Professional Documents
Culture Documents
Hi
Fakultas : Syariah
R
O
N
T
SKRIPSI
A Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Meraih Gelar Sarjana Hukum Islam (S.HI)
Pada Jurusan Akhwalul Syakhsyah
O
Oleh :
MINSYAI MOKOGINTA
NIM : 03 021 285
2
0
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
0 SULTAN AMAI GORONTALO
2009
Semoga…………..
2
0
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
Skripsi
O STATUS ANAK ZINA DALAM HAK WARISAN MENURUT
HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
Yang disipkan dan disusun
R Oleh:
Minsyai Mokoginta
Nim:03 021 285
Mahasiswa Jurusan Ahwal Syakhshiyah
O Telah dipertahankan di depan sidang Munaqasyah Skripsi
Pada Tanggal 26 Oktober 2009/07 Dzulqaidah 1430 H
Dewan Munaqasyah Skripsi
N Ketua Sekretaris
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
Anak Zina dalam Hak Warisan Menurut Hukum Positif Dan Hukum Islam”
T Secara keseluruhan adalah benar-benar karya asli sendiri dan bukan merupakan
A jiplakan, kecuali bagian-bagian yang dirujuk sumbernya dan disebut dalam daftar
pustaka. Apabila pernyataan dikemudian hari tidak benar, maka yang bertanda
akademik.
Yang Menyatakan,
2
Minsyai Mokoginta
0 NIM : 03 021 0285
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
R NOTA DINAS
O Lampiran
Hal
: 4 eksamplar
: Penyerahan Skripsi
N Kepada Yth;
Dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
L bahwa Skripsi saudara Minsyai Mokoginta NIM: 03 021 285 yang berjudul
“Status Anak Zina dalam Hak Warisan Menurut Hukum Positif Dan Hukum
Islam”, telah dapat diajukan ke sidang munaqasyah skripsi, dan bersama ini kami
O kirimkan naskahnya.
Wassalamu alaikum wr.Wb
Gorontalo, 23 Oktober 2009
Pembimbing I,
2
Drs. Lahaji, M.Ag
Nip: 1961.04141992.203001
0
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
R
NOTA DINAS
O Lampiran
Hal
: 4 eksamplar
: Penyerahan Skripsi
N Kepada Yth;
Dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
L bahwa Skripsi saudara Minsyai Mokoginta NIM: 03 021 285 yang berjudul
“Status Anak Zina dalam Hak Warisan Menurut Hukum Positif Dan Hukum
Islam”, telah dapat diajukan ke sidang munaqasyah skripsi, dan bersama ini kami
O kirimkan naskahnya.
Wassalamu alaikum wr.Wb
Gorontalo, 23 Oktober 2009
Pembimbing II,
2
Drs. Syafrudin Katili, M.HI
Nip : 150 254 135
0
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
ABSTRAK
O Mokoginta, Minsyai, 2009. Status Anak Zina dalam Hak Waris Menurut
Hukum Positif Dan Hukum Islam. Pembimbing I Drs. Lahaji, M.Ag,
Pembimbing II Drs. Syafrudin Katili M.H.I
R Kata Kunci : Anak, Zina, Warisan,Hukum Positif, Hukum Islam.
A yaitu nazab dari seorang ayah, sementara nazab adalah salah satu penentu garis
keturunan dan dengan nazab wrisan dapat diketahui siapa yang berhak dan
tidaknya dalam penerimaan warisan.
Skripsi ini membahas tentang “Status Anak Zina dalam Hak Waris
L menurut Hukum Positif dan Hukum Islam” Metode Penelitian menggunakan
Jenis penelitian deskriptif yang lebih menekankan pada data berupa narasi kata-
kata dan bukan pada data berupa angka-angka. Pembahasan skripsi ini
menggunakan metode pengkajian kepustakaan atau Library research.. Library
O Research, yaitu karya ilmiah yang didasarkan pada studi literatur atau pustaka.
Oleh sebab itu, penulisan karya ilmiah ini akan di lakukan berdasarkan atas hasil
studi terhadap beberapa bahan pustaka yang berkaitan dengan Anak Zina atau
anak diluar nikah dan Warisan. Adapun cara yang digunakan pada tahap yaitu
kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
Hasil Penelitian menemukan bahwa adanya persamaan dan perbedaan
sudut pandang antara hukum positif dan hukum Islam dalam hal nazab dan hak
2 warisan anak zina. Dalam hukum positif meskipun hubungan nazab tealah
terputus dari ayah kandung namun anak zina teta mndapatkan hak warisan yaitu
1/3 x Jumlah anggota waris yang sah bersama anak diluar nikah = hasil, atau
bagian yang diserahkan kepada anak diluar nikah, sementara sisa warisan dari
0 pembagian anak diserahkan kepada Negara. Sedangkan menurut hukum Islam
anak zina atau anak diluar nikah tidak mendapatkan hak waris karena telah
terputus nazabnya dari ayah kandungnya.
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
KATA PENGANTAR
O
R
Alhamdulillahir rabbi’lalamin. Puji syukur atas karunia dan segenap
O Rahman dan Rahim-Nya Allah. Andaikata seluruh lautan dijadikan tinta dan
curahan nikmat yang direngguk setiap mahluk dalam setiap tarikan nafas.
T Sholawat dan salam tak lupa pula penulis haturkan kehariban baginda
A mengeluarkan manusia dari alam kegelapan kea lam yang terang benderang, dari
alam kebodohan kealam yang penuh hidayah. Semoga rahmad dan magfirah tetap
tabi’-tabi’in dan Isnya Allah akan sampai pada umat Islam akhir zaman yang
Demikan pula penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin
tersusun dengan sendirinya tanpa bantuan dari berbagai pihak serta masih jauh
dari kesempurnaan. Olehnya itu dengan segala ketulusan dan keikhlasan hati yang
2 paling dalam penulis menyampaikan pengahargaan dan ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
0 1. Ayah dan Ibu yang tercinta J. Mokoginta, A.M.Pd dan Selvia Kondag,
3. Drs. Lahaji, MAg selaku dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
R dan sebagai dosent Pembimbing I. kepada bapak terimah kasih banyak
N 4. Drs. Syafrudin Katili, M.HI selaku dosen pembimbing II, yang dengan
A Kepada Bapak terimah kasih banyak semoga segala amal ibadah bapak
L 6. Dr. Sofyan A.P. Kau, M.Ag yang selalu bersedia memberikan kritikan
O terima kasih banyak yang tak terhingga, semoga kasana keilmuan bapak
0 9. Dra. Aisma Maulasa, M.Th.I selaku pembantu Dekan III yang selalu
harapan kalian.
R 11. Teman spcialku Nikma Al Hamid yang selalu setia menemani dan
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka untuk itu penulis sangat
L
Gorontalo, October 2009
O Penulis,
Minsyai Mokoginta
Nim : 03 021 285
2
0
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
PedomanTransliterasi Arab-Latin
O
a. Konsonan
R Arab Latin Arab Latin Arab Latin
L __ = a ا = â
__ = I ي = î
و = û
O __ = u
d. Diftong d. Pembauran
او = au ٲل = al
= اي ai ٲﻟﺲ = al
2
= او au وٲل = wa
0
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
DAFTAR ISI
O LEMBAR JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN…………................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ iii
R NOTA DINAS ...................................................................................................... iv
ABSTRAK............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR.......................................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... ix
O DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
T E. MetodePenelitian ............................................................................ 6
2 BAB IV PENUTUP………………………......................................................... 57
A. Kesimpulan .................................................................................... 57
B. Saran............................................................................................... 58
0 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 59
RIWAYAT HIDUP
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
BAB I
O PENDAHULUAN
R A. Latar Belakang
N seorang anak. Anak dalam setiap keluarga dapat dikatakan sebagai modal setiap
orang tua untuk masa depannya bukan hanya kebanggaan sesaat pada saat
T sekarang.
Ada banyak orang tua lupa bagaimana anak sebagai modal, tapi secara
A umumnya anak hanya diupayakan menjadi kebanggaan pada saat sekarang. Jika
seorang anak hanya diharapkan untuk menjadi kebanggaan pada saat sekarang
L maka cukuplah jika anak itu memiliki kesuksesan yang kita banggakan pada saat
O setiap orang tua? Tentu dalam hal ini anak-anak tidak cukup hanya dengan
kehebatan intelektualnya tapi rohani dan kejiwaan anak harus dibentuk semasa
Jika gagal orang tua memperhatikan anak-anak secara awal maka ada
2 kemungkinan besar kegagalan bisa terjadi di masa-masa kemudian seorang anak.
