You are on page 1of 42

Definisi Dramaturgi

Drama turgi adalah ajaran tentang masalah hukum, dan konvensi/persetujuan drama. Kata drama
berasal dari bahasa Yunani yaitu dramoai yang berarti berbuat, berlaku, beraksi, bertindak dan
sebagainya, dan “drama” berarti : perbuatan, tindakan. Ada orang yang menganggap drama sebagai
lakon yang menyedihkan, mengerikan, sehingga dapat diartikan sebagai sandiwara tragedi.

Komedi Tragedi

Drama dapat berupa komedi dan tragedi. Kekeliruan demikian terjadi karena kekeliruan dengan istilah
drama dalam hidup keluarga. Misalnya : drama percintaan yang maksudnya mengandung peristiwa
menyedihkan, mengerikan.

Arti Drama

* Arti pertama : Drama adalah kualitas komunikasi, situasi,action. (segala apa yang terlintas dalam
pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (exciting), dan ketegangan pada pendengar/penonton.

* Arti kedua : Menurut Moulton, drama adalah : hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented
action). Jika buku roman menggerakan fantasi kita, maka dalam drama kita melihat kehidupan manusia
diekspresikan secara langsung di muka kita sendiri.

Menurut Brander Mathews : Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama

Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak manusia dengan action.

Menurut Balthazar Verhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sikap manusia dengan
gerak.

* Arti ketiga : Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada
pentas dengan menggunaka percakapan dan action dihadapan penonton.

Arti Drama, Sandiwara, Tonil

Pertunjukan drama disebut juga sandiwara. kat sandiwara itu dibuat oleh P.K.G mangkunegara VII
almarhum sebagai kata pengganti Toneel, yang pada hayat P.K.G sudah mulai mendapat perhatian di
kalangan kaum terpelajar, tetapi pada waktu itu dan lingkungan kaum terpelajar itu yang dipergunakan
masih dalam bahasa Belanda. Kata baru “sandiwara” dibentuk dari kata “sandi: dan “Wara”, sandi
(Jawa sekarang) berarti rahasia, dan “Wara” (wara Jawa) adalah pengajaran. Demikialah menurut Ki
Hadjar Dewantara, sandiwara adalah pengajaran yang dilakukan dengan perlambang.

Demikianlah kupasan singkat dari kata sandiwara sebagai pengganti kata Toneel sebagai pengganti
kata drama. Sebenarnya arti kata sandiwara lebih kena dari pada kata Toneel (bahasa belanda), yang
artinya tak lain dari pada pertunjukan. Demikian pulajuga dibandingkan dengan arti drama dalam
bahasa yunani yang artinya mula-mula tak lain dari pada “perbuatan” dan kemudian semata-mata
perbuatan diatas panggung. tetapi sungguh sayang, arti kata sandiwara yang sedalam itu sekarang
merosot, bahkan kata sandiwara bagi umum banyak menimbulkan rasa “hina” atau ejekan. Apakah
sebabnya demikian?

Oleh karena itu dalam sandiwara memang sering terdapat hal-hal yang kurang baik, kata seorang guru
atau seorang bapak kepada anaknya, “Jangan main sandiwara kamu”. Kata sandiwara merosot
derajatnya karena yang menyelenggarakan dan yang memelihara sandiwara kurang cakap atau kurang
baik budinya. Jika kita ingin mengembalikan arti kata sandiwara seperti yang semestinya, lapangan
sandiwara meminta juga kepada kaum terpelajar, kepada orang yang cakap, kepada yang berjiwa
seniman dan berbudi tinggi.

Formula Dramaturgi (4M)

yang dimaksud dengan formula dramaturgi atau 4M adalah :

A1 : Menghayalkan

A2 : Menuliskan
A3 : Memainkan

A4 : Menyaksikan

A1 : Disini untuk pertama kali manusia/pengarang menghayalkan kisah : ada inspirasi-inspirasi, ide-
ide.

A2 : Pengarang menyusun kisah yang sama untuk kedua kalinya pengarang menulis kisah

A3 : Pelaku-pelaku memainkan kisah yang sama untuk ketiga kalinya (action). disini actor dan aktris
yang bertindak dalam stage tertentu

A4 : Penonton menyaksikan kisah yang sama untuk keempat kal


Arti Definisi / Pengertian Drama Dan Jenis / Macam Drama - Pelajaran Bahasa Indonesia
Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan
yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain
dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama
disebut aktor atau lakon.
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat
yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan
atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1. Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa
pembicaraan.
8. Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik
wajah pelakunya.
9. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.
mungkin partisipasi kalian yang bakal jadi penyempurna.jangan cuman protes!! penulis juga
manusia.......punya mata,punya idung,punya bibir,punya kaki,punya gigi,wah banyak dah!!!!!!!
mow tnya neh,
Perbdaan drama n teks naratif?
Tlong jLaskn yah
2.1.1 Pengertian Drama
Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, beraksi, dan
sebagainya. Drama berarti perbuatan, tindakan atau action (Harymawan, 1988:1). Menurut Aristoteles,
drama adalah tiruan (imitasi) dari action (Dietrich, 1953:3). Ada beberapa pengertian yang dirumuskan
oleh banyak ahli di bidang drama: Menurut Moulton, drama adalah hidup yang dilukiskan dengan
gerak (life presented action). Menurut Brander Mathews, konflik dari sifat manusia merupakan sumber
pokok drama. Menurut Ferdinand Brunetierre, drama haruslah melahirkan kehendak manusia dengan
action. Menurut Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sikap manusia
dengan gerak. Menurut Dietrich, drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang
diproyeksikan dengan menggunakan percakapan dan action pada pentas di hadapan penonton
(audience).
Drama adalah cerita tentang konflik manusia, kita tidak bisa memahami sampai kita tahu kapan,
mengapa, dan bagaimana konflik manusia. Drama adalah cerita dalam bentuk dialog, drama tak lebih
dari interpretasi kehidupan, drama adalah salah satu bentuk kesenian. Drama dirancang untuk
penonton, drama bergantung pada komunikasi. Jika drama tidak komunikatif, maksud pengarang,
pembangun respon emosional tidak akan sampai (Dietrich, 1953:4).
Mempelajari naskah drama dapat dilakukan dengan cara mempelajari dengan seksama kata-kata,
ungkapan, kalimat atau pernyataan tertentu yang dipergunakan oleh pengarang dalam naskah drama
yang ditulisnya. Memang penonton mungkin tidak pernah membaca sendiri dialog dalam naskah.
Mereka mendengarkan dialog diucapkan oleh aktor di panggung (Ghazali, 2001:2)
Berdasarkan beberapa teori tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa drama adalah sebuah lakon atau
cerita berupa kisah kehidupan dalam dialog dan lakuan tokoh berisi konflik manusia. Drama sebagai
karya sastra dapat dibedakan menurut dua penggolongan mendasar yaitu drama sebagai sastra lisan dan
drama sebagai karya tulis. Sebagai sastra lisan drama adalah teater, sedang drama sebagai karya tulis
adalah peranan naskah terhadap komunikasi drama itu sendiri. Dalam hal ini lebih ditekankan aspek
pembaca drama daripada penonton, dan merubah pendekatan yang berorientasi kepada aktor ke
pendekatan yang berorientasi terhadap naskah.
2.1.2 Bahan Penulisan Drama
2.1.2.1 Tokoh
Drama dibangun dari konflik, karakter manusia adalah bahan dasarnya. Drama adalah cerita
tentang tokoh manusia dalam konflik. Pertunjukan yang dramatis harus menggambarkan kehidupan
dari tokoh-tokohnya (Dietrich, 1953:25). Tidak ada drama tanpa pelaku, bagaimanapun bentuk dan
jenis drama tersebut. Secara umum dapat dikatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam
karya sastra selalu diemban atau terjadi atas diri tokoh-tokoh tertentu. Pelaku yang mengemban
peristiwa dalam cerita, sehingga peristiwa tersebut mampu menjalin suatu cerita yang padu disebut
tokoh (Maryaeni, 1992:39). Inti sebuah naskah drama terletak pada hadirnya keinginan seorang tokoh
dan ia berjuang keras untuk mencapainya. Hidup bagi tokoh itu akan terasa tidak bermakna jika tujuan
atau cita-cita yang ingin dicapainya itu kandas di perjalanan. Berbagai cara dia lakukan untuk
memperoleh keinginan atau tujuan hidupnya (Ghazali, 2001:10).
Dengan demikian berdasarkan beberapa pengertian diatas, untuk menganalisis tokoh dan
hadirnya pola motivasional tokoh dapat dilakukan melalui pemahaman dialog dan tingkah laku atau
perbuatan tokoh yang hadir dalam drama.
2.1.2.2 Situasi/Latar
Jika situasi adalah dasar dari gerak kehidupan, begitu pula dalam drama. Setiap lakon adalah
rentetan situasi, dimulai dari situasi yang berubah dan berkembang selama action terlaksana. Bahannya
bersumber pada kehidupan, sedangkan drama adalah penggarapan bahan tersebut (Dietrich, 1953:25).
Latar adalah lingkungan tempat untuk mengekspresikan diri tokoh, dan tempat terjadinya peristiwa.
Latar dapat berfungsi sebagai metominia atau metafora yaitu sebagai ekspresi dari tokoh-tokoh yang
ada (Wellek & Warren, 1990:291). Menurut Aminuddin (1986:136) fungsi latar adalah: (1) fungsi
fisikal, memberikan informasi situasi (ruang dan tempat) sebagaimana adanya sehingga sebuah cerita
menjadi logis, (2) fungsi psikologis, sebagai keadaan batin para tokoh atau menjadi metafor dari
keadaan emosional dan spiritual tokoh, bila later tersebut mampu menuansakan makna tertentu.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan macamnya latar dibagi atas latar fisik
dan latas sosial. Sedang secara fungsional latar dapat dibedakan menjadi latar fisik dan latar psikologis.
2.1.2.3 Tema/Topik
Topik atau tema adalah ide pokok dari lakon atau drama. Tema mungkin adalah maksud dan
keinginan pengarang, mungkin sebuah kisah nyata yang benar-benar terjadi, atau bisa jadi imajinasi
pengarang berdasarkan latar belakang dan pengalaman hidupnya (Dietrich, 1953:25). Dalam drama
istilah tema sering disebut dengan istilah premise, yang berperan sebagai landasan pengembangan pola
bangun cerita (Harymawan, 1988:24). Tema merupakan pokok pikiran atau sesuatu yang melandasi
suatu karya sastra diciptakan. Tema merupakan sesuatu yang paling hakiki dalam setiap karya sastra
meskipun tidak meninggalkan dan mengesampingkan unsur lainnya (Maryaeni, 1992:32).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penulis mengembangkan ceritanya didasari oleh
pemahaman sebuah tema. Namun sebaliknya seorang pembaca untuk memahami sebuah tema harus
lebih dulu memahami unsur-unsur signifikan naskah yang menjadi media pemapar tema.
2.1.3 Struktur Lakuan Drama
Betapapun seandainya sebuah naskah dikembangkan menjadi naskah tanpa plot, namun tetap ada
tuntutan bahwa pengembangan tokoh harus jelas melalui rangkaian tertentu. Menurut Ghazali (2001:7),
plot sebuah naskah drama ialah pengembangan peristiwa-peristiwa dramatik melalui munculnya
motivasi-motivasi yang mengenai karakter tersebut.
Aristoteles membagi permainan dalam dua bagian yaitu komplikasi dan penyelesaian. Dari pemahaman
tersebut ditafsirkan menjadi lima bagian: esposition, complication, climax, resolution / denouement,
dan conclusion / catastrophe. Pada tahun 1863 Gustav Freytag menggambar piramida action memakai
lima pembagian Aristoteles berdasar pada komplikasi dan penyelesaian yang menjadi rising action
(munculnya aksi dramatis) sampai klimaks dan falling action (turunnya tensi permainan) sampai akhir.
BEBERAPA PENGERTIAN
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi drama
bisa berarti perbuatan atau tindakan.
ARTI DRAMA
Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di pentas)
yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan ketegangan pada para pendengar.
Arti kedua, menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in
action).
Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan action.
Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia dengan
gerak.
Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas
dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience)
Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan
Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam
istilah yang lebih ketat, sebuah drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya
arti penting – meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia – tapi tidak bertujuan
mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah drama sering diperluas
sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk didalamnya tragedi dan lakon absurd.
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan
tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun
merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya.
Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat
kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya
terdiri atas dialog; mungkin ada semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk
dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau teks
utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan.
Cotoh;
Chaterina ( bergegas masuk, membawa berita bagus ); Raina ! ( ia mengucapkan Raina, dengan
tekanan pada i ) Raina ! ( ia menunjuk ketempat tidur, berharap menemukan Raina disitu ) Mengapa, di
mana….! ( Raina menoleh kedalam ruangan ).
Fase-fase dalam kurung diatas adalah petunjuk permainan untuk sutradara dan pemain. Ini memandu
para aktor dan sutradara maupun tetang penataan perlengkapan panggung. George Bernard Shaw
( 1856 – 1950 ), pelopor realisme dalam sejarah drama Inggris, memberi petunjuk secara panjang lebar
pada nebentext-nya yang ditemukan dalam kebanyakan naskahnya karena ia tidak ingin interprestasi
lakon-lakonnya menyeleweng dari apa yang sebenarnya ia kehendaki.
Novel jauh berbeda karena bagian narasinya dikombinasikan dengan dialog.
Kalau tidak salah waktu itu ia berumur delapan tahun, atau sembilan ? ia telah diajak ayahnya
mengunjungi Chikako, dan mereka menemukan wanita itu diruang makan pagi. Kimononya terbuka.
Wanita itu sedang memotongi rambut pada tanda lahirnya dengan gunting kecil. Tanda lahir itu
menutupi separuh payudara kirinya dan turun sampai ke lekuk diantara payudaranya, selebar telapak
tangan manusia. Tampaknya rambut tumbuh terus pada tanda lahir berwarna hitam kemerahan itu dan
Cikako sedang mengguntinginya.
“ Kau ajak anak itu kemari?”
Tidak adanya narasi dalam drama bisa digantikan oleh akting para pemain yang, dengan
menghubunkan diri mereka sendiri dengan perlengkapan, perlampuan dan iringan musik, menciptakan
suasan dan menghidupkan panggung itu menjadi dunia yang amat nyata. Disamping itu, penjelasan
tentang tokoh disampaikan melalui dialog antara tokoh yang membicarakan tokoh lain. Pada puisi,
daya ekpresi dan irama mentepati posisi yang dominan. Oleh karena itu, puisi tidak bercerita. Jika
balada bertumpu pada narasi, sebab sebenarnya balada adalah kisah, atau cerita yang dinyanyikan.
Contohnya, mahabarata dan ramayana dalam bentuk tembang. Puisi yang dibaca dengan baik menjadi
dramatik, seperti yang dilakukan Rendra, aktor baik. Maka “Tidak tidak diragukan lagi drama kadang
dianggap diambil dari kata dramen yang berarti sesuatu untuk dimainkan.”Mungkin drama memperoleh
hampir semua efektivitasnya dari kemampuannya untuk mengatur dan menjelaskan pengalaman
manusia. Oleh karenanya, drama, seperti halnya karya sastra pada umumnya, dapat dianggap sebagai
interprestasi penulis lakon tentang hidup. Unsur dasar drama-perasaan,hasrat, konflik dan rekonsilasi
merupakan unsur utama pengalaman manusia.
Dalam kehidupan nyata, semua pengalaman emosional tersebut merupakan kumpulan berbagai kesan
yang saling ada hubungannya. Bagaimanapun juga, dalam drama, penulis lakon mampu mengorganisir
semua pengalaman ini ke dalam satu pola yang bisa dipahami. Penonton melihat materi kehidupan
nyata yang disajikan dalam bentuk yang padat makna dengan menghapus hal-hal yang tidak penting
dan memberi tekanan kepada hal-hal yang penting.
Penulis lakon menulis drama untuk dipentaskan, ia menulis drama itu dengan membayangkan action
dan ucapan para aktor diatas panggung. Jadi ucapan dan action yang terwujud dalam dialog itu adalah
bagian paling penting, yang tanpa itu drama bukan benar-benar sebuah lakon. Karena itu, sebuah drama
mewujudkan action, emosi, pemikiran, karakterisasi, yang perlu digali dari dialog-dialog itu. Adalah
satu keharusan bagi seorang sutradra untuk menganalisis drama sebelum memanggugkan drama itu.
Disamping drama, juga ada istilah teater, atau dalam bahasa inggrisnya theatre, kata teater dalam
bahasa indonesia rancu karena tidak menunjukkan perbedaan antara istilah dalam bahasa Inggris;
theatre dan the theatre. Dalam bahasa indonesia, teater mengacu pada aktivitas melakukan kegiatan
dalam seni pertunjukan, kelompok yang melakukan kegiatan itu dan seni pertunjukan itu sendiri. Tapi
dalam bahasa Inggris, theatre dan the theatre amat berbeda. Kalau kita menonton tari orang primitif
dibioskop dan mempelajari rite dan ritual, kita melihat theatre dihidupkan tapi kita tidak melihat the
theatre. Kita tidak melihat satu gedung kesenian dan semua yang jadi bermakna dalam istilah lakon
maupun pemain. Dalam jagat pikiran Indonesia, istilah teater terkadang cukup membingungkan.
Misalnya saja, di Sala, ada nama URAVATRIA Theatre, yang ternyata adalah sebuah gedung bioskop
dan bukan gedung teater.
The theatre berasal dari kata theatron, sebuah kata Yunani yang mengacu pada sebuah tempat dimana
aktor mementaskan lakon dan orang-orang menontonnya. The theatre juga menunjukan kepada
pertunjukan yang lebih spesifik, misalnya teater Yunani, teater Amerika, Jepang dan sebagainya.
Dalam bahasa Indonesia kita punya istilah teater tradisional dan teater masa kini atau teater
kontenporer. Karena tidak benar-benar mengacu kepada sebuah tempat, kata teater menggambarkan
sebuah lakon dengan atau tanpa naskah.
Dialog dalam teater tradisional diciptakan sendiri secara improvisasi oleh para aktor sesuai dengan plot
dan karakterisasi yang mereka mainkan.
Teater tradisi berasal dari masyarakat pedesaan dengan solidaritas sebagai tulang punggung dari rasa
memiliki. Ini juga mencerminkan jagat audio yang didalamnya penulisan dan penalaran merupakan
kegiatan yang mewah. Tidak heran jika teater tradisional juga disebut the solidarity making theatre.
Jauh berbeda dari itu, teater masa kini berasal dari jagat analisis yang tulang punggungnya adalah
peradaban Yunani Kuno. Sebagai ganti mengandung kekuatan solidarity making teater kontenpoler
menawarkan alternatif kepada penonton untuk bebas memilih, menyukai mereka yang telah berakting
di panggung, atau pertempuran ide yang didalamnya sifat baik dan sifat jahat saling berjalin di dalam
seorang pribadi. “ hidup adalah abu dan debu “, kata George Bernard Shaw. Lains sekali dengan yang
terjadi dalam teater masa kini. Dalam teater tradisional, yang jahat harus dikalahkan oleh yang baik,
kalau tidak, dihalang bisa dilempari batu oleh penonton. Sebagai contoh, Bima memang seharusnya
menang dalam pertempuran melawan Suyudana dalam perang besar Bratayudha.
Dalam teater masa kini, yang jahat mungkin saja jadi pemenang seperti ditunjukkan dalam lakon
Shakespeare, Romeo and Juliet. Pasangan kekasih itu mati secara tragis sementara para orang tua kedua
kekasih itu tetap hidup dengan sehat walafiat. Bolehkan dikatan bahwa Romeo dan Juliet kalah ? tak
seorangpun bisa menyebutkan siapa yang menjadi pemenangnya. Menonton pentas teater masa kini,
memerlukan pemikiran yang mau mempertanyakan, kalau tidak lakon itu tidak akan bisa dinikmati.
SEJARAH DRAMA
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Namun demikian, sebuah buku
yang berjudul A History of the theatre menunjukan pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang
kelak diubah kedalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal
4000SM. Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar masih meragukan
apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada
petunjuk action dan indikasi berbagai tokohnya.
Ada tiga macam teaori yang mempersoalkan asal mula drama. Menurut Brockett, drama mungkin telah
berkembang dari upacara relijius primitif yang dipentaskan untuk minta pertolonga dari Dewa. Upacara
ini mengandung banyak benih drama. Para pendeta sering memerankan mahluk superaalami atau
binatang; dan kadang – kadang meniru action berburu, misalnya. Kisah-kisah berkembang sekitar
beberapa ritus dan tetap hidup bahkan setelah upacara itu sendiri sudah tidak diadakan lagi. Kelak mite-
mite itu merupakan dasar dari banyak drama.
Teori kedua memberi kesan bahwa himne pujian dinyanyikan bersama didepan makam seorang
pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan memperagakan perbuatan-perbuatan dalam
kehidupan almarhum pahlawan itu. Bagian yang diperagakan makin lama makin rumit dan koor tidak
dipakai lagi. Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor makinlama makin kurang penting,
muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara diatas panggung.
Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan manusia untuk bercerita. Kisah –
kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan menciptakan kembali kisah – kisah perburuan atau
peperangan, atau perbuatan gagah seorang pahlawan yang telah gugur. Ketiga teaori itu merupakan
cikal-bakal drama. Meskipun tak seorang pun merasa pasti mana yang terbaik, harus diingat bahwa
ketiganya membicarakan tentang action. Konon, action adalah intisari dari seni pertunjukan.
STRUKTUR DRAMA
Seorang Aristoteles, filsuf Yunani yang hidup sekitar 300 S.M. telah menulis Poetics. Untuk mengenali
plot, karakter, pikiran, diksi, musik dan spektakel dari tragedi. Kelak identifikasi itu dianggap sebagai
falsafah dasar dari strukturalisme yang oleh T.S. Eliot disebut the Formalistick Approach.
Plot adalah istilah yang berarti ringkasan kisah sebuah lakon. Plot berbeda dari cerita karena caranya
menyajikan hubungan urutan cerita dan peristiwa. Dengan sendirinya plot adalah urutan peristiwa yang
berhubungan secara kausalitas.
Abil contoh, misalnya Romeo bunuh diri, karena mengira kalau Juliet sudah mati. Kata ‘ karena ‘
merupakan kata sambung untuk menghubungkan kedua peristiwa itu, dengan menjelaskan bahwa yang
pertama disebabkan oleh peristiwa kedua. Lain dengan cerita; cerita memerlukan kata dan atau
lalu/kemudian untuk menghubungkan dua peristiwa.
Jadi dalam cerita; Romeo bunuh diri dan kemudian Juliet melakukan hal yang sama. Dengan kata lain
plot menunjukan peristiwa-peristiwa secara kausatif, sedangkan cerita secara kronologis. Oleh karena
itu kata ‘mengapa’ adalah kata ganti penanya yang paling cocok untuk mengamati paradigma plot
dalam drama maupun novel.
Pada awal plot kita ada eksposisi. Ini memberi penonton informasi yang diperlukan tentang peristiwa
sebelumnya, situasi sekarang atau tokoh-tokohnya. Dalam kebanyakan lakon, sudah sejak awal
pengarang memberi tekanan kepada satu pertanyaan atau konplik penting. Pada awal kisah Romeo and
Juliet, Shakespeare telah menyajikan pertengkaran antara Sampson, Gregory lawan Baltazar dan
Abraham, satu penjelasan yang memberi ‘Leitmotive’ kepada tema, konplik dan rekonsiliasinya.
Gregory : Anda berkelahi, ya ?
Abraham : Berkelahi? Ah, ngak, nggak!
Sampson : Tapi kalau ya, saya memihak anda, saya mengabdi sebaik anda
Abraham : ah, tak akan lebih baik.
Sampson : Baiklah
Gregory : (kesamping kepada Sampson, melihat Tybalt keluar panggung)
Katakanlah lebih baik. Itu salah satu dari orang majikanku datang.
Sampson : Ya, lebih baik.
Abraham : Bohong!
Sampson : Cabut pedangmu, kalau kamu lelaki. Gregory, ingat hantamanmu.
( mereka berkelahi ).
Dialog diatas menciptakan suasana babak itu dan suatu pelukisan singkat tapi lengkap tenatang konplik
antara keluarga Montague versus keluarga Capulet yang akan menimbulkan bencana itu.
Terkadang juga ada eksposisi tentang tokoh-tokoh. Sebuah film berjudul Jango versus Santana dapat
dijadikan contoh. Film itu dimulai dengan sebuah pemandangan. Sebidang tanah tandus dengan pohon-
pohon kaktus tumbuh disana-sini. Sementara fokus kamera bergerak kearah kanan, seorang lelaki
dengan baju kotor dan basah kuyup tampak berlutut didepan sebuah makam. Lelaki itu berdiri dan
kamera mengambil gambarnya dalam teknik medium. Posisi enface memberikan gambaran jelas tokot
itu. Ia tak mengalami kemalangan, tapi ia menghadapinya dengan tegar. Pelukisan singkat tapi hampir
lengkap dari tokoh tersebut memberi titik awal yang jelas untuk memulai film itu.
Dalam eksposisi itu, unsur-unsur konpliknya statis. Melalui satu insiden yang merangsang maka action
mulai bergerak. Disini konflik dramatik besar mulai jelas menyatukan kejadian – kejadian dalam lakon
itu. Insiden yang merangsang dalam Romeo and Juliet tampak ketika Tybalt mengenali Romeo dan
ingin menantang berkelahi. Presiden dari stimulasi itu terjadi ketika inang memberi tahu Juliet bahwa
Romeo adalah anggota keluarga Montague. Unsur statis dalam eksposisi itu mulai bergerak dan konflik
sehari-hari antara Sampson versus Abraham makin lama makin menjadi makin serius. ( Babak I )
timbul serentetan konflik ketika Romeo membocorkan rahasianya kepada teman-temannya, memanjat
tembok kebun keluarga Capulet, dan menunggu Juliet muncul dijendelanya waktu gadis itu muncul,
keduanya saling mengungkapkan cinta dan memutuskan untuk kawin lari ( Babak II ). Makin lama
lakon itu makin tegang sampai pendeta sampai pendeta Laurence berharap, setelah menyeleggarakan
upacara pernikahan, pertikaian antara keluarga itu akan berakhir dan Romeo berpendapat begitu. Kisah
cinta sederhana antara pemuda dan pemudi itu sekarang berkembang menjadi idealisme yang
melibatkan masalah besar yang dihadapi kedua orang tua itu. Tidak diragukan bahwa konflikasi
tersebut menuju suatu krisi, satu titik balik ketika informasi yang sebelumnya dirahasiakan sedikit
sebagian terungkap dan masalah dramatik itu bisa dijawab.
Meskipun Juliet sudah menikah dengan Romeo, ia tidak berterus terang pada ayahnya. Oleh karenanya
itu, Capulet tetap menjalankan rencananya untuk menikahkan Juliet dengan Paris. Karena pernikahan
akan berlangsung pada hari kamis, pendeta Laurence mengusulkan agar pada hari rabu Juliet harus
menelan ramuan yang akan membuatnya mati suri; sementara Laurence akan mengirimkan pesan pada
Romeo untuk menyelamatkan Juliet dari makam keluarga Capulet, karena ia merasa yakin gadis itu
akan dimakamkan disana. Capulet, karena ditentang oleh putrinya, memutuskan untuk mengajukan
pernikahan itu sehari. Rencana itu membuat Juliet harus segera mereguk racun tadi. Agar rencananya
tidak terhalang, ia menyuruh inang keluar dan tanpa pikir panjang langsung mereguk racun tadi.
Paginya inang menemukan Juliet sudah tak bernyawa. Laurence dan Paris tiba; tapi upacara pernikahan
harus diubah menjadi upacara pemakaman ( Babak IV ).
Bagian terakhir dari lakon itu, sering disebut resolusi, berkembang dari krisis sampai tirai ditutup untuk
terakhir kalinya. Ini terkadang mengumpulkan berbagai alur action dan membawa situasinya ke suatu
keseimbangan baru, dengan demikian hasilnya bisa jadi memuaskan, tapi mungkin juga mengecewakan
harapan penonton.
Karena tidak tahu bahwa Jliet hanya kelihatannya mati, Balthazar tiba di Mantua sebelum pendeta tiba
dan memberi tahukan tentang kematian Juliet. Mendengar itu Romeo membeli racun untuk bunuh diri
dimakam Juliet. Setelah membunuh Paris, Romeo mereguk racun itu. Ketika terjaga, Juliet menemukan
Romeo yang sudah mati dan bunuh diri. Pertikaian kedua keluarga itu berakhir di atas dua kekasih
yang sudah mati ( Babak V )
KARAKTER
Disamping menjadi materi utama untuk menciptakan plot, karakter juga merupakan sumber action dan
percakapan. Karena itu, karakter harus dibentuk agar cocok dengan kebutuhan plot, dan semua bagian
dari setiap karakterisasi harus pas satu sama lain. Jika karakternya sama, tidak akan ada lakon. Minat
akan muncul kalau karakter-karakter itu saling bertentangan. Mereka sedapat mungkin harus tidak
sama.
UNSUR-UNSUR YANG TERKANDUNG DALAM NASKAH DRAMA
Unsur-unsur ini bisa kita lihat dari dua sisi, antara lain dari sisi –
A. fisik :
1. Judul
2. Prolog
3. Dialog
4. Autodirection
5. Adegan
6. Babak
7. Evilog
8. Dramatik Person
B. PSIKIS :
1. Tema ( social, politik,psikologi, moral, religious, cinta, dll )
2. Plot / alur cerita :
Jenis
 Plot : – Linier, sirkuler, episodic, consentrik, statis, spiral
Penghubung
 peristiwa dalam plot : rapat, longgar dan lepas
Anatomi
 Plot :
Saspence : keteganagn yang terjadi diawal cerita yang membuat penasaran bagi pembaca atau
penonton.
Gestus : Ucapan yang keluar dari seorang tokoh yang beritikad mencari solusi tentang sesuatu
persoalan.
Foreshadowing : Bayang-bayang peristiwa atau dialog yang mendahului sebelum peristiwa yang
sebenarnya terjadi.
Dramatik Ironi : Sindiran yang terjadi diawal cerita yang akhirnya benar-benar terjadi dikemudian.
Flasback : pengulangan kejadian masa silam yang digambarkan pada masa itu, dalam upaya
mempertegas cerita dari kejadian suatu peristiwa ( menggambarkan kronlogis peristiwa secara detail )
Surprese : Peristiwa yang tidak diduga dan mengejutkan, akan tetapi masih dapat diterima karena
masih dalam kerangka peristiwa.
3. Strukturdramatik :
Eksposisi : Isinya pemaparan masalah utama atau konflik utama yang berkaitan dengan posisi
diametral antara protagonis dan antagonis. Hasil akhir : Antagonis berhasil menghimpun kekuatan yang
lebih dominan.
Raising Action : Isinya menggambarkan pertentangan kepentingan antar tokoh. Hasil akhir : Protagonis
tidak berhasil melemahkan Antagonis. Antagonis mengancam kedudukan Protagonis. Krisis diawali.
Complication : Isinya perumitan pertentangan dengan hadirnya konflik sekunder. Pertentangan
meruncing dan meluas, melibatkan sekutu kedua kekuatan yang berseteru. Hasil akhir : Antagonis dan
sekutunya memenangkan pertentangan. Kubu protagonis tersudut.
Klimaks : Isinya jatuhnya korban dari kubu Protagonis, juga korban dari kubu Antagonis. Hasil akhir :
Peristiwa-peristiwa tragis dan menimbulkan dampak besar bagi perimbangan kekuatan antar kubu.

