You are on page 1of 25

I.

PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi merupakan proses perubahan dari suatu tipe perekonomian


menjadi tipe lain yang lebih maju (Hirschman,1970). Sedangkan menurut Meier dan Baldwin
(1964), pembangunan ekonomi adalah suatu proses, dengan proses dimana pendapatan
nasional riil suatu perekonomian bertambah selama suatu periode waktu yang panjang.
Kadang-kadang istilah pembangunan ekonomi sering disamakan dengan modernisasi,
westernisasi, serta industrialisasi (Sitohang,1970). Faktor-faktor yang dapat menghambat
pembangunan ekonomi, diantaranya adalah (1) pertumbuhan penduduk yang cepat, (2)
sumberdaya alam yang tidak memadai, (3) pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien, (4)
sumberdaya manusia yang tidak memadai (Lipsey, dkk, 1990). Konsekuensi dari adanya
faktor-faktor penghambat pembangunan ekonomi menurut Lipsey (1990) dapat menyebabkan
adanya pengangguran di suatu negara. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yaitu: (1) tanah dan kekayaan alam lainnya, (2) jumlah dan mutu dari
penduduk dan tenaga kerja, (3) barang-barang modal dan tingkat teknologi, (4) sistem sosial
dan sikap masyarakat (Sukirno,1981).

Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan standar hidup penduduk negara


yang bersangkutan yang biasa diukur dengan pendapatan riil perkapita. Standar hidup tidak
akan dapat dinaikkan kecuali jika output total meningkat dengan lebih cepat daripada
pertumbuhan jumlah penduduk. Untuk mempengaruhi perkembangan output, maka
diperlukan adanya penambahan investasi yang cukup besar untuk dapat menyerap
pertambahan penduduk. Pada kesempatan kali ini, akan membahas tentang hubungan
pertumbuhan penduduk dengan perkembangan ekonomi khususnya tenaga kerja yang
berpartisipasi dalam perekonomian.

Untuk mempelajari tenaga kerja dan kependudukan maka ada baiknya kita
mengetahui definisi dari masing – masing pengertian tersebut.
kependudukan atau demografi merupakan cabang  ilmu yang mempelajari bagaimana
dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi
penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran,
kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara
keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria
seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu. Sedangkan tenaga kerja

1
adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat
memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh
penduduk berusia 10 tahun ke atas (lihat hasil Sensus Penduduk 1971, 1980 dan 1990).
Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja
adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih.

Pertumbuhan penduduk ternyata banyak membantu ekonomi negara maju karena


mereka sudah makmur dan modalnya berlimpah, sedangkan jumlah buruh kurang. Pada
kenyataannya bahwa kenaikan jumlah penduduk justru menghasilkan GNP yang naik lebih
tinggi dibandingkan hanya sekedar proporsional.Akibat adanya pertumbuhan jumlah
penduduk dalam pembangunan berbeda dengan negara maju. Hal ini disebabkan ekonomi di
negara berkembang, modalnya berkurang dan jumlah buruhnya melimpah. Ini menunjukkan
adanya perbedaan yang sangat tajam bahkan bertolak belakang dengan kondisi di negara-
negara kaya atau di negara maju. Oleh karena itu pertumbuhan penduduk di negara-negara
berkembang dianggap sebagai hambatan pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan penduduk yang cepat berarti memperberat tekanan pada lahan pekerjaan
dan menyebabkan terjadinya pengangguran. Juga masalah penyediaan pangan yang semakin
banyak jumlahnya. Pertumbuhan penduduk terutama berpengaruh yang sangat besar baik
dalam hal pendapatan per kapita, standar kehidupan, pembangunan pertanian, lapangan kerja,
tenaga buruh, maupun dalam hal pembentukan modal

2
II. KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN

1. Kependudukan

A. Pengertian Penduduk

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia selama
enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi
bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu: fertilitas,
mortalitas dan migrasi. Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi
yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini
menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup.
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen demografi yang
dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi
pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang
ekonomi dan kesehatan. Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda – tanda kehidupan
secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk.
Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus mengingat
adanya densitas (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak merata, adanya faktor – faktor
pendorong dan penarik bagi orang – orang untuk melakukan migrasi, di pihak lain, komunikasi
termasuk transportasi semakin lancar. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk
menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara atau pun batas
administratif/batas bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan
yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain.

B. Peranan Penduduk dalam Pembangunan Ekonomi

Ada 4 aspek penduduk yang perlu diperhatikan negara-negara sedang berkembang,


yaitu:
 Adanya tingkat perkembangan penduduk yang relatif tinggi
 Adanya struktur umum yang favorable
 Tidak adanya distribusi penduduk yang merata
 Tidak adanya tenaga kerja yang terlatih dan terdidik

