You are on page 1of 14

Nabi Yaakub dan Putera-puteranya

Nabi Ya'akub adalah putera dari Nabi Ishaq a.s. bin Nabi Ibrahim a.s. sedang ibunya
adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim a.s., bernama Rifqah binti A'zar (juga disebut
Rabekah atau Rivkah dalam versi Yahudi dan Injil Kristian). Ishaq mempunyai anak
kembar, satu Ya'akub dan satu lagi bernama Ishu (atau Esau dalam versi Yahudi dan Injil
Kristian). Antara kedua saudara kembar ini tidak terdapat suasana rukun dan damai serta
tidak ada menaruh kasih-sayang satu terhadap yang lain bahkan Ishu mendendam dengki
dan iri hati terhadap Ya'qub saudara kembarnya yang memang dimanjakan dan lebih
disayangi serta dicintai oleh ibunya. Hubungan mereka yang renggang dan tidak akrab itu
makin buruk dan tegang setelah diketahui oleh Ishu bahwa Ya'qublah yang diajukan oleh
ibunya ketika ayahnya minta kedatangan anak-anaknya untuk diberkahi dan didoakan,
sedangkan dia tidak diberitahu dan karenanya tidak mendapat kesempatan seperti Ya'qub
memperoleh berkah dan doa ayahnya, Nabi Ishaq.

Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan mendengar kata-kata
sindirannya yang timbul dari rasa dengki dan irihati, bahkan ia selalu diancam. Maka,
datanglah Ya'qub kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan itu. Ya'akub berkata
mengeluh : " Wahai ayahku! Tolonglah berikan fikiran kepadaku, bagaimana harus aku
menghadapi saudaraku Ishu yang membenciku mendendam dengki kepadaku dan selalu
menyindirku dengan kata-kata yang menyakitkan hatiku, sehinggakan menjadihubungan
persaudaraan kami berdua renggang dan tegang, tidak ada saling cinta mencintai dan
saling sayang-menyayangi. Dia marah kerana ayah memberkati dan mendoakan aku agar
aku memperolehi keturunan soleh, rezeki yang mudah dan kehidupan yang makmur serta
kemewahan . Dia menyombongkan diri dengan kedua orang isterinya dari suku Kan'aan
dan mengancam bahawa anak-anaknya dari kedua isteri itu akan menjadi saingan berat
bagi anak-anakku kelak didalam pencarian dan penghidupan dan macam-macam
ancaman lain yang mencemas dan menyesakkan hatiku. Tolonglah ayah berikan aku
fikiran bagaimana aku dapat mengatasi masalah ini serta mengatasinya dengan cara
kekeluargaan.

Berkata Nabi Ishaq yang memang sudah merasa kesal hati melihat hubungan kedua
puteranya yang makin hari makin meruncing:" Wahai anakku, kerana umurku yang sudah
lanjut aku tidak dapat menengahi kamu berdua. Ubanku sudah menutupi seluruh
kepalaku, badanku sudah membongkok, raut mukaku sudah berkerut dan aku sudah
berada di ambang pintu perpisahan dari kamu dan meninggalkan dunia yang fana ini.
Aku khuatir bila aku sudah menutup usia, gangguan saudaramu Ishu kepadamu akan
makin meningkat dan ia secara terbuka akan memusuhimu, berusaha mencari kecelakaan
mu dan kebinasaanmu. Ia dalam usahanya memusuhimu akan mendapat sokongan dan
pertolongan dan saudara-saudara iparnya yang berpengaruh dan berwibawa di negeri ini.
Maka jalan yang terbaik bagimu, menurut fikiranku, engkau harus pergi meninggalkan
negeri ini dan berhijrah engkau ke Fadan A'raam di daerah Iraq, di mana bapa saudaramu
iaitu saudara ibumu, Laban bin Batu;il. Engkau dapat mengharap dikahwinkan kepada
salah seorang puterinya. Oleh yang demikian , menjadi kuatlah kedudukan sosialmu, agar
disegani dan dihormati orang kerana kedudukan mertuamu yang menonjol di mata
masyarkat. Pergilah engkau ke sana dengan iringan doa daripadaku. Semoga Allah
memberkati perjalananmu, memberi rezeki murah dan mudah serta kehidupan yang
tenang dan tenteram.

Nasihat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati Ya'akub. Melihat dalam anjuran
ayahnya jalan keluar yang dikehendaki dari krisis hubungan persaudaraan antaranya dan
Ishu, dengan mengikuti saranan itu, dia akan dapat bertemu dengan bapa saudaranya dan
anggota-anggota keluarganya dari pihak ibunya . Ya'akub segera berkemas-kemas dan
membungkus barang-barang yang diperlukan dalam perjalanan dan dengan hati yang
terharu serta air mata yang tergenang di matanya ia meminta kepada ayahnya dan ibunya
ketika akan meninggalkan rumah.