Resolusi : Isinya hadirnya tokoh penyelamat, bisa muncul dari kubu protagonis atau tokoh baru yang
berfungsi sebagai penyatu kekuatan kekuatan konflik, sehingga situasi yang kosmotik dapat tercipta
kembali. Pada tahap ini, pesan moral disampaikan, yang biasanya berupa solusi moral yang berkaitan
dengan tema atau konflik yang sudah diusung.
4. Bentuk Lakon :
a. Tragedi : Salah satu bentuk lakon dalam mana tokoh tragis yang oftimistis hancur dalam perjuangan
karena mempunyai cacat tragis.
b. Komedi : Salah satu bentuk lakon dalam mana terdapat banyak hal atau peristiwa tentag tokoh-tokoh
tertentu yang menimbulkan kelucuan, kegelian dan atau kemuakan moral
c. Tragedikomedi : Salah satu bentuk lakon dengan tokoh utama atau tokoh-tokoh yang lainnya,
diperistiwakan, disuasanakan, dikarakterisasikan pengarang secara lucu dan komis, tapi sekaligus
kadang atau seringkali mengerikan, menyeramkan atau menimbulkan rasa iba prihatin atau simpati
d. Melodrama : salah satu bentuk lakon dalam mana tokoh protagonis secara total, baik, antagonis
secara total, jahat, sementara aksi-aksi dramatis dan pengkarakterisasian dibuat untuk menghasilkan
efek yang gagal atau hebat
5. Aliran :
a. Konvensional
b. Non Konvensional
TEHNIK MENGOLAH BAHAN CERITA
METODE ; Fact and Fictionalization
Memadukan kenyataan ( Fact ) dan rekaan ( Fiction ) ; buatlah kemungkinan – kemungkinan hubungan
baru, dari orang – orang yang pernah anda wawancarai atau yang pernah anda ketahui, seperti daftar
dibawah ini;
Pedagang
 kecil
Salesmen
 / girl
Buruh  pabrik
Loper  koran rumah
Pengamen  jalanan
Tukang  reparasi keliling
Pembantu  rumah tangga
Satpam  rumah pribadi
Tukang  pijat keliling
Pedagang  batu akik
Tukang  potong rambut DPR
Tukang  sayur keliling
Pedagang  asongan
Contoh hubungan baru ; Membuat plot atau Alur cerita
Pembatu rumah tangga punya pacar tukang pijat keliling. Tapi, satpam rumah pribadi naksir berat pada
pembantu rumah tangga. Satpam minta bantuan pedagang batu akik untuk membuat batu pelet yang
ampuh. Oleh pembantu rumah tangga batu pelet malah diberikan pada tukang sayur keliling.jadi jatuh
hati pada satpam. Satpam menolak, karena tukang sayur keliling sudah bersuami, yaitu tukang pijat
keliling. Seorang loper koran menyebarkan desas desus. Perselingkuhan tukang pijat keliling dengan
pemabantu rumah tangga diketahui oleh warga lain………
Tema, yang bisa diangkat menjadi fokus cerita : ( pilih salah satu )
PERSAINGAN 
PERCINTAAN 
PERJUANGAN  HIDUP
PERSEKONGKOLAN 
KEADILAN,  DLL
Cara menerapkan metode Fact and Fictionalization
jalan  cerita dan nama – nama tokoh diganti
Karakter  dan penampilan tokoh disesuaikan dengan fakta dalam kenyataan
Bahasa  disesuaikan dengan latar belakang tokoh masing – masing
Pilih  gaya penuturan yang sesuai dengan tema cerita dan potensi pemain
DAFTAR KATA ACAK
Pemuda Miskin Saleh Ayah Haus Karir Ibu Royal Pencemburu
Ibu Baik Hati Janda Kenes Janda Alim
Banci Galak Preman Budiman Dokter Komersil
Kopral Madona Kampung Maling Lihai
Gadis Jujur Nenek Gatal Guru Sederhana
Anak Pemberani Suami Hidung Belang Rentenir Serakah
Polisi Penyabar RT pembual Nenek Roker
Mahasiswa Pecandu Narkoba Pengusaha Nakal
Satpam Erotis Pensiunan Paranormal Gadungan
Haji Rendah Hati Anak Band Cuek Pembantu Kocak
Jendral Darah Tinggi Banci Galak Polisi Cabul
Merangkai kata acak, menjadikan sebuah alur cerita, sebagai llangkah awal untuk mencipta dialog.
MAIN CHARACTER in MuSICAL
Protagonis – Tokoh Utama (1)
Antagonis – Lawan Tokoh Utama (1)
Deutragonis – Pembela Protagonis (1)
Foil – Sekutu Antagonis (1)
Choral – Massa, Crowd, kelompok (1)
Narator – Pengisah Peristiwa (1)
ELEMENS OF MUSICAL SCRIPT
Narator – Opening, Middle, Closing
Dialogue – Core Lines of Main Character
Song – Lirical Song, Choral Song, Finale
Choreo – Intro, Act-Choreo, Bridging, Finale
Music – Illustrasion, Thematic, Effect
SUPORTIVE ELEMENTS
Costumes, Make-up, Hand-props, Becgaraund Scenery, Special Effect
PROTAGONIS – MALING ( JATUH CINTA )
ANTAGONIS – JANDA ( KENES )
DEUTRAGONIS – NENEK ( ROKER )
FOIL JENDRAL ( DARAH TINGGI )
CHORAL  – SATPAM ( EROTIS ), BANCI ( GALAK )
SESUAIKAN SCRIPT DENGAN GAYA ;
DRAMA, ROMANCE, COMEDI, FABLE
Unsur pendukung sesuai dengan kebutuhan
Definition ;
Opening Naration ; pembuka kisah diawal pertunjukan
Middle Naration ; Narasi jembatan antara adegan/act
Closing Naration ; penutup kisah diakhir pertunjukan
Core Lines Dialogue; Ucapan inti tokoh-tokoh penting
Lirical Song; Nyanyian solo oleh tokoh penting
Choral Song; Nyanyian koor oleh kelompok choral
Finale Song; Nyanyian penutup oleh seluruh pemain
Intro choreo; koreo kelompok diawal pertunjukan
Act Choreo; choreo tunggal oleh tokoh-tokoh penting, saat menyanyikan lyrical song.
Bridging Choreo; Koreo kelompok penghubung antara adegan
Finale Choreo; koreo kelompok diakhir pertunjukan, saat menyanyikan finale song
Ilustrasion Music; musick penguat suasana untuk adegan penting atau khusu
Thematick
 Music; musik tema sesuai gaya pertunjukan. Dipakai diakhir pertunjukan, pada finale
song
Effect music; Efek audio untuk dramatisasi suasana.
Costumes; busana khusus untuk identitas tokoh
Make-up;
 efek perupaan untuk karakterisasi tokoh
Hand-props;
 peralatan khusu yang dibawa tokoh
Background scenery; gambaran lokasi peristiwa
Spesial Effect; Efek audio-visual untuk peristiwa penting.
Contoh Treatmen
STYLE : COMEDI
TITEL : SAPUTANGAN BUAT MARKISA
THEMA ; PERSAINGAN KELAS SOSIAL
TREAMENT:
Darga, maling lihai, tampan tapi tak terawat. Jatuh cinta pada Markisa, janda kenes. Jalan Darga
terhalang, sebab Markisa sudah dipinang Suroto Broto, pansiunan jendral, pengidap darah tinggi.
Darga tak pandai menyatakan perasaan cinta. Dia minta bantuan pada Nita Thalidut, nenek pengamen
penyanyi rock, untuk membuat lagu rayuan. Sementara itu, markisa sudah diboyong oleh Suroto Broto
ke sebuah villa. Darga dan Nita Thalidut mendatangi villa Suroto, untuk melamar Markisa.
Tapi, saat lagu rayuan didendangkan, yang terbakar asmaraya justru satpam erotis penjaga villa,
bernama Darma. Darga dikerjar Darma, dikepung oleh kelompok satpam, kolega Darma. Tapi Darga
menolak. Terjadi perkelahian. Darga terluka.
Melihat darga terluka, Markisa melunak hatinya, bersimpati pada Darga. Tapi Suroto Broto naik pitam.
Suroto mengancam menembak Darga. Pada saat kritis itu, muncul Isye Rai, banci galak, simpanan
Suroto Broto. Muncul pula rombongan maling, kelompok binaan Darga.
Ise Rai merabrak Suroto Broto, karena dianggap buaya. Suroto kecut dan malu, Hendak kabur, tapi
dikepung oleh rombongan maling. Kelompok satpam melindungi Suroto. Terjadi perkelahian massal
antara rombongan maling dengan kelompok satpam. Rombongan maling menang.
Suroto Broto tak berkutik, pergi digiring Isye Rai. Markisa akhirnya menerima Cinta Darga. Cinta
Markisa dan Darga dirayakan bersama oleh Nita Thalidut, Darma dan kelompok satpam, serta oleh
rombongan maling. Happy ending sesaat.
Suara sirene terdengar. Rombongan polisi datang mengepung untuk menangkap darga dan
komplotannya. Terdengar perintah polisi dari sebuah toa, perintah untuk menyerah. Troubled Ending.
SENI TEATER
Sejarah panjang seni teater dipercayai keberadaannya sejak manusia
mulai melakukan interaksi satu sama lain. Interaksi itu juga
berlangsung bersamaan dengan tafsiran-tafsiran terhadap alam
semesta. Dengan demikian, pemaknaan-pemaknaan teater tidak jauh
berada dalam hubungan interaksi dan tafsiran-tafsiran antara manusia
dan alam semesta. Selain itu, sejarah seni teater pun diyakini berasal
dari usaha-usaha perburuan manusia primitif dalam mempertahankan
kehidupan mereka. Pada perburuan ini, mereka menirukan perilaku
binatang buruannya. Setelah selesai melakukan perburuan, mereka
mengadakan ritual atau upacara-upacara sebagai bentuk “rasa syukur”
mereka, dan “penghormatan” terhadap Sang Pencipta semesta. Ada
juga yang menyebutkan sejarah teater dimulai dari Mesir pada 4000
SM dengan upacara pemujaan dewa Dionisus. Tata cara upacara ini
kemudian dibakukan serta difestivalkan pada suatu tempat untuk
dipertunjukkan serta dihadiri oleh manusia yang lain.
The Theatre berasal dari kata Yunani Kuno, Theatron yang
berarti seeing place atau tempat menyaksikan atau tempat dimana
aktor mementaskan lakon dan orang-orang menontonnya. Sedangkan
istilah teater atau dalam bahasa Inggrisnya theatre mengacu kepada
aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan, kelompok yang
melakukan kegiatan itu dan seni pertunjukan itu sendiri. Namun
demikian, teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari
kata Yunani Kuno, Draomai yang berarti bertindak atau berbuat dan
Drame yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan
Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang
kehidupan kelas menengah atau dalam istilah yang lebih ketat berarti
lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting
tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata drama juga dianggap
telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani
Kuno (800-277 SM). Hubungan kata teater dan drama bersandingan
sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang
mempergunakan drama ’lebih identik sebagai teks atau naskah atau
lakon atau karya sastra.
Terlepas dari sejarah dan asal kata yang melatarbelakanginya,
seni teater merupakan suatu karya seni yang rumit dan kompleks,
sehingga sering disebut dengan collective art atau synthetic art artinya
teater merupakan sintesa dari berbagai disiplin seni yang melibatkan
berbagai macam keahlian dan keterampilan. Seni teater
menggabungkan unsur-unsur audio, visual, dan kinestetik (gerak) yang
meliputi bunyi, suara, musik, gerak serta seni rupa. Seni teater
merupakan suatu kesatuan seni yang diciptakan oleh penulis lakon,
sutradara, pemain (pemeran), penata artistik, pekerja teknik, dan
diproduksi oleh sekelompok orang produksi. Sebagai seni kolektif, seni
teater dilakukan bersama-sama yang mengharuskan semuanya
sejalan dan seirama serta perlu harmonisasi dari keseluruhan tim.
Pertunjukan ini merupakan proses seseorang atau sekelompok
manusia dalam rangka mencapai tujuan artistik secara bersama.
Dalam proses produksi artistik ini, ada sekelompok orang yang
mengkoordinasikan kegiatan (tim produksi). Kelompok ini yang
menggerakkan dan menyediakan fasilitas, teknik penggarapan, latihanlatihan,
dan alat-alat guna pencapaian ekspresi bersama. Hasil dari
proses ini dapat dinikmati oleh penyelenggara dan penonton. Bagi
xv
penyelenggara, hasil dari proses tersebut merupakan suatu kepuasan
tersendiri, sebagai ekspresi estetis, pengembangan profesi dan
penyaluran kreativitas, sedangkan bagi penonton, diharapkan dapat
diperoleh pengalaman batin atau perasaan atau juga bisa sebagai
media pembelajaran.
Melihat permasalahan di dalam teater yang begitu kompleks,
maka penulis mencoba membuat sebuah paparan pengetahuan teater
dari berbagai unsur. Paparan ini dimulai dari Bab I Pengetahuan
Teater yang berisi tentang definisi teater baik secara keseluruhan
maupun secara detail, sejarah singkat perkembangan teater baik
sejarah singkat teater Eropa maupun sejarah singkat teater Indonesia,
dan unsur-unsur pembentuk teater. Bab ini sangat penting karena
untuk mendasari pemikiran dan pengetahuan tentang seni teater.
Bab II Lakon yang berisi tentang tipe-tipe lakon, tema, plot,
struktur dramatik lakon, setting, dan penokohan. Dalam bab ini
pembahasan lebih banyak pada analisis elemen lakon sebagai
persiapan produksi seni teater. Sesederhana apa pun sebuah naskah
lakon, diperlukan sebagai pedoman pengembangan laku di atas
pentas. Pemilihan lakon yang akan disajikan dalam pementasan
merupakan tugas yang sangat penting. Tidak sembarang lakon akan
sesuai dan baik jika dipentaskan. Sulitnya tugas ini disebabkan oleh
karena setiap kelompok teater memiliki ciri khas masing-masing.
Sebuah lakon yang dipentaskan dengan baik oleh satu kelompok
teater, belum tentu akan menjadi baik pula jika dipentaskan oleh
kelompok lainnya.
Bab III Penyutradaraan yang berisi tentang penentuan lakon
yang akan dipentaskan, analisis lakon secara menyeluruh hingga
sampai tahap konsep pementasan, menentukan bentuk pementasan,
memilih pemain, membuat rancangan blocking, serta latihan-latihan
hingga gladi bersih. Kerja penyutradaan dalam sebuah pementasan
merupakan kerja perancangan. Seorang sutradara harus bisa memberi
motivasi dan semangat kebersamaan dalam kelompok untuk
menyatukan visi dan misi pementasan antar mereka yang terlibat.
Kerja penyutradaraan merupakan kegiatan perancangan panggung
dapat berupa penciptaan estetika panggung maupun ekspresi
eksperimental.
Bab IV Pemeranan yang berisi tentang persiapan seorang
pemeran dalam sebuah pementasan seni teater. Persiapan tersebut
meliputi persiapan olah tubuh, olah suara, penghayatan karakter serta
teknik-teknik pemeranan. Persiapan seorang pemeran dianggap
penting karena pemeran adalah seorang seniman yang
mengekspresikan dirinya sesuai dengan tuntutan baru dan harus
memiliki kemampuan untuk menjadi ’orang baru’. Pemeran
didefinisikan pula sebagai tulang punggung pementasan, karena
dengan pemeran yang baik, tepat, dan berpengalaman akan
menghasilkan pementasan yang bermutu. Pementasan bermutu
adalah pementasan yang secara ideal mampu menterjemahkan isi
naskah. Walaupun di lain pihak masih ada sutradara yang akan melatih
dan mengarahkan pemeran sebelum pentas, tetapi setelah di atas
panggung tanggungjawab itu sepenuhnya milik pemeran.
Bab V Tata Artistik yang berisi tentang teori dan praktek tata
artistik yang meliputi; tata rias, tata busana, tata cahaya, tata
panggung, dan tata suara. Sebagai komponen pendukung pokok,
xvi
keberadaan tata artistik dalam pementasan teater sangatlah vital.
Tanpa pengetahuan dasar artistik seorang sutradara atau pemain
teater tidak akan mampu menampilkan kemampuannya dengan baik.
Persesuaian dengan tata artistik yang menghasilkan wujud nyata
keindahan tampilan di atas pentas adalah pilihan wajib bagi para
pelaku seni teater.
Bahasan yang penulis pilih dalam setiap bab merupakan
pengetahuan dan praktek mendasar proses penciptaan seni teater.
Artinya, sebuah pertunjukan teater yang berlangsung di atas panggung
membutuhkan proses garap yang lama mulai dari (penentuan) lakon,
penyutradaraan, pemeranan, dan proses penataan artistik. Dalam
setiap tahapan proses ini melibatkan banyak orang (pendukung) dari
berbagai bidang sehingga dengan memahami tugas dan tanggung
jawab masing-masing maka kerja penciptaan teater akan padu.
Kualitas kerja setiap bidang akan menjadi harmonis jika masingmasing
dapat bekerja secara bersama dan bekerja bersama akan
berhasil dengan baik jika semua elemen memahami tugas dan
tanggung jawabnya. Itulah inti dari proes penciptaan seni teater, “kerja
sama”.