3
1) Tingkat Perkembangan Penduduk yang Tinggi
Tidak selamanya pertumbuhan penduduk yang cepat memberikan dampak yang negatif
terhadap perkembangan ekonomi dalam suatu negara. Kaum klasik mengemukakan bahwa
pertumbuhan penduduk yang cepat pada suatu negara yang maju, akan memberikan dampak
positif. Dengan bertambahnya penduduk maka daya beli masyarakat semakin meningkat. Hal
ini dikarenakan dalam negara maju, tingkat tabungan yang dimiliki mampu mengimbangi laju
pertumbuhan penduduk, sehingga dengan penduduk yang banyak justru meningkatkan
purchasing power. Permintaan akan meningkat seiring bertambahnya penduduk. Penawaran
pun akan bertambah pula karena semakin banyak kebutuhan penduduknya yang harus
dipenuhi. Efek yang lain, dengan semakin banyaknya penduduk yang berkualitas, maka
sektor tenaga kerja ahli mudah didapat. Apalagi di negara maju ditunjang oleh banyak faktor.
Hal ini sesuai dengan pendapat Keynes, bahwa dalam negara maju meningkatnya
produktivitas tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja akan selalu mengiringi kenaikan
jumlah penduduk.
Pertumbuhan penduduk di negara berkembang umumnya memberikan efek yang
negatif, karena pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan kualitas dan produktivitas
manusianya tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Kaum Klasik bahwa selalu ada
perlombaan antara tingkat perkembangan output dengan tingkat perkembangan penduduk
yang akhirnya akan dimenangkan oleh perkembangan penduduk. Hal itu terjadi karena
penduduk juga berfungsi sebagai tenaga kerja, sehingga biasanya sering terdapat kesulitan
dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Kalau misalnya penduduk tersebut dapat mendapatkan
pekerjaan, maka akan dapat meningkatkan kesejahteraan bangsanya, namun apabila tidak,
mereka akan menjelma menjadi pengangguran yang hanya akan meningkatkan angka
ketergantungan dan otomatis menurunkan tingkat kesejahteraan suatu negara. Produktivitas
penduduk di negara berkembang relatif rendah sehingga mengakibatkan rendahnya produksi.
Hal itu dikarenakan sebagian besar penduduk di negara berkembang berasal dari sektor
agraris, sehingga hasil dari produksinya biasanya hanya habis untuk dikonsumsi sendiri.
Bahkan untuk konsumsi sendiri saja masih kurang, sehingga mereka tidak terlalu memikirkan
tentang menabung (saving) apalagi investasi.

4
a) Isu Kependudukan
Di negara berkembang, masalah kependudukan merupakan masalah yang sulit untuk
diatasi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan tingkat tabungan
yang cukup. Apalagi jika kualitas penduduk itu sendiri tidak cukup bagus setidaknya untuk
memproduksi atau memenuhi kebutuhannya sendiri. Dia akan menjadi pengangguran yang
tentunya akan mengurangi tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, di negara berkembang
dibutuhkan suntikan investasi untuk mengembangkan perekonomian.

b) Trend Fertilitas dan Mortalitas


Pada umumnya tingkat kelahiran yang tinggi dihubungkan dengan kemiskinan
nasional. Namun adalah keliru bila kita menyiimpulkan bahwa berhubung angka kelahiran
yang tinggi pada umumnya terdapat di negara miskin. Sedangkan angka kelahiran rendah
terdapat di negara maju. Maka dengan meningkatkan pendapatan per kapita lalu tingkat
kelahiran akan menurun. Juga tidak ada kepastian hubungan antara laju pertumbuhan
pendapatan nasional per kapita dengan tingkat kelahiran. Namun jelas ada bukti bahwa ada
hubungan positif anatara sidtribusi pendapatan dengan tingkat kelahiran. Akhirnya kita dapat
menyimpulkan bahwa negara-negara yang berjuang untuk mengurangi tidak meratanya
penghasilan atau dengan kata lain berusaha menyebarkan hasil (benefit) dari pembangunan
ekonomi ke sebagian besar penduduk akan mungkin sekali mampu menurunkan tingkat
kelahiran daripada negar-negara yang kurang memperhatikan pemerataan hasil pembangunan
ekonominya.

c) Pertumbuhan Penduduk dan Kebutuhan Investasi


Untuk meningkatkan output, tambahan investasi harus cukup besar sehingga dapat
meningkatkan penghasilan riil per kapita. Tetapi kesulitan dalam hal ini sering dialami oleh
negara berkembang, sesuai dengan Teori Perangkap pada Keseimbangan Pendapatan yang
Rendah Malthus. Kesimpulannya untuk dapat mempertinggi penghasilan per kapitanya
negara berkembang memerlukan kebijakan dorongan yang besar. Atau perekonomian harus
memenuhi apa yang disebut “usaha minimum yang sangat perlu”. Pembangunan yang secara
sedikit demi sedikit pun bisa dilakukan asal dengan memilih sektor yang yang mempunyai
kapasitas berkembang yang cepat.

5
 Struktur Umur yang Tidak Favorable
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pada umumnya pada negara
yang berkembang memiliki angka ketergantungan yang tinggi karena besarnya jumlah
penduduk usia muda. Proporsi yang besar dari penduduk usia muda ini tidak menguntungkan
bagi pembangunan ekonomi, karena:
 Penduduk golongan usia muda, cenderung untuk memperkecil angka penghasilan per
kapita dan mereka semua merupakan konsumen dan bukan produsen dalam
perekonomian tersebut.
 Adanya golongan penduduk usia muda yang besar jumlahnya di suatu negara akan
mengakibatkan lebih banyak alokasi faktor-faktor produksi ke arah “investasi-
investasi sosial” dan bukan ke “investasi-investasi kapital”. Oleh karena itu, paling
tidak ia akan menunda perkembangan ekonomi.

