You are on page 1of 16

Analisis SWOT Organisasi ECPAT (End Child Prostitution in

Asian Tourism).

ECPAT awalnya adalah kampanye yang diluncurkan oleh ECTWT


(Economical Coalition in Third World Tourism), sebuah NGO (Non
Goverment Organization) yang bergerak untuk merespon masalah
prostitusi anak, menurut mereka prostitusi anak terjadi disebabkan
karena adanya dampak kegiatan pariwisata. Tahun 1988, ECTWT
meneliti masalah prostitusi anak ini di tiga negara Asia Tenggara,
Thailand, Filiphina, dan Sri Lanka. Hasil dari penelitian ini kemudian
dipresentasikan dalam sebuah pertemuan internasional, International
Consultation, yang diselenggarakan di Chiang May, Thailand, dan
dihadiri oleh 68 partisipan, yang merupakan perwakilan dari UNICEF,
The International Catholic Child Burreau (ICCBC), agen – agen
pemerintahan, universitas – universitas dan media.1 Hasil penelitian ini
melahirkan sebuah kampanye yang kemudian dikenal dengan nama
End Child Prostitution in Asian Tourism (ECPAT). Tahun 1996, melalui
kongres dunia, dimana ECPAT dan dibantu oleh UNICEF sebagai
penyelenggara kongres, menghasilkan Agenda for Action yang isinya
antara lain, mendirikan sebuah organisasi khusus yang bertugas
merespon dan melawan prostitusi anak di Asia Tenggara yang
diakibatkan oleh dampak pariwisata. Di tahun inilah ECPAT resmi
berdiri sebagai NGO, diketuai oleh Ron O’Grady dan berbasis di
Bangkok Thailand. Hingga kini terdapat 73 kelompok yang tersebar di
67 negara dalam jaringan ECPAT ini.
Masalah – masalah atau hambatan yang dihadapi ECPAT dalam
mensuskseskan tujuannya untuk memecahkan masalah prostitusi anak
dapat dilihat dari analisis lingkungan dibawah ini.

1
Jurnal ECTWT, Caught in Modern Slavery: Tourism and Child Prostitution in Asia, Bangkok, 1990,
hal.4.

1
Analisa Lingkungan

1. Faktor Ekonomi
Di Thailand, faktor utama yang mendorong anak – anak terjun ke
prostitusi adalah kemiskinan. Kemiskinan biasanya berhubungan
dengan buta huruf, kurangnya pilihan untuk bertahan hidup,
terbatasnya kesempatan kerja, serta keadaan keuangan keluarga yang
kurang baik .2 Anak – anak perempuan dari keluarga miskin ini
merupakan target utama agen yang merupakan kaki tangan dari
mucikari rumah bordil, yang berkeliling di pedesaan Thailand.
Sebagian keluarga miskin bahkan dengan sadar dan tanpa rasa
terpaksa memasukkan anak – anak perempuan mereka kedalam bisnis
prostitusi ini untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan
ekonomi mereka.

2. Faktor Sosial
Adanya diskriminasi gender di Thailand, diskriminasi ini berhubungan
dengan kebudayaan dan agama yang dianut oleh suatu masyarakat.
Agama yang paling dominan dianut oleh masyarakat Thailand adalah
Thai Buddhism, atau lebih dikenal dengan Theravada Buddhism.3
Menurut kepercayaan ini, untuk mencapai titik kehidupan yang paling
tinggi dengan menjadi biksu dan diharuskan anak laki – laki untuk
menjadi biksu sebelum dewasa. Hal ini karena adanya kepercayaan
reinkarnasi, bahwa seseorang setelah meninggal akan hidup lagi ke
dunia sebagai seseorang atau sesuatu yang berbeda dari kehidupan
sebelumnya. Reinkarnasi akan terus menerus berulang dan akan
terhenti apabila seseorang telah menjadi biksu, telah mencapai titik
kehidupan tertinggi, dan hanya anak laki – lakilah yang berhak menjadi

2
Baker, The Changing Situation of Children Prostitution in Northern Thailand; A Study of Changwat
Chiang Rai, Jurnal ECPAT, Bangkok, 2000, hal. 30.
3
Chodron, Theravada Buddhism: A Guide to Fearlessness in Difficult Times, dalam
www.thaiworldview.com/boudha/html. diakses tanggal 21 Juni 2010.