Teater ibarat laboratorium kehidupan itu sendiri, seperti yang diungkapkan Peter Brook “Teater akan menjadi tempa
yang indah bagi orang-orang yang mabuk dan kesepian, Teater merupakan sebuah tindak budaya, Teater bukanlah
tempat untuk melarikan diri ataupun untuk mencari perlindungan”.
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama
untuk menyatakan dirinya yang diwujutkan dalam suatu karya seni suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita
pergulatan kehidupan manusia.
Dari rumusan diatas dapt ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur teater menurut urutannya adalah sebabagai berikut
1. Tubuh, manusia sebagai unsur utama ( pemeran/pelaku/pemain)
2. Gerak, sebagai unsur penunjang.
3. Suara, sebagai unsur penunjang ( kata/untuk acuan pemeran)
4. Bunyi, sebagai unsur penunjang ( bunyi benda,efek dan musik).
5. Rupa sebagai unsur penunjang ( cahaya, rias dan kostum.).
6. Lakon sebagai unsur penjalin ( cerita,non cerita,fiksi dan narasi ).

MEDIA RELEASE
FESTIVAL DRAMA PELAJAR SMA / SEDERAJAT
TINGKAT NASIONAL

Seni Drama merupakan sebuah bidang seni yang telah begitu lama mengakar pada budaya kita. saat ini, terdapat
begitu banyak remaja dan pelajar sekolah yang berminat untuk bergelut dengan jenis kesenian ini. Berangkat dari ha
itulah, Teater GEMA IKIP PGRI Semarang bermaksud untuk menyelenggarakan Festival Drama Pelajar 2006 SMA
Sederajat Tingkat Nasional ( FDPN).
Festival tahun ini merupakan Festival yang ke-5 yang diadakan oleh Teater Gema IKIP PGRI Semarang. Dengan
perluasan jangkauan wilayah, diharapkan FDPN akan menjadi lebih kompetitif dan menarik untuk dinikmati para
pecinta seni drama dan Teater.
Menurut Lilik, Ketua Panitia, dalam FDPN kali ini Teater Gema membuka kesempatan kepada 24 kelompok Teater
SMA / sederajat untuk unjuk kebolehan. Selain itu akan dipilih 7 kategori terbaik, yaitu, Penyaji Terbaik, Aktor
Terbaik, Aktris Terbaik, Aktor Pembantu Terbaik, Aktris Pembantu Terbaik, Tata Artistik Terbaik dan Sutradara
Terbaik. dimana nantinya Penyaji terbaik berhak mendapatkan uang pembinaan senilai Rp. 3.000.000 dan kategori
lainnya masing-masing mendapatkan Rp. 500.000, imbuhnya [total hadiah 6 juta].
Bagi kelompok Teater SMA / Sederajat yang berminat dapat mendaftarkan kelompoknya pada sekretariat Teater
Gema Jl. Lontar No. 1 Sidodadi Timur Semarang pada jam kerja (08.00 – 14.00). Pendaftaran dibuka mulai 15 Janu
– 1 April 2006 dengan kontribusi Rp 200.000 per kelompok. Pendaftaran juga dapat melalui Rek. No. 0900-01-01-
3344-53-0 Bank BRI Cab. Unit Kartini Semarang a/n. Lilik Budi Prasetyo. Nantinya para pemain dan kru akan
mendapatkan fasilitas Akomodasi dan Konsumsi. Terdapat pembatasan jumlah peserta dan kru yaitu max 15 orang.
Festival ini sendiri akan dihelat selama seminggu penuh mulai 24 April – 30 April 2006 dan pengumuman nominato
serta penyerahan hadiah untuk pemenang pada tanggal 1 Mei 2006.

Di setiap era terjadi ledakan. Ada yang menyebutnya big bang. Tapi bukan sekedar big bang. Bisa jadi ledakan itu
adalah ledakan kultural, ledakan peradaban, ledakan kosmis, ledakan ideologis, bahkan ledakan spiritual.
Sebagaimana nuklir, setiap ledakan meninggalkan radiasi. Radiasi yang tersisa akan menyebar, merembet, menjalar
ke setiap sendi hidup dan kehidupan. Radiasi itu merayap melalui vibrasi-vibrasi. Dalam vibrasi terdapat atom, dala
atom terdapat partikel, dalam partikel terdapat ion, dalam ion terdapat rasa, dan dalam rasa terdapat esensi (hakikat)
***
Suatu ketika terjadi ledakan maha dahsyat.
Ledakan itu menghancurkan semua yang ada di sekelilingnya. Ledakan itu sendiri menghancurkan ledakannya
sendiri. Radiasi yang ada justru meradiasi kemanusiaan. Dan secara tidak sadar tak ada lagi "rasa," yang ada hanya
"kehendak." Dari ledakan-ledakan yang pernah terjadi akhirnya tersimpul bahwa manusia tidak pernah ada.
Selama ini, tidak pernah ada manusia. Karena dalam setiap era, manusia selalu gagal menjadi manusia seutuhnya.
***
BABAK I

Buana.
Keras.
Hancur.
Kering.
Sunyi senyap, dan gelap.
***

Terdengar lolong anjing. Gelap.


Lolongan anjing masih terdengar menyayat ketika segumpal asap menelusup masuk ke suasana.
Asap putih menyelimuti suasana yang dipancari berkas cahaya biru yang entah dari mana asalnya.
Dari kejauhan terdengar sayup-sayup sekumpulan anjing yang berbicara:
FRESH
HUH
GHRRRRRRRRRRRRRRR!!
KHHHHHHHHHHHH
CRAKHHHHHHHHHHHHHHHHHH
ADRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!!!
KHKHKHKHKHKHKHKHKHKHKHKHKHK
KHAAAAAAAAAAAAAAAA
Kumpulan anjing masih bercengkerama, namun itu hanya suara.
Dan asap pun masih menggumpal.
Ketika perbincangan anjing-anjing masih berlangsung, tiba-tiba sebuah dentuman yang sangat keras menggelegar
menghancurkan suasana. Hal itu mengakibatkan cahaya biru bergetar, bergoyang dan labil, bahkan anjing-anjing pu
terdengar berhamburan.
CHUAAAAAAAAAAAA
ZHGHRRRAAAAAAAAAA
BRGUAGH, BRUAGH, BRUAGH.....

Suasana kembali sepi senyap.


Gelap. Tak ada cahaya, tak ada suara.
***

Tiba-tiba sebuah cahaya merah menyala dari angkasa. Cahaya itu menembak sesuatu yang terbungkus plastik raksas
yang berisi air berwarna merah. Sesuatu itu bergerak-gerak. Sesuatu itu adalah plastik besar, dengan kepala sesuatu
ujungnya, dan kedua sesuatunya yang terikat. Plastik itu membulat, membungkus sesuatu di dalamnya. Pada ujung
atasnya mengikat erat di leher sesuatu itu. Bergerak-gerak sehingga air merah yang berada di plastik itu ikut terkoya
koyak.
Tiba-tiba sesuatu itu mengeluarkan suara dengan tidak jelas, terbata-bata:
LE VISAGE NU
VISAGE SIGNIFIANT
ALTER EGO
Raut sesuatu itu terlihat murung dan gelisah.
GRRHHHHHHHHHHHHHHHHH

Tiba-tiba bibir sesuatu itu menggigil.


TSA...BI...BI...KA...
KAGHHNAA...GHRAAA...
Kini sesuatu itu berusaha melepaskan ikatan yang mengikat kedua sesuatunya. Usaha itu terus dilakukan hingga ked
sesuatunya pun menjejak keras, bergulung-gulung dan terus berteriak:
...................SIENA
ELBA...........
ARSIKA...................................
...............................................DRAVA
Pecah!
Plastik itu benar-benar pecah.
HGRHGAAAAAAGHH
HGRHGAAAAAAGHH
Sesuatu itu pun berhasil keluar.
Sesuatu itu keluar, bergelimpang dan terkapar. Cahaya merah terus mengikuti gerakan sesuatu itu.
Perlahan sesuatu itu bergerak-gerak dan dengan gontai merangkak. Bergerak, berjalan merangkak. Sesuatu itu tak la
adalah anjing:
GRHHHHHH
HIDUP SUNYI DIRASA
DI PERMUKAAN
Tidak jelas cara ia berujar, namun nyata.
HIDUP SUNYI
NAMPAK SEPERTI KEMATIAN
DI PERMUKAAN
Bergerak mondar-mandir.
SIAPA YANG LEBIH BIJAK
DIBANDING KEHIDUPAN
Tersungkur, anjing itu kelelahan.
DALAM SUNYI
TAK ADA KESENANGAN
YANG ADA
HANYA DAMAI

MULA JIWA
TIDAK APA PUN
NAMUN
KETIKA MATA TERBUKA
SEGALANYA FANA
Gelap tiba-tiba datang menghampar.

***

Ketika cahaya biru yang diiringi asap menyeruak masuk datang serombongan anjing yang bergerak dari berbagai
penjuru. Ada yang bergerombol dan ada yang terpisah. Semua mengendus, bergerak ke sana ke mari tak tentu arah.
Hingga bertaut dan saling terdiam. Tak ada sapa tak ada tanya.

Mungkin ada selusin lebih anjing-anjing memenuhi suasana. Bergerak keluar masuk tak tentu apa tujuan mereka. Ta
di antara mereka terus terjadi wicara.
Anjing Entah :
KITA TERSUSUN DARI VIBRASI YANG HALUS

Anjing Tak Dikenal :


VIBRASI MEMILIKI WUJUD, VIBRASI BERUBAH MENJADI ATOM DAN ATOM MENGHASILKAN
KEHIDUPAN.

Anjing Entah Tak Dikenal:


KESATUAN HIDUP MENJADI KEKUATAN.
KEKUATAN MENJADI NAFAS.
NAFAS MENYATU MENJADI BUNYI.

Asap masih membahana tiada henti. Salah satu dari Anjing Yang Entah Mungkin Tak Dikenal melompat menaiki
sebuah bongkahan kepunahan.
SEMUA HIDUP MEMENUHI PERMINTAAN VIBRASI
ANJING AKAN MENIRUKAN MENYALAK
TATKALA DI SUATU RUANG
ADA ANJING LAIN YANG MENYALAK.

ANJING AKAN DENGAN SIGAP MENGUAP LELAP


TATKALA DI RUANG TERDAPAT ANJING
YANG MENGUAP LELAP.

SEMUA HIDUP DENGAN VIBRASI.

Si Anjing Yang Mungkin Entah Tak Dikenal perlahan turun dari bongkahan kepunahan dan terus nyerocos, yang lai
hanya bisa mengendus.
VIBRASI BEKERJA MELALUI JALINAN
JALINAN SIMPATI SECARA ALAMI
KAMI BISA MENDENGAR, MEMBACA,
MENGENDUS, DAN MENCIUM VIBRASI.
TAPI MEREKA,
MAKHLUK BERKAKI DUA
TAK PERNAH BISA
MERASAKAN VIBRASI.

Si Anjing Entah Tak Dikenal, menyambut saling berpagut, dan berkesiap bicara:
TENTU SAJA MEREKA TAK MAMPU MERASAKAN VIBRASI, KARENA MEREKA HANYA DIPENUHI
KEBUTAAN.
KEBUTAAN MATA HATI KARENA DIJAJAH OLEH EGONYA.
Kumpulan anjing itu berkerumun dalam kegelisahan.
Anjing Entah :
GRHHHHHHHHHHH

Anjing Entah Tak Dikenal


ZGHRWGHGHGHHH

Anjing Tak Dikenal :


TIDAK APA PUN.
KETIKA MATA TERBUKA
SEGALANYA FANA

Anjing Entah :
SEMUA RUANG TERISI OLEH VIBRASI
TAPI TAK SATU PUN YANG MAMPU MENANGKAPNYA

Anjing Entah Tak Dikenal:


JADILAH!
MAKA
JADILAH...

Anjing Entah :
ITU BUNYI

Anjing Yang Entah Mungkin Tak Dikenal


ANAHAD DALAM WEDA
SAUTI SARMAD DALAM SUFAH

Mereka kembali berpencar. Namun mereka masih terus bersinggungan. Saling berpaut dalam keterasingan.
Anjing Entah Tak Dikenal:
KETIKA PIKIRAN MUNCUL DARI SEORANG YANG SEJATI,
IA MEMILIKI KEKUATAN LEBIH BESAR DARIPADA PIKIRAN ITU SENDIRI, DARIPADA YANG
DIKANDUNG PIKIRAN ITU,
KARENA MANUSIA ADALAH NYAWA DARI PIKIRAN ITU;
PIKIRAN ADALAH SELUBUNG BAGI KEHIDUPAN ITU.
ITULAH IBRAHIM.

Anjing Entah:
HEI
JANGAN LAGI KAU BICARA MANUSIA.
KITA TAK MUNGKIN LAGI MENJADI MANUSIA.
KITA GAGAL...
KITA GAGAL MENJADI MANUSIA.

Anjing Entah Tak Dikenal:


KEHIDUPAN INI ADALAH SEBUAH AKOMODASI.
DI DALAMNYA SEGALA SESUATU,
DIMANA PIKIRAN, KATA, TINDAKAN,
ATAU PERASAAN DILAHIRKAN, DIRAWAT, DIASUH DAN DIDIDIK.
SIAPA YANG MAU BERFIKIR HAL INI?

Anjing Entah:
CUKUP!!!
KITA BUKAN LAGI MANUSIA,
UNTUK APA KITA BICARA MANUSIA.

Anjing Tak Dikenal:


LALU APA LAGI YANG HARUS KITA BICARAKAN?

Anjing Entah:
ENTAH!!!
TAPI CUKUP!!!
AKU BILANG CUKUP.
ATAU..
Anjing Entah melompat, menerjang Anjing Entah Tak Dikenal. Yang lain pun ikut bergulat. Terjadilah peperangan.
DFLIGKOERIT FLIJGERO'IGJ
ER JEROIF JDFKVNE;RIOUFH
KDFUYD;KSJFHDAKFJH
Pertarungan yang tidak seimbang antara siapa melawan siapa.
JYERTLEUARYELIURYRIEWURYE;LRIUERYLIE
IRUYERIUEYILUEY FITUYERLITUAE
OIERTYI;EURTYIERUTYE
Gelap. Asap kembali membahana.
OIDRUGELIRUYERLIUJHDVBLJY
LJKSDFUSELTWEYHGEOUYGFAWELI
UERYTOEQRURYGEORU
UREYGEOQIRUYEORIU
ETYUYSDFUYFGWEPRIURWE
Cahaya biru, redup dan berasap. Ruang kembali sepi. Dan sepi.

***
BABAK II
Gelap. Asap masih membahana.
Gemerincing suara pilu bertalu.
Disambut kesibukan sesuatu. Seperti kumpulan para pekerja bangunan yang sibuk. Semakin lama semakin keras dan
ingar.

Meski sayup-sayup pembicaraan mereka terdengar:


Entah: NAMAKU YANG BARU.
PEKERJAANKU BARU.
HIDUPKU BARU.
WUJUDKU BARU.

Harus: ADA LIMA


LIMA ADA.

DUA, TIGA,
EMPAT
DUA ADALAH DZAT DAN SIFAT
ITU TUBUH DAN NYAWA

Entah Siapa: EMPAT


ADALAH WUJUD, CAHAYA, ILMU, DAN PENYAKSIAN
ITULAH DUA MATA DUA TELINGA

EMPAT SENJA ADALAH BUMI ANGIN AIR API


ITULAH PINGGANG KIRI DAN KANAN
Entah: PETANG TIGA ADALAH AHDIYAT WAHDAT WAHDIYAT
ITULAH MULUT DAN KEDUA LUBANG HIDUNG

MALAM EMPAT ADALAH WADI MADZI MANI MANIKAM


ITULAH KEDUA TANGAN DAN KEDUA KAKI

Suasana menjadi hijau berasap.


Entah, harus, Entah Siapa datang terhuyung. Terjerembab dan terus tertelungkup.
Namun suara mereka lantang memecahkan suasana.
Entah: JIWA KEMUDIAN MULAI MENUTUP MATANYA UNTUK DUNIA LUAR, DAN TERUS
MEMBUKANYA UNTUK MENIKMATI KEHIDUPAN DI PERMUKAAN SAMPAI PUAS. DAN PUAS.

Harus menggeliat, seperti disiram timah.


Harus: TAK ADA NADA TENGAH
NADA AKAN HABIS PADA WAKTU YANG TELAH DITENTUKAN. GERAKAN SEMESTINYA MENJADI
VIBRASI. SETIAP GERAK ADALAH PIKIRAN.
IA MUTLAK DAN SUCI.

Entah Siapa: APA MAKNA INI SEMUA?


KENAPA EMPAT ADALAH
WUJUD, CAHAYA, ILMU, DAN PENYAKSIAN
MENGAPA DUA MATA DUA TELINGA
MENAGAPA EMPAT SENJA ADALAH
BUMI ANGIN AIR API
MENGAPA PINGGANG KIRI DAN KANAN
Entah: PETANG TIGA ADALAH
AHDIYAT WAHDAT WAHDIYAT
MENGAPA
MULUT DAN KEDUA LUBANG HIDUNG

MALAM EMPAT ADALAH


WADI MADZI MANI MANIKAM
MENGAPA KEDUA TANGAN DAN KEDUA KAKI
***
Semua dalam kebingungan. Tak terpikir tak terjawab.
Namun ada suatu rencana. Rencana Entah atau entah rencana.
Semua terseok, menatap kepiluan, kehancuran suasana, hanya satu cahaya biru yang tersisa di ujung angkasa yang
mereka saksikan. Seperti ada harapan akan datangnya pencerahan. Namun itu pun entah.

Suatu waktu mereka berdiri layaknya manusia. Namun suatu waktu mereka saling mengendus, mencium, dan menat
ke angkasa.
Berdiri, merangkak. Merangkak, berdiri.
Di antara entah, atau mungkin tak dikenal, berpapasan. Terjadilah pemerkosaan beramai-ramai. Korban meronta.
Berteriak garang namun para pemerkosa tak kalah garang dan sadis.
GHJGSERFOUIRGOFIGEORIFGY
PTIUYHHIOURHHFGOIUERHOIU
EOIRUYUHPIEURYIUYUYHGFIOU
RRYRTBFGVIRUEGHIRUE

Si korban terkapar, telentang. Yang lain mengendus, menciumi, menggerayangi, menjilati, dan menindih. Dalam
kekhusyukan pemerkosaan tiba-tiba terdengar lagi ledakan dahsyat. Sebuah dentuman yang besar. Dan semua pun
terpental. Bergelimpangan, ketakutan dan meronta.