Nabi Ya'qub Tiba di Iraq

Dengan melalui padang pasir dan gurun yang terbentang luas dengan panas mataharinya
yang terik dan angin samumnya {panas} yang membakar kulit, Ya'qub meneruskan
perjalanan seorang diri, menuju ke Fadan A'ram dimana bapa saudaranya Laban tinggal.
Dalam perjalanan yang jauh itu , ia sesekali berhenti beristirehat bila merasa letih dan
lesu .Dan dalam salah satu tempat perhentiannya ia berhenti kerana sudah sangat letih,
lalu tertidurlah Ya'akub dibawah teduhan sebuah batu karang yang besar .Dalam tidurnya
yang nyenyak, ia mendapat mimpi bahawa ia dikurniakan rezeki yang luas, penghidupan
yang aman damai, keluarga dan anak cucu yang soleh dan bakti serta kerajaan yang besar
dan makmur. Terbangunlah Ya'akub dari tidurnya, mengusapkan matanya menoleh ke
kanan dan ke kiri dan sedarlah ia bahawa apa yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi
namun ia percaya bahwa mimpinya itu akan menjadi kenyataan di kemudian hari sesuia
dengan doa ayahnya yang masih tetap mendengung di telinganya. Dengan diperoleh
mimpi itu ,ia merasa segala letih yang ditimbulkan oleh perjalanannya menjadi hilang
seolah-olah ia memperolehi tanaga baru dan bertambahlah semangatnya untuk secepat
mungkin tiba di tempat yang dituju dan menemui sanak-saudaranya dari pihak ibunya.

Tiba pada akhirnya, Ya'akub di depan pintu gerbang kota Fadan A'ram. Setelah berhari-
hari siang dan malam menempuh perjalanan yang membosankan tiada yang dilihat selain
dari langit di atas dan pasir di bawah. Alangkah lega hatinya ketika ia mulai melihat
binatang-binatang peliharaan berkeliaran di atas ladang-ladang rumput ,burung-burung
berterbangan di udara yang cerah dan para penduduk kota berhilir mundir mencari nafkah
dan keperluan hidup masing-masing.

Sesampainya disalah satu persimpangan jalan, dia berhenti sebentar bertanya salah
seorang penduduk di mana letaknya rumah saudara ibunya Laban barada. Laban seorang
kaya-raya yang kenamaan pemilik dari suatu perusahaan perternakan yang terbesar di
kota itu tidak sukar bagi seseorang untuk menemukan alamatnya. Penduduk yang
ditanyanya itu segera menunjuk ke arah seorang gadis cantik yang sedang menggembala
kambing seraya berkata kepada Ya'akub:"Kebetulan sekali, itulah dia anak perempuan
Laban, Rahil, yang akan dapat membawa kamu ke rumah ayahnya".

Dengan hati yang berdebar, pergilah Ya'akub menghampiri seorang gadis ayu dan cantik
itu, lalu dengan suara yang terputus-putus seakan-akan ada sesuatu yang mengikat
lidahnya ,Ya'akub mengenalkan diri, bahwa ia adalah saudara sepupunya sendiri. Rifqah
ibunya, saudara kandung dari ayah si gadis itu, Laban. Diterangkan lagi kepada Rahil,
tujuannya datang ke Fadam A'raam dari Kan'aan. Mendengar kata-kata Ya'akub yang
bertujuan hendak menemui ayahnya, Laban, dan untuk menyampaikan pesanan(Ishaq).
Maka, dengan senang hati, sikap yang ramah, muka yang manis , Rahil (anak gadis
Laban) mempersilakan Ya'akub mengikutinya balik ke rumah untuk menemui ayahnya
,Laban, iaitu bapa saudara Ya'akub.

Setelah berjumpa, lalu berpeluk-pelukanlah dengan mesranya Laban dengan Ya'akub,


tanda kegembiraan masing-masing. Pertemuan yang tidak disangka-sangka itu dan
mencetuskan airmata bagi kedua-dua mereka, mengalirlah air mata oleh rasa terharu dan
sukcita. Laban bin Batu'il, menyediakan tempat dan bilik khas untuk anak saudaranya itu,
Ya'akub, yang tiada bezanya dengan tempat-tempat anak kandungnya sendiri, dengan
senang hatilah Ya'akub tinggal dirumah Laban seperti rumah sendiri.