Jadi, jangan heran kalau ada orang tua saat usia tuanya kecewa karena tidak dapat
0 memiliki seperti apa yang diharapkannya dari anaknya, jelas semua itu tidak
0 berarti anak tidak tahu balas budi, dan kesalahan itu ditimpakan kepada anak-
anaknya, melainkan orang tua harus koreksi kesalahan apa saja yang telah dia
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
lakukan dan berikan kepada anak sehingga akhirnya anak harus terbentuk dengan
O keadaan seperti ini ketika dia sudah tua, tak mampu lagi berjuang bahkan ia hanya
keluarga, tapi setidaknya keluarga itu merasa ada penerus keterunan atau
O generasinya. Jika setiap keluarga menginginkan keturunan atau kehadiran buah
N hati, maka pernakah kita berfikir bahwa diluar sana ternyata banyak anak yang
berifikir kebalikan dari apa yang kita fikirkan yaitu anak yang tidak mempunyai
T status orang tua yang tidak jelas, sesungguhnya mereka berfikir dan menginginkan
A Seorang anak dikatakan sempurna apabila anak itu dapat diam dengan baik
dalam keluarga orang tuanya. Setiap anak akan tetap menjadi anak dalam keluarga
L orang tuanya. Dia tidak pernah disebut ‘mantan anak’ atau ‘bekas anak’. Anak
dalam rumah tangga orang tuanya menunjukkan adanya tanggung jawab yang
Ciri khas orang tua adalah orang tua yang bertanggung jawab untuk
alasan apapun bagi semua orang tua untuk melepaskan tanggung jawab mengasuh
2 anak dengan menitip anak dan berharap sepenuhnya orang lain bertanggung jawab
0 membina hubungan baik dengan cara meluangkan sedikit waktu setiap hari atau
Anak itu penting bagi sebuah keluarga bukan hanya penerus keturunan
R melainkan sebagai ahli waris keluarga. Tentulah anak itu tidak semata-mata
dibiarkan begitu saja untuk menjadi pewaris yang baik, bertumbuh dengan
O sendirinya. Anak adalah ahli waris dari segala yang dimiliki orang tuanya tentu
T buah hati itu akan ada harapan orang tua dikemudian hari dan menjadi penerus
serta ahli waris dari segala apa yang orang tua miliki. Maka pertanyaanya
A bagaimana dengan mereka anak-anak yang lahir diluar nikah atau anak zina? Jika
anak adalah penerus dan pewaris dari semua apa yang dimiliki orang tuanya baik
L materil maupun amanah maka tentunya hal ini mungkin berseberangan dengan
kehidupan anak yang lahir diluar nikah atau anak zina, betapa tidak bersimpangan
O jika anak fungsinya adalah penerus dan pewaris, maka apa yang mereka harus
teruskan dan apa yang mereka warisi, Jika ada yang ingin diteruskan berupa
wasiat dan warisan maka dari mana wasiat dan warisan itu mereka dapati? Tentu
jawabanya tidak ada penerusan wasiat dan warisan bagi mereka anak yang lahir
2 diluar nikah karena mereka tidak mempunyai status orang tua yang jelas yaitu
nazab dari seorang ayah, sementara nazab adalah salah satu penentu garis
0 keturunan dan dengan hal ini siapa yang berhak dan tidaknya dalam penerimaan
Hal itu menurut penulis adalah sebuah problem yang serius di tengah-
O tengah masyarakat dan harus tanggapi dengan jelas secara normatif agar anak
yang lahir diluar nikah atau anak zina mempunyai status hukum waris yang jelas
R karena dalam masyarakat hampir tidak ada bedanya antara anak sah dan anak
diluar nika atau anak zina dalam hal status kewarisan, entah hal itu dilakukan
O karena dasar kesengajaan atas pertimbangan hal-hal tertentu ataukah ketidak
N tahuan masyarakat sendiri atas dasar hukum baik secara hukum positif (perdata)
T Persamaan status anak sah dan anak diluar nikah dalam kehidupan
A kesenjangan dalam pembagian harta karena terkadang bagian anak sah sering
dibagikan tidak sesuai dengan tuntunan Syara’ padahal sang ayah yang
L meninggalkan harta warisan kepada anak sahnya atau anak kandung adalah
beragama Islam, sementara anak diluar nikah atau anak zina dari ayah yang
O meninggalkan harta warisanya dalam pembagian harta waris sang ayah lebih
cenderung menyerahkan harta kepada anaknya diluar nikah karena atas dasar
kecenderungan kasih sayang dari orang tuanya yang mungkin anak zina tersebut
N 1. Untuk mengetahui status anak zina dalam warisan menurut hukum pidana
positif.
T 2. Untuk mengetahui status anak zina dalam warisan menurut hukum Islam.
L D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Akademik
0 2. Kegunaan Praktis
N 1. Jenis Pendekatan
T penelitian deskriptif yang lebih menekankan pada data berupa narasi kata-kata
studi literatur atau pustaka. Oleh sebab itu, penulisan karya ilmiah ini akan di
O lakukan berdasarkan atas hasil studi terhadap beberapa bahan pustaka yang
berkaitan dengan Anak Zina atau anak diluar nikah dan Warisan. Adapun cara
yang digunakan pada tahap yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
2 3. Sumber Penelitian
a. Sumber Primer
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
b. Sumber Sekunder
keseluruhan memaknai hukum pidana positif dan hukum Islam. Berdasarkan itu,
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
R
O
N
T
A
L
O
2
0
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
BAB II
O LANDASAN TEORI
Pengertian anak zina atau anak yang lahir diluar nikah secara umum
O adalah anak yang di lahirkan seorang perempuan, sedangkan perempuan itu tidak
berada dalam ikatan perkawinan yang sah dengan pria yang menyetubuhinya.
N Sedangkan pengertian diluar nikah adalah hubungan seorang pria dengan seorang
perlukan.
A Menurut Riana Kesuma Ayu, SH. MH. Mengatakan bahwa anak di luar
L kawin adalah anak yang di lahirkan seorang perempuan, sedangkan perempuan itu
tidak berada dalam ikatan perkawinan yang sah dengan pria yang
hubungan mereka tidak dalam ikatan perkawinan yang sah menurut hukum positif
2 Menurut H. Herusuko anak yang lahir diluar nikah atau anak zina
0 adalah (1) anak yang dilahirkan oleh seorang wanita, tetapi wanita tersebut tidak
dari seorang wanita, kelahiran tersebut diketahui dan dikehendaki oleh salah satu
O atau ibu bapaknya, hanya saja salah satu atau kedua orang tuanya itu masih terkait
dengan perkawinan yang lain; anak yang lahir dari seorang wanita tetapi pria yang
R menghamilinya itu tidak diketahui, misalnya akibat korban perkosaan: (4) anak
yang lahir dari seorang wanita dalam masa iddah perceraian, tetapi anak yang
O dilahirkan itu merupakan hasil hubungan dengan pria yang bukan suaminya. Ada
N kemungkinan anak di luar kawin ini dapat diterima oleh keluarga kedua belah
pihak secara wajar jika wanita yang melahirkan itu kawin dengan pria yang
T menyetubuhinya; (5) anak yang lahir dari seorang wanita yang ditinggal suaminya
lebih dari 300 hari, anak tersebut tidak di akui oleh suaminya sebagai anak sah;
A (6) anak yang lahir dari seorang wanita,padahal agama yang mereka peluk
menentukan lain ,misalnya dalam agama khatolik tidak mengenal adanya cerai
L hidup, tetapi dilakukan juga, kemudian ia kawin lagi dan melahirkan anak. Anak
tersebut dianggap anak di luar kawin; (7) anak yang lahir dari seorang wanita,
perkawinan, misalnya WNA dan WNI tidak mendapatkan izin dari Kedutaan
Besar untuk mengadakan perkawinan, karena salah satunya dari mereka telah
mempunyai istri, tetapi mereka tetap campur dan melahirkan anak tersebut
2 merupakan anak luar kawin; (8) anak yang dilahirkan oleh seorang wanita, tetapi
anak tersebut sama sekali tidak mengetahui kedua orang tuanya; (9) anak yang
0 lahir dari perkawinan yang tidak dicatat di Kantor Catatan Sipil atau Kantor
0 Urusan Agama; (10) anak yang lahir dari perkawinan secara adat, tidak
serta tidak di daftar di kantor Catatan Sipil dan Kantor Urusan Agama Kecamatan.
