You are on page 1of 34

Makalah Gizi Buruk

Abstrak : Penyakit Gizi Buruk Menyerang Balita dan Anak – Anak

Kasus gizi buruk umumnya menimpa balita dengan latar belakang ekonomi lemah. Beragam
masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak dari kurang gizi hingga busung lapar.
Menurut UNICEF saat ini ada sekitar 40 % anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderita
gizi buruk. Betapa banyaknya bayi dan anak-anak yang sudah bergulat dengan kelaparan dan
penderitaan sejak mereka dilahirkan.
Penyebab utama gizi buruk tidak satu. Ada banyak!. Penyebab utama kasus gizi buruk di
Indonesia tampaknya karena masalah ekonomi atau kurang pengetahuan. Kemiskinan memicu
kasus gizi buruk, kemiskinan dan ketidakmampuan orang tua menyediakan makanan bergizi bagi
anaknya menjadi penyebab utama meningkatnya korban gizi buruk di Indonesia. Dan juga faktor
alam, manusiawi ( kultur social masyarakat setempat ), pemerintah, dan lain – lain.
Persoalan gizi buruk masih menghantui sebagian warganya. Bagaimana bisa di era sekarang,
masih dijumpai ribuan, dan ratusan ribu anak balita, yang menjadi pemegang masa depan
Indonesia menderita gizi buruk. Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan
kasus gizi buruk terlambat seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat
penderita gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak
barulah pemerintah melakukan tindakan ( serius ). Keseriusan pemerintah mencanangkan
Gerakan Penanganan Diare dan Gizi Buruk sejak Juli 2007 lalu disusul dengan Gerakan
Kedaulatan Pangan yang akan dicanangkan April 2008, keseriusan pemerintah tidak ada artinya
apabila tidak didukung masyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah
membudaya selama ini adalah, anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan
perhatian orang tua. Anak-anak itu hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi
dalam makanan yang diberikan. Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis.
Gizi buruk akut atau busung lapar menurut Sensus WHO menunjukkan 49% dari 10,4 juta
kematian yang terjadi pada anak dibawah lima tahun di negara berkembang. Kasus kekurangan
gizi tercatat sebanyak 50% anak-anak di Asia, 30% anak-anak Afrika, dan 20% anak-anak di
Amerika Latin. Dari kondisi tubuh balita yang menderita gizi buruk memiliki berat badan di
bawah rata-rata, berat badan/umur Balita < 60 persen berada di bawah garis merah sehingga
tergolong KEP berat. Ciri-ciri yang mudah terdekteksi pada tanda marasmus. Komponen biologi
yang melatarbelakangi KKP antara lain malnutrisi ibu, penyakit infeksi, dan diet rendah energi &
protein.

Seorang ibu yang mengalami KKP selama kurun waktu tersebut pada gilirannya akan melahirkan
bayi berberat badan rendah. Kurang Kalori Protein (KKP) akan terjadi manakala kebutuhan
tubuh akan kalori, protein, atau keduanya, tidak tercukupi oleh diet. Sindrom kwasiorkor
terjelma manakala defisiensi menampakan dominasi protein, dan maramus termanifestasi jika
terjadi kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini marasmik kwasiorkor, juga
tidak sedikit.

Malnutrisi Primer
Penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya sering disebut malnutrisi
primer, yang disebabkan karena masalah ekonomi, rendahnya pengetahuan, dan kurangnya
asupan gizi. Gejala kinis malnutrisi primer sangat bervariasi tergantung derajat dan lamanya
kekurangan energi dan protein, umur penderita dan adanya gejala kekurangan vitamin dan
mineral lainnya. Kasus tersebut sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun.
Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari kenaikkan berat badan terhenti atau menurun,
ukuran lengan atas menurun, pertumbuhan tulang (maturasi) terlambat, perbandingan berat
terhadap tinggi menurun. Gejala dan tanda klinis yang tampak adalah anemia ringan, aktifitas
berkurang, kadang di dapatkan gangguan kulit dan rambut.

Malnutrisi Sekunder
Malnutrisi sekunder adalah gangguan pencapaian kenaikkan berat badan yang bukan disebabkan
penyimpangan pemberian asupan gizi pada anak karena adanya gangguan pada fungsi dan sistem
tubuh. Gangguan sejak lahir yang terjadi pada sistem saluran cerna, metabolisme, kromosom
atau kelainan bawaan jantung, ginjal. Kasus gizi buruk di kota besar biasanya didominasi oleh
malnutrisi sekunder.

Asupan Gizi
Anak usia 0-2 tahun sebaiknya mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). ASI mengandung semua zat
yang dibutuhkan dalam perkembangan otak anak. Banyak produk susu kaleng atau susu formula
mengandung asam linoleat, DHA dan sebagainya. Untuk memulihkan kondisi Balita pada status
normal, dibutuhkan asupan susu yang mudah diserap tubuh yakni Entrasol. Tiap Balita
diharuskan mengkonsumsi 60 kotak susu, dimana dalam hitungan 90 hari berat badan anak
kembali normal. Kriteria yang dicantumkan antara lain: biasa makan beraneka ragam makanan
(makan 2-3 kali sehari dengan makanan pokok, sayur, dan lauk pauk), selalu memantau
kesehatan anggota keluarga, biasanya menggunakan garam beryodium, dan khusus ibu hamil,
didukung untuk memenuhi kebutuhan ASI bayi minimal sampai 4 bulan setelah kelahiran. Yang
nampak adalah bayi-bayi dan anak-anak yang lemah, loyo dan tanpa tenaga. Yang terdengar
adalah tangisan dan jeritan putus asa bayi-bayi dan anak-anak kelaparan yang sangat
membutuhkan makanan. Mereka cuma bisa menangis tetapi tak mampu meronta.
Tenaga mereka lenyap karena mengidap marasmus bahkan busung lapar. Seorang ibu yang
anaknya menderita busung lapar mengakui bahwa sudah beberapa hari ini anaknya hanya makan
"air bubur." memasak sedikit beras dengan air yang sangat banyak. Akibatnya makanan itu
terlalu cair untuk disebut bubur. Lebih tepat disebut air bubur. Memang, tubuh anak itu bagaikan
tulang-belulang yang ditutupi kulit, perutnya buncit, matanya sayu. Tak dapat dipungkiri
memang ada hubungan erat antara infeksi dengan malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun
berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan
tubuh yang pada giliran berikutnya akan mempermudah masuknya beragam penyakit. Tindak
pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari.
Pendidikan gizi diberikan kepada anak untuk mengarahkan kepada pembiasan dan cara makan
yang lebih baik yang dilakukan dalam lingkup makro ( masyarkat luas ) dan mikro ( keluarga ).
BAB I

LATAR BELAKANG
Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga ( kemampuan
memperoleh makanan untuk semua anggotannya ), masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan,
dan kesempatan kerja. Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah
gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah baru. Masalah gizi di
Indonesia terutama KEP masih lebih tinggi daripada Negara ASEAN lainnya ( Fajar, Ibnu, dkk.
2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ). Sekarang ini masalah gizi
mengalami perkembangan yang sangat pesat, Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit
dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian. Sebagian besar anak di dunia 80%
yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan kaya zat
gizi, terlebih zat gizi mikro (Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC ). Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi
yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi
yang tidak baik, maka timbul penyakit gizi, umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi
buruk (Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta )
Hubungan antara kecukupan gizi dan penyakit infeksi yaitu sebab akibat yang timbal balik
sangat erat. Berbagai penyakit gangguan gizi dan gizi buruk akibatnya tidak baiknya
mutu/jumlah makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh masing – masing orang.
Jumlah kasus gizi buruk pada balita yang ditemukan dan ditangani tenaga kesehatan ( Moehji,
Sjahmien. 1999. Ilmu Gizi. Jakarta : Bhratara ). Masalah gizi semula dianggap sebagai masalah
kesehatan yang hanya dapat ditanggulangi dengan pengobatan medis/kedokteran. Namun,
kemudian disadari bahwa gejala klinis gizi kurang yang banyak ditemukan dokter ternyata
adalah tingkatan akhir yang sudah kritis dari serangkaian proses lain yang mendahuluinya
( Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta )
Gizi seseorang dapat dipengaruhi terhadap prestasi kerja dan produktivitas. Pengaruh gizi
terhadap perkembangan mental anak. Hal ini sehubungan dengan terhambatnya pertumbuhan sel
otak yang terjadi pada anak yang menderita gangguan gizi pada usia sangat muda bahkan dalam
kandungan. Berbagai factor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi
terutama pada balita. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk
terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan/pantangan yang merugikan, kesukaan
berlebihan terhadap jenis makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak
kelahiran yang rapat ( Moehji, Sjahmien. 1999. Ilmu Gizi. Jakarta : Bhratara )
Kemiskinan masih merupakan bencana bagi jutaan manusia. Sekelompok kecil penduduk dunia
berpikir “hendak makan dimana” sementara kelompok lain masih berkutat memeras keringat
untuk memperoleh sesuap nasi. Dibandingkan orang dewasa, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi,
balita, dan anak – anak boleh dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan % berat
badan, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak – anak ternyata melampaui orang
dewasa nyaris dua kali lipat. Kebutuhan akan energi dapat ditaksir dengan cara mengukur luas
permukaan tubuh/menghitung secara langsung konsumsi energi itu ( yang hilang atau terpakai ).
Asupan energi dapat diperkirakan dengan jalan menghitung besaran energi yang dikeluarkan.
Jumlah keluaran energi dapat ditentukan secara sederhana berdasarkan berat badan (Arisman.
2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ).
Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah
serius. Keparahan KKP berkisar dari hanya penyusutan berat badan, terlambat tumbuh sampai ke
sindrom klinis yang nyata. Penilaian antropometris status gizi dan didasarkan pada berat, tinggi
badan, dan usia. Ukuran antropometris bergantung pada kesederhanaa, ketepatan, kepekaan,
serta ketersediaan alat ukur. Marasmus biasanya berkaitan dengan bahan pangan yang sangat
parah, semikelaparan yang berkepanjangan, dan penyapihan terlalu dini, sedangkan kwashiorkor
dengan keterlambatan menyapih dan kekurangan protein. Penanganan KKP berat dikelompokan
menjadi dua yaitu pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa
dan fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi ( Arisman. 2004. Gizi Dalam
Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC )

IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah – masalah gizi buruk yang kita ketahui bisa menyerang siapa saja khusunya balita dan
anak – anak dengan criteria umur tertentu. Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah
kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan
medis dan pelayanan kesehatan saja melainkan dari pendekatan lain. Disini penulis
mengidentifikasikan gizi buruk berupa penyebab – penyebab gizi buruk, kwashiorkor,
marasmus, maramus – kwashiorkor, asupan gizi, malnutrisi primer dan sekunder, langkah
pengobatan, dan jumlah data penderita gizi buruk.

PEMBATASAN MASALAH
Penulis akan membatasi masalah yang akan dibahas pada waktu mata kuliah Seminar Biologi
agar nanti dalam membahas masalah gizi buruk tidak menyebar ke semua/berbagai aspek.
Pembatasan masalah sesuai dengan tema dari makalah ini yaitu Penyakit Gizi Buruk Menyerang
Balita dan Anak - anak. Termasuk di dalamnya Jenis – jenis dan penyebab masalah gizi
buruk/malnutrisi, Tanda – tanda yang terlihat/terdeteksi pada malnutrisi dan langkah
pengobatannya, Data penurunan gizi buruk dari tahun 2004 – 2007, dan Perlunya asupan gizi

TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah presentasi ini adalah ingin memberitahukan kepada masyarakat
hal – hal apa saja yang menjadi ruang lingkup dari masalah gizi buruk, menambah pengetahuan
bagi masyarakat agar lebih luas wawasannya mengenai gizi buruk, memberitahukan jumlah
penurunan penderita gizi buruk dari tahun 2004 – 2007, memberikan gambaran yang jelas
mengenai penyakit gizi buruk, juga tidak lupa untuk menambah nilai mahasiswa, dan lain – lain
yang bisa berdampak positif bagi penulis dan para pembaca.
BAB II

A. TINJAUAN TEORI
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat –
zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ – organ serta menghasilkan energi. Akibat kekurangan gizi, maka simpanan zat gizi
pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan apabila keadaan ini berlangsung lama maka
simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang bisa
dikatakan malnutrisi. KEP seseorang yang gizi buruk disebakan oleh rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam makanan sehari – hari. Pada umumnya penderita KEP berasal dari keluarga
yang berpenghasilan rendah, tanda – tanda klinis gizi buruk dapat menjadi indicator yang sangat
penting untuk mengetahui seseorang menderita gizi buruk. Kebutuhan tubuh akan zat gizi
ditentukan oleh banyak factor. Data komposisi zat gizi bahan makanan yang berhubungan
dengan berbagai proses pengolahan belum cukup tersedia, pemeriksaan zat gizi spesifik
bertujuan untuk menilai status gizi. Zat gizi yang terdapat pada Angka Kecukupan Gizi ( AKG )
hanyalah gizi yang penting yaitu energi, protein, vit A, C, B 12, Tiamin, Riboflavin, Niasin,
Asam Folat, Kalsium, Fosfor, Zat Besi, Zink, dan Yodium ( Fajar, Ibnu, dkk. 2001. Penilaian
Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC )
Ada beberapa penyakit yang berhubungan dengan gizi yaitu penyakit gizi lebih ( obesitas ), gizi
buruk ( malnutrisi ), metabolic bawaan, keracunan makanan, dan lain – lain. Gangguan gizi
buruk menggambarkan suatu keadaan pathologis yang terjadi akibat ketidaksesuaian/tidak
terpenuhinya antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi
dalam jangka waktu yang relatif lama. Ilmu gizi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang
khusus mempelajari hubungan antara makanan yang kita makan dan kesehatan tubuh. Hubungan
antara makanan dan kesehatan tubuh sudah diketahui sejak berabad – abad yang lampau..
Penyakit – penyakit yang timbul akibat makanan kurang baik seperti makanan yang tidak cukup
gizinya atau kadar zat gizinya tak seimbang disebut penyakit gangguan gizi yang pertama kali
dikenal adalah penyakit skorbut/sariawan. Penemuan dini terhadap penderita marasmus dan
kwashiorkor sangat penting, baik dalam usaha pencegahan terjadinya gizi buruk maupun dalam
usaha menurunkan angka kematian bayi dan anak. Untuk itu, para ahli kesehatan anak di
berbagai Negara telah bersepakat untuk menemukan cara yang paling mudah dan sederhana
untuk mendeteksi penderita KKP sedini mungkin dengan melakukan monitoring berat badan
anak melalui penimbangan secara teratur setiap bulan telah dijadikan sebagai kegiatan pokok.
Usaha untuk menangani masalah gizi buruk di Indonesia telah dimulai jauh sebelum Perang
Dunia Ke II, strategi yang digunakan untuk memperbaiki gizi di masyarakat berbeda – beda, ada
caranya masing – masing. Dewasa ini gizi bukan saja dikenal akan tetapi telah menjadi bahan
pembicaraan dan pembahasan di berbagai lingkungan masyarakat. Dewasa ini program
perbaikan gizi merupakan salah satu dari 5 program pokok Dep Kes ( Panca Karsa/Karya Husada
) ( Moehji, Sjahmien. 1999. Ilmu Gizi. Jakarta : Bhratara ).
Kesehatan yang baik tidak terjadi karena ada perubahan yang berupa kekurangan zat makanan
tertentu ( defisiensi ) atau berlebih. Kekurangan umumnya mencakup protein, karbohidrat,
vitamin, dan mineral. Sedangkan kelebihan umumnya mencakup konsumsi lemak, protein, dan
gula. Untuk mencapai kondisi anak perlu/cukup gizi harus memperhatikan kebersihan diri dan
lingkungan serta melakukan kegiatan yang baik seperti olah raga, dan lain – lain. Konsumsi yang
kurang baik kualitas dan kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi
kurang/defisiensi. Keadaan kesehatan gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi
ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Penyakit gizi di Indonesia terutama tergolong ke
dalam kelompok penyakit defisiensi yang sering dihubungkan dengan infeksi yang bisa
berhubungan dengan gangguan gizi. Defisiensi gizi merupakan awal dari gangguan system imun
yang menghambat reaksi imunologis. Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerja sama akan
memberikan prognosis yang lebih buruk. Ada berbagai zat gizi yang sangat mempengaruhi
kondisi kesehatan manusia. Masalah kesehatan gizi dapa timbul dalam bentuk penyakit dengan
tingkat yang tinggi ( Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta :
Rineka Cipta. )

B. PEMBAHASAN MASALAH
Jakarta – Sepanjang tahun ini banyak sudah bencana kesehatan yang melanda bangsa ini. Mulai
dari demam berdarah, polio dan penyakit busung lapar yang cukup mengejutkan. Kasus
penderita gizi buruk terus bertambah di sejumlah daerah. Kasus gizi buruk umumnya menimpa
balita dengan latar belakang ekonomi lemah. Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan
pada anak-anak dari kurang gizi hingga busung lapar. Menurut United Nations Children’s Fund
(Unicef) saat ini ada sekitar 40 % anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderita gizi buruk.
Betapa banyaknya bayi dan anak-anak yang sudah bergulat dengan kelaparan dan penderitaan
sejak mereka dilahirkan. Penyebab utama kasus gizi buruk di Indonesia tampaknya karena
masalah ekonomi atau kurang pengetahuan. Kemiskinan dan ketidakmampuan orang tua
menyediakan makanan bergizi bagi anaknya menjadi penyebab utama meningkatnya korban gizi
buruk di Indonesia, kemiskinan memicu kasus Gizi Buruk
Fenomena gizi buruk ini biasanya melibatkan kurangnya asupan kalori baik dari karbohidrat atau
protein (protein-energy malnutrition–PEM). Kurangnya pasokan energi sangat mempengaruhi
kerja masing-masing organ tubuh. Menurut situs Dinas Kesehatan Pemda Ibukota Jakarta,
keadaan gizi buruk ini secara klinis dibagi menjadi 3 tipe: Kwashiorkor, Marasmus, dan
Kwashiorkor-Marasmus. Ketiga kondisi patologis ini umumnya terjadi pada anak-anak di negara
berkembang yang berada dalam rentang usia tidak lagi menyusui.
Perbedaan antara marasmus dan kwashiorkor tidak dapat didefinisikan secara jelas menurut
perbedaan kurangnya asupan makanan tertentu, namun dapat teramati dari gejala yang
ditunjukkan penderita.

