You are on page 1of 11

MARAKNYA GENG MOTOR

Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

 Siti R
 Putri A
 Kania Y
 Rima M
 Yudi M
 Toni R

KELAS : IX J

SMP Negeri 1 Pangalengan


Jl. Pasir Mulya Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung (40378)

TAHUN PELAJARAN
2010 – 2011
Halaman Pengesahan

Judul : Maraknya Geng Motor


Hari / Tanggal :

Ketua

Siti R

Anggota

Putri P Kania Y

Rima M Yudi N Toni R

Di setujui :

Usep Taryo, S.Pd


NIP. 131 776 736
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya kami
telah menyelesaikan Makalah Bahasa Indonesia dengan materi Maraknya Geng Motor.

Makalah ini kami buat berdasarkan tugas akhir tahun. Makalah ini kami buat dengan
sederhana agar yang mempelajari makalah ini dapat lebih cepat memahami apa yang
dimaksud dengan Maraknya Geng Motor. Makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Kami sadar Makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami menunggu
kritik dan saran, namun semoga pembaca dapat memahami dan memberikan penambahan
terhadap kekurangan tersebut.

Pangalengan, Februari 2011

Penyusun
Maraknya Geng Motor
1 . Pengertian
Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang doyan kebut-
kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai. Aksi geng motor kerap
meresahkan masyarakat, sejumlah daerah menyatakan "perang" terhadap geng motor.
Dimotori Polres dan pemerintah daerah setempat, pernyataan menolak keberadaan geng
motor dinyatakan secara terbuka.

Deklarasi pembubaran dan penolakan geng motor yang melibatkan berbagai elemen
masyarakat digelar di sejumlah tempat. Surat kesepakatan bersama (SKB) pun diteken
berbagai pihak yang menentang keberadaan geng motor.

Bahkan Bupati Garut, HM Aceng Fikri, saat deklarasi di Alun-alun Garut, Selasa
(21/1), menyatakan aktivitas geng motor haram hukumnya berada di Garut.

Tentu semua pernyataan itu bukan tanpa alasan. Ini adalah sebuah reaksi yang luar
biasa dari masyarakat terhadap fenomena sosial di kalangan anak muda, di wilayah Bandung
dan sekitarnya. Masyarakat sudah jenuh, bahkan muak, dengan perilaku destruktif yang
dipertontonkan anggota geng motor.

Kebanggaan bagi anggota geng motor yang mampu merobohkan lawan, merusak
harta benda orang lain, sejatinya merupakan musibah bagi masyarakat. Tak ada lagi
kedamaian di keheningan malam karena selalu pecah oleh raungan motor dan suara ribut
tawuran. Semuanya bersatu menjadi sebuah keresahan sosial.

Bayangkan saja, selama ini, warga Cingcin, Soreang, tak pernah berani keluar malam
hari karena di lingkungan sekitar mereka marak aktivitas geng motor. Selain aksi tawuran
dan perusakan terhadap rumah warga, keberadaan geng motor ini paling kentara dalam aksi
vandalism di dinding-dinding permukiman warga. Tulisan-tulisan dengan cat semprot
menunjukkan nama kelompok geng motor masing-masing seolah berlomba memenuhi
tembok-tembok rumah.
Tapi begitu SKB diteken, aparat kepolisian didukung pemerintahan daerah dan
elemen masyarakat menyatakan perang terhadap geng motor, warga pun kembali
menemukan ruang mereka di malam hari. Warga tak takut lagi dengan geng motor.
Pelarangan aktivitas geng motor di sejumlah tempat ini harus diimbangi dengan pembinaan
terhadap pelajar dan anak-anak muda di daerah masing-masing. Mengapa? Karena pelajar
dan anak mudalah pasar paling besar dan potensial dari rekrutmen anggota geng motor.
Contohnya saja, lima terdakwa anggota geng motor yang diadili di Pengadilan Negeri Garut,
Selasa (21/12), semuanya berusia di bawah 19 tahun.

