Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Untuk mempelajari tenaga kerja dan kependudukan maka ada baiknya kita
mengetahui definisi dari masing – masing pengertian tersebut.
kependudukan atau demografi merupakan cabang ilmu yang mempelajari bagaimana
dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi
penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran,
kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara
keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria
seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu. Sedangkan tenaga kerja
1
adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat
memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh
penduduk berusia 10 tahun ke atas (lihat hasil Sensus Penduduk 1971, 1980 dan 1990).
Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja
adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih.
Pertumbuhan penduduk yang cepat berarti memperberat tekanan pada lahan pekerjaan
dan menyebabkan terjadinya pengangguran. Juga masalah penyediaan pangan yang semakin
banyak jumlahnya. Pertumbuhan penduduk terutama berpengaruh yang sangat besar baik
dalam hal pendapatan per kapita, standar kehidupan, pembangunan pertanian, lapangan kerja,
tenaga buruh, maupun dalam hal pembentukan modal
2
II. KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN
1. Kependudukan
A. Pengertian Penduduk
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia selama
enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi
bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu: fertilitas,
mortalitas dan migrasi. Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi
yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini
menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup.
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen demografi yang
dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi
pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang
ekonomi dan kesehatan. Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda – tanda kehidupan
secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk.
Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus mengingat
adanya densitas (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak merata, adanya faktor – faktor
pendorong dan penarik bagi orang – orang untuk melakukan migrasi, di pihak lain, komunikasi
termasuk transportasi semakin lancar. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk
menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara atau pun batas
administratif/batas bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan
yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain.
3
1) Tingkat Perkembangan Penduduk yang Tinggi
Tidak selamanya pertumbuhan penduduk yang cepat memberikan dampak yang negatif
terhadap perkembangan ekonomi dalam suatu negara. Kaum klasik mengemukakan bahwa
pertumbuhan penduduk yang cepat pada suatu negara yang maju, akan memberikan dampak
positif. Dengan bertambahnya penduduk maka daya beli masyarakat semakin meningkat. Hal
ini dikarenakan dalam negara maju, tingkat tabungan yang dimiliki mampu mengimbangi laju
pertumbuhan penduduk, sehingga dengan penduduk yang banyak justru meningkatkan
purchasing power. Permintaan akan meningkat seiring bertambahnya penduduk. Penawaran
pun akan bertambah pula karena semakin banyak kebutuhan penduduknya yang harus
dipenuhi. Efek yang lain, dengan semakin banyaknya penduduk yang berkualitas, maka
sektor tenaga kerja ahli mudah didapat. Apalagi di negara maju ditunjang oleh banyak faktor.
Hal ini sesuai dengan pendapat Keynes, bahwa dalam negara maju meningkatnya
produktivitas tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja akan selalu mengiringi kenaikan
jumlah penduduk.
Pertumbuhan penduduk di negara berkembang umumnya memberikan efek yang
negatif, karena pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan kualitas dan produktivitas
manusianya tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Kaum Klasik bahwa selalu ada
perlombaan antara tingkat perkembangan output dengan tingkat perkembangan penduduk
yang akhirnya akan dimenangkan oleh perkembangan penduduk. Hal itu terjadi karena
penduduk juga berfungsi sebagai tenaga kerja, sehingga biasanya sering terdapat kesulitan
dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Kalau misalnya penduduk tersebut dapat mendapatkan
pekerjaan, maka akan dapat meningkatkan kesejahteraan bangsanya, namun apabila tidak,
mereka akan menjelma menjadi pengangguran yang hanya akan meningkatkan angka
ketergantungan dan otomatis menurunkan tingkat kesejahteraan suatu negara. Produktivitas
penduduk di negara berkembang relatif rendah sehingga mengakibatkan rendahnya produksi.
Hal itu dikarenakan sebagian besar penduduk di negara berkembang berasal dari sektor
agraris, sehingga hasil dari produksinya biasanya hanya habis untuk dikonsumsi sendiri.