Berturut-turut terdengar guntur, ledakan atom, hantaman petir, ombak, dan entah apa lagi.
INI PASTI KIAMAT

BUKAN KIAMAT!!!
KIAMAT TAK PERNAH ADA.
LALU APA INI?
INI ADALAH EVOLUSI!!!
Terhempas. Dan semua pun berhamburan keluar. Berteriak, mengaduh, menyumpah dan entah ketakutan apa lagi.
***
BABAK III

Cahaya memerah pucat.

Dawai gitar surgawi menjalar, melalui vibrasi merembet pada telinga siapa pun yang mendengarnya.
Empat ekor manusia datang.
Kedua kaki dan tangannya terikat satu sama lain dengan rapat dan erat. Berjalan dengan kekuatannya masing-masin
Berjuang untuk keluar namun tak mampu.
Dan berlalu.
Dua ekor binatang punggung saling membelakangi. Wajah mereka tidak bertemu. Terikat erat. Berguling, datang. D
berlalu.
Dua ekor datang.
Kedua telapak kakinya terikat satu sama lain. Berguling, dan berlalu.
Gelap.

***
Terjadi lagi ledakan yang sungguh keras.
Cahaya menjadi terang. Penuh warna-warni.
Datang seorang dengan memakai jas, berdasi dan bersepatu. Datang dengan senyum bangga, membawa tas kerja. D
berlalu.
Datang perempuan genit, berdandan casual dan menawan. Lalu berlalu.
Entah siapa lagi dengan kerapiannya. Datang dan berlalu.
Datang pengemis. Memelas dan berlalu.
Tiba-tiba cahaya labil, dan terjadi lagi ledakan yang maha dahsyat.
Sepi. Gelap.
Terdengar anjing menyalak.
Kerbau.
Sapi.
Harimau.
Kuda.
Entah apa lagi. Dan semua gelap.
***
Semua benar-benar gelap, benar-benar nyata.
Tak ada lagi vibrasi. Radiasi telah kehabisan dayanya.
Semua tak bisa diubah kembali menjadi keadaan sebelumnya.

Tiba-tiba cahaya menyala menyiram di tengah suasana, di tengah bongkahan kepunahan.


Seekor anjing tengah terduduk santai. Menjulurkan lidah. Dan terdiam.
Tak ada lagi vibrasi.
Tak ada lagi peluang.
Sayup terdengar seruling kehampaan penuh kesia-siaan.

Perlahan cahaya surut. Dan akhirnya semua kembali gelap.

PEMBARUAN/YC KURNIANTORO

MONOLOG BUTET - Salah satu penampilan Butet Kartaredjasa dalam monolognya yang berjudul "Matinya
Toekang Kritik", di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (2/2). Pentas berlangsung mulai
Jumat (3/2) hingga Minggu (5/2) mendatang.

Kelak pemilu tahun 2009, Indonesia akan mengalami perubahan besar. Pemenangnya adalah tokoh yang dicalonkan
dari partai panji tengkorak. Seorang seniman menjadi presiden. Program pertamanya adalah mengganti nama- nama
jalan. Lho kok ?

"Dia punya program pertama mengganti nama-nama jalan yang beraroma tentara dengan nama seniman. Nah jalan
Gatot Subroto akan menjadi jalan Sapardi Djoko Damono, jalan S Parman menjadi jalan S Bagio, jalan Ahmad Yan
menjadi jalan Ahmad Albar dan jalan Sudirman menjadi jalan Sujiwo Tejo lengkap dengan patung saksofonnya,"
celoteh usil pembantu bernama Bambang.

Tokoh Bambang tak lain adalah rekaan penulis Agus Noor. Butet Kartaredjasa, si raja monolog itu menampilkannya
dalam gladi resik pertunjukan Matinya Toekang Kritik di Graha Bakti Budaya TIM Jakarta, Kamis (2/2) malam.
Monolog itu dipentaskan pada 3-5 Februari 2006, di TIM, Jakarta.

Monolog Matinya Toekang Kritik mengisahkan tukang kritik bernama Suhikayatno yang hidup dari zaman kerajaan
Astina hingga zaman serba canggih di masa depan. Suhikayatno ditemani oleh pembantu setianya bernama Bamban
Butet membawakan dua tokoh itu dengan personifikasi yang baru dan utuh.

Nakal dan segar, tapi juga tak kehilangan kesan serius. Penulis naskah Agus Noor membuat monolog ini penuh
simbol-simbol yang menyentil.

Monolog ini tidak terikat pada tokoh dan zaman. Itu sebabnya, Suhikayatno tidak dapat dipersonifikasikan pada
seorang tokoh manapun. Esensinya justru ada pada pesan.

"Saya tahu, dikritik memang sakit. Tapi itu tidak seberapa. Orang yang sering mengkritik justru lebih merasa sakit
ketika kritikannya tidak didengar," ujar Suhikayatno.

Boleh jadi, monolog memang menyinggung idiom-idiom lokal dan sangat familiar. Tetapi sosok Suhikayatno
membuyarkan penafsiran itu. Penonton justru dibawa pada pemahaman etos seorang tukang kritik atau kritikus
apapun bidangnya. Kesadaran itulah yang hendak dikemukakan di atas panggung. Tidak mesti serius, tapi seringkal
malah menggelitik

"Saya mengkritik bukan karena sirik. Tapi saya ingin semua menjadi lebih baik. Kan enak kalau semuanya baik, ter
dan rapih. Saya tidak suka lihat baju yang kotor.Jangan seperti seniman, celana dalam saja baru ganti lima minggu
sekali," ujar Suhikayatno.
Dialog Konyol

Buat penonton, setting latar waktu yang sangat rentang rasanya tak jadi soal. Di zaman apapun Suhikayatno hidup
bukan lagi masalah. Alhasil penuturan Suhikayatno tentang pengalamannya mengintip orang mandi bersama tokoh
mahapatih Gadjah Mada cukup dicerna dengan selera humor. Demikian pula, dialog konyol dengan Semar yang
pernah menawarkan posisi Raja Astina.

Identitas tokoh Suhikayatno memang samar-samar. Bahkan Bambang sang pembantu setia juga tak tahu persis. Teta
menurut kakek Bambang yang juga pembantu, majikannya itu adalah seorang tukang kritik sejati. Legenda zaman
yang berubah nama di setiap periode waktu.

Suhikayatno bahkan mengaku pernah ditawari menjadi presiden pertama Indonesia. Tapi lagi-lagi, dia menjunjung
etika tukang kritik dan setia pada profesinya. Suhikayatno bukan tipe orang yang mengkritik untuk mengincar jabata

"Apa enaknya jadi presiden. Itu profesi yang sama sekali tidak menarik. Nyusahin rakyat. Kalau orang cerdas, pinta
dan kreatif. Jangan sekali-kali jadi presiden Indonesia. Monoton dari waktu ke waktu," katanya santai.

Boleh percaya, boleh tidak. Bambang hanya meyakini Suhikayatno adalah orang hebat. Dia lahir bersama permulaa
dunia tercipta. Suhikayatno tidak bisa mati dan tidak berubah. Bahkan cerita ketokohannya terdiri dari 1.673 versi.
Suhikayatno nyaris seperti wali. Sekalipun kerap diajak berbicara tertidur, dia bisa mengerti.

"Konon ada yang bilang dia dilahirkan dari bonggol pisang. Ada juga yang menyebutkan dia lair dari kabut sang
waktu. Ada juga yang bilang dia eksperimen manusia dan genderuwo. Jadi indo, cocok untuk sinetron.. Ganteng tid
jelek iya," kelakar Bambang.

Monolog Panjang

Buat Butet, Matinya Toekang Kritik adalah pertunjukan yang pertama setelah empat tahun menghilang. Sekalipun
tetap membawakan monolog, dia tak pernah tampil dalam monolog berdurasi panjang. Terakhir kali, Butet tampil fu
time saat membawakan Mayat Terhormat pada tahun 2001.

"Bagi saya mungkin pentas monolog ini juga bisa semacam terapi kesehatan. Sebab itu, saya harus mengolah
danmenyiapkan fisik secara serius. Harus latihan dengan keras dan terpaksa berolah raga," katanya.

Butet sempat mengaku khawatir tampil dalam pementasan berdurasi panjang.

Pasalnya dia pernah mempunyai pengalaman buruk saat pementasan monolog berjudul Lidah Pingsan pada tahun
1997.

Waktu itu, Butet benar- benar pingsan di atas panggung. Wajar saja, dia cukup merasa was-was apalagi membawaka
monolog ini berjudul Matinya Toekang Kritik.

Soal penciptaan karakter, Butet mengaku ingin sesuatu yang baru. Tidak seperti penampilannya dulu, dia tidak lagi
menirukan suara atau gaya seorang tokoh. Baik Suhikayatno dan Bambang diciptakan dari eksplorasi peran. Tetapi
mungkin ada juga karakter yang masih dapat dikenali para penonton. Seperti misalnya gaya Gepeng, pelawak
Srimulat.

Itulah sebabnya, Butet tampak loyal pada skenario. Setelah menimba ilmu di Teater Koma dan Teater Mandiri, dia
menyerap banyak hal. Tetapi dalam monolog Matinya Toekang Kritik, ciri khas gaya teater Gandrik mungkin masih
terlihat. Itu juga yang menjanjikan monolog tetap menarik meskipun Butet tak menirukan seseorang.

"Jauh-jauh hari,kami ingatkan kepada Butet. Secara psikologis, dia bisa terganggu. Sampai mungkin yang paling
kejam, Butet hanya menirukan suara seperti beo. Ini input buat dia. Kalau memang monolog selalu berhubungan
dengan tokoh penting, jangan-jangan masyarakat nanti membuat definisi monolog hanya menirukan suara-suara saja
kata sang adik, Djaduk Ferianto yang terlibat sebagai penata musik.

Barangkali seperti kata Agus Noor, sang penulis. Di era keterbukaan, yang terjadi justru kemunculan monolog-
monolog. Tidak ada lagi dialog. Tetapi kita boleh mencari dialog dalam monolog. Sebab dalam monolog ternyata ad
peluang ter- jadinya dialog.

PEMBARUAN/UNGGUL WIRAWAN

DU THEATRE A L'ECRAN
PANGGUNG TEATER DIANGKAT KE LAYAR
pemutaran film fiksi, pemutaran film adaptasi teater,
pameran pengarang teater & diskusi teater

Pemutaran film adaptasi teater : 16, 17, dan 18 Maret 2006 - 16.00 & 19.00
di Teater Utan Kayu, Jl. Utan Kayu n�68 H Jakarta Timur
masuk bebas

Diskusi teater : 18 Maret 2006 - 19.00


di Teater Utan Kayu, Jl. Utan Kayu n�68 H Jakarta Timur
tema "Teater kontemporer di Indonesia: bagaimana peran Tradisi" bersama
Putu Wijaya, sutradara teater
Radhar Panca Dahana, pengamat teater
Ria Ernunsari, produser televisi

Pemutaran film fiksi teater : 4, 11, 18 dan 25 Maret 2006 - 13.00


di sinema CCF Salemba dan sinema CCF Wijaya
khusus siswa kursus & anggota mediatek

FRANCOPHONIES ?
(Masyarakat penutur bahasa Prancis)

Selama bulan Maret, la F�te de la Francophonie akan menghadirkan berbagai


acara di seluruh dunia dan merupakan kesempatan bagi penutur bahasa Prancis
maupun pencinta bahasa Prancis untuk merayakan bahasa Prancis. Momen ini
akan mewujudkan suatu ikatan antar lebih dari 170 juta orang.
Francophonie tidak hanya mempromosikan bahasa Prancis tetapi juga menawarkan
suatu konsep alternatif dunia yang menitikberatkan pada promosi keaneka
ragaman budaya dan linguistik, perdamaian, demokrasi dan hak asasi manusia ;
bantuan untuk pendidikan dan penelitian, kerja sama demi suatu pembangunan
jangka panjang dan solidaritas.
Tahun ini, dalam rangka mempromosikan keaneka ragaman budaya inilah CCF
Jakarta menampilkan karya-karya teater kontemporer dalam bidang teater dari
Prancis dan Indonesia.

"Ciptakanlah dunia yang lebih manusiawi


melalui perbedaan yang saling melengkapi"
Leopold Sedar Senghor, sastrawan

DU THEATRE A L'ECRAN: DOCUMENTAIRE & ADAPTATION


Panggung teater Komunitas Utan Kayu

Dalam rangka "La fete de la Francophonie" atau "Pesta masyarakat penutur


bahasa Prancis", CCF Jakarta berkolaborasi dengan Komunitas Utan Kayu
menampilkan rangkaian kreasi teater kontemporer berbahasa Prancis melalui
beberapa film dokumenter. Pada akhir dari semua proyeksi film, sebuah
diskusi akan diselenggarakan dengan tema "Tradisi dalam teater kontemporer
di Indonesia".

Kamis 16 Maret 2006


16.00 La Tragedie d'Hamlet
19.00 Un Fil a la patte

Jumat 17 Maret 2006


16.00 Inventaires + La Secrete architecture du paragraphe
19.00 Lapin chasseur

Sabtu 18 Maret 2006


16.00 Tambours sur la digue
19.00 Debat "Teater kontemporer di Indonesia: bagaimana peran Tradisi"
bersama Putu Wijaya, sutradara teater
Radhar Panca Dahana, pengamat teater
Ria Ernunsari, produser televisi
SINOPSIS

> La Tragedie d'Hamlet


karya William Shakespeare, sutradara dan realisasi oleh Peter Brook
2001, 132 min., versi Inggris teks Prancis

Sebuah versi cerita Hamlet, menurut versi Peter Brook, yang dengan jelas
merupakan kesinambungan dari pementasan-pementasan sebelumnya dan estetika
teaterikal beliau : minimalitas yang murni, simplisitas dan penampilan penuh
cahaya. Pementasan ini dipusatkan pada tokoh dalam judul, dimainkan oleh
Adrian Lester yang pernah bermain dalam "As you like it".
DISTRIBUSI KOSMOPOLIT DENGAN WAJAH DAN AKSEN INDIA,
JEPANG, EROPA DAN AFRICA MENEKANKAN TUJUAN
UNIVERSALITAS DAN PENCAMPURAN KEANEKARAGAMAN
BUDAYA YANG MENJADI TUJUAN SUTRADARA.
Bahasa dari kata-kata adalah milik Shakespeare tetapi suara para aktor yang
datang dari tiga benua membuat pementasan Tragedi Hamlet ini sebagai
"pementasan dunia", dimana teka-teki dan tragedi intim yang dialami oleh
pangeran dari Denmark - "to be or not to be" - berbicara dan menggaung pada
setiap orang. Seperti yang telah ia lakukan di pementasan-pementasan
sebelumnya (Mahabharata, Carmen atau Marat Sade, terutama), Peter Brook
sendiri lah yang menggagas dan menyutradarai film "The Tragedy of Hamlet"
dengan mengubah pementasan menjadi sebuah bahasa sinematografis yang
terdekat dengan para aktor.

> Un Fil a la patte


karya Georges Feydeau, sutradara dan realisasi oleh Georges Lavaudant
2002, 130 min., versi Prancis teks Inggris

Tak lama setelah pementasan "La bicheet son Chapeau de paille d'Italie",
Georges Lavaudant menggarap naskah karya sastrawan Feydeau, figur komik
ternama lainnya dari repertoar Prancis. Film yang ia buat berdasarkan
pementasannya "Un fil a la patte" bersama para pemain dari Theatre de l'
Odeon, mengajak kita untuk menyaksikan, lewat kekonyolan dan hiburan segar,
bagaimana sutradara memahami dan menggarap "teknis" sebagai karakteristik
bahasa pengarang Feydeau yang terkenal itu.
LAYAKNYA LAVAUDANT MELAKUKANNYA SENDIRI, DENGAN
"KENAIFAN" DAN "KESEGARAN" IA TENGGELAM DALAM PENULISAN
FEYDEAU, MEMBIARKAN DIRINYA MASUK KE DALAM KEHEBATAN
DAN EFISIENSI BAHASA YANG BERJALAN LEBIH CEPAT DARI YANG
LAIN, LEBIH CEPAT DARI SITUASI-SITUASI, DARI PARA PEMAIN,
LEBIH CEPAT DARI PIKIRAN DAN YANG MENYATU SAMPAI
MENJADI SETENGAH OTONOM.
Dan siapa yang membuat sebuah tawa yang membuat pembodohan, yang membiarkan
pada kekuatan yang tak terduga pada dirinya sendiri. Dengan raut, puisi dan
bayangan kegelisahan kita menyaksikan perjalanan sebuah mekanisme yang tiada
bandingnya dimana tokoh wanita simpanan, orang yang kasmaran dan suami yang
dibodohi saling berputar dan bersilangan ; strategi-strategi, tipu daya dan
salah pengertian ; jebakan-jebakan dan pemutarbalikan situasi dalam gerakan
tanpa akhir yang tampaknya tak pernah berakhir.

> Inventaires
karya Philippe Minyana, sutradara oleh Robert Cantarella, realisasi oleh
Jacques Renard
1990, 48 min., versi Prancis teks Inggris

Film karya Jacques Renard ini, dengan sangat menghormati teks dari
pementasan karya Philippe Minyana dan sutradara Robert Cantarella,
menawarkan sebuah adaptasi lakon "Inventaires" untuk film.
DENGAN MENGUBAH AKSI DI TENGAH-TENGAH HYPERMARKET
DENGAN DEKOR BANYAK CADDY, DERETAN KASIR DAN
PELANGGAN-PELANGGAN ANONIM YANG SEDANG BERBELANJA
DAN IKUT DALAM FILM SEBAGAI PENONTON PEMENTASAN, IA
MENCIPTAKAN SEBUAH PERUSAKAN VISUAL YANG MENGGANGGU
DARI PERMAINAN TELEVISI SECARA LANGSUNG DAN BERBAGAI
REALITY SHOW LAINNYA YANG BERTENDESI PADA TUJUAN
PEMENTASAN KARYA MINYANA.
Tiga wanita, Angele, Jacqueline dan Barbara, masing-masing dengan "benda
kesayangan" mereka, dengan cepat membangun cerita, "Inventaires" atau
"Inventaris" mengenai kehidupan mereka setelah menerima aba-aba dari pembawa
acara agar secara berturutan sesuai peran mereka masing-masing
mengumandangkan suara. Dengan mengikuti alur cerita tak terputus lalu
merajut kehidupan ketiga tokoh wanita tadi kita akan memahami sedikit demi
sedikit kepentingan serta makna yang tragis sekaligus menyedihkan dari tiga
benda : baskom milik Jacqueline, pakaian tahun 1954 milik Angele dan tempat
lampu merah muda milik Barbara. Di balik kejenakaan dan absurditas yang
chaos dari tiga kisah pelik menembus emosi, kedengkian dan kecabulan yang
dirasakan ketika mendengar keberadaan ketiga tokoh yang tampil dan
terkembang dengan matang, bermekaran.

> La Secrete architecture du paragraphe


realisasi oleh Jerome Descamps
2002, 26 min., versi Prancis teks Inggris

Dalam film dokumenter karya Jerome Descamps ini, Philippe Minyana mengawali
cerita dengan "Inventaire", untuk bertemu dengan sutradara satu serial
benda-benda yang berhubungan dengan masa kecilnya, asal-muasalnya dan kisah
pribadinya yang ia komentari sedikit demi sedikit.
SEBUAH KATA PENGANTAR YANG KONKRIT DAN MATERIALISTIS
DENGAN HASIL KERJA PENULISAN TEATERIKAL DIMANA IA
MENGGUNAKAN BERBAGAI FASE-FASE KAMERA YANG BERBEDA.
Pengarang dalam hal ini mempercayakan kekagumannya pada Michel Vinayer,
sebuah figur referensi dalam dunia Teater sehari-hari, membicarakan
hubungannya dengan para aktor, mengenai proyeknya yang tidak pernah usai
dengan rupawan Chirstophe Boltanski, namun terutama membangun konsep
penulisan teaterikal yang berpatokan pada gerakan di dalam teks, vibrasi dan
musikalisasi bahasa, serta tensi dan energi yang ia cari agar dapat
melampaui ekspoisi puncak dari sebuah penuturan yang sederhana, tanpa peran
psikologis atau tujuan tertentu.

> Lapin chasseur


sutradara oleh Jerome Descamps et Macha Makeieff, realisasi oleh Guy
Seligman
1991, 2 x 56 min., versi Prancis teks Inggris

Kehidupan sebuah restoran "besar" yang dipandang layaknya sebuah dunia


tersendiri, dunia yang terasing dengan segala penduduknya, semua
peraturan-peraturannya, setiap intrik, seluruh gerakan, hierarki, sejarah
dan kisah-kisah, setiap hubungan yang intern maupun ekstern. sebuah dunia
organik yang berdenyut, yang bergerak, yang berteriak, yang bernyanyi dan
tentu saja. yang bersantap.
JEROME DESCHAMPS DAN MACHA MAKEIEFF DALAM "LAPIN
CHASSEUR" MENERUSKAN EXPLORASI MEREKA YANG JENAKA
DAN MENGGEMASKAN MENGENAI DUNIA KESEHARIAN KITA,
MEMPERTUNJUKKAN DENGAN PENUH KEGEMBIRAAN,
KENEKATAN DAN KELEMBUTAN RODA-RODA KEKASARAN
ATAU KOMPLEKSITAS KISAH HIDUP KITA SEBAGAI MANUSIA.
Disini, sudut pandang mereka yang khusus berpatokan pada tata panggung yang
menawarkan dua ruang terpisah dan paralel yang saling berinteraksi satu sama
lain : dunia "yang terlihat" sisi kanan restoran dan dunia "yang
tersembunyi" di sisi dapur. Pada saat istirahat para penonton berpindah
sisi, sehingga mereka bisa menyaksikan cerita yang sama dari dua sudut
pandang yang sangat bertolak belakang. Film karya Guy Seligmann ini sangat
jelas menampilkan orisinalitas dan efektifitas dari perubahan perspektif
dalam persepsi penonton pertunjukan.

