Professional Documents
Culture Documents
Asian Tourism).
1
Jurnal ECTWT, Caught in Modern Slavery: Tourism and Child Prostitution in Asia, Bangkok, 1990,
hal.4.
1
Analisa Lingkungan
1. Faktor Ekonomi
Di Thailand, faktor utama yang mendorong anak – anak terjun ke
prostitusi adalah kemiskinan. Kemiskinan biasanya berhubungan
dengan buta huruf, kurangnya pilihan untuk bertahan hidup,
terbatasnya kesempatan kerja, serta keadaan keuangan keluarga yang
kurang baik .2 Anak – anak perempuan dari keluarga miskin ini
merupakan target utama agen yang merupakan kaki tangan dari
mucikari rumah bordil, yang berkeliling di pedesaan Thailand.
Sebagian keluarga miskin bahkan dengan sadar dan tanpa rasa
terpaksa memasukkan anak – anak perempuan mereka kedalam bisnis
prostitusi ini untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan
ekonomi mereka.
2. Faktor Sosial
Adanya diskriminasi gender di Thailand, diskriminasi ini berhubungan
dengan kebudayaan dan agama yang dianut oleh suatu masyarakat.
Agama yang paling dominan dianut oleh masyarakat Thailand adalah
Thai Buddhism, atau lebih dikenal dengan Theravada Buddhism.3
Menurut kepercayaan ini, untuk mencapai titik kehidupan yang paling
tinggi dengan menjadi biksu dan diharuskan anak laki – laki untuk
menjadi biksu sebelum dewasa. Hal ini karena adanya kepercayaan
reinkarnasi, bahwa seseorang setelah meninggal akan hidup lagi ke
dunia sebagai seseorang atau sesuatu yang berbeda dari kehidupan
sebelumnya. Reinkarnasi akan terus menerus berulang dan akan
terhenti apabila seseorang telah menjadi biksu, telah mencapai titik
kehidupan tertinggi, dan hanya anak laki – lakilah yang berhak menjadi
2
Baker, The Changing Situation of Children Prostitution in Northern Thailand; A Study of Changwat
Chiang Rai, Jurnal ECPAT, Bangkok, 2000, hal. 30.
3
Chodron, Theravada Buddhism: A Guide to Fearlessness in Difficult Times, dalam
www.thaiworldview.com/boudha/html. diakses tanggal 21 Juni 2010.
2
biksu. Wanita dianggap makhluk kedua, karena tidak dapat menjadi
biksu, dan tidak bisa mencapai titik kehidupan tertinggi. Akibatnya
banyak anak perempuan dengan sukarela dinikahi oleh laki – laki kaya
dengan imbalan uang, atau bahkan dijual ke seorang germo dan
dipaksa masuk ke dalam dunia industri seks komersial.
3. Faktor Teknologi
Merebaknya industri pariwisata seks anak ini, juga disebabkan oleh
teknologi internet yang menyediakan kemudahan akses bagi
pengguna pariwisata seks anak. Melalui ”search engine” seperti
Google atau Yahoo, serta menggunakan kata kunci ”Thai Sex”, dapat
menghasilkan berbagai macam informasi mengenai pariwisata seks di
Thailand. Website – website ini menyediakan berbagai informasi detail
tentang pariwisata seks anak, lengkap dengan harga, tempat tujuan,
serta bagaimana cara memperoleh pelacur anak. Semua informasi ini
dapat dengan mudah diakses melalui internet, ketersediaan informasi
ini memudahkan wisatawan seks anak dalam merencanakan
perjalanan mereka. Selain itu agen perjalanan wisata juga
mempublikasikan brosur pariwisata seks anak melalui internet.4
4. Faktor Politik
Selama perang Vietnam, Departemen Pertahanan Amerika Serikat
mempunyai perjanjian dengan pemerintah Thailand, agar pemerintah
Thailand dapat menyediakan program Rest and Relaxation bagi
prajurit – prajurit Amerika yang bertugas di Thailand.5 Dalam waktu
yang singkat terjadi peningkatan restoran, hotel, bar, dan klab malam
secara signifikan di daerah utara hingga selatan Pattaya, dan
peningkatan jumlah gadis – gadis yang menjadi penari dan ahli pijat.
