Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Hal ini terlihat
bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk Indonesia.1
antara penyakit yang dikeluhkan dan yang tidak dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi
dan mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk. Karies gigi dan penyakit
sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut.2 Karies gigi dan
kesehatan gigi dan mulut pada anak sejak dini dan secara kontiniu. 3
dan mulut. Penyakit gigi dan mulut, akan sangat berpengaruh pada derajat kesehatan,
proses tumbuh kembang bahkan masa depan anak. Anak-anak rawan kekurangan
gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka. Dampak
lainnya, kemampuan belajar mereka pun turun sehingga jelas akan berpengaruh pada
Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan jaringan
pendukung gigi yang banyak dijumpai pada anak-anak sekolah dasar di Indonesia,
2
serta cenderung meningkat setiap dasawarsa.5 Penelitian yang dilakukan Essie Octiara
pada 67 orang anak di Panti Pungai Binjai menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi
menunjukkan anak SD pada umur 6 tahun mengalami karies sebesar 97,1% dan pada
umur 12 tahun sebesar 78,4%. Selain itu, hal yang lebih membahayakan lagi
adanya karies yang sudah mencapai ke pulpa, ulserasi, fistula dan abses (PUFA) yang
disertai nyeri yang menyebabkan keadaan yang lebih ekstrem lagi yaitu
ketidaknyamanan dan bahkan mengurangi kapasitas belajar pada anak.7 Apabila tidak
segera dilakukan upaya pencegahan, dengan meningkatnya umur, kerusakan gigi dan
terlepasnya gigi pada usia muda, sehingga diperlukan biaya perawatan gigi yang
semakin mahal.5
yang serius dari tenaga kesehatan, baik dokter gigi dan perawat gigi. Agar target
pencapaian gigi sehat tahun 2010 menurut WHO angka DMFT anak umur 12 tahun
pencegahan penyakit gigi dan mulut terutama ditujukan kepada murid sekolah
melalui suatu program kesehatan yang terencana dan terpadu di sekolah dasar.
Salah satu usaha yang telah dilaksanakan untuk mengatasi masalah kesehatan
gigi pada anak adalah melalui program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), yaitu
salah satu program pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas. UKGS
3
anak usia sekolah di lingkungan sekolah binaan dengan maksud agar mendapatkan
UKGS, penerapan UKGS disesuaikan dengan paket-paket UKS yaitu, UKGS Tahap
I/Paket Minimal UKS diselenggarakan oleh guru penjaskes dan guru pembina UKGS,
UKGS Tahap II/Paket Standar UKS diselenggarakan oleh guru dan tenaga kesehatan
Penelitian yang dilakukan Pratiwi pada tiga puskesmas terpilih yang telah
melaksanakan program UKGS di kota Medan menunjukkan bahwa rerata karies gigi
(DMF-T) pada siswa kelas 6 SD di wilayah kerja ketiga puskesmas tersebut yaitu
2,77 termasuk sedang (menurut WHO), yang mana rerata D jauh lebih besar
dibandingkan dengan rerata F siswa SD. Status OHI-S siswa SD pada ketiga
puskesmas terpilih termasuk kategori cukup, yaitu 2,45 (menurut Green dan
organisasi UKGS puskesmas dengan OHI-S siswa SD dan tidak adanya hubungan
menunjukkan prevalensi karies gigi relatif lebih besar pada anak sekolah dasar yang
tidak memiliki program UKGS daripada anak sekolah dasar yang memiliki program
4
mulut.12
Puskesmas yang telah melaksanakan program UKGS. Laporan data dasar Usaha
sekolah dasar yang diberikan pelayanan program UKGS berjumlah 20 SD.13 Oleh
karena itu, ingin diketahui bagaimana status kesehatan gigi dan mulut murid SD yang
pelayanan UKGS pada sekolah dan merupakan Puskesmas yang mudah untuk
1.2 Permasalahan
Bagaimana status kesehatan gigi dan mulut murid SDN dan bagaimana
1. Mengetahui status kesehatan gigi dan mulut (karies, dan OHIS) murid
SDN.