Setelah selang beberapa waktu tinggal di rumah Laban , Ya'akub menyampaikan pesanan
ayahnya (Ishaq), agar Ishaq dan Laban menjadi besan, dengan mengahwinkannya kepada
salah seorang dari puteri-puterinya. Pesanan tersebut di terima oleh Laban, dia bersetuju
akan mengahwinkan Ya'akub dengan salah seorang puterinya. Sebagai mas kahwin,
Ya'akub harus memberikan tenaga kerjanya di dalam perusahaan penternakan bakal
mentuanya selama tujuh tahun. Ya'akub setuju dengan syarat-syarat yang dikemukakan
oleh Laban. Bekerjalah Ya'akub sebagai seorang pengurus perusahaan penternakan
terbesar di kota Fadan A'raam itu.

Tujuh tahun telah dilalui oleh Ya'qub sebagai pekerja dalam perusahaan penternakan
Laban. Ya'akub menagih janji bapa saudaranya, untuk dijadikan sebagai anak
menantunya. Laban menawarkan kepada Ya'akub, agar menyunting puterinya yang
bernama Laiya sebagai isteri. Ya'akub berhendakkan Rahil adik Laiya, kerana Rahil lebih
cantik dan lebih ayu dari Laiya. Ya'akub menyatakan hasrat untuk berkahwin dengan
Rahil, bukan Laiya. Laban mengerti keinginan Ya'akub, namun hasrat itu ditolak kerana
mengikut adat mereka, kakak harus dikahwinkan dahulu dari adiknya. Laban yang tidak
mahu kecewakan hati Ya'akub, lalu menyuarakan pendapat, agar menerima Laiya sebagai
isteri pertama. Bagi mengahwini Rahil, syarat yang sama juga diberi kepada Ya'akub,
sebelum Ya'akub dapat memiliki Rahil.

Ya'akub yang sangat hormat kepada bapa saudaranya dan merasa berhutang budi
kepadanya yang telah menerimanya di rumah sebagai keluarga sendiri. Malah, Laban
melayannya dengan baik dan menganggapnya seperti anak kandungnya sendiri. Lalu,
Ya'akub tidak dapat berbuat apa-apa selain menerima cadangan bapa saudaranya itu .
Perkahwinan dengan Laiya dilaksanakan, dan perjanjian untuk mengahwini Rahil
ditandatangani.

Begitu masa tujuh tahun kedua berakhir dikahwinkanlah Ya'qub dengan Rahil gadis yang
sangat dicintainya dan selalu dikenang sejak pertemuan pertamanya tatkala ia masuk kota
Fadan A'raam. Dengan demikian Nabi Ya'qub beristerikan dua wanita bersaudara, kakak
dan adik, hal mana menurut syariat dan peraturan yang berlaku pada waktu tidak
terlarang. Akan tetapi, syariat ini diharamkan oleh Muhammad S.A.W.

Laban memberi hadiah seorang hamba sahaya untuk menjadi pembantu rumahtangga
kepada setiap satu anak perempuannya, Laiya dan Rahil. Dan dari kedua isterinya serta
kedua hamba sahayanya itu Ya'qub dikurniai dua belas anak, di antaraya Yusuf dan
Binyamin dari ibu Rahil.

Anak-anak Nabi Ya'qub

Berdasarkan maklumat yang diperolehi dari pakar sejarawan,Ulama Islam,catatan Ibnu


Hisyam, Kitab Sirah Ibnu Ishaq, para pendeta Kristian dan Yahudi. Apa yang dapat
disimpulkan disini,Nabi Ya'qub telah dianugerahkan oleh Allah sebanyak 12 orang anak
lelaki dan seorang anak perempuan, mereka adalah penama-penama seperti berikut:

• Ruben(anak sulong Nabi Ya'qub)(juga disebut RU’BEM,REUVEN dan RAOBIN


dalam beberapa versi Kristian Bible).
• Simon (atau SYAHMUN dalam kebanyakan frasa sebutan bahasa Aram, Ibrani
dan Arab).(Mempunyai anak lelaki yang bernama Thalut @ Saul, dimana kisah
Thalut ada disebutkan dalam Al-Quran).
• Levi 1 @ Lewi 1 bapa kepada Matthat(keturunan nenek moyang Nabi Isa).
• Yahudza (bapa kepada Bares)(keturunan nenek moyang Nabi Daud,Nabi
Sulaiman dan kebawah).Perkataan Yahudi juga diambil daripada namanya.
• Dan
• Natthali (Naftalv)
• Gad (Yad)
• Asyer (Asvir)
• Isakhar (Yassakir)
• Zebulon (Zabanun)
• Yusuf(Nabi Yusuf a.s.)
• Bunyamen @ Benjamen (merupakan moyang kepada Nabi Yunus a.s.)
• Dinah (anak perempuan tunggal Nabi Yaa'qub)

Kisah Nabi Idris A.S


Disini adalah sedikit cerita mengenai latarbelakang Nabi Idris a.s
Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam putera dari Yarid bin Mihla'iel bin
Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S. dan adalah keturunan pertama yang dikurniai
kenabian menjadi Nabi setelah Adam dan Syith.