2
biksu. Wanita dianggap makhluk kedua, karena tidak dapat menjadi
biksu, dan tidak bisa mencapai titik kehidupan tertinggi. Akibatnya
banyak anak perempuan dengan sukarela dinikahi oleh laki – laki kaya
dengan imbalan uang, atau bahkan dijual ke seorang germo dan
dipaksa masuk ke dalam dunia industri seks komersial.

3. Faktor Teknologi
Merebaknya industri pariwisata seks anak ini, juga disebabkan oleh
teknologi internet yang menyediakan kemudahan akses bagi
pengguna pariwisata seks anak. Melalui ”search engine” seperti
Google atau Yahoo, serta menggunakan kata kunci ”Thai Sex”, dapat
menghasilkan berbagai macam informasi mengenai pariwisata seks di
Thailand. Website – website ini menyediakan berbagai informasi detail
tentang pariwisata seks anak, lengkap dengan harga, tempat tujuan,
serta bagaimana cara memperoleh pelacur anak. Semua informasi ini
dapat dengan mudah diakses melalui internet, ketersediaan informasi
ini memudahkan wisatawan seks anak dalam merencanakan
perjalanan mereka. Selain itu agen perjalanan wisata juga
mempublikasikan brosur pariwisata seks anak melalui internet.4

4. Faktor Politik
Selama perang Vietnam, Departemen Pertahanan Amerika Serikat
mempunyai perjanjian dengan pemerintah Thailand, agar pemerintah
Thailand dapat menyediakan program Rest and Relaxation bagi
prajurit – prajurit Amerika yang bertugas di Thailand.5 Dalam waktu
yang singkat terjadi peningkatan restoran, hotel, bar, dan klab malam
secara signifikan di daerah utara hingga selatan Pattaya, dan
peningkatan jumlah gadis – gadis yang menjadi penari dan ahli pijat.
Setelah berakhirnya perang Vietnam dan ditariknya pasukan Amerika
4
Dapat dilihat dalam http://www.travelsexguide.tv/thai.php atau
http://www.worldsexguide.org/thailand.html
5
Altman, Global Sex, University Of Chicago Press, Chicago, 2001. Hal. 11

3
dari kawasan Asia Tenggara, bisnis ini semakin berkembang ke arah
prostitusi terus dan merambah ke para wisatawan.

Analisa SWOT

Strength
• Jaringan ECPAT terdiri dari 73 kelompok dan tersebar di 67
negara
• NGO yang tidak berkecimpung dalam bidang politik, sehingga
keberadaannya dianggap tidak mengganggu kebijakan pemerintah.
• ECPAT adalah NGO yang konsisten mengatasi masalah prostitusi
anak, sehingga tujuan dan program kerja ECPAT selalu jelas dan tidak
melenceng dari Visi dan Misi organisasi.

Weakness
• Sebuah organisasi yang tidak berafiliasi dengan pemerintah,
sehingga pemerintah tidak merasa mempunyai peranan untuk
mensukseskan berjalannya proyek ECPAT.

Opportunities
• Mendapatkan dukungan dari perwakilan PBB dan yayasan –
yayasan yang bergerak di bidang Pemberantasan Prostitusi
Anak.
• Berpartner dengan NGO – NGO lokal dan universitas – universitas
di Thailand
• Dikarenakan project ECPAT yang lebih ditujukan untuk generasi
muda, serta berpartner dengan akademisi – akademisi muda di
Thailand, maka membuat ECPAT menjadi organisasi non profit yang
mempunyai tempat khusus di kalangan pemuda Thailand dan hal ini

4
memudahkan ECPAT dalam proses perekrutan anggota baru dan
pendekatan kepada masyarakat.