5
Polonia Medan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
pendidikan dasar mempunyai sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar
yaitu dari usia 6 sampai 14 tahun, sasaran UKGS dapat diperluas sampai dengan usia
gigi masal, minimal 50% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas
permintaan, dan minimal 30% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas
dasar kebutuhan.9
kemungkinan terjadinya penyakit gigi akan lebih besar apabila dibandingkan dengan
anak-anak sekolah yang memiliki program UKGS. Hal ini disebabkan terdapat
gigi.9
di kabupaten Bekasi Provinsi Jabar, terlihat bahwa prevalensi karies gigi tinggi yaitu
97,5% dan pengalaman karies DMFT mendekati 2,8. Oleh karena itu, sangat
diperlukan pencegahan dan perawatan gigi sejak dini untuk menghindari proses
7
kerusakan gigi, seperti gigi berlubang, keropos, dan pembengkakan pada gusi. Anak
juga harus diajak atau diperkenalkan secara dini kepada dokter gigi. Hal ini sangat
bermanfaat dalam membiasakan pemeriksaan gigi secara rutin dan mengatasi rasa
2.1.1 Pengertian
UKGS adalah upaya kesehatan gigi sekolah yang ditujukan bagi anak usia
hingga pelayanan paripurna.10 UKGS menurut Depkes RI adalah bagian integral dari
UKS yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana, pada
para siswa, terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar (STD) dalam kurun waktu tertentu,
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum terjangkau tenaga
Kegiatan berupa :
melaksanakan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II, dan kelas III
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa SD/MI yang sudah terjangkau
Kegiatan berupa :
melaksanakan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan kelas III dengan
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkau tenaga
dan fasilitas kesehatan gigi yang sudah memadai, dipakai sistem inkremental dengan
pemeriksaan ulang setiap 2 (dua) tahun untuk gigi tetap. Kegiatan berupa :
terintegrasi.
9
melaksanakan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan kelas III dengan
f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I-VI
(care of demand).
g. Pelayanan medik gigi dasar pada kelas terpilih (kelas VI) sesuai kebutuhan
(treatment need).
2.1.2 Tujuan
atau masyarakat sekitarnya. Namun ada pula perubahan yang terjadi secara terencana
merupakan sarana dalam upaya mengubah perilaku siswa dalam memelihara dan
hygiene).
menjalankan usaha kuratif apabila usaha prevensi gagal melalui sistem selektif.
2.1.3 Sasaran
semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar (6-14 tahun) sampai usia 18 tahun.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut diberikan pada anak usia sekolah agar
Fasilitas dan peralatan perlu juga diperhatikan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Tempat dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan, baik di dalam maupun di
luar ruangan. Alat bantu pelaksanaan UKGS dapat berupa poster mengenai bentuk
gigi, gambar-gambar dan alat-alat peraga yang menarik seperti model gigi, sikat gigi
UKGS dijalankan oleh tim kesehatan gigi dan mulut seperti dokter gigi,
perawat gigi, dan dibantu oleh wakil masyarakat sekolah yaitu kepala sekolah, guru
kelas dan orang tua murid. Tim kesehatan gigi dan mulut sebagai tenaga inti dalam
dijadwalkan pada awal tahun pelajaran. Peran serta guru kelas dan kepala sekolah
2.1.6 Pelaksanaan
Upaya promotif lebih diarahkan pada pendekatan pendidikan kesehatan gigi. Upaya
kesehatan gigi dan mulut. Upaya preventif meliputi upaya pembersihan karang gigi,
sikat gigi massal dan pemberian fluor. Pembersihan karang gigi dilakukan secara
Usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut terutama ditujukan kepada murid-
murid sekolah, antara lain melalui program UKGS untuk mencegah atau mengurangi
Program ini meliputi pencegahan penyakit gigi dan perawatan, yaitu :18
1. Pemeriksaan teratur.
Lebih rincinya ada beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan melalui
a). Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Penyuluhan diberikan oleh dokter
gigi dengan dibantu gambar-gambar dan alat-alat peraga yang menarik seperti model
gigi dan lain-lainnya sehingga penyuluhan itu tidak berkesan membosankan, selain
kesehatan mulut yang nantinya akan berpengaruh pada kesehatan gigi. Kerjasama
13
dengan kepala sekolah sangat diperlukan karena penyuluhan ini dilaksanakan pada
jam-jam sekolah dan seharusnya sudah dijadwalkan pada awal tahun pelajaran.