Nabi Idris menurut sementara riwayat, baginda bermukim di Mesir di mana ia berdakwah
untuk agama Allah mengajarkan tauhid dan beribadat menyembah Allah serta memberi
beberapa pendoman hidup bagi pengikut-pengikutnya agar menyelamat diri dari seksaan
di akhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. Ia hidup sampai usia 82 tahun.

NABI IDRIS diutus oleh Allah Swt. untuk mengingatkan umat keturunan Kabil yang
telah bersikap derhaka. Idris merupakan keturunan keenam Nabi Adam. Di kalangan
bangsa Ibrani, ia dikenal dengan nama Khunuh. Idris belajar agama sejak kecil dari Nabi
Syith, putra Nabi Adam. Idris berdakwah kepada kaumnya dengan gigih, sehingga
mendapat sebutan Asad al-usud, yang berarti " singanya singa". Ketika Nabi Muhammad
Saw. melakukan Isra Mikraj, ia berjumpa dengan Nabi Idris di langit keenam. Ketika itu
Nabi Idris memberi salam kepada Nabi Muhammad Saw. Kisah Nabi Idris tidak banyak
diceritakan dalam Al- Qur'an. Namanya hanya disebut dalam surah Maryam ayat 56-57
dan surah al-Anbiya' ayat 85-86.
SAHIFAH
Idris dikurnia oleh Allah Swt. beberapa kepandaian. Ia menguasai ilmu hisab, ilmu kaji
bintang, menunggang kuda, dan menjahit pakaian. Selain itu, Idris juga sangat tekun. Ia
belajar membaca dan menulis tanpa mengenal waktu dan tempat. Sejak kecil, Idris telah
pandai membaca Sahifah (lembaran tertulis) yang diajarkan oleh Nabi Syits. Idris
menerima wahyu dari Allah Swt. melalui malaikat Jibril sebanyak 30 Sahifah
(Q.19:56).

Isinya adalah ajaran agama yang harus disampaikan Idris kepada umatnya.

IZRAIL
Malaikat Izrail sangat mengagumi kepandaian Idris. Ia ingin mengenal Idris lebih dekat.
Dengan menyamar sebagai manusia, ia bertemu ke rumah Idris. Setelah berkenalan, Idris
mempersilakan tetamunya menginap di rumahnya. Mereka lalu berdua beribadah dengan
tekun. Idris meminta tetamunya untuk menikmati semua yang ada di rumahnya, tapi
Izrail menolak dan hanya ingin beribadah. Idris merasa hairan dan bertanya siapa
sebenarnya tetamunya itu. Tetamu itu menjawab bahwa ia adalah Izrail, malaikat
pencabut nyawa.

HIJRAH KE MESIR
Kerana sebahagian umatnya kufur, Idris mengajak pengikutnya yang beriman
meninggalkan negeri mereka. Awalnya mereka keberatan kerana khuatir negeri baru
yang akan mereka duduki tersebut tidak sesubur negeri mereka. Namun Idris dapat
meyakinkan umatnya yang beriman tersebut sehingga mereka mengikuti Idris hijrah ke
Mesir.

DIGODA SETAN
Suatu ketika Idris digoda setan. Ketika ia sedang menjahit baju, tiba- tiba datang iblis
dengan menyamar sebagai seorang laki- laki. Iblis itu membawa sebutir telur. Ia
menantang Idris supaya meminta Tuhannya memasukkan dunia ke dalam telur.
Permintaan tersebut dimaksudkan untuk membuat Idris panik. Namun, dengan tegas Idris
menjawab bahawa Tuhannya tidak hanya mampu memasukkan dunia ke dalam telur,
tetapi juga ke lubang jarum. Lalu dengan jarumnya, Idris menusuk mata iblis sehingga
iblis langsung pergi menghilang.
MELIHAT SURGA DAN NERAKA
Untuk mempertebal imannya, Idris meminta kepada Allah Swt. agar diizinkan untuk
melihat syurga dan neraka. Allah Swt. memenuhi permohonan Idris tersebut. Bersama
Izrail, Idris mengunjungi neraka dan melihat api neraka yang berkobar serta berbagai
siksaan di dalamnya. Kemudian Izrail membawanya ke syurga. Di sana Idris bertemu
dengan Malaikat Ridwan dan melihat nikmat yang diberikan Allah Swt. untuk para
penghuni surga.