KWASHIORKOR
Kwashiorkor sering juga diistilahkan sebagai busung lapar atau HO. Penampilan anak-anak
penderita HO umumnya sangat khas, terutama bagian perut yang menonjol. Berat badannya jauh
di bawah berat normal. Edema stadium berat maupun ringan biasanya menyertai penderita ini.
Beberapa ciri lain yang menyertai di antaranya:
* Perubahan mental menyolok. Banyak menangis, pada stadium lanjut anak terlihat sangat pasif.
* Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring
* Anemia.
* Diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya produksi
laktase dan enzim penting lainnya.
* Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia ( perdarahan kecil
yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan, pada kulit maupun selaput lendir, Red. ),
yang lambat laun kemudian menghitam. Setelah mengelupas, terlihat kemerahan dengan batas
menghitam. Kelainan ini biasanya dijumpai di kulit sekitar punggung, pantat, dan sebagainya
* Pembesaran hati. Bahkan saat rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar tubuh, terasa licin
dan kenyal.
Tanda-tanda kwashiorkor meliputi
- edema di seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki,
- wajah membulat dan sembab,
- pandangan mata sayu,
- perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis,
- rambut berwarna kepirangan, kusam, dan mudah dicabut,
- otot-otot mengecil, teramati terutama saat berdiri dan duduk,
- bercak merah coklat pada kulit, yang dapat berubah hitam dan mengelupas
- menolak segala jenis makanan (anoreksia)
- sering disertai anemia, diare, dan infeksi.

MARASMUS
Kasus marasmik atau malnutrisi berat karena kurang karbohidrat disertai tangan dan kaki
bengkak, perut buncit, rambut rontok dan patah, gangguan kulit. Pada umumnya penderita
tampak lemah sering digendong, rewel dan banyak menangis. Pada stadium lanjut anak tampak
apatis atau kesadaran yang menurun.
Marasmik adalah bentuk malnutrisi primer karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul
diantaranya muka berkerut terlihat tua, tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan
tulang di bawah kulit), rambut mudah patah berwarna kemerahan dan terjadi pembesaran hati,
sangat kurus karena kehilangan sebagian lemak dan otot . Anak-anak penderita marasmus secara
fisik mudah dikenali. Penderita marasmus berat akan menunjukkan perubahan mental, bahkan
hilang kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan, anak umumnya jadi lebih cengeng dan
gampang menangis karena selalu merasa lapar. Ketidakseimbangan elektrolit juga terdeteksi
dalam keadaan marasmus. Upaya rehidrasi ( pemberian cairan elektrolit ) atau transfusi darah
pada periode ini dapat mengakibatkan aritmia ( tidak teraturnya denyut jantung ) bahkan
terhentinya denyut jantung. Karena itu, monitoring klinik harus dilakukan seksama. Ada pun
ciri-ciri lainnya adalah:
* Berat badannya kurang dari 60% berat anak normal seusianya.
* Kulit terlihat kering, dingin dan mengendur.
* Beberapa di antaranya memiliki rambut yang mudah rontok.
* Tulang-tulang terlihat jelas menonjol.
* Sering menderita diare atau konstipasi.
* Tekanan darah cenderung rendah dibanding anak normal, dengan kadar hemoglobin yang juga
lebih rendah dari semestinya.
- anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit,
- wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, perut cekung, dan kulit keriput

MARASMIK-KWASHIORKOR
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan gabungan gejala yang
menyertai.
* Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas kedua
penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan sebagainya.
* Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.
* Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolic seperti
gangguan pada ginjal dan pankreas.
* Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar natrium dan
fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.
Gejala klinis Kwashiorkor-Marasmus tidak lain adalah kombinasi dari gejala-gejala masing-
masing penyakit tersebut.

PENYEBAB GIZI BURUK


Penyebab utama gizi kurang dan gizi buruk tidak satu. Ada banyak!. Penyebab pertama adalah
faktor alam. Secara umum tanah terkenal sebagai daerah tropis yang minim curah hujan. Kadang
curah hujannya banyak tetapi dalam kurun waktu yang sangat singkat. Akibatnya, hujan itu
bukan menjadi berkat tetapi mendatangkan bencana banjir. Tetapi, beberapa tahun belakangan
ini tidak ada hujan menjadi kering kerontang! Tanaman jagung yang merupakan penunjang
ekonomi keluarga sekaligus sebagai makanan sehari-hari rakyat gagal dipanen. Akibatnya,
banyak petani termasuk anak-anak, terutama yang tinggal di daerah pelosok, memakan apa saja
demi mempertahankan hidup. Dikhawatirkan gizi yang kurang dan bahkan buruk akan
memperburuk pertumbuhan fisik dan fungsi-fungsi otak. Kalau ini terjadi, masa depan anak-anak
ini dipastikan akan sangat kelam dan buram.
Penyebab kedua adalah faktor manusiawi yaitu berasal dari kultur sosial masyarakat setempat.
Kebanyakan masyarakat petani bersifat 'one dimensional,' yakni masyarakat yang memang
sangat tergantung pada satu mata pencaharian saja. Banyak orang menanam makanan
'secukup'nya saja, artinya hasil panen itu cukup untuk menghidupi satu keluarga sampai masa
panen berikutnya. Belum ada pemikiran untuk membudidayakan hasil pertanian mereka demi
meraup keuntungan atau demi meningkatkan pendapatan keluarga. Adanya budaya 'alternatif'
yaitu memanfaatkan halaman rumah untuk menanam sayur-mayur demi menunjang kebutuhan
sehari-hari.
Penyebab ketiga masih berkisar soal manusiawi tetapi kali ini lebih berhubungan dengan
persoalan struktural, yaitu kurangnya perhatian pemerintah. Pola relasi rakyat dan pemerintah
masih vertikal bukan saja menghilangkan kontrol sosial rakyat terhadap para pejabat, tetapi juga
membuka akses terhadap penindasan dan ketidakadilan dan, yang paling berbahaya, menciptakan
godaan untuk menyuburkan budaya korupsi. Tentu saja tidak semua aparat dan pejabat seperti
itu!. Terlepas dari itu semua nampaknya masyarakat membutuhkan pendampingan agar mereka
memahami hak-hak individu dan hak-hak sosial mereka sebagai warganegara.

MALNUTRISI PRIMER
Penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya sering disebut malnutrisi
primer, yang disebabkan karena masalah ekonomi dan rendahnya pengetahuan. Gejala klinis
malnutrisi primer sangat bervariasi tergantung derajat dan lamanya kekurangan energi dan
protein, umur penderita dan adanya gejala kekurangan vitamin dan mineral lainnya. Kasus
tersebut sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun. Pertumbuhan yang terganggu
dapat dilihat dari kenaikkan berat badan terhenti atau menurun, ukuran lengan atas menurun,
pertumbuhan tulang ( maturasi ) terlambat, perbandingan berat terhadap tinggi menurun. Gejala
dan tanda klinis yang tampak adalah anemia ringan, aktifitas berkurang, kadang di dapatkan
gangguan kulit dan rambut. Pada penderita malnutrisi primer dapat mempengaruhi metabolisme
di otak sehingga mengganggu pembentukan DNA di susunan saraf. berpengaruh terhadap
perkembangan mental dan kecerdasan anak. Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada
penderita malnutri primer yang berat.

MALNUTRISI SEKUNDER
Malnutrisi sekunder adalah gangguan pencapaian kenaikkan berat badan yang bukan disebabkan
penyimpangan pemberian asupan gizi pada anak karena adanya gangguan pada fungsi dan sistem
tubuh yang mengakibatkan gagal tumbuh. Gangguan sejak lahir yang terjadi pada sistem saluran
cerna, metabolisme, kromosom atau kelainan bawaan jantung, ginjal dan lain-lain. Kasus gizi
buruk di kota besar biasanya didominasi oleh malnutrisi sekunder. Malnutrisi sekunder ini
gangguan peningkatan berat badan yang disebabkan karena karena adanya gangguan di sistem
tubuh anak. pada malnutrisi sekunder tampak anak sangat lincah, tidak bisa diam atau sangat
aktif bergerak. Tampilan berbeda lainnya, penderita malnutrisi sekunder justru tampak lebih
cerdas, tidak ada gangguan pertumbuhan rambut dan wajah atau kulit muka tampak segar.
Kasus malnutrisi sekunder sering terjadi overdiagnosis (diagnosis yang diberikan terlalu
berlebihan padahal belum tentu mengalami infeksi ) tuberkulosis (TB). Overdiagnosis tersebut
terjadi karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis yang ada.
Secara medis penanganan kasus malnutrisi sekunder lebih kompleks dan rumit. Penanganannya
harus melibatkan beberapa disiplin ilmu kedokteran anak seperti bidang gastroenterologi,
endokrin, metabolik, alergi-imunologi, tumbuh kembang dan lainnya. Gizi buruk memang
merupakan masalah klasik bangsa ini sejak dulu. Tanpa data dan informasi yang cermat dan
lengkap sebaiknya jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk identik dengan
kemiskinan. Karena, gizi buruk bukan saja disebabkan karena masalah ekonomi atau kurangnya
pengetahuan dan pendidikan,