Bahkan untuk konsumsi sendiri saja masih kurang, sehingga mereka tidak terlalu memikirkan
tentang menabung (saving) apalagi investasi.
4
a) Isu Kependudukan
Di negara berkembang, masalah kependudukan merupakan masalah yang sulit untuk
diatasi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan tingkat tabungan
yang cukup. Apalagi jika kualitas penduduk itu sendiri tidak cukup bagus setidaknya untuk
memproduksi atau memenuhi kebutuhannya sendiri. Dia akan menjadi pengangguran yang
tentunya akan mengurangi tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, di negara berkembang
dibutuhkan suntikan investasi untuk mengembangkan perekonomian.
5
Struktur Umur yang Tidak Favorable
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pada umumnya pada negara
yang berkembang memiliki angka ketergantungan yang tinggi karena besarnya jumlah
penduduk usia muda. Proporsi yang besar dari penduduk usia muda ini tidak menguntungkan
bagi pembangunan ekonomi, karena:
Penduduk golongan usia muda, cenderung untuk memperkecil angka penghasilan per
kapita dan mereka semua merupakan konsumen dan bukan produsen dalam
perekonomian tersebut.
Adanya golongan penduduk usia muda yang besar jumlahnya di suatu negara akan
mengakibatkan lebih banyak alokasi faktor-faktor produksi ke arah “investasi-
investasi sosial” dan bukan ke “investasi-investasi kapital”. Oleh karena itu, paling
tidak ia akan menunda perkembangan ekonomi.
6
C. Dinamika Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Penduduk Indonesia pada saat ini masih digolongkan sebagai penduduk muda. Itu
berarti jika tidak ada kondisi yang sangat ekstrim, seperti misalnya peperangan (dalam
peperangan akan banyak orang muda yang mati), maka penurunan pertumbuhan penduduk
tidak secara otomatis menurunkan pertumbuhan angkatan kerja. Dalam kondisi normal,
pertumbuhan penduduk akan menurunkan jumlah penduduk pada struktur yang muda (0 – 15
tahun).
Dalam demografi dan ekologi, nilai pertumbuhan penduduk (NPP) adalah nilai kecil dimana
jumlah individu dalam sebuah populasi meningkat. NPP hanya merujuk pada perubahan
populasi pada periode waktu unit, sering diartikan sebagai persentase jumlah individu dalam
populasi ketika dimulainya periode. Ini dapat dituliskan dalam rumus: P = Poekt
Cara yang paling umum untuk menghitung pertumbuhan penduduk adalah rasio, bukan nilai.
Perubahan populasi pada periode waktu unit dihitung sebagai persentase populasi ketika
dimulainya periode. Yang merupakan:
Lapangan kerja datang dari adanya pertumbuhan ekonomi. Namun pertumbuhan yang
tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang besar. Ini berkaitan dengan strategi
pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah dan dunia usaha. Sebagai contoh
pada kurun waktu 1971 – 1980, pertumbuhan ekonomi adalah 7,9 persen per tahun, namun
daya serapnya angkatan kerja relatif kecil, yaitu hanya bertambah tiga persen setahun.
Payaman (1996), melakukan proyeksi mengenai pertambahan angkatan kerja dan kesempatan
7
kerja dalam PJP II. Proyeksi ini dilakukan sebelum krisis ekonomi terjadi. Jika mengikuti
proyeksi tersebut, maka Indonesia mengalami masalah kesenjangan antara angkatan kerja dan
kesempatan kerja sampai dengan akhir Repelita VIII. Baru setelah Repelita VIII, kesempatan
kerja diperkirakan akan berada di atas angkatan kerja (Tabel 3).