O Adapun dalam praktik hukum perdata di Indonesia atau hukum positif
(perdata) pengertian anak luar kawin ada dua macam, yaitu : (1) apabila orang tua
R salah satu atau keduanya masih terikat dengan perkawinan lain, kemudian mereka
melakukan hubungan seksual dengan wanita atau pria lain yang mengakibatkan
O hamil dan melahirkan anak, maka anak tersebut di namakan anak Zina, bukan
N anak luar kawin, (2) apabila orang tua anak di luar kawin itu masih sama-sama
bujang, mereka mengadakan hubungan seksual dan hamil serta melahirkan anak,
T maka anak itu disebut anak diluar nikah. Beda keduanya adalah anak Zina dapat
diakui oleh orang tua biologisnya, sedangkan anak di luar kawin dapat di akui
A orang tua biologisnya apabila mereka menikah, dalam akta perkawinan dapat di
L demikian Definisi anak diluar nikah menurut hukum positif (perdata) mempunyai
dua pengertian, yaitu: anak diluar nikah adalah arti luas dan anak diluar nikah
1. Anak diluar nikah dalam artian luas adalah anak yang lahir diluar
0 1
KUHPer, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia,
cetakan II 2008), 74.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
menggaulinya tanpa nikah yang dibenarkan oleh syara’. Dalam ‘urf modern wa’ad
O ghairuh syar’i yaitu anak yang tidak diakui oleh agama.2
Kepres Nomor 1 Tahun 1991 dan Keputusan Menteri Agama Nomor 154/1991
T disebutkan bahwa seorang wanita hamil diluar nikah hanya dapat dikawinkan
dengan pria yang menghamilinya. Perkawinan dengan wanita hamil tersebut dapat
diperlukan kawin ulang (tajdidun nikah) jika anak tersebut lahir, maka anak
L tersebut menjadi anak sah.3 Dalam Pasal 43 (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa anak yang lahir di luar perkawinan
Kedudukan anak diluar kawin ini akan diatur dalam Peraturan Pemerintah, tetapi
0 unsur Syubha (kesurupan atau kekeliruan), sebagian pendapat ada yang memberi
2
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqih Mawaris, (Semarang, PT.Pustaka
tambahan yaitu memasukkan penis ke dubur wanita yang tidak halal baginya.
O Maka yang dinamakan dengana anak zina adalah anak yang lahir karena adanya
perzinaan yang dilakukan oleh bapak biologisnya dan ibu nasabnya atau anak
R yang lahir di luar pernikahan atau perkawinan yang sah. Dan dapat pula
memasukkan anak yang lahir dari rahim wanita yang diperkosa, dengan asumsi
O hubungan itu terjadi ketika tidak ada hubungan sah antara keduanya.4
dihasilkan dari hubungan laki-laki dan perempuan tanpa status yang resmi secara
T syar’i yaitu pernikahan dan dilakukan secara sadar atau tidak sadar, terpaksa atau
A
B. Hak-hak waris anak diluar nikah
semula bukan peraturan hukum melainkan peraturan kebiasaan atau adat, yang
O menentukan apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan yang tidak lagi
Mengapa yang mewaris adalah keluarga sedarah dari keturunan pewaris? Maka
merupakan orang atau badan hukum. Apabila subjek hukum itu hilang harus ada
0
0 4
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sianar Grafika, 2005), 3.
yang menggantikannya sebab jika tidak maka semua hak itu tidak ada aktivanya
O yang akan menjadi rebutan dan para krediturnya akan kehilangan debitur.
pengertian warisan secara umum 5 adalah soal apakah dan bagaimana berbagai
N
hak-hak kewajiban tentang kekayaan sesorang pada waktu ia meninggal dunia
T akan beralih kepada orang lain yang masih hidup. Untuk dapat mewaris maka ahli
waris itu ada yang karena ditunjuk oleh UU (Hukum Perdata) dan ada yang karena
A ditunjuk oleh surat wasiat yang dapat mewaris berdasarkan UU dibagi atas 4
0 5
Sudarsono, S.H, M.Si, Kamus Hukum,(Jakarta : Rineka Cipta, 2007), 32.
6
KUHPer, Kitab Undang, 221.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
Anak sah adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah menurut
O hukum perdata.
N laki-laki dan perempuan itu belum kawin atau keduanya tidak ada
hubungan darah.
T b. anak luar nikah yang tidak dapat diakui sah, yaitu: anak sumbang (anak
yang lahir dimana anak laki-laki dan perempuan itu mempunyai hubungan
A darah) dan anak zinah yaitu anak laki-laki dan perempuan itu yang
keduanya atau salah satunya telah terikat oleh suatu perkawinan yang sah.
L Anak luar nikah inilah yang dapat diakui sah dan boleh mendapatkan harta
warisan sedangkan anak luar nikah yang tidak dapat diakui sah hanyalah
Hukum Perdata (KUHPer) Pasal 862 sampai dengan pasal 873 mengenai
Kelahiran itu sendiri hanya ada hubungan antara ibu dan anak sedangkan
0 hubungan anak dengan laki-laki yang membuahkannya tidak ada. Barulah karena
0 7
KUHPer, Kitab Undang, 219-220
anak sah, terutama dalam hukum waris. Selain itu anak luar nikah baik yang
R diakui maupun tidak berada dibawah kekuasaan orang tua melainkan dibawah
perwalian. Mengenai arti pengakuan itu sendiri tidak ada kesatuan pendapat.
O Apakah pengakuan itu merupakan bukti adanya hubungan darah, adanya
antara anak dan orang tua. Dalam pasal 862 KUHPerdata yakni sebagai berikut:8
A Jika simeninggal anak-anak luar kawin yang telah diakui dengan sah,
maka warisan harus dibagi dengan cara yang ditentukan dalam empat
L pasal berikut.
Pasal diatas hanya memberikan hak mewaris kepada anak luar nikah yang
Sejak kelahiran seorang anak, terjadilah hubungan perdata antara orang tua dan
anak. Hubungan yang demikian terhadi dengan sendirinya karena kelahiran. Jadi
dengan kelahirannya maka anak yang tidak sah itu menjadi anak luar nikah dari si
2 ibu. Dengan pengakuan si ayah ia menjadi anak luar nikah dari si ayah.
Pengakuan terhadap seorang anak luar kawin, apabila yang demikan itu
O telah dilakukan dalam akta kelahiran si anak atau pada waktu perkawinan,
N kelalaian mencatatkan pengakuan itu dipersalahkan pada anak yang diakui, untuk
T Pasal diatas menunjukan bahwa anak luar nikah tidak akan pernah dapat
mewaris dari sanak keluarga orang tuanya, dan sebaliknya sanak keluarga orang
A tuanya, dan tidak dapat bertindak dalam harta peninggalan anak luar nikah dari
salah seorang anggota keluarganya. Akan tetapi pada pasal 873 KUHPer
O Jika salah seorang keluarga sedarah tersebut diatas meninggal dunia dengan
maupun suami atau istri yang hidup terlama, maka si anak luar kawin
0
0 10
KUHPer, Kitab Undang, 220.
Jadi hanya apabila sama sekali tidak ada orang lain, maka anak luar nikah
O dapat mewaris dari sanak keluarga orang tuanya dan sebaliknya dengan
menyampingkan negara.
