun perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
(Wresniwiro dkk. 1999).
3
Bab 1: Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyalahgunaan dan Ketergantungan...
2. Psikotropika
Menurut Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002, psikotropika
adalah zat atau obat, baik sintesis maupun semisintesis yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat
yang tergolong dalam psikotropika (Hawari, 2006) adalah: stimulansia
yang membuat pusat syaraf menjadi sangat aktif karena merangsang
syaraf simpatis. Termasuk dalam golongan stimulan adalah amphetamine,
ektasy (metamfetamin), dan fenfluramin. Amphetamine sering disebut
dengan speed, shabu-shabu, whiz, dan sulph. Golongan stimulan lainnya
adalah halusinogen yang dapat mengubah perasaan dan pikiran sehingga
perasaan dapat terganggu. Sedative dan hipnotika seperti barbiturat dan
benzodiazepine merupakan golongan stimulan yang dapat mengakibatkan
rusaknya daya ingat dan kesadaran, ketergantungan secara fisik dan
psikologis bila digunakan dalam waktu lama.
4
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa
keras golongan C (kadar ethanol lebih dari 20% sampai 55%) seperti
brandy, wine, whisky. Zat dalam alkohol dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari bila kadarnya dalam darah mencapai 0,5% dan hampir semua
akan mengalami gangguan koordinasi bila kadarnya dalam darah 0,10%
(Marviana dkk. 2000). Zat adiktif lainnya adalah nikotin, votaile, dan
solvent/inhalasia.
1. Faktor Internal
a. Faktor Kepribadian
Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini. Hal ini lebih
cenderung terjadi pada usia remaja. Remaja yang menjadi pecandu
biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah.
Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh
ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas,
pasif, agresif, dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi. Selain
itu, kemampuan untuk memecahkan masalah secara adekuat berpengaruh
terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan cara
melarikan diri.
b. Inteligensia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensia pecandu yang datang
untuk melakukan konseling di klinik rehabilitasi pada umumnya berada
pada taraf di bawah rata-rata dari kelompok usianya.
c. Usia
Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Alasan remaja menggunakan
narkoba karena kondisi sosial, psikologis yang membutuhkan pengakuan,
dan identitas dan kelabilan emosi; sementara pada usia yang lebih tua,
narkoba digunakan sebagai obat penenang.
5
Bab 1: Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyalahgunaan dan Ketergantungan...
e. Pemecahan Masalah
Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk
menyelesaikan persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba
dapat menurunkan tingkat kesadaran dan membuatnya lupa pada
permasalahan yang ada.
2. Faktor Eksternal
a. Keluarga
Keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab
seseorang menjadi pengguna narkoba. Berdasarkan hasil penelitian tim
UKM Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian Jakarta pada tahun
1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi anggota
keluarganya terlibat penyalahgunaan narkoba, yaitu:
1) Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami
ketergantungan narkoba.
2) Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari
pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan
ibu (misalnya ayah bilang ya, ibu bilang tidak).
3) Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya
penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik.
Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan
anak, maupun antar saudara.
4) Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Dalam hal ini, peran
orang tua sangat dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus
menuruti apa kata orang tua dengan alasan sopan santun, adat
istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri –
tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan
ketidaksetujuannya.
5) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut
anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang
harus dicapai dalam banyak hal.
6) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan
dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, sering
berlebihan dalam menanggapi sesuatu.
6
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa
c. Faktor Kesempatan
Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut
sebagai pemicu seseorang menjadi pecandu. Indonesia yang sudah
menjadi tujuan pasar narkoba internasional, menyebabkan obat-obatan ini
mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa melaporkan bahwa para
penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah,
termasuk di Sekolah Dasar. Pengalaman feel good saat mencoba drugs
akan semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan
dan akhirnya menjadi pecandu. Seseorang dapat menjadi pecandu karena
disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus atau secara bersamaan. Karena
ada juga faktor yang muncul secara beruntun akibat dari satu faktor
tertentu.
7
Bab 1: Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyalahgunaan dan Ketergantungan...
8
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa
1) Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan:
a) Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang
NAPZA
b) Deteksi dini perubahan perilaku
c) Menolak tegas untuk mencoba (“Say no to drugs”) atau “Katakan
tidak pada narkoba”
2) Pengobatan
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala
putus zat, dengan dua cara yaitu:
a) Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan
zat yang mengalami gajala putus zat tidak diberi obat untuk
menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan
saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b) Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis
opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi
pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti
ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan
cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama
sekali. Selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obat
yang menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat
penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai
dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut.
3) Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan
terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar
pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat
mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya
9
Bab 1: Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyalahgunaan dan Ketergantungan...
Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama
karena tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas,
dan sarana penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit. Menurut
Hawari (2003), bahwa setelah klien mengalami perawatan selama 1
minggu menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan
terapi selama 2 minggu maka klien tersebut akan dirawat di unit
rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan unit lainnya) selama 3-6
bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter
sembuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja
bisa sampai 2 tahun..
Klien datang 1 2 3 4
Ke RS
10
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa
b) Rehabilitasi kejiwaan
Dengan menjalani rehabilitasi diharapkan agar klien rehabilitasi yang
semua berperilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata
lain sikap dan tindakan antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka
dapat bersosialisasi dengan sesama rekannya maupun personil yang
membimbing dan mengasuhnya. Meskipun klien telah menjalani terapi
detoksifikasi, seringkali perilaku maladaptif tadi belum hilang, keinginan
untuk menggunakan NAPZA kembali atau craving masih sering muncul,
juga keluhan lain seperti kecemasan dan depresi serta tidak dapat tidur
(insomnia) merupakan keluhan yang sering disampaikan ketika
melakukan konsultasi dengan psikiater. Oleh karena itu, terapi
psikofarmaka masih dapat dilanjutkan, dengan catatan jenis obat
psikofarmaka yang diberikan tidak bersifat adiktif (menimbulkan
ketagihan) dan tidak menimbulkan ketergantungan. Dalam rehabilitasi
kejiwaan ini yang penting adalah psikoterapi baik secara individual
maupun secara kelompok. Untuk mencapai tujuan psikoterapi, waktu 2
minggu (program pascadetoksifikasi) memang tidak cukup; oleh karena
itu, perlu dilanjutkan dalam rentang waktu 3 – 6 bulan (program
rehabilitasi). Dengan demikian dapat dilaksanakan bentuk psikoterapi
yang tepat bagi masing-masing klien rehabilitasi. Yang termasuk
rehabilitasi kejiwaan ini adalah psikoterapi/konsultasi keluarga yang
dapat dianggap sebagai rehabilitasi keluarga terutama keluarga broken
home. Gerber (1983 dikutip dari Hawari, 2003) menyatakan bahwa
konsultasi keluarga perlu dilakukan agar keluarga dapat memahami
aspek-aspek kepribadian anaknya yang mengalami penyalahgunaan
NAPZA.
11
Bab 1: Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyalahgunaan dan Ketergantungan...
c) Rehabilitasi komunitas
Berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal dalam
satu tempat. Dipimpin oleh mantan pemakai yang dinyatakan memenuhi
syarat sebagai koselor, setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Tenaga profesional hanya sebagai konsultan saja. Di sini klien dilatih
keterampilan mengelola waktu dan perilakunya secara efektif dalam
kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat mengatasi keinginan
mengunakan narkoba lagi atau nagih (craving) dan mencegah relaps.
Dalam program ini semua klien ikut aktif dalam proses terapi. Mereka
bebas menyatakan perasaan dan perilaku sejauh tidak membahayakan
orang lain. Tiap anggota bertanggung jawab terhadap perbuatannya,
penghargaan bagi yang berperilaku positif dan hukuman bagi yang
berperilaku negatif diatur oleh mereka sendiri.
d) Rehabilitasi keagamaan
Rehabilitasi keagamaan masih perlu dilanjutkan karena waktu
detoksifikasi tidaklah cukup untuk memulihkan klien rehabilitasi
menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing.
Pendalaman, penghayatan, dan pengamalan keagamaan atau keimanan ini
dapat menumbuhkan kerohanian (spiritual power) pada diri seseorang
sehingga mampu menekan risiko seminimal mungkin terlibat kembali
dalam penyalahgunaan NAPZA apabila taat dan rajin menjalankan
ibadah, risiko kekambuhan hanya 6,83%; bila kadang-kadang beribadah
risiko kekambuhan 21,50%, dan apabila tidak sama sekali menjalankan
ibadah agama risiko kekambuhan mencapai 71,6%.
H. Pengkajian
12
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa
I. Diagnosa Keperawatan
J. Tindakan Keperawatan
Latihan SP 1-Klien
Orientasi
“Selamat pagi Dik, perkenalkan saya suster M”. “Nama adik siapa?” “Lebih
senang dipanggil apa” “Bagaimana keadaan kamu pagi ini?” “Kalau A tidak
keberatan, selama 20 menit kedepan kita akan bercakap-cakap tentang
kesehatan A?” “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras depan ruangan
A?”
Kerja
“Apa yang biasa A pakai sebelum masuk ke pusat rehabilitasi ini?” “Ganja?”