Setelah berakhirnya perang Vietnam dan ditariknya pasukan Amerika
4
Dapat dilihat dalam http://www.travelsexguide.tv/thai.php atau
http://www.worldsexguide.org/thailand.html
5
Altman, Global Sex, University Of Chicago Press, Chicago, 2001. Hal. 11
3
dari kawasan Asia Tenggara, bisnis ini semakin berkembang ke arah
prostitusi terus dan merambah ke para wisatawan.
Analisa SWOT
Strength
• Jaringan ECPAT terdiri dari 73 kelompok dan tersebar di 67
negara
• NGO yang tidak berkecimpung dalam bidang politik, sehingga
keberadaannya dianggap tidak mengganggu kebijakan pemerintah.
• ECPAT adalah NGO yang konsisten mengatasi masalah prostitusi
anak, sehingga tujuan dan program kerja ECPAT selalu jelas dan tidak
melenceng dari Visi dan Misi organisasi.
Weakness
• Sebuah organisasi yang tidak berafiliasi dengan pemerintah,
sehingga pemerintah tidak merasa mempunyai peranan untuk
mensukseskan berjalannya proyek ECPAT.
Opportunities
• Mendapatkan dukungan dari perwakilan PBB dan yayasan –
yayasan yang bergerak di bidang Pemberantasan Prostitusi
Anak.
• Berpartner dengan NGO – NGO lokal dan universitas – universitas
di Thailand
• Dikarenakan project ECPAT yang lebih ditujukan untuk generasi
muda, serta berpartner dengan akademisi – akademisi muda di
Thailand, maka membuat ECPAT menjadi organisasi non profit yang
mempunyai tempat khusus di kalangan pemuda Thailand dan hal ini
4
memudahkan ECPAT dalam proses perekrutan anggota baru dan
pendekatan kepada masyarakat.
Threat
• Disebabkan project ECPAT yang lebih ditujukan kepada kalangan
keluarga miskin, seperti kesempatan bersekolah bagi anak yang
kurang mampu, memberikan dorongan kepada anak – anak agar lebih
mengerti hak – hak mereka, dan menanamkan pengertian bahwa
prostitusi anak adalah suatu hal yang melanggar hukum, hal ini
membuat ECPAT mendapat stigma bahwa project – projectnya
membuat keluarga miskin menjadi lebih miskin, disebabkan anak –
anak mereka menolak untuk dijual kepada mucikari rumah bordil dan
lebih memilih untuk bersekolah. Penolakan keras atas project ECPAT
ini adalaha ancaman kepada ECPAT untuk tidak melanjutkan program –
programnya.
5
Berdasarkan referensi, maka analisa Misi dan Tujuan ECPAT dijabarkan
sebagai berikut:
1. Misi
ECPAT International adalah organisasi nirlaba yang lintas politik
dan lintas agama dan bergerak mengatasi masalah – masalah anak,
pornografi dan perdagangan manusia di dunia. Misi ECPAT
International adalah berjuang bersama – sama dengan organisasi lain
yang mempunyai misi serupa, yaitu untuk mengeliminasi masalah
prostitusi anak, pornografi anak, dan perdagangan anak, serta
memberikan semangat pada berbagai komunitas penduduk di dunia
untuk ikut serta dalam menjamin agar semua pihak di belahan dunia
manapun dapat mengerti dan sadar akan hak – hak anak untuk tidak
dieksploitasi dalam bentuk apapun.6
2. Tujuan
Dalam rangka pencapaian misinya, maka ECPAT dilandasi oleh
misinya, merumuskan beberapa tujuan organisasinya, antara lain7:
• Menjamin bahwa tidak akan ada anak – anak berusia 18 tahun ke
bawah, dengan alasan apapun, (baik alasan ekonomi, alasan sosial,
maupun adanya ancaman dari luar) masuk ke dalam bisnis prostitusi.
