Professional Documents
Culture Documents
Penulis: Kelompok 61
ABSTRAK
Praktikum ekosistem perairan mengalir melalui studi kasus Sungai Cihidueng
memiliki tujuan antara lain, mengetahui komponen ekosistem di perairan mengalir,
mengetahui interaksi antara komponen biotik dan abiotik di ekosistem perairan mengalir
dan mempelajari karakteristik perairan mengalir. Praktikum ini dilaksanakan dengan cara
melakukan pengamatan langsung ke lokasi yaitu di Sungai Cihideung. Di lokasi ini
diambil beberapa sampel untuk mengetahui parameter fisika, kimia dan biologi dari
perairan mengalir ini. Penentuan parameter fisika dilihat dari warna perairan, tipe
substrat, suhu perairan, kecerahan perairan, arus, dan kedalaman perairan. Parameter
kimia ditentukan oleh derajat keasaman pH. Sedangkan parameter biologi dilihat dari
sampel organisme yang terdapat pada perairan mengalir yang meliputi plankton,
perifiton, neuston, nekton, dan benthos.
Benthos yang ditemukan kebanyakan adalah jenis keong-keongan dan nekton
berupa kepiting. Jenis perifiton yang banyak ditemukan adalah Nitzschia, Paramecium
sp, Navicula, dan Mougeotia. pH air sungai yang diperoleh adalah 6. Warna air coklat
keruh karena pada saat pengambilan data hujan turun. Kisaran kedalaman adalah 0,22
m – 1,01 m, suhu perairannya adalah 290C, tipe substrat perairan adalah batuan kecil
dan kerikil. Kisaran kecerahan perairan adalah 12,5% - 19,5%, kisaran kecepatan arus
0,0917 m/s – 0,3448 m/s. Perbedaan kecepatan arus sungai pada satu tempat dengan
tempat yang lain dipengaruhi oleh adanya batuan besar, dan pada saat pengambilan
data hujan turun sehingga kecepatan arus lebih besar dari keadaan normal. Kisaran debit
air sungai yang diperoleh 0,0500 m3 – 0,2072 m3. Lebar sungai adalah 15,75 m dan lebar
badan sungai adalah 17 m. Kelimpahan plankton yang paling besar terdapat pada SS3
dan paling kecil terdapat pada SS1.
PENDAHULUAN
Habitat air tawar menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi,
dibandingkan dengan habitat laut dan daratan. Tetapi, bagi manusia kepentingannya
jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya karena air tawar merupakan
sumber air yang paling praktis dan menempati daerah kritis pada daur hidrologi.
Ekosistem perairan mengalir adalah perairan terbuka yang di dalamnya terdapat arus
dan memiliki gradien lingkungan yang terdapat interaksi antar komponen ekosistem,
contohnya sungai. Perairan mengalir umumnya memiliki arus dan penyebaran oksigen
yang bervariasi, serta pertukaran tanah dan air yang bersifat terbuka. Sungai adalah
suatu perairan terbuka yang di dalamnya terdapat arus, memiliki gradien dan masih
dipengaruhi oleh proses yang terjadi di daratan. Mata air sungai mengalir dari hulu
biasanya mencari jalan ke arah hilir yang lebih rendah hingga akhirnya bermuara ke laut.
Aliran air sungai melewati berbagai macam daerah yang mempunyai pengaruh masing
-masing yang berbeda terhadapnya (Walling, 1973 in Kenidas, 2003).
Ciri-ciri fisik ekosistem perairan mengalir diantaranya sebagai berikut: (1) Arus
air, dipengaruhi oleh jatuhnya aliran air dan laju aliran akan menurun pada ketinggian
yang rendah dan volume air akan meningkat. (2) Temperatur. Semakin besar arus maka
1
La Ode Ali Fatri (C54070001), Rizki Fitri Adriana Pohan (C5407002), Siti
Komariyah (C54070003), Arief Rizky (C54070005), Hollanda Arief Kusuma
(C54070006), I Putu Mandala Ardha Kusuma (C54070007), Nela Utari
(C54070053)
Di bawah bimbingan : Umi (THP 43)
akan mempertinggi riak apabila mengenai substrat dan gerak dinamika air yang akhirnya
menurunkan suhu air.
