You are on page 1of 22

SKRIPSI JENIS KEKERASAN YANG DIALAMI OLEH IBU RUMAH

TANGGA
darsananursejiwa.blogspot.com/ diakses 24 februari 2011

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis
kejahatan yang kurang mendapatkan perhatian dan jangkauan hukum. Tindak
kekerasan di dalam rumah tangga pada umumnya melibatkan pelaku dan korban
diantara anggota keluarga di dalam rumah tangga, sedangkan bentuk tindak
kekerasan bisa berupa kekerasan fisik dan kekerasan verbal (ancaman kekerasan).
Pelaku dan korban tindak kekerasan didalam rumah tangga bisa menimpa siapa
saja, tidak dibatasi oleh strata, status sosial, tingkat pendidikan, dan suku bangsa.
Tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga merupakan masalah sosial yang
serius, akan tetapi kurang mendapat tanggapan dari masyarakat dan para penegak
hukum karena beberapa alasan, pertama: ketiadaan statistik kriminal yang akurat,
kedua: tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga memiliki ruang lingkup
sangat pribadi dan terjaga privacynya berkaitan dengan kesucian dan
keharmonisan rumah tangga (sanctitive of the home), ketiga: tindak kekerasan
pada istri dianggap wajar karena hak suami sebagai pemimpin dan kepala keluarga,
keempat: tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga terjadi dalam lembaga
legal yaitu perkawinan. (Hasbianto, 1996). Menurut UU No. 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, definisi kekerasan dalam rumah
tangga adalah perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.
Di Indonesia data tentang kekerasan terhadap perempuan tidak dikumpulkan
secara sistematis pada tingkat nasional. Laporan dari institusi pusat krisis
perempuan, menunjukkan adanya peningkatan tindak kekerasan terhadap
perempuan,. Menurut Komisi Perempuan (2005) mengindikasikan 72% dari
perempuan melaporkan tindak kekerasan sudah menikah dan pelakunya selalu
suami mereka. Mitra Perempuan (2005) 80% dari perempuan yang melapor
pelakunya adalah para suami, mantan suami, pacar laki-laki, kerabat atau orang
tua, 4,5% dari perempuan yang melapor berusia dibawah 18 tahun. Pusat Krisis
Perempuan di Jakarta (2005); 9 dari 10 perempuan yang memanfaatkan pelayanan
mengalami lebih dari satu jenis kekerasan (fisik, fisiologi, seksual, kekerasan
ekonomi, dan pengabaian), hampir 17% kasus tersebut berpengaruh terhadap
kesehatan reproduksi perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rifka Annisa
Womsis Crisis Centre (RAWCC, 2005) tentang kekerasan dalam rumah tangga
terhadap 262 responden (istri) menunjukan 48% perempuan (istri) mengalami
kekerasan verbal, dan 2% mengalami kekerasan fisik. Tingkat pendidikan dan
pekerjaan suami (pelaku) menyebar dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi
(S2); pekerjaan dari wiraswasta, PNS, BUMN, ABRI. Korban (istri) yang bekerja dan
tidak bekerja mengalami kekerasan termasuk penghasilan istri yang lebih besar
dari suami (RAWCC, 2005). Hasil penelitian kekerasan pada istri di Aceh yang
dilakukan oleh Flower (1998) mengidentifikasi dari 100 responden tersebut ada 76
orang merespon dan hasilnya 37 orang mengatakan pernah mengalami tindak
kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan berupa psikologis (32 orang), kekerasan
seksual (11 orang), kekerasan ekonomi (19 orang), kekerasan fisik (11 orang).
Temuan lain sebagian responden tidak hanya mengalami satu kekerasan saja. Dari
37 responden, 20 responden mengalami labih dari satu kekerasan, biasanya dimulai
dengan perbedaan pendapat antara istri (korban) dengan suami lalu muncul
pernyataan-pernyataan yang menyakitkan korban, bila situasi semakin panas maka
suami melakukan kekerasan fisik. Sementara data kekerasan terhadap perempuan
di Bali juga tidak dikumpulkan secara sistematis, menurut Ida Bagus Alit dari Bagian
Forensik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, selama 2008 terjadi 164 kasus
kekerasan pada perempuan. sedangkan pada enam bulan pertama 2009, kasusnya
sudah mencapai 78 kasus (majalah Tempo, 2009). Berdasarkan pra survey yang
dilakukan di Desa Buahan berdasarkan hasil wawancara 6 dari 10 ibu rumah pernah
mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Perspektif gender beranggapan tindak kekerasan terhadap istri dapat dipahami
melalui konteks sosial. Menurut Berger (1990) dalam Sunaryo (2006), perilaku
individu sesungguhnya merupakan produk sosial, dengan demikian nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat turut membentuk prilaku individu artinya apabila
nilai yang dianut suatu masyarakat bersifat patriakal yang muncul adalah
superioritas laki-laki dihadapan perempuan, manifestasi nilai tersebut dalam
kehidupan keluarga adalah dominasi suami atas istri. Mave Cormack dan Stathern
(2000) menjelaskan terbentuknya dominasi laki-laki atas perempuan ditinjau dari
teori nature and culture. Dalam proses transformasi dari nature ke culture sering
terjadi penaklukan. Laki-laki sebagai culture mempunyai wewenang menaklukan
dan memaksakan kehendak kepada perempuan (nature). Secara kultural laki-laki
ditempatkan pada posisi lebih tinggi dari perempuan, karena itu memiliki legitimasi
untuk menaklukan dan memaksa perempuan. Dari dua teori ini menunjukkan
gambaran aspek sosiokultural telah membentuk social structure yang kondusif bagi
dominasi laki-laki atas perempuan, sehingga mempengaruhi prilaku individu dalam
kehidupan berkeluarga.
Sebagian besar perempuan sering bereaksi pasif dan apatis terhadap tindak
kekerasan yang dihadapi. Ini memantapkan kondisi tersembunyi terjadinya tindak
kekerasan pada istri yang diperbuat oleh suami. Kenyataan ini menyebabkan
minimnya respon masyarakat terhadap tindakan yang dilakukan suami dalam
ikatan pernikahan. Istri memendam sendiri persoalan tersebut, tidak tahu
bagaimana menyelesaikan dan semakin yakin pada anggapan yang keliru, suami
dominan terhadap istri. Rumah tangga, keluarga merupakan suatu institusi sosial
paling kecil dan bersifat otonom, sehingga menjadi wilayah domestik yang tertutup
dari jangkauan kekuasaan publik. Campur tangan terhadap kepentingan masing-
masing rumah tangga merupakan perbuatan yang tidak pantas, sehingga timbul
sikap pembiaran (permissiveness) berlangsungnya kekerasan di dalam rumah
tangga. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang ”Gambaran jenis-jenis kekerasan dalam rumah tangga yang
dialami oleh ibu rumah tangga