• Dikarenakan anak – anak yang terlibat dalam kegiatan prostitusi
merupakan korban eksploitasi, maka ECPAT mempromosikan
mekanisme hukum dan prosedur legal yang dapat melindungi dan
memperlakukan HAM anak – anak korban prostitusi dengan baik.
6
ECPAT, ECPAT’s Profile, www.ecpat.org, diakses 22 Juni 2010.
7
ibid
6
• Berusaha untuk menjamin bahwa semua tindakan pelecehan
seksual terhadap anak – anak dapat dijerat oleh hukum berskala
nasional maupun ekstra teritorial.
• Menentang pariwisata seksual anak dan mendorong industri
pariwisata untuk mengadopsi standar operasi pariwisata yang
ditetapkan ECPAT untuk dapat mengeliminir pariwisata seksual anak.
• Mengupayakan agar anak –anak di seluruh dunia dapat terhindar
dari bisnis prostitusi dengan cara mendirikan sekolah gratis untuk anak
– anak kurang mampu, mendirikan rehabilitasi mental untuk anak –
anak yang telah terperosok ke dalam bisnis prostitusi, dan
memberikan training – training bagi calon anggota baru yang bertugas
mendampingi anak – anak korban prostitusi.
7
menyelesaikan isu sekaligus meningkatkan citra suatu organisasi atau
perusahaan.
3. Terukur dan Terlihat Perkembangannya (Measureable
and Improvement Oriented), ukuran keberhasilan suatu strategi
komunikasi yang baik adalah terlihatnya suatu keberhasilan yang
signifikan dan dapat diukur. Baik melalui persentasi kenaikan laba,
bagi perusahaan yang berorientasi bisnis, maupun melalui perubahan
sosial yang terjadi di masyarakat yang disebabkan diluncurkannya
program - program sosial oleh organisasi nir-laba.
8
dihadapi oleh perusahaan atau organisasi dan kesempatan yang telah
ditetapkan. Objektif yang baik harus dapat memprediksi berapa lama
waktu yang akan terpakai.
9
masyarakat Thailand di daerah pedesaaan dan juga komunitas suku
perbukitan agar tidak menjual anak mereka ke dalam industri seks
komersial. Program ini dibagi menjadi dua fase, fase pertama
dilaksanakan tahun 1998 – 2000, dan fase kedua dimulai dari tahun
2001 sampai dengan 2004. Program ini mendapatkan suntikan dana
dari Taksvarkki Ry Dagsverke, suatu organisai yang berdomisili di
Finlandia, yang memberikan pelayanan kepada berbagai kalangan
komunitas di dunia dengan cara mendanai berbagai macam program
pengembangan internasional melalui sumbangan dana dari
masyarakat dan juga subsidi pemerintah.9 Dalam fase pertamanya
proyek ini terdiri dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh lima
organisasi grassroots di Thailand, yaitu: The Project of Cooperation for
Risk Prevention bekerjasama dengan Baan Huay Krai School;
Protection of Hill-Tribe Children from Sexual Exploitation Project
dengan Hill Area Development Foundation; New Path Project dengan
Lampoon Women and Youth; The Community Theatre Project on Issue
of Preventing the Child Sex Trade in Northern Thai Region dengan
Community Theatre Group; dan Life Quality Development Project to
Prevent Child Prostitution denganYMCA.10
9
http://www.taksvarkki.fi/kategoria.php?cat=100&lang=en diakses tanggal 23 juni 2010
10
Ibid. Hal . 2
11
ibid. hlm. 18
10
• Membangun insting dalam individu anak – anak mengenai bakat
yang mereka punya, agar dapat membuat keputusan yang tepat saat
meilih pekerjaan ketika mereka dewasa kelak.
Target dalam program ini adalah 500 murid kelas 5 sampai kelas
9 sekolah Baan Huay Krai, serta 20 keluarga dari murid seolah
tersebut. Program ini memilih murid – murid yang paling beresiko
terjun ke dalam praktek prostitusi, antara lain mereka yang telah
melakukan kegiatan seksual pada usia sekolah, mereka yang
cenderung royal dalam menghabiskan uang, dan mereka yang berasal
dari keluarga miskin dan orang tua yang bercerai.