seharusnya menjaga kesehatan gigi dan mulutnya masing-masing. Peran serta guru
kelas dan kepala sekolah besar artinya dalam keberhasilan usaha kegiatan penyuluhan
tersebut. Perawatan gigi dan mulut ditunjukkan dalam memperoleh pengobatan yang
dahulu diadakan pemeriksaan untuk membuat data setiap siswa/i. Pada tiap-tiap awal
tahun pengajaran dilakukan pemeriksaan awal untuk dibuatkan kartu status tentang
keadaan gigi geligi masing-masing juga tentang kesehatan mulut secara keseluruhan.
hanyalah penambalan tetap, pencabutan gigi susu yang sudah saatnya tanggal,
lanjut.9,19-20
b). Menyikat gigi dengan pasta fluoracil. Kegiatan ini dilakukan di tempat
khusus yang sudah disediakan sekolah dan sebaiknya dilengkapi juga dengan cermin,
sehingga mereka dapat melihat sendiri pada saat mereka menyikat gigi. Cara sikat
gigi yang baik dan benar diajarkan oleh perawat yang bertugas di lokasi sekolah
tersebut. Untuk menguji apakah siswa/i telah menyikat gigi dengan bersih diberikan
14
suatu larutan (disclosing solution) yang berwarna merah. Jika masih banyak sisa-sisa
makanan/lapisan plak yang menempel akan terlihat banyak bagian gigi (email) yang
berwarna merah. Kepada siswa/i yang belum menyikat giginya dengan bersih
dianjurkan untuk melanjutkan kegiatan menyikat gigi ini. Dengan cara tersebut
berapa lama seseorang harus menyikat gigi sampai bersih betul. Kegiatan sikat gigi
lapisan gigi yang lebih tahan terhadap serangan asam. Asam merupakan hasil akhir
dari sisa-sisa makanan terutama yang mengandung karbohidrat. Dengan lapisan email
yang lebih tahan terhadap asam, diharapkan tidak akan cepat terjadi lubang pada gigi
(karies).
Status kesehatan gigi dan mulut murid sekolah ditentukan berdasarkan Indeks
karies dan OHI-S. Status kesehatan gigi dan mulut pada anak kelompok usia 12 tahun
merupakan indikator utama dalam kriteria pengukuran pengalaman karies gigi yang
dinyatakan dengan indeks DMFT (Decay Missing Filling Tooth). Menurut WHO,
anak usia 12 tahun adalah usia penting, karena selain anak akan meninggalkan
bangku SD, juga merupakan usia gigi bercampur karena gigi permanen telah erupsi,
kecuali gigi molar ketiga. Anak usia 12 tahun adalah sebuah sampel yang reliable,
Indonesia Sehat 2010, di bidang kesehatan gigi dan mulut mengacu pada indikator
derajat kesehatan gigi dan mulut antara lain untuk umur 12 tahun yang harus dicapai
pada tahun 2010 adalah indeks DMFT < 2 dan 70% sekstan gusi sehat > 3.22
Karies gigi merupakan penyakit kronis yang dapat dialami oleh setiap orang
dan sering terjadi pada anak-anak. Karies gigi terdapat di seluruh dunia, tanpa
negara Eropa, Amerika dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80-95% dari anak-
anak di bawah umur 18 tahun terserang karies gigi. Walaupun demikian, karies gigi
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fisur dan daerah interproksimal) meluas ke
arah pulpa. Karies gigi yang disebut juga lubang gigi merupakan suatu penyakit
dimana bakteri merusak struktur jaringan gigi (enamel, dentin dan sementum)
karies. Dalam hal ini, indeks karies yang dipakai adalah indeks yang diperkenalkan
oleh Wim Van Palenstein. Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena
1. Komponen D (decayed) meliputi gigi tetap dengan satu lesi karies yang
3. Komponen F (filled) yaitu gigi tetap dengan lesi karies dan sudah
mengenai pulpa.