PENDERITA GIZI BURUK MEREBAK DI BERBAGAI TEMPAT


Gizi Buruk Masih Jadi Persoalan Pelik di NTT Sebanyak 1.466 kasus gizi buruk
Masalah Gizi Buruk Di SERUI Jaya Pura Perlu Penanganan Serius
221 Balita di Trenggalek Gizi Buruk
496 Balita di Kabupaten Blitar menderita gizi buruk.
Bengkulu, tercatat sedikitnya 377 anak penderita gizi buruk

PERLUNYA ASUPAN GIZI


Banyaknya produk suplemen vitamin yang kini beredar secara bebas bisa berdampak baik
sekaligus berdampak buruk. suatu produk suplemen harus menjalani uji klinis dulu sebelum
dipasarkan. kita tidak terlena begitu saja dengan rayuan iklan yang terlalu bombastis. Tapi di sisi
lain produk suplemen yang memang bisa dipercaya kebenarannya sangat berguna bagi
kebanyakan orang yang tidak sempat mendapatkan gizi tersebut dari makanan sehari-hari.
Lebih baik kalau berbagai kebutuhan gizi didapat dari makanan langsung, bukan asupan atau
suplemen yang dijual bebas. Sebab tak seorang pun yang bisa menjamin keamanannya, Kecuali
kalau asupan itu memang dianjurkan oleh dokter atau didapat dari dokter. Anak usia 0-2 tahun
sebaiknya mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan dalam
perkembangan otak anak. Air susu ibu cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam
segala hal Banyak produk susu kaleng atau susu formula mengandung asam linoleat, DHA dan
sebagainya. ASI juga mengandung zat anti efeksi.
Untuk memulihkan kondisi Balita pada status normal, dibutuhkan asupan susu yang mudah
diserap tubuh yakni Entrasol. Tiap Balita diharuskan mengkonsumsi 60 kotak susu, dimana
dalam hitungan 90 hari berat badan anak kembali normal. Kriteria yang dicantumkan antara lain:
biasa makan beraneka ragam makanan (makan 2-3 kali sehari dengan makanan pokok, sayur,
dan lauk pauk), selalu memantau kesehatan anggota keluarga, biasanya menggunakan garam
beryodium, dan khusus ibu hamil, didukung untuk memenuhi kebutuhan ASI bayi minimal
sampai 4 bulan setelah kelahiran. Kriteria ini tentunya masih sulit dipenuhi oleh masyarakat
Indonesia. Adapun ciri-ciri klinis yang biasa menyertainya antara lain:
* Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun.
* Ukuran lingkaran lengan atas menurun.
* Maturasi tulang terlambat.
* Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun.
* Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.

LANGKAH PENGOBATAN
Pengobatan pada penderita MEP tentu saja harus disesuaikan dengan tingkatannya. Penderita
kurang gizi stadium ringan, contohnya, diatasi dengan perbaikan gizi. Dalam sehari anak-anak
ini harus mendapat masukan protein sekitar 2-3 gram atau setara dengan 100-150 Kkal. Langkah
penanganan harus didasarkan pada penyebab serta kemungkinan pemecahnya.
Sedangkan pengobatan MEP berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing penyakit
yang menyertai harus diobati satu per satu. Penderita pun sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk
mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta maupun
infeksinya, status gizi anak tersebut terus diperbaiki hingga sembuh. Memulihkan keadaan
gizinya dengan cara mengobati penyakit penyerta, peningkatan taraf gizi, dan mencegah gejala
atau kekambuhan dari gizi buruk

JUMLAH KASUS GIZI BURUK PADA BALITA MENURUN


Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan, berbagai upaya intervensi perbaikan gizi
yang dilakukan pemerintah berhasil menurunkan jumlah kasus gizi kurang dan gizi buruk balita
dalam beberapa tahun terakhir. "Capaiannya sudah signifikan, tapi memang belum bisa langsung
membuatnya jadi tidak ada karena untuk itu memang butuh waktu lama," katanya. Ia
menjelaskan, penanganan gizi buruk membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga perlu
dukungan dana dari pemerintah pusat. Kasus gizi buruk dan gizi kurang pada balita yang pada
2004 sebanyak 5,1 juta telah turun menjadi 4,4 juta pada 2005 dan kembali turun menjadi 4,2
juta pada 2006. "Tahun 2007 angkanya juga turun lagi menjadi 4,1 juta.
Mengalami penurunan bermakna dalam tiga tahun terakhir. Menurut Laporan Kasus Gizi Buruk
Dinas Kesehatan Provinsi yang disampaikan ke Departemen Kesehatan pada 2005, jumlah kasus
gizi buruk pada balita yang ditemukan dan ditangani sebanyak 76.178 kemudian turun menjadi
50.106 pada 2006 dan turun lagi menjadi 39.080 pada 2007. Jumlah temuan kegiatan surveilans
itu lebih rendah dibandingkan dengan target penemuan kasus gizi buruk pada balita yang pada
2005 seharusnya sebanyak 180.000 kasus, 94.000 kasus pada 2006 dan 75.000 kasus pada 2007.
Guna menurunkan jumlah kasus gizi buruk seperti yang telah ditargetkan, yakni menjadi 20
persen dari total balita pada 2009, pemerintah telah melakukan upaya penanggulangan masalah
gizi jangka pendek, menengah dan panjang. Targetnya tahun 2009 bisa turun menjadi 20 persen
dari jumlah balita, upaya jangka pendeknya antara lain perawatan kasus sesuai prosedur di rumah
sakit secara gratis, pemberian makanan bergizi tinggi bagi balita dari keluarga kurang mampu
dan surveilans kasus secara periodik melalui Posyandu, serta pemberian makanan pendamping
ASI gratis bagi bayi usia 6-24 bulan dari keluarga kurang mampu.
Jangka menengah memberdayakan masyarakat untuk memperbaiki pola asuh pemeliharaan bayi
seperti promosi pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan penimbangan berat badan bayi
secara rutin untuk deteksi dini kasus, pemerintah juga berusaha meningkatkan akses pelayanan
kesehatan dan gizi yang bermutu melalui pembentukan Pos Kesehatan Desa, penempatan bidan
di desa, peningkatan kemampuan tenaga kesehatan, penguatan Puskesmas dan pembentukan tim
kesehatan keliling di daerah terpencil.
Setiap tahun juga telah meningkatkan alokasi anggaran untuk perbaikan gizi. Jika pada 2005
alokasi dana untuk perbaikan gizi hanya Rp175 miliar, maka 2006 ditingkatkan menjadi Rp582
miliar dan kembali ditingkatkan menjadi Rp600 miliar pada 2007. "Tahun 2008 ini besaran
anggarannya masih dibahas, tapi dipastikan tidak akan lebih rendah dari Rp600 miliar," Dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2008 pemerintah mengalokasikan 2,3 persen untuk
biaya kesehatan. Dengan strategi dan langkah yang telah diterapkan, pemerintah optimistis bisa
menurunkan kasus gizi buruk dan kurang pada balita sesuai target.

BAB III

A. KESIMPULAN
Ada 4 faktor yang melatarbelakangi KKP yaitu : masalah social, ekonomi, biologi, dan
lingkungan. Kemiskinan salah satu determinan social - ekonomi, merupakan akar dari ketiadaan
pangan, tempat mukim yang berjejalan, dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses
fasilitas kesehatan. Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak. Kurang
kalori protein sesungguhnya berpeluang menyerap siapa saja, terutama bayi dan anak yang
tengah tumbuh-kembang. Marasmus sering menjangkiti bayi yang baru berusia kurang dari 1
tahun, sementara kwashiorkor cenderung menyerang setelah mereka berusia 18 bulan. Penilaian
status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat
mendapatkan makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Gizi yang diperoleh seorang anak
melalui konsumsi makanan setiap hari. Kecukupan zat gizi berpengaruh pada kesehatan dan
kecerdasan anak.Kasus gizi buruk bukanlah jenis penyakit yang datang tiba-tiba begitu saja.
Tetapi karena proses yang menahun terus bertumpuk dan menjadi kronik saat mencapai
puncaknya. Masalah defisiensi gizi khususnya KKP menjadi perhatian karena berbagai
penelitian menunjukan adanya efek jangka panjang terhadap pertumbuhan dan perkembangan
otak manusia

B. SARAN
Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi buruk terlambat
seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita gizi buruk belum
mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah pemerintah
melakukan tindakan ( serius ). Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukung
masyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama ini adalah,
anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan perhatian orang tua. Anak-anak itu
hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi dalam makanan yang diberikan.
Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis. Tanpa data dan informasi yang cermat
dan lengkap sebaiknya jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk identik
dengan kemiskinan. Dan seharusnya para ibu mengupayakan sesuatu yang terbaik untuk anaknya
yang nantinya anak tersebut dapat menolong sang ibu. Ibu jangan mudah menyerah hadapilah
semuanya itu, saya yakin pasti akan ada jalan keluarnya
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Fajar, Ibnu, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Moehji, Sjahmien. 1999. Ilmu Gizi. Jakarta : Bhratara.
Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.
www.liputan6.com
www.antara.co.id
www.groups.yahoo.com
www.emedicine.com
www.dinkes-dki.go.id
www.depkes.go.id
www.kompas.com
www.mercksource.com
http://www.suarapembaruan.com
www.sinarharapan.co.id
http://www.republika.co.id
www.kabblitar.go.id
Gizi.net –
Sulung Prasetyo – sinarharapan.co.id

PENYAKIT GIZI SALAH

Disusun Oleh :

Eka Sapri Alvyanto (07330053)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2008

PENYAKIT GIZI SALAH

A.PENYAKIT GIZI SALAH

Salah satu masalah pokok kesehatan di Negara-negara sedang berkembang adlah masalah
gangguan terhadap kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh kekurangan gizi. Oleh karena
itu, usaha-usaha perbaikan gizi masyarakat dinegara ini merupakan salah satu usaha kesehatan
yang menonjol, yang menjadi bagian dari program pembangunan nasional. Walaupun telah
banyak dilakukan penyuluhan gizi dalam berbagai bentuk, namun pengertian gizi salah atau
penyakit gangguan gizi sering diasosiasikan dengan penyakit gizi kurang. Hal ini disebabkan
akibat dari pencerminan kejadian penyakit kurang gizi yang cukup banyak jumlahnya dalam
masyarakat Negara yang sedang berkembang.