Tabel 3. Perkiraan Pertumbuhan Angkatan Kerja dan Kesempatan Sumber:
BPS,1993
Kerja Dalam
Namun
PJP II (X 1000) Angkatan Kerja Kesempatan Kerja
sekali lagi Repelita VI (1998) 12.704 11.913 bahwa
proyeksi Repelita VII (2003) 13.232 12.427 ini dibuat
Repelita VIII (2008) 12.701 12.744
sebelum Repelita IX (2013) 12.095 12.177 adanya
krisis Repelita X (2018) 11.455 11.871 ekonomi.
Hal lain yang juga harus diperhatikan dalam menganalisa hubungan antara angkatan kerja
dan kesempatan kerja adalah bahwa jika kesempatan kerja berada di atas angkatan kerja
bukan berarti masalah ketenagakerjaan, atau lebih khususnya pengangguran, teratasi. Adanya
kesempatan kerja baru merupakan “potensi” dan “potensi” tersebut mungkin saja tidak dapat
dimanfaatkan bila angkatan kerja yang tersedia tidak memiliki kualitas yang memadai.
8
sumber-sumber alam yang melimpah dan belum diolah secara maksimal menghasilkan
sesuatu yang dapat menaikkan angka pertumbuhan ekonomi.
Jumlah penduduk yang banyak atau khususnya tenaga kerja yang menganggur, tidak
selalu menjadi bahaya stagnasi dalam pembangunan. Tenaga kerja yang kurang produktif
terutama yang terpaksa menganggur dapat dimanfaatkan dengan menciptakan lapangan kerja,
yang direalisasikan melalui berbagai proyek pekerjaan umum. Sehingga penciptaan lapangan
pekerjaan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan.
Pembangunan ekonomi harus dibarengi dengan pembangunan dalam pendidikan yang
dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja. Salah satu peningkatan pendidikan terhadap
tenaga-tenaga kerja di negara-negara berkembang, yaitu dengan melakukan inovasi
pendidikan dalam semua aspek. Hal ini dikarenakan untuk mengisi lapangan kerja yang
tersedia diperlukan tenaga kerja yang memiliki kecakapan dan keterampilan yang sesuai
dengan keperluan pembangunan.
Salah satu tanda negara berkembang umumnya terletak pada jumlah penduduk yang
begitu banyak, sedangkan jumlah yang banyak itu sebagian besar tidak produktif, karena
kualitasnya yang sangat rendah. Banyaknya jumlah penduduk di negara-negara berkembang
disebabkan tidak seimbangnya jumlah kelahiran dan kematian. Walaupun sudah sejak lama
diadakan pengendalian melalui keluarga berencana.
9
2. Teori itu hanya didasarkan pada satu hipotesis, yang berkaitan dengan hubungan
makro antara jumlah pertumbuhan penduduk dan pendapatan perkapita, yang ternyata
tidak tahan uji secara empiris.
3. Teori Malthus hanya menitik beratkan pada variabel yang ternyata dianggap keliru,
dimana pendapatan perkapita sebagai determinan utana dalam pertumbuhan pendudul.
Tapi seharusnya berdasarkanp pada mikro ekonomi yang menitik beratkan pada taraf
hidup individu, dimana determinan utamanya bagi keluarga adalah keputusan
mengenai jumlah anak, dan bukannya pada taraf hidup masyarakat secara
keseluruhan.
Karena salah satu faktor penting standar kehidupan adalah pendapatan per kapita,
maka faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan per kapita dalam hubungannya dengan
pertumbuhan penduduk sama-sama mempengaruhi standar kehidupan.
10
Penduduk pembangunan pertanian
Tenaga buruh di dalam suatu perekonomian adalah rasio antara penduduk yang
bekerja dengan penduduk total .dengan asumsi 50 tahun sebagai harapan hidup rata-rata di
negara ter belakang, tenaga buruh pada pokoknya adalah penduduk pada kelompok usia 15-
50 tahun. Selama tahap peralihan demografis tingkat kelahiran meningkat dan kematian
menurun. Akibatnya, sebagian terbesar penduduk berada pada kelompok usia rendah 25-50
tahun, dan hanya sebagian kecil yang terrmasuk pada kelompok usia tanaga buruh. Adanya
anak-anak dewasadi dalam tenaga buruh mengandung makna bahwa orang yang
berpartisipasi pada pekerjaan produktif sebenarnya sedikit. Bahkan jika angka kelahiran
mulai menurun, tenaga buruh yang tersediabagi pekerjaan produktif pun dalam jangka
11
pendek akan tetap sama. Sebaliknya, jumlah anak-anak menjadi turun dan pendapatan
nasional meningkat karena jumlah konsumen menurun.