2) Distribusi Penduduk yang Tidak Seimbang


Tingkat urbanisasi yang tinggi pada umumnya terjadi pada daerah-daerah yang sudah
maju. Sebab para penduduk lebih banyak berpindah dari daerah yang kurang maju ke daerah
yang lebih maju, sehingga pada negara maju tingkat urbanisasi lebih kecil. Adanya tingkat
upah yang leih menarik di sektor industri mendorong penduduk yang ada di desa berpindah
ke kota yang menyebabkan penduduk di negara maju yang bekerja di sektor pertanian lebih
sedikit. Berbeda dengan di negara yang berkembang. Urbanisasi yang tinggi menyebabkan
ketidakseimbangan dalam proses perkembangan ekonomi antara sektor pertanian dengan
sektor industri. Ketidakseimbangan distribusi penduduk baik antara desa dan kota maupun
antara daerah yang lebih berkembang dan daerah yang kurang berkembang akan menghambat
jalannya pembangunan ekonomi karena pembangunan ekonomi memerlukan mobilitas tenaga
kerja yang lebih mudah, yang didapati di negara-negara atau daerah-daerah yang memiliki
distribusi penduduk yang lebih merata.

3) Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah


Rendahnya kualitas penduduk merupakan penghalang pembangunan ekonomi suatu
negara disebabkan oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan tenaga kerja yang rendah. Maka
menurut Schumacher pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya
dibandingkan faktor-faktor produksi yang lain.

6
C. Dinamika Pertumbuhan Penduduk Indonesia

Penduduk Indonesia pada saat ini masih digolongkan sebagai penduduk muda. Itu
berarti jika tidak ada kondisi yang sangat ekstrim, seperti misalnya peperangan (dalam
peperangan akan banyak orang muda yang mati), maka penurunan pertumbuhan penduduk
tidak secara otomatis menurunkan pertumbuhan angkatan kerja. Dalam kondisi normal,
pertumbuhan penduduk akan menurunkan jumlah penduduk pada struktur yang muda (0 – 15
tahun).

Nilai pertumbuhan penduduk

Dalam demografi dan ekologi, nilai pertumbuhan penduduk (NPP) adalah nilai kecil dimana
jumlah individu dalam sebuah populasi meningkat. NPP hanya merujuk pada perubahan
populasi pada periode waktu unit, sering diartikan sebagai persentase jumlah individu dalam
populasi ketika dimulainya periode. Ini dapat dituliskan dalam rumus: P = Poekt

Cara yang paling umum untuk menghitung pertumbuhan penduduk adalah rasio, bukan nilai.
Perubahan populasi pada periode waktu unit dihitung sebagai persentase populasi ketika
dimulainya periode. Yang merupakan:

Lapangan kerja datang dari adanya pertumbuhan ekonomi. Namun pertumbuhan yang
tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang besar. Ini berkaitan dengan strategi
pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah dan dunia usaha. Sebagai contoh
pada kurun waktu 1971 – 1980, pertumbuhan ekonomi adalah 7,9 persen per tahun, namun
daya serapnya angkatan kerja relatif kecil, yaitu hanya bertambah tiga persen setahun.
Payaman (1996), melakukan proyeksi mengenai pertambahan angkatan kerja dan kesempatan

7
kerja dalam PJP II. Proyeksi ini dilakukan sebelum krisis ekonomi terjadi. Jika mengikuti
proyeksi tersebut, maka Indonesia mengalami masalah kesenjangan antara angkatan kerja dan
kesempatan kerja sampai dengan akhir Repelita VIII. Baru setelah Repelita VIII, kesempatan
kerja diperkirakan akan berada di atas angkatan kerja (Tabel 3).
Tabel 3. Perkiraan Pertumbuhan Angkatan Kerja dan Kesempatan Sumber:
BPS,1993
Kerja Dalam
Namun
PJP II (X 1000) Angkatan Kerja Kesempatan Kerja
sekali lagi Repelita VI (1998) 12.704 11.913 bahwa
proyeksi Repelita VII (2003) 13.232 12.427 ini dibuat
Repelita VIII (2008) 12.701 12.744
sebelum Repelita IX (2013) 12.095 12.177 adanya
krisis Repelita X (2018) 11.455 11.871 ekonomi.
Hal lain yang juga harus diperhatikan dalam menganalisa hubungan antara angkatan kerja
dan kesempatan kerja adalah bahwa jika kesempatan kerja berada di atas angkatan kerja
bukan berarti masalah ketenagakerjaan, atau lebih khususnya pengangguran, teratasi. Adanya
kesempatan kerja baru merupakan “potensi” dan “potensi” tersebut mungkin saja tidak dapat
dimanfaatkan bila angkatan kerja yang tersedia tidak memiliki kualitas yang memadai.