Berbicara masalah gizi, kita tidak terlepas atas pembahasan mengenai zat-zat makanan
atau nutrisi yang masuk kedalam tubuh untuk itu pada pembahasan tentang penyakit gizi salah
juga akan diterankan tentang zat-zat gizi yaitu: karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan
air. Makanan yang bergizi adalah makanan yang mengandung zat-zat nutrien yang dibutuhkan
oleh tubuh agar tubuh dapat melakukan fungsi-fungsinya dengan sebaik-baiknya. Dengan
perkataan lain zat gizi sangat diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perbaikan jaringan dan
pemeliharaan tubuh beserta semua fungsinya.

Menurut tingkatannya, keadaan gizi dapat digolongkan dalam tiga tingkat yaitu: keadaan
gizi lebih, keadaan gizi baik atau seimbang, dan keadaan gizi kurang. Gizi baik akan dapat
dicapai dengan memberi makanan yang seimbang bagi tubuh menurut kebutuhan. Sedang gizi
kurang menggambarkan ketidakseimbangan makanan yang dimakan dengan kebutuhan tubuh
manusia.

Penyakit gangguan gizi banyak ditemui pada masyarakat golongan rentan, yaitu golongan
yang mudah sekali menderita akibat kekurangan gizi dan juga kekurangan zat makanan
(deficiency) misalnya kwarshiorkor, busung lapar, marasmus, beri-beri, dan lain-lain.
Kegemukan (Obesity), kelbihan berat badan (Overweight) merupakan tanda gizi salah yang
berdasarkan kelebihan dalam makanan.

Kedudukan gzi (nutrition status) seesorang atau sesuatu golongan penduduk


(populationi), ialah suatu tingkat kesehatan yang merupakan akibat dari intake dan penggunaan
(utilizationi) semua nutrien yang terdapat dalam makanan sehari-hari. Dinegara-negara yang
teknologinya terbelakang, kekurangan gizi merupakan penyebab kematian dimasa kanak-kanak.

Sejak dari masa janin, bayi, remaja sampai ke masa dewasa dan lansia (lanjut usia),
manusia membutuhkan zat-zat yang berguna untuk membantu fungsi semua organ agar dapat
berjalan dengan baik, apakah zat itu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, garam mineral dan air.
Karbohidrat, protein, dan lemak dibutuhkan sebagai sumber tenaga atau energi untuk bekerja.

Banyak masalah-maslah kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat tidak adanya


keseimbangan yang lebih dikenal sebagai akibat dari gizi salah. Gizi salah yang diderita pada
masa janin (dalam kandungan) dan masa anak-anak dapat menghambat antara lain kecerdasan,
motivasi, kesanggupan belajar. Selain itu, ada dugaan bahwa gizi salah yang diderita pada masa
janin dapat menimbulkan kelainan kromosoma yang bisa berakibat pada perilaku abnormal atau
kelainan.

A. ZAT-ZAT GIZI YANG PENTING BAGI TUBUH

Berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh tersebut dapat digolongkan kedalam enam
macam yaitu:

1. karbohidrat

2. protein

3. lemak

4. vitamin

5. mineral,dan

6. air
sementara itu energi yang diperlukan tubuh dapat diperoleh dari hasil pembakaran karbohidrat,
protein, dan lemak didalam tubuh. Dialam ini terdapat berbagai jenis bahan makanan baik yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan yang disebut pangan nabati maupun yang berasal dari hewan
yang dikenal sebagai pangan hewani.

Pada zat gizi seperti yang tersebut diatas yaitu:

1. Karbohidrat

Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu:


monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Karbohidrat sendiri bisa diperoleh dari
beberapa sumber makanan yaitu:

1) Jenis gandum dan hasilnya, ubi akar, dan hasilnya. Seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an
surat

2) Kacang-kacangan, biji-bijian dan hasilnya sesuai dengan Al-Qur’an surat Yaasin ayat 33
yang artinya “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi
yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, maka
daripadanya mereka makan”.

3) Daging dan hasilnya sesuai dengan Al-Qur’an surat An-nahl ayat 14 yang artinya “Dan
Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan
daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu
perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya
kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” Dan juga
surat ath Thuur ayat 22 yang artinya “ Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-
buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini”.

4) Sayur-sayuran sesuai dengan Al-Qur’an surat Al baqarah ayat 61 yang artinya “Dan
(ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu
macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia
mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya,
ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya." Musa berkata:
"Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik ? Pergilah
kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta." Lalu
ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan
dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan
membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena
mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.

5) Buah-buahan sesuai dengan Al-Qur’an surat Al Mu’minuun ayat 19 yang artinya ”Lalu
dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam
kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-
buahan itu kamu makan”.

2. Protein

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini
berfungsi sebagai bahan baker dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun. Jenis
protein berdasarkan macam asam amino yang membentuknya yaitu:

1. Protein sempurna (complete Protein) yaitu protein yang mengandung asm-asam


amino esensial lengkap baik macam maupun jumlahnya. Contohnya kasein pada
susu dan Albumin pada putih telur.

2. Protein tidak sempurna (incomplete protein) yaitu protein yang tidak mengandung
atau sangat sedikit berisi satu atau lebih asm-asm amino esensial. Contohnya Zein
pada jagung dan protein nabati lainnya.

3. Protein kurang sempurna (partially Complete Protein) yaitu protein yang


mengandung asam amino esensial yang lengkap tetapi beberapa diantaranya
hanya sedikit. Contohnya Legumin pada kacang-kacangan dan gliadin pada
gandum.

Didalam Al Qur’an terdapat anjuran untuk mengkonsumsi makanan yang


mengandung protein seperti yang terdapat pada Al-Qur’an surat Al Mu’minuun ayat 21
yang artinya “ Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat
pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada
dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang
banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan”.
3. Lemak

Salah satu komponen lemak adalah asam lemak. Asam lemak dibagi menjadi tiga yaitu
Asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh tunggal, dan asam lemak tak je nuh poli.

1. Sumber asam lemak jenuh

Asam lemak jenuh berasal dari berbagai sumber asam lemak diantaranya ditampilkan pada table
1.1

Table 1.1 Macam asam lemak jenuh dan sumbernya

Macam asam Sumbernya Panjang Sifat fisik


Lemak jenuk rantai

Asam laurat Minyak kelapa C12 Padat

Asam miristat Minyak nabati C14 Padat

Asam palmitat Minyak nabati dan hewani C16 Padat

Asam stearat Minyak nabati dan hewani 1 C18 Padat

Asam arakhidat Minyak kacang C20 Padat

Asam behenat Minyak kacang C22 Padat

Asam lignoserat Minyak kacang C24 Padat

Asam butirat Lemak butter C4 Cair

Asam kaproat Lemak butter C6 Cair

Asam kaprilat Minyak kelapa C8 Cair

Asam kaprat Minyak butter C10 Cair

Minyak kelapa

Minyak salam

2. Sumber asam lemak tak jenuh tunggal

Sumber dari asam lemak tak jenuh dengan ikatan rangkap tunggal dapat dilihat pada tabel
1.2
Table 1.2. Macam asam lemak yang tergolong MUFA dan sumbernya

Macamnya Sumber Panjang rantai Sifat fisik

Asam palmitoleat - lemak nabati C16 Cair

- lemak hewani

Asam oleat - lemak nabati C18 Cair


- lemak hewani

- 75% minyak live

- 30% lemak babi

- 40% lemak sapi

dan domba

3. Sumber asam lemak tak jenuh poli

Sumber dari asam lemak tak jenuh poli disajikan dalam tabel 1.3

Tabel 1.3 sumber asam lemak tak jenuh

Macamnya Sumber Panjang rantai Sifat fisik

Asam linoleat  10% dalam advokat C18 Cair

 20%-30% dalam
kacang atau lemak
ayam
 50%-60% dalam
minyak jagung

 70% dalam minyak


kapas

Asam eleostearat - lemak sapi, lemak ayam, C18 Cair


dan lemak nabati

Asam linolenat  20% dalam hati C18 Cair

 7% dalam kacang
kedelai
Asam arakhidonat  lemak hewani C20 Cair

 minyak kacang tanah

4. Vitamin

Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk
proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.

Vitamin dibagi dalam kelompok vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang tidak larut
dalam air (tetapi dapat larut dalam lemak).

1. Vitamin yang larut dalam air

Vitamin yang tidak larut dalam air antara lain : vitamin C dan vitamin B kompleks.