Threat
• Disebabkan project ECPAT yang lebih ditujukan kepada kalangan
keluarga miskin, seperti kesempatan bersekolah bagi anak yang
kurang mampu, memberikan dorongan kepada anak – anak agar lebih
mengerti hak – hak mereka, dan menanamkan pengertian bahwa
prostitusi anak adalah suatu hal yang melanggar hukum, hal ini
membuat ECPAT mendapat stigma bahwa project – projectnya
membuat keluarga miskin menjadi lebih miskin, disebabkan anak –
anak mereka menolak untuk dijual kepada mucikari rumah bordil dan
lebih memilih untuk bersekolah. Penolakan keras atas project ECPAT
ini adalaha ancaman kepada ECPAT untuk tidak melanjutkan program –
programnya.

Misi Dan Tujuan ECPAT

A. Analisa Misi dan Tujuan ECPAT (End Child Prostitution in


Asian Tourism)
Menurut Wilson dan Ogden dalam Strategic Communications
Planning (Fifth Edition: 2008: hal. 73), Goal adalah kalimat sederhana
yang mendeskripsikan tujuan dasar suatu perusahaan atau organisasi.
Goal atau misi tidak dapat dijabarkan secara kuantitas, tidak bisa di
pecah – pecah menjadi beberapa bagian, karena misi adalah tujuan
dasar suatu organisasi atau perusahaan. Sedangkan objective atau
tujuan adalah, tahapan – tahapan yang digunakan oleh suatu
perusahaan atau organisasi untuk mencapai misi atau tujuan dasar
perusahaannya. Tujuan harus spesifik, dapat diukur, dapat dicapai,
jangka waktu pencapaian tujuan tersebut dapat di prediksi, dan tidak
melenceng dari misi perusahaan atau organisasi.

5
Berdasarkan referensi, maka analisa Misi dan Tujuan ECPAT dijabarkan
sebagai berikut:

1. Misi
ECPAT International adalah organisasi nirlaba yang lintas politik
dan lintas agama dan bergerak mengatasi masalah – masalah anak,
pornografi dan perdagangan manusia di dunia. Misi ECPAT
International adalah berjuang bersama – sama dengan organisasi lain
yang mempunyai misi serupa, yaitu untuk mengeliminasi masalah
prostitusi anak, pornografi anak, dan perdagangan anak, serta
memberikan semangat pada berbagai komunitas penduduk di dunia
untuk ikut serta dalam menjamin agar semua pihak di belahan dunia
manapun dapat mengerti dan sadar akan hak – hak anak untuk tidak
dieksploitasi dalam bentuk apapun.6

2. Tujuan
Dalam rangka pencapaian misinya, maka ECPAT dilandasi oleh
misinya, merumuskan beberapa tujuan organisasinya, antara lain7:
• Menjamin bahwa tidak akan ada anak – anak berusia 18 tahun ke
bawah, dengan alasan apapun, (baik alasan ekonomi, alasan sosial,
maupun adanya ancaman dari luar) masuk ke dalam bisnis prostitusi.
• Dikarenakan anak – anak yang terlibat dalam kegiatan prostitusi
merupakan korban eksploitasi, maka ECPAT mempromosikan
mekanisme hukum dan prosedur legal yang dapat melindungi dan
memperlakukan HAM anak – anak korban prostitusi dengan baik.

6
ECPAT, ECPAT’s Profile, www.ecpat.org, diakses 22 Juni 2010.
7
ibid

6
• Berusaha untuk menjamin bahwa semua tindakan pelecehan
seksual terhadap anak – anak dapat dijerat oleh hukum berskala
nasional maupun ekstra teritorial.
• Menentang pariwisata seksual anak dan mendorong industri
pariwisata untuk mengadopsi standar operasi pariwisata yang
ditetapkan ECPAT untuk dapat mengeliminir pariwisata seksual anak.
• Mengupayakan agar anak –anak di seluruh dunia dapat terhindar
dari bisnis prostitusi dengan cara mendirikan sekolah gratis untuk anak
– anak kurang mampu, mendirikan rehabilitasi mental untuk anak –
anak yang telah terperosok ke dalam bisnis prostitusi, dan
memberikan training – training bagi calon anggota baru yang bertugas
mendampingi anak – anak korban prostitusi.

B. Formulasi tujuan (objectives) untuk mencapai misi (goal)


ECPAT
Terdapat 8 karakteristik yang harus dipenuhi agar suatu tujuan
mendapatkan predikat baik, atau berkarakter baik.