R
O
N
T
A
L
O
2
0
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
BAB III
O HAK-HAK WARIS ANAK ZINA
A tentang perkawinan menjadi tidak berlaku. Hal ini dijelaskan dalam pasal 66
0
11
Tim Redaksi Fokusmedia, Undang-ndang Perkawinan dan Pelaksanaan Pengangkatan
N pembatalan perkawinan dan ketentuan dalam hal seorang suami beristeri lebih
A undang tersebut. Dengan keluarnya peraturan pemerintah ini, maka telah pastilah
O sebuah hubungan darah (keturunan) antara seorang anak dengan ayahnya, karena
adanya akad nikah yang sah. Sedangkan seorang anak, dilihat dalam Hukum
Ini dapat dipahami dari pasal 43 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 yang menyatakan
2 bahwa anak yang lahir di luar perkawinan hanya memiliki hubungan perdata
disebut pewaris Muwarits.14 Ini berarti sebagai syarat pewaris adalah adanya hak-
R hak atau sejumlah kewajiban yang harus dipenuhi pada pihak ketiga. Dan salah
N kiranya diketahui terlebih dahulu pembagian pewarisan karena kematian. Hal ini
untuk mempermudah memahami golongan yang menerima hak waris dari pewaris
Pada golongan ini orang yang pertama kali dipanggil oleh UU adalah anak
L dan keturunan selanjutnya serta suami atau isteri dari si mati. Anak-anak
mewarisi untuk bagian yang sama besarnya. Suami atau isteri mewarisi suatu
O bagian dari anak. Apabila seorang meninggalkan lima orang anak dan satu suami
atau isteri, maka masing-masing mereka itu mewarisi karena kematian 1/6 (seper
mewarisI dari kedua orang tua, kakek atau nenek atau semua keluarga sedarah
0 mereka selanjutnya dalam garis dan perempuan dan tiada perbedaan berdasarkan
0 14
Teungku Muhammad Hasbi Ash shidiqi, Fiqih Mawaris (Semarang, PT. Pustaka Rizki
Putra, 1997), 37.
15
KUHPer, Kitab Undang, 213.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
kelahiran lebih dahulu. 16 Mereka mewaris kepala demi kepala, jika dengan si
O meninggal mereka bertalian keluarga dalam derajat ke satu dan masing-masing
mempunyai hak karena diri sendiri dan mereka mewaris pancang demi pancang,
R jika sekalian mereka atau sekedar sebagian mereka bertindak sebagai pengganti.
N Pada golongan ini Perolehan warisan dari golongan kedua diatur oleh UU
A Apabila hanya orang tua saja yang ada, maka orang tua ini masing-masing
mewarisi setengah, apabila ada pula saudara orang tua dan saudara mewarisi
L untuk bagian yang sama, tetapi dengan pengertian, bahwa orang tua itu tidak akan
menerima kurang dari ¼ harta peninggalan. Jadi bagi orang tua sama saja apakah
O disamping dia berada tiga atau enam saudara dari pewaris. Apabila pewaris hanya
meninggalkan satu orang saudara dan kedua orang tuanya maka pada pokoknya
masing-masing mereka itu mendapat 1/3 bagian dan apabila yang ditinggalkan
satu orang tua dan satu orang saudara, maka masing-masing mewarisi setengah.
2 Apabila pewaris meninggal tanpa meninggalkan orang tua maka saudara-
merupakan golongan ketiga dari ahli waris. Apabila pewaris tidak meninggalkan
R suami atau isteri, keturunan, orang tua, saudara dan keturunan dari saudara, maka
harta peninggalan itu sebelum dibagi, dibelah lebih dahulu. Setengah dari harta
O peninggalan diberikan kepada sanak keluarga dipihak ayah, dan setengah lagi
N kepada yang dipihak ibu. Setiap bagian itu dibagi suatu harta peninggalan yang
berdiri sendiri.
menyamping.
dalam derajat ke dua belas sesudah tahun 1923 maka sanak keluarga menyamping
yang dapat mewaris, bukan lagi sampai ke dua belas tetapi sampai derajat ke
Kalau hal ini terjadi pada satu garis, maka bagian yang jatuh pada garis itu,
0 menjadi haknya keluarga pada garis yang lain, kalau orang itu mempunyai hak
Dari keempat golongan pewaris diatas maka Ahli waris yang lain yaitu
O anak luar nikah. Sanak keluarga sedarah yang tidak sah hanya bertindak sebagai
sanak keluarga dalam hukum waris sepanjang ada hubungan perdata antara
R mereka dengan sanak keluarga. Saat kelahiran, seorang anak sudah ada hubungan
perdata antara ibu dan anak, sebab seorang ibu adalah tidak mungkin untuk
O melahirkan anak yang tidak sah. Antara ayah dengan anak ini hubungan terjadi
Anak yang tidak sah, yang hubungan perdata dengan satu orang tuanya,
T dinamakan anak luar nikah dari orang tua itu. Dengan kelahirannya,maka anak
yang tidak sah itu menjadi anak luar nikah dari si ibu, dan dengan pengakuan si
A ayah ia menjadi anak luar nikah dari si ayah namun anak luar nikah dengan
keluarga sedarah dari orang tuanya itu, pada asasnya tidak ada hubungan
L perdata.17 Antara anak yang tidak sah dengan sanak keluarga sedarah dari orang
tuanya, hanyalah ada hubungan perdata apabila antara anak yang tidak sah itu
O dengan orang tua ada hubungan perdata. Jadi di pihak ibu selalu ada, dan pihak
2, ke 3 dan ke 4 apabila anak luar nikah tadi telah sampai pada taraf pengesahan
2 yang dikuatkan di Pengadilan Negeri. Sebagaimana dijelaskan pada pasal 862,
maka pasal 863 KUHPerdata, memberikan untuk bagian yang mana anak luar
0
0 17
Ali Afandi., Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian menurut KUHP
(BW), (Jakarta, Bina Aksara, 1984), 40.
18
Ali Afandi., Hukum Waris,40
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
nikah itu bertindak dalam harta peninggalan dari orang tuanya19. Pasal 863 telah
O menetapkan bagian dari warisan anak luar nikah apabila ia mewaris bersama-sama
dengan golongan I, II, III dan IV. 20 Apabila pewaris meninggal dunia tanpa
R meninggalkan ahli waris yang sah, maka anak luar nikah memperoleh seluruh
N Apabila anak luar nikah meninggal lebih dahulu dari pewaris, maka keturunannya
T nikah tidak boleh menggantikan kedudukan dari orang tuanya, sebab salah satu
A Apabila anak luar nikah menjadi pewaris, maka ahli waris yang golongan
ke satu (I) yaitu anak-anak dan suami/istri dari pewaris (anak luar nikah yang
L meninggal dan meninggalkan keturunan) kalau golongan I ini tidak ada, barulah
ahli waris. Sebagaimana yang telah di atur dalam hukum perdata menunjukkan
Dalam hal ini hukum perdata membedakan antara mewaris sendiri dan
2 mewaris sebagai pengganti. Orang dikatakan mewaris sendiri apabila ia mewaris
0 19
20
KUHPer, Kitab Undang, 219.
A.Pitlo, Hukum Waris menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta :
Intermasa, 1979), 52.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
diantara mereka telah meninggal dunia lebih dahulu, maka anak mereka tidak
R akan ikut mewaris oleh karena paman mereka, kekeluargaan sedarahnya, lebih
dekat dari mereka. Untuk menghindarkan ketidak adilan yang demikian itu, maka
O dalam keadaan tertentu UU membolehkan mewaris sebagai pengganti.21
diberikan hak menggantikan tempat, derajat dan hak dari orang yang mewakili.22
T Hal ini kurang benar oleh karena plaatvervulling bukan suatu hak yang
A suatu akibat hukum yang tidak tergantung kehendak orang yang tersangkut, dan
L keuntungan saja.23
Para waris mewaris atas diri sendiri apabila mereka dipanggil untuk tampil
O kemuka sebagai waris terhadap warisan atau sebagian dari warisan atas dasar
tempat yang diduduki oleh mereka itu sendiri diantara para kerabat sedarah yang
warisan, tetapi yang telah meninggal sebelum kematian orang yang mewariskan,
2 lantas mengganti kedudukan kerabat sedarah tersebut.
0
21
A.Pitlo, Hukum Waris, 49.
0 22
23
KUHPer, Kitab Undang, 214.
