You are on page 1of 7

.

1 Latar Belakang Masalah


Pola pikir zaman primitif dengan zaman yang sudah berkembang
jelas berbeda, hal ini dibuktikan dengan sebuah paradoks perkawinan
antara pilihan orang tua dengan kemauan sendiri, pernikahan dini
dipaksakan atau pernikahan dini karena kecelakaan. Namun prinsip
orang tua pada zaman ganepo atau zaman primitif sangat
menghendaki jika anak perempuan sudah baligh maka tidak ada kata
lain kecuali untuk secepatnya menikah. Kondisi demikian,
dilatarbelakangi oleh keberadaan zaman yang masih tertinggal, maka
konsep pemikirannya pun tidak begitu mengarah pada jenjang
kehidupan masa depan yang lebih baik. Tradisi pernikahan zaman
nenek moyang lebih terpacu dengan prospek budaya nikah dini, yakni
berkisar umur 15 tahun para wanita dan pria berkisar umur 20 tahun
atau kurang (Dlori, 2005).
Para remaja dewasa ini, generasi terbesar dalam usia 10-19 tahun
di dalam sejarah, beranjak dewasa di dunia yang sangat berbeda
daripada dunia di waktu para orang tua mereka beranjak dewasa.
Meskipun laju perubahan berbeda di antara dan di dalam wilayah
dunia, masyarakat berada di dalam keadaan kesempatan baru yang
membingungkan bagi para pemuda.
Perbaikan di bidang transportasi dan komunikasi membuka
kesempatan bagi para pemuda, bahkan yang tinggal di daerah-daerah
terpencil mengenal orang-orang dengan tradisi dan nilai-nilai
kehidupan yang berbeda, walaupun dunia semakin urban dan
industrialisasi menawarkan godaan kemajuan dan kesempatan. Tetapi,
tanpa pendidikan dan latihan yang memadai, para remaja tidak akan
mampu memenuhi tuntutan lingkungan pekerjaan modern, dan tanpa
bimbingan orang tua, masyarakat serta para pemimpin pemerintahan,
para remaja mungkin tidak siap untuk menilai hasil dari keputusan
yang diambil mereka. Kendati demikian, di dunia berkembang, dimana
kemiskinan luas dan berkepanjangan, sejumlah keluarga mungkin
terpaksa menggagalkan pendidikan anak-anak kalau tenaga mereka
dibutuhkan untuk membantu rumah tangga.
Pemerintah bertujuan untuk menyediakan pendidikan dasar yang
dapat diperoleh secara luas. Oleh sebab itu, perempuan muda di
hampir semua negara boleh dikatakan lebih mungkin memperoleh
pendidikan dasar daripada yang dulu didapatkan oleh ibu mereka, dan
di dunia berkembang perbedaanya bisa sangat besar. Misalnya, di
Sudan, 46% remaja berumur 15-19 tahun sudah menempuh tujuh
tahun atau lebih masa sekolah, dibandingkan dengan 5% dari para
wanita berumur 40-44 tahun. Begitupun, disparitas, terutama di segi
sosio-ekonomi dan di lingkungan kehidupan, masih bertahan. Di
sebagian negara berkembang, kemungkinan perempuan muda kota
untuk memperoleh pendidikan dasar adalah 2-3 kali lipat dibanding
dengan perempuan-perempuan yang berada di pedalaman. Di
sebagian besar negara, 70-100% anak-anak mendaftar di sekolah
dasar, tetapi lamanya waktu yang digunakan untuk belajar di sekolah
berbeda sekali. (Laporan Institut Alan Guttmatcher "Into A New World:
Young Women's Sexual and Reproductive Lives" http://www.agi-
usa.org/pubs/new_ world_indo.html.2005).
Sejumlah rintangan masa remaja sifatnya sama bagi semua
remaja, masa-masa remaja lebih sulit bagi kaum wanita. Meskipun
sebagian usia 10-19 baru mulai mengalami perubahan-perubahan
yang datang bersama masa pubertas, banyak mulai mengalami
hubungan seksual atau perkawanan. Dan setiap tahun, kira-kira 14
juta perempuan muda berumur 15-19 melahirkan. Melahirkan anak
pada usia remaja di dunia berkembang adalah soal biasa, di mana
proporsi yang telah melahirkan anak pertama sebelum umur 18
biasanya antara seperempat dan setengah (Grafik 1). Sebaliknya, di
dunia maju, dan di sebagian kecil negara berkembang, kurang dari
satu dalam 10 melahirkan anak pertama pada usia remaja.
Paling sedikit setengah perempuan muda di negara Afrika Sub-
Sahara, mulai hidup bersama pertama kali sebelum usia 18 tahun. Di
Amerika Latin dan di Karibia, 20-40% dari wanita muda memasuki
hidup bersama, dan di Afrika Utara dan Timur Tengah, proporsinya
30% atau kurang. Di Asia, kemungkinan perkawinan awal berbeda
sekali, 73% perempuan di Bangladesh memasuki kehidupan bersama
sebelum usia 18, dibandingkan dengan 14% di Filipina dan Sri Langka,
dan hanya 5% di Cina. Para wanita di negara maju tidak mungkin
kawin sebelum usia 18; walaupun di Perancis, Inggris dan Amerika
Serikat sebanyak 10-11% melakukannya, tetapi di Jerman dan di
Polandia hanya 3-4% wanita semuda ini melakukannya.
Perkawinan awal kurang biasa sekarang dibandingkan dengan
satu generasi yang lalu, walaupun perbedaan yang luas terdapat di
antara dan di dalam daerah-daerah. Misalnya, di Afrika Sub-Sahara
proporsi wanita yang telah kawin sebelum umur 18 hampir tidak
berubah, di Ghana (39% dari usia 40-44 tahun dibanding 38% usia 20-
24 tahun) dan di Pantai Gading (49% dibanding 44%), tetapi di Kenya
telah menurun dengan tajam (47% dibanding 28%) sebaliknya,
penurunan hebat terjadi di seluruh Asia sedangkan di Amerika Latin
dan Karibia tingkat perkawinan awal boleh dikatakan tetap stabil
(Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat. U.S. Agency for
International Development http://www.agi-usa.org/pubs/new_
world_indo. html.2005)
Grafik Proporsi wanita yang melahirkan anak pertama mereka sebelum
usia 18 tahun berkisar dari 1% di Jepang sampai 53% di Niger.
Sumber data: Survei Demografi dan Kesehatan, Badan Pembangunan
Internasional Amerika Serikat (U.S. Agency for International
Development http://www.agi-usa.org/pubs/new_ world_indo.
html.2005)