D. Solusi Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi di Negara-Negara   Berkembang

Pertambahan penduduk yang pesat tidak selalu merupakan penghambat jalannya


pembangunan ekonomi, asal saja penduduk tersebut mempunyai kapasitas yang tinggi untuk
menghasilkan dan menghisap hasil produksi yang dihasilkan. Keberhasilan usaha
pembangunan ekonomi dalam suatu negara dipengaruhi dan ditentukan oleh banyak faktor,
salah satunya yaitu faktor tenaga kerja.
Peranan tenaga kerja dalam pembangunan ditentukan oleh jumlah dan mutu tenaga
kerja yang tersedia sebagai pelaksana berbagai usaha di lapangan pekerjaan yang tersedia.
Tenaga kerja di negara – negara berkembang yang banyak bekerja di sektor pertanian dapat
disalurkan pada sektor industri yang mampu menyerap relatif lebih banyak tenaga kerja,
terutama yang bersifat padat karya. Jumlah penawaran tenaga kerja di negara – negara
berkembang yang tinggi disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang pesat dapat
dimanfaatkan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan oleh pemerintah. Pelatihan-pelatihan
yang diberikan tersebut bertujuan untuk memberdayakan tenaga kerja yang berlebih agar

8
sumber-sumber alam yang melimpah dan belum diolah secara maksimal menghasilkan
sesuatu yang dapat menaikkan angka pertumbuhan ekonomi.
Jumlah penduduk yang banyak atau khususnya tenaga kerja yang menganggur, tidak
selalu menjadi bahaya stagnasi dalam pembangunan. Tenaga kerja yang kurang produktif
terutama yang terpaksa menganggur dapat dimanfaatkan dengan menciptakan lapangan kerja,
yang direalisasikan melalui berbagai proyek pekerjaan umum. Sehingga penciptaan lapangan
pekerjaan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan.
Pembangunan ekonomi harus dibarengi dengan pembangunan dalam pendidikan yang
dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja. Salah satu peningkatan pendidikan terhadap
tenaga-tenaga kerja di negara-negara berkembang, yaitu dengan melakukan inovasi
pendidikan dalam semua aspek. Hal ini dikarenakan untuk mengisi lapangan kerja yang
tersedia diperlukan tenaga kerja yang memiliki kecakapan dan keterampilan yang sesuai
dengan keperluan pembangunan.

E. Jumlah Penduduk dan Pembangunan

Salah satu tanda negara berkembang umumnya terletak pada jumlah penduduk yang
begitu banyak, sedangkan jumlah yang banyak itu sebagian besar tidak produktif, karena
kualitasnya yang sangat rendah. Banyaknya jumlah penduduk di negara-negara berkembang
disebabkan tidak seimbangnya jumlah kelahiran dan kematian. Walaupun sudah sejak lama
diadakan pengendalian melalui keluarga berencana.

Masalah jumlah penduduk yang begitu banyak baik di negara-negara yang


terbelakang maupun negara-negara berkembang sebenarnya sudah sejak lama dikhawatirkan
oleh hipotesis Malthus yang mengatakan bahwa konsumsi keseimbangan jangka panjang
tidak terletak lebih tinggi dari pada tingkat subsistence. Bahkan secara umum para mahasiswa
lebih kenal dengan teori Malthus yang menekankan bahwa jumlah produksi makanan
menurut deret hitung, sedangkan jumlah pertumbuhan penduduk menurut deret ukur. Walau
teori Malthus akhirnya juga ditolak oleh para ahli yang menyatakan bahwa:

1. Teori Malthus tidak memperhitungkan peranan serta pengaruh adanya kemajuan


teknologi.

9
2. Teori itu hanya didasarkan pada satu hipotesis, yang berkaitan dengan hubungan
makro antara jumlah pertumbuhan penduduk dan pendapatan perkapita, yang ternyata
tidak tahan uji secara empiris.
3. Teori Malthus hanya menitik beratkan pada variabel yang ternyata dianggap keliru,
dimana pendapatan perkapita sebagai determinan utana dalam pertumbuhan pendudul.
Tapi seharusnya berdasarkanp pada mikro ekonomi yang menitik beratkan pada taraf
hidup individu, dimana determinan utamanya bagi keluarga adalah keputusan
mengenai jumlah anak, dan bukannya pada taraf hidup masyarakat secara
keseluruhan.

Penduduk dan Pendapatan Per-Kapita

Pengaruh pertumbuhan penduduk pada pendapatan per-kapita biasanya tidak


menguntungkan. Pertumbuhan penduduk cenderung memperlambat pendapatan per kapita
dalam 3 cara :

1. Memperberat beban penduduk pada lahan.


2. Menaikan biaya barang konsumsi karena kekurangan faktor pendukung untuk
meningkatkan penawaran mereka.
3. Memerosotkan akomodasi modal, karena dengan tambah anggota keluarga , biaya
meningkat.

Penduduk dan standar kehidupan

Karena salah satu faktor penting standar kehidupan adalah pendapatan per kapita,
maka faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan per kapita dalam hubungannya dengan
pertumbuhan penduduk sama-sama mempengaruhi standar kehidupan.

10
Penduduk pembangunan pertanian

Di negara terbelakang , kebanyakan rakyat tinggal di wilayah pedesaan. Pertanian


merupakan mata pencarian utama oleh karena itu pertambahan penduduk akan
mempengaruhi rasio lahan manusia. Produktivitas per kapita yang rendah mengurangi
kecenderungan untuk menabung dan menginvestasi. Akibatnya , pemakaian teknik yang lebih
baik dan perbaikan lainnya pada lahan menjadi tidak mungkin

Penduduk dan lapangan kerja

Penduduk yang meningkat dengan cepat menjerumuskan perekonomian


pengangguran dan kekurangan lapangan kerja. Kerena penduduk meningkat proporsi pekerja
pada penduduk total menjadi naik. Tetapi karena ketiadaaan sumber pelengkap, tidaklah
mungkin untuk mengembangkan lapangan pekejaan. Akibatnya tenaga buruh, pengangguran
dan kekurangan lapangan kerja meningkat. Penduduk yang meningkat dengan cepat
mengurangi pendapatan, tabungan dan investasi. Karenanya pembentukan modal menjadi
lambat dan kesempatan kerja kurang dan dengan begitu meningkatkan pengangguran. Lebih
dari itu , apabila tenaga buruh dibandingkan dengan lahan meningkat, sumber modal dan
sumber lainnya, faktor komplemen tersedia per pekerja merosot dan akibatnya pengangguran
dan kekurangan pekerjaan meningkat.