Di sinilah perlu sebuah kecermatan untuk melihat sisi lain dari keberadaan anggota
geng motor. Mengapa anak-anak remaja itu lebih menyukai bergabung dengan geng motor
dan rela mengikuti inisiasi yang jauh lebih keras dari ospek mahasiswa itu?

Ada baiknya para orang tua bertanya dan berkaca, bagaimana sesungguhnya pola
pendidikan dan pengasuhan terhadap remaja yang serba ingin tahu dan tengah mencari jati
diri itu. Jangan-jangan ada kesalahan kolektif, dalam cara mendidik anak, yang
menyebabkan mereka justru jauh lebih nyaman berada di dalam kelompok mereka
ketimbang keluarga sendiri. Apakah kita, para orang tua, sudah berperan menjadi teman
mereka, teman curhat, teman berbagi? Atau hanya berperan sebagai orang tua semata,
yang memiliki kewenangan untuk melarang apa pun tanpa kecuali?

Tak hanya peran keluarga, pemerintah melalui dinas pendidikan atau instansi lainnya
bisa ikut memfasilitasi terbentuknya wadah untuk menampung kegiatan pelajar yang doyan
ngebut di jalan ini. Kriminalisasi terhadap tindakan anarkis dan destruktif dari anggota geng
motor juga seharusnya menjadi cara efektif membuat mereka jera.

Kita berharap, dengan kian sempitnya ruang gerak bagi berandalan bermotor itu,
tidak ada lagi keresahan di tengah masyarakat. Mudah-mudahan, para anggota geng motor
itu pun balik pikir dan jera, tak mau lagi seumur hidup disebut geng motor.

Setelah masyarakat menyatakan perang terhadap geng motor, banyak geng motor
yang membubarkan diri, di daerah Bandung misalnya sampai membuat deklarasi janji damai
yang isinya :
1. Menyatakan membubarkan diri dari seluruh kegiatan bermotor yang selama ini
dilakukan.

2. Menolak segala bentuk kegiatan bermotor yang menjurus kepada ugal-ugalan dan
tindak kriminal yang menganggu ketertiban, keamanan, dan kenyaman masyarakat

2. Ciri-ciri Geng Motor

Ciri-ciri geng motor adalah sebagai berikut :

1. Kebanyakan anggota geng motor tidak memakai perangkat safety seperti helm,
sepatu dan jaket.

2. Membawa senjata tajam yang dibuat sendiri atau udah dari pabriknya seperti
samurai, badik hingga bom Molotov.

3. Biasanya hanya muncul malam hari dan tidak menggunakan lampu penerang serta
berisik.

4. Jauh dari kegiatan sosial, tidak pernah membuat acara-acara sosial seperti sunatan
masal atau kawin masal, mereka lebih suka membuat acara membunuh masal.

5. Anggotanya lebih banyak kepada kaum lelaki yang sangar, tukang mabok, penjudi
dan hobi membunuh, sekalipun tidak menutup kemungkinan ada kaum hawa yang
ikut geng motor biasanya hanya dijadikan budak nafsu.

6. Motor yang mereka gunakan tidak lengkap, tidak ada spion, sein, hingga lampu
utama, yang penting buat mereka adalah kencang dan mampu melibas orang yang
lewat.

7. Visi dan misi mereka jelas, hanya membuat kekacauan dan ingin menjadi geng
terseram diantara geng motor lainnya hingga sering terjadi tawuran di atas motor.

8. Tidak terdaftar di kepolisian atau masyarakat setempat.


9. Kalau ‘nongkrong’, lebih suka di tempat yang jauh dari kata terang. Lebih memilih
tempat sepi, gelap dan bau busuk.

10. Kalau pelantikan anak baru biasanya bermain fisik, disuruh berantem dan
menenggak minuman keras sampai ‘jackpot’ (muntah-muntah).

3. Metode Penanganan Geng Motor

Dalam pendekatan psikologi penanganan fenomena komunitas geng motor kita


memfokuskan menggunakan 2 metode, yaitu: (1) Behavioural methods, (2) Cognitive-
behavioral (CBT) methods.