> Tambours sur la digue


karya Helene Cixous, sutradara dan realisasi oleh Ariane Mnouchkine
2002, 136 min., versi Prancis teks Inggris

Film karya Ariane Mnouchkine "Tambours sur la digue" atau "Genderang di atas
bendungan" ini merupakan sebuah transposisi sinematografis dari pertunjukkan
yang ia tampilkan seperti kartu bersama grup Theatre du Soleil. Perjalanan
teater menuju film menciptakan sebuah efek penghancuran tambahan dan lagi
sangat berhubungan dengan sebuah karya dramatik yang dimainkan dengan
jukstaposisi berbagai bentuk teaterikal dan berbagai tingkatan rasa serta
persepsi. Kisah politis dan filosofis yang dibayangkan oleh Helene Cixous
berlangsung di Cina yang mistis dan arkais. Para penduduk berkonfrontasi
lantaran ancaman banjir besar sehingga harus membangun bendungan-bendungan
pelindung kota. Semakin dekatnya hadirnya bencana itu terkristal di setiap
rumah, pangeran atau pengemis, kenyataan yang cepat dimana alam dan karakter
setiap makhluk pun terkembang, dimana ketika berhadapan dengan takdir saling
mengejutkan kesadaran, kebijaksanaan, keberanian dan pengecut, ditampilkan
bersama-sama dengan pertahanan kekuatan serta interes beberapa orang.
UNTUK PERTUNJUKAN INI, ARIANE MNOUCHKINE MEMILIH
BENTUK YANG MENYATUKAN TEATER DAN BONEKA SECARA
MENAKJUBKAN, DIINSPIRASI DARI TEATER NO DAN BUNRAKU
JEPANG DIMANA PARA AKTOR BERTOPENG PENUH WARNA
MEMBANGUN "BONEKA HIDUP" YANG DIGERAKKAN OLEH
PARA PEMAIN MANIPULATOR NATURAL YANG BERPAKAIAN
GELAP.
Pertunjukan "boneka yang lahir kembali" ini, di luar dimensi komik dan
puitis, telah menciptakan sebuah efek yang sangat menyolok dari perbedaan
realitas yang digandakan karena kekuatan tujuan, secara bersamaan
menenggelamkan penonton dalam keresahan yang aneh.

Setiap minggu di keluarga Menard semua orang berkumpul di cafe dimana Henri
adalah pemiliknya dan mereka makan bersama di Aux ducs de Bretagne. Malam
itu, walaupun merupakan hari pesta untuk merayakan ulang tahun Yolande sang
menantu, sebuah insiden akan mengganggu semua kebiasaan mereka. Arlette,
istri Henri, pergi selama seminggu untuk berpikir. Hal ini akan mengacaukan
kestabilan seluruh anggota keluarga. Sebuah pementasan teater yang sukses
diangkat ke layar perak.

adalah imigran Yahudi. Semua orang bekerja sebagai penjahit keluarga. Esther
adalah seorang yang lambat dan menyebalkan, ia tidak punya pendapat tentang
apapun, ia tidak memiliki perasaan kepada siapapun : Esther adalah sebuah
batu. Suatu malam, di teater, Esther "terbangun" dan tergerak : ia tidak
menyaksikan pertunjukan seperti penonton lainnya, ia hidup di dalamnya. Ia
memutuskan untuk menjadi aktris. Maka dimulailah pembelajaran teater dan
kehidupan yang membawanya pada suatu malam kepada sesuatu hal, di atas
panggung, duapuluh tahun kehidupan sampai kemudian merasa lelah. Sebuah film
dengan latar belakang teater yang dapat menggugah kesenimanan Anda.

Camille, seorang aktris yang tinggal di Italia, kembali ke Prancis dengan


kawan barunya Ugo, dan sebuah grup teater untuk mementaskan sepuluh lakon
Comme tu me veux karya Luigi Pirandello. Untuk pertama kalinya ia kembali ke
Paris setelah secara dramatis ia meninggalkan Pierre, pria yang pernah
tinggal bersamanya. Camille ragu untuk bertemu lagi dengannya. Ugo juga
punya rahasia sendiri, Ia pergi mencari teks asli karya Goldoni yang
terkenal itu. Pencarian ini membawanya bertemu dengan Dominique alias Do.
Sebuah film dengan latar belakang teater yang digarap dengan rapi dan
menyentuh.
KETERANGAN

Kecuali tanggal 11 maret di CCF Salemba, pemutaran film diprioritaskan


bagi anggota mediatek CCF Jakarta atau siswa kursus. Biaya keanggotaan
mediatek Rp 20.000 per tahun dan Anda dapat meminjam 5 buku selama
15 hari serta menerima Voila, program acara CCF secara berkala.
Mohon tunjukkan kartu keanggotaan di depan pintu masuk.

Bagian kedua dan ketiga pameran poster ini dipersembahkan kepada


para pengarang naskah teater kontemporer Prancis yang menjaga prinsip
pementasan yang sama dimana kutipan-kutipan teks dan contoh-contoh
pementasan saling berhubungan. Bagian kedua menampilkan satu pengarang
dalam setiap poster, 21 pengarang pilihan dari sebagian abad XX. Bagian
ketiga menampilkan 47 pengarang teater kontemporer.

pameran buka setiap hari pukul 11.00 - 20.00


kecuali sabtu pk. 11.00 - 16.00, minggu tutup

Informasi selengkapnya, hubungi :

Yosef Indra
program audio visual

Pusat Kebudayan Prancis / CCF Jakarta


Jalan Salemba Raya No. 25
Jakarta 10440

tel. 021-390 85 80, 390 85 85


fax. 021-390 85 86
www.ccfjakarta.or.id
yosef.indra@ccfjakarta.or.id

buat anggota teater nafas


insya ALLAH akan diadakan mabit di masjid nurul
iman Mandar-belakang ponjay.
hari jumat,17 februari 2006
buat fee-nya harap bawa infaq Rp.5000 (bwt bayar
ustadz aja)
kumpul di MBM-sholat maghrib di MBM ya!
trus acaranya banyak intinya pengukuhan niat
dakwah di dunia seni&penkosolidasian anggota
teater nafas.
susunan acara:
1. sholat isya
2. ceramah
3. rapat semi formal-all about nafas(jadi siapin
apa yang mau dibahas ya)
4.muhasabah&qiyamul lail-juga untuk latihan pekan
ini harap hadir semua karena ada tamu spesial yang
akan datang ke kampus.
yang gak bisa datang juma't ini harap hub
aang(serius!)

Salam Budaya !
Dengan Hormat, STUDI TEATER UNIVERSITAS
ISLAM BANDUNG (STUBA) mengundang rekan-
rekan untuk hadir pada pertunjukan monolog
berjudul Rangkaian 3 Monolog, Episode 2, karya;
MD. Ruhanda, Pemain; Mira Dewi Kania, Mikrima
puspasari, Evi Sri Rezeki, Nia, dan Deni Kurniadi,
Sutradara; MD. Ruhanda. Astrada; Bangkit
Setiawan, Stage Decoration; Iep Triyanto, Penata
Artistik; Widodo dan Irpan, Property; Febri dan
Adang, Penata musik; Dadan, Bangkit, Attir dan
MD. Ruhanda, Penata Cahaya; Maulana dan
Hendro, Pimpinan Produksi; Ahmad dickie,
Publikasi dan Dokumentasi; A. Sholeh D dan Ade
Widia. Pertunjukan ini akan diselenggarakan pada:
Hari/Tanggal: Jumat dan Sabtu/ 17-18
Februari 2006
Waktu: Pk. 16.00 WIB dan 20.00
WIB
Tempat: Aula Utama UNISBA

SINOPSIS NASKAH
MONOLOG; Dipersimpangan
Karya : MD. Ruhanda
Pemain : Mira Dewi Kania
Mikrima Puspasari

Mengisahkan seorang pembantu rumah


tangga, Euis namanya. Yang karena kejujuran dan
kepolosannya, Euis mendapatkan warisan dari
majikannya. Namun ia bingung, untuk apa harta
sebanyak itu? Yang ia butuhkan hanyalah untuk
keperluan emak dan adiknya si Ujang di kampung.
Selain itu, Euis pun berada di
persimpangan. Ia bingung apa yang mesti
dilakukan sementara kesetiaan pada kekasihnya,
Mas Deni yang meninggalkannya untuk wanita lain
tak pernah pudar. Namun emak menyuruh
menikah dengan majikannya, bukan karena harta,
tapi karena majikannya sudah sangat berjasa
dalam membantu ekonomi keluarganya. Ditambah
majikannya itu telah cerai dengan isterinya. Anak
majikan yang satu-satunya pergi entah kemana.
Penyesalan tiada berguna. Saat cinta
Euis terhadap tuannya mulai tumbuh. Majikannya
pergi meninggalkan Euis dengan memberikan
seluruh hartanya kepada Euis, Emak dan si Ujang.
Harta bukanlah segala-galanya. Yang dibutuhkan
Euis adalah kasih sayang dan ketulusan.

SINOPSIS NASKAH MONOLOG; Trotoar


Karya : MD. Ruhanda
Pemain : Evi Sri Rezeki
Nia

Mengisahkan seorang penjual jamu


gendong, Astuti namanya. Ia terpaksa berjualan
jamu gendong, Karena tuntutan kehidupan
keluarga. Suaminya di PHK, karena
membangkang keputusan pimpinan Pamong
Praja, ketika suaminya ditugaskan untuk
membongkar kawasan pedagang kaki lima, namun
ia tidak mau. Akhirnya Astuti pun dengan
terpaksa berjualan jamu gendong untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya sehari-hari.
Ia sempat kebingungan tatkala, pada
suatu hari ia berjualan jamu gendong, uangnya ada
yang mencopet. Namun ia penuh dengan
kepasrahan kepada ALLAH. Seorang pria bernama
Widodo yang ternyata mantan kekasihnya
kebetulan menjumpainya di sebuah trotoar.
Akhirnya uang itu kembali.
Keinginannya yang sederhana, hanya
ingin jamu gendongnya ada yang membeli. Hanya
itu. Di trotoar itulah Astuti mendapatkan sebuah
pelajaran tentang hakikat kepasrahan yang
sebenarnya.

SINOPSIS NASKAH MONOLOG; Becak


Karya : MD. Ruhanda
Pemain : Deni Kurniadi
Mengisahkan seorang penarik becak, Darman
namanya. Ia seorang sarjana ekonomi. Kondisi
ekonomi yang tak menentu di Negara ini
menjadikan dia merasa kecewa terhadap sistem
yang berlaku di Negara ini. Kenapa yang menjadi
pejabat di dewan selalu orang-orang yang punya
pengaruh dan berduit, bukan orang-orang yang
cerdas, yang jujur, dan ikhlas?
Apa yang dihasilkan dari bangku perkuliahan
hanyalah kekosongan semata. Padahal keinginan
Darman sederhana, bagaimana harus makan
untuk hari ini dan hari esok? Apakah untuk
menghasilkan sesuatu yang besar harus besar
pula keinginannya? Tidakkah dengan
kesederhanaan bisa menghasilkan sesuatu yang
besar? Seperti si Jendral anaknya yang masih
kecil.
Monolog ini mencoba menyadarkan kita bahwa,
sebuah kesadaran untuk saling mengasihi adalah
sebuah kekuatan yang menjadikan diri manusia
menjadi lebih besar. Tidak ada sekolahnya. Yang
mendidik semua itu adalah hati nurani. Yang
mengajarkan kesucian cinta adalah kepekaan rasa
dalam mengasah jiwa demi kepedulian terhadap
sesama. Dan tanggung jawab pada ALLAH.

PENDUKUNG ACARA :
Universitas Islam Bandung (UNISBA),
Pocarisweat, donatur dan Media Pathner.

Demikian pemberitahuan ini kami


sampaikan, kami harapkan kedatangan rekan-
rekan semua. Semoga pertemuan ini bisa menjadi
kesempatan untuk saling mengenal dan
bersilaturahmi satu sama lain. Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.

Harga Tiket
Umum : Rp. 7.500
Pelajar dan Mahasiswa: Rp. 5.000
Bagi penonton, akan dibagikan minuman
pocarisweat, terbatas!

PENDAHULUAN

BEBERAPA PENGERTIAN
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti
perbuatan atau tindakan.

ARTI DRAMA
Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di pentas) yang
menimbulkan perhatian, kehebatan (axciting), dan ketegangan pada para pendengar.
Arti kedua, menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).
Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan action.
Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia dengan gerak.
Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan
menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience).

ARTI TEATER
Ada yang mengartikan sebagai “gedung pertunjukan”, ada yang mengartikan sebagai “panggung” (stage). Secara
Etimologi (asal kata), Teater Adalah Gedung Pertunjukan (auditorium).
Dalam arti luas Teater adalah kisah hidup dah kehidupan manusia yang dipertunjukan di depan orang banyak.
Misalnya Wayang Orang, Ludruk, Lenong, Reog, Sulapan.
Dalam arti sempit Teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan dalam pentas, disaksikan oleh
orang banyak, dengan media, gerak, percakapan dan laku, dengan atau tanpa dekor (layer); Didasarkan pada naskah
yang tertulis (hasil seni sastra) dengan atau tanpa musik.

APA PERBEDAAN DRAMA DENGAN TEATER


Teater dan drama, memiliki arti yang sama, tapi berbeda uangkapannya.Teater berasal dari kata yunanikuno
"theatron" yang secara harfiah berarti gedung/tempat pertunjukan. Dengan demikian maka kata teater selalu
mengandung arti pertunjukan/tontonan. Drama juga dari kata yunanai 'dran' yang berarti berbuat, berlaku atau
beracting. Drama cenderung memiliki pengertian ke seni sastra. Didalam seni sastra, drama setaraf denagn jenis pui
prosa/esai. Drama juga berarti suatu kejadian atau peristiwa tentang manusia. Apalagi peristiwa atau cerita tentang
manusia kemudian diangkat kesuatu pentas sebagai suatau bentuk pertunjukan maka menjadi suatu peristiwa Teater
Kesimpulan teater tercipta karena adanya drama.

TEATER SEBAGAI ORGANISASI


Proses Teater merupakan sebuah proses organisasi (bentuk kerja kolektif; dimana segala macam orang dengan segal
macam fungsinya tergabung dalam suatu koordinasi yang rapih,dan juga mencakup juga pengertian sampai batas-
batas yang sentimentil), seperti hal nya diri manusia itu sendiri, atau layaknya seperti sebuah negara. Keberhasilan
suatu pertunjukan Teater dapat juga sebagai keberhasilan suatu seni organisasi; baik organisasi penyelenggaraannya
(Panitia Produksi) maupun segi seni-seninya (Penyutradaraan, Penataan set, Permainan, Musik dan unsur-unsur lain

Berikut ini contoh Elemen dari sebuah Group Teater dalam mengadakan sebuah Produksi.
- Pimpinan Produksi
- Sekretaris Produksi
- Keungan Produksi / Bendahara
- Urusan Dokumentasi
- Urusan Publikasi
- Urusan Pendanaan
- Urusan Ticketing atau karcis
- Urusan Kesejahteraan
- Urusan Perlengkapan
- Sutradara
- Art Director / Pimpinan Artistik
- Stage Manager
- Property Master
- Penata Cahaya
- Penata Kostum
- Penata setting
- Perias / Make Uper
- Penata Cahaya
- Penata Musik
Setiap Elemen memiliki tugas sendiri-sendiri dan sudah seharusnya untuk bertanggungjawab penuh atas tugas itu
(secara profesional). Sebagai Contoh seorang Urusan Pendanaan, ia harus memikirkan seberapa besar dana yang
dibuhtuhkan? Dari mana dana itu didapatkan. Begitupula seorang Sutradara yang bertanggungjawab atas pola
permainan panggung; (akting pemain, cahaya, bunyi-bunyian, set, property dan lain-lain).
Jikalau kita memandang Elemen dalam Group Teater, ada kesamaan dengan elemen dalam tubuh kita sendiri; setiap
organ tubuh memiliki fungsi sendiri, tetapi saling berhubungan dan tergabung dalam fungsi yang sempurna. Teater
ibarat laboratorium kehidupan itu sendiri, seperti yang diungkapkan Peter Brook “Teater akan menjadi tempat yang
indah bagi orang-orang yang mabuk dan kesepian, Teater merupakan sebuah tindak budaya, Teater bukanlah tempat
untuk melarikan diri ataupun untuk mencari perlindungan”.

RUMUSAN TEATER
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama
untuk menyatakan dirinya yang diwujutkan dalam suatu karya seni suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita
pergulatan kehidupan manusia.
Dari rumusan diatas dapt ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur teater menurut urutannya adalah sebabagai berikut
1. Tubuh, manusia sebagai unsur utama ( pemeran/pelaku/pemain)
2. Gerak, sebagai unsur penunjang.
3. Suara, sebagai unsur penunjang ( kata/untuk acuan pemeran)
4. Bunyi, sebagai unsur penunjang ( bunyi benda,efek dan musik).
5. Rupa sebagai unsur penunjang ( cahaya, rias dan kostum.).
6. Lakon sebagai unsur penjalin ( cerita,non cerita,fiksi dan narasi ).

WORKSHOP KEAKTORAN

A. TUBUH
1. Relaksasi
Realaksasi adalah hal pertama yang haru dilakukan dengan cara menerima keberadaan dirinya. Relaksasi bukan
berarti berada dalam keadaan pasif (santai) tetapi keadaan dimana semua kekangan yang ada di tubuh terlepas.
Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh aktor adalah kebutuhan untuk relaksasi. Baik itu di dalam kelas, dalam
latihan, di atas panggung, maupun paska produksi. Relaksasi adalah hal yang sangat penting bagi semua performer.
Relaksasi bukanlah keadaan menta dan fisik yang tidak aktif, melainkan keadaan yang cukup aktif dan positif. Ini
memungkinkan seorang aktor untuk mengekspresikan dirinya saat masih didalam kontrol faktor-faktor lain yang
bekerja melawan cara pemeranan karakter yang baik. Jadi, relaksasi adalah hal yang penting dalam upaya mencapai
tujuan utama dari seorang performer.
Segala sesuatu yang mengalihkan perhatian ataupun yang mencampuri konsentrasi seorang aktor atas sebuah karakt
cenderung dapat merusak relaksasi. Aktor pemula biasanya tidak dapat dengan mudah merespon sebuah perintah
untuk relak, hal ini disebabkan berkaitan dengan aspek-aspek fisik kepekaan dan emosi akting ketika berada
dihadapan penonton. Dengan kata lain, dalam keadaan rileks, aktor akan menunggu dengan tenang dan sadar dalam
mengambil tempat dan melakukan akting. Untuk mencapai relaksasi atau mencapai kondisi kontrol mental maupun
fisik diatas panggung, konsentrasi adalah tujuan utama. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran dan tubuh.
Seorang aktor harus dapat mengontrol tubuhnya setiap saat dengan pengertian atas tubuh dan alasan bagi perilakuny
Langkah awal untuk menjadi seorang aktor yang cakap adalah sadar dan mampu menggunakan tubuhnya dengan
efisien.
2. Ekspresi
Kemampuan Ekspresi merupakan pelajaran pertama untuk seorang aktor, dimana ia berusaha untuk mengenal diriny
sendiri. Si aktor akan berusaha meraih ke dalam dirinya dan menciptakan perasaan-perasaan yang dimilikinya, agar
mencapai kepekaan respon terhadap segala sesuatu. Kemampuan Ekspresi menuntut teknik-teknik penguasaan tubuh
seperti relaksasi, konsentrasi, kepekaan, kreativitas dan kepunahan diri (pikiran-perasaan-tubuh yang seimbang)
seorang aktor harus terpusat pada pikirannya.
Kita menggunakan cara-cara non linguistik ini untuk mengekspresikan ide-ide sebagai pendukung berbicara.
Tangisan, infleksi nada, gesture, adalah cara-cara berkomunikasi yang lebih universal dari pada bahasa yang kita
mengerti. Bahkan cukup universal untuk disampaikan kepada binatang sekalipun.
3. Gesture
Gesture adalah impuls (rangsangan), perasaan atau reaksi yang menimbulkan energi dari dalam diri yang selanjutny
mengalir keluar, mencapai dunia luar dalam bentuk yang bermacam-macam; ketetapan tubuh, gerak, postur dan
infleksi (perubahan nada suara, bisa mungkin keluar dalam bentuk kata-kata atau bunyi).
4. Gestikulasi
Bahasa tubuh adalah media komunikasi antar manusia yang menggunakan isyarat tubuh, postur, posisi dan perangka
inderanya. Dalam media ini, kita akan memahami bahasa universal tubuh manusia dalam aksi maupun reaksi di
kehidupan sehari-hari.
5. Olah Mimik
Perangkat wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan dilatih. Dalam olah mimik ini, kita akan
memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi, gerakan mulut, pipi, rahang, leher kepala, secara berkesinambungan.
Mimik merupakan sebuah ekspresi, dan mata merupakan pusat ekspresi. Perasaan marah, cinta, dan lain-lain akan
terpancar lewat mata. Ekspresi sangatlah menentukan permainan seorang aktor. Meskipun bermacam gerakan sudah
bagus, suara telah jadi jaminan, dan diksi pun kena, akan kurang meyakinkan ketika ekspresi matanya kosong dan
berimbas pada dialog yang akan kurang meyakinkan penonton, sehingga permainannya akan terasa hambar.
6. Olah Tubuh
Warming-Up atau pemanasan sebaiknya menjadi dasar dalam pelajaran acting. Melatih kelenturan tubuh, memula
dari organ yang paling atas, hingga yang paling bawah. Latihan ini ditempuh untuk mencapai kesiapan secara fisik,
sebelum menghadapi latihan-latihan lainnya.
Olah tubuh bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan pada balet, namun kalau di Indonesia sangat mungkin
berangkat dari pencak silat atau tari daerahnya masing-masing seperti kebanyakan actor cirebon dengan masres
(sejenis teater tradisional cirebon) yang banyak menguasai tari topengnya, juga tentu di Bali, Sunda dan banyak
tempat yang berangkat dari tradisinya dan kemudian dikembangkan pada tujuan pemeranan,.
Bowskill daalam bukunya menyatakan “Stage and Stage Craft”, yang katanya Apa yang kau lakukan dengan kedua
tanganku. Pertanyaan tersebut dilanjutkannya pula dengan Apa yang harus aku lakukan dengan kedua kakiku. Bany
aktor pemula selalu gagal dalam menampilkan segi kesempurnaan Artistik, karena pada waktu puncak klimaks selal
diserang oleh kekakuan, mengalami ketegangan urat.
Kekejangan ini memberikan pengaruh buruk pada Emosi bagi pemeran yang sedang menghayati perannya, apabila h
ini menimpa Organ suara maka se-orang yang mampunyai suara baik menjadi parau bahkan bisa kehilangan suara,
jika kekejangan itu menyerang kaki maka orang itu berjalan seakan lumpuh, jika menimpa tangannya akan menjadi
kaku.
Untuk mengendurkan ketegangan urat ada bermacam cara latihan, dengan melalui latihan gerak, senam, tari-tari.
Hingga gerakkan dapat tercipta dengan gerakan artistic, dan dapat lahir dari Inter Akting (Gerakan Dalam).
Olah tubuh sebaiknya dilakukan sau jam setengah setiap hari, dalam dua tahun terus menerus, untuk memperoleh
actor yang enak dipandang mata, subjeknya: Senam irama; Tari Klasik, Main anggar, Berbagai jenis latihan bernapa
latihan menempatkan suara diksi, bernyanyi, pantomime, Tata Rias.