Penduduk dan tenaga buruh

Tenaga buruh di dalam suatu perekonomian adalah rasio antara penduduk yang
bekerja dengan penduduk total .dengan asumsi 50 tahun sebagai harapan hidup rata-rata di
negara ter belakang, tenaga buruh pada pokoknya adalah penduduk pada kelompok usia 15-
50 tahun. Selama tahap peralihan demografis tingkat kelahiran meningkat dan kematian
menurun. Akibatnya, sebagian terbesar penduduk berada pada kelompok usia rendah 25-50
tahun, dan hanya sebagian kecil yang terrmasuk pada kelompok usia tanaga buruh. Adanya
anak-anak dewasadi dalam tenaga buruh mengandung makna bahwa orang yang
berpartisipasi pada pekerjaan produktif sebenarnya sedikit. Bahkan jika angka kelahiran
mulai menurun, tenaga buruh yang tersediabagi pekerjaan produktif pun dalam jangka

11
pendek akan tetap sama. Sebaliknya, jumlah anak-anak menjadi turun dan pendapatan
nasional meningkat karena jumlah konsumen menurun.

Penduduk dan pembentukan modal

Pertumbuhan penduduk memperlambat pembentukan modal. Jika penduduk


meningkat , pendapatan per kapita yang di dapat menurun. Dengan pendapatan yang sama
orang terpaksa member makan kepada anak-anak yang lebih banyak. Itu berarti bagian
terbesar pendapatan terpakai untuk pengeluaran konsumsi. Tabungan yang memang sudah
rendah menjadi semakin rendah.akibatnya, tingkat investasi juga menjadi semakin rendah.
penduduk yang meningkat secara cepat akan memperlambat seluruh usaha pembangunan di
negaara terbelakang kecuali kalau dibarengi dengan laju pembentukan modal dan kemajuan
teknologi yang tinggi. Tetapi faktor yang menetralkan ini tidak ada dan akibatnya ledakan
penduduk mengakibatkan produktifitas pertanian merosot, pendapatan per kapita rendah ,
standar kehidupan rendah, pengangguran dan tingkat pembentukan modal rendah.

F. Ciri Demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi

1. Transformasi ketenagakerjaan menurut lapangan pekerjaan dan wilayah


Transformasi ketenagakerjaan menurut lapangan pekerjaan erat kaitannya dengan
transformasi struktur produksi dan perbedaan pertumbuhan produktivitas per pekerja menurut
sector atau lapangan pekerjaan yang terjadi selama pertumbuhan ekonomi berlangsung.
Perkembangan produktivitas per pekerja di suatu negara biasanya dipengaruhi oleh : (1)
perkembangan stok barang modal per pekerja; (2) perkembangan mutu tenaga kerja, yang
tercermin pada perbaikan pendidikan, keterampilan dan kesehatan pekerja; (3) peningkatan
skala unit usaha; (4) pergeseran pekerja dari kegiatan yang relatif lebih rendah
produktivitasnya ke yang lebih tinggi; (5) perubahan product mix atau komposisi output pada
masing-masing sektor atau sub-sektor; dan (6) pergeseran teknik produksi dari padat karya ke
padat modal.

12
2. Pergeseran struktur pekerja menurut status pekerjaan
Statistik ketenagakerjaan membagi pekerjaan menurut status menjadi 5 golongna.
Pertama, golongan yang berusaha sendiri tanpa dibantu pakerja keluarga atau buruh tidak
tetap (status 1). Kedua, golongan yang berusaha dengan dibantu pekerja keluarga atau buruh
tidak tetap (status 2). Ketiga, golongan yang berusaha dengan dibantu buruh tetap (status 3).
Keempat, buruh dan/atau karyawan (status 4). Dan status (5) pekerja keluarga. Dalam
perkonomian yang sedang berkembang, struktur pekerja menurut status seperti di atas juga
mengalami pergeseran. Persentase pekerja yang termasuk status 1, 2 dan 5 (pekerja sector
nonformal) biasanya cenderung menurun, sementara pekerja status 3 dan 4 (sektor formal)
meningkat.

G. Perubahan Demografi di Indonesia

Demografi dalam pengertian yang paling sempit dinyatakan sebagai “demografi


formal” yang memperhatikan ukuran atau jumlah penduduk; distribusi atau persebaran
penduduk; struktur penduduk atau komposisi; dan dinamika atau perubahan penduduk.
Ukuran penduduk menyatakan jumlah orang dalam suatu wilayah pada waktu tertentu.
Distribusi penduduk menyatakan persebaran penduduk di dalam suatu wilayah pada suatu
waktu tertentu, baik berdasarkan wilayah geografi maupun konsentrasi daerah pemukiman.
Struktur penduduk menyatakan komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan atau
golongan umur. Sedangkan perubahan penduduk secara implicit menyatakan pertambahan
atau penurunan jumlah penduduk secara parsial ataupun keseluruhan sebagai akibat
berubahnya tiga komponen utama perubahan jumlah penduduk: kelahiran, kematian dan
migrasi.