Scribd

Upload a Document

Search Documents

Explore

Documents

• Books - Fiction
• Books - Non-fiction
• Health & Medicine
• Brochures/Catalogs
• Government Docs
• How-To Guides/Manuals
• Magazines/Newspapers
• Recipes/Menus
• School Work
• + all categories

• Featured
• Recent

People

• Authors
• Students
• Researchers
• Publishers
• Government & Nonprofits
• Businesses
• Musicians
• Artists & Designers
• Teachers
• + all categories

• Most Followed
• Popular

• Sign Up
• |
• Log In

/ 24

Download this Document for Free

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis kejahatan yang kurang

mendapatkan perhatian dan jangkauan hukum. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga pada umumnya

melibatkan pelaku dan korban diantara anggota keluarga di dalam rumah tangga, sedangkan bentuk tindak

kekerasan bisa berupa kekerasan fisik dan kekerasan verbal (ancaman kekerasan). Pelaku dan korban tindak

kekerasan didalam rumah tangga bisa menimpa siapa saja, tidak dibatasi oleh strata, status sosial, tingkat

pendidikan, dan suku bangsa.

Tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga merupakan masalah sosial yang serius, akan tetapi

kurang mendapat tanggapan dari masyarakat dan para penegak hukum karena beberapa alasan, pertama:
ketiadaan statistik kriminal yang akurat, kedua: tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga memiliki

ruang lingkup sangat pribadi dan terjagaprivacynya berkaitan dengan kesucian dan keharmonisan rumah

tangga (sanctitive of the home), ketiga: tindak kekerasan pada istri dianggap wajar karena hak suami sebagai

pemimpin dan kepala keluarga, keempat: tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga terjadi dalam

lembaga legal yaitu perkawinan. (Hasbianto, 1996).

Perspektif gender beranggapan tindak kekerasan terhadap istri dapat dipahami melalui konteks sosial.

Menurut Berger (1990), perilaku individu sesungguhnya merupakan produk sosial, dengan demikian nilai dan

norma yang berlaku dalam masyarakat turut membentuk prilaku individu artinya apabila nilai yang dianut

suatu masyarakat bersifat patriakal yang muncul adalah superioritas laki-laki dihadapan perempuan,

manifestasi nilai tersebut dalam kehidupan keluarga adalah dominasi suami atas istri.