12
2. Pergeseran struktur pekerja menurut status pekerjaan
Statistik ketenagakerjaan membagi pekerjaan menurut status menjadi 5 golongna.
Pertama, golongan yang berusaha sendiri tanpa dibantu pakerja keluarga atau buruh tidak
tetap (status 1). Kedua, golongan yang berusaha dengan dibantu pekerja keluarga atau buruh
tidak tetap (status 2). Ketiga, golongan yang berusaha dengan dibantu buruh tetap (status 3).
Keempat, buruh dan/atau karyawan (status 4). Dan status (5) pekerja keluarga. Dalam
perkonomian yang sedang berkembang, struktur pekerja menurut status seperti di atas juga
mengalami pergeseran. Persentase pekerja yang termasuk status 1, 2 dan 5 (pekerja sector
nonformal) biasanya cenderung menurun, sementara pekerja status 3 dan 4 (sektor formal)
meningkat.
13
Dalam pengertian yang paling luas, demografi mempelajari pemakaian data dan
penerapan hasil analisisnya dalam berbagai aspek termasuk berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan proses demografi. Di antaranya, dampak pertambahan penduduk terhadap
lingkungan hidup dan pemanfaataan sumber daya alam.
14
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan / atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Sedangkan Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.
1. Penduduk
Semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama enam
bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan
untuk menetap.
2. Usia kerja
3. Angkatan Kerja
Konsep angkatan kerja merujuk pada kegiatan utama yang dilakukan oleh penduduk usia
kerja selama periode tertentu. Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja, atau
punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan pengangguran.
5. Bekerja
Kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan atau keuntingan paling sedikit 1(satu) jam secara tidak terputus
selama seminggu yang lalu. Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja
maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak bekerja,
misal karena cuti, sakit dan sejenisnya.
Kriteria satu jam (the one-hour criterion) digunakan dengan pertimbangan untuk
mencakup semua jenis pekerjaan yang mungkin ada pada suatu negara, termasuk didalamnya
adalah pekerja dengan waktu singkat (short-time work), pekerja bebas, stand-by work dan
pekerja yang tak beraturah lainnya.
Kriteria satu jam juga dikaitkan dengan definisi bekerja dan pengangguran yang
digunakan, dimana pengangguran adalah situasi dari ketiadaan pekerja secra total, sehingga
jika batas minimum dari jumlah jam kerja dinaikkan maka akan mengubah definisi
pengangguran yaitu bukan lagi ketiadaan pekerjaan secara total.
16
sejak tahun 2001 definisi pengangguran mengalami penyesuaian/perluasan menjadi sebagai
berikut ;
Pengangguran adalah mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak
mungkin mendapatkan pekerjaan (sebelumnya dikatagorikan sebagai bukan angkatan kerja),
yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikatagorikan sebagai
bekerja), dan pada waktu yang bersamaan mereka tak bekerja (jobless). Pengangguran
dengan konsep/definisi tersebut biasanya disebut sebagai pengangguran terbuka (open
unemployment).
UE
TPT = x 100 %
AK
Dimana :
UE = Peduduk 15+ mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, yang sudah punya
pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.
AK = Angkatan Kerja
17
1) Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
4) Pengangguran Siklikal
18
Pengangguran ini terjadi apabila para pekerja telah menggunakan waktu kerjanya
secara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik ke sektor-sektor atau pekerjaan lain
tanpa mengurangi sektor outpout yang ditinggalkan.