Dalam pengertian yang lebih luas, demografi juga memperhatikan berbagai


karakteristik individu maupun kelompok, yang meliputi tingkat sosial, budaya, dan ekonomi.
Karakteristik sosial dapat mencakup status keluarga, tempat lahir, tingkat pendidikan, dan
lain sebagainya. Karakteristik ekonomi meliputi antara lain aktivitas ekonomi, jenis pekerjaan
(occupation), status pekerjaan, lapangan pekerjaan, dan pendapatan. Sedangakan aspek
budaya berkaitan dengan persepsi, aspirasi dan harapan-harapan.

13
Dalam pengertian yang paling luas, demografi mempelajari pemakaian data dan
penerapan hasil analisisnya dalam berbagai aspek termasuk berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan proses demografi. Di antaranya, dampak pertambahan penduduk terhadap
lingkungan hidup dan pemanfaataan sumber daya alam.

14
2. Tenaga Kerja

A. Tenaga Kerja dan Ketenagakerjaan

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan / atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Sedangkan Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.

B. Pemanfaatan Sumberdaya Manusia

1) Beberapa Konsep Ketenagakerjaan


Yang dimaksud dengan human resource disini adalah penduduk yang berupa tenaga
kerja (human power) yang dianggap sebagai faktor produksi. Tenaga kerja adalah penduduk
pada usia kerja yaitu antara 15-64 tahun.

Beberapa konsep/definisi yang digunakan dalam ketenagakerjaan adalah sbb:

1. Penduduk

Semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama enam
bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan
untuk menetap.

2. Usia kerja

Indonesia menggunakan batas bawah usia kerja (economically active population) 15


tahun (meskipun dalam survei dikumpulkan informasi mulai dari usia 10 tahun) dan tanpa
batas atas usia kerja.

3. Angkatan Kerja

Konsep angkatan kerja merujuk pada kegiatan utama yang dilakukan oleh penduduk usia
kerja selama periode tertentu. Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja, atau
punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan pengangguran.

4. Bukan angkatan kerja


15
Penduduk usia kerja tidak termasuk angkatan kerja mencakup penduduk yang bersekolah,
mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainya.

5. Bekerja

Kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan atau keuntingan paling sedikit 1(satu) jam secara tidak terputus
selama seminggu yang lalu. Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja
maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak bekerja,
misal karena cuti, sakit dan sejenisnya.

Kriteria satu jam (the one-hour criterion) digunakan dengan pertimbangan untuk
mencakup semua jenis pekerjaan yang mungkin ada pada suatu negara, termasuk didalamnya
adalah pekerja dengan waktu singkat (short-time work), pekerja bebas, stand-by work dan
pekerja yang tak beraturah lainnya.

Kriteria satu jam juga dikaitkan dengan definisi bekerja dan pengangguran yang
digunakan, dimana pengangguran adalah situasi dari ketiadaan pekerja secra total, sehingga
jika batas minimum dari jumlah jam kerja dinaikkan maka akan mengubah definisi
pengangguran yaitu bukan lagi ketiadaan pekerjaan secara total.

2) Jenis dan macam-macam Pengangguran


Pengangguran adalah keadaan dimana seorang yang termasuk dalam angakatan kerja,
ingin mencari pekerjaan namun tidak memperolehnya dikarenakan jumlah pencari kerja yang
tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang ingin menampungnya. Tenaga kerja yang
menganggur adalah mereka yang ada dalam umur angkatan kerja dan sedang mencari
pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku.

16
sejak tahun 2001 definisi pengangguran mengalami penyesuaian/perluasan menjadi sebagai
berikut ;

Pengangguran adalah mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak
mungkin mendapatkan pekerjaan (sebelumnya dikatagorikan sebagai bukan angkatan kerja),
yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikatagorikan sebagai
bekerja), dan pada waktu yang bersamaan mereka tak bekerja (jobless). Pengangguran
dengan konsep/definisi tersebut biasanya disebut sebagai pengangguran terbuka (open
unemployment).

Secara spesifik, pengangguran terbuka dalam Sakernas, terdiri dari :

 Mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan,


 Mereka yang tidak bekerja dan mempersiapkan usaha,
 Mereka yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan, dan
 Mereka yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima
bekerja, tetapi belum mulai bekerja.

Tingkat Pengangguran Terbuka dihitung sbb;

UE
TPT = x 100 %
AK

Dimana :

TPT = Tingkat Pengangguran Terbuka

UE = Peduduk 15+ mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, yang sudah punya
pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.

AK = Angkatan Kerja

17
1) Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang


disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar
kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.

2) Pengangguran Struktural / Structural Unemployment

Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari


lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka
lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan
kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya.

3) Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment

Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi


kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur.
Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang
menanti musim durian.

4) Pengangguran Siklikal

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas


naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada
penawaran kerja.

Di negara berkembang pengangguran dapat digolongkan menjadi:


 Visible Employment
Akan timbul apabila jumlah waktu kerja yang sungguh-sungguh digunakan lebih
sedikit daripada waktu kerja yang disediakan untuk bekerja.
 Disguised Employment

18
Pengangguran ini terjadi apabila para pekerja telah menggunakan waktu kerjanya
secara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik ke sektor-sektor atau pekerjaan lain
tanpa mengurangi sektor outpout yang ditinggalkan.
 Potential Under Employment
Merupakan suatu perluasan dari pengangguran tak kentara dalam artian suatu pekerja
dapat ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi output, tetapi harus dibarengi
dengan perubahan-perubahan fundamental dalam metode produksi yang memerlukan
pembentukan kapital yang berarti.