Karies gigi merupakan penyakit kronis yang dapat dicegah dan dirawat. Ada
beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan dalam menjaga kesehatan rongga
mulut, yaitu menjaga kebersihan mulut, pengaturan makanan, serta terapi fluorida.24,28
penyakit mulut dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandung bakteri. Karies
dapat dicegah dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi teratur. Salah satu cara
menjaga kebersihan mulut yaitu dengan menyikat gigi secara teratur, kumur-kumur
17
memakai alat semprot dimana sisa makanan setelah sikat gigi dan pemakaian benang
gigi dapat dihilangkan dengan kumur-kumur yang kuat, yaitu dengan cara
menghisap-hisap cairan tersebut di antara gigi dan mulut dengan gerakan otot-otot
bibir lidah dan pipi di mana gigi dalam keadaan tertutup ± 30 detik.29 Data SKRT
2001 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia (61,5%) menyikat gigi
kurang sesuai dengan anjuran gigi, yakni setelah makan dan sebelum tidur, bahkan
16,6% tidak menyikat giginya, padahal plak hanya dapat dihilangkan dengan
menyikat gigi.30
2. Pengaturan Makanan
yang tersisa pada mulut dapat memproduksi asam oleh bakteri. Pengonsumsian
permen karet dengan xylitol dapat melindungi gigi. Efek ini mungkin disebabkan
mengunyah permen karet dengan pemanis xylitol sangat efektif mencegah kerusakan
gula dan karbohidrat lain menjadi asam. Hal ini dapat dilakukannya mengingat xylitol
tidak dapat difermentasikan oleh bakteri tersebut. Oleh karena itu, pertumbuhan
3. Terapi Fluorida
Terapi fluorida dapat menjadi pilihan untuk mencegah karies. Cara ini telah
terbukti menurunkan kasus karies gigi. Fluorida dapat membuat enamel resisten
terhadap karies. Fluorida sering ditambahkan pada pasta gigi dan cairan pembersih
mulut.31,32
18
Indeks Oral Higiene (OHI) mengukur debris dan kalkulus yang menutupi
permukaan gigi, dan terdiri atas dua komponen : indeks debris dan indeks kalkulus
yang masing-masingnya mempunyai rentangan skor 0-3. Jika yang diukur hanya ke-
enam gigi indeks, indeksnya dinamakan Indeks Oral Higiene Simplified (OHI-S),
dilakukan melalui pemeriksaan pada 6 gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada
gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46
permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada diganti dengan gigi 21 dan
sebaliknya.25,33
Oral debris adalah lapisan lunak yang terdapat di atas permukaan gigi yang
terdiri atas mucin, bakteri dan sisa makanan yang putih kehijau-hijauan dan jingga.31
Indeks Debris.33,34
Skor Kriteria
0 Tidak ada debris atau stain
1 Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau
adanya stain ekstrinsik tanpa debris pada daerah tersebut
2 Debris lunak meliputi lebih dari 1/3 tetap kurang dari 2/3 permukaan
gigi
3 Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi
Gigi yang diperiksa adalah gigi yang telah erupsi sempurna dan jumlah gigi
yang diperiksa ada enam buah gigi tertentu dan permukaan yang diperiksa tertentu
pula. Skor debris diperoleh dari jumlah skor permukaan gigi dibagi dengan jumlah
6 1 6
6 1 6
terdiri atas kalsium karbonat dan kalsium fosfat tercampur dengan sisa-sisa makanan,
bakteri-bakteri dan sel-sel epitel yang telah mati. Berdasarkan lokasi perlekatannya
dikaitkan dengan tepi gingival, kalkulus dapat dibedakan atas dua macam yaitu :33,34
1. Kalkulus supra gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah oklusal
Konsistensinya keras seperti batu apung, dan mudah dilepas dari perlekatannya ke
permukaan gigi.
2. Kalkulus sub gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah lingual
dari tepi gingiva bebas dan biasanya berwarna coklat muda sampai hitam bercampur
dengan darah. Konsistensinya keras seperti batu api, dan melekat sangat erat
kepermukaan gigi.
Indeks Kalkulus.