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)


usia untuk hamil dan melahirkan adalah 20 sampai 30 tahun, lebih
atau kurang dari usia tersebut adalah berisiko. Kesiapan seorang
perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak
ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan
mental/emosi/psikologis dan kesiapan sosial/ekonomi. Secara umum,
seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah
menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti
tumbuh), yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa
dijadikan pedoman kesiapan fisik (www.bkkbn.co.id.2001-2005).
Perkawinan menandai sebuah transisi penting di dalam kehidupan
individu, dan jadwal peristiwa itu dapat mendatangkan dampak yang
dramatis terhadap masa depan seorang pemuda. Sementara di
sebagian masyarakat pengalaman pertama seksual seorang
perempuan kemungkinan dengan suaminya, di masyarakat-
masyarakat lainnya permulaan aktivitas seksual tidak begitu erat
hubungannya dengan perkawinan. Kebiasaan yang berbeda mengenai
hubungan dan perilaku seksual, dan cara sebuah masyarakat
mengadaptasi perubahan kebiasaan tersebut, dapat menimbulkan
dampak yang dalam pada seorang pemuda, keluarganya dan
masyarakatnya secara menyeluruh.
Bagi seorang wanita, pernikahan awal dan, terutama, melahirkan
anak, mempunyai pengaruh yang dalam dan berkepanjangan terhadap
kesejahteraan, pendidikan dan kemampuan memberikan sumbangsih
terhadap masyarakatnya. Begitupun, faktor-faktor kompleks, baik yang
berupa fisik, maupun kekeluargaan dan kebudayaan yang sering
kurang dipahami, menentukan siapa dan kapan seseorang akan
menikah; siapa akan memulai aktivitas seksual pra-nikah, siapa akan
mulai melahirkan pada masa remaja; dan siapa akan melahirkan di
luar nikah. Data yang ada menunjukkan bahwa sementara kebutuhan
dan pengalaman remaja berbeda di seluruh dunia namun ada
persamaan yang terdapat di berbagai lintas nasional dan regional
(http://www.agi-usa.org/pubs/new_ world_indo. html.2005)
Menurut survey tahun 1995 terdapat 21,5% wanita di Indonesia
yang perkawinan pertamanya dilakukan ketika berusia 17 tahun. Di
daerah pedesaan dan perkotaan wanita melakukan perkawinan di
bawah umur tercatat masing-masing 24,4% dan 16,1%. Persentase
terbesar kawin muda terdapat di Propinsi Jawa Timur 90,3%, Jawa
barat 39,6% dan Kalimantan Selatan 37,5%.
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa pernikahan di Indonesia
yang dilakukan pada usia remaja lebih banyak terjadi di pedesaan.
Pada pra survey yang telah penulis lakukan di
Kecamatan ....... ........ ................. didapat data jumlah pernikahan
sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jumlah Pernikahan Menurut Usia Di Kecamatan ....... ........