Memanfaatkan Tenaga-tenaga yang menganggur


Tenaga yang menganggur merupakan persediaan faktor produksi yang dapat
dikombinasikan dengan faktor produksi yang lain guna meningkatkan output di
negara yang berkembang. Masalah pemanfaatan tenaga kerja yang menganggur ini
baik segi penawaran maupun segi permintaan hanya diperlukan kapital yang relatif
sedikit. Keuntungan tenaga yang menganggur tersebut misalnya saja dalam sektor
pertanian yang tenaganya menganggur saat tidak musim panen dialihkan atau
dimanfaatkan ke dalam industri-industri kecil seperti yang dinyatakan oleh Profesor
Leibenstein bahwa kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak tergantung pada
kalori yang dimiliki tenaga kerja itu, sehingga tidak mudah untuk menarik tenaga
kerja dari sektor pertanian yang kemudian akan diikuti oleh penarikan bahan makanan
dari sektor pertanian pula.

C. Keadaan Tenaga Kerja di Negara-Negara Berkembang

Sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang berada dalam keadaan yang


ditandai dengan “kemiskinan massal”. Pertumbuhan penduduk yang dialami oleh negara-
negara berkembang sangat cepat laju pertumbuhannya. Sehingga hal tersebut merupakan
faktor dinamika yang paling penting, sebab faktor penduduk mempengaruhi serta
menentukan arah perkembangan suatu negara di masa yang akan datang. Pertumbuhan
penduduk merupakan masalah pokok dalam pembangunan ekonomi. Pengaruh pertambahan
penduduk ini terlihat pada pengadaan kebutuhan-kebutuhan pokok secara total harus
ditambah terutama pengadaan pangan dan mengakibatkan naiknya angkatan kerja.

19
Apabila jumlah penduduk tumbuh sama cepat dengan pendapatan nasional, maka
pendapatan per kapita tidak bertambah. Salah satu implikasi yang menonjol dalam masalah
pertumbuhan penduduk di negara – negara berkembang yaitu angkatan kerja produktif harus
menanggung beban yang lebih banyak untuk menghidupi anggota keluarga secara
proporsional jumlahnya hampir dua kali lipat dibandingkan dengan yang ada di negara –
negara maju. Artinya, negara – negara berkembang tidak hanya dibebani oleh tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi tetapi juga angkatan kerjanya harus menaggung beban
ketergantungan yang lebih berat.

Bagi negara-negara berkembang pada umumnya mengalami ledakan angkatan kerja,


namun gelombang pekerja yang belum ada tarafnya sekarang sedang memasuki pasaran
kerja, tetapi tidak diikuti dengan peningkatan lowongan kerja yang baru. Sehingga
pengangguran di kota-kota dan di desa-desa semakin meningkat terus. Pengangguran yang
terjadi di negara-negara berkembang disebabkan oleh banyaknya penduduk usia produktif
yang kurang memiliki keahlian dalam bekerja dengan didukung oleh sempitnya lapangan
pekerjaan yang tersedia.

Sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang bekerja di daerah pedesaan.


Lebih dari 65% penduduknya tinggal secara permanen bahkan turun-temurun. Demikian pula
sekitar 58% angkatan kerja di negara-negara berkembang mencari nafkah di sektor pertanian
yang menyumbang GNI sebesar 14%. (Smith,2006). Seperti yang tertera pada tabel berikut :

Tabel 1.  Populasi Agkatan Kerja, dan Produksi Pertanian di Berbagai Kawasan Maju
dan Berkembang di Tahun 2002-2003

%Sumbangan
Populasi Kota Desa %Pekerja
Wilayah Pertanian bagi
(Juta) (Persen) (Persen) Pertanian
GDP
Dunia 6314 47 53 49 5
Negara Maju 1202 75 25 5 3

Eropa 727 73 27 7 3

20
Amerika Utara 323 79 21 3 2

Jepang 127 78 22 7 2
Negara Berkembang 5112 40 60 49 14

Afrika 861 33 67 5 20

Asia Selatan 1480 30 70 7 30

Asia Timur 1918 40 60 3 18

Amerika Latin 540 75 25 7 10

Sumber: Population Reference Bureau, 2003 World Population Data Sheet (Washington, D.C.: Population
Reference Bureau, 2003) : World Bank, World Development Indicators, 2004 (New York : Oxford University
Press, 2004), tabs. 4 dan 12. Angka angkatan kerja pertanian berdasarkan hasil perkiraan bank dunia tahun
1997.

Banyaknya penduduk di negara-negara berkembang yang bekerja di sektor pertanian


serta memproduksi output primer (bahan-bahan mentah) dikarenakan pada suatu kenyataan
bahwa tingkat pendapatan yang rendah sehingga prioritas pertama bagi penduduk tersebut
adalah pangan, pakaian dan papan. Selain itu juga dikarenakan tenaga kerja di negara-negara
berkembang memiliki kualitas yang rendah bila dibandingkan dengan negara-negara maju
sehingga tidak dapat bersaing dengan tenaga kerja di negara-negara maju. Indikator dari
rendahnya kualitas tenaga kerja di negara-negara berkembang salah satunya dipengaruhi oleh
pendidikan yang rendah.