20
Skor Kriteria
1 Kalkulus supra gingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi
2 Kalkulus supra gingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi
tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena, atau adanya
kalkulus sub gingiva berupa flek di sekeliling leher gigi
3 Kalkulus supra gingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi yang
tekena. Adanya kalkulus sub gingiva berupa pita yang tidak terputus
di sekeliling leher gigi
Skor kalkulus diperoleh dari jumlah skor permukaan gigi dibagi jumlah gigi
yang diperiksa. Skor indeks oral higiene individu diperoleh dengan menjumlahkan
BAB 3
21
METODE PENELITIAN
yaitu SDN 060880 dan SDN 060890. Penelitian dilakukan di SDN 060880 dan SDN
060890 karena adanya kerja sama dari pihak sekolah kedua SD dalam kelangsungan
penelitian ini. WHO merekomendasikan untuk memeriksa anak umur 12 tahun yaitu
anak kelas V dan VI SD karena anak akan meninggalkan bangku Sekolah Dasar.
Pada SDN 060880, jumlah kelas V mempunyai 2 kelas yaitu kelas VA dan VB dan
kelas VI mempunyai 1 kelas, jumlah murid kelas V dan VI adalah 78 orang, seluruh
murid kelas V dan VI dijadikan sampel. Dan pada SDN 060890, jumlah kelas V
mempunyai 1 kelas dan kelas VI mempunyai 2 kelas yaitu kelas VIA dan VIB,
jumlah murid kelas V dan VI adalah 107 orang, seluruh murid kelas V dan VI
dijadikan sampel. Jumlah sampel seluruhnya yaitu 185 orang. Pada Puskesmas
Polonia, responden adalah dokter gigi dan pada SDN 060880 dan SDN 060890
b. Kegiatan UKGS
22
1. Karies gigi merupakan penyakit jaringan gigi dan pendukung gigi yang
berbentuk :
Decay adalah karies yang belum mengenai pulpa. Kerusakan gigi ditandai
dengan adanya lubang pada gigi yang dapat dideteksi dengan sonde, yaitu :
a. Pit dan fisur berwarna kehitaman dan ujung sonde terasa menyangkut.
b. Jaringan permukaan gigi terasa lunak dan ujung sonde terasa masuk ke
dalam.
kamar pulpa terbuka dan kelihatan atau apabila struktur korona gigi telah hancur
akibat proses karies dan hanya sisa fragmen akar yang tinggal.
mengalami karies dengan kerusakan pada pulpa atau akar gigi sehingga
mengakibatkan traumatik ulser pada jaringan lunak seperti mukosa bukal dan lidah.
F (fistula) : karies gigi dengan adanya saluran pus yang berhubungan dengan
2. Oral higiene adalah kebersihan gigi dan mulut anak yang diukur dari skor
indeks debris dan indeks kalkulus. Indeks oral higiene yang digunakan adalah
23
menurut Green dan Vermillion, yaitu indeks Oral Hygiene Simplified (OHI-S) yang
sekolah dasar yang telah memperoleh pelayanan UKGS, jumlah sekolah dasar yang
telah memperoleh pelayanan UKGS Tahap I, II dan III, dan pelayanan medik gigi
dasar yang diberikan kepada siswa yang membutuhkan perawatan. Kegiatan UKGS
gigi masal pertahun, sasaran sikat gigi masal, frekuensi kumur-kumur fluor pertahun,
sasaran kumur-kumur fluor, pelayanan medik gigi dasar serta rujukan bagi siswa
sekolah. Data status kesehatan gigi dan mulut diperoleh dengan memeriksa rongga
Pemeriksaan karies gigi dilakukan dengan menggunakan kaca mulut datar dan
dilakukan pada setiap gigi. Untuk gigi posterior, yang merupakan daerah penting
adalah permukaan oklusal yang disebut dengan daerah fisur, serta permukaan bukal
yang disebut daerah pit. Untuk gigi anterior, yang merupakan daerah penting adalah
melihat adanya warna hitam, kemudian dipastikan dengan sonde. Untuk mengetahui
24
karies yang telah mengenai pulpa, adanya ulser traumatik, fistel dan abses pada gigi
yang mengalami karies dapat diperiksa secara visual atau dengan memakai kaca
mulut.