1. Behavioural Methods

Penanganan geng motor dengan menggunakan metode ini adalah dengan mencoba
untuk mengubah perilaku tersebut. Behavioural methods akan lebih terlihat hasilnya
ketika diiringi dengan multimodal interventions (Henggeler dalam Herbert, 2005).
Penanganannya termasuk:

 Training komunikasi

 Feedback
 Positive interruption
 Problem-solving
 Membentuk pemikran rasional
 Happy talk
 Positive request
 Non-blaming communication
 Training keahlian negosiasi
 Meningkatkan dialog

 Permainan-permainan dalam keluarga

Anggota geng motor perlu memahami untuk berinteraksi sosial yang seharusnya.
Selain itu, mengontrol emosi atau kemarahan adalah aspek penting yang harus
dilakukan anggota geng tersebut karena biasanya gejolak emosi yang berlebihan
itulah yang menyebabkan seorang anggota geng motor menyalurkan dalam bentuk
juvenile deliquency. Pendidikan formal juga faktor penting yang harus didapatkan.

1. Cognitive-behavioural (CBT) Methods

Pendekatan CBT sebagai intervensi untuk kenakalan remaja biasanya terdiri dari
beberapa teknik yang mana merupakan akar dari terapi kognitif (persuasion,
challenging, debate, hypothesizing, cognitive restructuring, and internal debate)
yang digabungkan dengan terapi prilaku (operant procedure, desentization, social
skills training, role play, behaviour rehearsal, modelling, relaxation exercise, self
monitoring).
Program penanganan didesain seperti urutan dibawah ini:
 Training relaksasi, yaitu anggota geng motor tersebut perlu mengikuti training
relaksasi ataupun menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang dapat membuat
mereka tenang dan nyaman. Hal ini disebabkan dengan hati yang panik dan penuh
gejolak akan menyebabkan seseorang salah dan tidak awas untuk mengambil suatu
tindakan. Selain itu, dalam keadaan tenang dan nyaman akan mempermudah
seseorang dimana dalam konteks ini anggota geng motor untuk menerima
perlakuan-perlakuan lainnya.
 Modelling dan reinforcement tingkahlaku, yaitu dengan memberikan mereka model
dan penguatan yang dapat mereka tiru. Hal ini penting karena biasanya anggota
geng motor yang terjebak oleh kenakalannya tidak dapat membedakan apakah
tindakan mereka itu baik atau buruk. Oleh karena itu, dengan adanya contoh dan
penguatan baik itu reward atau punishment akan memberi arahan bagi anggota
geng motor tersebut.
 Menumbuhkan lebih banyak pikiran-pikiran positif (kognisi) dan atribusi diri untuk
alter maladaptive beliefs, yaitu dengan memberi sugesti-sugesti positif apa yang
seharusnya dilakukan. Sehingga para komunitas geng motor tersebut dapat berpikir
bahwa tindakan mereka itu tidak benar.
 Self-appraisal
 Pengalaman kegiatan yang menyenangkan, yaitu mengganti tindakan mereka yang
tidak mematuhi norma-norma sosial dengan kegiatan lain yang menyenangkan
namun itu tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada seperti permainan
balapan motor, atau pertandingan balap motor F1, atau dengan kegiatan-kegiatan
yang lain.
 Menggunakan operant conditioning untuk mengembangkan perilaku prososial dan
mengembangkan keahlian sosial, yaitu menggunakan reinforcement untuk
menimbulkan perilaku yang dapat diterima sosial.
Daftar Isi
1. Pengertian Geng Motor
2. Ciri-ciri Geng Motor
3. Metode Penanganan Geng Motor
Penutup
Demikian Makalah tentang Maraknya Geng Motor, semoga dapat menambah
wawasan penulis khusunya dan pembaca pada umumnya.
Kami persembahkan Makalah ini untuk Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bapak
Usep Taryo, S.Pd.

You might also like