Nabi Idris a.s Bersama Malaikat Izrail

Suatu ketika Nabi Idris a.s telah dikunjungi oleh Malaikat Izrail dan bertanya Nabi Idris
a.s katanya: "Hai malaikat Izrail, engkau datang ini untuk mencabut nyawa atau untuk
menziarah?." Kata Malaikat Izrail aku datang untuk menziarah dengan izin Allah. Kata
Nabi Idris kepada Malaikat Izrail: "Hai Malaikat Izrail, saya ada keperluan dan
kepentingan kepadamu" Kata Malaikat Izrail "Kepentingan apa itu?" Jawab Nabi Idris
"Kepentingan denganmu iaitu supaya engkau mencabut nyawaku dan kemudian Allah
menghidupkan kembali sehingga aku dapat beribadah kepada Allah setelah aku
merasakan sakaratulmaut". Kata Malaikat Izrail sesungguhnya aku tidak akan mencabut
nyawa seseorang malainkan mendapat izin Allah. Maka Allah memberi wahyu kepada
kepada Malaikat Izrail agar dia mencabut nyata Nabi Idris, maka seketika itu Malaikat
Izrail mencabut nyawa Nabi Idris a.s. Maka Malaikat Izrail menangis atas kematian Nabi
Idris sambil memohon kepada Allah agar Allah menghidupkan kembali Nabi Idris a.s.

Kemudian Allah mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka Nabi Idris hidup
kembali. Malaikat Izrail bertanya kepada Nabi Idris as. "Hai saudaraku, bagaimana
rasanya sakaratulmaut itu?. Kata Nabi Idris a.s "Sesungguhnya rasa sakaratulmaut itu
saya umpamakan binatang yang hidup itu dilapah kulitnya (dibuang kulitnya semasa
hidup-hidup) dan begitulah rasanya sakaratulmaut bahkan lebih seribu kali sakit."

Kata Malaikat Maut: "Secara halus dan berhati-hati aku mencabut nyawa yang seperti itu
selama-lamanya." Kemudian Nabi Idris a.s berkata lagi pada Malaikat Maut: "Hai
Malaikat Maut, saya ada keinginan lagi dengan engkau iaitu saya ingin melihat Neraka
Jahanam sehingga saya boleh beribadah kepada Allah dengan bersungguh-sungguh
setelah melihat belenggu, rantai-rantai dan kala jengking yang menyengat orang-orang
yang ada di Neraka Jahanam." Kata Malaikat Maut "Bagaimana saya boleh pergi ke
Neraka Jahanam tanpa izin Allah".

Mala Allah memberi wahyu kepada Malaikat Maut dengan firman: "Pergilah engkau ke
Neraka Jahanam bersama-sama Nabi Idris a.s". Malaikat Maut pun pergi ke Neraka
Jahanam bersama-sama Nabi Idris kemudian Idris melihat segala macam seksaan yang
diciptakan Allah untuk musuh-musuhNya yang berupa belenggu, ratai-rantai daripada
neraka dan kala jengking serta ular dengan api-api yang menyala dan kayu zakum dan air
yang sangat panas untuk diminum oleh ahli neraka tersebut. Setelah kembali Nabi Idris
berkata lagi kepada Malaikat Maut. "Hai Malaikat Maut, saya ada keinginan lagi
dengamu iaitu saya ingin melihat syurga sehingga saya boleh tambah meningkatkan amal
ibadah," maka Malaikat Maut berkata "Bagaimana boleh saya bersamamu ke dalam
syurga tanpa izin Allah." Maka Allah memberi izin pada Malaikat Maut untuk pergi
berdua dan berhenti dekat pintu syurga.

Maka Nabi Idris melihat di dalamnya nampak bermacam-macam nikmat dan istana besar
lagi indah dan beberapa anugerah yang berharga, juga tumbuh-tumbuhan serta buah-
buahan yang beraneka warna dan rasanya berbeza-beza. Nabi Idris berkata "Hai
saudaraku, saya telah merasakan sakitnya sakaratulmaut, saya telah melihat Neraka
Jahanam yang didalamnya bermacam-macam rupa seksaan dan azab neraka maka
mohonlah engkau kepada Allah agar Allah mengizinkan saya untuk masuk syurga dan
minum airnya agar hilang rasa sakitnya sakaratulmaut di tenggkorakku ini dan juga
terhindar daripada seksaan Neraka Jahanam.