Mave Cormack dan Stathern (1990) menjelaskan terbentuknya dominasi laki-laki

atas perempuan ditinjau dari teori nature and culture. Dalam proses transformasi dari

natureke culture sering terjadi penaklukan. Laki-laki sebagai culturemempunyai

wewenang menaklukan dan memaksakan kehendak kepada perempuan (nature). Secara kultural laki-laki

ditempatkan pada posisi lebih tinggi dari perempuan, karena itu memiliki legitimasi untuk menaklukan dan

memaksa perempuan. Dari dua teori ini menunjukkan gambaran aspek sosiokultural telah membentuk social

structure yang kondusif bagi dominasi laki-laki atas perempuan, sehingga mempengaruhi prilaku individu

dalam kehidupan berkeluarga.


Sebagian besar perempuan sering bereaksi pasif dan apatis terhadap tindak kekerasan yang dihadapi.

Ini memantapkan kondisi tersembunyi terjadinya tindak kekerasan pada istri yang diperbuat oleh suami.

Kenyataan ini menyebabkan minimnya respon masyarakat terhadap tindakan yang dilakukan suami dalam

ikatan pernikahan. Istri memendam sendiri persoalan tersebut, tidak tahu bagaimana menyelesaikan dan

semakin yakin pada anggapan yang keliru, suami dominan terhadap istri. Rumah tangga, keluarga merupakan

suatu institusi sosial paling kecil dan bersifat otonom, sehingga menjadi wilayah domestik yang tertutup dari

jangkauan kekuasaan publik.

Campur tangan terhadap kepentingan masing-masing rumah tangga merupakan perbuatan yang tidak

pantas, sehingga timbul sikap pembiaran (permissiveness) berlangsungnya kekerasan di dalam rumah tangga.

Menurut Murray A. Strause (1996), bahwa kekerasan dalam rumah tangga merupakan moralitas pribadi dalam

rangka mengatur dan menegakkan rumah tangga sehingga terbebas dari jangkauan kekuasaan publik.

Di Indonesia data tentang kekerasan terhadap perempuan tidak dikumpulkan

secara sistematis pada tingkat nasional. Laporan dari institusi pusat krisis perempuan,

menunjukkan adanya peningkatan tindak kekerasan terhadap perempuan,. Menurut Komisi Perempuan (2005)

mengindikasikan 72% dari perempuan melaporkan tindak kekerasan sudah menikah dan pelakunya selalu

suami mereka. Mitra Perempuan (2005) 80% dari perempuan yang melapor pelakunya adalah para suami,

mantan suami, pacar laki-laki, kerabat atau orang tua, 4,5% dari perempuan yang melapor berusia dibawah 18

tahun. Pusat Krisis Perempuan di Jakarta (2005); 9 dari 10 perempuan yang memanfaatkan pelayanan
mengalami lebih dari satu jenis kekerasan (fisik, fisiologi, seksual, kekerasan ekonomi, dan pengabaian),

hampir 17% kasus tersebut berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi perempuan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rifka Annisa Womsis Crisis Centre (RAWCC, 1995) tentang

kekerasan dalam rumah tangga terhadap 262 responden (istri) menunjukan 48% perempuan (istri) mengalami

kekerasan verbal, dan 2% mengalami kekerasan fisik. Tingkat pendidikan dan pekerjaan suami (pelaku)

menyebar dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi (S2); pekerjaan dari wiraswasta, PNS, BUMN, ABRI.

Korban (istri) yang bekerja dan tidak bekerja mengalami kekerasan termasuk penghasilan istri yang lebih besar

dari suami (RAWCC, 1995).

Hasil penelitian kekerasan pada istri di Aceh yang dilakukan oleh Flower (1998) mengidentifikasi dari

100 responden tersebut ada 76 orang merespon dan hasilnya 37 orang mengatakan pernah mengalami tindak

kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan berupa psikologis (32 orang), kekerasan seksual (11 orang),

kekerasan ekonomi (19 orang), kekerasan fisik (11 orang). Temuan lain sebagian responden tidak hanya

mengalami satu kekerasan saja. Dari 37 responden, 20 responden mengalami labih dari satu kekerasan,

biasanya dimulai dengan perbedaan pendapat antara istri (korban) dengan suami lalu muncul pernyataan-

pernyataan yang menyakitkan korban, bila situasi semakin panas maka suami melakukan kekerasan fisik.