2. Vitamin yang tidak larut dalam air (larut lemak)

Vitamin yang tidak larut dalam air yaitu vitamin yang sering disebut vitamin A, D, E,
K.

5. Mineral

Mineral merupakan unsure esensial bagi fungsi normal sebagai enzim yang sangat penting dalam
pengendalian komposisi cairan tubuh 65% adalah air dalam bobot tubuh. Mineral dibagi dua
macam yaitu: makromineral dan mikromineral. Sumber mineral antara lain daging, keju,
ikan, telur, serial, beras giling dan biji-bijian.

6. Air

Air dalam tubuh merupakan unsure esensial air merupakan bahan yang sangat penting bagi
kehidupan dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Air dibedakan menjadi
air yang diperoleh secara eksogen dan air yang diperoleh secara endogen.

B. KLASIFIKASI PENYAKIT GIZI SALAH

Penyakit gizi semakin lengkap diketahui dengan kemajuan-kemajuan dibidang ilmu gizi dan
tehnik risetnya. Banyak penyakit yang tadinya tidak diketahui sebabnya dan dimasukkan
kedalam penyakit disposisi, ini ternyata merupakan penyakit kelainan gizi.

Penyakit gizi salah dapat digolongkan kedalam tiga kelompok yaitu:


1. Penyakit-penyakit bawaan, berdasarkan kesalahan susunan genetik yang menyebabka
kelainan dalam sintesa enzim, yang dimulai dari kesalahan genetik, metabolisme (dengan
perantara enzim), sehingga menyebabkan terjadinya penyakit-penyakit ini disebut juga
dengan “inbornerros of metabolism”. Penyakit gizi akibat kessalahan genetik dapat
menyebabkan:

o Enzim tertentu menurun sehingga mengakibatkan penderita akan mengalami


intoleransi glukosa, intoleransi fruktosa dan lain-lain.

o Penyakit gangguan metabolisme

o Penyakit degeneratif (penurunan).

Contoh kesalahan genetik dapat menyebabkan produksi insulin menurun sehingga


dapat mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa rusak (diabetes militus)

2. Penyakit-penyakit berdasarkan ketidak seimbangan antara “intake” dan “requirement”


dan zat-zat gizi.

Dilihat dari intake dan requirement ada dua kemungkinan:

1. Penyakit gizi lebih. Contoh: Obesitas yang berkembangan menjadi diabetes


militus, jantung koroner, immunity diseases, dan lain-lain.

2. Penyakit gizi kurang ada dua kategori:

 Penyakit devisiensi gizi yang komplek.

Contoh kwashiorkor (yang disebabkan karena kekurangan kalori dan protein), marasmus
(yang disebabkan karena kekurangan kalori), busung lapar (yang disebabkan karena
kekurangan protein).

Berdasarkan sebab yang mengakibatkan gizi salah, dibedakan menjadi dua yaitu gizi salah
primer dan gizi salah skunder. Pada gizi salah primer,kelainan terletak pada intake dan pada
makanan, baik merupakan kelebihan maupun kekurangan. Intake pada gizi salah skunder adalah
mencukupi, tetapi terdapat rintangan pada rangkaian pada proses pencernaan, penyerapan,
transportasi, dan ubilization daripada zat-zat makanan. Pada gangguan itu terjadi sesuatu
keadaan devisiensi dalam efektifitas dari zat-zat makanan. Gangguan lain yang menyebabkan
gizi salah skunder ialah keadaan-keadaan yang mempertinggi destruksi atau ekskresi zat-zat
makanan, sehingga persediaannya untuk penggunaan dalam tubuh menjadi berkurang dapat pula
terjadi devisiensi relatif. Karena kebutuhan (requirement) bertambah, sedangkan persediaan zat-
zat makanan seperti biasa. Semua faktor yang menyebabkan gizi salah skunder disebut dengan
conditioning factors kemungkinan terjadi conditioning factors yang menimbulkan gizi salah
pada seorang penderita suatu penyakit, harus mendapat perhatian dokter sepenuhnya, dengan
cara mencegah gizi salah baik primer maupun skunder.

3. Penyakit – penyakit keracunan makanan

3. BEBERAPA JENIS PENYAKIT

Banyak masalah-masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat tidak adanya


keseimbangan gizi yang lebih dikenal sebagai akibat gizi salah. Dalam pembahasan gizi salah
yang dapat menimbulkan masalah kesehatan tidaklah semata-mata karena keadaan kurang gizi,
namun kelebihan gizipun dapat menimbulkan gangguan pada manusia. Jadi dapat disimpulkan
bahwa yang tergolong dalam gizi salah (malnutrisi) ini terdapat dua golongan yaitu kurang gizi
(under nutrition) dan kelebihan gizi (over nutrition). Penyakit yang disebabkan oleh kelebihan
gizi (over nutrition) sering dijumpai pada masyarakat dinegara-negara maju seperti penyakit
jantung koroner, darah tinggi (hipertensi), dan lain-lain. Sedangkan di Negara-negara yang
sedang berkembang pada umumnya banyak dijumpai keadaan kurang gizi yang sering disebut
dengan Kurang Energi Protein (KEP), devisiensi vitamin A, gangguan akibat kekurangan iodiom
(GAKI) dan lain-lain yang nantinya dapat berakibat pada turunnya daya tubuh dan memudahkan
untuk terserang berbagai macam penyakit infeksi.

Macam-macam penyakit yang disebakan oleh gizi salah antara lain:

1. Obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelebihan lemak dalam tubuh. Secara klasik obesitas telah
diidentifikasikan sebagai bobot yang lebih besar dari 20% bobot yang layak bagi pria dan wanita
untuk tinggi tertentu.Berdasarkan devinisi obesitas pada wanita adalah kandungan lemak dalam
tubuh yang lebih 30%, sedang pada pria batas bawahnya lebih rendah yaitu antara 20-
25%.adanya perbedaan ini disebabkan adanya karena pertimbangan lemak per bobot tubuh total
pada wanita lebih besar daripada pria.berdsaarkan morfologi jaringan adipose yang dijadikan
tumpuan, maka obesitas diidentifikasikan sebagai hipertrofik, yang dicirikan oleh pembesaran
ukuran sel lemak atau hiperplastik, hipertrofik yang dicirikan oleh bertambnya sel-sel lemak
maupun oleh pembesaran ukuran sel.Biasanya obesitas hipertrofik berkolerasi dengan obesitas
pada umur dewasa sedang obesitas sedang hiperplastik hipertrofik berkolerasi dengan munculnya
obesitas pada masa kanak-kanak atau remaja. Dalam usaha mencegah dan mengobati timbulnya
obesita, diperlukan pengetahuan tentang penyebab penyebab munculnya kelebihan lemak dalam
tubuh. Klasifikasi obesitas sebagian bersifat endogen dan dan bersifat eksogen,dengan jelas
mengimplikasikan adanya penyebab obesitas internal(metabolic indokrin) dan eksternal
(berkaitan dengan diet),sehingga banyak sekali usaha yang dilakukan untuk menilai peranan
factor genetic dan lingkungan, terhadap semua jenis obesitas.

Obesitas adalah peningkatan kegiatan liporprotein lipase (LPL) dan peningkatan ukuran sel
lemak sepanjang minggu pertama kehidupan.LPL adalah enzim yang menghidrolisis bagian
trigli serida dari khilomikro yang beredar dan protein berkepadatan sangat rendah (very low
density lipprotein=VLDL) menjadi asam lemak bebas (free fatty acid = FFA) yang kemudian
diangkut melintasi membrane sel, diesterkan kembali, dan disimpan sebagai lipid didalam
sel.Faktor-faktor lingkungan utama yang dianggap berperan terhadap munculnya obesitas pada
manusia yang meliputi makan berlebih sejak dini, makan tanpa batas, factor social ekonomi dan
budaya juga memainkan peranan yang nyata, meskipun tidaak secara langsung mempengaruhi
munculnya obesitas.

Suatu ciri obesitas yang telah disepakati oleh para peneliti bahwa adanya kecenderungan obesitas
akan tetap saja obesitas, atau jika dapat diturunkan bobot tubuhnya dengan plengobatan maka
setelah pengobatan selisih bobot tubuhnya akan meningkat kembali.

Pengobatan obesitas dapat dilakukan melalui:

 Diet dengan cara puasa, khusunya diet rendah kalori, dimana terdapat pada makanan yang
kaya serat dan rendah lemak, dimana makanan yang kaya serat akan menyebabkan
gastric empeting tinggi (tahan lama dalam lambung), mengikat lemak atau kolesterol,
transite time(waktu tinggal diusus) rendah dan mengakibatkan rasa kenyang yang lama.

 Latihan fisik, dimana sangat efektif untuk menurunkan berat badan, apabila didampingi
dengan pembatasan masukan kalori.
 Pengulahan prilaku dimana diet dapat dilakukan denga mengubah nafsu makan dengan
menginduksikan suatu keadaan metabolik yang merangsang anoreksia yang disertai
dengan mobilisasi lipid.