Maka Malaikat Izrail minta izin kepada Allah lalu mengizinkannya, kemudian masuklah
meraka berdua ke alam syurga lalu keluar. Kemudian Nabi Idris masuk lagi ke dalam
syurga dan meletakkan seliparnya di bawah pokok kayu di dalam syurga. Maka Nabi
Idris berkata kepada Malaikat Izrail "Hai Malaikat Maut, selipar saya tertinggal didalam
syurga di bawah pokok kayu, maka kembalikanlah saya kedalam syurga," maka Nabi
Idris masuk kesyurga dan tidak mahu keluar lagi dari syurga. Maka berteriaklah Malaikat
Izrail memanggil Nabi Idris agar keluar dari syurga. "Hai Idris, keluarlah engaku dari
syurga." Maka Nabi Idris pun tidak mahu keluar Allah SWT telah berfirman "Tiap-tiap
orang mesti merasakan sakaratul maut, sedang saya sudah merasakan sakaratulmaut. Dan
Allah SWT berfirman lagi maksudnya: "Tidak ada diantara kamu sekalian kecuali
mereka itu memasuki (neraka/syurga) sedang aku pernah memasuki nerakan dan Allah
pun juga berfirman lagi maksudnya: "Dan tidaklah mereka itu dikeluarkannya". (keluar
daripada syurga).

"Siapakah yang mengeluarkan saya dari syurga" sedangkan Allah telah memberi wahyu
kepada malaikat Maut. "Tinggalkanlah dia (Nabi Idris) sesungguhnya Aku telah
memutuskan dia di zaman azali dahulu bahawa sesungguhnya dia (Nabi Idris) tergolong
ahli dan penghuni syurga."

Dan Allah telah berfirman kepada rasul-rasulNya tentang kisah Nabi Idris dalam
firmanNya yang bermaksud. "Dan ingatlah olehmu cerita-cerita dalam kitab Nabi Idris
a.s dan seterusnya."
Saiyidatina Khadijah Isteri Rasulullah s.a.w
“Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia, yang beriman kepadaku saat
semua orang ingkar, yang percaya kepadaku ketika semua mendustakan, yang
mengorbankan semua hartanya saat semua berusaha mempertahankannya dan …
darinyalah aku mendapatkan keturunan.”

Begitulah Rasulullah saw berkata tentang kepribadian Khadijjah, istrinya. Seorang


isteri sejati, muslimah yang dengan segenap kemampuan dirinya berkorban demi
kejayaan Islam.

Siti Khadijah berasal dari keturunan yang terhormat, mempunyai harta kekayaan
yang tidak sedikit serta terkenal sebagai wanita yang tegas dan cerdas. Bukan sekali
dua kali pemuka kaum Quraisy cuba untuk mempersunting dirinya. Tetapi
pilihannya justru jatuh pada seorang pemuda yang bernama Muhammad, pemuda
yang begitu mengenal harga dirinya, yang tidak tergiur oleh kekayaan dan
kecantikan.

Saidatina Khadijah RA merupakan wanita pertama beriman kepada Allah dan


Rasul-Nya. Beliau banyak membantu dan memperteguhkan tekad Rasulullah SAW
melaksanakan risalah dakwah. Beliau sentiasa berusaha meringankan kepedihan
hati dan menghilangkan keletihan serta penderitaan yang dialami oleh suaminya
dalam menjalankan tugas dakwah. Inilah keistimewaan dan keutamaan Khadijah
dalam sejarah perjuangan Islam. Beliau adalah sumber kekuatan yang berada di
belakang Rasulullah SAW.

KESETIAAN YANG BERSEJARAH

Mari kita singkap kembali peristiwa yang sungguh mendebarkan jantung


Rasulullah SAW. Peristiwa itu ialah penerimaan wahyu yang pertama di Gua Hira.
Sekembalinya ke rumah, baginda berkata kepada isterinya yang tercinta, Aku
berasa khuatir terhadap diriku.
Khadijah berusaha menabahkan hati suami yang ditaatinya dengan berkata, Wahai
kekanda, demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakanmu kerana sesungguhnya
kekanda adalah orang yang selalu memupuk dan menjaga kekeluargaan serta
sanggup memikul tanggungjawab. Dirimu dikenali sebagai penolong kaum yang
sengsara, sebagai tuan rumah yang menyenangkan tamu, ringan tangan dalam
memberi pertolongan, sentiasa berbicara benar dan setia kepada amanah.