Tahun 2003 Sampai Dengan Tahun 2005
Usia Pernikahan Jumlah
No Tahun
<> > 20 tahun Pernikahan
1 2003 40 (86,9%) 6 (13,1%) 46 orang
2 2004 46 (90,2%) 5 (9,8%) 51 orang
3 2005 33 (78,5%) 9 (21,4%) 42 orang
Sumber data: Catatan Sipil ....... ........ ................. Tahun 2005.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari latar belakang di atas, maka penulis
mengidentifikasi masalah yang ada yaitu
masih adanya pernikahan dini di
Kecamatan ....... ........ Kabupaten .................
yang bisa beresiko baik pada saat hamil
maupun pada saat proses persalinan.
1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah
pada karya tulis ilmiah ini yaitu bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri terhadap
resiko pernikahan dini (kawin muda) pada kehamilan dan proses persalinan di
Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. tahun 2009

1.4 Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis membagi dua sub pertanyaan tentang gambaran
pengetahuan remaja putri terhadap resiko pernikahan dini, yaitu:

1.4.1 Resiko Pada Kehamilan


Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap resiko perkawinan
dini pada kehamilan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. tahun
2009?

1.4.2 Resiko Pada Proses Persalinan

Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang resiko perkawinan


dini pada proses persalinan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten .................
tahun 2009?

1.5 Tujuan Penelitian


1.5.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap resiko


perkawinan dini pada kehamilan dan proses persalinan di Desa ............
Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. tahun 2009.

1.5.2 Tujuan Khusus

1) Untuk dapat mengidentifikasikan tingkat pengetahuan remaja putri terhadap resiko


perkawinan dini pada kehamilan di Desa ............ Kecamatan ....... ........
Kabupaten ................. tahun 2009

2) Untuk dapat mengidentifikasikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang resiko


perkawinan dini pada proses persalinan di Desa ............ Kecamatan ....... ........
Kabupaten ................. tahun 2009

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Bagi Remaja Putri

Untuk memberikan informasi tentang resiko pernikahan dini pada kehamilan dan
proses persalinan.

1.6.2 Bagi Masyarakat

Manfaat penelitian bagi masyarakat, yaitu untuk memberikan informasi tentang


resiko pernikahan dini terhadap kehamilan dan proses persalinan, untuk memberikan
informasi tentang usia pernikahan yang sesuai dengan Undang-undang yang telah
ditetapkan pemerintah, serta untuk memberi pengetahuan tentang usia hamil dan
melahirkan yang baik/tidak beresiko.

1.6.3 Bagi Pihak Institusi Pendidikan


Sebagai bahan penelitian acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pernikahan
dini yang dapat beresiko terhadap kehamilan dan proses persalinan.

1.6.4 Bagi Peneliti

Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah pengalaman


dalam penulisan KTI, serta sebagai masukan pengetahuan tentang pernikahan dini.

1.6.5 Bagi Peneliti Lainnya

Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di


tempat lain.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini bersifat deskriptif, subjek penelitiannya yaitu remaja putri. Sedangkan
objek penelitiannya adalah resiko pernikahan dini pada kehamilan dan proses persalinan
di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ..................

Adapun waktu dan tempat penelitian ini dilaksanakan di Desa ............


Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. pada bulan April s.d Mei tahun 2009.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Remaja


Dalam kamus Pintar Bahasa Indonesia Ahmad & Santoso (1996) remaja merupakan
usia muda atau mulai dewasa. Sedangkan dalam situs www.bkkbn.go.id (2005) dijelaskan
bahwa remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut WHO
(badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.
Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen
Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Sementara itu,
menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia
remaja adalah 10 sampai 21 tahun.
Dradjat cit. Willis (1994), menyatakan bahwa: “Remaja adalah usia transisi. Seorang
individu telah meninggalkan usia anak-anak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan
tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya
maupun terhadap masyarakat. Semakin maju masyarakat, semakin panjang usia remaja,
karena ia harus mempersepsikan diri untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat yang
banyak syarat dan tuntutannya” (www.bkkbn.go.id.2005)

Lebih lengkap disini: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI


TERHADAP RESIKO PERKAWINAN DINI PADA KEHAMILAN DAN PROSES
PERSALINAN DI DESA …… | kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan
keperawatan kebidanan
http://terselubung.cz.cc/

You might also like