 Pembedahan

 Farmakologik

2. Kekurangan kalori protein

Di Indonesia hampir sepertiga anak pra sekolah menderita KKP atau PCM (protein calori
malnutrision) yang disebabkan oleh karena kebiasaan makan yang tidak cukup mengandung
kalori dan protein, sehingga akan menyebabkan terjadinya defisiansi protein dan kalori atau
kekurangan kombinasi antara keduanya.KKP seringkali dijumpai pada anak usia 6 bulan sampai
dengan 5 tahun, dimana pada usia ini tubuh memerluksn zat gizi tinggi, sehingga apabila
kebutuhan zat gizi itu tidak tercapai maka tubuh akan menggunakan cadangan zat makanan yang
ada, sehingga lama kelamaan cadangan itu akan habis dan akan meenyebabkan kelainan pada
jaringn, dan proses selanjutnnya dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya perubahan dan
akhirnya akan menimbulkan kelainan anatomis.

Jenis KKP atau PCM ini dikenal dalam tiga bentuk yaitu: kwarshiorkor, marasmic
kwarshiorkor, dan marasmus.

1. Kwarshiorkor, penyakit ini terjadi akibat tidak cukupnya makanan yang dikonsumsi dan
tidak cukupnya protein. Jenis penyakit ini sering dijumpai pada bayi dan anak usia 6
bulan sampai 5 tahun pada keluarga berpenghasilan rendah, dan umumnya kurang sekali
pendidikannya.

Tabel 1.4 Penggolongan diet penururunan bobot tubuh

No Jenis diet Keterangan Ciri-ciri

I Nilai gizi Homogen cair diet Monoton, masukan kalori


seimbang, kalori campuran berkalori
tanpa rendah (800-1200 Masukan kalori diawasi ketat,
batas,kalori kkl). menoton
tebatas, jenis
beragam. Homogen cair
Formula.

II Nilai gizi tak


berimbang(dapat
pula kalori
terbatas).

Perbandingan zat Protein atau Koefisienan pemanfaatan kalori


gizi diubah karbohidrat tinggi, rendah, penimbunan lemak
lemak rendah. berkurang, susah mencari bahan
makanan penganti

Pebandingan zat Karbohidrat Ketosis nafsu makan menurun,


gizi diubah. rendah, lemak atu kehilangan kalori disebabkan
protein tinggi. menyebabkan ekresi rendah, susah
mencar bahan makanan pengganti

Mengutamakan Aggur, rumput laut, Mengandung lipolisis, penurunan


bahan makanan vitamin B6,dll keefisienan pemanfaatan kalori
khusus. menoton

III Rendah kalori Serat kasar tinggi, Laju makan trhambat(perlu lebih
lemak rendah sering mengunyah)
pencernaa/penyerapan zat gizi
terhambat, mnimbulkan rasa
kenyang

IV Puasa

Diet berkalori Protein/campuran Lemak tubuh berkurang, protein


rendah sekali Protein/karbohidrat tubuh berlebih, ketosis, lemak
300-600 kkal/hari tubuh dan protein berkurang, sangat
kategonik

Puasa penuh

Tanda-tanda penyakit ini adalah:

 Bengkak pada tangan, kaki, atau anggota badan yang lain.

 Berat badan kurang karena tidak sesuai dengan umur.

 Wajahnya sembab dan otot-ototnya kendur.


Karena adanya pembekakan maka penurunan berat badan tidak terjadi, tetapi pertambahan tinggi
terhambat. Lingkaran kepala mengalami penurunan. Serum albumin selalu rendah bila
turun sampai 2,5 mg/ml atau lebih rendah, mulai terjadi pembekakan.

Keadaan yang demikian biasanya disertai dengan tanda-tanda:

 Rambut tipis dan kulat kusam.

 Pucat karena anemia

 Beraknya encer

 Ulkus/pecah pada berbagai tempat

 Pembesaran hati

 Kulit pecah dan mengelupas

 Gejala kurang vitamin A

2) Marasmik Kwarshiorkor adalah gambaran dua jenis penyakit gangguan gizi yang sangat
penting. Dimana ada sejumlah anak yang menunjukkan keadaan mirip dengan marasmus, yang
ditandai ddengan adanya odema, menurunnya kadar protein (albumin) dalam darah, kulit
mengering dan kusam serta otot menjadi lemah.

3) marasmus disebabkan karena kekurangan kalori yang berlebihan, sehingga menyebabkan


zat cadangan makanan (tersimpan) dalam tubuh terpaksa dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Penyakit ini banyak ditemukan
peda bayi dibawah usia 1 tahun, yang disebabkan karena tidak mendapat ASI atau penggantinya.

Tanda-tanda yang sering dijumpai:

 Sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit bahkan sampai berat badan dibawah waktu
lahir.

 Wajahnya seperti orang tua.

 Kulitnya keriput, pantat kosong, paha kosong, tangan kurus, dan iga nampak jelas.

. Keadaan seperti ini biasanya disertai dengan tanda-tanda:


 Pucat karena anemia

 Beraknya encer

 Dehidrasi, banyak kekurangan cairan tubuh

 Gejala kekurangan vitamin A dalam mineral.

Pencegahan terhadap gangguan gizi sebagai akibat dari KKP atau PCM, yaitu dengan
melakukan kegiatan penyuluhan gizi pada masyarakat yang bertujuan untuk menyadarkan,
memperbaiki dan merubah tingkah laku/kebiasaan masyarakat untuk menerapkan kebiasan
makan yang baik, misalnya dengan cara sebagai berikut:

 Makanan sehat

 Penggalakan ASI sebagai makanan bayi terbaik.

 Makana tambahan bayi diatas 6 bulan

 Pekanekaragaman menu dengan memperhatikan segi gizi, harga dan

 Makanan anak pada waktu sakit

 Makan ibu hamil dan menyusui

 Hubungan makanan dengan pertumbuhan anak

 Hygine dan sanitasi

3. Busung lapar

Busung lapar atau bengkak lapar dikenal juga dengan istilah Honger Oedeem (HO). Busung
lapar disebabkan karena kekurangan makanan, terutama protein dalam waktu yang lama secara
berturut. Tanda-tanda yang dapat dilihat:

o Badan kurus.

o Kaki dan tangan bengkak.

o Kulit kerig dan kusam.


o Sekitar mata bengkak dan apatis

Adapun factor yang mempengaruhi keadaan tersebut adalah factor social dan ekonomi.

4. Defisiensi vitamin A

Vitamin A adalah suatu alcohol yang larut dalam minyak. Kelainan yang dapat timbul apabila
kekurangn vitamin A:

 Buta senja sebagai akibat dari gangguan regenerasi rhodopsin.

 Xerophthalmiah, terjadi perubahan pada jaringan yang menjadi keras dan kering, bercak
putih berbuih bentuk segitiga pada selaput mata (bercak bitot).

Pencegahan defisiensi vitamin A dengan cara “massive dosing”, yaitu pemberian vitaminA
dosis tinggi kepada anak-anak prasekolah.

Hipervitaminosis A yaitu intake vitamin A secara ” acute”. Hipervitamiosis A terjadi


pada anak-anak.

Gejala keracunan vitamin A yang berlebihan :

 Kehilangan nafsu makan

 Sakit kepala

 Muntah-muntah

 Kelainan pada kulit

 Sakit pada tulang

 Penghambatan pertumbuhan.

Pengobatan hanya dengan menghentikan pemberian vitamin A tersebut, yang diikuti oleh
hilangnya tanda-tanda tersebut dalam waktu pendek. Hipervitaminosis A hanya terjadi karena
intake preformed vitamin A.

5. Defisiensi thiamine (vitamin B1)

Tanda-tanda kekurangan vitamin B1 pada bayi berumur 3 bulan:


 Berat badan tetap, gelisah, flu, dan diare, perubahan detak jantung secara mendadak dan
dapat menimbulkan kematian.

 Gerak reflek lutut kurang, meninggi dan tidak ada sama sekali.

Kalau kulit ditekan tidak cepat kembali. Makanan yang kaya akan thiamine seperti: beras
tumbuk, beras pecah kulit, kacang-kacangan, daging, telur, susu, dan sayuran dapat mencegah
penyakit beri-beri yang merupakan penyakit akibat kekurangan thiamine. Pengobatan penyakit
beri-beri dapat dilakukan dengan perbaikan susunan menu yang dikonsumsi setiap hari.

6. Defisiensi vitamin B2 (riboflavin)

Tanda-tanda kekurangan vitamin B2:

 Mata dapat melihat denngan baik, pothopobia, perasaan panas dan gatal, vaskularisasi pada
kornea, bendungan pembuluh pada sclera.

 Pada kulit dermatitis, gemuk pada lipatan nasolabia dan scrotum, pecah pada sudut mulut
(stomatis angularis), luka pada bibir (cheilosis), radang pada ujung dan bagian samping
lidah dengan warna khas merah jambu dan licin.

Untuk pencegahan bahan makanan yang kaya akan riboflavin harus selalu ada dalam menu
setiap hari.

7. Defisiensi Niacin (asam nikotinat).

Dalam jaringan tubuh manusia dan hewan vitamin B2 ditemukan dalam bentuk amida, sedang
dalam tumbuh-tumbuhan sebagai asam nikotinat atau niacin. Jaringan tubuh hewan dan manusia
dapat mengubah asam amino menjdi trypthophane menjadi niacin, dengan bantuan riboflavin
dan pyridoksin. Kekurangan trypthophane atau niacin dapat mengakibatkan penyakit pelagra
(kulit kasar). Tanda-tandanya dikenal dengan “4D”, yaitu: diare, dermatitis, dimensia niacin
dalam makanan sehari-hari ialah beras, kacang-kacangan, daging, telur, susu, dan lain-lain.