B. SUARA
Penguasaan suara dalam seni acting pada dasarnya adalah penguasaan diri secara utuh, karena kedudukan suara
dalam hal ini hanyalah merupakan salah satu alat ekspresi dan totalitas diri kita sebagai seorang pemain (actor).
Pengertian ‘penguasaan diti secara utuh’ menuntut suatu keseimbangan seluruh aspek serta alat-alatnya, baik yang
menyangkut kegiatan indrawi, perasaan, pikiran atau yang bisa disebut segi-segi dalam dari seni acting, maupun yan
menyangkut segi-segi luarnya seperti tubuh dan suara. Ketimpangan akan menghasilkan ketimpangan.

Pernafasan Diafragma
Otot-otot akan berkembang dan menegang ketika kita menghisap nafas, hanya bagian inilah yang tegang. Kemudian
otot-otot samping bagian punggung pun ikut pula mengembang lalu mengempis saat nafas dihembuskan kembali.
Posisi diaphragma adalah diantara rongga dada dan rongga perut. Pernafasan melalui diaphragma inilah yang
dirasakan paling menguntukan dalam berolah vocal, sebab tidak mengakibatkan ketegangan pada peralatan
pernafasandan peralatan suara dan juga mempunyai cukup daya untuk pembentukan volume suara. Keuntungan lain
yang diperoleh adalah pada saat ita menahan nafas otot-otot diaphragma tersebut tegang, ketegangan otot ini justru
melindungi bagian lemah badan kita yakni ulu hati. Pernafasan ini sangat baik dalam usaha menghimpun “tanaga
dalam” yang mengolah vibrasi, karena pernafasan diaphragma akan memudahkan kita dalam mengendalikan dan
mengatur penggunaan pernapasan.
Berlatih pernapasan banyak ragam dan caranya. Latihan pernafasan bisa dilakukan dengan berbagai cara, dari caban
cabang beladiri seperti pencak silat, karate, atau berenang sekalipun. Namun ada beberapa catatan penting yang haru
dilakukan untuk tujuan pernafasan dalam pemeranan (acting), yaitu:

Latihan 1.
- Berbaring rata di lantai dan bernapaslah pada posisi tersebut, rasakan tubuh betul-betul rileks.
- Berbaring dilantai, rasakan daya beratnya, pusatkan pikiran kea rah telapak kaki kita, ke ujung-ujung jari, rasaka
seluruh pergelangan kaki terlepas. Bayangkan seluruh nadi terisi udara, engsel-engsel lututpun terisi udara biarkanla
tulang paha kita rileks sehingga daging dan otot-otot menjadi satu dengan tulang-tulang. Bayangkan sendi-sendi
pinggang dan tuang paha berisi udara sehingga seluruh tubuh tidak lagi memberatkan kaki. Biarkan otot punggung
dan perut kita meleleh seperti air, biarkan punggung rileks dan tidak usah memaksakan tulang punggung menjadi ra
biarkan otot-otot seluruh tubuh dan kepala sampai rahang disamping telinga kita rileks hingga gigi kita tidak terkunc
juga lidah tidaklah lengket pada bagian atas mulut, rahang menjadi seperti jatuh demikian juga dengan lidah yang
tidak saling menyentuh. Biarkan wajah kita terasa berat pada tulang tulang wajah, biarkan pipi, bibir, pelupuk mata
seluruhnya rileks.
- Rasakan tubuh kita di lantai melorot rileks tariklah nafas secara penuh untuk merasakan sensasi-sensasi yang
terjadi pada tubuh kita saat di lantai akibat pernapasan yang alami itu. Ulangi itu terus menerus dengan intens.

Latihan 2
- Waspadai bahwa ditengah kediaman tubuh kita yang rileks itu akan tidak terelakan sebuah kondisi yang mudah
untuk jatuh apabila nafas keluar dan masuk dari tubuh, rileks bukan berarti tidak ada control terhadap tubuh namun
control sering kali membuat kita justru menjadi tegang, jadi pernafasan yang berlangsung alami adalah citra dari rile
itu sendiri.
- Tariklah nafas secara mendalam tanpa paksaan, simpanlah tangan di pundak untuk merasakan dorongan nafas
pada diaphragma.
- Pada saat udara masuk ke dalam tubuh dan terhisap oleh mulut atau hidung, masuk ke pusat dan keluar kembali,
senantiasa merasakan kehangatan udara di dalam tubuh dan dinginnya udara yang kita hisap tersebut.
- Pada saat merasakan udara yang masuk kedalam tubuh ksenantiasa melakukan penghayatan pada udara tersebu
rasakan rasa lega yang mendalam di dalam tubuh lalu hayatilah udara turun keperut dengan emosi yang selalu terjag
(konsentrasi).
- Ulangi dorongan kausalitas tersebut dengan latihan yang intensif, emosi terjaga, selalu merasakan bahwa saat
latihan kita adalah bagian alam semesta ini.
- Hal yang paling penting adalah menghindari ketegangan-ketegangan, biarkan seluruhnya bergerak secara alami
dan teratur
Olah Vokal

Vokal (Suara) dan Spech (ucapan) amatlah penting di dalam sebuah pementasan sebuah drama, menurut MAURIZE
ZOLOTOV merupakan bagian dari isyarat ataupun symbol, menurutnya ada kalimat Emosional untuk menyatakan
perasaan dan ada pula kata-kata yang dapat digunakan sebagai senjata mencapai kekuatan.

Menurut Henning Nelms tentang Spech ada lima :


1. Menyalurkan kata-kata Drama kepada penonton.
2. Memberi arti-arti khusus pada kata-kata tertentu melalui odulasi suara.
3. Memuat informasi tentang sifat dan perasaaan – pemeranan missal : Tentang umur, kedudukan social, jabatan,
kegembiraan, putus asa, kemarahan.
4. Mengendalikan perasaan penonton.
5. Melengkapi variasi.
Tahap Pertama
Pada tahap pertama pada latihan olah vokal , hisap lah udara sebanyak-banyaknya lalu tahan, kemudian hembuskan
sambil mengeluarkan suara. Ini dilakukan berulang-berulang.
Tahap Kedua.
Hisap udara melalui melalui dada salurkan ke Rongga dada hisap udara melalui perut, lalu tahan salurkan ke rongga
Dada, keluarkan melalui mulut. Sebaliknya dapat dilakukan dengan sebaliknya, apabila tahap sudah dapat dilakukan
bisa dilakukan dengan memainkan variasi pernapasan.
Tahap ketiga
Pada tahap ini lakukan laatihan dengan menahan napas sambil berjalan, berlari ini dilakukan berulang kali.
Tahap keempat.
Bernapas di dalam air, dengan menahan beberapa saat lalu di hembuskan dengan melalui teriakan.
Latihan Olah Vokal melalui latihan Spech (ucapan)

1. Diksi
Ucapan, lafal, menentukan suara yang harus dipergunakan. Diksi, lagu (gaya) berata, memberi kualitas kejelasan
suara dari sebuah kata yang diucapkan. Latih aga dapat membedakan dengan jelas membedakan antara huruf-huruf
dengan b, t dengan d, k dengan g.

Cobalah :

p----- p----- p------


pp---- pp---- pp-----
ppp-- ppp-- ppp----
pppp- pppp- pppp--
ppppp bbbbb ppppp

b----- b----- b------


bb---- bb---- bb-----
bbb-- bbb-- bbb----
bbbb- bbbb- bbbb--
bbbbb ppppp bbbbb

(tanda garis hubung merupakan ketukan jarak)

Ulang-ulangilah latihan ini. Akan sangat efektif bila dilakukan secara rutin tiap pagi atau sore. Tidak usah lama.
Cukup barang sepuluh atau lima belas menit saja.
Coba pula pada huruf-huruf yang lain dengan cara yang sama, hingga semua dapat jelas terbedakan. Gerakan bibir
merupakan sesuatu yang amat penting bagi pengucapan yang jelas. Untuk memperoleh hal itu maka gerazkan bibir
sebanyak mungkin. Aktifkan gerakan bibir.
2. Tekanan
Tekanan dicapai dengan kontras. Suatu kata dapat diberi tekanan dengan mengubah tempo dan volumenya. Tempo
sangatlah penting artinya. Tempo yang terlalu cepat hanya memberi kesan suara ribut. Saja. Kehilangan kandungan
makna yang akan disampaikan Kebiasaan bicara cepat itu bisa dihilangkan dengan berlatih membiasakan ucapan-
ucapan lambat. Mula – mula mengucapkan serentetan kata atau atau kalimat hanya dengan gerakan bibir saja, lamba
tanpa bersuara. Sesudah itu dengan bersuara. Demikian berulang-ulang dilakukan.
Kata dapat diberi tekanan dengan merendahkan volume. Misalnya mengucapkan kata dengan lemah dalam saaatu
kalimat yang nyaring. Belajarlah memberi tekanan pada suatu kata dengan memberi sedikit jeda sebelum dan
sesudahnya.
Perubahan dalam pikiran dapat diperlihatkan dengan jeda atau dengan perubahan tiba-tia pada nada serta volumenya
3. Bentuk Ucapan
Suatu ucapan Panjang atau pendek umumnya membangun klimaks, maka dari permulaan dibangunlah : (1) volume,
(2) intensitas emosi, (3) variasi, (4) jarak, kecepatan.
Membangun satu unsure dari keempat unsure di atas secara teknis amatlah sulit. Biasanya baik membangun dengan
satu unsure, lalu beralih pada yang lain, atau membangun dalam dua atau tiga unsure sekaligus.
4. Memuncak
Bila dua pemain atau lebih harus bersama-sama membangun satu reka-rekaan yang disebut topping, memuncak,
dipergunakan, maka tiap pemain berkata pada saatu titik tinggi dalam volume, jarak, dan sebagainya dari kata terakh
pemain sebelumnya. Ini mungkin efektif. Tapi menuntut latihan, sebab pembangunan cenderung untuk meninggi
begitu cepat hingga ucapan ketiga. Maka satu penanjakan agi sudah tidak mungkin.

Olah Vokal
Sebagai media ucap dalam berakting, melatih organ suara merupakan hal yang paling pokok. Bagaimana produksi
suara kita, dilokalisir dengan baik sesuai dengan kebutuhan peran. Jika actor tekun melatih perangkat suaranya lewa
latihan yang benar dan teratur, dia akan lebih mudah dalam memainkan perannya.
(Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater)
Kemampuan Vokal bagi seorang actor adalah syarat utama agar bisa memainkan peran dengan baik. Dengan laku
vocal, pemeran dituntut untuk dapat menjadi perwujudan watak-watak yang nyata.
Vokal sebagai salah satu media pengungkapan ekspresi actor, merupakan media penyampai informasi melalui dialog
Informasi tentang alur cerita, setting peristiwa, karakter tokoh, emosi, kondisi, usia tokoh dan lainnya. Dan hendakn
tersampaikan secara jelas melalui keterampilan pemeran dalam menyampaikan dialog.
Pencapaian dalam materi ini adalah menciptakan actor dengan perangkat vokalnya yang efektif dan elastis sehingga
mampu menyesuaikan takaran volume suaranya dengan kondisi apapun. Ia juga mampu menampilkan variasi-varias
suara dengan baik seolah berbicara seperti kebiasaan sehari-hari, tetapi tanpa kehilangan kesan teaterikal.
Melalui vocal seorang actor harus mampu menggali kedalaman karakter tokoh dan nuansa dramatic shingga mampu
menggugah imajinasi dan empatik penonton.
Dalam olah vocal, teknik pernapasan adalah sesuatu yang penting karena merupakan sumber tenaga penggerak atau
penggetar pita suara kita. Latihan pernafasan kita menjadi stabil dan efektif dalam menunjang pembentukan suara.
(Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater)
Dilakukan dengan sikap berdiri, duduk atau tidur terlentang. Lemaskan badan selemas-lemasnya, setelah betul-betul
lemas aturlah nafas seenak mungkin. Tarik nafas perlahan sekali (lima detik) lalu tahan => himpun nafas pada
diaphragma dalam tempo yang sama dengan waktu menarik nafas => hembuskan perlahan sama seperti menarik
nafas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang sama dengan menarik nafas, kemudian tahan kembali dalam temp
yang tetap sama => kemudian tarik dan seterusnya berulang-ulang. Latihan ini hendaknya dilakukan setiap hari,
semakin lama tempo hitungan diperlambat sesuai dengan kemampuan yang dicapai.
Berlatih dengan menyuarakan a, i, u, e, o pada saat menghembuskan nafas. Pada latihan pertama biarlah dulu pada
nada yang tetap kemudian coba dalam nada-nada yang lain, yang lebih rendah atau lebih tinggi. Usahakan agar setia
nafas yang keluar benar –benar memproduksi suara sehingga tidak “over”. Agar ada variasi dan tidak membosankan
gerakan tubuh anda seperti seorang pesilat dengan gerakan dasar yang mudah saja.
Pengucapan
Untuk dapat berartikulasi dengan baik, dibutuhkan kelenturan alat-alat pengucapan. Artikulasi yang baik, akan dapa
dicapai dengan menempatkan posisi yang wajar tetapi dengan penggunaan tenaga efektif dan terkontrol.
Alat-alat tersebut antara lain:
 Bibir
Sangat berperan dalam membentuk huruf-huruf hiduo dan huruf M-B-P. Latihan dengan membentuk mulut dengan
ruang gerak yang maksimal, otot bibir berulang membentuk bunyi U-A-U-I-U-A-O-E. Pada saat menyuarakan huru
bibir dibentuk mengkerucut tarik semaksimal mungkin kedepan. Pada bentuk O, bibir membuat bulatan dan jangan
lupa tarik bibir kearah depan tetap diperhatikan. Pada bunyi A, bibir seolah pada posisi menguap membentuk lonjon
maksimal. Pada bentuk bunyi I, bibir seolah ditarik pipi ke samping sehingga mulut nampak pipih. Lakukan latihan
berulang-ulang mulai dengan tempo membentuk lambing-lambang bunyi, percepatan temponya semakin cepat dan
cepat lagi. Lakukan latihan dengan menyuarakan gabungan huruf mati dengan huruf diatas, menjadi MU-BA-PU-M
BU-PA-MO-BE berulang-ulang dari lambat ke sedang dan cepat. Lakukan dengan diiringi latihan dan pernapasan.
 Lidah
Lidah sangat berperan dalam membentuk bunyi huruf-huruf mati seperti C-D-L-N-R-S-T dan lainnya. Lidah
yang lincah akan dapat menentukan pembentukan lafal yang baik, tepat dan jelas. Latihan-latihan dimaksud untuk
mencapai tingkat kelenturan sehingga lidah tidak saja lemas dan lincah tetapi juga mempunyai kemampuan seseoran
yang mengalami kesulitan dalam membentuk bunyi R dan T. Latihan lidah:
- Menjulurkan dan menaril lidah berulang-ulang
- Menjulurkan dan menarik ke atas => bawah, samping kanan => kiri dan kemudian menjulurkannya untuk
membuat gerakan berupa lingkaran.
- Tempelkan ujung pada gigi seriates lalu dorong lidah keluar, tempelkan ujung lidah pada gigi serri bawah lalu
doronglah lidah keluar, lakukan berulang-ulang.
- Tutup mulut lalu bunyikan Bberrrrrrrrrrrrrrr, Trerrrrrrrrrrrr.
 Rahang
Membantu pembentukan rongga mulut.
Lakukan latihan-latihan seperti ini:
- Tutup dan buka mulut selebar mungkin, berulang-ulang.
- Doronglah rahang bawah ke muka lalu buka ke bawah lalu tarik kea rah dalam/ leher lalu tutup mulut, rahang
rapat, dorong ke muka kembali dan lakukan seterusnya berulang-ulang semakin cepat.
- Gerakan rahang bawah ke kanan dan kiri.
- Buat lingkaran dengan rahang arah bergantian ke kanan dan ke kiri.
- Ucapkan dalam satu helaan nafas hitung berapa pengulangan bunyi:
wawawawawawawawa, yayayayayayayayayaya
 Langit-langit
Terdiri dari langit-langit keras dan langit-langit lunak, merupakan bagian penting dalam pembentukan suara maupun
pengucapan. Selain itu, langit-langit berperan juga sebagai dinding resonator pada rongga mulut. Latihan:
- Tutup mulut berbuatlah seakan-akan anda sedang berkumur, buka rahang bawah tetapi bibir tetap rapat, tekan
langit-langit ke atas dank ke bawah pula.
- Tutup mulut dalam keadaan rapat, kemudian lakukan seolah anda mengucapkan bunyi M, B, K, N, NG, D, da
lainnya. Saat melakukan ini dapat dirasakan langit-langit bergerak ke atas dan ke bawah.Setelah seluruhnya peralata
pernapasan dan peralatan pengucapan kita latih dengan baik, barulah kita mencoba dengan membaca dialog. Bacala
dengan volume yang sedang dan rasakann pula dorongan nafas diaphragma, arahkan pembentukan suara ke resonato
yang dirasakan paling tepat. Misalnya ke rongga resonator dada, mulut atau hidung.
Pembentukan Suara
Nafas yang keluar melalui Trachea sesampainya pada larynx akan menggetarkan pita suara, dank arena getaran itu
timbulah suara. Namun demikian suara tersebut baru akan terdengar baik bilamana terlah beresonansi pada salah sat
resonator, baik rongga mulut, rongga hidung atau rongga dada. Misalnya, kalau bentuk rongga mulut bulat maka sua
yang diproduksinya akan bulat pula, tetapi kalau rongga mulut ditarik melebar kesamping maka suara yang diproduk
akan terdengar ‘cempreng’. Seorang actor harus lebih menekankan pemberian karakter pada suaranya. Mengolah
texture dan warna suara yang sesuai dengan peran yang dimainkannya.

Seorang actor juga harus bisa mengolah beberapa warna vocal sesuai tuntutan scenario, seperti:
- Menaikkan dan menurunkan volume suara.
- Meninggikan dan merendahkan frekwensi nada bicara.
- Mengatur atau mengolah tempo pengucapan.
- Mengatur atau mengolah warna dan texture suara.
Latihan 1:
- Tariklah nafas dan keluarkan seperti angina.
- Tariklah nafas dan keluarkan seperti suara angina itu sendiri, rasakan efek nafas tersebut pada langit-langit atas
mulut, lidah dan pembentukannya.
- Tariklah nafas dan keluarkan dengan suara seperti seolah sedang berbisik, rasakan bagaimana kandungan nafas d
suara yang keluar.
- Tariklah nafas dan keluarkan dengan teks dan seolah suara itu menyerupai angina.
- Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.
Latihan 2 :
- Tariklah napas dan keluarkan seperti suara binatang berkaki empat (bayangkan harimau, ajah, anjing, kucing dan
lain sebainya).
- Tariklah nafas dan keluarkan seperti suara jenis unggas (bayangkan menjadi burung, ayam, bebek, dan lain
sebagainya).
- Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.
Latihan 3 :
- Cobalah kata-kata apa saja dari mulut.
- Cobalah berdialog improvisasi aa saja keluar dari mulut.
- Cobalah baca beberapa teks lakukan dengan alami dan bertahap lewat vibrasi yang volumenya di tambah.
- Lakukan observasi suara manusia dan tirulah laku perannya (how old I am: rasakan sensasi-sensasi usia yang dit
pada teknik suara).
- Cobalah acting dengan teks.
- Hindari ketegangan-ketegangan.
Berikut ini catatan-catatan yang dibuat oleh Frans Marajinen dari “Institut des Arts Spectaculaires” (INSAS) di
Brussell selama kursus yang diadakan oleh Jerzy Grotowsky dan sahabatnya, Ryszard Cieslak, pada tahun 1966.
Dengan membandingkan latihan-latihan tahun 1959-1962, memang ada perubahan yang dapat dicatat yakni dalam
orientasi dan objek latihan yang merupakan hasil kerja beberapa tahun sebelumnya.
Dalam pengantarnya, Grotowsky menjelaskan bahwa hubungan antar penonton dan actor adalah penting. Dengan
dasar pemikiran ini, dia memulai pelajaranya dengan semboyan: “Inti teater adalah actor, perbuatan-perbuatannya,
dan apa yang dapat ia capai”. Skema pelajarannya dan pelbagai macam latihan adalah didasari atas pengalaman seca
metodik menuju kepada teknik-teknik actor dan kehadirannya secara fisik di atas panggung.

Latihan-latihan Vokal
Untuk memulainya, Grotowski membuat beberapa tanda tentang sikap yang disesuaikan dengan kerja seseorang. Ia
minta keterangan yang mutlak kepada siapa saja yang hadir dalam ruangan, baik actor maupun penonton. Ketawa
haruslah ditahan pada bagian permulaan latihan nampak seperti permainan sirkus. Mereka yang tidak biasa dengan
metode tersebut hendaknya menerima impresi ini, tapi secepatnya orang akan memahami apabila ia telah menghadir
beberapa latihan dan melihat hasil yang dicapai. Penonton dalam hal ini adalah mereka yang tidak ambil bagian akti
dalam latihan, dan mereka harus “tidak terlihat dan tidak terdengar” oleh murid-murid.