Potential Under Employment
Merupakan suatu perluasan dari pengangguran tak kentara dalam artian suatu pekerja
dapat ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi output, tetapi harus dibarengi
dengan perubahan-perubahan fundamental dalam metode produksi yang memerlukan
pembentukan kapital yang berarti.
19
Apabila jumlah penduduk tumbuh sama cepat dengan pendapatan nasional, maka
pendapatan per kapita tidak bertambah. Salah satu implikasi yang menonjol dalam masalah
pertumbuhan penduduk di negara – negara berkembang yaitu angkatan kerja produktif harus
menanggung beban yang lebih banyak untuk menghidupi anggota keluarga secara
proporsional jumlahnya hampir dua kali lipat dibandingkan dengan yang ada di negara –
negara maju. Artinya, negara – negara berkembang tidak hanya dibebani oleh tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi tetapi juga angkatan kerjanya harus menaggung beban
ketergantungan yang lebih berat.
Tabel 1. Populasi Agkatan Kerja, dan Produksi Pertanian di Berbagai Kawasan Maju
dan Berkembang di Tahun 2002-2003
%Sumbangan
Populasi Kota Desa %Pekerja
Wilayah Pertanian bagi
(Juta) (Persen) (Persen) Pertanian
GDP
Dunia 6314 47 53 49 5
Negara Maju 1202 75 25 5 3
Eropa 727 73 27 7 3
20
Amerika Utara 323 79 21 3 2
Jepang 127 78 22 7 2
Negara Berkembang 5112 40 60 49 14
Afrika 861 33 67 5 20
Sumber: Population Reference Bureau, 2003 World Population Data Sheet (Washington, D.C.: Population
Reference Bureau, 2003) : World Bank, World Development Indicators, 2004 (New York : Oxford University
Press, 2004), tabs. 4 dan 12. Angka angkatan kerja pertanian berdasarkan hasil perkiraan bank dunia tahun
1997.
Pendidikan merupakan faktor yang menentukan terhadap kualitas dari tenaga kerja di
suatu negara dan merupakan unsur yang mendasar bagi pertumbuhan ekonomi. Modal
pendidikan yang lebih baik dapat meningkatkan pengembalian atas investasi pendapatan.
Sebagian besar tenaga kerja di negara – negara berkembang hanya menempuh pendidikan
hingga bangku Sekolah Dasar dibandingkan dengan negara maju yang standarisasi
pendidikannya lebih tinggi, yaitu tenaga kerja yang berpendidikan sarjana.
21
Jumlah penduduk yang besar pada dasarnya merupakan potensi yang sangat berharga
ditinjau dari segi tenaga kerja, jika dapat didayagunakan dengan baik, penduduk yang sangat
banyak dan memiliki keterampilan ini merupakan potensi yang berharga. Jumlah penduduk
yang besar dan tidak memiliki keterampilan ini adalah kerugiannya yang dapat menyebabkan
pengangguran di mana-mana. Hal yang diharapkan kesempatan seimbang dengan angkatan
kerja tetapi hal ini tidak terwujud.
22
III. KESIMPULAN
23
megenai tenaga kerja di negara – negara berkembang dapat teratasi dengan baik dan tidak
lagi menjadi permasalahan yang menghambat pembangunan ekonomi. Peningkatan kualitas
tenaga kerja yang direalisasikan melalui peningkatan mutu pendidikan dapat menjadi solusi
dalam melaksanakan pembangunan ekonomi.
24
Daftar Pustaka
Ananta, Aris. 1993. Ciri Demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi.
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi pembangunan dan perencanaan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Suryadinata, Leo dkk. 2003. Penduduk Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Suryana, Dr. 2000. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. Jakarta: Salemba
empat.
Todara, Michael P and Smith, Stephen C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kependudukan
http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/Masalah%20aktual%20ketenagakerjaan
http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view
http://maretam08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/peningkatan-kulaitas-tenaga-kerja-sebagai-
solusi-pembangunan-ekonomi
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19103/3/Chapter%20II.pdf
25