Tujuan dilakukannya praktikum ini antara lain mengenal dan mempelajari
komponen-komponen penyusun ekosistem perairan mengalir, menjelaskan interaksi dan
hubungan timbal balik antar komponen penyusun ekosistem tersebut, dan menjelaskan
pengaruh lingkungan terhadap komponen penyusun ekosistem. Sungai Cihideung dipilih
sebagai lokasi pengambilan sampel karena sungai ini letaknya dekat dari kampus IPB
dan tidak memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai lokasi.
Keterangan:
Pengukuran kecepatan arus dan besarnya debit air dapat ditentukan dengan rumus:
S
V= dan Q = A. V
t
Keterangan :
V : kecepatan arus ( m/s)
t : waktu yang dibutuhkan untuk melalui sisi transek(s)
Q : debit air sungai (m3/s)
V : kecepatan arus rata-rata (m/s)
A : luas transek (m2)
Sampel biologis dianalisis di laboratorium Biologi Makro 2 dan menggunkanan rumus
seperti dibawah.
xOi n 1 Vr
Rumus Kelimpahan Plankton (ind/l) N= x x x
Op xp Vs xVo
xOi n 1 Vr
Rumus Kepadatan Perifiton (ind/cm2) N = x x x
Op xp A xVo
n
Rumus Kepadatan Bentos (ind/m2) µ =
xM
Keterangan :
D1 : kedalaman tepat saat sechi disk tidak terlihat (saat dibenamkan)
D2 : kedalaman tepat saat sechi disk tidak terlihat (saat diangkat dari dasar)
Oi : luas gelas penutup (324mm2)
Op : luas satu lapang pandang (1,306 mm2)
Vs : volume air yang disaring dengan planktonet (100 liter)
Vr : volume botol contoh plankton hasil saringan (30 ml)
Vo : volume satu tetes air contoh (ml)
A : luas kerikan (4cm2)
n : jumlah plankton/perifiton/bentos
x : ulangan
P : jumlah lapang pandang sebanyak 5 kali
M : luas bukaan mulut alat ( 30 x 30 ) cm2 = 0,09 m2
: kepadatan benthos (ind/m2)
BIOLOGI
Plankton
Tabel 3. Komposisi fitoplankton pada stasiun sungai Cihideung
Spesies SS 1 SS 2 SS 3
Fitoplankton Spirostomum 1 - -
Nitzschia - 5 12
Cosmarium - 1 1
Botryoccocus - 1 -
Gonatozygon - - 2
Cylindrocysti - - 1
s
Cynedra - 3 1
TOTAL 1 10 17
Grafik 1. Kelimpahan Plankton
Grafik diatas menunjukan bahwa pada SS3 memiliki kelimpahan dan komposisi
plankton yang tertinggi yang berkisar 1687 (ind/L) untuk fitoplankton, dan organisme yang
mendominasi pada SS3 adalah Nitzschia dengan kelimpahan 1191 (Ind/L). Hal ini berarti
bahwa kondisi lingkungan pada SS3 cocok bagi fitoplankton untuk hidup dan
berkembang biak. Pada SS1 dan SS2 tidak terdapat Zooplankton.
Stasiun sungai Cihideung tidak memiliki tingkat kecerahan yang tinggi, akan
tetapi penetrasi cahaya dapat langsung menembus kedalaman perairan sungai
Cihideung. Dengan kondisi tersebut laju kecepatan fotosintesis organisme fitoplankton
meningkat dan secara langsung dapat memberi kehidupan bagi organisme-organisme
lain seperti zooplankton dan benthos.
Tingginya kelimpahan fitoplankton pada SS3 berbanding lurus dengan
kelimpahan tertinggi zooplankton yang terdapat pada SS3 yaitu sebesar 199 (Ind/L).
Jumlah fitoplankton lebih besar dibandingkan dengan zooplankton merupakan hal yang
baik kerena organisme fitoplankton merupakan produsen bagi organisme disekitarnya
(zooplankton).