H.F.A.Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata Jilid I, penterjemah I.S. Adiwimarta,
SH, (Jakarta, Rajawali 1987), 376.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
Sanak keluarga sedarah yang tidak sah hanya sebagai sanak keluarga
O dalam hukum waris sepanjang ada hubungan perdata antara mereka dengan sanak
keluarga. Bahwa seorang ibu tidak dapat melahirkan anak tidak sah, maka dengan
R kelahiran saja suda terjadi hubungan perdata antara ibu dan anak. Antara ayah
N dinamakan anak luar nikah dari orang tua itu. Dengan kelahirannya maka anak
yang tidak sah itu menjadi anak luar nikah dari si ibu. Dengan pengakuan si ayah
T ia menjadi anak luar nikah dari si ayah. Antara anak luar nikah dengan sanak
keluarga sedarah dari orang tuanya pada asasnya tidak ada timbul hubungan
A perdata.24
Seorang anak luar nikah tidak akan pernah dapat mewaris dari sanak
L keluarga orang tuanya dan sebaliknya. sanak keluarga tidak dapat bertindak
dalam harta peninggalan anak luar nikah dari salah seorang anggota keluarganya.
O Akan tetapi pasal 873, walaupun hanyalah dalam hal yang jarang terjadi,
Seorang anak luar nikah, karena tidak ada hubungan perdata antara dia
dengan sanak keluarga dari orang tuanya maka untuk sebagian besar berada diluar
2 ikatan keluarga. Tetapi terhadap si ibu dan si ayah, anak luar nikah itu mempunyai
25
H.F.A. Vollmar, Pengantar Studi, 245.
H.F.A. Vollmar, Pengantar Studi, 249.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
orang menganggap kekuatan ikatan keluarga tiang penyangga yang paling penting
R untuk tata tertib dalam masyarakat, maka kedudukan hukum anak luar nikah itu
N nikah demi kepentingan masyarakat yang lebih besar yang tersangkut pada
kemurnian ikatan keluarga. Dalam sejarah ada waktu dimana pertimbangan atas
T dasar sifat manusia yang sejati, membuat keadaan lebih menguntungkan bagi anak
luar nikah.
A Antara anak yang tidak sah dengan sanak keluarga sedarah dari orang
tuanya, hanyalah ada hubungan perdata, apabila antara anak yang tidak sah itu
L dengan orang tua ada hubungan perdata, jadi dipihak ibu selalu ada,dipihak ayah
O Antara anak yang tidak diakui oleh ayahnya dan sanak keluarga ayahnya
tidak ada satupun hubungan keluarga. Sepanjang tidak ada hubungan perdata,
akan tetapi hukum (si ibu), atau oleh pengakuan (si ayah) maka hubungan
keluarga yang tidak sah itu tidak berarti apa-apa dalam hukum waris.26
2
0
0
26
A. Pitlo, Hukum Waris, 53.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
N yang harus mereka dapat, andaikata mereka anak-anak yang sah, jika si
mewaris ½ dari warisan dan jika hanya sanak saudara dalam derajat yang
Jadi apabila anak luar nikah mewaris bersama ahli waris golongan pertama
L maka anak luar nikah mewaris 1/3 bagian dan juga mereka mewaris bersama ahli
waris golongan kedua, maka mereka mewaris bersama ahli waris golongan ketiga
O mereka mewaris ¾ bagian, dari apa yang mereka warisi. Seandainya mereka
hak mewaris anak luar nikah pada ½ (separuh) warisan, apabila ia mewaris
2 bersama keluarga dalam garis keatas, saudara laki-laki dan perempuan atau
keturunan mereka (golongan II). Apabila ada dua anak luar nikah atau lebih,
0 dimana mereka harus membagi warisan dengan ahli waris yang lainnya, maka
27
KUHPer, Kitab Undang, 219.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
bagian bersama dari anak-anak luar nikah seandainya mereka anak sah, berturut-
O turut 1/3 – ½, atau ¾ dari itu adalah bagian bersama dari anak luar nikah.
Contoh:
R Apabila anak luar nikah mewaris bersama-sama dengan golongan I
(suami/isteri dan anak-anak) maka bagiannya yaitu 1/3 bagian yang akan
O diterimanya seandainya ia itu anak sah. Jadi misalnya A meninggalkan
N suami/isteri, tiga orang anak sah dan 1 anak luar nikah, maka anak luar nikah akan
mendapat (apabila ia anak sah yaitu 1/5 bagian sebab ada lima ahli waris) tetapi
T karena ia anak luar nikah, maka ia mendapat 1/3 x 1/5 = 1/15 bagian.
Kalau yang ditinggalkan dua anak luar nikah (jadi ahli warisnya sudah 6
A orang: suami/isteri, tiga orang anak sah dan dua orang anak luar nikah) maka
bagian dari anak luar nikah adalah 1/3 dari 1/6 bagian (kalau ia anak sah
L bagiannya yaitu 1/6). Sehingga hasilnya yaitu: 1/18 bagian dari sisanya dibagi
tua, saudara dan keturunan saudara), maka bagiannya yaitu ½ bagian seandainya
ia anak sah. Jadi misalnya A meninggalkan ahli waris 3 orang anak luar nikah dan
ayahnya (jadi 4 orang). Maka bagian dari anak luar nikah kalau ia anak sah
2 masing-masing mendapat 1/3 bagian (sebab ada 3 anak) tetapi karena mereka
anak luar nikah, maka bagian mereka masing-masing yaitu: ½ dari 1/3 bagian =
0 1/6 bagian (karena mereka ada 3 anak luar nikah maka bagian mereka seluruhnya
0 adalah 3/6 bagian), dan sisanya yaitu 3/6 (1/2) untuk ayahnya A.
Apabila anak luar nikah mewarisi bersama-sama dengan golongan III atau
O golongan IV (leluhur lainnya dan sanak keluarga lainnya, dalam garis
kakeknya 2 orang (1 orang kakek dari pihak ibu dan 1 orang kakek pihak ayah),
O maka bagian harta warisan dibagi 2 yaitu ½ untuk kakek pihak ibu dan ½ untuk
N kakek pihak ayah. Anak luar nikah mewaris bersama-sama dengan kakek
keduanya. Jadi bagian anak luar nikah yaitu: ¾ x ½ bagian (kakek pihak ibu) =
T 3/8 bagian, dan ditambah ¾ x ½ bagian (kakek pihak ayah) = 3/8 bagian. Jadi
bagian ke seluruhan dari anak luar nikah adalah 3/8 + 3/8 = 6/8 atau ¾bagian.
sah, maka anak luar nikah memperoleh seluruh harta warisan. Ia menyampingkan
L negara. Apabila ia menolak atau apabila ia tidak bertindak sebagai ahli waris
O Dalam hal anak luar nikah sebagai pewaris, maka tentang siapa-siapa yang
mewaris dari anak luar nikah diatur dalam pasal 870 dan 871 didalam pasal 873
sesudah itu maka ibunya atau ayahnya yang mengakui anak tersebut yang
0 mewaris apabila kedua-duanya masih hidup, maka masing-masing mendapat
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
suami atau isteri, maka ibunya atau ayahnya yang mengakuinya berhak mewaris.
R Apabila orang tua dari anak luar nikah meninggal lebih dahulu maka
tidaklah penting dari mana datangnya barang-barang itu. Bila si ayah tidak
T mengakui si anak luar nikah itu, maka tidaklah ada hubungan perdata antara anak
itu dengan ia, apalagi antara si anak dan sanak keluarga sedarah dari ayah. Pasal
A 873 ayat 2 KUHPerdata mengatakan jika anak luar nikah meninggal dunia maka
Peranan pasal 285 ayat 1 KUHPerdata bagi bagian dari anak luar nikah
pada warisan. Dalam menentukan bagian anak luar nikah, harus diperhatikan
2 peraturan pasal 285 ayat 1 KUHPerdata :30
0
28
KUHPer, Kitab Undang, 220.
29
I.C.R. Kapojos-M., Diktat hukum waris, (Manado, Fakultas Hukum UNSRAT 1987),
0 25.