Dari penelitian ini terungkap bahwa sebagai suami yang melakukan tindak kekerasan kepada istri

meyakini kebenaran tindakannya itu, karena prilaku istri dianggap tidak menurut kepada suami, melalaikan
pekerjaan rumah tangga, cemburu, pergi tanpa pamit. Hal ini diyakini oleh pihak istri, sehingga mereka

mengalami kekerasan dari suaminya dan cenderung diam tidak membantah.

Penelitian yang mengkaitkan tindak kekerasan pada istri yang berdampak pada kesehatan reproduksi

masih sedikit. Menurut Hasbianto (1996), dikatakan secara psikologi tindak kekerasan pada istri dalam rumah

tangga menyebabkan gangguan emosi, kecemasan, depresi yang secara konsekuensi logis dapat mempengaruhi

kesehatan reproduksinya. Menurut model Dixon-Mudler (1993) tentang kaitan antara kerangka seksualitas atau

gender dengan kesehatan reproduksi; pemaksaan hubungan seksual atau tindak kekerasan terhadap istri

mempengaruhi kesehatan seksual istri. Jadi tindak kekerasan dalam konteks kesehatan reproduksi dapat

dianggap tindakan yang mengancam kesehatan seksual istri, karena hal tersebut menganggu psikologi istri baik

pada saat melakukan hubungan seksual maupun tidak.

Dari latar belakang ini, penulis tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai tindakan kekerasan pada

istri dalam rumah tangga berdampak terhadap kesehatan reproduksi.

B. Tujuan Penulisan

uan Umum: mampu memahami secara menyeluruh tentang tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga dan dampaknya

terhadap kesehatan reproduksi perempuan serta implikasi keperawatan yang dapat diberikan.

2. Tujuan Khusus:

a. Dapat mengidentifikasi bentuk tindakan kekerasan dan kategori pada istri dalam

rumah tangga.

b. Dapat menjelaskan faktor-faktor yang mendorong terjadi tindak kekerasan dalam


rumah tangga.

c. Memperoleh persepsi istri terhadap tindakan kekerasan yang dialaminya.

d. Dapat menjelaskan dampak tindak kekerasan pada istri terhadap kesehatan repro-

duksinya.

e. Dapat mengetahui adanya issu tentang kekerasan dalam rumah tangga

f. Dapat mengimplikasikan peran perawat dalam melakukan pendampingan korban

tindak kekerasan dalam rumah tangga

Kekerasan Pada Istri Dalam Rumah Tangga


Download this Document for FreePrintMobileCollectionsReport Document

This is a private document.

Info and Rating


di indonesia

ham tentangkekerasan

tentangkekerasan di

makalah ham

tangga terhadap

hukum

kdrt ditinjau

(more tags)

Follow

endhoenk

Share & Embed

Related Documents
PreviousNext
1.

p.

p.

p.

2.

p.
p.

p.

3.

p.

p.
p.

4.

p.

p.

p.

5.
p.

p.

p.

6.

p.
p.

p.

7.

p.

p.
p.

8.

p.

p.

p.

9.
p.

p.

p.

10.

p.
p.

p.

11.

p.

p.
p.

More from this user


PreviousNext

1.

4 p.

24 p.

Recent Readcasters
Add a Comment

Submit

Characters: 400

Print this document

High Quality

Open the downloaded document, and select print from the file menu (PDF reader required).

Download and Print


You Must be Logged in to Download a Document

Use your Facebook login and see what your friends are reading and sharing.

Other login options


Login with Facebook

Signup

I don't have a Facebook account

email address (required)

create username (required)

password (required)

Send me the Scribd Newsletter, and occasional account related


communications.

Sign Up Privacy policy

You will receive email notifications regarding your account activity. You can manage
these notifications in your account settings. We promise to respect your privacy.

Why Sign up?


Discover and connect with people of similar
interests.

Publish your documents quickly and easily.

Share your reading interests on Scribd and


social sites.

Already have a Scribd account?

email address or username

password

Log In Trouble logging in?


Login Successful

Now bringing you back...

« Back to Login

Reset your password

Please enter your email address below to reset your password. We will send you an email with
instructions on how to continue.

Email address:

Submit

Upload a Document

Search Documents

• Follow Us!
• scribd.com/scribd
• twitter.com/scribd
• facebook.com/scribd

• About
• Press
• Blog
• Partners
• Scribd 101
• Web Stuff
• Scribd Store
• Support
• FAQ
• Developers / API
• Jobs
• Terms
• Copyright
• Privacy

Copyright © 2010 Scribd Inc.


Language:

English
Choose the language in which you want to experience Scribd:

• English
• Español
• Português (Brasil)

scribd. scribd. scribd. scribd.

You might also like