You are on page 1of 2

Model Pembelajaran Menceritakan Kembali

30 November 2009 Rachmad Widodo Tinggalkan komentar Go to comments

2 Votes

Model Pembelajaran Menceritakan Kembali merupakan salah satu sub bagian dari
Model Pembelajaran Berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sub bagian yang
lain dari model pembelajaran Berbicara yaitu : Ulang Ucap,Lihat Ucapkan, Memerikan,
Menjawab Pertanyaan, Bertanya, Reka Cerita Gambar, Melanjutkan Cerita, Bercerita,
Parafrase dan Bermain Peran.

Model pembelajaran Menceritakan Kembali merupakan kelanjutan dari model


pembelajaran Melanjutkan Cerita. Maka dikandung pengertian bahwa setelah peserta
didik dan guru menguasai pembelajaran Melanjutkan Cerita maka akan meningkat ke
model pembelajaran Menceritakan Kembali. Di dalam model pembelajaran ini peserta
didik sudah mulai belajar mandiri merangkai kata-kata dan kalimat sendiri meskipun
secara sederhana. Bukan tanpa kendala tentunya, karena mungkin peserta didik akan
mengalami :

a). Dihinggapi perasaan malu dan canggung untuk melakukan praktik menceritakan
kembali.

b). Sering terjadi macet di jalan, atau kehabisan kata-kata/kalimat.

c). Sering terjadi pengulangan kata-kata yang sama/itu-itu saja.

Untuk menangani masalah/kendala di atas solusi yang dapat ditempuh antara lain :

a). Pemberian motivasi yang cukup pada para peserta didik.

b). Guru sering memberi umpan di mana dirasa diperlukan saja.

c). Perlu memperluas/menambah perbendaharaan kata dan kalimat para peserta didik.

d). Tema-tema cerita hendaknya yang menarik, actual, sesuai dengan minat dan motivasi
peserta didik.

Sebagai salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.


2. Guru menceritakan suatu peristiwa sehari-hari secara sederhana dalam satu
paragraf.
3. Guru memberi tugas salah satu peserta didik untuk menceritakan kembali
peristiwa tersebut dengan kata-kata peserta didik sendiri.Hal ini dilakukan tanpa
peserta didik maju ke depan kelas tetapi cukup di mejanya sendiri.
4. Guru menunjuk peserta didik yang lain untuk melakukan hal yang sama.
5. Guru menceritakan peristiwa yang lain, sedangkan peserta didik tekun
memperhatikan.
6. Kadang dengan cara ditunjuk peserta didik akan enggan, maka guru dapat
membuat kertas gulungan berisi nama-nama peserta didik lalu dikocok dan
diundi, maka yang namanya muncul/keluar harus berani maju ke depan kelas
untuk menceritakan kembali apa yang sudah diceritakan guru.
7. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju untuk menceritakan kembali.
8. Evaluasi.
9. Kesimpulan.

Kemampuan membuat desain pembelajaran merupakan fokus kompetensi yang harus


Bapak/Ibu kuasai sebagai seorang guru. Alasannya, kemampuan mendesain pembelajaran
sangat berkaitan langsung dengan pelaksanaan tugas Bapak/Ibu di lapangan sebagai
pemegang kendali proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.

Tidak ada metode pembelajaran Berbicara yang sempurna, maka Guru dituntut untuk
mampu memilah dan memilih serta menentukan media dan metode yang paling relevan
dengan tujuan dan situasi yang dihadapinya di kelas.

Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah pembelajaran


bahasa Indonesia kita sehingga pembelajaran bahasa Indonesia yang dirancang Bapak/Ibu
Guru dapat lebih bervariatif, lebih bermakna, menantang sekaligus menyenangka

You might also like