30
KUHPer, Kitab Undang, 74.
olehnya diperbuahkan pada orang lain dari suami atau isteri itu tidak dapat
R membuat kerugian pada suami isteri itu maupun anak-anaknya yang
N perkawinan itu, maka pengakuan itu harus tidak diperhatikan; hak dari suami atau
isteri, anak-anak yang dilahirkan dalam perkawinan itu harus dihitung seolah-olah
Karena itu apabila seorang janda meninggalkan empat anak sah dan
A seorang anak luar nikah yang diperbuahkan diluar perkawinan, akan tetapi diakui
sepanjang perkawinan itu, maka warisan duda itu diperolehkan pada anak-
L anaknya yang sah, sedang anak luar nikah itu tidak menerima apa-apa. Sebab
seandainya anak luar nikah itu tidak diakui, maka anak-anak sah mewaris
O semuanya mereka tidak boleh dirugikan karena adanya pengakuan anak luar nikah
itu, sehingga sekarang juga meskipun anak luar nikah itu diakui seluruh warisan
dilakukan sebelum perkawinan itu atau sesudah perkawinan itu cerai, maka
0 ketentuan undang-undang itu tidak berlaku. Oleh karena itu, maka apabila
0 sipewaris telah kawin lebih dari satu kali, sedang sepanjang salah satu perkawinan
ia telah memiliki seorang anak luar nikah, maka anak-anak yang dilahirkan dalam
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
perkawinan itu tidak boleh dirugikan karena pengakuan itu, terhadap anak-anak
O sah lainnya, maka ketentuan ini tidak berlaku (mereka boleh dirugikan).
Ketentuan dari pasal 285 KUHPerdata itu tidak dapat diterapkan terhadap
R anak sah yang dilahirkan dalam perkawinan lain, memang ketentuan ini dengan
N dalam perkawinan lain, tidak dikatakan apa-apa, dan boleh dikarenakan bagi
mereka berlaku peraturan yang biasa. Oleh karena itu apabila seseorang telah
T kawin dua kali dan meninggalkan seorang anak A dari perkawinan pertama, dari
perkawinan kedua seseorang anak B dan seorang anak luar nikah C yang
perkawinan kedua, dalam hal demikian, maka warisan harus dibagi sebagai
L berikut:
O yang akan diterima juga seandainya, C tidak diakui jadi ½ warisan bagi A maka
seolah-olah pasal 285 KUHPerdata tidak ada, jadi menerima ½ dari 8/9 atau 4/9
sisa warisan sebesar 1/8 diwaris oleh anak luar nikah. Ahli waris yang karena
hukum menggantikan pewaris, dalam segala hak dan segala tuntutan hukumnya,
2 juga didalam hukum menduduki posisi dari pewaris yang mendahuluinya. Ia tidak
saja dapat meneruskan tuntutan hukum yang sudah dimulai oleh pewaris, seperti
0 revindikasi, tuntutan-tuntutan bezit atau tuntutan hukum yang belum di mulai oleh
0 pewaris. Oleh karena itu, ahli waris dapat mengajukan revindikasi, dalam
hubungan dengan pencurian yang telah terjadi di bawah pewaris. Atau dapat juga
O memajukan revindikasi, apabila sesudah matinya pewaris terjadi pencurian.
gejala dalam undang-undang kita yang menunjang pandangan akan adanya suatu
O hak kebendaan atas harta peninggalan. Hukum ini biasanya dinamakan dalam
Apakah artinya bagi ahli waris yang sudah mempunyai segala tuntutan
T hukum yang biasa, diberikan lagi kepadanya tuntutan hukum yang luar biasa itu?
A petitio dengan tuntutan hukum yang dipunyai oleh ahli waris sebagai pemilik,
L
B. Tinjauan Hukum Islam
Mengenai status anak luar nikah, para ulama sepakat bahwa anak itu tetap
punya hubungan nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya. Tanggung jawab atas
segala keperluannya, baik materil maupun spiritual adalah ibunya dan keluarga
2 ibunya. Demikian pulanya dengan hak waris-mewaris. Dalam hal anak diluar
0 31
Sudarsono, S.H.,M.Si Kamus Hukum, 56.
bulan dari perkawinan ibu dan bapaknya, anak itu dinasabkan kepada bapaknya.
R Jika anak itu dilahirkan sebelum enam bulan, maka anak itu dinasabkan kepada
ibunya. Berbeda dengan pendapat itu, menurut Imam Hanafih bahwa anak di luar
O nikah itu tetap dinasabkan kepada bapaknya sebagai anak yang sah.
Status anak diluar nikah dalam kategori yang kedua, disamakan statusnya
T dengan anak zina dan anak li’an atau anak yang sebelum lahir telah diragukan
kedudukan anak sebagai anak kandung karena ibu dari sang anak itu dituduh
A suaminya berzina. oleh karena itu maka mempunyai akibat hukum sebagai berikut
:32
L a) tidak ada hubungan nasab dengan bapaknya. Anak itu hanya mempunyai
O kepada anak itu, namun secara biologis ia tetap anaknya. Jadi hubungan
nikah itu kebetulan seorang perempuan dan sudah dewasa lalu akan
0 menikah, maka ia tidak berhak dinikahkan oleh bapak biologisnya.
0 32
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris edisi revisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001),
159.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
Ada tiga syarat agar supaya orang yang masih hidup dapat mewarisi harta
O peninggalan orang yang telah meninggal, yaitu :33
2. Beragama Islam.
A berdasarkan hubungan darah, ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki, paman dan
kakek dari golongan laki-laki, ibu, anak perempuan, saudara perempuan dan
L nenek dari golongan perempuan. Ada yang terjadi karena hubungan perkawinan,
yaitu duda dan janda. Apabila seluruh ahli waris ada maka yang berhak adalah
O anak, ayah, ibu, janda atau duda. (pasal 174). Sedangkan anak yang lahir di luar
0 33
Umar Said, Hukum Indonesia tentang Waris, Wasiat Hibah dan Wakaf (Jakarta : Bulan
Bintang. 1999), 28.
34
Derpartmen Agama RI, Tanya Jawab, 137.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
O dengan ibunya, dan juga keluarga ibunya, sehingga dia berhak mewarisi harta
peninggalan ibunya dan juga keluarga ibunya. Jika ibunya meninggal, anak
N tersebut berhak mewarisi. Juga sebaliknya, jika anak tersebut meninggal maka
hamil dan punya, namun kemudian mereka menikah secara sah, maka hubungan
A nasab antara anak dan ayahnya akan kembali tersambung. Anak itu sah sebagai
anak dengan mendapatkan semua hak-haknya. Dan ayah itu sah sebagai ayah
L dengan semua hak dan kewajibannya.
O Misalnya, ayah tetap bisa menjadi wali bagi anak wanitanya, di dalam
masalah pernikahannya. Demikian juga, anak berhak atas harta warisan dari
ayahnya, bila ayahnya itu meninggal dunia. Sebab hubungan ayah-anak sah secara
syar’i.
2
Sebaliknya, bila pasangan itu tidak pernah melakukan pernikahan secara
0 sah setelah perzinaan, para ulama mengatakan bahwa hubungan ayah dan anak
menjadi tidak sah. Hubungan nasab antara mereka tidak tersambung kembali.
0 Sehingga hal ini berpengaruh kepada hukum perwalian dan warisan. Ayah itu
tidak berhak jadi wali bagi anaknya. Dan anak itu tidak berhak mendapatkan
O warisan dari ayahnya. Sebab secara hukum Islam, keduanya dipandang sebagai
bukan ayah dan anak. Jadi seharusnya, dalam kasus seperti ini, pasangan zina itu
R dinikahkan saja secara resmi.
T (ﻻَﯾ ْﻨ ِﻜﺢُ اﻟ ﱠﺰاﻧِ ْﻲ ْاﻟ َﻤﺠْ ﻠُﻮ ُدإِ ﱠﻻ ِﻣ ْﺜﻠَﮫُ )رواه اﺑﻮ داود
Artinya : Tidak boleh orang yang berzina dan telah di derah menikah
L Pendapat ini benar apabila bukan laki-laki itu yang menzinainya maka
boleh dinikahkan. Adapun bila memang laki-laki itu yang menzinainya, tentu saja
O tidak ada larangan. Hal ini telah dijelaskan dalam dalil yang lain yang
diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a bahwa Rasulullah saw bersabda :36
Arttinya : Tidak boleh diagauli wanita yang hamil hingga melahirkan, dan
2 wanita yang tidak hamil hingga melewati masa satu kali haid. (H.R. Abu
Daud)
0 Yang dimaksud dengan “hingga melahirkan” adalah masa menunggu
35
Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita Edisi Lengkap, (Jakarta Timur :
sampai anak yang dikandung terlahir agar tidak tercampur baur hasil orang lain
O (anak) dengan airnya pada tanaman orang lain adalah menyetubuhi wanita yang
hamil oleh orang lain. Adapun bila wanita itu hamil karena dirinya sendiri, baik
R sebelum atau setelah pernikahan, tidak menghalanginya untuk menyetubuhinya.