Apakah ada wanita lain yang dapat menyambut sedemikian baik peristiwa
bersejarah yang berlaku di Gua Hira seperti yang dilakukan oleh Khadijah kepada
suaminya? Apa yang dikatakan oleh Khadijah kepada suaminya pada saat
menghadapi peristiwa besar itu menunjukkan betapa besarnya kepercayaan dan
kasih sayang seorang isteri kepada suami yang dilandasi iman yang teguh. Sedikit
pun Khadijah tidak berasa ragu-ragu atau syak di dalam hatinya. Persoalannya,
dapatkah kita berlaku demikian?
Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal. Beliau boleh hidup mewah dengan
hartanya sendiri. Namun semua itu dengan rela dikorbankannya untuk
memudahkan tugas-tugas suaminya. Hal ini jelas menunjukkan beliau merupakan
wanita yang mendorong kemajuan pahlawan umat manusia, melindungi pejuang
terbesar dalam sejarah dengan mewujudkan kedamaian dalam kehidupan
suaminya. Sikap inilah yang menjadi sumber kekuatan kepada Rasulullah SAW
sepanjang kehidupan mereka bersama. Oleh itu, kita perlu berdoa semoga Allah
memberi kita kekuatan untuk membantu menguatkan semangat jihad golongan
lelaki yang seangkatan dengan kita.

KESETIAAN YANG MENDORONG KEGIGIHAN

Mari kita teliti, fahami serta hayati beberapa gambaran kesetiaan Khadijah yang
telah membina kekuatan pada diri dan kehidupan penegak risalah Islam itu.

Sepanjang hidupnya bersama Rasulullah SAW, Khadijah begitu setia menyertai


baginda dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira,
beliau pasti menyiapkan semua bekalan dan keperluannya. Seandainya Rasulullah
SAW agak lama tidak pulang, beliau akan meninjau untuk memastikan
keselamatan baginda. Sekiranya baginda khusyu bermunajat, beliau tinggal di
rumah dengan sabar sehingga baginda pulang. Apabila suaminya mengadu
kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, beliau cuba sedaya mungkin
mententeram dan menghiburkannya sehingga suaminya benar-benar merasai
ketenangan. Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Malah dalam
banyak kegiatan peribadatan Rasulullah SAW, Khadijah pasti bersama dan
membantu baginda seperti menyediakan air untuk mengambil wuduk.

Kecintaan Khadijah bukanlah sekadar kecintaan kepada suami, sebaliknya yang


jelas adalah berlandaskan keyakinan yang kuat tentang keesaan Allah SWT. Segala
pengorbanan untuk suaminya adalah ikhlas untuk mencari keredaan Allah SWT.
Allah Maha Adil dalam memberi rahmat-Nya. Setiap amalan yang dilaksanakan
dengan penuh keikhlasan pasti mendapat ganjaran yang berkekalan. Firman Allah
yang bermaksud:

Barang siapa yang mengerjakan amalan saleh, baik lelaki mahupun wanita dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl: 97)
Kisah nabi ibrahim dengan raja zamrud

Nabi Ibrahim berbahas dengan Raja Namrud tentang Tuhan

Baqarah [258] Tidakkah engkau (pelik) memikirkan (wahai Muhammad)


tentang orang yang berhujah membantah Nabi Ibrahim (dengan
sombongnya) mengenai Tuhannya, kerana Allah memberikan orang itu
kuasa pemerintahan? Ketika Nabi Ibrahim berkata: Tuhanku ialah
Yang menghidupkan dan Yang mematikan.

Dia menjawab: Aku juga boleh menghidupkan dan mematikan. (lalu


diambil 2 orang pemuda, seorang dibunuh dan seorang lagi dibiarkan
hidup)

Nabi Ibrahim berkata lagi: Sesungguhnya Allah menerbitkan


matahari dari timur, oleh itu terbitkanlah ia dari barat?

Maka tercenganglah orang yang kafir itu (lalu diam membisu) dan
(ingatlah), Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada kaum yang
zalim. …Baqarah [258]

Nabi Ibrahim dibakar

Akhirnya Raja Namrud mengambil keputusan agar Nabi Ibrahim dibakar


dengan api atau unggun yang besar. Maka Namrud pun terus
memerintahkan seluruh rakyatnya agar menyediakan api besar
hinggakan sampai peringkat burung-burung tidak berani untuk terbang
di atasnya kalau terbang juga mereka akan terbakar kerana nyalaan api
yang besar itu.