1. Tertulis (written). Suatu objective (tujuan) yang baik harus


tercatat, atau bila perlu di jadikan dalam bentuk buku panduan untuk
anggota tim yang lain. Gunanya adalah, apabila ada anggota tim yang
kehilangan arah, karena terjadinya perbedaan persepsi dengan
anggota yang lain tentang tujuan organisasi / perusahaan, maka
anggota tersebut dapat melihat buku panduan untuk menyelaraskan
kembali persepsinya dengan anggota tim yang lain.

2. Spesifik dan jelas (spesific and clearly defined), sasaran


dari tujuannya harus jelas, target tujuan dari strategi harus tepat.
Tidak bisa menggunakan satu strategi untuk menghadapi beragam isu
atau masalah, tidak bisa juga menggunakan satu strategi untuk

7
menyelesaikan isu sekaligus meningkatkan citra suatu organisasi atau
perusahaan.
3. Terukur dan Terlihat Perkembangannya (Measureable
and Improvement Oriented), ukuran keberhasilan suatu strategi
komunikasi yang baik adalah terlihatnya suatu keberhasilan yang
signifikan dan dapat diukur. Baik melalui persentasi kenaikan laba,
bagi perusahaan yang berorientasi bisnis, maupun melalui perubahan
sosial yang terjadi di masyarakat yang disebabkan diluncurkannya
program - program sosial oleh organisasi nir-laba.

4. Kredibel (Credibel), suatu strategi komunikasi yang masuk


akal, yang berbeda, dan dapat dipertanggung jawabkan, karena saat
strategi itu berhasil maka siapapun yang merasakan keberhasilan itu
akan percaya bahwa tim strategi komunikasi mereka yang telah
merumuskannya.

5. Diterima (Acceptable) Untuk dapat diterima sebuah objektif


itu harus sesuai dan mendukung misi dan tujuan perusahaan, dan
harus membahas isu-isu, masalah, dan perbaikan untuk manajemen.

6. Realistis dan dapat dicapai (Realistic and attainable),


berguna untuk menjaga agar objektif tetap spesifik dan jelas. Objektif
yang dibuat sebaiknya tidak terlalu sulit dicapai namun juga tidak
terlalu mudah. Objektif yang terlalu mudah dicapai akan membuat
pimpinan perusahaan atau organisasi memandang bahwa tim
komunikasi mereka tidak berani mengambil resiko.

7. Terikat Waktu (Time-bound), gunanya untuk menentukan


lamanya suatu strategi komunikasi akan digunakan (permasalahan
waktu tentang berapa lama strategi itu terpakai). Ukuran tentang
berapa lama akan dipakai ditentukan dari masalah – masalah yang

8
dihadapi oleh perusahaan atau organisasi dan kesempatan yang telah
ditetapkan. Objektif yang baik harus dapat memprediksi berapa lama
waktu yang akan terpakai.

8. Terikat dana (Budjet-bound), objektif yang baik harus dapat


mempertimbangkan berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk
mensukseskan tujuan perusahaan / organisasi. Sementara kita harus
memecahkan masalah dan mencapai tujuan, strategi yang kita
gunakan juga harus dapat mempertimbangkan budjet yang akan
terpakai. (Wilson & Ogden: 2008: hal. 78 - 80)

Dari delapan karakteristik di atas, akan penulis gunakan untuk


memformulasikan objektif – objektif ECPAT untuk mencapai misi
ECPAT. Misi ECPAT sendiri adalah berjuang bersama – sama dengan
organisasi lain yang mempunyai misi serupa, yaitu untuk
mengeliminasi masalah prostitusi anak, pornografi anak, dan
perdagangan anak, serta memberikan semangat pada berbagai
komunitas penduduk di dunia untuk ikut serta dalam menjamin agar
semua pihak di belahan dunia manapun dapat mengerti dan sadar
akan hak – hak anak untuk tidak dieksploitasi dalam bentuk apapun.
Adapun program ECPAT yang sesuai dengan formulasi objektif yang
baik adalah program kerjasama ECPAT dengan suatu NGO
internasional yang bernama Taksvarkki Ry Dagsvereke. Taksvarkki
adalah suatu organisasi di Finlandia yang kegiatan utamanya
mengumpulkan sumbangan masyarakat dan subsidi pemerintah agar
dapat menyediakan dana bagi pembangunan dan pengembangan
internasional.8 Program ini dikenal dengan ECPAT/Taksvarkki Child
Prostitution Preventation Project. Proyek ini antara lain memberikan
berbagai informasi, penyuluhan, kampanye, dan juga advokasi kepada
8
Sprouting Tree, Lessons Learned From ECPAT/Taksvarkki Child Prostitution Prevention Project
In Upper-North Thailand, ECPAT/Taksvarkki: Thailand, 2000. Hal. 18