1. Abu Bakar As-Shiddiq ra. dan Umar bin Al-Khattab ra. serta para fuqaha
nikahnya sah dan boleh digauli. Namun, jika wanita tersebut hamil
tetapi tidak boleh digauli hingga melahirkan. Hal tersebut karena karena
2 tidak ada dalil yang mengharamkannya (istishab), dan bahwa air mani
0
37
Ahmad Sarwat, “Apakah anak hasil zina dapat warisan?”,Assunnah, Safar 1426 H.,12.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
Jika dilakukan maka nikah tersebut adalah rusak dan harus difasakh.
O Pendapat tersebut tanpa membedakan apakah pezina tersebut hamil atau
N tidak.
A yang hamil di luar nikah adalah sah. wanita hamil di luar nikah adalah
kandungannya.
Imam Hanafih menyebutkan bahwa bila yang menikahi wanita hamil itu
0 1328), 269.
39
As-Shairazy, Al-Muhadhdhab, II (Kairo: ’Isa al-Halabi, tt.), 43.
40
Ibn Qudamah, Al-Muqhny, Vol. VI dan X,(Kairo, Matba’at al-Qahirah, 1969), 601.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
menambahkan satu syarat lagi, yaitu wanita tersebut harus sudah tobat dari
R dosa zinanya. Jika belum bertobat dari dosa zina, maka dia masih boleh
menikah dengan siapa pun. Adapun Imam Syafi’i pendapat beliau adalah
O bahwa baik laki-laki yang menghamili atau pun yang tidak menghamili,
N dibolehkan menikahinya.
T waris bagi anak diluar nikah atau anak zina, akan tetapi dengan syarat-syarat
zina dengan laki-laki itu, kemudian mereka dinikahkan maka anak yang
L dikandung oleh perempuan itu dapat menjadi anak itu dengan sah.
O dan aspek yang terdapat didalamnya sehingga dalam masalah hak anak diluar
sensitive dalam kehidupan social, hal ini sesui dengan fungsi dari ilmu waris itu
2 sendiri yaitu terdapat tiga fungsi.41
0 41
Abdul Ghofur Anshori, SH.,MH. Filsafat Hukum Kewarisan Islam (Yogyakarta: UII
Pers, 2005), 39.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
3. Sebagai motivator untuk setiap muslim untuk berusaha dengan giat guna
R memberikan kebaikan bagi keturunan sepeninggalnya.
Berdasarkan dari ketiga fungsi ilmu waris diatas, maka penulis dapat
O menarik kesimpulan bahwa hukum islam diturunkan bukan untuk membuat
N manusia sengsara atau terbebani dengan hukum itu, melainkan datangnya syari’at
dapat menjadi sebuah motivator dan sumber keadilan untuk sandaran umat
T manusia dalam kehidupan sehari-hari agar tidak terjadi tumpang tindih dalam
tatanan kehidupan masyarakat dalam hal ini hak-hak waris dari pewaris.
A Adapun hak waris anak diluar nikah atau anak zina sebagaimana yang
diterengkan oleh Para ulama umumnya mengatakan bahwa bila pasangan yang
L berzina lalu hamil dan punya anak kemudian mereka menikah secara sah, maka
hubungan nasab antara anak dan ayahnya akan kembali tersambung. Anak itu sah
O sebagai anak dengan mendapatkan semua hak-haknya termasuk hak waris. Dan
ayah itu sah sebagai ayah dengan semua hak dan kewajibannya. Misalnya, ayah
tetap bisa menjadi wali bagi anak wanitanya, di dalam masalah pernikahannya.
Demikian juga, anak berhak atas harta warisan dari ayahnya, bila ayahnya itu
2 meninggal dunia. Sebab hubungan ayah dan anak sah secara sah secara syar’i.
0 menjadi tidak sah. Hubungan nasab antara mereka tidak tersambung kembali.
Sehingga hal ini berpengaruh kepada hukum perwalian dan warisan. Ayah itu
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
tidak berhak jadi wali bagi anaknya. Dan anak itu tidak berhak mendapatkan
O warisan dari ayahnya. Sebab secara hukum Islam, keduanya dipandang sebagai
(ﻻَﯾ ْﻨ ِﻜﺢُ اﻟ ﱠﺰاﻧِ ْﻲ ْاﻟ َﻤﺠْ ﻠُﻮ ُدإِ ﱠﻻ ِﻣ ْﺜﻠَﮫُ )رواه اﺑﻮ داود
T Artinya : Tidak boleh orang yang berzina dan telah di derah menikah
Pendapat ini benar apabila bukan laki-laki itu yang menzinainya. Adapun
L bila memang laki-laki itu yang menzinainya, tentu saja tidak ada larangan.
O tetapi tidak menjadi halangan bagi mereka untuk menikah setelah itu dan
0 42
43
Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita, 394.
Ahmad Sarwat, “Apakah anak, 12.
Adapun menurut Imam Mazhab, Imam Hanafi menyebutkan bahwa bila yang
R menikahi wanita hamil itu adalah laki-laki yang menghamilinya, hukumnya
N melahirkan.
T yang tidak menghamili tidak boleh mengawini wanita yang hamil. Kecuali
setelah wanita hamil itu melahirkan dan telah habis masa ‘iddahnya. Imam
A Ahmad menambahkan satu syarat lagi, yaitu wanita tersebut harus sudah
tobat dari dosa zinanya. Jika belum bertobat dari dosa zina, maka dia masih
Adapun Imam Syafi’i pendapat beliau adalah bahwa baik laki-laki yang
anak diluar nikah dalam usia ia masi berada di dalam kandungan pada masa-
bersepakat bahwa bayi yang lahir dalam kurun waktu enam (6) bulan
2 terhitung sejak akad nikah dilangsungkan, maka anak tersebut tidak dapat
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
dinazabkan kepada ibunya.44 Ini berarti agar setiap orang khususnya umat
O muslim berhati-hati dalam menjaga diri dan kehormatan diri serta keturunan
agar tidak menggelantarkan anak yang tak berdosa yang sangat membutuhkan
R belaian kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Dalam hal pembagian harta waris anak diluar nikah, sebagaimana dalil-
O dalil dari hadits nabi diatas dan hujahnya para ulama atau Ijtihad menunjukan
N bahwa tidak adanya hak waris untuk anak diluar nikah. Hal ini tentunya kita
pahami bahwa Islam sangat melarang dengan keras perbuatan zina yang
L Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.(Q.S. Al Isra’ : 32)
O Ayat diatas menunjukan bahwa adanya larangan keras dalam hal
mendekati zina apalagi telah melakukan perbuatan kotor tersebut. Dalam aspek
ini bukanlah persoalan anak yang lahir diluar nikah, tapi sebuah pencegahan agar
2 tidak mendekati zina supaya terpeliharanya keturunan yang punya tanggung jawab
0
44
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, 159.
0 45
Al-Qur’an dan Terjemahan, Kitab Suci Al Qur’an, (Departemen Agama Repoblik
Indonesia, 1993), 429.
pengakuan ayah dari anak tersebut dalam jangka waktu tertentu, misalnya seorang
R wanita hamil diluar nikah kemudian seorang laki-laki mengakui bahwa janin yang
N tersebut akan tersambung nasabnya dengan ayah yang mengakui anak tersebut.