Stimulasi atas Suara


Setiap actor memilih teks dan ia bebas untuk membacanya, menyanyikannya atau bahkan dengan teks itu ia boleh
berteriak.
Latihan ini dilakukan secara serempak. Sementara itu Grotowski berjalan keliling diantara mereka, sekali-sekali
meraba dada, punggung, kepala atau perut si murid ketika ketika ia sedang membaca. Tidak satu bagianpun yang
terlewat dari perhatian Grotowski.
Setelah latihan ini selesai, dia menununjuk empat orang. Yang lain kembali ketempat duduknya masing-masing untu
melihat perkembangan teman-temannya. Mereka tidak boleh bersuara.
Grotowski menempatkan satu orang di tengah-tengah. Aktor membaca semuanya dengan suara yang secara
berangsur-angsur ditambah volumenya. Kata-kata disuarakan kembali dengan mantap, langit-langit seakan-akan
tengkorak bagian depanlah yang sedang berbicara. Kepala jangan terkulai kebelakang sehingga menyebabkan laring
tertutup. Melalui echo langit-langit menjadi kawann berdialog yang akan mengambil bentuk pertanyaan maupun
jawaban (selama latihan Grotowski memimpin murid-muridnya dengan aba-aba tangan, mengelilingi ruangan).
Selanjutnya, dimulailah percakapan dengan tembok, juga secara improvisasi. Di sinilah bukti bahwa echo adalah
jawaban. Seluruh badan merespon terhadap echo . Suara asli masuk dan keluar melalui dada.
Kemudian suara ditempatkan di perut. Dalam acara ini percakapan dilangsungkan dengan lantai. Kedudukan badan:
“seperti seekor sapi gemuk”

Catatan: Grotowski menekankan bahwa selama latihan pikiran harus dikosongkan. Murid-murid membaca teks tanp
berpikir dan tanpa pause. Grotowski akan menyetop setiap kali ia melihat ada murid sedang berpikir dalam latihan.

Suara latihan diperlihatkan, secara berurutan:


1. Suara kepala (menghadap kelangit-langit).
2. Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya)
3. Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas actor).
4. Suara dada (diproyeksi di depan actor)
5. Suara perut (menghadap kelantai)
Suara keluar dari kedua belah bahu(menghadap langit-langit tepat diatas actor); the small of the back (menghadap k
dinding di samping actor); bagian lumbar (menghadap kelantai, dinding dan ruang disampingnya)
Grotowski tidak membiarkan actor beristirahat sebentarpun. Ketika actor sedang membaca, ia berkeliling membaca
stimulasi dan “mremas” bagian tertentu badan murid, sehingga melepaskan impuls-impuls yang terbawa oleh suara.
Ritme latihan sangan cepat. Seluruh tubuh harus diikutsertakan walau hanya untuk latihan vocal saja. Suatu latihan
relaxation terdiri dari improvisasi percakapan dengan tembok, sepenuhnya bebas dari tensi. Murid harus secara teta
menyadari bahwa echo harus selalu ditangkap.
Sungguh menakjubkan bagaimana Cieslak pemain utama dan teman dekat Grotowski selalu memberikan contoh dan
melihat banyak latihan serta mengikuti perkembangan murid-murid dengan penuh latihan.
Latihan “Macan”
Latihan ini untuk membuat si actor secara penuh tampil dan dalam waktu yang bersamaan, menyusun suara parau
dalam acting.
Grotowski ikut serta dalam latihan ini. Ia memainkan seekor macan yang sedang menyerang mangsanya. Murid-
murid (mangsanya) bereaksi, meraung seperti macan.
Itu bukanlah sekedar meraung. Suaranya haruslah didasarkan pada teks, dan mempertahankan terus seperti itu adala
penting sekali dalam latihan ini.
Grotowski : “Sini, lebih dekat …teks…teriak… saya adalah seekor macan, bukan kau…. Saya akan menelan kau….

Dalam hal ini ia mendorong murid-murid untuk memasuki permainan secara penuh. Sungguh hebat bagaimana mur
muridnya kemudian mengikuti latihan ini. Sekarang semua perasaan malu-malu menjadi lenyap. Kekurangannya
hanyalah karena belum terbiasa dengan teks, dan memang dalam improvisasi, kata-kata tidak timbul secara mudah.
Tiba-tiba Grotowski menginterupsilatihan (tidak disadari beberapa murid dalam hal ini menunjukan bahwa mereka
benar-benar secara total adalah jelas dimaksudkan untuk “mengistirahatkan” organ-organ suara. Grotowski
menganggap bahwa “vocal relaxation” adalah sangat penting , terutama bagi mereka yang berlatih untuk pertama
kalinya. Organ-organ ini suara belum terbiasa digunakan dengan cara iin. Cara pendidikan Grotowski yang keras
nampak dalam kenyataannya bahwa murid-murid mengalami kesulitan menahan latihan. Mereka tidak memperhatik
penonton yang mana hal itu merupakan suatu yang luar biasa dalam keseluruhan proses latihan.

Latihan “King-Kong”
Inti dari latihan ini adalah mengulang-ulang ucapan kata “King” pada nada yang sangat tinggi dan tempo yang sang
cepat, dengan seluruh rentetan variasi dari nada rendah ke nada tinggi.
Akhirnya suara ke luar dari occiput yang sementara adalah Grotowski memperoleh hasil yang luar biasa dengan
improvisasi kata ini pada nada yang lebih tinggi. Setelah kira-kira lima menit, atas petunjuk Grotowski, murid-murid
mencapai skala vocal yang tinggi dan nampak bagi mereka sebagai sesuatu yang baru. Kami mendapatkan keadaan
karena banyak wajah-wajah murid yang nampak surprise.

Latihan “La-La”
Latihan dimulai dengan berjalan keliling serta menyanyikan “la-la” kemudian Grotowski merebahkan diri, terlentan
diri, terlentang di atas lantai. Lalu “la-la” di ulang dengan menghadap ke langit-langit, dinding dan lantai sebagai
alternatip suara kepala, perut dan dada.
Grotowski berpesan agar mereka melonggarkan perut dan mendorong resonator yang terletak di perut.
Setelah latihan ini, murid-murid tetap terlentang di atas lantai untuk beberapa saat, istirahat secara penuh.
(Catatan: Hasilnya sunggu luar biasa. Bahkan setelah pelajaran pertama suara murid-murid bisa mencapai intonasi
yang sebelumnya tidak pernah mereka sangka dapat mereka miliki).
Grotowski memulai lagi dengan serangkaian latihan-latihan sama seperti yang diberikan kepada murid yang pertam
1. Simulasi vocal keluar dari resonator-resonator yang berbeda
2. Suara kepala (menghadap kelangit-langit).
3. Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya)
4. Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas actor).
5. Suara dada (diproyeksi di depan actor)
6. Suara perut (menghadap kelantai
Suara-suara yang keluar dari:
a. sepasang bahu (menghadap kelangit-langit di samping actor)
b. the small of the back (menghadap dinding disamping actor)
c. the lumber region (menghadap lantai, dinding dan ruangan di sampingnya)

Latihan Berikutnya
Meong kucing dengan daya penyampaian yang paling luas dari:
a. Intonasi
b. nuanasa-nuansa
c. pitch
Tiba – tiba grotowski kembali kepembicaraan teks secara normal/ biasa

Macan
Ekspresi suara dalam bentuk ruangan macan. Ada tanda-tanda kemajuan yang nampak kalau dibandingkan dengan
yang sebelumnya. Latihan vocal sekarang dibarengi dengan gerak mengendap-endap, jumpalitan dan mencakar-cak
Grotowski tidak ragu-ragu mempelajari dari pengalaman tentang kebutuhan murid-murid sehingga memungkinkan
penyerahan diri mereka secara penuh dalam latihan.

C. JIWA

Jiwa
Proses pertama transformasi atau penjiwaan terhdap peran, adalah memberi focus kepada energi yang sudah dimilik
oleh si actor. Dia harus mengendalikan dirinya menuju satu tujuan tertentu. Usaha memfokuskan energi itu adalah
usaha menyerahkan diri sepenuhnya kepada aksi dramatis sesuai tuntutan naskah, dimana ia mampu menentukan
pilihan-pilihan aksi selaras dengan keyakinannya terhadap tokohnya.
Konsentrasi
Pengertian : konsentrasi secara harfiah berarti memfokus, sehingga dalam konsentrasi, kepekaan si actor dapat
mengalir bebas menuju satu titik atau bentuk tertentu.

Persiapan seorang actor


Seorang actor harus punya pusat perhatian (konsentrasi) dan bahwa pusat ini seyogyanya tidak berada di tengah
tempat latihan. Makin menarik pusat perhatian, makin sanggup ia memusatkan perhatian.
Jelas sekali sebelum anda sanggup menetapkan titik perhatian yang sedang dan yang jauh, terlebih dahulu anda haru
belajar bagaimana caranya memandang dan melihat benda-benda di area set.
Aktor yang berada di area set, menghayati suatu kehidupa yang sejati atau imajiner. Kehidupan abstrak ini perhatian
dalam diri kita. Tapi ia tidak mudah untuk dimanfaatkan, karena ia sangat rapuh. Seorang actor harus juga seorang
pengamat, bukan saja dalam memainkan peran di atas pentas atau sebuah film, tapi juga dalam kehidupan sehari-har
Dengan keseluruhan dirinya ia harus memusatkan pikirannya pada segala yang menarik perhatiannya . Ia harus
memandang sebuah objek, bukan lain, tapi betul-betul dengan mata yang tajam. Jika tidak, maka seluruh metode
kreatifnya akan ternyata mengembang dan tidak punya hubungan dengan kehidupan. Umumnya orang tidak tahu
bagaimana caranya mengamati tarikna wajah, sorotan mata seseorang dan nada suara untuk dapat memahami pikira
lawan bicara mereka. Mereka tidak bisa secara aktif memahami kebenaran kehidupan secara kompleks dan juga tida
sanggup mendengar kan sedemikian rupa, hingga mereka dapat memahami apa yang mereka dengar.
Jika mereka dapat melakukan ini, kehidupan ini akan jauh lebih baik, lebih mudah dan kerja kreatif mereka akan leb
kaya, lebih halus dan lebih dalam.
Tapi kita tidak bisa memaksakan pada seseorang sesuatu yang tidak dimilikinya, hanya daya yang dimilikinya saja
yang bisa ia kembangkan.
Bagaimana cara untuk mencapai ini?
Pertama, actor harus belajar melihat, menyimak dan mendengarkan sesuatu yang indah. Kebiasaan itu akan
mencerdaskan jiwa mereka dan melahirkan perasaan yang akan meninggalkan jejak-jejak yang dalam pada ingatan
emosi mereka.
Ambil sekuntum bunga kecil atau selembar kelopak bunga dan cobalah utarakan dengan katapkata tentang seluk
beluk, tekstur, warna dan sifat-sifatnya secara detail. Setelah melalui proses kreatif ini, lalu anda mulai menelaah
bahan emosional yang hidup yang paling diperlukan dan dijadikan landasan bagi kreativitas selanjutnya.
Kesan-kesan yang diperoleh dari hubungan langsung dan pribadi dengan orang lainnya. Hubungan ini dapat diperol
hanya kontak batin. Begitu banyak pengalaman batin ini yang tidak bisa dilihat secara inderawi oleh mata, hanya
terbayang dalam tarikan wajah, mata, suara dan cara kita bicara dan menggerakan tangan. Tapi sungguhpun begitu,
bukanlah hal yang mudah untuk menangkap apa yang terkandung dalam diri orang lain, Karena biasanya orang tida
selalu membukakan pintu hatinya dan membiarkan kita melihat mereka dan baimana mereka sebenarnya. Makna-
makna seperti itu melekat pada pola perilaku yang mengenali dan mampu memanfaatkan aspek perilaku ini
secaraefektif. Seorang actor dituntut untuk dapat memerankan setiap kegiatan disetiap situasi. Tiap karakterpun haru
terindividualisasikan dengan hal yang berkenaan pada perilaku. Sebagai tambahan, tiap karakter yang diperankan
seharusnya mempunyai perilaku yang umum seperti yang ada di tengah masyarakat.
Perilaku luar sebuah rancangan harus ditempatkan semata-mata melalui bagian luar karakternyasaja dari harus
memiliki arti yang mendalam.
Terakhir, actor harus bisa mengontrol kecenderungan bahasa non – verbalnya yang mungkin saja tidak cocok denga
karakter yang diperankannya.

Observasi dan Empati


Observasi atau mengamati berarti tanggap akan hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan. Tentang masyarakat,
tempat, objek dan segala situasi yang menambah kedalaman tingkat kepekaan seorang actor. Ketika mengamati oran
orang actor seharusnya membuat catatan-catatan ini bisa menjadi dasar karakter yang akan ditemukannyadimasa
dating. Ini dapat membantu saat dibutuhkan untuk menciptakan sebuah karakter lengkap dalam sebuah struktur
permainan.
Sekali sebuah karakter mendarah daging dalam diri sang actor, hubungan langsunga dapat terjadi antara actor dan
penonton. Penonton merasakan apa yang diperankan oleh sang actor. Sebagai contoh, saat seorang teman kehilangan
seseorang yang dicintainya, respon empatinya adalah kita ikut merasakan penderitaannya.
Kekuatan suskes dari pengamatan (observasi) adalah gabungan antara empati dan perhatian intelektual. Ini artinya
seorang actor harus mengembangkan sesitifitas pada indera: melihat, menyentuh, mencium, mendengar, dan
merasakan.
Mengenal dan mengingat suatu perasan dalam aktifitas keseharian adalah sangat penting. Untuk mengamati secara
benar seseorang harus dapat meraksan dan mengkatagorikan inderanya. Jadi, indera (senses), perasaan (feelings), da
pengamatan (observation) bergabung menjadi suatu mata rantai sebagai alat pembentuk sebuah karakter. Seorang
actor harus menggunakan kekuatan observasi untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mempelajari karakter manusia dalam berjalan, gesture, berbicara dan duduk yang nantinya dapat ditiru
saat berada di atas panggung.U
2. ntuk menstimulasi kreatifitas imajinasi.
3. Untuk menggabungkan beberapa kualita yang dapat dipelajari saat mengamati bintang. Keanggunan seekor
kucing adalah salah satu contoh dari karakter binatang.

Aksi dan Emosi


Pengertian: Emosi adalah segala aktivitas yang mengekspresikan kondisi disini dan sekarang dari organisme manusi
dan ditujukan ke arah duniannya di luar. “Emosi timbul secara otomatis” dan terikat dengan aksi yang dihasilkan da
konfrontasi manusia dengan dunianya. Aktor tidak menciptakan emosi karena emosi akan muncul dengan sendririn
lantaran keterlibatannya dalam memainkan peran sesuai dengan naskah.

Motivasi
Pengertian :Peran apapun yang anda mainkan harus memiliki tujuan dan motivasi. Dalamus keadaan bagaimanapun
adalah mustahil untuk melakukan sesuatu yang secara langsung diarahkan untuk mencetuskan suatu perasaan demi
perasaan itu sendiri. Kalau hal ini tidak diindahkan, maka anda tidk akan memperoleh apapun. Hanya kedangkalan
saja. Jika kita memilih suatu tindakan atau perbuatan jangan menggunakan perasaan dan bathin anda. Jangan menco
memperlihatkan aksi cemburu atau menyatakan cinta, semata hanya untuk kepentingan perasaan itu aja. Semua
perasaan itu adalah akibat dari sesuatu yang terjadi sebelumnya. Cobalah ingat kejadian sebelumnya itu dalam-dalam
dan hasilnya akan datang sendiri. Penggambaran nafsu yang palsu, yang menggunakan gerakan-gerakan
konvensional, semuanya ini merupakan kesalahan-kesalahan yang kerap terjadi.

Tips:
Anda harus mampu bermain sesuai dengan pengkhayatan anda sendiri terhadap tokoh, penggambaran artistic dari
realita dunia actual kedalam dunia imajinasi. Untuk memperoleh hubungan antara actor dan tokoh yang digambarka
anda harus mendekatkan pada sumber-sumber yang dekat dengan perasaan dan batin kita sendiri. Jika hal ini bisa
dicapai, maka kita akan merasakan dorongan dan rangsangan dari dalam.
Dorongan ini akan mengutarakan dirinya sendiri dalam aksi si tokoh imajiner yang telah ditempatkan di tengah-
tengah permainan lakon. Mainkanlah dan anda akan menciptakan kehidupan baru. Kita akan dibawa kedunia bawah
sadar, menyadari hal-hal dalam permainannya yang sebelumnya tidak disadari sama sekali. Ini merupakan rangsang
“dunia bawah-sadar yang kreatif ”yang paling pokok adalah anda telah memainkan dunia bawah sadar kreatif melal
tehnik yang disadari. Setelah ini bisa disatukan dalam pikiran dan imajinasi, barulah anda bisa menciptakan dunia
baru dan mulai memainkannya dengan penuh motivasi dan rasa kebenaran artistic. Dibalik kata-kata, kita memasuka
pikiran kita dalam karakter toloh kehidupannya. Lalu kita filter melalui diri kita sediri seluruh bahan yang kita perol
dari pengarang dn sutradara. Bahan ini menjadi bagian dari diri kita, baik dalam pengertian spiritual dan fisik, emos
kita jujur dan sebagai hasil kita memperoleh aktivitas yang betul-betul produktif, semuanya berjalin dengan implika
sebuah lakon.

Imajinasi:
Imajinasi adalah suatu cara bagi seorang actor untuk mendekati pikiran dan perasaan karakte yang akan dimainkan
sehingga dia dapat menempatkan dirinya dalam situasi si karakter. Metode ini merupakan proses imajinasi dimana d
actor melakukan identifikasi dengan karakter tokohnya. Di setiap identifikasi dengan karakter tokohnya, si actor
harus melihat pengalaman hidupnya dan pengalaman hidup yang paling relevan untuk ditransver ke pengalaman hid
yang dimiliki si karakter. Si actor harus mampu menyelidiki asal mula dirinya sendiri untuk dapat tulus dan jujur
pada realita eksistensi dirinya yang baru. Imajinasi menciptakan hal-hal yang mungkin ada atau mungkin terjadi,
sedangkan fantasi membuat hal-hal yang tidak ada, yan tidak pernah ada. Tapi siapa tahu, suatu hari kesemuanya itu
mungkin ada. Bagi seorang actor, proses kreatif ini dipimpin oleh imajinasinya.
Pertama, anda memaksa imajinasi anda, padahal sebetulnya anda harus membujukny. Lalu, anda coba merenung
tanpa suatu objek yang menarik bagimu. Kesalahan yang ketiga adalah pikiran anda pasif. Dalam imajinasi, aktifitas
yang intens sangatlah penting. Awalnya datang gerakan dari dalam, kemudian gerakan luar.
Sebelum sutradara memberikan pengarahan dan latihan, anda harus memiliki catatan mengenai gambaran tokoh dan
tempat yang akan dijadikan area latihan. Lalu anda harus memiliki suatu gasi gambaran yang batin yang kuat. Imaji
imaji bain ini akan menciptakan suasana yang sesuai dan mencetuskan emosi, sambil menjaga supaya kita tetap
berada dalam batas-batas lakon itu.

Mengembangkan imajinasinya
Pertama-tama coba ceritakan tentang kehidupan sehari-hari terhadap pengalaman yang paling sensitive. Apa yang
paling mudah untuk merangsang perasaanmu, rasa takut dan gembira anda.
Jika anda mengetahui betul seluk beluk sifat-sifat anda sendiri maka bagi anda tidak akan sulit untuk
mengadaptasikannya ke dalam keadaan imajiner. Karena itu, paparkan beberapa sifat khas, kualitas, perhatian, yang
khas yang anda miliki. Anda harus bisa menjawab (kapan, dimana, kenapa, bagaimana) yang anda ajukan sendiri
tatkala ia mendorong kesanggupannya untuk menemukan sesuatu yang baru guna membuat gambaran yang lebih jel
dari sebuah kehidupan pura-pura. Kadang-kadang ia tidak perlu melakukan semua usaha intelektual dan disadari ini
Imajinasinya mungkin bekerja secara intuitif. Sebuah pendekatan secara sadar dan dengan akal pada imajinasi
seringkali menghasilkan suatu perasaan hidup palsu yang tak berdarah. Seni acting menghendaki supaya seluruh
harkat seorang actor terlibat secara aktif, supaya ia menyerahkan dirinya, baik bathin maupun lahir, kepada peran
yang ia mainkan. Anda harus merasakan tantangan untuk berbuat, baik secara fisik maupun secara intelektual, karen
imajinasi yang tidak punya substansi.
………………vvv…………………

CIPTA TUNGGAL
(Referensi lain tentang olah sukma atau meditasi , sekedar intermezzo, cukup dibaca aja)
(diambildari www.jawapalace.org)
cipta bermakna: pengareping rasa, tunggal artinya satu atau difokuskan ke satu obyek. Jadi Cipta Tunggal bisa
diartikan sebagai konsentrasi cipta.