Pengobatan penyakit pelagra dimulai dengan memperbaiki makanan sehari-hari ditambahkan


pengobatan vitamin-vitamin B-komplek.

8. Defisiensi vitamin B12


Vitamin B12 berguna untuk memberi stimulasi pada jaringan hemopoietik. Kekurangan vitamin
B12 dapat menimbulkan penyakit anemia dengan tanda-tanda sebagai berikut:

 Lidah halus dan mengkilat, perubahan saraf dan anemia makrositik.

 Sel darah merah berkurang jumlahnya dan membesar.

Anemia karena defisiensi asm falat banyak tedapat pada ibu hamil.

9. Defisiensi vitamin C (asam askorbat)

Vitamin C merupakan vitamin yang paling labil, peka terhadap alkali dan oksidasi, terutama
pada ion-ion besi dan tembaga yag bekerja sebagai katalisator. Vitamin C diperlukan untuk
pembentukan subtansi interseluler (reticulum, collagen), memegang peranan dalam pembentukan
gigi dan integritas pembulu darah. Kekurangan vitamin C dienal dengan “scury”.

Tanda-tanda kekurangan vitamin C:

 Kelainan pada gusi, meradang dan mudah brdarah.

 Nyeri pada kaki

 Lemas, pucat.

 Berat badan turun.

 Bila ada luka penyembuhannya sangat lambat.

Pengobatan dilakukan dengan memberikan vitamin C (asam askorbat) dalam jumlah cukup
(100-200 mg sehari) untuk beberapa lama.

10. Defisiensi vitamin D

Vitamin merupakan campuran dari berbagai ikatan kimIa yang tergolong sterol. Dengan daya
artirasitik. Sekarang dikenal 16 macam, dengan dua buah yang terkenal yaitu vitamin D2 dan
vitamin D3.

Akibat kekurangan vitamin D terjadi penyakit rachitis, umumnya terdapat pada anak-anak
tanda-tanya:

 Tulang menjadi bengkok


 Gigi keluar terhambat

 Panggul menjadi kecil dan sempit

Menjemur anak-anak dalam sinar matahari adalah cara pengobatan dan pencegahan yang
baik. Kelebihan vitamin D menyebabkan keracunan yang mengakibatkan berlawanan dengan
pengaruh baik vitamin D. zat kapur dan phosfor dimobilisasikan (dikerahkan) dari tulang-tulang,
sehingga kekurangan kedua zat ini dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh.

11. Defisiensi vitamin E (tocopherol)

Vitamin E dikenal sebagai vitamin anti kemandulan dan merupakan zat anti oksidasi yang
melindungi vitamin yang mudah teroksidasi. Vitamin dapat mengatur metabolisme anti inti sel.
Vitamin E sering digunakan untuk melawan kemandulan dan mencegah keguguran pada wanita.
Pemberian vitamin E engan vitamin A dapat memberikan pengaruh penambahan efisiensi
vitamin A didalam badan.

12. Defisiensi vitamin K

Vitamin K diperlukan dalam pembentukan prothombin untuk pembekuan darah. Kekurangan


vitamin K menyebabkan hambatan pada pembekuan darah, sehingga perlukaan-perlukaan akan
mengeluarkan darah yang lebih banyak dari biasanya. Selainan teradapat pada sayuran vitamin K
disintesikan oleh jasad renik didalam usus, kemudian tersedia untuk diserap dan dipergunakan
oleh manusia.

13. Defisiensi calsium

Jumlah kalsium dalam tubuh orang dewasa kira-kira 1,5-2,2 % dari berat badan. Kalsium
banyak terdapat pada susu, telur, dan sayuran. Gejala kekurangan kalsium pada anak kecil tidak
dapat dihat jelas. Penyakit rakchitis dan penghambatan pada pertumbuhan dapat terjadi , apabila
kekurangn calcium, kekurangan phosphorus dan vitamin D. vitamin D dan C mempengaruhi
penyerapan CA(calcium) dari rongga usus. Lemak yang berlebih-lebihan dalam makanan dan
oksalat yang terdapat banyak dalam sayuran serta buah-buahan, semua ini mempengaruhi
penyerapan Ca.

14. Defisiensi iodium


Kekurangan garam iodium menyebabkan penyakit gondok. Kekurangan disebabkan
karena kadar iodium air minum, tanah, susu dan bahan makan lainnya sangat rendah.fungsi
kelenjar gondak dengan pertumbuhan erat sekali.

Beberapa akibat yang disebabkan oleh defisiensi iodium:

 Pembesaran kelenjaran tiroid (gondok)

 Kretin (kekurangan iodium berlajut)

 Myxedema

 Kematian ibu dan anak

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya defisiensi iodium, diantaranya:

1. Masukan iodium yang rendah

2. Penghambatan metabolisme iodium oleh senyawa goitrogen.

Goitrogen adalah senyawa yang dapat menghambat sintesa hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar tiroid.

3. Faktor genetik

Penyakit gondok dapat juga diturunkan, jadi ada penderita gondok karena keturunan.

Upaya pencegahan defisiensi iodium dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

 Fortifikasi

1. Fortifikasi iodium dalam garam dapur

2. Fortifikasi iodium pada coklat

3. Fortifikasi iodium pada air minum

4. Fortifikasi iodium pada roti

5. Fortifikasi iodium pada gula kelapa

 Penyuntikan lipiodol

Lipiodol adalah larutan iodium dalam minyak dengan kadar 40% yang diberikan dalam
bentuk suntikan. Sasaran penyuntikan lipiodol adalah wanita berusia 0-45 tahun dan pria
berusia 0-20 tahun.
15. Defisiensi besi

Zat besi merupakan bagian dari hemoglobin yang diperlukan oleh tubuh untuk
pengaturan oksigen kejaringan. Untuk absorbsi zat besi dalam usus diperlukan suatu protein.
Absorbsi zat besi tergantung pada keperluan tubuh dan dipengaruhi oleh cadangan zat besi itu
dalam tubuh. Asam klor dari lambung dan vitamin C dalam makanan. Kekurangan zat besi
dalam tubuh mengakibatkan kekurangan darah (anemia nutritional). Penyakit ini dapat dijumpai
pada anak yang sedang tumbuh, gadis remaja dan wanita, terutama wanta yang sedang
mengandung dan menyusui.

Pengobatan kekurangan zat besi:

 Pemberian makanan yang banyak mengandung zat besi seperti sayuran, kacang-kacangan,
telur dan hati.

 Pemberian tablet zat besi

 Pendidikan gizi serta penggalakan holtikultura

16. Keracunan HCN (asam biru)

Keracunan yang disebabkan asam biru (HCN). Misalnya pada singkong yang mengandung
suatu glukosida yang oleh pengaruh enzim akan menghasilkan HCN. Gejala-gejala keracunan
singkong antara lain:

 Mual dan muntah-muntah

 Sesak napas

 Koma.

17. Aflatoxin

Sejak tahun 1960 diketahui adanya racun yang dihasilkan oleh jamur Aspergilus falvus yang
dapat mencemari kacang tanah. Racun ini diberi nama dengan Aflatoxin. Toxin ini memberikan
dua jenis toksitas:

 Toxitas akut menimbulkan peradangan hati dan kadang-kadang menyerang pangkreas.

 Toxitas kronis yang bersifat conansgenik yang dapat menimbulkan carcionoma hati.
Toxitas pertama terjadi pada dosis tinggi dalam waktu pendek, sedangkan toxitas kedua
terdapat pada dosis rendah dalam jangka panjang.

Upaya untuk mengurangi dampak dari penyakit gizi sesuai pedoman yang disusun oleh
Widyakarya pangan dan gizi yang dijadikan pedoman oleh departemen kesehatan dalam
penyuluhan gizi untuk meng hadapi masalah penyakit gizi salah yang terjadi sekarang ini bisa
dilakukan dengan berbagai upaya, seperti:

1. Makanlah aneka ragam makanan

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan enrgi

3. Makanlah sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan enegi (50 %)

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak saampai ¼ dari kebutuhan energi (25%)

5. Gunakan garam beriodium

6. Makanlah makanan sumber zat besi

7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai berumur 4 bulan

8. Biasakan makan pagi

9. Minumlah air bersih dan cukup jumlahnya

10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur

11. Hindari minuman beralkohol

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

3. PENYEBAB PENYAKIT GIZI SALAH

Penyebab penyakit gizi salah antara lain:

1. Pengetahuan tentang gizi yang sangat minim

2. Kurangnya penyuluhan tentang gizi oleh pemerintah

3. Faktor ekonomi, seperti yang terjadi di Indonesia sebagian besar gizi salah terjadi
pada masyarakat menengah kebawah. Banyak kasus di Indonesia ditemukan mal
nutrisi kompleks (defisiensi atau over nutrisi lebih dari satu jenis bahan gizi
spesifik). Misal: Penderita Obesitas yang juga menderita DM, Hipertensi, Asam
Urat, Hiperkolesterolemia, Hiperlipidemia, Aterosklerosis, dll.

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan”. (Q.S Al-A’raaf : 7)
Ditulis Oleh: EKA SAPRI ALVYANTO

You might also like