Untuk mengukur indeks debris, sonde ditempatkan pada insisal gigi kemudian
digerakkan ke arah mesial dan distal, selanjutnya bergerak ke arah gingiva setiap 1/3
permukaan gigi dan skor diberikan sesuai kriteria. Pengukuran indeks kalkulus
dahulu, kemudian digerakkan dari mesial ke distal dan naik ke arah insisal dan diberi
skor sesuai kriteria. Indeks oral higiene yang digunakan menurut Green dan
Vermillion, yaitu indeks Oral Hygiene Simplified (OHI-S) yang terdiri atas indeks
persepsi agar hasil yang diperoleh lebih baik. Hasil pemeriksaan karies, debris, dan
Semua lembar kuesioner diedit dan diperiksa kembali apakah semua isian telah
dijawab. Selanjutnya semua data yang diperoleh dipindahkan ke kartu kode menurut
tujuan penelitian.
setahun.
setahun.
BAB 4
26
HASIL PENELITIAN
dokter gigi dan 1 orang perawat gigi. Puskesmas Polonia memberikan pelayanan
UKGS kepada semua sekolah dasar di wilayah kerjanya yang berjumlah 20 SD.
Pelayanan UKGS yang diberikan berupa UKGS tahap II dan III. Ada 6 SD yang telah
SDN 060880 dan SDN 060890 merupakan sekolah dasar binaan Puskesmas
Polonia Medan. SDN 060880 mempunyai jumlah murid sebanyak 353 murid, dan
jumlah kelas yang terdiri dari 11 kelas, di mana kelas I sampai dengan kelas V
mempunyai jumlah murid sebanyak 347 murid, dan jumlah kelas terdiri atas 7 kelas
mempunyai 2 kelas. Kedua SDN berdekatan dan merupakan SDN yang mempunyai
jarak terdekat dengan Pukesmas Polonia Medan. Kedua SDN ini telah memperoleh
1. Prevalensi Karies
Prevalensi karies siswa kelas V dan VI SD pada SDN 060880 93,6% (DMF
87,2% dan PUFA 6,4%), hampir sama dengan prevalensi karies di SDN 060890
2,88±2,00 (DMF 2,75±1,90 dan PUFA 0,12±0,53) lebih tinggi daripada pengalaman
karies rata-rata siswa kelas V dan VI SDN 060890 yaitu 2,16±1,59 (DMF 2,10±1,55
dan PUFA 0,06±0,24). Pengalaman karies siswa kelas V dan VI SDN 060880 masih
banyak berbentuk decay yaitu rata-rata 2,70±1,89 dan sedikit sekali gigi yang sudah
ditambal yaitu filling rata-rata 0,01±0,11. Hal yang sama dijumpai pada SDN 060890,
yang mana decay rata-rata 2,00±1,47, dan filling rata-rata 0,03±0,18. Pada SDN
rata-rata 0,01±0,11, dan tidak ada fistula dan abscess. Pada siswa kelas V dan VI
SDN 060890, pulp Involvement rata-rata 0,06±0,24, traumatic ulceration, fistula dan
Pengalaman Sekolah
SDN 060880 SDN 060890
karies gigi rata-rata
D 2,70±1,89 2,00±1,47
M 0,03±0,19 0,05±0,26
F 0,01±0,11 0,03±0,18
P 0,11±0,53 0,06±0,24
U 0,01±0,11 0 ±0
F 0 ±0 0 ±0
A 0 ±0 0 ±0
Karies 2,88±2,00 2,16±1,59
Pada siswa kelas V dan VI SDN 060880, rata-rata indeks oral higiene
2,58±0,84 (indeks debris 1,97±0,47 dan indeks kalkulus 0,61±0,63) lebih tinggi
daripada SDN 060890 yaitu rata-rata indeks oral higiene 2,37±0,78 (indeks debris
Tabel 3. RATA-RATA OHI-S SISWA KELAS V DAN VI SDN 060880 DAN SDN
060890 DI KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN 2009.
UKGS Tahap II (Tabel 4). Pelayanan medik gigi dasar yang diberikan berupa
tumpatan gigi sulung dan gigi tetap, pencabutan gigi sulung dan gigi tetap,
Wawancara dengan kepala sekolah dari kedua SDN mengenai kegiatan UKGS
pelayanan medik gigi dasar, dan rujukan bagi siswa yang membutuhkan perawatan.
