You are on page 1of 8

MENCEGAH DAN MENGOBATI TYPHUS

Tyhpus adalah penyakit infeksi akut usus halus. Nama lain typhus adalah typhus abdominalis.
Penyebabnya adalah kuman Salmonella Typhi. Penularan S. Typhi terjadi melalui mulut oleh
makanan yang tercemar. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oelh asam
lambung. Sebagian lagi msuk keusus halus, mencapai jaringan lemfe dan berkembang biak.
Kuman-kuman selanjutnya masuk ke jaringan beberapa organ tubuh, terutama limpa,usus dan
kandung empedu. Demam pada typhus disebabkan karena S, tyhpi dan endotoksinnya
merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen (menimbulkan panas) pada jaringan yang
meradang
Patologi

Kelainan patologik utama di usus halus, terutama di usus halus bagian distal (bawah). Pada minggu
pertama pernyakit terjadi hyperplasia (pembesaran sel-sel) plaks Peyer, disusul minggu kedua terjadi
nekrosis (pembususkan) dan dalam minggu ketiga ulserasi plaks peyer dan selanjutnya dalam
minggu keempat penyembuhan ulkus (luka-luka) dengan meninggalkan sikatriks (jaringan perut).
Ulkus berbentuk lonjong dengan sumbu memanjang sejajar dengan sumbu usus.

Hati membesar dengan infiltrasi limfosir, zat plasma dan sel mononuclear, serta tedapatnekosis
fokal. Sistem retiku loendotelial menunjukkan hyperplasia dan kelenjar-kelenjar mesenterial dan
disertai pembesaran limpa.

Gambaran Klinis

Masa tunas penyakit typhus berlangsung 10 sampai 14 hari. Gejala yang timbul amat bervariasi.
Gambaran penyakit bervariasi dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran
penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian. Dalam minggu pertama penyakit, keluhan dan
gejala serupa dengan penyakit infeksi akut. Pada umumnya yaitu demam,nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, tidak nafsu makan, mual, muntah, obstipasi (diare ), perasaan tidak enak diperut, batuk. Pada
pemeriksaan fisik hanya ditemukan suhu badan meningkat. Dalam minggu kedua gejala-gejala
menjadi lebih jelas berupa demam, denyut jantung relative lambat, lidah yang khas (kotoran
ditengah, tepid an ujung merah dan tremor/bergetar, hati membesar, limpa membesar, gangguan
mental bisa koma atai psikosis.

Reaksi widal adalah suatu reaksi pengendapan antara antigen dan antibody (aglutinin). Agglutinin
yang spesifik terdapat pada serum penderita penyakit typhus. Maksud reaksi widal adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita yang disangka menderita penyakit thypus.

Komplikasi yang mungkin timbul

1.Komplikasi intestinal
a.Perdarahan usus
b.Usus pecah (perforasi)
c.Lumpuhnya usus halus (ileus paralitik)
2.Komplikasi ekstra-intestinal
a.komplikasi kardiovaskuler seperti trombosit, renjatan sepsis.
b.Komplikasi darah seperti anemi hemolitik
c.Komplikasi paru seperti pnemoni
d.Komplikasi hati dan kandung empedu berupa radang hati dan kolesistitis (radang kandung
empedu)
e.Komplikasi ginjal : glomerulone phritis
f.Komplikasi tulang : arthritis, osteomielitis
g.Komplikasi neuropsikiatrik seperti meningitis, polyneuritis.

Pencegahan

Untuk pencegahan penyakit typhus dapat dibagi dalam :


1.Usaha terhadap lingkungan hidup
-Penyediaan air minum yang memenuhi syarat
-Pembuangan kotoran manusia yang higenis
-Pemberantasan lalat
-Pengawasan terhadap rumah-rumah makan dan penjual-penjual makanan

2.Usaha terhadap manusia


-Imunisasi
-Menemukan dan mengawasi carrier typhoid
-Pendidikan kesehatan kepada masyarakat

Penggunaan Tanaman Obat untuk mengatasi penyakit Thypus

Selain beberapa usaha pencegahan diatas, jika sudah terjadi penyakit perlu dilakukan pengobatan.
Pengobatan medis konvensial sudah umum dilakukan utnuk mengatsi ganguan thypus. Namun disisi
lain obat herbal dapat dijadikann sebagai suatu pilihan untuk kesembuhan pasien. Beberapa
tanaman obat sepetri Sambiloto, Bidara Upas, rumput mutiara dan temulawak dapat digunakan
untuk membantu mengatasi penykait thypus. Herbal tersebut mempunyai fungsi penurun panas,
anti radang, meningkatkan kekebalan, menghilangkan racun dan melancarkan peredaran darah.