9
masyarakat Thailand di daerah pedesaaan dan juga komunitas suku
perbukitan agar tidak menjual anak mereka ke dalam industri seks
komersial. Program ini dibagi menjadi dua fase, fase pertama
dilaksanakan tahun 1998 – 2000, dan fase kedua dimulai dari tahun
2001 sampai dengan 2004. Program ini mendapatkan suntikan dana
dari Taksvarkki Ry Dagsverke, suatu organisai yang berdomisili di
Finlandia, yang memberikan pelayanan kepada berbagai kalangan
komunitas di dunia dengan cara mendanai berbagai macam program
pengembangan internasional melalui sumbangan dana dari
masyarakat dan juga subsidi pemerintah.9 Dalam fase pertamanya
proyek ini terdiri dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh lima
organisasi grassroots di Thailand, yaitu: The Project of Cooperation for
Risk Prevention bekerjasama dengan Baan Huay Krai School;
Protection of Hill-Tribe Children from Sexual Exploitation Project
dengan Hill Area Development Foundation; New Path Project dengan
Lampoon Women and Youth; The Community Theatre Project on Issue
of Preventing the Child Sex Trade in Northern Thai Region dengan
Community Theatre Group; dan Life Quality Development Project to
Prevent Child Prostitution denganYMCA.10

1. The Project of Cooperation for Risk Prevention


bekerjasaama dengan Baan Huay Krai School11
Objektif:
• Membangun perlindungan bagi para murid dan mengajarkan
norma – norma serta tingkah laku yang bermoral
• Membangun rasa cinta kasih dan saling pengertian di setiap
keluarga

9
http://www.taksvarkki.fi/kategoria.php?cat=100&lang=en diakses tanggal 23 juni 2010
10
Ibid. Hal . 2
11
ibid. hlm. 18

10
• Membangun insting dalam individu anak – anak mengenai bakat
yang mereka punya, agar dapat membuat keputusan yang tepat saat
meilih pekerjaan ketika mereka dewasa kelak.
Target dalam program ini adalah 500 murid kelas 5 sampai kelas
9 sekolah Baan Huay Krai, serta 20 keluarga dari murid seolah
tersebut. Program ini memilih murid – murid yang paling beresiko
terjun ke dalam praktek prostitusi, antara lain mereka yang telah
melakukan kegiatan seksual pada usia sekolah, mereka yang
cenderung royal dalam menghabiskan uang, dan mereka yang berasal
dari keluarga miskin dan orang tua yang bercerai.

2. Protection of Hill-Tribe Children from Sexual Exploitation


Project bekerjasama dengan Hill Area Development
Foundation12
Objektif:
• Mempelajari berbagai faktor – faktor yang mengakibatkan anak –
anak masyarakat perbukitan masuk kedalam industri seks komersil.
• Menjamin bahwa anak – anak mengembangkan bakat dan
kemampuan mereka untuk melindungi diri mereka dari praktek
prostitusi anak.
• Mengembangkan kualitas hidup anak – anak komunitas
masyarakat di daerah perbukitan.
Target sasaran dari program ini adalah empat desa dan sekolah
ekstensi di sub distrik Pa Tung, dan distrik Mae Chan di propinsi Chiang
Rai; serta anak – anak yang berusia antara 7 sampai 18 tahun.
Komunitas penduduk perbukitan di Thailand mengalami masalah
keterbatasan kepemilikan lahan, erosi tanah, serta rendahnya kualitas
kesuburan tanah. Masalah – masalah ini berarti bahwa banyak
keluarga dari komunitas ini yang tak mampu mengirimkan anak
12
ibid. hlm. 27

11
mereka untuk belajar di sekolah. Banyak gadis remaja meninggalkan
desanya untuk bekerja sebagai buruh maupun pekerja tidak tetap
untuk membantu keluarga mereka.