“Apakah ada keluhan dengan kesehatan A?” “Bagaimana hubungan A dengan
teman-teman A?” “Bagaimana dengan sekolah A?” “Sejak kapan A
menggunakan ganja?” “Pada situasi yang bagaimana timbul keinginan A
menghisap ganja?” “Apa saja akibat yang A rasakan kalau menghisap ganja?”
13
Bab 1: Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyalahgunaan dan Ketergantungan...
Terminasi
“Bagaimana perasaan A setelah bercakap-cakap?” “Bagus sekali.” “Nah,
suster mau tanya lagi:
“Coba A sebutkan kembali hal-hal positif yang masih A miliki!” “Bagus
sekali” “Yang mana yang mau dilatih?” “Saya bisa berhenti.” (Afirmasi).
“Sekarang coba sebutkan kembali cara menghindari penggunaan ganja!”
“Benar” “Yang mana yang mau dilatih” “Nah, masukkan dalam jadwal
latihannya dan dicoba” “Besok pagi suster akan datang kembali, kita akan
diskusikan lagi hasil latihannya dan kita latih cara yang lain.” “Bagaimana A”
“Baiklah kalau begitu besok jam 11.00 kita ketemu ya.” “Sampai jumpa”
14
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa
15
Bab 1: Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyalahgunaan dan Ketergantungan...
A Pasien
Sp 1
1 Membina hubungan saling percaya
2 Mendiskusikan dampak NAPZA
3 Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
4 Mendiskusikan cara mengontrol keinginan
5 latihan cara meningkatkan motivasi
6 Latihan cara mengontrol keinginan
7 Membuat jadwal aktivitas
Sp 2
1 Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah
2 Mendiskusikan cara hidup sehat
3 Latihan cara menyelesaikan masalah
4 Latihan cara hidup sehat
5 Mendiskusikan tentang obat
B Keluarga
Sp 1
1 Mendiskusikan masalah yang dialami
2 Mendiskusikan tentang NAPZA
3 Mendiskusikan tahapan penyembuhan
4 Mendiskusikan cara merawat
5 Mendiskusikan kondisi yang perlu dirujuk
6 Latihan cara merawat
Sp 2
1 Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
2 Mendiskusikan pengawasan dalam minum obat
(Sumber: Keliat dkk. 2006)
K. Evaluasi
16
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa
CATATAN KEPERAWATAN
Nama Klien : AY
Nama Ruang : Anggrek
No. RM : 02-02-7788
Tanggal : 08-08-2008
Data:
AY (20 tahun) mahasiswa salah satu PTS di kota Medan sudah 2 tahun
terakhir ini menggunakan shabu-shabu. Sebelum menggunakan shabu-shabu,
klien mengkonsumsi ectasy. Keluarga sudah 2 kali membawa AY ke panti
rehabilitasi untuk mendapat pengobatan. Biasanya setelah menjalani
rehabilitasi klien berhenti menggunakan shabu-shabu. Akan tetapi waktunya
tidak lama, paling lama 6 bulan. Ini kali ketiga klien dirawat di panti
rehabilitasi. Klien mengatakan sudah berusaha untuk menghentikan kebiasaan
mengkonsumsi shabu-shabu. Tetapi keinginan itu tidak bertahan lama karena
dia sering ketemu dan berkumpul bersama teman-teman pemakai NAPZA.
Klien sulit untuk menolak ajakan teman-temannya.
Diagnosa Keperawatan:
Koping individu tidak efektif: belum mampu mengatasi keinginan
menggunakan zat
Tindakan Keperawatan:
1. Mendiskusikan tentang dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan
2. Mendiskusikan tentang cara meningkatkan motivasi untuk berhenti
3. Mendiskusikan tentang cara menghindar dari teman-teman pemakai
NAPZA
4. Mendiskusikan tentang cara penyelesaian masalah secara sehat
5. Mendiskusikan tentang gaya hidup yang sehat
6. Melatih cara untuk menghindar dan mengontrol keinginan menggunakan
NAPZA kembali
7. Melatih cara menyelesaikan masalah: dicurigai/dituduh menggunakan
NAPZA kembali oleh keluarga/sekolah/pekerjaan
17
Bab 1: Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyalahgunaan dan Ketergantungan...
Evaluasi:
S: Klien berjanji akan menghindari teman-temannya yang masih
menggunakan NAPZA
O: Klien tampak tidak mau menemui teman kelompoknya ketika berkunjung
untuk menjenguknya di panti rehabilitasi
A: Keinginan untuk menggunakan kembali NAPZA terkadang muncul
P: Menganjurkan klien untuk menambah kegiatan yang bersifat positif
seperti aktif dalam kegiatan ibadah di panti rehabilitasi, olahraga
melanjutkan kembali membuat jadwal kegiatan klien
Tanda tangan:
Nama Perawat:
18