Tanaman obat yang digunakan :

1. Sambiloto (Andrographis paniculata)

Tanaman ini mempunyai fungsi penurun panas /demam, selain sebagai antiracun dan antibengkak.
Cukup efektif untuk mengatasi infeksi dan merangsang phagocytosis dan meningkatkan kekebalan
tubuh seluler. Bagian tanaman ini diolah menjadi obat berbentuk kapsul. Cara pengunaannya : 3 x 1
kapsul (pagi, siang, sore ) 1 jam sebelum makan.

2. Bidara Upas (Merremia mammosa)


Tanaman ini mempunyai fungsi sebagai anti ardang dan juga mengurangi rasa sakit (analgesic) serta
menetralkan racun. Bagian tanaman ini diolah menjadi obat berbentuk kapsul. Cara pemakaian : 3 x
1 Kapsul / hari.

3. Rumput Mutiara

Tanaman ini mempunyai fungsi sebagai penghilang panas dan anti radang, selain itu juga berperan
dalam mengaktifkan peredaran darah. Bagian tanaman ini diolah menjadi obat berbentuk kapsul.
Cara pemakaian: 3 x 1 kapsul/hari.

4. Temulawak

Tanaman ini mempunyai sifat bakteriostatik dan berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh dan anti
inflasma (pembengkakan). Bagain tanaman ini diolah menjadi obat berbentuk kapsul. Cara
pemakaian : 3 x 1 kapsul / hari.

Selamat mencoba,

Typhus Abdominalis
Author: Agus Waluyo

24 Agu

Saat – saat ini saya dalam proses recovery dari typhus, kelihatannya penyakit yang empat
bulan lalu menjangkiti saya kambuh lagi, tetapi sekarang sudah agak lumayanlah. Sudah
mulai enak makan lagi. Saya postingkan tentang penyakit typhus itu seperti apa. Informasi ini
saya dapatkan dari poliklinik kampus ITS, jadi bisa dijamin kebenarannya, walaupun saya
belum konsultasi dengan teman weblog yang pada calon dokter ..

Penyebab :
Kuman Salmonella Typhosa

Cara Penularan :
- Melalui kontak langsung
- Melalui makanan yang tercemar oleh kuman dengan perantara lalat atau air cucian bekas
penderita.
- Warung makanan/minuman.

Gejala :
- Penderita tampak sakit
- Suhu tubuh meningkat (panas) kadang disertai menggigil
- Nafsu makan hilang, dapat disertai nek dan muntah
- Bisa mencret atau bahkan beberapa hari sulit kebelakang
- Rasa sakit diperut dengan lokasi yang tidak jelas
- Bila melakukan kegiatan fisik badan terasa sangat lelah
- Kadang – kadang disertai sulit tidur

Periksaan penunjang :
- Widal dengna titer lebih dari 1/80, 1/160 dst, semakin kecil titrasi menunjukkan semakin
berat penyakitnya.
- Hati – hati dengan penyakit lain yang menyertai misalnya demam berdarah atau hepatitis
(sakit kuning)

Pengobatan :
- Antibiotika spesifik biasanya menggunaan chloromycetin atau generasi barunya
thiamphenicol. Pemberian biasanya 3 kali sehari yang terbagi rata tiap 8 jam. Agar tidak
mengganggu waktu tidur pemberian obat bisa diatur pada jam 05.00/06.00-13.00/14.00-
21.00/22.00. Obat ini tidak menimbulkan iritasi lambung oleh sebab itu dapat diminum tanpa
didahului makan, bisa juga diminum dengan air teh, atau dengan biskuit sepotong.
- Istirahat total, penyakit ini menguras energi tubuh, oleh sebab itu agar membantu
mempercepat kesembuhan perlu istirahat yang cukup dan tidur yang nyenyak, bila perlu
untuk 3 hari pertama dapat dibantu dengan pemberian obat tidur.
- Makanan rendah serat, dengan nilai gizinya perlu cukup kalori dan protein, namun dalam
bentuk cair atau lunak. Contohnya bubur bayi, bubur beras, bubur sumsum, lontong, roti
tawar/manis, biskuit. Bila mencret tidak boleh minum susu tetapi bila tidak sangat
dianjurkan.
- Protein yang mudah dicerna seperti telur rebus, sop ayam tanpa sayur, soto ayam, semur
ayam atau daging, dan bakwan tanpa saos.

Pantangan :
- Sayur – sayuran tinggi serat (bayam, kangkung, dll)
- Pedas (cabe, merica)
- Pada lima hari pertama buah – buahan juga tidak diperkenankan, kecuali air jeruk yang
diminum sesudah makan.
Gejala dan tanda-tanda penderita Kolera
Mei 2, 2008 Dimas Bagus Parasdya Tinggalkan komentar Go to comments
 Gejala dan Tanda Penyakit Kolera

Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2 minggu belum
merasakan keluhan berarti, Tetapi saat terjadinya serangan infeksi maka tiba-tiba terjadi diare
dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan samarnya
jenis diare yg dialami.

Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang
ditampakkan, antara lain ialah :
- Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
- Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih
keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang
menusuk.
- Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan
gumpalan-gumpalan putih.
- Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
- Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah
merasakan mual sebelumnya.
- Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
- Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tanda-
tandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan
lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang
dapat mengakibatkan kematian.

Penyakit Kolera (Cholera)

Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan
oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya)
pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat,
akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan
masuk pada kondisi dehidrasi.

Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut kearah hipovolemik dan
asidosis metabolik dalam waktu yang relatif singkat dan dapat menyebabkan kematian bila
penanganan tidak adekuat. Pemberian air minum biasa tidak akan banyak membantu,
Penderita (pasien) kolera membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan garam (Normal
saline) atau bentuk cairan infus yang di mix keduanya (Dextrose Saline).

 Penyebaran Penularan Penyakit Kolera


Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun
sudah banyak penelitian bersekala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi
suatu tantangan bagi dunia kedokteran modern. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan
menyebar melalui feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini
mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air
tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga.

Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan dengan
air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri
kolera, Bahkan air tersebut (seperti disungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang
bermukim disekitarnya.

 Gejala dan Tanda Penyakit Kolera


Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2 minggu belum
merasakan keluhan berarti, Tetapi saat terjadinya serangan infeksi maka tiba-tiba terjadi diare
dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan samarnya
jenis diare yg dialami.

Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang
ditampakkan, antara lain ialah :
- Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
- Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih
keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang
menusuk.
- Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan
gumpalan-gumpalan putih.
- Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
- Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah
merasakan mual sebelumnya.
- Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
- Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tanda-
tandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan
lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang
dapat mengakibatkan kematian.

 Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kolera


Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mandapatkan penaganan segera,
yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal.
Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat bagi penderita yang
banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan
terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti
Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu
48 jam dapat menghentikan diare yang terjadi.

Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang wabah penyakit kolera pemberian
makanan/cairan dilakukan dengan jalan memasukkan selang dari hidung ke lambung (sonde).
Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat tidak dapat diatasi (meninggal dunia),
sedangkan sejumlah 1% penderita kolera yang mendapat penanganan kurang adekuat
meninggal dunia. (massachusetts medical society, 2007 : Getting Serious about Cholera).

 Pencegahan Penyakit kolera


Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip
sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada
tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah
dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai
sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah
(lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang.

Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya
mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di
sterilisasi, searangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi
kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita.

Penyebaran Penularan Penyakit Kolera(cholera)

Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan
oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya)
pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat,
akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan
masuk pada kondisi dehidrasi.

Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut kearah hipovolemik dan
asidosis metabolik dalam waktu yang relatif singkat dan dapat menyebabkan kematian bila
penanganan tidak adekuat. Pemberian air minum biasa tidak akan banyak membantu,
Penderita (pasien) kolera membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan garam (Normal
saline) atau bentuk cairan infus yang di mix keduanya (Dextrose Saline).

 Penyebaran Penularan Penyakit Kolera


Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun
sudah banyak penelitian bersekala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi
suatu tantangan bagi dunia kedokteran modern. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan
menyebar melalui feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini
mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air
tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga.

Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan dengan
air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri
kolera, Bahkan air tersebut (seperti disungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang
bermukim disekitarnya.

 Gejala dan Tanda Penyakit Kolera


Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2 minggu belum
merasakan keluhan berarti, Tetapi saat terjadinya serangan infeksi maka tiba-tiba terjadi diare
dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan samarnya
jenis diare yg dialami.

Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang
ditampakkan, antara lain ialah :
- Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
- Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih
keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang
menusuk.
- Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan
gumpalan-gumpalan putih.
- Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
- Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah
merasakan mual sebelumnya.
- Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
- Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tanda-
tandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan
lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang
dapat mengakibatkan kematian.

 Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kolera


Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mandapatkan penaganan segera,
yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal.
Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat bagi penderita yang
banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan
terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti
Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu
48 jam dapat menghentikan diare yang terjadi.

Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang wabah penyakit kolera pemberian
makanan/cairan dilakukan dengan jalan memasukkan selang dari hidung ke lambung (sonde).
Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat tidak dapat diatasi (meninggal dunia),
sedangkan sejumlah 1% penderita kolera yang mendapat penanganan kurang adekuat
meninggal dunia. (massachusetts medical society, 2007 : Getting Serious about Cholera).

 Pencegahan Penyakit kolera


Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip
sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada
tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah
dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai
sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah
(lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang.

Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya
mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di
sterilisasi, searangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi
kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita

You might also like