3. New Path Project bekerjasama dengan Lampoon


Women and Youth13
Objektif:
• Meningkatkan kewaspadaaan, mencegah, dan memecahkan
masalah pelanggaran hak - hak anak dan masalah prostitusi anak.
• Memberi jaminan bahwa pola pikir anak – anak berdasarkan nilai
dan norma – norma kebudayaan setempat agar mereka mampu
melindungi diri mereka sendiri dari pengaruh gaya hidup kota besar
dan prostitusi.
• Menguatkan organisasi – organisasi anak agar dengan tujuan
agar mereka dapat melindungi diri dan komunitas mereka dari
pelanggaran hak anak dan prostitusi anak.
Target sasaran dari proyek ini adalah distrik Pasang, propinsi
Lampoon, Thailand yang berada tidak jauh dari kawasan industri,
penduduk di distrik tersebut miskin dan bercocok tanam merupakan
sumber pendapatan utama mereka. Remajanya banyak yang putus
sekolah dan mengisi waktu luangnya bekerja di pabrik, dan beberapa
anak – anak dan remaja di Lampoon terlibat dalam kegiatan seks
komersial,baik sebagai pembeli maupun sebagai penjual.

4. The Community Theatre Project on Issue of


Preventing the Child Sex Trade in Northern Thai Region
bekerjasama dengan Community Theatre Group14
Objektif:

13
ibid. hlm. 25
14
ibid. hlm. 24

12
• Mengubah sikap permisif tentang prostitusi anak menjadi sikap
penolakan tentang prostitusi anak kepada remaja dan anak – anak.
• Untuk mengatur 14 kelompok teater komunitas lokal di delapan
propinsi di Thailand utara.
Target sasaran dari proyek ini adalah daerah – daerah yang
memiliki tingkat penjualan maupun pembelian narkotika tertinggi,
daerah - daerah di mana penduduk desa tidak memiliki tanah dan
anak-anak mereka tidak memiliki kesempatan untuk belajar, daerah -
daerah di mana pada masa lalu kaum perempuannya telah menjadi
pekerja seks telah dan daerah – daerah di mana masyarakat menerima
kegiatan prostitusi sebagai hal yang biasa, di daerah – daerah
perkotaan dimana anak – anak dan remajanya memiliki masalah
broken home, masalah pelecehan seksual dan masalah anak – anak
jalanan, serta di daerah – daerah perbatasan di mana anak – anak
migran datang untuk bekerja di Thailand.

5. Life Quality Development Project to Prevent Child


Prostitution bekerjasama denganYMCA15
Objektif:
• Menghentikan bahaya ditipu atau dipaksa untuk memasuki
industri seks komersial kepada anak – anak maupun remaja.
• mengembangkan keterampilan dan sikap untuk anak-anak dan
keluarga dalam rangka memberantas eksploitasi seksual dan
menghormati orang lain.
• Mendukung kelompok masyarakat untuk memecahkan masalah
mereka dan mengurangi eksploitasi seksual di masyarakat
• Mendukung kelompok ibu rumah tangga dan kelompok remaja
perempuan dengan memberikan pelatihan tentang pembuatan
kerajinan tangan dan menjahit untuk mendapatkan penghasilan
tambahan.
15
ibid. hlm. 20