Setelah sampai masa yang telah ditetapkan, Namrud pun duduk di atas
singgahsana sambil terus melihat kepada api yang sangat besar itu di
dalam hatinya terselit kegembiraan yang sangat kerana sekejap lagi
Nabi Ibrahim akan mati dibakar api, dia gembira kerana api akan
memakan seorang yang tidak mahu beriman dengan tuhan mereka.

Mereka pun mengikat Nabi Ibrahim pada satu tiang seakan-akan lastik
yang besar dan terus Nabi Ibrahim di lemparkan ke dalam api yang
besar itu. Mereka terkejut melihat Nabi Ibrahim kerana ketika mahu
dilemparkan dia begitu tenang sekali langsung tidak meronta-ronta
ataupun melawan. Lebih terkejutlah lagi bila mereka saksikan bahawa
Nabi Ibrahim langsung tidak di makan oleh api bahkan dia boleh
berjalan ke sana sini pula dalam api tersebut.

Al Anbiyaa[69] Kami berfirman: Hai api, jadilah engkau sejuk serta


selamat sejahtera kepada Ibrahim!

Sesungguhnya Allah SWT telah menyelamatkan Nabi Ibrahim dari


kejahatan dan kezaliman si Raja Namrud.

Namrud Berlawan Dengan Tentera Nyamuk

Namrud mempunyai tentera sebanyak tujuh ratus ribu penunggang


kuda dengan senjata yang lengkap. Namrud berkata kepada Nabi
Ibrahim: “Hai Ibrahim, jika Tuhanmu mempunyai malaikat, maka
kirimkanlah kepadaku untuk berperang denganku. Jika sanggup
ambillah kerajaanku ini.”

Maka Nabi Ibrahim as. munajat kepada Allah SWT: “Ya Ilahi
sesungguhnya Namrud dengan tenteranya menunggu kedatangan
tenteramu, maka kirimkanlah kepada mereka tentera daripada
selemah-lemah makhlukmu iaitu nyamuk.”

Ketika Namrud dan tenteranya telah berkumpul di padang yang luas,


maka Allah memerintahkan nyamuk keluar dari lautan. Lalu keluarlah
tentera nyamuk hingga menutupi permukaan bumi dan langit. Kemudian
nyamuk bertanya: “Ya Tuhan kami, apakah yang harus kami
laksanakan?” Allah berfirman: “Aku telah menjadikan rezeki kamu
semua pada hari ini berbentuk daging tentera Namrud.”

Kemudian Allah SWT memberikan kekuatan kepada nyamuk-nyamuk


tersebut. Lalu nyamuk-nyamuk tersebut menyerang tentera Namrud,
menghisap semua darah mereka, Allah memerintahkan kepada nyamuk
agar menunda penyeksaan terhadap Namrud. Agar ia dapat melihat
sendiri kehancuran tenteranya. Maka nyamuk-nyamuk itu pun
membiarkan Namrud sehingga ia dapat pulang ke istana.

Nabi Ibrahim as. merasa hairan dan takjub melihat peristiwa tersebut.
Kemudian Allah berfirman kepadanya:

“Wahai Ibrahim, demi kemuliaan dan keagungan-Ku, sekiranya engkau


tidak meminta kepada-Ku supaya mengutus tentera nyamuk, tentu aku
akan mengirimkan yang lebih halus daripada nyamuk, jika seribu di
antaranya berkumpul menjadi satu tidak mencapai besarnya nyamuk,
tentu akan aku musnahkan juga mereka dengannya.”

Ketika telah dekat seksaan untuk Namrud, lalu Allah memerintahkan


seekor nyamuk tempang sahaja untuk menjalankan tugas tersebut.
Nyamuk itu berkeliling di sebatang pohon selama tiga hari. Setelah
sampai tiga hari, maka ia masuk ke dalam kepala Namrud melalui
lubang hidungnya. Namrud merasa sakit dan mengarahkan rakyat yang
menghadapnya mengetuk kepalanya dengan kasut. Bila diketuk dengan
kasut dia berasa lega. Akhirnya nyamuk tempang itu memakan otak
Namrud selama 40 hari.

Begitu besar sifat pengasih dan penyayang Allah SWT. Allah tidak
menyeksa Namrud dengan segera, tetapi masih diberi masa ia
bertaubat. Masa tiga hari yang diberikan terhadap nyamuk tersebut
tidak digunakan oleh Namrud untuk menerima kebenaran Allah SWT.
Maka jadilah Namrud tergolong ke dalam orang-orang yang dimurkai
Allah SWT.

You might also like