Frekuensi kegiatan UKGS pada SDN 060880 dan SDN 060890 dilakukan 2
kali dalam setahun. Kegiatan penyuluhan, sikat gigi masal dan kumur-kumur fluor
dilaksanakan secara bersamaan dan ditujukan untuk seluruh murid dari kelas I sampai
kelas VI. Jumlah siswa yang memperoleh pelayanan medik gigi dasar tidak diketahui
jumlahnya karena setiap siswa yang mempunyai keluhan sakit gigi dan membutuhkan
perawatan gigi maka pihak sekolah langsung membawa anak tersebut ke Puskesmas
30
untuk segera ditangani, sehingga tidak ada dibuat surat rujukan bagi siswa yang
membutuhkan perawatan.
Pada kedua sekolah, pelayanan medik gigi dasar hanya diberikan bagi siswa
yang membutuhkan pengobatan darurat. Sedangkan pelayanan medik gigi dasar atas
permintaan pada murid kelas I sampai dengan kelas VI tidak dilaksanakan. Demikian
juga pelayanan medik gigi dasar pada siswa kelas selektif (kelas VI) tidak
dilaksanakan.
BAB 5
PEMBAHASAN
Prevalensi karies siswa kelas V dan VI SDN 060880 93,6% hampir sama
dengan prevalensi karies siswa kelas V dan VI SDN 060890 yaitu 93,5%. Prevalensi
karies pada murid kedua sekolah ini masih tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa
kegiatan UKGS yang dilakukan di kedua sekolah ini belum berhasil dalam upaya
wawancara yang telah dilakukan, kegiatan sikat gigi masal dan kumur-kumur fluor
dilaksanakan hanya 2 kali dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
UKGS tidak sesuai dengan standar frekuensi pelaksanaan sikat gigi masal menurut
UKGS agar mengoptimalkan kerja sama dengan instansi sekolah yaitu peningkatan
Rata-rata pengalaman karies pada SDN 060880 2,88 dan pada SDN 060890
2,16. Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian Pratiwi yang memperoleh
rata-rata pengalaman karies gigi (DMF-T) sebesar 2,77 pada siswa SD di wilayah
kerja Puskesmas Kota Binjai Medan.11 Indeks DMF-T siswa kelas V dan VI SDN
060880 dan SDN 060890 di Medan masih dalam indikator sehat 2000 (DMF-T < 3)
dan masih jauh dari target kesehatan gigi Indonesia tahun 2010, yaitu skor DMF-T
anak usia 12 tahun adalah <2.22 Hal ini disebabkan pelayanan medik gigi dasar atas
permintaan dan yang membutuhkan pada kelas selektif (kelas VI) tidak dilaksanakan
Decay (D) rata-rata pada SDN 060880 dan SDN 060890 masih lebih tinggi
dibandingkan dengan filling (F). Hal ini mengindikasikan bahwa petugas UKGS perlu
meningkatan pelayanan medik gigi dasar berupa penambalan gigi kepada siswa yang
mengalami gigi berlubang agar tidak mengakibatkan kerusakan yang lebih lanjut
ataupun dicabut. Menurut laporan, kedua SDN ini telah memperoleh pelayanan
UKGS tahap III, seharusnya tidak ditemukan lagi adanya decay pada siswa kelas
selektif (kelas VI). Disarankan petugas UKGS melakukan pemeriksaan gigi pada
32
perawatan ke Puskesmas.
Status oral higiene siswa kelas V dan VI SDN 060880 2,58 dan SDN 060890
sebesar 2,37, indeks OHI-S kedua SDN masih termasuk kategori cukup (menurut
Green dan Vermillion) (Tabel 3). Sesuai dengan penelitian Pratiwi, rerata indeks
OHI-S untuk siswa SD di kota Binjai juga kategori cukup yaitu 2,45.11 Indeks OHI-S
siswa kelas V dan VI SD di Medan belum mencapai indikator sehat 2000 (OHI-S <
1,2).22 Hal ini menunjukkan belum optimalnya pelaksanaan sikat gigi masal oleh
petugas UKGS. Untuk meningkatkan status OHI-S dari cukup menjadi baik dapat
dilakukan dengan meningkatkan frekuensi sikat gigi bersama oleh petugas UKGS.
Petugas UKGS dapat melibatkan siswa SD untuk membawa sikat gigi dan pasta gigi
dari rumah masing-masing pada waktu pelaksanaan sikat gigi bersama di sekolah.