13
• Membuat jaringan antara pemerintah dan organisasi non-
pemerintah yang mempunyai misi yang sama dengan ECPAT, yaitu
melawan komersialisasi seks dengan perempuan dan anak-anak.
Target sasaran dari proyek ini di bagi menjadi tiga kelompok
yaitu anak – anak, dan dua kelompok orang dewasa, dan 70%nya
berada di daerah perbukitan. Kelompok pertama adalah anak – anak
yang mendapatkan beasiswa dari YMCA, ada 49 anak yang
mendapatkan beasiswa bulan September 1999, terdapat 39 anak-anak
dan 10 anak – anak Chiang Rai, Lampang dan Phayao distrik yang
mendapatkan beasiswa. Kelompok kedua adalah orang tua dari anak –
anak yang menerima beasiswa ini, baik secara formal maupun non-
formal di berikan pengajaran dan informasi tentang hak – hak anak
dan hak – hak seksual anak. Mereka juga diajari tentang bagaimana
mendapatkan penghasilan tambahan. Sekitar 10.000 perempuan di
wilayah sasaran juga mempelajari tentang masalah kesehatan
reproduksi. Kelompok terakhir adalah para guru di sembilan sekolah
dan 12 tokoh - tokoh masyarakat di wilayah sasaran, yang bertugas
untuk mengembangkan jaringan, guna saling berkomunikasi dan saling
bekerjasama untuk memberantas masalah prostitusi anak.

Key Public

Ruslan (1998) mendefinisikan pengertian publik internal dan


publik eksternal. Publik internal adalah publik yang menjadi bagian
dari unit/badan/perusahaan atau organisasi itu sendiri, sedangkan
publik eksternal adalah publik umum (masyarakat). (Ruslan: 2002:
hlm. 25) Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa key
public itu terbagi menjadi dua, khalayak utama internal yaitu para
pihak yang berkepentingan dengan organisasi / perusahaan, dan
khalayak utama eksternal yaitu masyarakat sendiri. Organisasi
nonprofit bukan pemerintah seperti ECPAT, menggantungkan

14
operasional kegiatannya dari sumbangan para donatur. Para donatur
bagi organisasi non profit bukan pemerintah terdiri atas donatur
perorangan, organisasi, perusahaan atau bisa juga lembaga
pemerintah yang bersimpati dengan gerakan atau tujuan organisasi
bersangkutan. Organisasi ini sangat bergantung pada kegiatan
pengumpulan dana (fund raising). (Morissan: 2008: hlm. 90) Sehingga
tujuan utama strategi komunikasi bagi organisasi non profit bukan
pemerintah adalah menarik khalayak guna kegiatan pengumpulan
dana dan memberikan informasi kepada donatur sejauh mana
penggunaan dana yang sudah terkumpul. Tujuan lain adalah menarik
minat khalayak eksternal untuk menjadi sukarelawan atau menjadi
anggota organisasi.

Penentuan Key Public ECPAT


Key Public internal ECPAT adalah struktur organisasi lembaga itu
sendiri, partner kerjasama ECPAT, dan donatur ECPAT. Struktur
organisasi ECPAT terbagi atas tiga bagian utama yaitu: International
Assembly, ECPAT Board, dan ECPAT Secretariat.16. International
Assembly, merupakan badan ECPAT yang tertinggi dalam struktur
organisasi. Badan tersebut terdiri dari 24 national groups dan 44
affiliate groups (12 di Afrika, 14 di Amerika, 17 di Asia, 3 di Timur
Tengah dan Afrika Utara, 21 di Eropa, dan 3 di Pasifik), ECPAT Board,
dikepalai oleh seorang Chair Person, dan membawahi 8 regional
representatives dari berbagai kawasan (Afrika, Amerika Utara, Amerika
Latin, Asia Timur, Pasifik, Eropa Timur, dan Eropa Barat), serta i Youth
Representative,ECPAT Secretariat, diketuai oleh 1 direktur eksekutif
dan berkantor pusat di Bangkok, Thailand. Partner kerja ECPAT adalah;
1) Ban Huay Krai School, Mae Sai District, Chiang Rai; 2) YMCA
Bangkok, Phayao Branch; 3)Community Theatre Group, Chiang Mai;
4)Lampoon Women and Youth Project, Pasang District, Lampoon; 5)Hill
16
http://www.ecpat.net/EI/Ecpat_network.asp diakses tanggal 24 juni 2010

15
Area Development Foundation; serta Donatur ECPAT adalah Taksvarkki
Ry Dagsverke. Sedangkan key public eksternal ECPAT adalah anak –
anak yang berusia antara 7 – 18 tahun, dan keluarga anak – anak
tersebut.

Strategi Pengiriman Pesan

16

You might also like