Namun meskipun seorang wanita hamil kemudian tidak ada laki-laki yang
suatu saat ada yang mengakui anak tersebut adalah anak dari seorang lelaki
A ataupun laki-laki tersebut yang langsung mengakui itu adalah anaknya maka
secara Syari’at Islam anak tersebut tidak sah sebagai anaknya karena batal dalam
L hukum, atau garis perdatanya dengan sang ayah terputus dan hanya memiliki garis
O Nazab merupakan salah satu penghubung antara ayah dan anak dan
meruakan syarat dalam kaidah hukum waris sehingga dalam hal waris anak diluar
nikah gugur dengan sendirinya sebagai ahli waris. Akan tetapi meskipun anak
diluar nikah tidak memperoleh hak waris dari ayahnya, namun disi lain Islam
2 memandang sisi kemanusiaanya bahwa yang berdosa bukanlah anak tersebut
0 namun dikemudian hari anak tersebut dewasa dan memperoleh harta maka
Ibunya dan keluarga ibunya berhak mewarisi harta dari anak diluar nikah jika
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
anak diluar nikah tersebut meninggal dunia. Sebagaimana Parah ulama Madinah
O termasuk di dalamnya Zaid Ibn Sabit menyatakan bahwa harta penggalan anak
zina dan anak li’an dapat diwaris sebagaimana anak lainya, yaitu berdasarkan
R ketentuan al - furud al - muqaddarah. Ibu menerima bagian 1/6 dan saudara-
saudara seibu menerima 1/3, dan sisanya diserahkan ke bait al-mal.46 Pendapat
O ini kemudian di ikuti oleh Imam Maliki, Imam Safi’i, dan Imam Hanafi. Yang
N terakhir ini menentukan persyaratan, apabila ada ahli waris zawi al-arham,
mereka harus didahulukan dari pada disetorkan ke bait al-mal, jadi menurut
T mazhab ini, ibu tidak berhak sebagai ahli waris penerima ‘asbah.
A perempuan (perempuan tidak sah ), dan cucu perempuan garis perempuan. Hartah
L
1) Menurut Imam Maliki dan Imam Syafi’i:
Cucuc pr. - - -- -
2 4 Jumlah = Rp 8.000.000,-
0
0 46
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, 164.
47
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, 164.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
Sisah yang seharusnya di serakan ke bai al-mal menurut pendapat Imam Maliki
A dan Imam Syafi’i, di serahkan kepada cucu perempuan garis perempuan (zawi al-
L Contoh kedua, seorang laki-laki meninggal dunia, ahli warisnya terdiri dari
bapak dan anak tidak sah. Harta warisanya Rp 1.000.000,-. Maka penyelesaianya
O adalah :49
Anak zina - - -- -
2 1 jumlah = Rp 1.000.000,-
0
0 48
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, 164.
49
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, 165.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
Anak zina dianggap sebagai anak tidak sah,karena itu tidak mendapat
O bagian warisan. Karena bapak disini statusnya adalah sebagai kakek dari anak
N 1. Persamaan
perbedaan perspektif dalam masalah hak waris anak luar nikah atau anak zina.
peraturan dan asas-asas hukum dan bukan suatu cabang ilmu merupakan tehnik
hukum yang berbeda dan menyikapi atau memandang suatu masalah, merupakan
Adapun persamaan hak waris anak luar nikah atau anak zina antara hukum
O positif (Perdata Indonesia) dan hukum Islam diantaranya, adalah :
(keturunan) antara seorang anak dengan ayahnya, karena adanya akad nikah yang
O sah. Sedangkan seorang anak, dilihat dalam hukum perkawinan di Indonesia
N secara lansung memiliki hubungan nasab dengan ibunya. Ini dapat di pahami dari
pasal 43 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa anak yang lahir di
T luar perkawinan hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga
ibunya. Sedangkan dalam perspektif hukum Islam masalah nazab anak yang lahir
A diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan pihak
L Sedangkan dalam masalah hak waris anak diluar nikah atau anak zina
dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam tidak adanya titik kesamaan
2. Perbedaan
2 Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya hukum Positif dan hukum Islam
punya persamaan dan perbedaan dalam memandang suatu objek yaitu hak waris
0 anak diluar nikah, Adapun perbedaanya antara lain:
0 1. Jika dalam hukum positif sandaran yang dijadikan acuan hukum hanya ada
2. Dalam hukum Positif hak waris anak diluar nikah atau anak zina adalah
R sebagai berikut :
meninggalkan suami atau isteri, tiga orang anak sah dan 1 anak luar
T nikah, maka anak luar nikah akan mendapat (apabila ia anak sah yaitu
1/5 bagian sebab ada lima ahli waris) tetapi karena ia anak luar nikah,
Kalau yang ditinggalkan dua anak luar nikah (jadi ahli warisnya sudah
L 6 orang: suami atau isteri, tiga orang anak sah dan dua orang anak luar
nikah) maka bagian dari anak luar nikah adalah 1/3 dari 1/6 bagian
O (kalau ia anak sah bagiannya yaitu 1/6). Sehingga hasilnya yaitu: 1/18
bagian dari sisanya dibagi antara anak-anak sah dan suami atau isteri.
waris 3 orang anak luar nikah dan ayahnya (jadi 4 orang). Maka
0 bagian dari anak luar nikah kalau ia anak sah masing-maing mendapat
0 1/3 bagian (sebab ada 3 anak) tetapi karena mereka anak luar nikah,
bagian (karena mereka ada 3 anak luar nikah maka bagian mereka
O seluruhnya adalah 3/6 bagian), dan sisanya yaitu 3/6 (1/2) untuk
ayahnya A.
R c) Apabila anak luar nikah mewarisi bersama-sama dengan golongan III
3. Sedangkan dalam hukum Islam anak zina (anak diluar nikah) tidak
T mendapatkan hak waris karena telah terputus nazabnya dari sang ayah.
Akan tetapi Parah ulama madinah, termasuk di dalamnya Zaid Ibn Sabit
A menyatakan bahwa harta peninggalan anak zina dan anak li’an dapat
O kemudian di ikuti oleh Imam Maliki, Imam Safi’i, dan Imam Hanafi. Yang
terakhir ini menentukan persyaratan, apabila ada ahli waris zawi al-arham,
mereka harus didahulukan dari pada disetorkan ke bait al-mal, jadi menurut
mazhab ini, ibu tidak berhak sebagai ahli waris penerima ‘asbah.
2 Contohnya : seorang wanita meninggal dunia ahli walinya tardiri dari:
nenek perempuan (perempuan tidak sah ), dan cucu perempuan garis perempuan.
0 Hartah warisan sejumlah Rp 12.000.000,-bagian masing-masing adalah :52
0 51
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, 164.
52
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, 164.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
Cucu pr. - - -- -
O 4 Jumlah = Rp 8.000.000,-
mal. Yang masih dianggap memiliki hubungan kekerabatan dan sebagai ahli
Sisah yang seharusnya di serakan ke bait al-mal menurut pendapat Imam Maliki
dan Imam Syafi’i di serahkan kepada cucu perempuan garis perempuan (zawi al-
2 arham) menurut Imam Hanafi.
0
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
BAB IV
O PENUTUP
A. Kesimpulan
R Dari uraian-uraian sebelumnya tentang hak anak diluar nikah atau anak
adalah :
N 1. Adanya persamaan perspektif antara hukum positif dan hukum Islam yaitu
pada nazab yang terletak ada garis perdata dengan Ibu dan kelaurga ibu dari
T anak tersebut.
2. Dalam hukum positif hak waris anak diluar nikah yaitu 1/3 x Jumlah
A anggota waris yang sah bersama anak diluarnikah = hasil, atau bagian yang
L 3. Sedangkan dalam hukum Islam anak diluar nikah tidak memperoleh harta
warisan dari ayah anak diluar nikah tersebut. Namun peninggalan anak zina
O dan anak li’an dapat diwaris sebagaimana anak lainya, yaitu berdasarkan
mal.53 pendapat ini kemudian di ikuti oleh Imam Malik, Imam Safi’i, dan
2 Imam Abu Hanifa. Yang terakhir ini menentukan persyaratan, apabila ada
0 ahli waris zawi al-arham, mereka harus didahulukan dari pada disetorkan ke
bait al-mal, jadi menurut mazhab ini, ibu tidak berhak sebagai ahli waris
0 penerima ‘asbah.
53
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, 164.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
B. Saran
O Adapun saran dari penulis :
sengketa diantara anak sah dengan anak tidak sah atau anak diluar nikah.
O 2. Bahwa demi kepentingan anak dan rasa keadilan masyarakat supaya peran
membahas hak waris anak yang sah akan tetapi para ulama harusnya
A generasi terlantar.
L
O
2
0
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
DAFTAR PUSTAKA
O
Abdul, Ghofur Anshori, Filsafat Hukum Kewarisan Islam Yogyakarta: UII
R Pers, 2005.
2
0
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)
Privasi : Minsyai Mokoginta, S.Hi
Fakultas : Syariah
0
0
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
9 Dilarang keras memperbanyak dan menyebarkan isi skripsi ini
tanpa izin tertulis dari penulis.
(Min_Mokoginta@rocketmail.com)