Selanjutnya setelah selesai sikat gigi masal dilanjutkan dengan kumur-kumur fluor
yang mendapat pelayanan UKGS memilki cakupan 100%, hal ini sesuai dengan
DepKes RI yaitu sasaran SD/MI UKGS dalam wilayah kerja puskesmas adalah
100%. Namun, hasil penelitian menunjukkan prevalensi karies masih tinggi, yang
kesehatan dan olah raga tentang memelihara kesehatan gigi dan mulut dan membuat
laporan kegiatan UKGS serta status kesehatan gigi dan mulut murid binaannya.
33
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Prevalensi karies gigi pada siswa kelas V dan VI SDN 060880 93,6% hampir
sama dengan prevalensi karies pada siswa kelas V dan VI SDN 060890 93,5%. Rata-
rata pengalaman karies pada siswa kelas V dan VI SDN 060880 2,88 lebih tinggi
daripada siswa kelas V dan VI SDN 060890 yaitu 2,16. Rata-rata OHI-S pada siswa
34
kelas V dan VI SDN 060880 2,58 lebih tinggi daripada siswa kelas V dan VI SDN
060890 2,37.
Polonia sudah mendapatkan pelayanan UKGS. Pada SDN 060880 dan SDN 060890,
kegiatan penyuluhan, sikat gigi masal dan kumur-kumur fluor dilakukan secara
bersamaan dan ditujukan untuk seluruh murid dari kelas I sampai kelas VI yang
dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun. Tidak diketahui berapa jumlah siswa yang
medik gigi dasar. Pelayanan medik gigi dasar diberikan hanya kepada siswa yang
permintaan pada murid kelas I sampai kelas VI tidak dilaksanakan. Pelayanan medik
gigi dasar pada siswa kelas selektif (kelas VI) juga tidak dilaksanakan serta surat
6.2 Saran
1. Pihak Puskesmas
status kesehatan gigi dan mulut murid sekolah binaannya, membuat anggaran dana
untuk pelaksanaan kegiatan UKGS serta pengajuan proposal ke Dinas Kesehatan agar
medik gigi dasar terutama bagi siswa kelas selektif yang membutuhkan perawatan.
2. Pihak Sekolah
kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan oleh petugas UKGS dan guru olah raga
di sekolah.
Pada waktu penyuluhan, guru olah raga dan kesehatan hendaknya melakukan
pemeriksaan status kesehatan gigi dan mulut murid dan membuat surat rujukan bagi
DAFTAR PUSTAKA
kualitas hidup. Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap USU 2005 :3-4.
2009).
status kesehatan gigi anak sekolah dan efisiensi sumber daya program UKGS
Dental J 2001;6(1):18-23.
10. Dewi O. Usaha kesehatan gigi sekolah (Bahan ajar). Medan : Bagian Ilmu
(Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) kota Binjai tahun 2006 : Tesis, Sekolah
12. Chemiawan E., Gartika M., Indriyanti R. Perbedan prevalensi karies pada
anak sekolah dasar dengan program UKGS dan tanpa UKGS tahun 2004.
13. Hutahaean JR., Hesty ES., Rosa NH., Kristina IS., Nancy TU., Eka P.
14. Magdarina D. Metode pelayanan kesehatan gigi pada murid sekolah dasar
<http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id>
Agustus 2009).
17. Astuti TE. Total quality management dalam pendidikan kesehatan gigi di
September 2009)
(11September 2009).
21. World Health Organization. Oral health surveys basic methods. 4th ed.
22. Departemen Kesehatan RI. Pedoman pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
25. Pintauli S., Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan : USU Press,
2008: 10-15.
26. Van Palenstein HW. A new index to asses the consequences of untreated
27. Van Palenstein HW., Monse B., Heinrich-Weltzien., Benzian H., Holmgren
28. Ariningrum R. Beberapa cara menjaga kebersihan gigi dan mulut. Cermin
33. Dalimunthe SH. Periodonsia. Medan : USU Press, 2008: 50-51, 55-57, 60.
34. Debnath T. Public health and preventive dentistry. India : AITBS Publisher
35. Departemen Kesehatan RI. Upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di