11
mereka untuk belajar di sekolah. Banyak gadis remaja meninggalkan
desanya untuk bekerja sebagai buruh maupun pekerja tidak tetap
untuk membantu keluarga mereka.
13
ibid. hlm. 25
14
ibid. hlm. 24
12
• Mengubah sikap permisif tentang prostitusi anak menjadi sikap
penolakan tentang prostitusi anak kepada remaja dan anak – anak.
• Untuk mengatur 14 kelompok teater komunitas lokal di delapan
propinsi di Thailand utara.
Target sasaran dari proyek ini adalah daerah – daerah yang
memiliki tingkat penjualan maupun pembelian narkotika tertinggi,
daerah - daerah di mana penduduk desa tidak memiliki tanah dan
anak-anak mereka tidak memiliki kesempatan untuk belajar, daerah -
daerah di mana pada masa lalu kaum perempuannya telah menjadi
pekerja seks telah dan daerah – daerah di mana masyarakat menerima
kegiatan prostitusi sebagai hal yang biasa, di daerah – daerah
perkotaan dimana anak – anak dan remajanya memiliki masalah
broken home, masalah pelecehan seksual dan masalah anak – anak
jalanan, serta di daerah – daerah perbatasan di mana anak – anak
migran datang untuk bekerja di Thailand.
13
• Membuat jaringan antara pemerintah dan organisasi non-
pemerintah yang mempunyai misi yang sama dengan ECPAT, yaitu
melawan komersialisasi seks dengan perempuan dan anak-anak.
Target sasaran dari proyek ini di bagi menjadi tiga kelompok
yaitu anak – anak, dan dua kelompok orang dewasa, dan 70%nya
berada di daerah perbukitan. Kelompok pertama adalah anak – anak
yang mendapatkan beasiswa dari YMCA, ada 49 anak yang
mendapatkan beasiswa bulan September 1999, terdapat 39 anak-anak
dan 10 anak – anak Chiang Rai, Lampang dan Phayao distrik yang
mendapatkan beasiswa. Kelompok kedua adalah orang tua dari anak –
anak yang menerima beasiswa ini, baik secara formal maupun non-
formal di berikan pengajaran dan informasi tentang hak – hak anak
dan hak – hak seksual anak. Mereka juga diajari tentang bagaimana
mendapatkan penghasilan tambahan. Sekitar 10.000 perempuan di
wilayah sasaran juga mempelajari tentang masalah kesehatan
reproduksi. Kelompok terakhir adalah para guru di sembilan sekolah
dan 12 tokoh - tokoh masyarakat di wilayah sasaran, yang bertugas
untuk mengembangkan jaringan, guna saling berkomunikasi dan saling
bekerjasama untuk memberantas masalah prostitusi anak.
Key Public
14
operasional kegiatannya dari sumbangan para donatur. Para donatur
bagi organisasi non profit bukan pemerintah terdiri atas donatur
perorangan, organisasi, perusahaan atau bisa juga lembaga
pemerintah yang bersimpati dengan gerakan atau tujuan organisasi
bersangkutan. Organisasi ini sangat bergantung pada kegiatan
pengumpulan dana (fund raising). (Morissan: 2008: hlm. 90) Sehingga
tujuan utama strategi komunikasi bagi organisasi non profit bukan
pemerintah adalah menarik khalayak guna kegiatan pengumpulan
dana dan memberikan informasi kepada donatur sejauh mana
penggunaan dana yang sudah terkumpul. Tujuan lain adalah menarik
minat khalayak eksternal untuk menjadi sukarelawan atau menjadi
anggota organisasi.
15
Area Development Foundation; serta Donatur ECPAT adalah Taksvarkki
Ry Dagsverke. Sedangkan key public eksternal ECPAT adalah anak –
anak yang berusia antara 7 – 18 tahun, dan keluarga anak – anak
tersebut.
16