Pendidikan merupakan faktor yang menentukan terhadap kualitas dari tenaga kerja di
suatu negara dan merupakan unsur yang mendasar bagi pertumbuhan ekonomi.  Modal
pendidikan yang lebih baik dapat meningkatkan pengembalian atas investasi pendapatan.
Sebagian besar tenaga kerja di negara – negara berkembang hanya menempuh pendidikan
hingga bangku Sekolah Dasar dibandingkan dengan negara maju yang standarisasi
pendidikannya lebih tinggi, yaitu tenaga kerja yang berpendidikan sarjana.

D. Jumlah penduduk, Kesempatan Kerja dan pengangguran

21
Jumlah penduduk yang besar pada dasarnya merupakan potensi yang sangat berharga
ditinjau dari segi tenaga kerja, jika dapat didayagunakan dengan baik, penduduk yang sangat
banyak dan memiliki keterampilan ini merupakan potensi yang berharga. Jumlah penduduk
yang besar dan tidak memiliki keterampilan ini adalah kerugiannya yang dapat menyebabkan
pengangguran di mana-mana. Hal yang diharapkan kesempatan seimbang dengan angkatan
kerja tetapi hal ini tidak terwujud.

22
III. KESIMPULAN

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan ekonomi, manusia,


sosial budaya, dan politik, untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur.
Dalam melaksanakan pembangunan nasional, perluasan lapangan kerja dan peningkatan
kualitas tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku
dan tujuan pembangunan. Masalah yang banyak dihadapi oleh negara – negara berkembang
yaitu laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat sehingga menjadi masalah pokok dalam
pembangunan ekonomi. Pengaruh pertambahan penduduk ini terlihat pada pengadaan
kebutuhan-kebutuhan pokok secara total harus ditambah terutama pengadaan pangan dan
mengakibatkan naiknya angkatan kerja.

Negara – negara berkembang tidak hanya dibebani oleh tingkat pertumbuhan


penduduk yang tinggi tetapi juga angkatan kerjanya harus menaggung beban ketergantungan
yang lebih berat. Selain itu, ledakan angkatan kerja banyak dialami oleh negara – negara
berkembang yang tidak diikuti dengan meningkatnya perluasan lapangan kerja sehingga
terjadi pengangguran baik di kota – kota maupun di desa – desa. Jumlah penawaran tenaga
kerja yang tinggi di negara – negara berkembang tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas
tenaga kerja. Tenaga kerja di negara-negara berkembang memiliki kualitas yang rendah bila
dibandingkan dengan negara-negara maju sehingga tidak dapat bersaing dengan tenaga kerja
di negara-negara maju. Indikator dari rendahnya kualitas tenaga kerja di negara-negara
berkembang salah satunya dipengaruhi oleh pendidikan yang rendah.

Pembangunan ekonomi harus dibarengi dengan pembangunan dalam pendidikan yang


dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja. Salah satu peningkatan pendidikan terhadap
tenaga-tenaga kerja di negara-negara berkembang, yaitu dengan melakukan inovasi
pendidikan dalam semua aspek. Keberhasilan usaha pembangunan ekonomi dalam suatu
negara dipengaruhi dan ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu faktor tenaga
kerja. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan ditentukan oleh jumlah dan mutu tenaga
kerja yang tersedia sebagai pelaksana berbagai usaha dilapangan pekerjaan. Pertumbuhan
penduduk yang sangat cepat di negara – negara berkembang, khususnya tenaga kerja yang
menganggur tidak selalu menjadi bahaya stagnasi dalam pembangunan ekonomi. Tenaga
kerja yang terpaksa menganggur dapat dimanfaatkan dengan menciptakan lapangan kerja,
yang direalisasikan melalui berbagai proyek pekerjaan umum. Sehingga permasalahan

23
megenai tenaga kerja di negara – negara berkembang dapat teratasi dengan baik dan tidak
lagi menjadi permasalahan yang menghambat pembangunan ekonomi. Peningkatan kualitas
tenaga kerja yang direalisasikan melalui peningkatan mutu pendidikan dapat menjadi solusi
dalam melaksanakan pembangunan ekonomi.

24
Daftar Pustaka

Albert , Hirschman O. 1970. Strategi dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta: PT.Dian


Rakyat.

Amartya , Sen. 1998. “Commodities and Capabilities” dalam Pembangunan Ekonomi.


Jakarta: Erlangga.

Ananta, Aris. 1993. Ciri Demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi.
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi pembangunan dan perencanaan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Sanusi, Bahrawi. 2004. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukirno, Sadono.2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Raja grafindo Persada.

_____________.2006.Ekonomi Pembengunan. Jakarta : Kencana Group

Suryadinata, Leo dkk. 2003. Penduduk Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Suryana, Dr. 2000. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. Jakarta: Salemba
empat.

Todara, Michael P and Smith, Stephen C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.
Jakarta: Erlangga.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kependudukan

http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/Masalah%20aktual%20ketenagakerjaan

http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view

http://maretam08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/peningkatan-kulaitas-tenaga-kerja-sebagai-
solusi-pembangunan-ekonomi

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19103/3/Chapter%20II.pdf

25

You might also like