1. Cipta, karsa ( kehendak ) dan pakarti ( tindakan ) selalu aktif selama orang itu masih hidup. Pakarti bisa
berupa tindakan fisik maupun non fisik, pakarti non fisik misalnya seseorang bisa membantu memecahkan atau
menyelesaikan masalah orang lain dengan memberinya nasehat, nasehat itu berasal dari cipta atau rasa yang muncul
dari dalam. Sangatlah diharapkan seseorang itu hanya menghasilkan cipta yang baik sehingga dia juga mempunyai
karsa dan pakarti/tumindak yang baik, dan yang berguna untuk diri sendiri atau syukur -syukur pada orang lain.
2. Untuk bisa mempraktekkan tersebut diatas, orang itu harus selalu sabar, konsestrasikan cipta untuk sabar,
orang itu bisa makarti dengan baik apabila kehendak dari jiwa dan panca indera serasi lahir dan batin. Ingatlah bahw
jiwa dan raga selalu dipengaruhi oleh kekuatan api, angin, tanah dan air.
3. Untuk memelihara kesehatan raga, antara lain bisa dilakukan :
a. Minumlah segelas air dingin dipagi hari, siang dan malam sebelum tidur, air segar ini bagus untuk syarat dan
bagian-bagian tubuh yang lain yang telah melaksanakan makarti.
b. Jagalah tubuh selalu bersih dan sehat, mandilah secara teratur di negeri tropis sehari dua kali.
c. Jangan merokok terlalu banyak.
d. Konsumsilah lebih banyak sayur-sayuran dan buah-buahan dan sedikit daging, perlu diketahui daging yang
berasal dari binatang yang disembilah dan memasuki raga itu bisa berpengaruh kurang baik, maka itu menjadi
vegetarian ( tidak makan daging ) adalah langkah yang positif.
e. Kendalikanlah kehendak atau nafsu, bersikaplah sabar, narima dan eling. Janganlah terlalu banyak
bersenggama, seminggu sekali atau dua kali sudah cukup.
4. Berlatihlah supaya cipta menjadi lebih kuat, pusatkan cipta kontrol panca indera. Tenangkan badan ( heneng )
dengan cipta yang jernih dan tentram ( hening ) Bila cipta bisa dipusatkan dan difokuskan kearah satu sasaran itu
bagus, artinya cipta mulai mempunyai kekuatan sehingga bisa dipakai untuk mengatur satu kehendak.
5. Buatlah satu titik atau biru ditembok atau dinding ( . ) duduklah bersila dilantai menghadap ke tembok,
pandanglah titik itu tanpa berkedip untuk beberapa saat, konsentrasikan cipta, kontrol panca indera, cipta dan pikiran
jernih ditujukan kepada titik tersebut. Jangan memikirkan yang lain, jarak mata dari titik tersebut kira-kira tujuh pul
lima sentimeter, letak titik tersebut sejajar dengan mata, lakukan itu dengan santai.
6. Lakukan latihan pernafasan dua kali sehari, pada pagi hari sebelum mandi demikian juga pada sore hari sebelum
mandi tarik nafas dengan tenang dalam posisi yang enak.
7. Lakuakan olah raga ringan ( senam ) secara teratur supaya badan tetap sehat, sehingga mampu mendukung latiha
olah nafas dan konsentrasi.
8. Hisaplah kedalam badan Sari Trimurti pada hari sebelum matahari terbit dimana udara masih bersih, lakukan
sebagai berikut :
Tarik Nafas Tahan Nafas Keluarkan Nafas Jumlah
10 detik 10 detik 10 detik 30 detik minggu I : 3 kali

15 detik 10 detik 15 detik 40 detik minggu II : 3 kali

20 detik 10 detik 20 detik 50 detik minggu III : 3 kali

26 detik 08 detik 26 detik 60 detik minggu IV : 3 kali

9. Untuk memperkuat otak tariklah nafas dengan lobang hidung sebelah kiri dengan cara menutup hidung sebelah
kiri dengan cara menutup lobang hidung sebelah kanan dengan jari, lalu tahan nafas selanjutnya keluarkan nafas
melalui lobang hidung sebelah kanan, dengan menutup lobang hidung sebelah kiri dengan jari.
Tarik Nafas Tahan Nafas Keluarkan Nafas Jumlah
4 detik 8 detik 4 detik 16 detik minggu I : 7 kali

10 detik 7 detik 10 detik 27 detik minggu II : 7 kali


10 detik 10 detik 10 detik 30 detik minggu III & IV : 7 kali

20 detik 20 detik 20 detik 60 detik minggu V : 7 kali

10. Karsa akan terpenuhi apabila nasehat-nasehat diatas dituruti dengan benar, praktekkan samadi pada waktu malam
hari, paling bagus tengah malam ditempat atau kamar yang bersih. Kontrol panca indera, tutuplah sembilan lobang
dari raga, duduk bersila dengan rilek, fokuskan pandangan kepada pucuk hidung. Tarik nafas, tahan nafas, dan
keluarkan nafas dengan tenang dan santai, konsentrasikan cipta lalu dengarkan suara nafas. Pertama-tama akan
dirasakan sesuatu yang damai dan apabila telah sampai saatnya orang akan bisa berada berada dalam posisi hubunga
harmonis antara kawula dan Gusti ALLAH
11. Cobalah lakukan sebagai berikut :
a. Lupakan segalanya selama dua belas detik
b. Dengan sadar memusatkan cipta kepada dzat yang agung selama seratus empat puluh detik.
c. Jernihkan pikiran dan rasa selama satu, dua atau tiga jam ( semampunya)
12. Tujuh macam tapa raga, yang perlu dilakukan
a. Tapa mata, mengurangi tidur artinya jangan mengejar pamrih.
b. Tapa telinga, mengurangi nafsu artinya jangan menuruti kehendak jelek.
c. Tapa hidung, mengurangi minum artinya jangan menyalahkan orang lain
d. Tapa bibir, mengurangi makan artinya jangan membicarakan kejelekan orang lain
e. Tapa tangan, jangan mencuri artinya jangan mudah memukul orang
f. Tapa alat seksual, mengurangi bercinta dan jangan berzinah
g. Tapa kaki, mengurangi jalan artinya jangan membuat kesalahan
13. Tujuh macam tapa jiwa yang perlu dilakukan
a. Tapa raga, rendah hati melaksanakan hanya hal yang baik
b. Tapa hati, bersyukur tidak mencurigai orang lain melakukan hal yang jahat
c. Tapa nafsu, tidak iri kepada sukses orang lain, tidak mengeluh dan sabar pada saat menderita
d. Tapa jiwa, setia tidak bohong, tidak mencampuri urusan orang
e. Tapa rasa, tenang dan kuat dalam panalongso
f. Tapa cahaya, bersifat luhur berpikiran jernih
g. Tapa hidup, waspada dan eling
14. berketetapan hati
a. tidak ragu-ragu
b. selalu yakin orang yang kehilangan keyakinan atas kepercayaan diri adalah seperti pusaka yang kehilangan
yoninya atau kekuatannya
15. Menghormati orang lain tanpa memandang jenis kelamin, kedudukan, suku, bangsa, kepercayaan dan agama,
semua manusia itu sama : saya adalah kamu ( tat twan asi ). Artinya kalau kamu berbuat baik kepada orang lain, itu
juga baik buat kamu, kalau kamu melukai orang lain itu juga melukai dirimu sendiri.
16. Sedulur papat kalimo pancer
Orang Jawa tradisional percaya eksistensi dari sedulur papat (saudara empat) yang selalu menyertai seseorang diman
saja dan kapan saja, selama orang itu hidup didunia. Mereka memang ditugaskan oleh kekausaan alam untuk selalu
dengan setia membantu, mereka tidak tidak punya badan jasmani, tetapi ada baik dan kamu juga harus mempunyai
hubungan yang serasi dengan mereka yaitu :
a. Kakang kawah, saudara tua kawah, dia keluar dari gua garba ibu sebelum kamu, tempatnya di timur warnanya
putih.
b. Adi ari-ari, adik ari-ari, dia dikeluarkan dari gua garba ibu sesudah kamu, tempatnya di barat warnanya kuning
c. Getih, darah yang keluar dari gua garba ibu sewaktu melahirkan, tempatnya di selatan warnanya merah
d. Puser, pusar yang dipotong sesudah kelahiranmu, tempatnya di utara warnanya hitam.
Selain sedulur papat diatas, yang lain adalah Kalima Pancer, pancer kelima itulah badan jasmani kamu. Merekalah
yang disebut sedulur papat kalimo pancer, mereka ada karena kamu ada. Sementara orang menyebut mereka keblat
papat lima tengah, ( empat jurusan yang kelima ada ditengah ). Mereka berlima itu dilahirkan melalui ibu, mereka it
adalah Mar dan Marti, berbentuk udara. Mar adalah udara, yang dihasilkan karena perjuangan ibu saat melahirkan
bayi, sedangkan Marti adalah udara yang merupakan rasa ibu sesudah selamat melahirkan si jabang bayi. Secara
mistis Mar dan Marti ini warnanya putih dan kuning, kamu bisa meminta bantuan Mar dan Marti hanya sesudah kam
melaksankan tapa brata ( laku spiritul yang sungguh-sungguh )
17. Tingkatkan sembah, menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berarti juga menghormati dan memujaNY
istilah lainnya ialah Pujabrata. Ada guru laku yang mengatakan bahwa seseorang itu tidak diperkenankan melakukan
pujabrata, sebelum melewati tapabrata.
a. Sembah raga
Ini adalah tapa dari badan jasmani, seperti diketahui badan hanyalah mengikuti perintah batin dan kehendak. Badan
itu maunya menyenag-nyenangkan diri, merasa gembira tanpa batas. Mulai hari ini, usahakan supaya badan menuru
kehendak cipta yaitu dengan jalan: bangun pagi hari, mandi, jangan malas lalau sebagai manusia normal bekerjalah.
Makanlah makanan yang tidak berlebihan dan tidur secukupnya saja: makan pada waktu lapar, minum pada waktu
haus, tidur pada waktu sudah mengantuk, pelajarilah ilmu luhur yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
b. Sembah cipta
1. Kamu harus melatih pikiranmu kepada kenyataan sejati kawula mengenal Gusti.
2. Kamu harus selalu mengerjakan hal-hal yang baik dan benar, kontrollah nafsumu dan taklukan keserakahan.
Dengan begitu rasa kamu akan menjadi tajam dan kamu akan mulai melihat kenyataan.
Berlatih cipta sebagai berikut :
1. akukan dengan teratur ditengah, ditempat yang sesuai.
2. Konsentrasikan rasa kamu
3. Jangan memaksa ragamu, laksanakan dengan santai saja
4. Kehendahmu jernih, fokuskan kepada itu
5. Biasakanlah melakukan hal ini, sampai kamu merasa bahwa apa yang kamu kerjakan itu adalah sesuatu yang
memang harus kamu kerjakan, dan sama sekali tidak menjadi beban
Kini kamu berada dijalan yang menuju ke kenyataan sejati, kamu merasa seolah-olah sepi tidak ingat apapun, seolah
olah badan astral dan mental tidak berfungsi, kamu lupa tetapi jiwa tetap eling ( sadar ) itulah situasi heneng dan
hening dan sekaligus eling kesadaran dari rasa sejati. Ini hanya bisa dilaksanakan dengan keteguhan hati sehingga
hasilnya akan terlihat.
c Sembah jiwa
Sembah jiwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan rasa yang mendalam menggunakan jiwa suksma yang telah
kamu temui pada waktu pada heneng, hening dan eling, ini adalah sembah batin yang tidak melibatkan lahir. Apabil
kamu melihat cahaya yang sangat tenang tetapi tidak menyilaukan itu pertanda kamu sudah mulai membuka dunia
kenyataan. Cahaya itu adalah pramana kamu sendiri, kamu akan merasa yakin pada waktu bersamadi, kamu dan
cahaya itu saling melindungi.
d. Sembah rasa artinya sejati ( rasa sejati )
1 Kita bisa mengerti dengan sempurna untuk apa kita diciptkan dan selanjutnya apakah tujuan hidupmu.
2. Kita akan mengerti dengan sempurna atas kenyataan hidup dan keberadaan semua mahluk melalui olah samadi
atau memahami Sangkan Paraning Dumadi, hubungan harmonis antara kawula dan Gusti layaknya seperti manisny
madu dan madunya, tidak terpisahkan.
Nyinau ngilmu kedah ngertos ilmunipun
Ilmu bebukanipun sarana pikir
Ngilmu lelabetan kalian laku
Olehipun sampurna kedah kekalih
Menawi sampun lajeng kagunaknya
Adamel uruping sasamya
Samodraning guna agesang

PENGANTAR AKTING DASAR


Teknik elementer
Teknik Muncul

Seorang aktor Pemeran Muncul pertama kali bahasa inggris di sebut dengan –TEKNIK OF ENTRANCE - , yaitu
teknik seorang pemain untuk pertama kalinya tampil di atas pentas dalam satu sandiwara satu babak atau satu adega
Barang kali kemunculannya tatkala pemain-pemain yang lain sudah berada duluan di atas pentas dalam satu adegan
barang kali ia muncul tepat waktu layar di buka, barang kali juga ia munculo pertama kali seorang diri diatas pentas
seorang iri seorang diri di atas pentas sebagai pembuka.
Tekinik muncul ini penting karena ia lakukan dalam keadaan kesan ( Imprese) menerbitkan ke inginan tahuan
penonton kepada sang pemain, bagaiman ia melakukan aktifitas penonton akan lebih dapat menikmati dalam berma
Ketika di dalam naskah “ PANEMBAHAN RESO “ ( W.S Rendra ). Ada adegan pesta pora di Istana, jaga baya
terburu-buru dating menghadap Raja membawa surat Panji- Tumbal.
Jagabaya : Yang mulia, hamba menghadap untuk mempersembahkan surat.
Raja Tua : Reso bawa dia kemari.
Reso : baik,yang mulia. Mari kamu ! bicara
Jagabaya : Hamba memimpin pasukan pengawal istana hari ini. Seorang pasukan menggebu dengan kuda. Ia
datang dari Tegal Wurung membawa surat panji tumbal untuk Sri baginda, sedang ia sendiri selesai bicara langsung
melompat ke punggung kuda, dan setelah mohon maaf karena ia sendiri di buru oleh urusan maha gawat lalu melaju
di telan debu.
Raja Tua : bawa kemari surat itu.

Muncul Jagabaya membawa surat Panji Tumbal ayang diserahkan kepada raja tua, supaya l;ebih memberi pendalam
watak permainan maka peranan tersebut harus dapat menyesuaikan alur irama permainan yang sedang – brjalan.
Jagabaya : ( Melangkah beberapa langkah menuju arah ke-arah Raja Tua, dengan tergesa-gesa ).
Jagabaya : yang mulia, hamba menghadap
Untuk mempersenbahklan surat
( menunggu beberapa saat reaksi Raja Tua ) Didalam naskah “ OIDIPUS REX “ ( Sopholes ) adanya adegan
Ratu Jocosta yang keluar dari istana denga tergesa-gesa untuk memisah pertengkaran oidpus dengan creon sambil
berseru :
Jocosta : Bencana ! Bencana ! kenapa para pangeran bersenketa, sedang negara dalam bencana.
Akan lebih megesankan lagi apabila pemeran jocosta muncul, dengan setengah berlari sambil berseru
Jocosta : Bencan ! Bencana !
( lalu berhenti sekejap dua kejap sambil memandang tajam pada oidipus dan creon sanbil maju ke tengah-tengah di
antara oidipus dan creon sambil mengucapkan sisa kalimat ) klenapa para pangeran bersengketa, sedang negara dala
bencan.

Teknik memberi isi

Sebuah kalimat akan tersa mempunyai kesan apabila di beri isi atupun tekanan, dalam istilah bahasa inggris
namakan:THE TECHNIQUE OF PHRASING.
Pada kalimat “ Gayanya itu “. Bisa mengandung bermacam-macam pengertian, jika di ucapkan dengan cara
tertentu, dapat menjadi dari orang yang mengucapkan.

Ada tiga macam cara memberikan tekanan pada isi kalimat.


Perrtama dengan tekanan DINAMIK
Kedua dengan tekanan NADA
Ketiga dengan tekanan TEMPO.

Tekan Dinamik

Tekanan keras dalam pengucapan, dalam berbicara biasanya orang akan menekan kata-kata yang di anggap penting
“ saya akan pergi kekantor ( bukan ke rumah )
“ siapa wanita tadi ( bukan laki-laki )
“ saya yang mengatakan ( bukannya dia )

Tekanan Nada
Tekan tinggi rendahnya dalam pengucapan suatu kata. Pada sebuah kalimat:
“ Apa “.
( bisa merupakan arti pertanyaan dan bisa pula. Dan bisa pula berupa teguran, bergantung dari ucapan ).
“ Gila “
( bisa berarti makian, bisa sekaligus pujian).
Tekana nada lebih mencerminkan ISI PERASAAN – dari pada pikiran.
Tekanan Tempo
Tekan lambat dan cepat nya mengucapkan sebuah kata dalam kalimat, sepperti juga halnya tekanaan tempo sangat
berarti apabila ia di pergunakan untuk menjelaskan ISI PIKIRAN. Di dalam suasan SEDIH tempo pengucapan akan
LAMBAT. Pada suasana genbira tempo pengucapan akan CEPAt.
“ saya muak sekali mendengar kata-katanya “.
( tempo di gunakan dengan lambat )
“ senang benar saya menerima suratnya “.
( tempo di gunakan dengan cepat )

teknik me,beri Isi yang lainnya dengan mempergunakan ANGGOUTA BADAN dan BADAN. Pengguna
angguta badan – dan badan ini bisa menjadi GERAK, AIR MUKA, dan SIKAP. Yang di maksud Gerak; ialah gerak
anggouta badan, pernyataan perasaan dan oikiran melalui gerakan JARI, GENGGAMAN TELAPAK TANGAN,
LAMBAYAN TANGAN, BAHU dkk.
Dari kleseluruhan semua anggouta badan, telapakj tangan. Jari-jarilah yang piling pokok di gunakan.
Teknik pengembangan
Teknik pengembangan dapat di capai dengan menggunakan melalui pengucapan dan jasmani.
Pengucapan : 1. Menaikkan volume suara.
2. Menaikkan tinggi suara.
3. Menaikkan kecepatan tempo suara.
4. mengurangi volume tinggi nada, kecepatan tempo suara.
Menaikkan tempo suara dalam berdialog, dari nada rendah terus naik ke nada tinggi. Tempo
kaliamat dapat di cepatkan.
Mengurangi volume tinggi kecepatan tempo suara, apabila terjadi anti klimak.
Jasmani :
1. Menaikkan tingkat posisi Posisi jasmani. Kepala menunduk menjadi tengadah. Tangan terkulai menjadi teracung
Sikap berbaring menjadi duduk. Duduk menjadi jongkok, jongkok menjadi berdiri.
2. Dengan cara berpaling. Memalingkan kepala, tubuh (torso) serta badan.
“Aku putramu creon. Jadi selama adil dan bijaksana, aku akan patuh dan setia. Tak mungkin aku menganggap
pekawinan pribadi lebih penting dari urusan kepemimpinan negara.”
Kalimat-kalimat tersebut dapat di sisi dengan tindakan-tindakan.
“Aku putramu creon. Jadi selama anda adil dan bijaksana”.
(Memalingkan kepala kearah creon.) aku akan patuh dan setia (sekejab memberikan jeda, lalu memalingkan tubuh)
Tak mungkin aku menganggap perkawinan pribadi lebih penting dari urusan kepemimpinan negara.
3. Dengan cara berpindah tempat.
Berpindah dari kiri ke kanan, dari belakang ke depan, dari bawah ke atas.

4. Dengan melakukan gerakan anggauta badan. Tanpa melakukan perobahan tempat, pemeranan dapat melakuka
pegembangan dengan melalui melambaikan tangan, mengembangkan jari, mengepal tinju, menghentakan kaki,
mengagguk-anggukan kepala. Dll.”Jangan lagi menyebut nama Indadid, saripah. Ia sudah sirna dari masa lajang u.
Lima purnama yang lalu di Bukit Selasih, dia mengguna-gunaai suntil iparku. Dan sudah berulang egkau lupa. Lain
kali janganlah lupa, kau adalah istriku (Kalimat ini walaupun oleh si pemeran mengucapkan sambil duduk, dapat di
lakukan dengan beberapa gerakan.)
5. Dengan air muka. Perobahan-perobahan air muka dapat mencerminkan perkembangan emosi si pemeran

TEKHNIK MEMBERI PUNCAK


Puncak ialah ujung tanjakan pengembangan, perkembangan adegan-adegan yang memuncak (klimak).
Dibawah ini 4 (empat) cara membina puncak.
1. Dengan menahan INTENSITAS EMOSI.
Emosi baru dapat di capai pada tingkat puncak dalam memainkan adegan kejengkelan dan Kemarahan sang pemain
harus dapat menahan, demikian pula dengan kegembiraannya yang tidak terlalu tinggi
2. Dengan menahan reaksi terhadap perkembangan ALUR.
“Rang Garda seorang mucikari, dia tahu sedang dikejar-kejar oleh Matt Dilon. Dari kota-kekota lain. Ia
menyembunyikan diri, tetapi mat dilon selalu menguntitnya. Akhirnya dikota lama Matt Dilon memergokinya di
sebuah warung puja sera. Ia tidak bisa menghindar lagi, sekarang ia menghadapi sangseng yang ia takuti, yang selam
beberapa purnama selalu merongrong hidupnya. Pemeranan yang memainkan! Rang Garda harus menahan
kegugupannyaa sebelum klimak di kota lama.
3. Dengan teknik bermain bersama
4. Dengan Penempatan pemain

TIMING
Yang dimaksud dengan timing adalah ketepatan hubungan gerakan jasmani yang berlangsung sekejab dengan kata
atau kalimat yang diucapkan.

TEKHNIK PENONJOLAN
Upaya memilah bagian mana yang perlu ditonjolkan senjata teknisnya adalah SUARA PENGUCAPAN dan
JASMANI nya.

TAKARAN PERAN DALAM PEMERANAN


Sebagai seorang pemain haruslah mempunyai kejelian dalam memillih atau menapsiran pada warna naskah.

TEMPO PERMAINAN
Merupakan cepat atau lambatnya permainan.

IRAMA PERMAINAN
Merupakan gelombang yang naik turun, longgar kencangnya gerakan, atau suara-suara yang terjadi dengan teratur.
MENCIPTAKAN PERAN
Melalui pendekatan imajinatif (spontan daan otomatis) dan terperinci (mengumpulkan keterangan-keterangan)
Cara nya adalah
Pertama ; Kumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus di lakukan oleh peran yang bersaangkutan.
Kesdua : Kumpulkanlah watak sifat sang peran, lalu hubungkan dengan tindakan-tinddakan pokok yang harus
kerjakan, lalu yang mana yang harus ditonjolkan
Ketiga : Carilah pada naskah Ucapan-ucapan yang meskipun tersirat dapat ditimbulkan maksudnya.
Keempat : Carilah pada naskah hal-hal yang mana sifat sifat tersebut untuk dapat kesempatan di tonjolkan.
Kelima : Ciptakanlah gerakan-gerakan air muka, sikap dan langkah yang bisa menyatkan WATAK-WATAK
yang termaksud di atas.

Keenam : CIPTAKANLAH TIMING yang tepat agar gerakan tersebut sinkron.


Ketujuh : Dimana diperhitungkan Teknik pengucapan untuk memberikan tekanan daaan penonjolan pada wata
tersebut.
Kedelapan : Rancangkanlah garis permainan yang sedemikian rupa, sehingga gambaran tiap perincian watak dap
menurun sesuai dengan aturrannya dan pada tindakan yang terkuat hubungan pula pada atak yang terkuat pula.

RESPON
Respon sangat penting (yang datangnya dr rasa spontan, yan lahir dari jiwa terdalam ier ackting).
Pertama respon dengan tanggapan-tanggapan cerita
Kedua respon pada tanggapan lingkungan
Ketiga Tanggapan kepada teman-teman bermain.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah Adjib A., Pengantar Bermain Drama, CV Rosda, Bandung.


Noer C. Arifin, Teater Tanpa Masa Silam, DKJ, Jakarta, 2005.
Iman Sholeh & Rik Rik El Saptaria, Module Workshop Keaktoran Festamasio 3, TGM, Yogyakarta, 2005.
www.jawapalace.org

You might also like