Perifiton
Hasil pengamatan menunjukan ada 5 jenis perifiton pada stasiun kedua perairan
mengalir sungai Cihideung, yaitu Synedra, Nitzschia, Micrasterias, Mougeotia, Navicula.
Benthos
Tabel 5. Kepadatan Benthos
Spesies SS1 SS2 SS3
Campeloma 0 4 0
Goniobasis 4 0 15
Hydrobia 8 0 4
Benthos Musculium 4 0 0
Pleurocera 8 8 8
TOTAL 24 12 27
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa pada SS1 terdapat lebih
banyak spesies benthos dibandingkan pada SS2 dan SS3. Pada SS1 dapat dilihat bahwa
benthos jenis Pleurocera dan Hydrobia serta Musculium dan Goniobasis memiliki jumlah
kepadatan yang sama. Pleurocera pada SS1, SS2, dan SS3 juga mempunyai kepadatan
yang sama.
Nekton dan Neuston
Pada praktikum yang dilakukan di perairan Sungai Cihideung tidak ditemukan
nekton, tapi ditemukan neuston jenis Gerris.
Tumbuhan Air
Pada praktikum yang dilakukan di perairan Sungai Cihideung ini juga tidak
ditemukan adanya tumbuhan air.
Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan. Suhu dan oksigen
adalah faktor pembatas utama pada perairan air tawar. Perubahan suhu akan
menimbulkan karakteristik sirkulasi air yang khas serta berpengaruh terhadap kehidupan
dan reaksi kimia di lingkungan abiotik (Odum, 1971). Kecerahan merupakan ukuran
transparasi perairan atau besarnya penetrasi cahaya matahari yang masuk dalam
perairan.Kekeruhan terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat
mengendap dan sering kali penting sebagai faktor pembatas, sedangkan bila kekeruhan
disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktivitas (Odum,
1971) maka kecerahan yang tinggi akan membuat proses fotosintesis yang dilakukan
fitoplankton meningkat sehingga kandungan oksigen perairan menjadi tinggi dan semakin
dalam suatu perairan akan membuat penetrasi cahaya semakin terbatas menembus
dasar perairan sehingga fotosintesis berkurang yang akan berakibat kurangnya pasokan
oksigen terlarut.
pH perairan yang baik dan dapat mendukung kehidupan organisme besarnya
antara 6-9. pH merupakan faktor penentu bagi semua reaksi kimia yang terjadi dalam
perairan dan berpengaruh pula pada aktivitas fotosintesis, respirasi dan dekomposisi
bahan organik. (Odum, 1971). Peranan bentos dalam ekosistem perairan sebagai
indikator biologi bagi kualitas air dan substrat (Odum, 1971). Keberadaan komponen
biotik dalam suatu ekosistem sangat dipengaruhi oleh kemoponen abiotik. Tanpa adanya
komponen abiotik, komponen biotik tidak dapat berlangsung hidup. Hal ini dapat dilihat
pada rantai makanan dimana matahari sangat diperlukan oleh fitoplankton sebagai
organisme trofi tingkat pertama yang kemudian akan dimanfaatkan energinya untuk
organisme lainnya. Serta, unsur hara yang dimanfaatkan oleh organisme perifiton dan
bentos untuk bertahan hidup.
Fitoplankton
Neuston
Zooplankton
Nekton
Dekomposer
Keterangan:
Proses dimakan
Proses penguraian
Daftar Pustaka
Basmi, J. 1999. Plantonologi : Produsen Primer. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Elsevier scientific.
Publishing company New York. 318 p.
Ewusie, JY. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Thirth Edition. W.B. Saunders Co.
Philadelphia and London. 546 p.
Reid, George K. 1961. Ecology of Inland Water and Estuaries. Reinhold Book
Coorporation: New York.
Rustamadji, H. 1994. Penataan Sungai. Himpunan Karangan Ilmiah di Bidang Perkotaan
dan Lingkungan.
LAMPIRAN
2. Pengukuran Kecerahan
3. Pengukuran Kedalaman
4. Pengukuran Kecepatan Arus